ISSN 2085-3785
Volume 9 Nomor 2, 2016, halaman 110-242
Jurnal BPPK merupakan publikasi ilmiah yang berisi tulisan yang diangkat dari hasil penelitian, pengembangan, kajian, dan
pemikiran di bidang ekonomi dan keuangan negara. Terbit pertama kali tahun 2010 dengan masa terbit sekali setahun
kemudian menambah masa terbit pada tahun 2011 diterbitkan dua kali setahun hingga saat ini, pada bulan Juni dan Desember.
Artikel yang diterbitkan dalam Jurnal BPPK telah melalui proses evaluasi dan penyuntingan oleh Dewan Redaksi, Mitra Bestari
dan Anggota Staf Editorial. Jurnal BPPK terbuka untuk umum, praktisi, peneliti, pegawai, dan pemerhati masalah ekonomi dan
keuangan negara.
STAF EDITORIAL
Penanggung Jawab
Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
Dewan Redaksi
Dr. Roberto Akyuwen, S.T.P., S.E., M.Si.
Yoopi Abimanyu, S.E., M.A., Ph.D
Dr. Agung Budi Laksono, S.E., M.M.
Mitra Bestari
.
Dr. Akhmad Makhfatih, M.A. Prof. Dr. Samsubar Saleh, M.Soc.Sc.
Heru Subiyantoro, Ph.D. Prof. Ir. Noer Azam Achsani. M.Sc., Ph.D.
Redaktur
Rahmadi Murwanto, Ak., MAcc., M.B.A., Ph.D.
Editor Ahli
Bey Arifianto Widodo
Editor Pelaksana
Nur Etaruni
Phesona Elok Brillyananda Toruan
Toto Agung Basuki
Sekretariat
Adhitya Wira Witantra Najjahul Imtihan
Pambudi Gawe Bangun Canggih Wicara Putra
Albert Trisija Srie Mutmaenah B.W.
ALAMAT SEKRETARIAT JURNAL BPPK: Bagian Organisasi dan Tata Laksana, Sekretariat Badan Pendidikan dan
Pelatihan Keuangan Kementerian Keuangan Republik Indonesia Gedung B Soegito Sastromidjojo, Lantai 4, Jl. Purnawarman
Nomor 99 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12110; Telp. (021) 7394666 ext.253, 7204131; Faksimili (021) 7261775,
7244328; webpage: www.bppk.depkeu.go.id; e-mail: jurnalbppk@gmail.com.
JURNAL BPPK
Volume 9, Nomor 2, 2016
DAFTAR ISI
PENGARUH INFLASI TERHADAP IMPOR DAN EKSPOR DI PROVINSI RIAU DAN 180-198
KEPULAUAN RIAU MENGGUNAKAN GENERALIZED SPATIO TIME SERIES
Rezzy Eko Carakaa, Wawan Sugiyartob, Gustriza Erdac, Erie Sadewod
Kebijakan otonomi daerah yang diberlakukan sejak 2001 telah melahirkan 7 provinsi baru di
Indonesia. Konsekeunsinya adalah ketujuh provinsi membutuhkan anggaran transfer pusat
untuk membiayai tugas dan kewenangan yang dilimpahkan, dan program pembanguan di
provinsi masing-masing. Sejak dibentuk sampai saat ini, kapasitas fiskal pada 7 provinsi
kecuali Banten, masih belum mampu memenuhi peningkatan kebutuhan belanja daerah
setiap tahun sehingga masih sangat bergantung pada transfer pusat karena sumber
pendapatan daerah sendiri seperti PAD masih relatif rendah. Penelitian kualitatif ini
menggunakan metode deskriptif-analisis dengan menganalisa data sekunder yang relevan
dengan topik yang dibahas, serta menggunakan konsep kapasitas fiskal dalam kerangka teori
desentralisasi fiskal. Hasil penelitian kualitatif ini menjelaskan bahwa indeks kapasitas fiskal
(IKpF) yang tinggi dan sangat tinggi diperoleh 3 provinsi yakni Kepulauan Bangka Belitung;
Papua Barat, Kepulauan Riau, dan Maluku Utara. Sedangkan indeks sedang diperoleh Banten.
Indeks kapasitas fiskal rendah ada pada Gorontalo dan Sulawesi Barat. Namun kapasitas
fiskal yang baik dengan indeks tinggi/sangat tinggi tidak menjamin penduduk miskin di
daerah berkurang seperti Papua Barat dan Kepulauan Riau yang penduduk miskinnya masih
relatif besar. Di samping itu, Banten dengan PAD yang sangat tinggi dibandingkan 6 provinsi
lain, juga masih memiliki penduduk miskin yang besar dan terbanyak diantara 7 provinsi.
Tetapi, secara keseluruhan transfer pusat diakui sangat membantu kapasitas fiskal pada 7
provinsi baru di atas.
Kata kunci: daerah otonomi baru; kapasitas fiskal; indeks kapasitas fskal; belanja daerah
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah (sub- dan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp58,8 triliun.
national governments).
Ketiga, dari aspek legal-formal, era otonomi Hampir semua daerah otonom, apalagi daerah
daerah ditandai dengan keluarnya UU No.22 Tahun otonomi baru memiliki ketergantungan fiskal sangat
1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No.25 besar terhadap anggaran negara, kecuali DKI Jakarta
Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara yang sumber PAD-nya mampu membiayai sebagian
Pemerintah Pusat dan Daerah. Kemudian UU No.22 besar pengeluarannya. Tetapi hal ini juga merupakan
Tahun 1999 direvisi/diganti dengan UU No.32 Tahun konsekuensi logis dari politik desentralisasi, yakni
2004 tentang Pemerintah Daerah, dan UU No.25 Tahun adanya penyerahan sebagian urusan pemerintahan
1999 diganti dengan UU No.33 Tahun 2004 tentang dari pusat ke daerah provinsi/kabupaten/kota.
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Artinya kemampuan fiskal daerah otonom
Daerah, dan berbagai peraturan pelaksananya seperti untuk membiayai berbagai program dan kegiatan
PP Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan; pembangunan daerah sejak otonomi diberlakukan,
serta PP Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian ternyata masih sulit untuk melepaskan
urusan pemerintahan antara pemerintah, ketergantungan transfer fiskal tersebut. Hal ini
pemerintahan daerah provinsi, dan pemerintahan dikarenakan sumber pembiayaan asli daerah, seperti
daerah kabupaten/kota. pendapatan asli daerah (PAD) masih belum mampu
Sejak lahirnya otonomi daerah 1999 sampai membiayai separuh kebutuhan fiskal (belanja daerah)
saat ini, pemerintah sudah melahirkan daerah otonomi dalam APBD. Padahal unsur PAD merupakan unsur
baru, baik provinsi baru maupun kabupaten/kota paling penting dalam mengukur kapasitas fiskal (fiscal
baru. Daerah provinsi baru yang sudah terbentuk sejak capacity) daerah termasuk daerah otonomi baru.
1999 adalah Provinsi Kepulauan Riau, Bangka Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI
Belitung, Banten, Gorontalo, Maluku Utara, Papua Nomor 37/PMK.07/2015 tentang Peta Kapasitas Fiskal
Barat, Sulawesi Barat, dan Kalimantan Utara. Banyak Daerah, yang dimaksud dengan kapasitas fiskal (fiscal
faktor yang mendorong lahirnya daerah provinsi baru capacity) adalah gambaran kemampuan keuangan
di Indonesia. Salah satunya adalah faktor ekonomi dan masing-masing daerah yang dicerminkan melalui
politik. Kondisi politik domestik pada awal otonomi penerimaan umum Anggaran Pendapatan dan Belanja
sangat mudah untuk melahirkan daerah otonomi baru Daerah (tidak termasuk dana alokasi khusus (DAK),
karena eforia politik masyarakat saat itu, di samping dana darurat, dana pinjaman lama, dan penerimaan
faktor non-politik seperti ekonomi, kemiskinan, dan lain yang penggunaannya dibatasi untuk membiayai
lain-lain. pengeluaran tertentu) untuk membiayai tugas
Pemekaran atau pembentukan daerah pemerintahan setelah dikurangi belanja pegawai, dan
otonomi baru, tentu membawa konsekuensi dari sisi dikaitkan dengan jumlah penduduk miskin.
finansial khususnya anggaran negara (APBN). Pada Inti dari kapasitas fiskal daerah adalah PAD,
awal pembentukan daerah otonomi baru, anggaran transfer fiskal yang bersifat umum, dan sumber
daerah (APBD) dari wilayah induk tidak memadai pendapatan daerah lain yang sah. Apabila ketiga
untuk membiayai daerah otonomi baru. Oleh karena variabel ini terus meningkat setiap tahun, maka
itu, lahirlah kebijakan transfer fiskal ke daerah, kecenderungan kapasitas fiskal daerah juga akan
termasuk ke daerah otonomi baru setelah disahkan meningkat. Tetapi bagi daerah otonomi baru sangat
dalam undang-undang tentang pembentukan daerah sulit untuk meningkatkan ketiga sumber pendapatan
otonomi baru masing-masing daerah tersebut, khususnya PAD, karena sebagian
Secara riil, kemampuan keuangan daerah besar daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota
provinsi baru sangat tidak memadai untuk membiayai sangat sulit meningkatkan penerimaan PAD.
administrasi pemerintahan dan pembangunan di Di samping itu, sebagian besar APBD terserap
daerahnya. Hal inilah yang menimbulkan oleh porsi belanja pegawai yang setiap tahun
ketergantungan penuh kepada fiskal pemerintah pusat meningkat, tak hanya belanja pegawai di pemerintah
dalam APBN setiap tahun sampai saat ini. Salah satu provinsi tetapi juga kabupaten/kota. Peningkatan
tujuan dari transfer fiskal tersebut adalah pemerataan porsi belanja pegawai dalam APBD akan berpengaruh
kemapuan fiskal masing-masing daerah. Memang pada minimnya porsi belanja modal untuk
terjadi peningkatan transfer fiskal pusat setiap tahun pembangunan infrastruktur, dan berkurangnya alokasi
dalam APBN. Namun tetap belum dapat memenuhi untuk belanja barang dalam upaya meningkatkan aset
tuntutan peningkatan kebutuhan belanja daerah setiap daerah.
tahun, baik provinsi maupun kabupaten/kota. Dalam Sedangkan unsur pengurang dari kapasitas
APBN-P Tahun 2010, misalnya, transfer fiskal ke fiskal adalah belanja pegawai dalam APBD. Apabila
daerah berjumlah Rp344,613 triliun. Dalam APBN-P anggaran belanja pegawai semakin meningkat setiap
2015, jumlah transfer fiskal ke daerah mencapai tahun anggaran, maka kemampuan kapasitas fiskal
sebesar Rp643,8 triliun, sementara alokasi Dana Desa juga akan berkurang. Sedangkan jumlah penduduk
20,7 triliun. Dari keseluruhan alokasi Transfer ke miskin merupakan elemen untuk mengindikasikan
Daerah tahun 2015, besaran Dana Alokasi Umum besaran indeks dari kapasitas fiskal (IKF). Masuknya
(DAU) tetap mendominasi sebesar Rp352,8 triliun, elemen jumlah penduduk miskin dalam mengukur IKF
disusul Dana Bagi Hasil (DBH) sebesar Rp110,0 triliun adalah karena penduduk miskin juga merupakan
tanggung jawab setiap pemerintah daerah untuk monitoring pelaksanaan. Sayangnya, justru dari pola
mengentaskannya, di samping tanggung jawab inilah yang menjadikan pelaksanaan desentralisasi
pemerintah pusat melalui program penanggulangan fiskal dan otonomi daerah di Indonesia terasa semakin
kemiskinan secara nasional. jauh dari apa yang dicita-citakan sebelumnya. Daerah
justru semakin bergantung kepada Pemerintah Pusat,
B. Tujuan Penulisan munculnya praktek dinasti penguasa di daerah serta
Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui maraknya perilaku korupsi para pejabat publik. Idiom
persoalan dan mencari solusi baik dalam aspek yang muncul kemudian desentralisasi fiskal dan
reformulasi kebijakan otonomi daerah, khususnya otonomi daerah tak lain hanya memindahkan
kebijakan kebijakan desentralisasi fiskal pada 7 daerah eksternalitas negatif dari Pemerintah Pusat di era Orde
provinsi baru paska otonomi daerah. Tulisan ini juga Baru menuju Pemda di era reformasi ini.
ingin mengetahui dan melihat seberapa besar Awal pelaksanaan desentralisasi fiskal di
kemampuan fiskal masing-masing provinsi baru Indonesia ditujukan untuk menciptakan aspek
dengan mengkaji seberapa besar kemampuan kemandirian di daerah. Sebagai konsekuensinya,
menggali sumber-sumber pendapatan asli daerah daerah kemudian menerima pelimpahan kewenangan
(PAD) sehingga akan mengurangi ketergantungan di segala bidang, kecuali kewenangan dalam bidang
terhadap transfer fiskal dari pemeirntah nasional politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi,
(pusat). moneter dan fiskal serta keagamaan. Pelimpahan
kewenangan tersebut juga diikuti dengan penyerahan
II. KERANGKA PEMIKIRAN sumber-sumber pendanaan berupa penyerahan basis-
Menurut Ahmad Yani, (2008;39-43), bahwa basis perpajakan maupun bantuan pendanaan melalui
hubungan keuangan pusat dan daerah dilakukan mekanisme Transfer ke Daerah sesuai asas money
sejalan dengan prinsip perimbangan keuangan antara follows function. Masih adanya mekanisme Transfer ke
pusat dan daerah dalam UU Nomor 33 Tahun 2004. Daerah didasarkan kepada pertimbangan mengurangi
Perimbangan keuangan antara pusat dan daerah ketimpangan fiskal yang mungkin terjadi baik antar
merupakan sub-sistim keuangan negara sebagai daerah (horisontal imbalances) maupun antara
konsekuensi pembagian tugas dan urusan antara pusat pemerintah pusat dan daerah (vertical imbalances)
dan daerah. Pemberian sumber keuangan negara serta untuk meningkatkan kapasitas fiskal daerah
kepada daerah dilakukan dalam pelaksanaan otonom. Meskipun dianggap terlalu terburu-buru,
desentralisasi dengan memperhatikan stabilitas banyak pihak kemudian mengapresiasi pelaksanaan
perekonomian nasional dan keseimbangan fiskal desentralisasi fiskal dan otonomi daerah di Indonesia
antara pusat dan daerah. Pemberian keuangan dalam tersebut. Dengan segala keterbatasan dan kendala
pelaksanaan desentralisasi merupakan inti dari yang ada, pelaksanaan desentralisasi fiskal dan
kebijakan desentralisasi fiskal. otonomi daerah di Indonesia dapat dijadikan salah
Menurut (Andres Rodriquex Pose dan Roberto satu best practice terbaik di dunia, mengingat luasnya
Ezcurra; 2010), most of the theoretical literature on wilayah serta besarnya jumlah penduduk dengan
fiscal decentralization has tended to dwell on the berbagai ragam karakteristiknya. Satu hal yang perlu
supposedly positive impact of granting greater financial diingat bahwa pelaksanaan desentralisasi fiskal di
autonomy/transferring resources to subnational tiers of Indonesia adalah desentralisasi dari sisi belanja
government for both allocative and production (expenditure) bukan dari sisi pendapatan (revenue),
efficiency and, eventually, economic growth. The (Joko Try Harianto; 2016).
arguments behind this potential positive association Dalam konsep desentralisasi fiskal, yang
between fiscal decentralization and economic dimaksud dengan kapasitas fiskal adalah gambaran
performance, are based on a series of simple premises. kemampuan keuangan masing-masing daerah
An important, but often forgotten, initial premise is that provinsi/kabupaten/kota yang dicerminkan melalui
fiscal decentralization implies a mobilization of penerimaan umum Anggaran Pendapatan dan Belanja
resources. Subnational governments, by the simple fact Daerah, (tidak termasuk dana alokasi khusus (DAK),
of being granted greater autonomy and funds, are dana darurat, dana pinjaman lama, dan penerimaan
compelled into mobilizing the resources in their own lain yang penggunaannya dibatasi untuk membiayai
territory, rather than wait for solutions or for the pengeluaran tertentu) untuk membiayai tugas
provision of public goods and services to come from a pemerintahan, setelah dikurangi belanja pegawai dan
central government. This leads to a greater emphasis on dikaitkan (dibagi) dengan jumlah penduduk miskin di
economic efficiency across regions and localities within daerah yang bersangkutan, (Peraturan Menteri
any given country and to tapping into what otherwise Keuangan; 2015).
