Anda di halaman 1dari 18

TUGAS ARTIKEL MIKROBIOLOGI BLOK 14

Disusun oleh :
Nama: Muh Maulidan Pratama
Stambuk: N10118089

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
PERBANDINGAN MERK SABUN CUCI TANGAN TERHADAP
PERTUMBUHAN KOLONI BAKTERI

COMPARISON OF HAND WASHING SOAP BRANDS ON THE


GROWTH OF BACTERIA COLONY

( Muh Maulidan Pratama )


Fakultas kedokteran universitas Tadulako Jl. Soekarno Hatta No.9

PENDAHULUAN
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, perilaku cuci tangan masyarakat
Indonesia masih rendah, dan anak usia sekolah dasar, baru 17% melakukan Cuci
Tangan Pakai sabun dan air bersih. Riskesdas 2013 proporsi pada umur ≥10 tahun
yang melakukan cuci tangan dengan benar 46,7%. Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes RI (2013)
menyebutkan hanya 18,5% masyarakat Indonesia yang mencuci tangan dengan
sabun di lima waktu penting. Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun
2006 menemukan baru 12 % yang melakukan CTPS setelah buang air besar, 14 %
sebelum makan, 9% setelah menceboki anak dan 6 % sebelum menyiapkan
makanan ( Natsir,2018 )
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikas, memberikan
informasi dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku,
sehingga membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalah sendiri, dalam
tatanan rumah tangga, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka
menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatan. Salah satu bagian dari PHBS
adalah mencuci tangan memakai sabun sebelum dan sesudah melakukan suatu
kegiatan. Mencuci tangan yang baik adalah dengan mengikuti 7 langkah
membersihkan tangan sesuai prosedur yang benar untuk membunuh kuman
penyebab penyakit. Dengan mencuci tangan memakai sabun baik sebelum makan
atau pun sebelum memulai pekerjaan, akan menjaga kesehatan tubuh dan
mencegah penyebaran penyakit melalui kuman yang menempel di tangan
( Susantingsi,2018)
Manfaat mencuci tangan sendiri dalam Notoatmodjo (2010) adalah untuk
membersihkan tangan dari kuman penyakit; serta mencegah penularan penyakit
seperti diare, kolera, disentri, typhus, kecacingan, penyakit kulit, Infeksi Saluran
Pemapasan Akut (ISPA), tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman
( Putri,2020 )
Selain bertransmisi melalui tangan, kotoran, penyakit serta virus pada
umumnya juga dapat melekat pada barang- barang lain seperti gagang pintu, uang,
alat- alat makan, juga permainan. Ketika alat-alat tadi dipegang dan kemudian
tangan tidak dibersihakn maka akan sangat mungkin kita dapat tertular penyakit
termasuk virus. (Kushartanti, 2012: 2-3). Maka mencuci tangan dengan benar dan
sesuai kesehatan amatlah penting agar jenis virus dan penyakit tidak masuk ke
dalam tubuh manusia ( suprapto, 2020 )
Enam langkah cuci tangan diawali dengan cara yaitu basahi tangan dengan
air bersih dan gosok dengan sabun sesuai kebutuhan, pertama menggosok kedua
telapak tangan, langkah kedua gosok bagian punggung tangan dan sela jari tangan
kanan dan kiri secara bergantian, langkah ketiga gosok sela jari bagian telapak
tangan, langkah keempat seluruh jari bagian dalam tangan kanan dan kiri saling
mengunci, langkah kelima gosok ibu jari tangan kanan dengan Gerakan memutar
seperti memutar gas sepeda motor dan lakukan pada ibu jari tangan kiri, langkah
keenam gosok atau kuncupkan seluruh ujung jari tangan kiri pada telapak tangan
kanan dengan gerakan memutar dan lakukan gerakan sebaliknya pada tangan
kanan.Kegiatan enam langkah cuci tangan menurut ketentuan WHO ini
berlangsung 40 sampai 60 detik, tidak kurang dan tidak lebih ( Panirman,2021 ).

