Anda di halaman 1dari 6

Artikel Jurnal Mikrobiologi

Palu, 22 September 2021 BLOK 14 INFEKSI TROPIS

PERBANDINGAN MERK SABUN CUCI TANGAN TERHADAP


PERTUMBUHAN KOLONI BAKTERI

Cindy Restu Bhakti


N 101 18 084

Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Tadulako


Jl. Soekarno Hatta Km. 9 Telp: (0451) 422611 – 422355 Fax: (0451) 42284411
E-mail: cndybhkti17@gmail.com

PENDAHULUAN
Rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan mempunyai peranan
penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, oleh karena itu rumah
sakit dituntut memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, efektif dan efisien
yang menjamin patient safety sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Salah
satu indikator patient safety adalah pengurangan resiko infeksi terkait dengan
pelayanan kesehatan (Riani, 2019).
Infeksi akibat layanan kesehatan atau Healthcare Associated Infections
(HAIs) adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di rumah sakit
atau fasilitas kesehatan lainnya. Infeksi tersebut tidak ditemukan atau tidak sedang
berinkubasi pada saat pasien masuk. Termasuk dalam definisi ini adalah infeksi
yang didapat di rumah sakit namun baru bermanifestasi setelah pasien keluar.
Selain pada pasien, HAIs dapat terjadi pada tenaga kesehatan dan staf rumah sakit
(Hapsari, 2018).
Infeksi nosokomial sampai saat ini merupakan salah satu penyebab
meningkatnya angka kematian (mortality) dan angka kesakitan (morbidity) di
rumah sakit, sehingga dapat menjadi masalah kesehatan baru, baik di negara
berkembang maupun di negara maju. Angka kejadian infeksi nosokomial yang
tercatat di beberapa negara adalah 3,3%-9,2%, dapat diartikan bahwa besar
kemungkinan penderita yang dirawat di rumah sakit dapat tertular infeksi
nosokomial (Cordita, 2019).
Menteri kesehatan dr. Endang Rahayu pada tahun 2009 mengemukakan
bahwa infeksi nosokomial yang dikenal dengan Healthcare Associated Infections

1
Artikel Jurnal Mikrobiologi
Palu, 22 September 2021 BLOK 14 INFEKSI TROPIS

(HAIs) dapat terjadi melalui penularan dari pasien kepada petugas, dari pasien ke
pasien lain, dari pasien kepada pengunjung atau keluarga maupun dari petugas
kepada pasien. Salah satu tahap kewaspadaan standar yang efektif dalam
pencegahan dan pengendalian infeksi ialah hand hygiene (kebersihan tangan),
karena kegagalan dalam menjaga kebersihan tangan adalah penyebab utama
infeksi nosokomial dan dapat mengakibatkan penyebaran mikroorganisme
multiresisten di fasilitas pelayanan kesehatan. Menjaga kebersihan tangan dengan
cara mencuci tangan adalah metode paling praktis dan efektif dalam pencegahan
infeksi nosokomial (Cordita, 2019).
Tenaga kesehatan harus menguasai prosedur mencuci tangan agar dapat
menjaga kebersihan tangannya sehingga dapat mengurangi kejadian infeksi dan
meningkatkan keselamatan pasien. Kuman yang berada di tangan dapat
dihilangkan dengan mencuci tangan menggunakan sabun (Cordita, 2019).
Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan
membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia
untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Meski mencuci tangan
dengan air dan dengan sabun sama-sama dapat membersihkan tangan tetapi
keampuhannya menurunkan bakteri ditangan berbeda. Sabun antibakteri memiliki
bahan khusus yang dapat mengontrol bakteri di tangan. Ketika mencuci tangan
dengan sabun antibakteri, sejumlah kecil bahan antibakteri turut bekerja. Macam-
macam bahan aktif yang digunakan untuk sabun cuci tangan adalah Triclocarban,
Benzalkonium cloride, Alcohol, Biodegradable surfactants, Emollient, Triclosan
dan bahan aktif lainnya (Lipinwati, 2018).
Sabun pencuci tangan harus memenuhi standar khusus. yaitu
menyingkirkan kotoran, tidak merusak kesehatan kulit, nyaman untuk dipakai dan
tidak menebarkan wangi yang menusuk hidung. Seiring dengan perkembangan
zaman, mencuci tangan sudah lebih praktis yaitu dengan memakai suatu cairan
atau gel antiseptik yang bisa digunakan dimana saja dan kapan saja tanpa harus
dibilas dengan air, cairan atau gel antiseptik ini disebut hand sanitizer. Produk
hand sanitizer ini mengandung antiseptik yang digunakan untuk membunuh
kuman yang ada di tangan, yang terdiri dari etil alkohol 62% dan triklosan. Jenis