may have been untapped potential. Surtikanti (2013;26) menjelaskan dalam
Sedangkan menurut Joko Try Harianto (2016), praktiknya saat ini hampir tidak ada negara di dunia
desentralisasi fiskal dari sisi belanja (expenditure) yang semua pemerintahannya diselenggarakan secara
didefinisikan sebagai kewenangan untuk sentralistis atau sebaliknya diselenggarakan
mengalokasikan belanja sesuai dengan diskresi seluruhnya secara desentralistis. Oleh karena itu,
seutuhnya masing-masing daerah. Fungsi dari dalam sistem negara federal maupun negara kesatuan
Pemerintah Pusat hanyalah memberikan advice serta selalu ada perimbangan antara kewenangan yang
diselenggarakan secara sentralistis oleh pemerintah kapasitas fiskal daerah, maka semakin besar modal
pusat dan kewenangan yang secara desentralistis untuk membangun daerah yang pada gilirannya akan
diselenggarakan unit-unit pemerintahan daerah yang mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
otonom. Hal ini pula yang melahirkan konsep local Sedangkan dalam perhitungan dana alokasi
state government dan local self-government. Jika local umum (DAU), kebutuhan daerah tersebut dicerminkan
state government melahirkan wilayah administrasi dari variabel-variabel kebutuhan fiskal sebagai
pemerintah pusat di daerah yang direpresentasikan berikut: a)Jumlah Penduduk; b)Luas Wilayah; c)Indeks
gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah Kemahalan Konstruksi (IKK); dan d)Indeks
dan instansi vertikal di daerah, local self-government Kemiskinan Relatif (IKR). Sedangkan kapasitas fiskal
melahirkan daerah atau wilayah otonom yang daerah merupakan kemampuan pemerintah daerah
direpresentasikan keberadaan DPRD. Transfer fiskal untuk menghimpun pendapatan daerah berdasarkan
ke daerah menunjukkan komitmen pemerintah pusat potensi yang dimilikinya. Potensi penerimaan daerah
terhadap desentralisasi untuk meningkatkan kapasitas merupakan penjumlahan dari potensi pendapatan asli
fiskal daerah. daerah (PAD) dengan penerimaan dari dana bagi hasil
Lebih jauh Surtikanti menegaskan, formula (DBH Pajak dan DBH SDA) dan lain-lian pendapatan
besaran DAU yang diterima setiap daerah sudah jelas asli daerah yang sah.
sehingga sulit dilakukan perubahan di luar formula Saat ini kriteria kebutuhan fiskal sudah lebih
yang ditetapkan. Namun, permasalahan desentralisasi luas, yakni dengan menambahkan beberapa indeks
fiskal tidak sesederhana itu. Selain pembagian seperti Indeks PDRB, Indeks Pembangungan Manusia
wewenang (expenditure assignment), pembagian (IPM) dan total belanja rata-rata APBD, serta bobot
sumber pendapatan (revenue assignment) dan indeks. Dalam Peraturan Menteri Keuangan, rumus
pinjaman daerah, maka sebenarnya pilar utama Kebutuhan fiskal (fiscal needs) dapat dilihat dalam
desentralisasi fiskal adalah transfer dana dari pusat ke formula di bawah ini:
daerah (intergovernmental fiscal transfer). Kbf = TBR (1 IP+2 IW+3 IPM+4 IKK+5
Penghitungan kapasitas fiskal, baik daerah IPDRB/kap)
provinsi maupun daerah kabupaten/kota didasarkan dimana:
pada formula sebagai berikut: Kbf =kebutuhan fiskal
KF = {(PAD + DAU + DBH + LPDS) BP} TBR =Total belanja rata-rata APBD
------------------------------------- IP =Indeks Jumlah Penduduk
------------------------- IW =Indeks Luas Wilayah
(JPM) IPM =Indeks Pembangunan Manusia
Keterangan: IKK =Indeks Kemahalan Kostruksi
KF=Kapasitas Fiskal IPDRB/kap =Indeks PDRB per kapita
PAD= Pendapatan Asli Daerah =Bobot dari indeks.
DBH=Dana Bagi Hasil SDA dan Non-SDA
DAU=Dana Alokasi Umum Joko Tri Haryanto (2016), menjelaskan DAU
LPDS=Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah merupakan salah satu komponen terbesar di dalam
BP=Belanja Pegawai dana perimbangan di APBN yang pengalokasiannya
JPM=Jumlah Penduduk Miskin didasarkan atas formula dengan konsep kesenjangan
fiskal (fiscal gap) yang merupakan selisih antara
Sedangkan peta kapasitas fiskal daerah adalah kebutuhan fiskal (fiscal need) dengan kapasitas fiskal
gambaran kapasitas fiskal masing-masing yang (fiscal capacity). DAU bertujuan sebagai instrumen
dikelompokkan berdasarkan indeks kapasitas fiskal untuk mengatasi masalah horizontal imbalances yang
daerah (IKpF). Pengelompokan berdasarkan indeks dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan
sangat penting untuk mengukur tidak hanya sumber- keuangan antar-daerah di mana penggunaannya
sumber pendapatan daerah, tetapi juga mengukur ditetapkan sepenuhnya oleh daerah (block grants),
kemampuan daerah untuk membiayai kebutuhan- (Pertauran Menteri keuangan; 2015).
kebutuhan belanja daerah dan upaya pemerintah Sedangkan (Bintang Dwitya Cahyono;
daerah mengentaskan kemiskinan di daerahnya 2014:48), menjelaskan hal terpenting dari tujuan
melalui kebijakan fiskal daerah dalam APBD. Sebab desentralisasi fiskal adalah untuk mendorong daerah
indeks kapasitas fiskal daerah sangat berkepentingan agar lebih mandiri dalam pengelolaan keuangan
atau merupakan salah satu cermin dari gambaran daerah dan dituntut untuk dapat memenuhi
kemiskinan daerah. kebutuhan sendiri dengan meningkatkan PAD.
Kebutuhan fiskal (fiscal need) daerah, dapat
diartikan sebagai kebutuhan daerah untuk membiayai III. PEMBAHASAN
semua pengeluaran daerah dalam rangka menjalankan A. Masalah PAD yang Rendah
fungsi/kewenangan daerah dalam penyediaan Menurut (Masita Machmud,dkk; 2014:4),
pelayanan publik dan pembangunan. Dalam konteks perimbangan keuangan antara pusat dan daerah yang
teori ekonomi makro, pengeluaran fiskal pemerintah ideal adalah apabila setiap tingkat pemerintahan dapat
(APBD) merupakan salah satu faktor/variable dalam independen di bidang keuangan untuk membiayai
pertumbuhan ekonomi (PDB). Semakin meningkat pelaksanaan tugas dan kewenangan masing-masing.
Hal ini berarti subsidi dan bantuan pusat yang selama porsi PAD Sulawesi Barat tahun 2010 hanya 14,78%
ini sumber utama penerimaan APBD mulai berkurang dari total pendapatan daerah dalam APBD. Sedangkan
kontribusinya, dan yang menjadi sumber utama porsi transfer fiskal mencapai 74,76%. Sementara
pendapatan adalah dari daerah sendiri khususnya tahun 2015 porsi PAD masih relatif kecil yakni hanya
PAD. Namun sebagian besar daerah belum mampu 16,67% dan kontribusi transfer fiskal pusat mencapai
meningkatkan sumber pendapatan daerah sendiri. 68,98%, (BPS; 2015:59). Provinsi Maluku Utara,
PAD yang rendah di 6 provinsi baru paska Sulawesi Barat, Papua Barat, dan Gorontalo
pemekaran kecuali provinsi Bantensebagaimana merupakan provinsi baru dengan PAD relatif kecil
digambarkan dalam Gambar 1, merupakan persoalan dibandingkan penerimaan dari transfer fiskal pusat.
yang tidak sederhana. Persoalan rendahnya PAD tidak Sedangkan provinsi lain yang PAD-nya masih cukup
hanya disebabkan regulasi perpajakan daerah tetapi tinggi adalah provinsi BangkaBelitung,Banten, dan
juga laju pertumbuhan ekonomi di 6 provinsi yang Kepulauan Riau (lihat Gambar 1.di atas).
relatif lambat. Sumber utama PAD adalah pajak daerah Walaupun jumlah PAD provinsi Banten sangat
dan retribusi daerah. Berdasarkan UU Nomor 28 tinggi dan meningkat setiap tahun, tetapi indeks
Tahun 2009 menjelaskan bahwa pajak daerah provinsi kapasitas fiskalnya tidak pernah naik ke posisi tinggi
terdiri dari: pajak kendaraan bermotor (PKB); Bea atau sangat tinggi. Indeksnya tetap menempati posisi
Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB); Pajak sedang sejak 2009-2015. Hal ini disebabkan antara
Baban Bakar Kendaraan Bermotor (PBB-KB); Pajak Air lain jumlah penduduk miskin di Provinsi Banten masih
Permukaan (PAP); dan Pajak Rokok. sangat tinggi dan beban belanja pegawai dalam APBD.
Sekitar 80-90% PAD provinsi di Indonesia Bahkan jumlah penduduk miskin pada September
rata-rata disumbang oleh pajak daerah dan retribusi 2015 meningkat dari bulan September 2014 (lihat
daerah. Sedangkan hasil keuntungan dari BUMD masih Gambar 2).
relatif minim. Saat ini pajak daerah dan retribusi Indeks kapasitas fiskal sedang yang diperoleh
daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota provinsi Banten menggambarkan kapasitas fiskalnya
menganut prinsip closed list. Berbeda dengan regulasi masih belum mampu mengurangi jumlah penduduk
pajak daerah sebelumnya yang bersifat open-list dalam miskin. Belum termasuk beban belanja pegawai setiap
UU Nomor 34 tahun 2000). Artinya daerah dapat tahun dalam APBD yang menguras pendapatan daerah.
memungut pajak daerah dan retribusi daerah baru di Apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk
luar undang-undang melalui perda, sepanjang ada miskin Indonesia tahun 2015 sebanyak 28,5 juta jiwa,
potensinya dan tidak harus mendapat persetujuan dari maka kontribusi penduduk miskin Banten mencapai
pusat. 2,46%. Hal inilah yang menjadi paradoks dalam
melihat struktur APBD dengan kapasitas fiskalnya.
Artinya PAD Banten yang relatif besar tidak menjamin
penduduk miskin berkurang di Banten.
Kontribusi PAD Gorontalo 2010 sebesar 22,43%, IKpF 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
peningkatan belanja pegawai dalam APBD, maka Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Keuangan RI
porsinya dapat mencapai 25% dari pendapatan Tahun 2009-2015.
daerah. Hal ini menjadi beban dalam APBD ke depan.
Padahal, pemda seharusnya menambah porsi belanja B. Mengintensifkan Lain-lain Pendapatan Daerah
modal/infrastruktur dalam APBD setiap tahun untuk yang Sah
mendukung pengentasan kemsikinan di daerah. Lain-lain pendapatan daerah yang sah menjadi
Ketiga, jumlah penduduk miskin di Provinsi penting dalam konteks upaya pemda meningkatkan
Gorontalo dan Sulawesi Barat masih cukup tinggi kapasitas fiskalnya. Pendapatan ini merupakan
yakni di atas 150.000 orang, sebagaimana dapat dilihat penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik
dalam Gambar 2. Bahkan penduduk miskinnya pemerintah daerah. Setidaknya terdapat 13 jenis
meningkat pada September 2015 dari September pendapatan dalam kategori lain-lain pendapatan
2014. Hal inilah yang menyebabkan indeks kapasitas daerah ini meliputi objek sebagai berikut: 1)Hasil
fiskal provinsi Gorontalo dan Sulawesi Barat tetap penjualan asset daerah yang tidak dipisahkan; 2)Jasa
dalam posisi rendah dalam 5 tahun terakhir (2011- giro; 3)Pendapatan bunga; penerimaan atas tuntutan
2015). Padahal pada tahun 2009 dan 2010, indeksnya ganti kerugian daerah; 4)Penerimaan komisi,
sempat mengalami sedang (lihat Tabel 1). potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari
Keempat, struktur APBD kedua provinsi juga penjualan, pengadaan barang dan jasa oleh daerah;
lemah di mana jumlah PAD juga masih rendah 5)Penerimaan keuangan dari selisih kurs rupiah
dibandingkan provinsi lainnya seperti Banten, terhadap mata uang asing; 6)Pendapatan denda atas
Kepulauan Riau, dan BangkaBelitung. Walupun sudah keterlambatan pelaksanaan pekerjaan; 7)Pendapatan
berdiri sejak Desember 2000 berdasarkan UU Nomor denda pajak; 8)Pendapatan denda retribusi;
38 Tahun 2000, kemampuan PAD-nya masih minim 9)Pendapatan eksekusi atas jaminan; 10)Pendapatan
sejak 2005-2015 untuk mendukung pembiayaan dari pengembalian; 11)Pendapatan dari fasilitas sosial
pembangunan. Hal ini jelas membuat Gorontalo dan dan umum milik pemda; 12)Pendapatan dari
Sulawesi Barat masih tetap bergantung banyak pada penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan;
transfer fiskal pusat. 13)Pendapatan dari anggaran/cicilan penjualan.
Menurut (Robert A.Simanjuntak; 2003:15), isu
utama dari PAD dikaitkan dengan pelaksanaan C. Belanja Pegawai: Beban Fiskal Daerah
otonomi daerah adalah bahwa PAD merupakan Salah satu issu krusial dan persoalan klasik
pencerminan dari local taxing power yang seyogyanya dalam aspek belanja daerah adalah belanja pegawai.
cukup signifikan besarnya. Apalagi dengan Sejak otonomi diberlakukan, pemda cenderung mudah
bertambahnya tugas/fungsi pemerintah daerah di era untuk menambah pegawai sehingga menyebabkan
otonomi. Namun pengalaman selama ini menunjukkan terjadinya peningkatan porsi belanja pegawai setiap
bahwa PAD dari provinsi mau pun kabupaten/kota tahun dalam APBD, baik APBD provinsi maupun APBD
secara umum hanya memiliki peran yang marjinal kabupaten/kota. Secara rata-rata porsi belanja
terhadap APBD. Dikeluarkannya UU No. 18 Tahun pegawai daerah mencapai 20-25% dari total belanja
1997 yang bersifat limitatif membatasi jumlah daerah.
pungutan yang boleh dikenakan daerah, ternyata Porsi belanja pegawai di Papua Barat
malah mengurangi peran pajak dan retribusi daerah misalnya, tahun 2005 hanya sebesar Rp31,3 Milyar,
dalam APBD. Oleh karena itu banyak harapan yang namun tahun 2010 meningkat menjadi Rp109,5 Milyar
muncul terhadap pelaksanaan UU Pajak Daerah dan atau meningkat 250% dalam kurun waktu 5 tahun.
Retribusi Daerah, yakni penguatan kapasitas PAD. Tahun 2015 alokasi belanja pegawai Papua Barat
sudah mencapai Rp322,6 Milyar atau meningkat 195%
Tabel 1. Indeks Kapasitas Fiskal Di 7 Daerah Provinsi dari 2010. Seperti disebutkan dalam formula, belanja
Baru, 2009-2015 pegawai merupakan pengurang dari kapasitas fiskal
IKpF 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 daerah. Semakin meningkat belanja pegawai semakin
Sangat
Tinggi
Kep.Riau
Bangka
Kep.Riau
Papua Kep.Riau
Bangka
-
Papua Papua berkurang kapasitas fiskal daerah. Walaupun terjadi
Belitung Barat Barat
( 2) Belitung Barat peningkatan penerimaan daerah seperti penerimaan
Maluku
Utara Bangka Kep.Riau
transfer fiskal pusat, tetapi apabila terjadi peningkatan
Maluku BangkaBeli
Tinggi
Utara BangkaBeli tung
BangkaBel Belitung Bangka belanja pegawai maka akan mempengaruhi kapasitas
(1 Kep.Riau itung Kep.Riau Belitung
1,90)
Papua
Barat
tung Papua
Barat
Kep.Riau Maluku Maluku fiskal setiap tahun. (Lihat Tabel).
Papua Utrara Utara
Barat
Maluku
Maluku
Banten Utara
Sedang Maluku Utara
Gorontalo Banten
(0,50 - Utara Banten Banten Banten Banten
Sulawesi Sulawesi
1) Banten Papua
Barat Barat
Barat
Gorontalo
Tabel 2. Belanja Pegawai 7 Provinsi Baru Dalam APBD Kepulauan Riau sebesar Rp695,943 milyar(0,20% dari
Tahun 2010-2016, (Rp Ribu) total DAU); dan Banten sebesar Rp640,981
Provinsi
2010 2011 2012 2013 2014 2015 milyar(0,18% dari total DAU), (Peraturan Presiden;
2015).
280.4 320.4 384.9 481.3 593.5
Banten 75.12 86.55 81.22
423.14
28.44 56.88 Struktur belanja daerah selalu didasarkan
1.044 kepada kebijakan umum belanja daerah dalam APBD.