METODE
Praktikum ini dilaksankan dilaboratirum Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Tadulako pada bulan September tahun 2021.
Alat yang digunakan dalam praktikum antara lain Cawan Petri, tempat
cuci tangan.
Bahan yang digunakan ialah Air, 3 jenis sabun cuci tangan, Medium Agar.
Prosedur praktikum dilakukan dengan beberapa tahapan, yakni : 1)
Sebelum mencuci tangan dengan sabun, jari telunjuk probandus disentuhkan ke
permukaan agar (Plate A), 2) Probandus melakukan 6 langkah cuci tangan
menggunakan sabun yang akan diuji , 3) Jari telunjuk probandus kemudian
disentuhkan kembali ke permukaan agar (plate B), 4) Inkubasi selama 24 jam
pada suhu 37OC, 5) Menghitung jumlah koloni yang tumbuh pada setiap plate
agar.

HASIL DAN PEMBAHASAN


(Tabel 1 : Hasil Praktikum)
Koloni bakteri
Merk
Sebelum Setelah
A 16 7
B 15 9
C 10 9
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan pada Ruangan laboratorium
Mikrobiologi Universitas Tadulako yang dilakukan dengan cara probandus
meletakkan jari telunjuk ke dalam plate A sebelum mencuci tangan dan plate B
setelah mencuci tangan dengan menggunakan 3 jenis merk sabun pencuci tangan
didapatkan hasil selisih yang cukup signifikan pada merk sabun A, B dan merk
sabun C, sedangkan setelah mencuci tangan tidak terdapat selisih yang sangat
signifikan antara ke 3 merk sabun tersebut.
(Tabel 2 : Grafik Tabung)
16
15
16
14 10
12 9 9
10 7
8
6
4
2
0
Sebelum Sesudah

Sabun A Sabun B Sabun C


Pada sabun A terdapat selisih antara sebelum mencuci tangan dan sesudah
mencuci tangan, dimana jumlah koloni sebelum mencuci tangan adalah 16 dan
setelah mencuci tangan jumlah koloni menjadi berkurang hingga menjadi 7,
sedangkan pada sabun B terdapat selisih yang cukup signifikan dan hampir sama
dengan sabun A, dimana untuk sabun sebelum mencuci tangan didapatkan jumlah
koloni adalah 15 dan jumlah setelah mencuci tangan adalah 9, dan untuk sabun C
tidak terdapat selisih yang terlalu signifikan dimana jumlah koloni sebelum
mencuci tangan adalah 10 dan setelah mencuci tangan adalah 9.
Hasil perhitungan angka kuman menunjukkan jumlah angka kuman
sebelum mencuci tangan yang tertinggi adalah 16 koloni dan yang terendah adalah
10 koloni. Jumlah angka setelah mencuci tangan menggunakan 3 jenis merk sabun
sesuai dengan langkah-langkah mencuci tangan yang tertinggi adalah 9 koloni dan
yang terendah adalah 7 koloni.
Berdasarkan tabel 1.2 diketahui bahwa sabun merk A dan sabun merk B
memberikan efek yang sangat signifikan terhadap pembunuhan bakteri pada
mencuci tangan, hal ini bisa kita lihat pada jumlah koloni sebelum mencuci tangan
dan sesudah mencuci tangan, sedangkan pada sabun C tidaklah memberikan efek
yang sangat signifikan pada mencuci tangan.
Hal ini bisa disebabkan oleh jumlah koloni pada tangan responden masing-
masing dan dapat dipengaruhi oleh mekanisme kerja serta kandungan dalam
setiap merk sabun pencuci tangan.