2
Artikel Jurnal Mikrobiologi
Palu, 22 September 2021 BLOK 14 INFEKSI TROPIS

produk hand sanitizer inipun juga semakin beragam, baik dari segi komposisinya
ataupun zat pembawanya, serta telah dipasarkan produk-produk baru yang
digunakan secara meluas di rumah sakit daerah (Lipinwati, 2018).
Cuci tangan dipromosikan sebagai satu-satunya cara yang paling efektif
untuk mencegah infeksi. Pada masa sekarang ini, banyak merek sabun yang
beredar dipasaran sehingga masyarakat memiliki banyak pilihan untuk membeli
produk sabun dengan merek tertentu. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik
untuk membahas “perbandingan merk sabun cuci tangan terhadap pertumbuhan
koloni bakteri”.

METODE
Praktikum mikrobiologi blok 14 dilaksanakan pada hari kamis tanggal 02
September 2021, via zoom. Praktikum ini bertujuan untuk membandingkan
kemampuan aktivitas antiseptic, dalam hal ini adalah membandingan merk sabun
cuci tangan terhadap pertumbuhan koloni bakteri. Alat dan bahan yang digunakan
antara lain plate agar berjumlah 2 buah yang dibagi menjadi plate A dan plate B,
tiga merk sabun cuci tangan, dan incubator. Adapun prosedur kerjanya terdiri
dari:
1. Sebelum mencuci tangan dengan sabun, jari telunjuk probandus disentuhkan ke
permukaan agar (Plate A).
2. Probandus melakukan 6 langkah cuci tangan menggunakan sabun yang akan
diuji.
3. Jari telunjuk probandus kemudian disentuhkan kembali ke permukaan agar
(plate B).
4. Inkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC.
5. Menghitung jumlah koloni yang tumbuh pada setiap plate agar.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini menggunakan 3 merk sabun yang berbeda-beda yaitu sabun
A, B, dan C. Setelah dilakukan prosedur percobaan dan perhitungan jumlah koloni

3
Artikel Jurnal Mikrobiologi
Palu, 22 September 2021 BLOK 14 INFEKSI TROPIS

sebelum dan sesudah mencuci tangan pada setiap kelompok merk sabun yang
dilakukan pada probandus didapatkan hasil sebagai berikut (tabel 1).
Tabel 1. Jumlah koloni bakteri pada masing-masing merk sabun cuci tangan
Koloni Bakteri
Merk
Sebelum Setelah
A 16 7
B 15 9
C 10 9

Data diatas selanjutnya dihitung menggunakan rumus aktivitas antiseptik


untuk membandingkan kemampuan aktivitas antiseptik masing-masing merk
sabun cuci tangan. Perhitungan aktivitas antiseptic yaitu sebagai berikut:
1. Merk A
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖 𝑝𝑙𝑎𝑡𝑒 𝐵 7
100% - (𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖 𝑝𝑙𝑎𝑡𝑒 𝐴 x 100% ) = 100% - (16 𝑥 100%) = 56,25%

2. Merk B
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖 𝑝𝑙𝑎𝑡𝑒 𝐵 9
100% - (𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖 𝑝𝑙𝑎𝑡𝑒 𝐴 x 100% ) = 100% - (15 𝑥 100%) = 40%

3. Merk C
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖 𝑝𝑙𝑎𝑡𝑒 𝐵 9
100% - (𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖 𝑝𝑙𝑎𝑡𝑒 𝐴 x 100% ) = 100% - (10 𝑥 100%) = 10%

Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan diatas menunjukkan


bahwa penggunaan dari ketiga sabun tersebut dapat memberikan penurunan
jumlah koloni bakteri. Sabun merk A merupakan sabun yang paling efektif
menghilangkan koloni bakteri jika dibandingkan dengan sabun merk B dan C.
Pada sabun cuci tangan merk A, jumlah koloni bakteri sebelum mencuci tangan
yaitu sebanyak 16 dan setelah mencuci tangan jumlah koloni bakteri menjadi 7.
Pada sabun cuci tangan merk B, jumlah koloni bakteri sebelum mencuci tangan
yaitu sebanyak 15 dan setelah mencuci tangan jumlah koloni bakteri menjadi 9.
Pada sabun cuci tangan merk C, jumlah koloni bakteri sebelum mencuci tangan
yaitu sebanyak 10 dan setelah mencuci tangan jumlah koloni bakteri menjadi 9.
Selain itu, berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus aktivitas
antiseptik, didapatkan perbandingan antara sabun cuci tangan merk A, B dan C.