4 1 1 1 4
Bangka
151.6 191.3 216.2
246.90
274.3 329.0 Kebijakan belanja daerah harus ditetapkan dan
93.15 85.03 71.98 39.63 23.18 disesuaikan dengan kekuatan keuangan daerah.
Belitung 0.473
3 3 8 5 0
165.2 187.7 209.0 239.7 302.6
Dijelaskan bahwa, arah kebijakan belanja diutamakan
Goronta 224.33 untuk memenuhi Belanja Tidak Langsung yang
32.59 96.43 99.42 95.98 69.79
lo 2.890
4 2 4 7 7 meliputi belanja pegawai, hibah, bantuan sosial, dan
Kepulau
162.9 192.3 212.4
220.94
252.0 300.0 belanja tidak terduga sesuai dengan peraturan
89.13 13.32 70.06 64.81 00.00
an Riau 3.360. perundangan yang berlaku. Pemda juga dapat
5 9 0 3 0
163.8 154.4 200.3 265.4 339.2 melakukan efisiensi dalam pemakaian/pemanfaat
Maluku 215.95 listrik, telepon, air, serta belanja pemeliharaan gedung
37.44 79.48 62.80 37.98 77.97
Utara 7.878
9 7 4 9 5 kantor/kendaraan dinas dan sebagainya. Belanja juga
109.5 150.8 171.5 178.5 322.6 dapat diarahkan pada kegiatan yang mendukung
Papua 172,54
75.05 83.80 78.19 80.57 29.60
Barat
5 2 1
2.175
3 5 prioritas pembangunan. Pemda juga dapat
127.0 210.7 241.3 mengoptimalkan belanja untuk dana dekonsentrasi
Sulawes 77.19 99.18 200.21
i Barat 7.534 4.433
58.28
1.221
32.94 69.98 dan tugas pembantuan. Sedangkan Belanja Tidak
3 2 5 Langsung seperti belanja hibah dapat ditentukankan
Sumber: Statistik Keuangan Pemerintah Provinsi dan dikeluarkan kepada pihak-pihak yang
2009-2012 dan 2012-2015, Penerbit BPS Jakarta. berpartisipasi dalam pelaksanaan pembangunan.
Dari Tabel 2 di atas, dapat dilihat besaran Sementara itu Belanja Bantuan Sosial diarahkan antara
belanja pegawai di 7 provinsi baru meningkat setiap lain untuk bedah rumah keluarga miskin, dan
tahun. Bahkan provinsi Banten mencapai Rp500 sebagainya, (Margono;2015).
Milyar lebih di tahun 2015 atau meningkat 39% dari Kapasitas fiskal juga dapat dilihat dari
2014. Dalam struktur belanja APBD di 7 provinsi, rata- perbandingan atau rasio belanja modal terhadap total
rata porsi belanja pegawai menempati urutan ketiga belanja daerah dalam APBD setiap tahun. Semakin
terbesar setelah Belanja Bagi Hasil, dan Belanja Hibah. besar rasio belanja modal semakin baik kapasitas
Hanya belanja pegawai di Sulawesi Barat yang relatif fiskal daerah-nya. Oleh karena itu pertumbuhan
kecil setiap tahunnya dengan peningkatan yang relatif belanja modal harus lebih besar dari pertumbuhan
kecil dan tidak signifikan. belanja pegawai setiap tahun. Rasio belanja modal
Kebijakan belanja yang tidak proporsional terhadap belanja daerah pada 7 provinsi baru dapat
terjadi di Gorontalo di mana porsi belanja pegawai dilihat dalam Tabel 3 di bawah.
lebih besar dibandingkan porsi belanja modal (capital
expenditure) periode 2010-2014, (BPS;2012-2015). Tabel 4. Rasio Belanja Pegawai(BP) dan Rasio Belanja
Berbeda dengan di 6 provinsi lain, karena porsi belanja Modal(BM) Terhadap Belanja Daerah
pegawai-nya masih lebih kecil dibandingkan belanja Dalam APBD di 7 Provinsi Baru, Tahun 2011-2015 (%)
modal. Sehingga hal ini menyulitkan bagi provinsi 2011 2012 2013 2014 2015
Provinsi
Gorontalo untuk membiayai kebutuhan daerah BP BP BP BP BP
terutama membangun infrastruktur. Implikasi BM BM BM BM BM
selanjutnya adalah kapasitas fiskal Gorontalo tidak 7,24 8,0 7,77 6,63
Banten 23,00
17,25 15,35 11,16 20,73
mampu untuk membiayai pembangunan yang
mengakibatkan indeksnya juga rendah. Peningkatan 16,18 15,34 17,18 15,44
BangkaBelitung 29,00
belanja pegawai di satu sisi positif dalam 21,76 25,02 19,14 14,58
meningkatkan kesejahteraan aparatur sipil negara 9,44 8,13 7,61 8,17
(ASN) di Gorontalo, namun di sisi lain berpengaruh Kepulauan Riau 23,30
11,66 14,46 21,67 17,68
negatif terhadap kemampuan pembiayaan
15,90 15,56 17,91 18,60
pembangunan infrastruktur daerah. Maluku Utara 34,10
33,23 28,08 28,88 27,24
Semua provinsi mengalami peningkatan
belanja pegawai yang cukup signifikan tahun 2015 23,62 21,34 19,90 20,60
Gorontalo 23,60
15,63 17,60 19,29 24,78
dibandingkan tahun 2014. Hal ini salah satunya
dipengaruhi oleh peningkatan transfer pusat ke 7 Sulawesi Barat -
14,63 19,17 17,16 16,04
provinsi tersebut tahun 2015, terutama transfer DAU. 15,60 13,26 21,75 29,47
Dari 7 provinsi, tahun 2015 Papua Barat memperoleh 4,40 3,33 3,02 6,04
Papua Barat 26,30
DAU terbesar yakni Rp1,284 triliun(0,36% dari total 21,90 16,10 20,18 28,30
DAU); Maluku Utara sebesar Rp1,061 triliun(0,30% Sumber: Diolah dari Buku Statistik Keuangan
dari total DAU); BangkaBelitung sebesar Rp897,887 Pemerintah Provinsi, 2012-2015, BPS Jakarta
milyar(0,25% dari total DAU); Sulawesi Barat sebesar
Rp895,580 milyar(0,25% dari total DAU); Gorontalo
sebesar Rp845,395 milyar(0,24% dari total DAU);
Dari Tabel 4 disimpulkan bahwa Papua Barat dan APBD kabupaten/kota sangat signifikan, tidak
dan Banten merupakan dua provinsi baru yang rasio hanya dalam konteks pembiayaan pelaksanaan
belanja pegawainya terhadap belanja daerah relatif desentralisasi pemerintahan tetapi juga mendorong
kecil sejak 2012-2015. Sedangkan Gorontalo, Maluku pembangunan daerah melalui belanja daerah. Ketujuh
Utara dan Sulawesi Barat merupakan provinsi dengan provinsi baru mengalami peningkatan jumlah transfer
rasio belanja pegawai cukup besar. Bahkan Gorontalo fiskal pusat setiap tahun (lihat Gambar 3). Hal ini lah
dan Sulawesi Barat adalah provinsi dengan rata-rata yang membantu kemampuan fsikal daerah dalam
anggaran belanja pegawai melampaui belanja modal membiayai kebutuhan fiskal daerah yang setiap tahun
kecuali tahun 2015. meningkat. Porsi terbesar adalah DAU. Karena bersifat
Walaupun belanja pegawai Maluku Utara transfer umum (block grant), maka diskresi
cukup besar dalam APBD setiap tahun, namun alokasi pemerintah daerah dalam mengelola DAU sangat
belanja modal merupakan terbesar diantara seluruh besar. Tetapi pada umumnya DAU dialokasikan
provinsi berdasarkan rasio belanja modal yang rata- sebagian besar untuk belanja aparatur (pegawai).
rata 30% setiap tahun sejak 2011-2015. Sampai saat ini sulit untuk mengalihkan dana
DAU untuk belanja modal atau belanja barang/jasa
D. Tingginya Angka Kemiskinan: Beban Fiskal karena kebutuhan belanja aparatur meningkat setiap
Daerah tahun. Hal inilah yang membuat hampir seluruh pemda
Semua provinsi di Indonesia masih memiliki sulit mengelola APBD karena sangat sedikit
penduduk miskin. Walaupun sampai saat ini dialokasikan untuk belanja modal untuk pembiayaan
pemerintah pusat dan daerah terus berupaya infrastruktur.
memerangi dan mengurangi penduduk miskin di Selain DAU, dana bagi hasil juga merupakan
daerah, tetapi jumlah total penduduk miskin di penyelamat anggaran daerah dari aspek sumber
Indonesia mencapai 28.513.570 orang per 30 pendapatan. Bagi hasil SDA Papua Barat dan
September 2015. Jumlah ini belum termasuk Kepulauan Riau merupakan 2 provinsi penghasil SDA
penduduk hampir miskin yang sangat rentan jatuh migas sampai saat ini dengan jumlah relatif besar
menjadi miskin apabila terjadi kenaikan beberapa (lihat Gambar 3 di bawah). Wajar apabila kapasitas
kebutuhan pokok terutama harga pangan. fiskalnya relatif mampu untuk membiayai sebagian
Tingkat kemampuan/kapasitas fiskal daerah belanja daerahnya dalam APBD. Kemampuan fiskal
sangat berkaitan dengan upaya mengurangi angka Papua Barat dan Kepulauan Riau ini berpengaruh
kemiskinan di tujuh provinsi baru. Provinsi Banten positif terhadap indeks kapasitas fiskal yang tinggi.
dan Bangka-Belitung merupakan provinsi baru yang Tetapi ironinya penduduk miskin di Papua Barat
memiliki jumlah penduduk miskin terbanyak dari 7 masih tetap tinggi. Hal ini menjadi pertanyaan besar
provinsi yakni masing-masing 690.670 orang atau bagi Pemda Papua Barat dalam mengelola keuangan
2,42% dari total penduduk miskin seluruh Indonesia, daerah selama ini untuk mengurangi kemiskinan
dan 666.200 orang atau 2,33% dari total penduduk penduduknya. Artinya kebijakan Pemda Papua Barat
miskin di Indonesia. Papua Barat dan Gorontalo juga belum berhasil mengurangi angka kemiskinan,
masih memiliki jumlah penduduk miskin terbanyak padahal kapasitas fiskalnya cukup mampu dengan
ketiga dan keempat dengan porsi 0,80% dan 0,72% transfer fiskal pusat yang terus meningkat setiap tahun
dari total penduduk miskin di Indonesia. baik DAU maupun dana bagi hasil SDA migas.
Penduduk miskin yang masih besar di
keempat provinsi baru tersebut, jelas merupakan
beban baik secara langsung dan tidak langsung bagi
anggaran daerah. Hal ini juga mempengaruhi indeks
kapasitas fiskal daerah (IKpF) di provinsi tersebut,
seperti Gorontalo dengan indeks kapasitas fiskal yang
rendah dan Banten dengan indeks kapasitas fiskal
sedang. Dari Gambar 2 di atas, tampak hanya 2
provinsi yang jumlah penduduk miskinnya relatif
sedikit yakni Maluku Utara dan BangkaBelitung. Oleh
karena itu wajar bila indeks kapasitas fiskalnya juga
tinggi. Gambar 3.Perkembangan Transfer Fiskal Pusat (Minus
Secara keseluruhan, tujuh daerah otonomi DAK & Dana Otsus) ke 7 Provinsi Baru
baru masih menghadapi tantangan bagaimana 2010-2015 (RpRibu)
mengurangi jumlah penduduk miskin di daerahnya.
Hal ini menjadi tanggungjawab bersama antara pusat Dari Gambar 3 juga dapat dilihat terdapat 3
dan daerah, salah satunya melalui kebijakan APBD. provinsi yakni Banten, Kepulauan Riau, dan Papua
Barat yang mendapatkan transfer fiskal pusat cukup
E. Transfer Pusat: Membantu Kapasitas Fiskal besar di atas Rp1 Triliun. Peningkatan ini sangat
Daerah membantu kapasitas APBD ketiga provinsi. Sedangkan
Diakui sejak otonomi diberlakukan tahun 4 provinsi lainwalaupun terjadi peningkatan
2001, peran transfer fiskal pusat dalam APBD provinsi
PDRB Banten terhadap PDB nasioal tersebut Kapasitas PAD provinsi Banten yang besar,
dipengaruhi oleh perkembangan perekonomian yang misalnya, ternyata tidak berpengaruh signifikan
pesat di Jawa. Letak geografis Banten merupakan terhadap pengurangan angka kemiskinan penduduk di
faktor pendorong perkembangan ekonomi di Banten. Banten. Padahal anggaran daerah pada umumnya
Data dari Bank Indonesia, menunjukkan pertumbuhan memilki 3 fungsi utama yakni: fungsi redistribusi
ekonomi Banten Triwulan IV/2014 mencapai 8% (year pendapatan; fungsi distribusi sumber daya; dan fungsi
on year), (BI; 2016). Adapun perkembangan PDRB 7 alokasi. Kebijakan anggaran dalam konteks otonomi
provinsi baru dapat dilihat dalam Gambar 4 di bawah. merupakan diskresi pejabat pemerintah daerah
sepenuhnya. Artinya pemekaran daerah yang
bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat, tidak
tercapai walaupun sebagian besar provinsi baru sudah
berdiri sejak 15 tahun lalu kecuali Sulawesi Barat yang
terbentuk belakangan.
Fadzil dan Nyoto (2011), menganalisis
hubungan di antara kapasitas fiskal daerah dan
transfer antar-pemerintahan dengan realisasi
anggaran. Hasil penelitian mengindikasikan adanya
ketergantungan yang tinggi dari pemerintah daerah
terhadap dana dari pemerintah pusat. Meskipun
Gambar 4. Pertumbuhan Ekonomi (PDB) di 7 Daerah terdapat hubungan yang erat di antara kapasitas fiskal
Provinsi Baru 2011-2015, dengan kinerja anggaran daerah, namun transfer fiskal
(Dalam %) antar-pemerintahan tidak sepenuhnya memediasi
hubungan tersebut.
Dari Gambar 4 di atas, dapat dilihat bahwa Lebih jauh Fadzil dan Nyoto (2011)
pertumbuhan ekonomi tertinggi dialami Banten dan menjelaskan, public budget have an influence on
Gorontalo rata-rata per tahun 12,37% dan 13,01% economic activity. In terms of revenues, public budget
melebihi pertumbuhan ekonomi (PDB) nasional. can be used to build a conducive of business climate, and
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi memang tidak to invigorate of the economic sector grow. However, the
secara langsung berdampak positif terhadap fiskal consequences of local revenue may also be obstacles to
daerah. Tetapi secara langsung dapat berpengaruh business and economic climate. Public budgets have an
positif terhadap pajak daerah dan retribusi daerah influence on economic activity. In terms of revenues,
dalam PAD. Sebaliknya belanja daerah secara total public budget can be used to build a conducive of
dalam APBD, baik provinsi maupun kabupaten/kota business climate, and to invigorate of the economic
secara langsung akan berkontribusi terhadap PDB sector to grow. From the expenditure side, spending for
daerah dari sisi pengeluaran. Apabila belanja daerah the provision of public goods, especially infrastructure
tinggi maka berpengaruh positif terhadap will build a huge opportunity movement of people's
pertumbuhan ekonomi daerah. Provinsi Banten dan economic sectors. Public services such as facilitating,
Gorontalo dengan porsi belanja daerah yang cukup regulatory, and development of the business sector
tinggi, termasuk belanja aparatur dalam APBD strongly supports the creation of good business climate.