KESIMPULAN
Dari Hasil praktikum yang dilakukan mendapatkan pada sabun merek A dan B
terjadi perubahan jumlah angka kuman yang signifikan saat sebelum dan sudah
memcuci tangan dengan menggunakan sabun cuci tangan, sedangkan pada sabun
cuci tangan merek C tidak terlalu signifikan. Perubahan pada jumlah angka kuman
bisa di sebabkan karena jumlah koloni kuman pada masing-masing responden dan
bisa juga dipengaruhi oleh kandungan dalam sabun cuci tangan masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA

Natsir,M,F. 2018. PENGARUH PENYULUHAN CTPS TERHADAP


PENINGKATAN PENGETAHUAN SISWA SDN 169 BONTO
PARANG KABUPATEN JENEPONTO. JNIK. Vol 1(2). Viewed on 20
september 2021. From:
https://journal.unhas.ac.id/index.php/jnik/article/view/5977
Panirman,L., Merisca,D,W., Candrayadi., etall. 2021. Manajemen Enam Langkah
Cuci Tangan Menurut Ketentuan WHO Sebagai Upaya Pencegahan
Covid-19. Jurnal Abdi Masyarakat. Vol 2(2). Viewed on 20 september
2021. From:
http://openjournal.unpam.ac.id/index.php/JAMH/article/download/10404/
6646
Putri,V,S., Kartini., Furkani,A. 2020. PENCEGAHAN PENYEBARAN COVID-
19 (CARA MENCUCI TANGAN YANG BAIK DAN BENAR). Jurnal
Binakes. Vol 1(1). Viewed on 20 september 2021. From:
http://journal.poltekkesjambi.ac.id/index.php/binakes/article/view/358
Susantiningsih,T., Yuliyanti,R., Simanjuntak,K., Arfiyanti. 2018. PKM
PELATIHAN MENCUCI TANGAN MENGGUNAKAN SABUN
SEBAGAI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT UNTUK
MASYARAKAT RT 007/RW 007 DESA PANGKALAN JATI,
KECAMATAN CINERE KOTA DEPOK. Jurnal Bakti Masyarakat
Indonesia. Vol 1(2). Viewed on 20 september 2021. From:
https://journal.untar.ac.id/index.php/baktimas/article/download/2889/1765
Suprapto,R., Hayati,M., Nurbaity, S. 2020. Pembiasaan Cuci Tangan yang Baik
dan Benar pada Siswa Taman Kanak-Kanak (TK) di Semarang. Jurnal
Surya Masyarakat. Vol 2(2). Viewed on 20 september 2021. From:
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JSM/article/download/5852/4865
EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI JENIS KUNYIT TERHADAP
BAKTERI Escherichia coli

EFFECTIVENESS OF ANTIBACTERIAL TYPE OF TURMINO ON


Escherichia coli BACTERIA

( Muh Maulidan Pratama )