4
Artikel Jurnal Mikrobiologi
Palu, 22 September 2021 BLOK 14 INFEKSI TROPIS

hasil perhitungan menunjukkan bahwa sabun merk A memiliki persentase


aktivitas antiseptik terbesar dibandingkan sabun merk B dam C, yaitu sebesar
56,25 %. Sedangkan sabun yang memiliki aktivitas antiseptik yang paling rendah
yaitu sabun merk C yaitu sebesar 10%.
Hasil ini menunjukkan bahwa perlakuan mencuci tangan dengan
menambahkan sabun memberikan pengaruh yang signifikan terhadap jumlah
angka kuman. Penurunan jumlah koloni bakteri pada praktikum ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Lipinwati et al., (2018) yang menyatakan bahwa
terdapat penurunan rata-rata jumlah koloni bakteri telapak tangan mahasiswa
sebelum dan sesudah mencuci tangan dengan sabun. Adapun Bakteri yang paling
sering ditemukan di tangan adalah Staphylococcua aureus dan Staphylococcus
epidermidis. Bakteri gram positif biasanya merupakan flora normal yang menetap
di kulit pada lapisan epidermis dan di celah kulit, sedangkan flora pathogen
biasanya adalah bakteri gram negatif yang hidup sementara di kulit dan mudah
dihilangkan dengan mencuci tangan (Pandie et al., 2020).
Jumlah koloni bakteri sebelum cuci tangan pada praktikum ini bervariasi,
hal ini dipengaruhi aktivitas probandus yang berbeda-beda sebelum dilakukan
praktikum. Bakteri bisa menempel pada tangan probandus saat memegang benda-
benda terkontaminasi, bakteri juga dapat hidup berjam-jam pada tangan jika
probandus tidak mencuci tangan sebelumnya. Hal ini membuktikan bahwa
mencuci tangan dengan sabun cair bisa dapat menghilangkan kotoran, tanah, dan
berbagai zat organik dari tangan dan flora sementara.

KESIMPULAN
Cuci tangan adalah salah satu unsur pencegahan penularan infeksi
khususnya infeksi nosokomial di Rumah Sakit. Mencuci tangan adalah proses
secara mekanis melepaskan kotoran dari kulit atau tangan menggunakan sabun
dan air bersih. Cuci tangan menggunakan sabun merupakan cara yang tepat dan
efektif untuk mengurangi jumlah mikroorganisme dari permukaan kulit.
Berdasarkan data jumlah koloni bakteri sebelum dan sesudah mencuci tangan
pada 3 merk sabun, didapatkan sabun cuci tangan A lebih efektif untuk

5
Artikel Jurnal Mikrobiologi
Palu, 22 September 2021 BLOK 14 INFEKSI TROPIS

menghilangkan koloni kuman dan memiliki persentase aktivitas antiseptik


terbesar dibandingkan sabun merk B dam C, yaitu sebesar 56,25 %.

DAFTAR PUSTAKA
Cordita, R.N., Soleha, T.U., and Mayasari, D. 2019. Perbandingan Efektivitas
Mencuci Tangan Menggunakan Hand Sanitizer dengan Sabun Antiseptik
Pada Tenaga Kesehatan di Ruang ICU RSUD Dr. H. Abdul Moeloek. J
Agromedicine. 6(1):145-153.
Hapsari, A.P., Wahyuni, C.U., and Mudjianto, D. 2018. Pengetahuan Petugas
Surveilans Tentang Identifikasi Healthcare-Associated Infections di
Surabaya. Jurnal Berkala Epidemiologi. 6(2):130-8.
Lipinwati, Rahman, A.O., and Primayana. 2018. Perbandingan Efektifitas Cuci
Tangan Tujuh Langkah dengan Air dan dengan Sabun Cuci Tangan Cair
Dalam Menjaga Kebersihan Tangan Pada Mahasiswa/I Fakultas
Kedokteran Universitas Jambi. JMJ. 6(2):137-145.
Pandie, S.D.K., Pakan, P.D., and Setiono, K.W. 2020. Perbandingan Efektivitas
Mencuci Tangan Menggunakan Hand Sanitizer dengan Sabun Antiseptik
Pada Perawat di ICU dan ICCU Rsud Prof. Dr. Wz Johannes Kupang
Tahun 2019. Cendana Medical Journal (CMJ). 8(3): 243-249.
Riani and Syafriani. 2019. Hubungan Antara Motivasi dengan Kepatuhan Perawat
Melaksanakan Handhygiene Sebagai Tindakan Pencegahan Infeksi
Nosokomial di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit AH Tahun 2019. Jurnal
Ners. 3(2):49-59.

Anda mungkin juga menyukai