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Artinya, anggaran (fiskal) daerah juga
kedua provinsi sebagaimana dapat dilihat dari Gambar berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi daerah
4. Sedangkan BangkaBelitung, Kepulauan Riau, dan dalam upaya mendorong pertumbuhan (PDB). Dari sisi
Maluku Utara adalah 3 provinsi dengan tingkat pendapatan, anggaran daerah berfungsi untuk
pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah rata-rata 5- membangun iklim bisnis yang kondusif sehingga dapat
6% per tahun periode 2011-2015. Hal ini berpengaruh meningkatkan pendapatan daerah dalam APBD.
terhadap pendapatan dari PAD yang relatif kecil Sedangkan dari sisi pengeluaran, anggaran daerah
sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1. dapat menggerakan sektor-sektor ekonomi melalui
Terkait upaya pemda 7 provinsi untuk belanja daerah untuk barang public dan berbagai
mengurangi angka kemiskinan di daerahnya maka infrastruktur.
porsi belanja non-pegawai harus diperbesar untuk
menyediakan infrastruktur atau barang publik yang IV. KESIMPULAN
dibutuhkan masyarakat terutama masyarakat miskin. Kebijakan otonomi daerah dalam UU Nomor
Merupakan kewajiban pemerintah daerah melalui 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
instrumen fiskal daerah masing-masing untuk merupakan salah satu fokus dalam penataan daerah
menyediakan barang-barang publik seperti fasilitas otonom baru termasuk provinsi baru, menjadi salah
kesehatan, jalan, jembatan, fasilitas pendidikan, pasar, satu isu penting yang sampai sekarang masih menjadi
listrik, dan lain-lain. Oleh karena itu walaupun fokus pemerintah pusat. Penataan daerah otonomi
peningkatan belanja pegawai tidak terhindarkan baru, sampai saat ini masih identik dengan pemekaran
dalam APBD tetapi peningkatan anggaran belanja non- wilayah. Padahal penataan daerah otonomi baru,
pegawai seperti belanja modal juga mutlak ditambah. sangat dimungkinkan untuk melakukan penghapusan
dan/atau penggabungan daerah otonomi baru seperti
diatur dalam PP Nomor 78 Tahun 2007 tentang tingkat keberhasilan pemerintah daerah dalam
Persyaratan dan Tata Cara Pembentukan, Kriteria pembangunan infrastruktur. Merupakan dilemma bagi
Pemekaran, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah. pemerintah daerah, termasuk pemerintah daerah di 7
Mengingat salah satu tujuan otonomi daerah provinsi baru, di satu sisi kebijakan belanja pegawai
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, penting untuk meningkatkan kesejahteraan
mendekatkan pelayanan umum, dan memperkuat daya masyarakat, tetapi di sisi lain belanja modal juga dapat
saing daerah, maka dengan terbentuknya 7 provinsi mendorong perekonomian daerah dengan
baru seharusnya dapat mempercepat peningkatan pembangunan infrastruktur yang dibiayai sepenuhnya
kesejahteraan masyartakat dan pelayanan publik. oleh APBD terutama yang bersumber dari pendapatan
Hasil evaluasi kinerja daerah otonomi baru yang sendiri.
dilakukan Kementerian Dalam Negeri, menyebutkan Indeks kapasitas fiskal yang tinggi dan sangat
hanya 58,71% berkinerja tinggi. Sisanya 34,19% tinggi tidak otomatis dan tidak menjamin dapat
berkinerja sedang, dan 4,16% berkinerja rendah. mengurangi angka kemiskinan daerah secara
Bahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melansir signifikan. Oleh karena itu, pemerintah daerah di 7
80% daerah otonomi baru gagal meningkatkan provinsi baru perlu membuat prioritas program dan
kesejahteraan masyarakatnya, (Fadzil, Faudziah kebijakan pembanguan setiap tahun yang benar-benar
Hanim, dan Harryanto Nyoto; 2011). secara langsung dapat meningkatkan kesejahteraan
Kesimpulan di atas juga dapat dilihat antara masyarakat di wilayahnya. Kebijakan fiskal yang pro-
lain masih rendahnya kapasitas fiskal pada 7 daerah poor dan merata akan mendorong perekonomian
provinsi baru sebagaimana yang telah dibahas di atas. daerah, termasuk mendorong usaha di sektor riil dan
Pertumbuhan sumber pendapatan sendiri seperti PAD informal seperti usaha mikro, kecil dan menengah
dan kinerja usaha BUMD yang lambat, merupakan (UMKM). Multiflyer effect-nya antara lain akan
salah satu gambaran masih besarnya ketergantungan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
daerah provinsi baru terhadap transfer pusat dalam
struktur pendapatan daerah dalam APBD. Sangat sulit
bagi provinsi baru untuk membiayai kebutuhan DAFTAR PUSTAKA
belanja daerah setiap tahun tanpa adanya transfer
pusat. Provinsi Banten yang memiliki PAD cukup tinggi Abeng, Tanri, (2006), Profesi Manajemen, Penerbit PT.
masih juga bergantung pada transfer pusat untuk Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
menambah kapasitas fiskal daerahnya agar dapat Azisy Qadri, A, (2007), Change Management Dalam
membiayai pengeluaran daerah dalam APBDnya. Reformasi Birokrasi, Penerbit PT. Gramedia Pustaka
Kapasitas fiskal lebih menggambarkan ruang Utama, Jakarta.
yang dimiliki oleh pemerintah daerah untuk Andrs Rodrguez-Pose and Roberto Ezcurra; (2010);
melakukan diskresi kebijakan. Tetapi kapasitas fiskal Is fiscal decentralization harmful for economic
yang memadai tanpa kebijakan APBD khususnya growth? Evidence from the OECD countries, Journal Of
kebijakan belanja APBD yang efektif akan Economic Geography, Vol.11, Issue 4, Published
menyebabkan nilai tambah dari APBD terhadap by Oxford University Press,
perekonomian daerah menjadi tidak optimal. http://joeg.oxfordjournals.org/content/11/4/
Merupakan suatu kesalahan kebijakan dalam APBD 619.full.
apabila pemda tidak memanfaatkan diskresi dan ruang Bank Indonesia, (2009), Statistik Ekonomi Keuangan
yang besar dari kapasitas fiskal yang dimilki untuk Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.
mendorong pertumbuhan ekonomi di daerahnya. Badan Pusat Statistik, (2012), Statistik Keuangan
Sebab sampai saat ini kebijakan belanja APBD masih Pemerintah Provinsi 2009-2012. BPS Jakarta.
menjadi salah satu andalan utama daerah untuk ----------------------------, (2015), Statistik Keuangan
membiayai pembangunan dan menggerakkan Pemerintah Provinsi 2012-2015. BPS Jakarta
perekonomian terutama daerah otonomi baru yang ---------------------------, (2015), Statistik Indonesia 2016,
memilki sumber PAD yang relatif tinggi dan sumber BPS Jakarta.
daya alam (SDA). Hal ini menjadi salah satu tantangan Bahl, Roy W., and Johanes, Linn (1992), Urban Public
fiskal daerah saat ini. Finance in Developing Countries, New York: Oxford
Di samping itu tantangan fiskal daerah saat ini University Press.
dan ke depan adalah permasalahan jumlah penduduk Bird, Richard M, Robert Ebel dan Cristine Wallich
miskin yang masih banyak terutama di Provinsi (1995), Decentralization of the Socialist State:
Banten, Gorontalo, Papua Barat, dan Sulawesi Barat. Intergovermmental Finance in Transition Economies,
Hal ini jelas menjadi beban dan tantangan fiskal ke Washington DC, World Bank.
depan. Rasio belanja pegawai yang tinggi Bratakusumah, Deddy Supriady dan Solihin, dadang,
dibandingkan dengan rasio belanja modal juga akan (2001), Otonomi Penyelenggaraan
menurunkan kapasitas fiskal pada 7 provinsi baru. Pemerintahan Daerah, Penerbit PT.Gramedia
Perbandingan alokasi belanja pegawai dengan belanja Pustaka Utama, Jakarta.
modal merupakan dua faktor yang selalu Bintang Dwitya Cahyono; Identifikasi Derajat
mempengaruhi kinerja keuangan daerah dalam APBD Kompetisi Fiskal Kabupaten/Kota di Jawa
setiap tahun. Rasio ini juga turut mempengaruhi Timur; Jurnal Ekonomi dan Pembangunan;
Vol.22/No.1/2014, Penerbit Pusat Penelitian Nasir, Mohammad, (1983), Metode Penelitian, Penerbit
Ekonomi - LIPI Jakarta, hlm.48. Graha Indonesia, Jakarta.
Dwirandra A. A, (2007), Efektifitas dan Kemandirian Oates W.E., (1993) Fiscal Decentralization and
Keuangan Daerah Otonom Kabupaten/Kota di Economics Development. National Tax Journal,
Propinsi Bali Tahun 2002-2006, Penerbit Fakultas Number 46 (Vol.3), Published by Economics
Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Udayana- Department of the Rice University, at Houston Texas,
Bali. US.
Davoodi, H., D. Xie and Heng-fu Zou, (1998), Fiscal Phillips, Kerk. L., and Woller, (1997), Does Fiscal
Decentralization and Economics Growth: A Cross Decentralization Lead to Economics Growth?,
Country Study. Journal of Urban Economics Number Working Paper, Number 97, Vol.7, September.
43 (Vol.2), Published by Academic Press, US. Prudhomme, Remy, (1999), Macroeconomics, 4th
Elmi, Bachrul, (2002), Keuangan Pemerintah Daerah Edition, Worth Publisher, Madison Avenue,
Otonom di Indonesia, Penerbit UI- Press, Jakarta. New York, US.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 55 Tahun 2005
Fadzil, Faudziah Hanim, dan Harryanto Nyoto, (2011). tentang Dana Perimbangan.
Fiscal Decentralization after Implementation of Peraturan Pemerintah RI Nomor 78 Tahun 2007
Local Government Autonomy in Indonesia. World tentang Persyaratan dan Tata Cara
Review of Business Research, Vol.1, No. 2, May, Pembentukan, Kriteria Pemekaran,
pp. 51-70. Penghapusan, dan Penggabungan Daerah.
Hadi Prayitno (Fitra), Pemekaran (Masalah) Daerah, Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor
dalam http://info-anggaran.com/pemekaran-masalah- 33/PMK.07/2015 tentang Peta Kapasitas Fiskal
daerah. Daerah.
Kadir, Abdul, (2008), Pajak daerah dan Retribusi Rosidin, Utang., (2010), Otonomi Daerah dan
Daerah Dalam Perspektif Otonomi di Indonesia, Desentralisasi, Penerbit CV.Pustaka Setia Bandung.
Penerbit FISP USU Press, Medan. Sarundajang, SH., (2001), Arus Balik Kekuasaan Pusat
Khusaim, Muh, (2006), Kajian Desentralisasi Fiskal, ke Daerah, Penerbit Pustaka Sinar Harapan
Pengaruhnya Terhadap Efesiensi Ekonomi Sektor Jakarta.
Publik, Pertumbuhan Ekonomi Daerah dan Sidik, Mahfud. (1999), Otonomi dan Desentralisasi
Kesejahteraan Masyarakat (Studi Pada Fiskal , Penerit BPFE-UGM, Yogyakarta.
Kabupaten/Kota di Jawa Timur Universitas Brawijaya, Syaukani,H.,Gaffar,A.,& Rasyid,MR., (2002).Otonomi
Malang). Daerah Dalam Negara Kesatuan, Penerbit
Kementerian Keuangan RI, (2007), Reformasi Sistim Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Penganggaran: Konsep dan Implementasi 2005- Sujamto, (1993), Perspektif Otonomi Daerah, Penerbit
2007. PT.Rineka Cipta, Jakarta.
------------------------------------------, (2010), Sinergi Pusat Surtikanti, (2013), Permasalahan Otonomi Daerah
dan Daerah Dalam Perpektif Desentralisasi Fiskal. Ditinjau Dari Aspek Perimbangan Keuangan
Kuncoro, Mudrajad, (2004), Otonomi dan Pemerintah Pusat dan Daerah, Jurnal Ilmiah Unikom,
Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan Vol.11 No.1/2013, Penerbit Universitas
Strategi dan Peluang, Penerbit PT.Erlangga. Komputer, Bandung.
Jakarta.
Mardiasmo, (2002), Otonomi dan Manajemen Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Keuangan Daerah: Seri Otonomi daerah, Penerbit Pemerintahan daerah sebagaiman telah diganti
Andi Yogyakarta, Yogyakarta. dengan UU Nomor 23 Tahun 2014.
Makagansa, HR., (2008), Tantangan Pemekaran Undang-Undang RI Nomor 33 Tahun 20114 tentang
Daerah, Penerbit Fuspad, DI Yogyakarta. perimbangan keuangan Antara Pemerintah Pusat
Martinez Vasques, Jorge. M and Mcnab, R.(1997), dan Daerah.
Fiscal Decentralization Economics Growth, and Undang-Undang RI Nomor 45 Tahun 1999 tentang
Democratic Governance, Working Paper, October. Pembentukan Provinsi Papua Barat (dulu Irian
Muhammad, Fadel, (2008), Reinventing Local Jaya Barat).
Government, Penerbit PT. Elex Media Undang-Undang RI Nomor 46 Tahun 1999 tentang
Komputindo. Pembentukan Provinsi Maluku Utara.
----------------------------, (2006), Solusi Jitu Membangun Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2000 tentang
Daerah, Penerbit CV.Arena Seni Jakarta. Pembentukan Provinsi Banten.
Mahmudi, (2010), Manajemen Keuangan Daerah, Undang-Undang RI Nomor 27 Tahun 2000 tentang
Penerbit Erlangga, Jakarta. Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka
Masita Machmud,dkk; (2014), Analisis Kinerja Belitung.
Keuangan Daerah di Provinsi Sulawesi Utara Undang-Undang RI Nomor 38 Tahun 2000 tentang
Tahun 2007-2012, dalam Jurnal Berkala Pembentukan Provinsi Gorontalo.
Ilmiah Efisiensi, Vo.14, No.2, Mei 2014, Penerbit Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2002 tentang
FEB Universitas Sam Ratulangi, Manado-Sulawesi Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau.
Utara.
Korupsi di sektor Bea dan Cukai sarat dengan motif ekonomi dan politik, pelakunya
melibatkan pejabat dan pelaksana Bea Cukai baik di pusat maupun daerah. Ciri utama
korupsi di sektor tersebut adalah kesengajaan melambatkan atau menunda pemrosesan
dokumen dan inspeksi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (i) resiko dan peluang
korupsi di sektor Bea dan Cukai; dan (ii) upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi di
sektor Bea dan Cukai. Penulis menggunakan metode penelitian hukum normatif dengan
pendekatan perundang-undangan. Guna menghasilkan pemikiran representatif, penulis
menggunakan pendekatan teori relatif (deterrence) yang dicetuskan oleh Cesare Beccaria
dan Jeremy Bentham, yang berintikan dasar pembenaran adanya pidana terletak pada
tujuannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program anti korupsi dilaksanakan melalui
pemetaan atau identifikasi sumber-sumber korupsi. Pemberantasan korupsi tidak sekedar
melalui penindakan dan pencegahan, akan tetapi membutuhkan role model.
nawacita, Pemerintah pada tahun 2016 telah melakukan pelayanan yang time sensitive, predictable,
meresmikan 91 (sembilan puluh satu) pelabuhan, yang available, dan adjustable.
terdiri dari 80 (delapan puluh) pelabuhan laut Cerminan layanan tersebut menjadi bagian
dibangun di wilayah Indonesia bagian Timur dan 11 integral dari sistem dan prosedur kepabeanan. Namun,
(sebelas) pelabuhan di wilayah Indonesia bagian praktik korupsi yang menyelimuti Bea dan Cukai
Barat. Di samping pelabuhan resmi tersebut, terdapat mengakibatkan pelayanannya menjadi buang-buang
pelabuhan-pelabuhan kecil dan milik pribadi non waktu, biaya mahal, tidak aman, dan sulit.
formal. Sektor penting bagi pemasukan negara ini
Lemahnya pengawasan dan pengamanan yang seringkali tak terbaca publik karena mereka memang
belum optimal di wilayah laut, udara, dan perbatasan, langsung mengurusi tarif dan pajak barang
serta banyaknya perlabuhan tikus, maka membuka perdagangan, seperti impor, ekspor, maupun
peluang bagi sindikat internasional untuk masuk ke konsumsi dalam negeri. Di tataran lokal dan terendah,
Indonesia melalui pelabuhan-pelabuhan tidak resmi kinerja DJBC dapat terlacak melalui pedagang kecil.
yang jumlahnya mencapai lebih dari 1.200 titik di Namun, di tataran nasional dan internasional dengan
seluruh Indonesia. nilai komoditas besar, korupsi bermain dalam arti
Disinilah tugas pokok Direktorat Jenderal Bea dan sesungguhnya.