Fakultas kedokteran universitas Tadulako Jl. Soekarno Hatta No.9

PENDAHULUAN
Infeksi masih menjadi masalah kesehatan utama yang dihadapi negara
maju dan berkembang, termasuk Indonesia. Berdasarkan Profil Kesehatan
Indonesia tahun 2010, penyakit infeksi bakteri merupakan penyakit dengan
tingkat kematian tertinggi dan penyakit pertama dari 10 penyakit terbanyak yang
dirawat di rumah sakit. Penyakit infeksi ini diatasi dengan menggunakan
antibiotika. Penggunaan antibiotika yang tidak rasional seperti kepatuhan yang
kurang pada masyarakat dapat membuat kuman patogen menjadi resisten.
Munculnya mikroba kresisten ini sebagai penyebab utama kegagalan pengobatan
penyakit infeksi. Diperlukan alternatif dalam mengatasi masalah ini dengan
memanfaatkan bahan- bahan aktif antimikroba dari tanaman obat
( Ramadhani,2017 )
Salah satu tanaman berkhasiat obat yang sering digunakan masyarakat
untuk pengobatan tradisional adalah kunyit (Curcuma domestica Val) terutama
pada bagian rimpangnya. Masyarakat Indonesia sering menggunakan rimpang
kunyit sebagai obat antiradang, antidiare, obat masuk angin, mengobati gatal, luka
dan sesak nafas (Maulidya & Sari, 2016). Aktivitas farmakologi rimpang kunyit
lainnya yaitu sebagai antiinflamasi, anti imunodefisiensi, antivirus, antibakteri,
antijamur, antioksidan, antikarsinogenik dan anti infeksi ( Muadifah,2019 )
Kunyit (Curcuma longa) merupakan tanaman golongan temu-temuan yang
banyak dimanfaatkan sebagai bumbu masakan maupun pewarna makanan. Selain
itu, tanaman kunyit juga sering digunakan sebagai tanaman obat tradisional untuk
mengobati beberapa jenis penyakit seperti demam, diare, lever, sesak nafas,
radang hidung, maag, eksim, dan hipertensi. Manfaat kunyit sebagai obat
tradisional mendorong para peneliti untuk terus menemukan manfaat lain dari
tanaman kunyit. Beberapa manfaat kunyit yang telah dilaporkan secara ilmiah
ialah sebagai antimikroba dan antioksidan ( Septiana,2015 )
Kandungan kimia yang terdapat pada kunyit adalah minyak atsiri 4,2-14%,
minyak lemak 4,4-12,7% dan senyawa kurkuminoid 60-70% (Simanjuntak, 2012).
Kurkumin yang terkandung pada kurkuminoid berpotensi sebagai antibakteri baik
bakteri Gram positif maupun bakteri Gram negatif, seperti S. aureus, Bacillus
subtilis, E. coli, Salmonella thypi dan sebagainya. Ekstrak alkohol dan minyak
atsiri dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme meliputi bakteri dan fungi
( Rini,2018 )
senyawa aktif dalam rimpang kunyit mampu menghambat pertumbuhan
jamur, virus, dan bakteri, baik Gram positif maupun Gram negatif, seperti E.coli
dan Staphylococcus aureus, karena kunyit mengandung berbagai senyawa
diantaranya adalah kurkumin dan minyak atsiri. antibakteri menggunakan sediaan
berupa serbuk rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) pada bakteri Escherichia
coli, hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak rimpang kunyit menyebabkan
pertumbuhan koloni bakteri E. coli semakin menurun. Sementara pada penelitian
ini menggunakan ekstrak kunyit dengan konsentrasi 0 g; 0,2 g; 0,4 g; 0,6 g; 0,8 g;
1 g. Berdasarkan hasil penelitian, kekurangan sediaan bentuk serbuk adalah
diserap lebih lama dalam saluran cerna, onset of action lebih lama, dan
bioavaibilitas kurang sempurna, misalnya pada keadaan gangguan saluran cerna.
Keuntungan kunyit dalam bentuk sediaan ekstrak cair diantaranya diserap lebih
cepat, onset of action lebih cepat, penyerapannya hampir sempurna,
bioavaibilitasnya lebih tinggi disamping lebih mudah bercampur dalam cairan
biologis lambung ( Yuliati,2016 )
METODE

Praktikum ini dilaksankan dilaboratirum Mikrobiologi Fakultas


Kedokteran Universitas Tadulako pada bulan September tahun 2021.

Alat yang digunakan dalam praktikum antara lain cawan petri, tabung
reaksi, bunsen, dan pinset.

Bahan yang digunakan ialah bakteri Escherichia coli, paper disk, saline
steril.

Prosedur praktikum dilakukan dengan beberapa tahapan, yakni : 1)


Dilakukan pengekstrakan terhadap rhizome kunyit dengan metode maserasi, 2)
Setiap esktrak di buat dalam 0%, 50% dan 100%, 3) Suspense bakteri uji dibuat
dengan mencampurkan koloni bakteri dengan saline steril hingga kekeruhan 0,5
mc farland, 4) Suspense bakteri uji kemudian disebar pada permukaan MHA
dengan metode streak menggunakan swab steril , 5) Paper disk steril direndam
pada setiap esktrak, 6) Paper disk kemudian diletakkan pada permukaan media
dan agak ditekan, 7) Inkubasi selama 24 jam pada suhu 37OC, 8) Zona bening
yang terbentuk kemudian diukur.

HASIL DAN PEMBAHASAN


(Tabel 1.1 Hasil Praktikum)

Diameter zona bening E.coli (mm)


Ekstrak
0% 50 % 100 %
Kunyit kuning 0 13 25
Kunyit hitam 0 10 20

Kunyit mangga 0 11 15,3

Kunyit putih 0 12 14,7

Kunyit (C. Domestica) merupakan tumbuhan yang banyak digunakan oleh


masyarakat untuk pengobatan terutama bagian rimpangnya. Dalam praktikum ini,
kunyit dilakukan pengekstrakan dengan metode maserasi, selanjutnya setiap
esktrak di buat dalam takaran 0%, 50% dan 100%. Suspense bakteri uji dalam
praktikum ini dibuat dengan mencampurkan koloni bakteri dengan saline steril
hingga kekeruhan 0,5 mc farland, selanjutnya suspense bakteri uji disebarkan
pada permukaan MHA dengan metode streak menggunakan swab steril, kemudian
dilakukan perendaman paper disk steril pada setiap esktrak, paper disk kemudian
diletakkan pada permukaan media dan agak ditekan, setelah diletakkan paper disk
di Inkubasi selama 24 jam pada suhu 37OC. Setelah 24 jam zona bening yang
terbentuk kemudian diukur menggunakan alat ukur yang tersedia.
(Tabel 1.2 Grafik Zona Bening)
30
25
Zona bening (mm)

20
15
10
5
0
0% 50% 100%

Kunyit Kuning Kunyit Hitam Kunyit Mangga Kunyit Putih

Dalam praktikum ini dilakukan 4 uji ekstrak kunyit, yaitu uji ekstrak
kunyit kuning, kunyit hitam, kunyit mangga dan kunyit putih dengan takaran 0%,
50% dan 100%.
Pada ekstrak kunyit kuning dengan takaran 0% didapatkan hasil zona
bening ialah 0 mm, selanjutnya pada takaran 50% didapatkan hasil zona bening 13
mm dan pada takaran 100% didapatkan hasil zona bening 25mm.
Pada ekstrak kunyit hitam dengan takaran 0% didapatkan hasil zona
bening ialah 0 mm, selanjutnya pada takaran 50% didapatkan hasil zona bening 10
mm dan pada takaran 100% didapatkan hasil zona bening 20%.
Pada ekstrak kunyit mangga dengan takaran 0% didapatkan hasil zona
bening ialah 0 mm, selanjutnya pada takaran 50% didapatkan hasil zona bening 11
mm dan pada takaran 100% didapatkan hasil zona bening 15,3%.
Pada ekstrak kunyit putih dengan takaran 0% didapatkan hasil zona bening
ialah 0 mm, selanjutnya pada takaran 50% didapatkan hasil zona bening 12 mm
dan pada takaran 100% didapatkan hasil zona bening 14,7%.
Hasil interpretasi ini menunjukkan bahwa untuk ke-4 uji ekstrak kunyit
dengan takaran 0% mendapatkan hasil 0% yang menandakan bahwa pada takaran
ini tidak dapat mempengaruhi zona bening dari pada Escherchia coli, Sedangkan
pada takaran 50% uji ekstrak kunyit kuning sangat memberikan efek dimana
didapatkan zona bening dengan ukuran 13 mm, kemudian diikuti dengan kunyit
putih dengan ukuran 12 mm dan kunyit mangga dengan 11 mm serta kunyit hitam
dengan zona bening 10 mm. Selanjuntnya pada takaran 100% terdapat hasil yang
cukup signifikan dimana untuk ekstrak kunyit kuning mendapatkan zona bening
dengan ukuran 25 mm, kunyit hitam 20 mm, kunyit mangga 15,3 mm dan kunyit
putih 14,7 mm.
Pada hasil praktikum ini terdapat beberapa perbedaan yang cukup
signifikan terutama pada takaran 100% dan tidak terdapat perbedaan pada takaran
0%, hal ini disebabkan oleh jumlah konsentrasi takaran yang berbeda satu sama
lain, sehingga menghasilkan zona bening yang berbeda juga.