Cukai (DJBC) untuk menyelenggarakan perumusan Pegawai Bea Cukai membentuk perusahaan veem
dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan, (jasa pergudangan) dan segala lalu lintas barang di
penegakan hukum, pelayanan, dan optimalisasi pelabuhan diatur melalui veem tersebut. Pegawai Bea
penerimaan negara di bidang kepabeanan dan cukai Cukai juga meminta tunjangan khusus dari perusahaan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- veem relasi. Apabila tidak mempergunakan veem yang
undangan. mereka bentuk atau veem relasi mereka, maka
Bea Cukai memiliki kewenangan untuk mengawasi Pegawai Bea Cukai akan memperlambat penyelesaian
lalu lintas barang di kawasan Indonesia, terutama di barang keluar dari pelabuhan.
wilayah yang berbatasan dengan negara lain, baik di Keunikan lain korupsi di sektor Bea dan Cukai,
darat, laut, dan udara, maupun tempat lain yang yaitu terkait dengan penyeludupan dan perdagangan
ditetapkan untuk lalu lintas barang. Fungsi utama DJBC barang di perbatasan secara illegal dan pemalsuan
adalah sebagai pengumpul penerimaan yang barang yang dibiarkan legalitasnya dapat membuat
merupakan pendapatan negara untuk membiayai harga barang di pasaran jatuh, yang mengakibatkan
pembangunan nasional. DJBC turut menyumbang PDRI produsen atau distributor yang jujur menjadi gulung
yang selama ini pencatatannya masuk dalam kas tikar.
penerimaan Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Maraknya praktik korupsi di sektor Bea dan Cukai
DJBC mempunyai peran yang sangat penting berdampak kepada para pengusaha harus
dalam menggerakkan roda perekonomian nasional mengeluarkan biaya tambahan sekitar 10%-15%
sekaligus menjadi salah satu penyangga penerimaan untuk mengurus kepabeanan. Para pedagang/
keuangan negara. Peran tersebut diwujudkan dalam industriawan/pebisnis berskala besar dengan
bentuk pengamanan dan pemungutan penerimaan pejabat/petugas Kantor Bea Cukai dapat melakukan
negara dari kegiatan impor, ekspor, dan pemungutan kontrak di bawah meja. Terjadinya permainan antara
cukai (revenue collection) untuk membiayai aparat Bea Cukai dengan importir dalam hal
pembangunan nasional. Pemasukan terbesar ke dalam kepengurusan kepabeanan, dapat dilakukan dengan
kas negara adalah dari sektor pajak dan termasuk cara menerima uang pelican guna mempercepat
didalamnya adalah bea keluar, bea masuk, dan cukai pengurusan dokumen dan memanipulasi bea masuk.
yang dikelola oleh DJBC. Dalam mafia Bea dan Cukai tersebut, selain
Peran DJBC adalah melancarkan arus barang dari Pejabat/Petugas Bea Cukai, juga terlibat pihak ketiga,
transaksi perdagangan internasional (trade seperti pengusaha, satuan pengamanan, cleaning
facilitation) dan membantu menciptakan iklim usaha service, bahkan tukang parkir ikut andil menjadi aktor
yang kondusif bagi pertumbuhan industri dan proses suap menyuap di lingkungan kepabeanan ini.
investasi melalui pemberian fasilitas kepabeanan dan Titik rawan pungutan liar lahir dari kebijakan
cukai serta pencegahan unfair trading (industrial jalur merah dan jalur hijau. Barang yang seharusnya
assistance). Dalam penerapannya, DJBC wajib berada di jalur hijau dialihkan oleh Pegawai Bea
memberikan pelayanan yang melingkupi hemat waktu, Cukaimelalui jalur merah atau sebaliknya. Tindakan
hemat biaya, aman, dan mudah (save time, save cost, petugas tersebut membuka peluang negosiasi dengan
safety, dan simple). pengusaha yang mengincar jalan pintas.
Empat layanan tersebut menjadi bagian integral Di dalam tubuh instansi Bea dan Cukai, setidaknya
dari sistem dan prosedur kepabeanan. Sejalan dengan terdapat 25 (dua puluh lima) titik rawan korupsi, yaitu
itu, semakin beragamnya sentra-sentra pelayanan baik pada aspek manajemen sumber daya manusia, aspek
dari segi perlindungan terhadap intellectual property tata laksana, dan kelembagaan, khususnya lubang-
rights, anti dumping, anti subsidi, penilaian mandiri lubang korupsi pada unit pemeriksaan barang,
(self assessment), maka secara ringkas DJBC pengawasan terhadap keluar dan masuknya barang di
diharapkan do more with less (berbuat lebih banyak kawasan berikat, registrasi importir, dan penelitian
dengan biaya lebih rendah). DJBC juga dituntut untuk dokumen.
Pada bulan April 1985, Presiden Soeharto Kerangka teori yang relevan dengan permasalahan
menerbitkan Inpres Nomor 4 Tahun 1985 tentang yang dibahas adalah teori deterrence dari Cesare
Kebijaksanaan Kelancaran Arus Barang Untuk Beccaria (1738-1794) dan Jeremy Bentham (1748
Menunjang Kegiatan Ekonomi, yang melucuti hampir 1832).
semua wewenang DJBC, Departemen Keuangan. Beccaria dalam bukunya berjudulDei Delitti e
Dikeluarkannya Inpres Nomor 4 Tahun 1985, Delle Pene(On Crimes and Punishments), berisikan
menunjukkan ketidakpercayaan Presiden terhadap tentang kejahatan-kejahatan dan hukuman-
DJBC sebagai administrator kepabeanan Indonesia. hukumanpada tahun 1764. Beccaria mengemukakan
Pada tahun 2007, Lembaga Penyelidikan Ekonomi bahwa tujuan pemidanaan adalah untuk mencegah
dan Manajemen (LPEM) Universitas Indonesia dan seseorang supaya tidak melakukan kejahatan dan
Bank Dunia merilis sebuah hasil survei menempatkan bukan sebagai sarana balas dendam masyarakat
Bea dan Cukai sebagai instansi terkorup bersama (Abdussalam, 2007:29).
dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia, nilai Menurut Sholehuddin (2003:14), deterrence
korupsi di tubuh Bea dan Cukai mencapai Rp.7 triliun theory, dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam teori,
per tahun (Yuntho, 2013:7). Predikat Bea dan Cukai yaitu:
sebagai salah satu instansi terkorup di Indonesia 1. Teori special deterrence (pencegahan khusus), efek
semakin transparan, dengan diluncurkannya hasil pencegahan dari pidana yang dijatuhkan
survei Transparency International Indonesia tahun diharapkan terjadi setelah pemidanaan dilakukan,
2015, yang menempatkan potensi korupsi di Bea dan sehingga si terpidana tidak melakukan kejahatan
Cukai dengan skor 55 dari skala 0-100 (TII, 2015). serupa di masa mendatang.
Pemerintah Indonesia menanggapi secara serius 2. Teori general deterrence (pencegahan umum), efek
masalah korupsi di Indonesia, baik melalui upaya pencegahan dari pidana yang dijatuhkan
penindakan maupun pencegahan. Sebagai salah satu diharapkan terjadi sebelum pemidanaan
langkah nyata, seluruh pegawai di Kementerian dilakukan, pencegahan ini dilakukan melalui
Keuangan diwajibkan menandatangani dokumen Pakta ancaman-ancaman dan juga pemidanaan yang
Integritas yang berisi pernyataan atau janji kepada diri dijatuhkan secara terbuka, sehingga orang lain
sendiri tentang komitmen melaksanakan tugas, fungsi, dapat dicegah dari kemungkinan melakukan
tanggung jawab, wewenang, dan peran sesuai dengan kejahatan.
peraturan perundang-undangan dan kesanggupan Terminologi deterrence menurut Zimring dan
untuk tidak melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme Hawkins dalam bukunyaDeterrence, The Legal Threat
(KKN). in Crime Controlsebagaimana dikutip Mulyadi,
Seiring dengan langkah itu, DJBC melakukan (2008:85), digunakan lebih terbatas pada penerapan
sosialisasi Program Kerja Pendamping Nomor PER- hukuman pada suatu kasus, dimana ancaman
11/BC/2016 dan Penandatanganan Komitmen pemidanaan tersebut membuat seseorang merasa
Bersama Anti KKN pada Kantor Pengawasan dan takut dan menahan diri untuk melakukan kejahatan.
Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC). Namun, Namun,the net deterrence effect dari ancaman secara
keberhasilan upaya pencegahan korupsi tersebut khusus kepada seseorang ini dapat juga menjadi
dirasakan kurang optimal. Sampai saat ini, Bea dan ancaman bagi seluruh masyarakat untuk tidak
Cukai tetap menjadi ladang korupsi bagi melakukan kejahatan.
Pejabat/Petugas yang berintegritas buruk. Oleh karena Walker dalam bukunya Reductivism and
itu, penulis tertarik untuk membahas secara deterrencein A Reader on Punishment, sebagaimana
komprehensif mengenai lubang-lubang korupsi di dikutip oleh Muladi (2006:28), menamakan aliran ini
sektor Bea dan Cukai. sebagai paham reduktif (reductivism), dasar
1.2. Rumusan Masalah pembenaran dijatuhkannya pidana dalam pandangan
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka aliran ini adalah untuk mengurangi frekuensi
dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah kejahatan (the justification for penalizing offences is
sebagai berikut: that this reduces their frequency). Penganut reductivism
1. Bagaimanakah pemetaan resiko dan peluang meyakini bahwa pemidanaan dapat mengurangi
korupsi di sektor Bea dan Cukai? pelanggaran dengan cara, sebagai berikut:
2. Bagaimanakah upaya pencegahan dan 1. Pencegahan terhadap pelaku kejahatan (deterring
pemberantasan korupsi di sektor Bea dan Cukai? the offender), yaitu membujuk si pelaku untuk
1.3. Tujuan Penelitian menahan diri atau tidak melakukan pelanggaran
Bertumpu pada rumusan permasalahan hukum kembali melalui ingatan mereka terhadap
sebagaimana diuraikan di atas, penelitian ini pidana yang dijatuhkan;
bertujuan: 2. Pencegahan terhadap pelaku yang potensial
1. Untuk menganalisa pemetaan resiko dan peluang (deterring potential imitators), yaitu memberikan
korupsi di sektor Bea dan Cukai. rasa takut kepada orang lain yang potensial untuk
2. Untuk menganalisa upaya pencegahan dan melakukan kejahatan dengan melihat contoh
pemberantasan korupsi di sektorBea dan Cukai. pidana yang telah dijatuhkan kepada si pelaku
2. KERANGKA TEORITIS sehingga mendatangkan rasa takut akan
kemungkinan dijatuhkan pidana kepadanya;
3. Perbaikan si pelaku (reforming the offender), yaitu terhadap suatu permasalahan hukum tertentu
memperbaiki tingkah laku sipelaku sehingga (Soejono dan Abdurahman, 2003).
muncul kesadaran si pelaku untuk cenderung 3.2. Pendekatan Penelitian
tidak melakukan kejahatan lagi walaupun tanpa Sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan,
adanya rasa ketakutan dari ancaman pidana; yaitu penelitian hukum normatif (yuridis normative),
4. Mendidik masyarakat supaya lebih serius maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
memikirkan terjadinya kejahatan, sehingga perundang-undangan (Arikunto, 2002:23).
dengan cara ini, secara tidak langsung dapat Pendekatan perundang-undangan (statute
mengurangi frekuensi kejahatan; approach) dilakukan untuk meneliti ketentuan-
5. Melindungi masyarakat (protecting the public), ketentuan yang mengatur mengenai pemberantasan
melalui pidana penjara yang cukup lama. tindak pidana korupsi, kepabeanan, dan cukai.
Teori deterrence merupakan bagian dari teori
utilitarian (teori relatif) yang membahas tentang 3.3. Sumber Data
tujuan pemidanaan. Teori utilitarianism diperkenalkan Dalam penelitian ini, sumber data diperoleh
pertama kali oleh Jeremy Bentham dalam karyanya melalui penelitian kepustakaan (library research).Jenis
berjudul An Introduction to the Principles of Morals data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
and Legislation. Kemudian John Stuart Mill(1806 sekunder (secondary data), yang terdiri atas 3 (tiga)
1873) melakukan revisi dan mengembangkan lebih bahan hukum, yaitu:
lanjut teori ini dalam bukunya Utilitarianism yang 1. Bahan hukum primer.
diterbitkan pada tahun 1861. Penelitian ini menelaah dan menganalisa makna
Bentham mengemukakan bahwa hukum pidana yang terkandung dalam berbagai ketentuan
bukan merupakan sarana pembalasan, melainkan peraturan perundang-undangan, yaitu:
untuk mencegah kejahatan. Utilitarianisme merupakan a. Undang-Undang Dasar Negara Republik
suatu paham etis yang berpendapat bahwa yang baik Indonesia Tahun 1945.
adalah yang berguna, berfaedah, dan menguntungkan b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
(Mangunhardjana, 1997:228). Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara
Pandangan yang menentukan bahwa pemidanaan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi
mempunyai tujuan berdasarkan manfaat tertentu dan Nepotisme (KKN).
(teori manfaat atau teori tujuan), bukan hanya sekedar c. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999
untuk melakukan pembalasan perbuatan si pembuat. tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih
Pidana bukan hanya sebagai sarana untuk melakukan Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Dan
pembalasan atau pengimbalan kepada orang yang Nepotisme(Lembaran Negara Tahun 1999
telah melakukan suatu tindak pidana, namum memiliki Nomor 75; Tambahan Lembaran Negara
tujuan tertentu yang bermanfaat. Manfaat terbesar Nomor 3851);
dengan dijatuhkannya pidana terhadap pembuat d. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
kesalahan adalah sebagai tindakan pencegahan tentang Perubahan Atas Undang-Undang
dilakukannya tindak pidana serupa. Pencegahan yang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
dimaksud adalah pencegahan terhadap pengulangan Pemberantasan Tindak Pidana
oleh si pembuat (prevensi khusus) maupun Korupsi(Lembaran Negara Tahun 2001
pencegahan bagi orang lain yang mungkin (potential Nomor 134; Tambahan Lembaran Negara
offender) melakukan tindak pidana tersebut (prevensi Nomor 4150);
umum). e. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang
Menurut Hamzah dan Rahayu (1993), bahwa Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10
kejahatan tidak harus dijatuhi dengan suatu hukuman, Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran
tetapi harus ada manfaatnya baik untuk si pelaku Negara Tahun 2006 Nomor 93; Tambahan
tindak pidana maupun untuk masyarakat. Hukuman Lembaran Negara Nomor 4661);
diberikan bukan saja karena apa yang ditimbulkan f. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang
si pelaku pada masa lalu, melainkan ada tujuan yang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11
utama untuk masa depan. Hukuman berfungsi Tahun 1995 tentang Cukai(Lembaran Negara
mencegah agar kejahatan tidak diulangi dan menakut- Tahun 2007 Nomor 105; Tambahan Lembaran
nakuti anggota masyarakat sehingga menjadi takut Negara Nomor 4755);
melakukan kejahatan. g. Peraturan Menteri Keuangan
No.103/PMK.09/2010 tentang Tata Cara
3. METODOLOGI PENELITIAN Pengelolaan dan Tindak Lanjut Pelaporan
3.1. Jenis Penelitian Pelanggaran (Whistleblowing) di Lingkungan
Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka Kementerian Keuangan (Berita Negara Tahun
penulis menggunakan metode penelitian hukum 2010 Nomor 250);
normatif(normative legal research),yaitu penelitian h. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
yang dilakukan dengan cara mengkaji peraturan 206.3/PMK.01/2014 tentang Perubahan Atas
perundang-undangan yang berlaku atau diterapkan PMK Nomor 168/PMK.01/ 2012 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal
DJBC (Berita Negara Tahun 2014 Nomor 2. Penyajian data (data display).
1895). Penyajian data dilakukan dalam bentuk teks yang
i. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 bersifat naratif dan dalam bentuk tabel, bagan, dan
tentang Grand Design Reformasi Birokrasi sejenisnya.
2010-2025; dan berbagai peraturan 3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion
perundang-undangan terkait. drawing/verification).
2. Bahan hukum sekunder. Penulis melakukan verifikasi, analisa, dan mencari
Penelitian ini menelaah dan menganalisa bahan hubungan persamaan, hal-hal yang sering timbul,
hukum yang bersifat membantu atau menunjang dan sebagainya yang dituangkan dalam
bahan hukum primer, yaitu bukti, catatan, atau kesimpulan tentatif mengenai lubang-lubang
laporan historis yang telah tersusun dalam arsip korupsi di sektor Bea dan Cukai.
(data dokumenter) yang dipublikasikan maupun
yang tidak dipublikasikan, meliputi pendapat
hukum/doktrin/teori-teori yang diperoleh dari 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
buku teks, laporan penelitian, karya ilmiah, 4.1. Gambaran Umum Korupsi Di Indonesia
makalah (prosiding), artikel dalam berbagai Secara etimologi, kata korupsi berasal dari bahasa
majalah, jurnal ilmiah bidang hukum, maupun Latin, yaitu: corruptio atau corruptus. Kata corruptio
website yang terkait dengan penelitian. dari kata kerja corrumpere yang memiliki arti busuk,
3. Bahan hukum tersier. rusak, menggoyahkan, memutar balik, dan menyogok
Penelitian ini menelaah petunjuk atau penjelasan (Kellerman, 1978:1014).
terhadap bahan hukum primer dan sekunder, Korupsi juga berasal dari kata corrupteia, yang
yaitu Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa dalam bahasa Latin berarti bribery atau seduction.
Inggris, Kamus Hukum, Ensiklopedi, indeks Bribery dapat diartikan sebagai
kumulatif, dan lain sebagainya yang berkaitan memberikan/menyerahkan kepada seseorang agar
dengan obyek penelitian, serta sumber lainnya orang tadi berbuat untuk keuntungan pemberi,
yang mendukung penelitian. sementara seduction berarti sesuatu yang menarik
3.4. Metode Pengumpulan Data agar seseorang menyeleweng (Koeswadji, 1994:32).
Dalam rangka untuk mendapatkan data-data yang Secara terminologi, Kamus Besar Bahasa
valid dalam penelitian, penulis menggunakan teknik Indonesia mendefinisikan korupsi adalah
dokumenter, dengan mengadakan studi penelaahan penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau
arsip terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan- perusahaan) untuk kepentingan pribadi atau orang
catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya lain (Depdikbud, 1995).
dengan masalah yang dipecahkan. Blacks Law Dictionary mendefinisikan korupsi
3.5. Metode Pengolahan Data sebagai perbuatan yang dilakukan dengan maksud
Dalam penelitian ini, pengolahan bahan hukum untuk memberikan suatu keuntungan yang tidak
dengan cara editing, yaitu pemeriksaan kembali bahan sesuai dengan kewajiban resmi dan hak-hak dari pihak
hukum yang diperoleh terutama dari kelengkapannya, lain, secara salah menggunakan jabatannya atau
kejelasan makna, kesesuaian, serta relevansinya kewenangannya untuk mendapatkan suatu
dengan kelompok yang lain. Setelah melakukan keuntungan untuk dirinya sendiri atau untuk orang
editing, langkah selanjutnya adalah coding, yaitu lain (Black, 1990:311).
memberi catatan atau tanda yang menyatakan jenis David H. Bayley dengan mengacu kepada
sumber bahan hukum (literatur, undang-undang, dan Websters Third New International Dictionary,
dokumen); pemegang hak cipta (nama penulis dan mendefinisikan korupsi sebagai suatu perbuatan
tahun penerbitan); serta urutan rumusan masalah. perangsang seorang pejabat pemerintah berdasarkan
Langkah selanjutnya adalah merekonstruksi iktikad buruk, agar melakukan pelanggaran
bahan (reconstructing), yaitu menyusun ulang bahan kewajibannya (Lubis dan Scott, 1995).
hukum secara teratur, berurutan, logis, sehingga Lopa dan Yamin (1987:6) mendefinsikan korupsi
mudahdipahami dan diinterpretasikan. Langkah sebagai suatu tindak pidana yang berhubungan dengan
terakhir adalah sistematis bahan hukum perbuatan penyuapan dan manipulasi serta
(systematizing), yaitu menempatkan bahan hukum perbuatan-perbuatan lain yang merugikan atau dapat
berurutan menurut kerangka sistematika bahasan merugikan keuangan atau perkonomian negara; dan
berdasarkan urutan masalah. merugikan kesejahteraan dan kepentingan rakyat.
3.6. Metode Analisis Data Centre for Crime Prevention (CICP) sebagai salah
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik satu organ PBB, mendefinisikan korupsi sebagai missus
analisis interaktif, yaitu: of (public) power for private gain. Menurut CICP
1. Reduksi data (data reduction). korupsi mempunyai dimensi perbuatan yang luas,
Penulis melakukan analisis untuk mempertegas, meliputi tindak pidana suap (bribery); penggelapan
memperpendek, membuat fokus, membuang hal- (emblezzlement); penipuan (fraud); pemerasan yang
hal yang tidak penting dan mengatur data sedemi- berkaitan dengan jabatan (exortion); penyalahgunaan
kian rupa, sehingga dapat menarik kesimpulan kekuasaan (abuse of power); pemanfaatan kedudukan
atau memperoleh pokok temuan. seseorang dalam aktivitas bisnis untuk kepentingan
perorangan yang bersifat illegal (exploiting a conflict 3) Tekanan yang berhubungan dengan
interest, insider trading); nepotisme, komisi illegal pekerjaan (work related pressure);dan
yang diterima oleh pejabat publik (illegal commission); 4) Tekanan yang lain (other pressure).
dan kontribusi uang secara illegal untuk partai politik 2. Faktor kesempatan(opportunity), merupakan
(Suhartoyo, 2014:3-4). otoritas atau kewenangan untuk mengendalikan
Secara yuridis, pengertian korupsi baik arti suatu aset atau melakukan akses terhadap aset.
maupun jenisnya ditentukan dalam Undang-Undang Pengendalian dan akses adalah elemen penting
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas dari kesempatan. Terdapat 5 (lima) faktor yang
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang dapat memberikan kesempatan bagi para individu
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang untuk berbuat kecurangan, yaitu:
merumuskan tentang tindak pidana korupsi menjadi 7 a. Kurangnya pengendalian yang dapat
(tujuh) kelompok, yaitu kerugian keuangan negara, mencegah atau mendeteksi perilaku curang;
suap menyuap, pemerasan, penggelapan dalam b. Ketidakmampuan menilai kualitas kinerja;
jabatan, perbuatancurang, benturan kepentingan c. Terbatasnya akses terhadap informasi;
dalam pengadaan, dan gratifikasi. d. Ketidaktahuan, apatis, dan ketidakmampuan;
Pengertian korupsi secara yuridis memasukan e. Tidak adanya jejak audit.
unsur-unsur yang menyangkut kewenangan dan 3. Faktor rasionalisasi(razionalize).
jabatan yang disalahgunakan sehingga dapat Rasionalisasi memberikan kontribusi terhadap
merugikan keuangan negara atau perekonomian kecurangan karena rasionalisasi akan
negara. Menurut Klitgaard (2005:31) memberikan memberikan suatu pembenaran tentang apa saja
rumusan dengan model matematis yaitu: yang kita lakukan dengan tujuan untuk
memuaskan diri sendiri, meskipun tidak memiliki
C = M+D- alasan yang kuat dan pembenaran tersebut juga
A tidak dapat dipertanggung-jawabkan baik dari segi
Keterangan: moral maupun etika.
C = Corruption (korupsi); Tentang kausa dan kondisi yang bersifat
M = Monopoly (monopoli); kriminogen untuk timbulnya korupsi sangatlah luas
D = Discretion by officials (wewenang pejabat); (multidimensi). Surachmin dan Cahaya (2011)
A = Accountability (akuntabilitas). mengemukakan faktor penyebab korupsi meliputi 5
Artinya, jika seseorang memegang monopoli atas (lima) aspek, yaitu:
barang/jasa dan memiliki wewenang yang tidak 1. Aspek individu pelaku, meliputi:
terbatas untuk memutuskan siapa yang berhak a. Sifat tamak dan keserakahan;
mendapatkan barang/jasa itu dan berapa banyak b. Moral yang lemah dan ajaran agama yang
tanpa akuntabilitas, maka kemungkinan akan kita kurang diterapkan secara benar;
temukan kurupsi di situ. Ini berlaku bagi sektor c. Penghasilan yang tidak memadai;
pemerintah, swasta, negara miskin, dan negara kaya. d. Kebutuhan hidup mendesak;
Rumusan korupsi model ini memiliki persamaan e. Gaya hidup konsumtif; dan
dengan Shleifer dan Vishny (1993), yang merumuskan f. Malas atau tidak mau kerja.
korupsi sebagai perbuatan menggunakan properti 2. Aspek organisasi/institusi, meliputi:
publik yang dilakukan oleh pejabat pemerintah. a. Kurang adanya keteladanan dari pimpinan;
Penyebab adanya tindakan korupsi sangat b. Tidak adanya kultur organisasi/institusi yang
bervariasi dan beraneka ragam. Menurut Suradi benar;
(2006:8), penyebab korupsi dapat dilihat dari formula c. Sistem akuntabilitas di instansi pemerintah
segitiga kecurangan (fraud triangle), sebagai berikut: kurang memadai;
d. Kelemahan sistem pengendalian manajemen;
Opportunity e. Manajemen cenderung menutup korupsi di
dalam organisasi/institusi.
3. Aspek tempat individu dan organisasi berada.
a. Nilai-nilai di masyarakat kondusif untuk
terjadinya korupsi;
PressureRazionalize b. Masyarakat kurang menyadari sebagai korban
1. Faktor tekanan(pressure), disebabkan oleh: utama korupsi; dan
a. Adanya beban tanggung jawab setelah c. Masyarakat kurang menyadari bila dirinya
menikah. Kehidupan dapat menciptakan terlibat korupsi;
tekanan situasional yang signifikan, pada 4. Aspek penegak hukum dan peraturan perundang-
suatu saat seseorang akan diuji tentang etika undangan, meliputi:
dan kejujurannya. a. Lemahnya penegakan hukum;
b. Jenis-jenis tekanan yang mendorong b. Kualitas peraturan perundang-undangan
seseorang melakukan kecurangan adalah: kurang memadai; dan
1) Tekanan keuangan (financial pressure); c. Penerapan sanksi yang ringan dan tidak
2) Sifat buruk (vices); konsisten serta pandang bulu.
3. Aliran pinjaman dan hibah dari luar negeri dikembangkan lebih lanjut oleh Ajzen pada tahun 1980
mengalami miss alokasi. Fenomena ini biasanya menjadi Theory of Planned Behavior(teori perilaku
terjadi pada negara-negara berkembang yang terencana).
sangat mengandalkan utang dan bantuan luar Menurut Ajzen (2005:117), faktor sentral dari
negeri, termasuk Indonesia. perilaku individu adalah bahwa perilaku itu
4. Melemahnya penerimaan pemerintah dari pajak, dipengaruhi oleh niat individu (behavior intention)
sehingga akan mempengaruhi komposisi terhadap perilaku tertentu tersebut. Pembentuk
pengeluaran pemerintah. Hal ini akan berdampak intensi perilaku dipengaruhi oleh 3 (tiga) komponen,
terhadap semakin tidak baiknya penyediaan yaitu:
barang dan jasa publik (baik kuantitas dan 1. Behavior belief, yaitu keyakinan individu akan
kualitas). hasil suatu perilaku dan evaluasi atas hasil
Riset pengukuran korupsi telah menjadi produk tersebut. Behavior belief akan mempengaruhi
utama Transparency International (TI) yang berpusat sikap terhadap perilaku (attitude toward
di Berlin, Jerman. Sejak berdirinya pada tahun 1995, TI behavior).
telah memberikan kontribusinya terhadap gerakan 2. Normative belief, yaitu keyakinan individu
global melawan korupsi, salah satunya melalui terhadap harapan normatif orang lain yang
peluncuran Corruption Perception Index (CPI). CPI menjadi rujukannya seperti keluarga, teman, dan
merupakan indeks komposit yang mengukur persepsi konsultan pajak, serta motivasi untuk mencapai
pelaku usaha dan pakar terhadap korupsi di sektor harapan tersebut. Harapan normatif ini
publik, yaitu korupsi yang dilakukan oleh pegawai membentuk variabel norma subjektif (subjective
negeri, penyelenggara negara dan politisi. Berdasarkan norm) atas suatu perilaku.
hasil survei CPI tahun 2015, Indonesia menempati 3. Control belief, yaitu keyakinan individu tentang
urutan 88 dari 168 negara yang diukur, dengan skor keberadaan hal-hal yang mendukung atau
3.6. menghambat perilakunya dan persepsinya tentang
Senada dengan itu, berdasarkan laporan tahunan seberapa kuat hal-hal tersebut mempengaruhi
Political andEconomic Risk Consultancy (PERC), yang perilakunya. Control belief membentuk variabel
berbasis di Hong Kong, dalam laporannya berjudul persepsi kontrol keperilakuan (perceived behavior
The Asian Intelligence Report 2016, menyebutkan control).
Indonesia masih menduduki peringkat kedua negara Menurut Theory of Planned Behavior, seseorang
terkorup setelah India. Kondisi ini sangat dapat bertindak berdasarkan intense atau niatnya
memprihatinkan, terutama bila mengingat bahwa hanya jika ia memiliki kontrol terhadap perilakunya.
Indonesia dalam survei PERC dari tahun ke tahun tidak Teori ini tidak hanya menekankan pada rasionalitas
pernah beranjak dari posisi-posisi bawah (tabel 2). dari tingkah laku manusia, tetapi juga pada keyakinan
Berdasarkan hasil survei PERC tahun 2007-2016, bahwa target tingkah laku berada di bawah kontrol
Singapura dipersepsikan sebagai negara terbersih dari kesadaran individu tersebut atau suatu tingkah laku
16 negara di kawasan Asia Pasifik. Kunci keberhasilan tidak hanya bergantung pada atensi seseorang,
Singapura dalam pencegahan dan penindakan korupsi melainkan juga pada faktor lain yang tidak ada di
terfokus terhadap 4 (empat) hal, yaitu Effective Anti- bawah kontrol dari individu, misalnya ketersediaan
Corruption Agency; Effective Acts (or Laws); Effective sumber dan kesempatan untuk menampilkan tingkah
Adjudication; dan Efficient Administration. Seluruh laku tersebut. Secara skematik, Theory of Planned
pilar tersebut dilandasi oleh strong political will Behavior dapat digambarkan dalam bagan 1.
against corruption dari pemerintah. Reformasi 4.3. Tinjauan Umum Direktorat Jenderal Bea dan
birokrasi dalam upaya pemberantasan korupsi di Cukai
Singapura dilakukan secara konsisten dan 4.3.1. Pengertian Bea dan Cukai
berkesinambungan, selaras dengan adagiumNo one, Istilah customs (Inggris) merujuk pada kegiatan
not even top government officials are immuned from pemungutan biaya atas barang-barang dagang yang
investigation and punishment for corruption. masuk dan keluar daratan Inggris pada zaman dahulu,
4.2. Intensi Perilaku Anti Korupsi sedangkandouane (Perancis) berasal dari bahasa
Pada dasarnya korupsi merupakan perilaku yang Persia divan, yang artinya register atau orang yang
dimunculkan oleh individu secara sadar dan disengaja. memegang register.
Setiap perilaku yang dilakukan secara sadar berasal Istilah bea berasal dari vyaya (Sansekerta), yang
dari potensi perilaku (perilaku yang belum terwujud berarti ongkos, sedangkan cukai berasal dari kata
secara nyata), yang diistilahkan dengan intensi (Wade serapan bahasa India. Istilah inilah yang kemudian
dan Tavris, 2007). Potensi intensi perilaku tersebut memunculkan istilah Bea dan Cukai di Indonesia.
adalah sikap, yang terdiri dari 3 (tiga) faktor, yaitu Pengertian kepabeanan berdasarkan ketentuan
kognisi, afeksi dan psikomotor. Ketiganya bersinergi Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun
membentuk suatu perilaku tertentu. 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor
Berkaitan dengan masalah perilaku, salah satu 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan adalah segala
teori yang sering digunakan adalah Theory of Reasoned sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas
Action (teori perilaku beralasan) yang dikemukakan lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah
oleh Fishbein dan Ajzen (1975:124). Teori ini
pabean serta pemungutan bea masuk (invoerrechten) penindakan yang tegas dan audit kepabeanan dan
dan bea keluar (uitvoerrechten). cukai yang tepat;
Pengertian cukai berdasarkan ketentuan Pasal 1 5. Membatasi, mengawasi, dan/atau mengendalikan
angka 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 produksi, peredaran dan konsumsi barang
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 tertentu yang mempunyai sifat dan karakteristik
Tahun 1995 tentang Cukai adalah pungutan negara dapat membahayakan kesehatan, lingkungan,
guna mewujudkan kesejahteraan bangsa yang ketertiban, dan keamanan masyarakat melalui
dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang instrumen cukai yang memperhatikan aspek
mempunyai sifat atau karakteristik tertentu. keadilan dan keseimbangan; dan
Lembaga Bea Cukai resmi dibentuk pada tanggal 1 6. Mengoptimalkan penerimaan negara dalam
Oktober 1945 dengan nama Pejabatan Bea dan Cukai. bentuk bea masuk, bea keluar, dan cukai guna
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun menunjang pembangunan nasional.
1948 tentang Lapang Kerja, Susunan, Pimpinan, dan Menurut Abidin (2011:5), pada tataran global
Tugas Kewajiban Kementerian Keuangan, istilah telah menjadi suatu konvensi (kesepakatan
Pejabatan Bea Cukai berubah menjadi nama menjadi Internasional) DJBC memiliki peran-peran, yaitu:
Jawatan Bea dan Cukai, yang bertahan sampai tahun 1. Fasilitator perdagangan (trade facilitator).