KESIMPULAN
hasil praktikum ini terdapat beberapa perbedaan yang cukup signifikan terutama
pada takaran 100% dan tidak terdapat perbedaan pada takaran 0%, hal ini
disebabkan oleh jumlah konsentrasi takaran yang berbeda satu sama lain, sehingga
menghasilkan zona bening yang berbeda juga. Jadi dapat disimpulkan bahwa
ekstrak kunyit memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri E.Coli.
DAFTAR PUSTAKA

Muadifah,A., Putri,A,E., Latifah,N. 2019. AKTIVITAS GEL EKSTRAK


RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica Val) TERHADAP BAKTERI
Staphylococcus aureus. Jurnal SainHealth. Vol 3(1). Viewed on 20
september 2021. From:
https://e-journal.umaha.ac.id/index.php/sainhealth/article/download/
313/274
Ramadhani,P., Asterina. Hambat Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit (Curcuma
domestica V.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus
Secara In Vitro. Jurnal Kesehatan Andalas. Vol 6(3). Viewed on 20
september 2021. From:
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/743/599
Rini,C,S., Rohmah,J., Widyaningrum,L,Y. 2018. Efektivitas Kunyit (Curcuma
longa Linn) terhadap Esherichia coli dan Bacillus subtilis. Journal of
Medical Laborotory Scieance. Vol 1(1). Viewed on 20 september 2021.
From:
http://ojs.umsida.ac.id/index.php/medicra/article/download/1546/1135
Septiana,E., Simanjuntak,P. 2015. AKTIVITAS ANTIMIKROBA DAN
ANTIOKSIDAN EKSTRAK BEBERAPA BAGIAN TANAMAN
KUNYIT (Curcuma longa). FitoFarmaka. Vol 5(1). Viewed on 20
september 2021. From:
https://journal.unpak.ac.id/index.php/fitofarmaka/article/download/
193/127
Yulianti. 2016. UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK KUNYIT SEBAGAI
ANTIBAKTERI DALAM PERTUMBUHAN Bacillus sp dan Shigella
dysentriae SECARA IN VITRO. Jurnal Profesi Medika. Vol 10(1).
Viewed on 20 september 2021. From:
https://ejournal.upnvj.ac.id/index.php/JPM/article/download/11/3

POPULASI BAKTERI DI UDARA RUANG RAWAT INAP

BACTERIA POPULATION IN ICU AIR

( Muh Maulidan Pratama )

PENDAHULUAN
Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang
bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat. Upaya kesehatan dilakukan dengan berbagai cara seperti:
pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan
(rehabilitatif). Kebanyakan pasien rumah sakit ditempatkan di ruang
rawat inap ( Rompas, 2019 )
Udara merupakan campuran beberapa macam gas yang
perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara,
tekanan udara dan lingkungan sekitarnya. Secara umum penyebab
pencemar udara ada dua macam, yaitu pertama karena faktor internal
(secara alamiah) seperti gas pembusukan dari sampah organik, debu
yang beterbangan akibat angin, serta abu yang di keluarkan dari letusan
gunung, dan lain-lain. Kedua karena faktor eksternal (karena ulah
manusia) seperti dari pembakaran bahan fosil, dari kegiatan industri dan
pemakaian zat-zat kimia yang di semprotkan ke udara. Pencemaran
udara ini dapat tersebar kemana-mana, kemudian masuk ke dalam air
atau tanah dan menambah pencemaran air ataupun tanah
( Raimunah,2018 )
Salah satu penyebab terjadinya infeksi rumah sakit adalah karena
kondisi lingkungan rumah sakit yang tidak memenuhi syarat sehingga
menyebabkan tingginya angka kuman udara ruang. Kondisi lingkungan
meliputi polusi udara, kepadatan ruang, kelembaban, kebersihan dalam
ruangan, musim, dan suhu. Mikroorganisme yang ada di dalam ruangan
disebut bioaerosol. Bioaerasol adalah partikel debu yang terdiri dari
makhluk hidup atau sisa yang berasal dari makhluk hidup terutama
berupa jamur dan bakteri. S. aureus dan E. coli dikonfirmasi sebagai
organisme dominan yang ditemukan di rumah sakit diantara penyebab
utama HAIs ( Praptiwi,2020 )
Mikroorganisme yang tersebar di dalam ruangan dikenal sebagai
bioaerosol. Bioaerosol di dalam ruangan dapat berasal dari lingkungan
luar atau kontaminasi dari dalam ruangan. Penularan mikroorganisme
kepada manusia terjadi dengan mekanisme tertentu, misalnya dengan
tiupan angin, tetesan air atau droplet, percikan batuk atau bersin,
percakapan, dan kontak dengan permukaan tanah. Bakteri berspora
seperti Bacillus Sp, Clostridium Sp dan yang tidak berspora seperti M.
Tuberculosa umumnya terakteri yang terdapat di udara umumnya adalah,
karena bakteri ini dapat bertahan hidup di udara lebih lama dari bakteri
lain ( Fatma,2020 )
Bakteri yang terdapat pada udara ruang rumah sakit merupakan
salah satu agen penyebar penyakit yang disebut infeksi nosokomial.
Penyebaran infeksi nosokomial di rumah sakit dapat terjadi pada orang
sakit ke orang sakit maupun orang sakit ke orang sehat melalui transmisi
melaui udara yang ada di rumah sakit seperti pada ruang pembedahan
atau operasi, ruang gawat darurat, instalasi rawat jalan, dan ruang rawat
inap ( Sukmawaty,2017 )

METODE

Praktikum ini dilaksankan dilaboratirum Mikrobiologi Fakultas


Kedokteran Universitas Tadulako pada bulan September tahun 2021.

Alat yang digunakan dalam praktikum antara lain Cawan Petri, tempat
cuci tangan.

Bahan yang digunakan ialah Air, 3 jenis sabun cuci tangan, Medium Agar.

Prosedur praktikum dilakukan dengan beberapa tahapan, yakni : 1) Cawan


petri yang berisi nutrient agar diletakkan pada dua titik dalam ruangan 1-4, 2)
Cawan petri diletakkan sekitar 1 m dari permukaan lantai, 3) Cawan petri dibuka
selama 30 menit, 4) Cawan petri kemudian inkubasi terbalik selama 24 jam pada
suhu 370C.

HASIL DAN PEMBAHASAN


(Tabel 1 : Hasil Praktikum)
Koloni Bakteri (CFU/m3)
Ruangan Ulangan
Jumlah Koloni CFU/m3
Petri 1 4 55
RUANG 1
Petri 2 2 27
Petri 1 3 41
RUANG 2
Petri 2 5 78
Petri 1 10 121
RUANG 3
Petri 2 7 97
Petri 1 4 55
RUANG 4
Petri 2 8 113