1965. Setelah tahun 1965 hingga saat ini dikenal DJBC diharapkan mampu menekan ekonomi biaya
dengan nama DJBC. tinggi terutama yang berhubungan dengan proses
Berdasarkan Pasal 234 Peraturan Menteri penyelesaian pengeluaran barang di pelabuhan
Keuangan Nomor 206.3/PMK.01/2014 tentang dan sekaligus dapat menciptakan iklim
Perubahan Atas PMK Nomor 168/PMK.01/2012 perdagangan yang kondusif melalui pencegahan
tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal terjadinya illegal trade (perdangangan illegal).
DJBC, terdapat 16 kantor wilayah, 3 kantor pelayanan 2. Mendukung industri dalam negeri (industrial
utama, 117 kantor pengawasan dan pelayanan, 148 assistance).
kantor bantu pelayanan bea dan cukai, serta 692 pos DJBC diharapkan mampu melindungi industri
pengawasan bea dan cukai untuk melakukan fungsi dalam negeri dari masuknya barang-barang secara
pelayanan dan pengawasan kepada masyarakat. illegal dan membantu untuk meningkatkan daya
saing industri dalam negeri.
4.3.2. Tugas, Fungsi, dan Wewenang Bea dan Cukai 3. Memungut penerimaan negara(revenue collector).
DJBC adalah nama dari sebuah instansi DJBC diharapkan mampu mengoptimalkan
pemerintah di bidang kepabeanan dan cukai yang penerimaan negara dari sektor perdagangan
kedudukannya berada digaris depan wilayah wilayah internasional (bea masuk dan pajak-pajak dalam
kesatuan Republik Indonesia. rangka impor lainnya) dan sektor cukai, dengan
DJBC mempunyai tugas menyelenggarakan didukung oleh upaya pencegahan terhadap
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang kemungkinan terjadinya kebocoran-kebocoran
pengawasan, penegakan hukum, pelayanan, dan penerimaan negara.
optimalisasi penerimaan negara di sektor kepabeanan 4. Melindungi masyarakat (community protector).
dan cukai sesuai dengan ketentuan peraturan DJBC diharapkan mampu mencegah
perundang-undangan. Untuk menyelenggarakan tugas masuknyabarang-barang yang dapat merusak
tersebut,DJBC (2011) mempunyai fungsi utama, mental dan moral masyarakat serta menggangu
sebagai berikut: keamanan nasional.
1. Meningkatkan pertumbuhan industri dalam negeri Penerimaan negara melalui cukai adalah menjadi
melalui pemberian fasilitas di bidang kepabeanan tugas DJBC. Untuk menjalankan tugasnya tersebut,
dan cukai yang tepat sasaran; undang-undang memberikan kewenangan kepada
2. Mewujudkan iklim usaha dan investasi yang Pejabat Bea Cukai berdasarkan ketentuan Pasal 33
kondusif dengan memperlancar logistik impor dan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang
ekspor melalui penyederhanaan prosedur Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun
kepabeanan dan cukai serta penerapan sistem 1995 tentang Cukai, yaitu:
manajemen risiko yang handal; 1. Mengambil tindakan yang diperlukan atas barang
3. Melindungi masyarakat, industri dalam negeri, dan kena cukai dan/atau barang lainnya yang terkait
kepentingan nasional melalui dengan barang kena cukai berupa penghentian,
pengawasandan/atau pencegahan masuknya pemeriksaan, penegahan, dan penyegelan untuk
barang impor dan keluarnya barang ekspor yang menjalankan undang-undang ini;
berdampak negatif dan berbahaya yang dilarang 2. Mengambil tindakan yang diperlukan berupa tidak
dan/atau dibatasi oleh regulasi; melayani pemesanan pita cukai atau tanda
4. Melakukan pengawasan kegiatan impor, ekspor, pelunasan cukai lainnya; dan
dan kegiatan di bidang kepabeanan dan cukai 3. Mencegah barang kena cukai, barang lainnya yang
lainnya secara efektif dan efisien melalui terkait dengan barang kena cukai, dan/atau sarana
penerapan sistem manajemen risiko yang handal, pengangkut.
intelijen, dan penyidikan yang kuat, serta Di samping kewenangan yang bersifat umum,
undang-undang memberikan kewenangan khusus
kepada Direktur Jenderal karena jabatan atau atas sehingga biaya handling di pelabuhan/kawasan
permohonan dari orang yang bersangkutan, pabean menjadi lebih murah. Cara menggunakan
berdasarkan ketentuan Pasal 40 huruf a Undang- fasilitas ini adalah sebelum barang impor tiba,
Undang Nomor 39 Tahun 2007tentang Perubahan Atas Importir dapat mengajukan PIB pada Kantor Bea
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai, Cukai.
yaitu: 2. Penundaan pembayaran bea masuk/pembayaran
1. Membetulkan surat tagihan atau surat keputusan berkala (differed payment).
keberatan, yang dalam penerbitannya terdapat Differed payment adalah fasilitas pemberian kredit
kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau pembayaran bea masuk pada pengusaha, terutama
kekeliruan dalam penerapan ketentuan undang- pengusaha produsen dalam rangka impor yang
undang ini; mempunyai reputasi baik. Pada dasarnya fasilitas
2. Mengurangi atau menghapus sanksi administrasi pembayaran berkala semacam pemberian kredit
berupa denda dalam hal sanksi tersebut kepada importir, senilai pembayaran sejumlah bea
dikenakan pada orang yang dikenai sanksi karena masuk tertentu dan pada batas waktu yang
kekhilafan atau bukan karena kesalahannya. ditetapkan secara akumulatif (sesuai jumlah PIB
Berdasarkan undang-undang tersebut, Direktur nya) wajib dilunasi/dibayar, sehingga fasilitas ini
Jenderal dapat mengurangi atau menghapus sanksi dapat membantu pengusaha (importir/eksportir)
administrasi berupa denda apabila orang yang dikenai mengatur arus kas/keuangannya dan sekaligus
sanksi ternyata hanya melakukan kekhilafan, bukan dapat menekan biaya handling dipelabuhan dan
kesalahan yang disengaja, atau kesalahan tersebut memperoleh keuntungan bunga (cost of money).
terjadi akibat perbuatan orang lain yang tidak 3. Jalur hijau, jalur merah, dan jalur kuning.
mempunyai hubungan usaha dengan serta tanpa a. Jalur hijau adalah suatu fasilitas yang
sepengetahuan dan persetujuannya. diberikan kepada importir, wajib membuat
Menurut Sugianto (2008:63),Pejabat Bea Cukai PIB dan dilakukan pemeriksaan dokumen PIB
berwenang melakukanpemeriksaan,yaitu: tanpa pemeriksaan fisik barang, maksudnya
1. Pabrik, tempat penyimpanan, atau tempat lain importir akan memperoleh jalur hijau apabila
yang digunakan untuk menyimpan barang kena importir dalam pengajuan PIB memenuhi
cukai dan/atau barang lainnya terkait dengan kriteria, sebagai berikut:
barang kena cukai yang belum dilunasi cukainya 1) Uraian jenis barang jelas dan spesifik;
atau memperoleh pembebasan cukai; 2) Karena spesifik mudah diperiksa
2. Memeriksa bangunan/tempat lain yang secara klasifikasi tarifnya, klasifikasi tarif benar;
langsung/tidak langsung berhubungan dengan 3) Harga nilai pabean dapat diterima;
tempat penyimpanan. Tindakan ini dilakukan 4) Tidak ada nota intelligent;
mengingat pada waktu dilakukan pemeriksaan ada 5) Tidak ada perintah pemeriksaan
kemungkinan ada pemindahan barangkena cukai random/acak oleh komputer; dan
oleh pihak yang bersangkutan; 6) Importir mempunyai reputasi yang baik.
3. Memeriksa tempat usaha penyalur, tempat b. Jalur merah adalah
penjualan eceran, atau tempat lain bukan rumah perlakuan pabean atas PIB karena memenuhi
tinggal yang didalamnya terdapat barang kena kriteria, sebagai berikut:
cukai; dan 1) Uraian jenis barang
4. Memeriksa barang kena cukai dan/atau barang tidak jelas dan tidak spesifik. Contohnya:
lainnya terkait dengan barang kena cukai yang one lot of spare parts dan tekstil;
berada di tempat penyimpanan 2) Karena tidak jelas dan tidak spesifik,
4.3.3. Fasilitas Prosedural Kepabeanan klasifikasi tarif tidak jelas;
Fasilitas prosedural adalah fasilitas berupa 3) Harga nilai pabean tidak dapat diterima/
kemudahan yang ditawarkan kepada pengusaha meragukan;
pelayaran dan importir/eksportir dalam kawasan 4) Ada atau tidak ada nota intelijen;
proses pembongkaran, penimbunan, pemeriksaan, dan 5) Ada atau tidak ada perintah pemeriksaan
pengeluaran barang dari dan ke kawasan pabean random/acak oleh komputer; dan
dengan tujuan untuk mendorong efisiensi rantai 6) Importir mempunyai reputasi yang
distribusi barang dan memperlancar proses kurang baik.
pengeluaran barang (efisiensi waktu) dan akan c. Jalur merah bersyarat (jalur kuning).
berdampak efisiensi biaya (cost of money). Sejarah jalur kuning adalah bentuk jalur hijau
Ada beberapa fasilitas prosedural yang tersedia karena sesuatu hal (ada nota intelligent atau
pada sistem pemeriksaan Pemberitahuan Impor perintah pemeriksaan random komputer)
Barang (PIB) dan Pemberitahuan Ekspor Barang menjadi jalur merah bersyarat atau jalur
(PEB), yaitu: kuning adalah perlakuan pabean atas PIB
1. PIB mendahului pemberitahuan umum (pre karena memenuhi kriteria, yaitu:
notification). 1) Uraian jenis barang jelas dan spesifik;
Fasilitas pre natification diberlakukan agar proses 2) Karena spesifik, klasifikasi tarif benar;
pengeluaran barang dari pelabuhan berjalan cepat 3) Harga nilai pabean dapat diterima;
4) Tidak ada atau ada nota intelijen; Kantor Bea Cukai karena memerlukan
5) Ada perintah pemeriksaan random/acak pertimbangan aspek ekonomis, keamanan, dan
oleh komputer; dan pengamanan hakhak negara.
6) Importir baru atau Importir mempunyai 7. Pemeriksaan di gudang importir atau
reputasi (track record) yang kurang baik. eksportir.
4. Vooruitslag. Fasilitas pemeriksaan di gudang importir
Vooruitslag adalah fasilitas pengeluaran barang disediakan dengan tujuan agar barang-barang
terlebih dahulu dengan menyerahkan dokumen impor tersebut tidak terlalu lama ditimbun di
pabean kemudian. Kepala Kantor Bea Cukai dapat pelabuhan/kawasan pabean sehingga dapat
menyetujui vooruitslag dengan menyerahkan menghemat biaya handling di pelabuhan. Tata cara
jaminan sebesar bea masuk dan pajakpajak memanfaatkan fasilitas pemeriksaan di gudang
lainnya, yaitu: importir sebagai berikut:
a. Apabila syaratsyarat telah dipenuhi, berupa a. Mengajukan permohonan kepada Kepala
izin dari Kepala Kantor dan bukti telah Kantor BeaCukai;
menyerahkan jaminan telah ada maka barang b. Apabila Kepala Kantor Bea Cukai menyetujui
impor tersebut dapat segera dikeluarkan. akan memerintahkan petugas Bea Cukai untuk
b. Apabila dalam jangka waktu telah ditetapkan mengawasi dan mengawal pengeluaran
kekurangan surat izin BKPM telah barang dari Kawasan Pabean;
disampaikan, maka jaminan bank atau uang c. Barang tersebut sebelum dikeluarkan harus
dikembalikan. Apabila dalam jangka waktu disegel dan dikawal sampai di gudang
telah ditetapkan dokumen perpanjangan importir;
belum dipenuhi, maka jaminan dapat d. Gudang tempat penyimpanan atau kontainer
dicairkan sebagai penerimaan negara. tetap disegel oleh Bea dan Cukai sampai
5. Eigen Losing. proses pengajuan dokumen PIB ke Bea dan
Eigen losing adalah fasilitas membongkar di Cukai;
tempat bongkar sendiri, untuk memperoleh izin e. Pemeriksaan dilakukan setelah mengajukan
eigen losing perlu diperhatikan unsur PIB ke Kantor Bea Cukai.
keberlanjutan aktivitas bongkar (continuity) 4.3.4. Pencapaian Kinerja Penerimaan Bea dan
bukan bersifat incidental, sehingga penempatan Cukai
petugas Bea Cukai dilakukan secara bergilir dan Tugas dan target utama DJBC adalah memungut
terjadwal. Prosedur untuk memperoleh fasilitas bea masuk dan cukai atas barang-barang yang berasal
eigen losing, sebagai berikut: dari luar daerah pabean (luar negeri). Besarnya tarif
a. Pabrik/produsen mengajukan permohonan untuk setiap elemen dalam menghitung dan
kepada Kepala Kantor BeaCukai dengan memungut bea masuk, cukai, dan PDRI harus
menyebutkan alamat dan peta lokasi. disesuaikan dengan besarnya tarif yang telah
Pemohon menyediakan tempat pemeriksaan ditentukan dalam perundang-undangan. Bea masuk
pabean dan wajib mentaati ketentuan pabean; merupakan sebuah elemen penting dalam proses
b. Kepala Kantor memerintahkan untuk penghitungan, karena besar/kecilnya bea masuk, akan
melakukan pemeriksaan fisik lokasi dan mempengaruhi besar kecilnya pajak impor yang
infrastruktur yang tersedia berkaitan dengan dipungut, termasuk PPh 22 impor, PPN impor, maupun
proses pemeriksaan pabean; PPnBM impor. Semakin besar bea masuk yang
c. Bila memenuhi syarat dan disetujui maka dipungut, semakin besar PPh 22 impor, PPN & PPNBm
akan dikeluarkan Surat Keputusan Kepala impor yang diterima, begitu juga sebaliknya.
Kantor Bea Cukai menetapkan lokasi tersebut Pada tahun 2016, berdasarkan Rancangan
sebagai Pos Bea Cukai dan wajib dijaga oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan
Petugas Bea Cukai; (RAPBN-P), beban target yang diberikan kepada
d. Petugas Bea Cukai yang bertugas di lokasi Pos Kepabeanan sebesar Rp.186,527,027.00dengan
Bea Cukai berhak biaya kompensasi perincian, bea keluar sebesar Rp.2,883,234.00; bea
akomodasi dan transport atas beban masuk sebesar Rp.37,203,870.00; dan cukai sebesar
pemohon. Rp.146,439,923.00. Namun, realisasi penerimaan
6. Truck Losing. Kepabeanan pada tahun 2016, meleset dari beban
Fasilitas truck losingadalah fasilitas pengeluaran target yang telah ditetapkan tersebut. Kepabeanan
tanpa melewati gudang dan langsung dimuat hanya berhasil mengumpulkan penerimaan negara
diatas truk, untuk kemudian dikeluarkan dari sebesar Rp.164,981,653.22atau 88.45 persen dari
kawasan pabean, biasanya diberlakukan atas target RAPBN-P. Adapun rincian pemerimaannya,
barangbarang in bulk, seperti pupuk, beras, gula, untuk bea keluar sebesar Rp.1,433,086.35 (49.70%);
scrap iron, dll.Secara umum izin truck losing cukup bea masuk sebesar Rp.18,309,799.11 (49.21%); dan
diberikan oleh Kepala Hanggar dan/atau Kepala cukai sebesar Rp.53,009,077.57 (36.20%).Selain dari
Seksi Pabean, namun untuk barang khusus penerimaan bea keluar, bea masuk, dan cukai tersebut,
permesinan, izin bahan peledak, barangbarang Kepabeanan juga melakukan pungutan negara atas
stratejik lainnya harus diberikan oleh Kepala PDRI sebesar Rp.92,229,690.19 (DJBC, 2016).
Pergerakan kinerja penerimaan Kepabeanan Meningkatkan resiko korupsi juga lebih realistis
tahun 2016 yang menurun dari tahun-tahun dilakukan oleh aparat lain seperti KPK, Kepolisian,
sebelumnya, dapat dilihat pada tabel 3. Kejaksaan, atau aparat penegak hukum lain. Perlu
4.4. Variabel Terjadinya Korupsi Di Sektor Bea dan dikaji untuk sanksi pidana yang lebih berat,uang
Cukai pengganti dalam jumlah besar, memiskinkan
Tindak pidana korupsi dalam bentuk matematis koruptor, dan lain lain. Akan tetapi, tentunya hal
dapat dirumuskan sebagai berikut: ini perlu diatur terlebih dahulu dalam peraturan
Ko = f (N, K, R) perundang-undangan.