Berdasarkan hasil praktikum total angka kuman udara di ruangan rawat


inap, menunjukkan bahwa ruangan 3 dan 4 memiliki jumlah koloni yang cukup
tinggi dimana didapatkan pada ruangan 3 petri 1 berjumlah 10 koloni/121
CFU/M3 dan ruangan 4 petri 2 berjumlah 8 koloni/113 CFU/m3, sedangkan untuk
jumlah koloni terendah terdapat pada ruangan 1 dan 2 dimana untuk ruangan 1
pada petri 2 didapatkan jumlah koloni 2/27 CFU/m3 dan pada ruangan 2 petri 1 di
dapatkan jumlah koloni 3/41 CFU/m3, selanjutnya untuk jumlah koloni dari
terendah hingga tertinggi berurut dari ruangan 1 petri 1, ruangan 4 petri 1,
ruangan 2 petri 2, ruangan 3 petri 2, ruangan 4 petri 8 dan ruangan 3 petri 1.
Pada ruangan 1 petri 1 ditemukan 4 jumlah koloni/55 CFU/m3 dan pada
petri 2 berjumlah 2 koloni/27 CFU/m3, selanjutnya pada Pada ruangan 2 petri 1
ditemukan 3 jumlah koloni/41 CFU/m3 dan pada petri 2 berjumlah 5 koloni/78
CFU/m3, dan Pada ruangan 3 petri 1 ditemukan 10 jumlah koloni/121 CFU/m 3 dan
pada petri 2 berjumlah 7 koloni/97 CFU/m3, sedangkan Pada ruangan 4 petri 1
ditemukan 4 jumlah koloni/55 CFU/m3 dan pada petri 2 berjumlah 8 koloni/113
CFU/m3.
Hasil pemeriksaan angka kuman yang bervariasi antar ruangan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari faktor lingkungan fisik lainnya
seperti : pencahayaan, suhu dan kepadatan hunian namun tidak berkorelasi
langsung dengan angka kuman tetapi berhubungan dengan kelembapan faktor
animate penularan atau penyebaran kuman mencakup para petugas rumah sakit
dan penderita yang dapat saling memindahkan kuman. Perilaku tidak sehat dan
tidak bersih para petugas, pasien, dan anggota keluarga pasien yang berkunjung ke
rumah sakit dapat meningkatkan laju penularan atau penyebaran kuman infeksi ini
cenderung berjangkit secara epidemi, muncul dengan eksplosif dan menyerang
orang dalam waktu singkat.

KESIMPULAN
Hasil pemeriksaan angka kuman yang bervariasi antar ruangan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, baik dari faktor lingkungan fisik lainnya seperti : pencahayaan,
suhu dan kepadatan hunian namun tidak berkorelasi langsung dengan angka
kuman tetapi berhubungan dengan kelembapan faktor animate penularan atau
penyebaran kuman mencakup para petugas rumah sakit dan penderita yang dapat
saling memindahkan kuman.
DAFTAR PUSTAKA

Fatma,F., Ramadani,R. 2020. PERBEDAAN JUMLAH ANGKA KUMAN


UDARA DALAM RUANGAN BERDASARKAN HARI DI
PUSKESMAS GUGUK PANJANG. Jurnal Human Care. Vil 5(3).
Viewed on 20 september 2021. From:
https://ojs.fdk.ac.id/index.php/humancare/article/download/828/pdf
Praptiwi,J., Rahardjo,S,S., Sunarto. 2020. KONDISI LINGKUNGAN RUMAH
SAKIT BERDASARKAN ANGKA KUMAN UDARA RUANG
RAWAT INAP. Artikel Pemakalah Pararel. Viewed on 20 september
2021. From:
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/12286/p.404-
410%20Juni%20Praptiwi.pdf?sequence=1&isAllowed=y
Raimunah., Lutpiatina,L., Kartiko,J,J., Norsiah,W. 2018. ANGKA KUMAN
UDARA RUANG RAWAT INAP ANAK DENGAN DAN TANPA AIR
CONDITIONER (AC) DI RUMAH SAKIT. Jurnal Skala Kesehatan. Vol
9(1). Viewed on 20 september 2021. From:
http://www.ejurnalskalakesehatan-poltekkesbjm.com/index.php/JSK/articl
e/download/15-22/115/
Rompas,C,L., Pinontoan,O., Maddusa,S,S. 2019. PEMERIKSAAN ANGKA
KUMAN UDARA DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM
GMIM PANCARAN KASIH MANADO. Jurnal Kesmas. Vol 8(1).
Viewed on 20 september 2021. From:
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/kesmas/article/view/23950
Sukmawaty,E., Mantullei,S., Cahyani,V,D. 2017. Kualitas Bakteriologis Udara
Dalam Ruang Perawatan VIP Anak RSUD H. Padjonga Daeng Ngalle
Kabupaten Takalar. Prosding Seminar Nasional Biology. Viewed on 20
september 2021. From: https://core.ac.uk/download/pdf/234752158.pdf

Anda mungkin juga menyukai