Ko = perbuatan korupsi 4. Untuk menjaga sistem bekerja dengan baik maka
N = niat perlu diciptakan early warning system terjadinya
K = kesempatan korupsi, seperti laporan audit BPK dan pelaporan
R = resiko melakukan korupsi harta kekayaan. Early warning system dapat juga
Ko berbanding lurus dengan N dan K; berbanding dilakukan melalu metode survei, tetapi harus
terbalik dengan R. Akan tetapi, variabel Ko, N, K, dan R ditindaklanjuti untuk menghindari sistem yang
mempunyai hubungan yang sangat kompleks dan korup (failure) ke depan.
saling tergantung satu sama lain. Dapat dirumuskan 5. Secara bersamaan Bea dan Cukai harus berusaha
dalam persamaan berikut ini: menggalang partisipasi masyarakat untuk
Ko = f (N, K, R) mendukung sistem pada Bea dan Cukai. Hal ini
N = f (Ko, K, R, e) dapat dilakukan dengan keterbukaan informasi,
K = f (Ko, N, R, e) pendidikan masyarakat, atau kampanye pada
R = f (Ko, N, K, e) masyarakat.
e = hal lain yang mempengaruhi. 6. Maintenance dan Sustainability.
Dalam bentuk sederhana persamaan perbuatan Karena niat untuk korupsi selalu tinggi sementara
korupsi dapat dirumuskan sebagai berikut: usaha-usaha untuk menghilangkan kesempatan
Ko = (aN * bK)/cR sampai tingkatan nol adalah mustahil, maka perlu
a, b, dan c adalah konstanta. diantisipasi kegagalan sistem yang lain yang
Dengan memahami rumus dari perbuatan korupsi sebelumnya tidak bisa diprediksi. Dengan niat
(Ko) maka pemberantasan korupsi berarti yang tinggi maka para pelaku korupsi akan
menghilangkan/menurunkan nilai Ko dengan cara merubah cara atau modus korupsi dalam bentuk
menurunkan variabel niat (N) dan kesempatan (K) lain seperti pengalihan tempat korupsi ke tempat
serta menaikkan variabel resiko (R). Dengan lain atau bentuk-bentuk yang lain. Untuk itu,
mempertimbangkan ketiga variable tersebut, maka sistem yang telah dibangun perlu dijaga dan
kemungkinan terjadinya korupsi dapat dilihat pada ditingkatkan terus-menerus oleh pihak Bea dan
tabel 4. Cukai atau oleh lembaga lain seperti KPK.
Pemberantasan tindak pidana korupsi di sektor 4.5. Pemetaan Resiko dan Peluang Korupsi
Bea dan Cukai dengan cara praktis, sistematis, dan Korupsi di sektor Bea dan Cukai sarat motif
komprehensif melalui penerapan ketiga variabel ekonomi dan politik, para pelakunya adalah pejabat
tersebut, yaitu: dan petugas Bea Cukai di pusat maupun daerah.
1. Memperkecil niat. Mereka mengamankan korupsi dengan menggandeng
Dengan cara perbaikan remunerasi agar lembaga pemerintah lain, khususnya penegak hukum
kebutuhan Pejabat/Petugas Bea Cukai mencukupi dan perbankan untuk menjadi pendukung dan
untuk suatu ukuran tertentu. Namun, upaya ini perlindung mereka. Lubang-lubang yang memicu
tidak akan bertahan lama dan tidak terukur kemunculan korupsi adalah administrasi dokumen;
keberhasilannya sebab nilai-nilai masyarakat dan inspeksi dan pemeriksaan; isu-isu keamanan
derasnya arus sikap hidup materialistis dan pengiriman kargo; dan isu-isu dinamika perdagangan
hedonis dari dalam dan luar negeri akan internasional yang legal maupun illegal.
mengalahkan usaha-usaha ini. Upaya dalam Program anti korupsi di Kementerian Keuangan
memperkecil niat korupsi hanya terbatas pada dilaksanakan melalui pemetaan atau identifikasi
perbaikan remunerasi saja dan tidak berfokus sumber-sumber korupsi. Inspektorat Jenderal bersama
pada usaha-usaha lain, seperti pendidikan anti Unit Kepatuhan Internal (UKI) Eselon I telah
korupsi, kampanye, sosialisasi, atau kegiatan- melakukan pemetaan/identifikasi sumber-sumber
kegiatan lainnya yang sejenis. korupsi. Setelah melaksanakan audit kinerja kerja
2. Memperkecil kesempatan pada Unit Eselon I Kementerian Keuangan, Inspektorat
Hal ini lebih realistis dilakukan, disebabkan Jenderal memproses hasil pemetaan sumber-sumber
analisis terjadinya korupsi (failure of system) lebih korupsi sebagai Tema Pengawasan Unggulan.
ke arah keahlian dan hasil kajian. Perbaikan Linden dalam bukunya Integrity in Customs,
sistem dapat dilakukan pihak lain atau dilakukan sebagaimana dikutip Campos dan Pradhan(2016:432-
sendiri oleh Bea dan Cukai. Upaya untuk 434), melakukan pemetaan resiko dan lubang-lubang
memperkecil kesempatan diprediksi akan berhasil korupsi di sektor Bea dan Cukai, sebagai berikut:
pada suatu tingkatan tertentu (0<K<1). 1. Pemrosesan dokumen impor, ekspor, dan transit.
3. Meningkatkan resiko a. Mempercepat pemrosesan dokumen;
b. Mengabaikan isi kargo tidak sesuai dengan secara formal dikenal dengan nama Custom
yang tercatat di dokumen; Cooperation Council (CCC), didirikan pada tahun
c. Mengeluarkan ijin ekspor fiktif atau 1952, di Brussel, Belgia, yang beranggotakan 180
menyediakan klasifikasi HS yang keliru; dan negara peserta.Indonesia telah menjadi anggota
d. Mengijinkan barang transit dijual ke WCO, sejak tanggal 30 April 1957.
konsumen lokal. WCO telah menghasilkan 17 (tujuh belas)
2. Asesmen asal, nilai, dan klasifikasi barang. konvensi internasional yang berkaitan dengan
a. Tidak melakukan semua asesmen selain ketentuan, peraturan, dan prosedur kepabeanan dalam
mengisi sesuai kemauan penyuap; rangka pemberiankemudahan perdagangan
b. Memalsukan jenis barang untuk intenasional. Selain itu, telah melahirkan sebuah
merendahkan tarif; dan deklarasi berkaitan dengan integritas Bea dan Cukai.
c. Menerima pernyataan keliru negara asal Deklarasi yang dikenal sebagai Arusha Declaration
agar penyuap mendapatkeuntungan dari tahun 1993 yang berisi daftar 12 (dua belas) langkah
aturan permainan tarif. spesifik yang bisa diambil instansi Bea dan Cukai demi
3. Inspeksi fisik, pengujian, dan pembongkaran mencegah korupsi atau paling tidak membantu dalam
kargo. mendeteksinya, yaitu:
a. Memilih petugas inspeksi yang mau 1. Customs legislation should be clear and precise.
menyetujui keinginan penyuap; Import tariffs should be moderated where possible.
b. Tidak melakukan inspeksi namun The number of rates should be limited.
mengesahkan dokumen inspeksi; Administrative regulation of trade should be
c. Mempengaruhi hasil inspeksi; dan reduced to the absolute minimum. There should be
d. Mempercepat inspeksi. as few exemptions to the standrad rules as possible;
4. Administrasi konsesi, skema penundaan dan 2. Customs procedures should be simple, consistent,
penolakan, serta skema pengembalian. and easily accessible, and should include a
a. Mengijinkan penyuap melepas barang ke procedure for appealing against decisions of the
pasar domestik seolah itu bukan barang impor customs, with the possibility of recourse to
sehingga menekan harga pasar; independent adjudication in the final instance. They
b. Tidak mendenda atau menolak dokumen yang could be based on the Koyto Convention and should
keliru; be so framed as to reduce to a minimum the
c. Mengijinkan penyuap menukar barang impor inappropriate exercise of discretion;
dengan barang ekspor sehingga penyuap 3. Automation (including EDI) is a powerful tool
mendapatkan bantuan pajak dan tidak terkena against corruption, and its utilisation should have
tarif; priority;
d. Mengijinkan penyuap menukar barang impor 4. In order to reduce the opportunities for malpractice,
dengan barang ekspor sehingga penyuap customs managers should employ such measures as
mendapatkan bantuan pajak dan tidak terkena strategic segregation of functions, rotation of
tarif; assigments and random allocation of examinations
e. Mengijinkan penyuap menarik atau among customs officers and, in certain
membatalkan ekspor fiktif; dan circumstances, regular relocation of staff;
f. Mengijinkan penyuap meneruskan transit 5. Line managers should have prime responsibility for
meski tanpa dokumen yang benar. identifying weaknesses in working methods and in
5. Melakukan audit paska pengesahan, dengan the integrity of their staff, and for taking steps to
menerima suap untuk mempengaruhi hasil rectify such weaknesses;
temuan audit. 6. Internal and external auditing are essential,
6. Menerbitkan surat ijin impor, penggudangan, dan effective internal auditing being a particularly
status pedagang, dengan menerima suap untuk useful means of ensuring that customs procedures
mendapakan surat-surat ijin tersebut. are appropriate and are being
7. Memproses dokumen mendesak, dengan implementedcorrectly. The internal auditing
menerima suap untuk mendapatkan penanganan arrangements should be complemented by an
khusus atau mempercepat ijin. internal affairs unit that has the specific task of
4.6. Strategi Menghadapi Resiko Korupsi Di Sektor investigating all cases of suspected malpractice;
Bea Dan Cukai 7. The management should instil in its officers loyalty
4.6.1. Peranan World Customs Organizationdalam and pride in their service, an esprit de corps and a
Mencegah Korupsi. desire to co-operate in measure to reduce their
World Customs Organization (WCO)merupakan exposure to the possibility of corruption;
organisasi dunia antar pemerintah yang independen 8. The processes for the recruitment and advancement
yang mempunyai misi untuk mendorong efektifitas of customs officers shpuld be objective and immune
dan efisiensi administrasi pabean dalam mencapai from interference. They should include a means of
tujuannya, yaitu memberikan kemudahan indentifying applicants who have, and are likely to
perdagangan, perlindungan kepada masyarakat, dan maintain, a high standard of personal ethics;
mengumpulkan penerimaan bagi pemerintah. WCO
9. Customs officers should be issued with a Code of (Whistleblowing) Serta Tata Cara Pelaporan dan
Conduct, the implications of which should be fully Publikasi Pelaksanaan Pengelolaan Pelaporan
explained to them. There should be effective Pelanggaran (Whistleblowing) di Lingkungan
disciplinary measures, which should include the Kementerian Keuangan.
possibility of dismissal; WiSe merupakan sistem berupa aplikasi
10. Customs officers should receive adequate pengaduan yang dapat digunakan sebagai wadah
professional training throughout their careers, untuk melaporkan pelanggaran yang terjadi di
which should include coverage of ethics and lingkungan Kementerian Keuangan.
integrity issues; Pembangunanaplikasi WiSe memperhatikan 4 (empat)
11. The remuneration received by customs officers prinsip, yaitu kerahasiaan, mudah dan cepat,
should be sufficient to afford them a decent terintegrasi, dan pemantauan. Aplikasi WiSe
standard of living, and may in certain circumstance memungkinkan interaksi 2 (dua) arah, dari pelapor
include social benefits such as health care and kepada Itjen dan sebaliknya, atau bersifat interaktif.
housing facilities, and/or incentive payments Kemampuan interaksi 2 (dua) arah ini diharapkan
(bonuses, rewards, etc.); menjadi terobosan bagi pemberantasan korupsi secara
12. Customs adminitrations should foster an open and khusus, maupun berbagai pelanggaran di lingkungan
transparent relationship with customs brokers and Kementerian Keuangan secara umum.
with the relevant sectors of the business DJBC sendiri telah menggunakan Sistem Aplikasi
community. Liaison committees are useful in the Pengaduan Masyarakat (Sipuma) yang dikelola Pusat
respect. Kepatuhan Internal (Puski) untuk untuk menampung,
Deklarasi Arusha mengandung 2 (dua) unsur, mengelola, dan menindaklanjuti pengaduan
yaitu penyederhanaan prosedur dan manajemen SDM masyarakat terkait integritas dan pelayanan yang
yang tepat. Deklarasi ini menghasilkan Integrity diberikan para pejabat/petugas Bea dan Cukai.
Developtment Guide, sebuah perangkat integritas 2. Pencegahan.
komprehensif yang dirancang secara khusus untuk a. Value dan perilaku.
Telah dirumuskan nilai-nilai dan perilaku
membantu institusi terkait dalam
utama Kemenkeu, yaitu integritas,
mengimplementasikan prinsip-prinsip yang terdapat profesionalisme, sinergi, pelayanan, dan
di dalam Deklarasi Arusha; mereformasi dan kesempurnaan.
modernisasi cukai dari perspektif memerangikorupsi; b. Kode etik.
serta membuat perbaikan integritas menjadi batu Seluruh unit eselon I Kemenkeu telah
penjuru bagi aktivitas apapun. mempunyai dan mensosialisasikan kodeetik
Terkait penyederhanaan tarif, Konvensi Kyoto serta mensosialisasikan pada pegawainya.
WCO menyediakan cetak biru bagi prosedur cukai 3. Penindakan.
modern dan pengelolaannya lewat cara yang a. Reward.
komprehensif dan terstruktur. Konvensi ini Kemenkeu mempunyai mekanisme penilaian
menekankan pentingnya kerja sama dengan dunia kerja, ditegaskan melalui KMK
bisnis untuk menghentikan perilaku suap. Oleh karena No.454/KMK.01/2011 tentang Pengelolaan
itu, semua prosedur kebijakan dan implementasi Bea Kinerja Di Lingkungan Kementerian
dan Cukai harus dapat terukur dan teruji secara Keuangan, yang meliputi pengelolaan kinerja
transparan dan legal. Untuk itu, Bank Dunia dan organisasi dan pengelolaan kinerja pegawai.
lembaga internasional lain bersedia mendukung Selain itu, tiap unit eselon I juga menerbitkan
reformasi tarif dan cukai di negara manapun demi Petunjuk Teknis Pengelolaan Kinerja,
terciptanya perdagangan dunia yang bebas korupsi. melakukan penilaian perilaku pegawai selama
4.6.2. Program Anti Korupsi semester I, kemudian penilaian perilaku
Beberapa langkah yang dilakukan oleh Kemenkeu pegawai dan capaian IKU sampai dengan
dalam memerangi korupsi, yaitu: semester II.
1. Pengawasan. b. Punishment.
Inspektorat Bidang Investigasi bekerjasama Kemenkeu memiliki PMK
dengan Inspektorat I, Biro Bantuan Hukum dan Biro No.29/PMK.01/2007 tentang Pedoman
Komunikasi dan Layanan Informasi Sekretariat Peningkatan Disiplin PNS yang diimplikasikan
Jenderal, menyusun peraturan yang memuat tentang oleh setiap unit eselon I menerbitkan laporan
bagaimana agar penanganan pengaduan dapat bulan ketertiban pegawai.
terintegrasi untuk seluruh Kementerian Keuangan, Menurut Gupta, Engelschalk, dan Mayville dalam
dengan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan bukunyaAn Anticorruption Strategy for Revenue
No.103/PMK.09/2010 tentang Tata Cara Pengelolaan Administration, sebagaimana dikutip Campos dan
dan Tindak Lanjut Pelaporan Pelanggaran Pradhan(2016: 436), bahwa dwi tunggal strategi
(Whistleblowing) di Lingkungan Kementerian mengatasi korupsi di sektor Bea dan Cukai memiliki 6
Keuangan jo. Keputusan Menteri Keuangan No. (enam) langkah untuk mengatasi niat jahat (mens rea)
149/KMK.09/2011 tentang Tata Cara Pengelolaan dan dan perbuatan jahat (actus reus), serta 11 (sebelas)
Tindak Lanjut Pelaporan Pelanggaran langkah menutup kesempatan korupsi.
Enam langkah untuk mengatasi mens rea dan 2. Pilar proses bisnis dilaksanakan dengan berbagai
actus reus dalam tindak pidana korupsi di sektor Bea cara, yaitu:
dan Cukai, yaitu: a. Melalui penetapan dan penyempurnaan
1. Etos elit dan jiwa korsa; Prosedur Operasi Standar (Standard
2. Perkembangan karir yang positif; Operating Procedure) yang memberikan
3. Upah berbasis kompetisi perfoma; kejelasan dan memuat janji layanan;
4. Sanksi tegas bagi perilaku korup; b. Analisa dan evaluasi jabatan;
5. Insentif bagi perfoma yang tinggi; dan c. Penerapan sistem peringkat jabatan dan
6. Survei dan pengawasan yang transparan dan pengelolaan kinerja berbasis balance score
reliabel. card; dan
Sebelas langkah dalam rangka menutup d. Pembangunan berbagai sistem aplikasi
kesempatan korupsi di sektor Bea dan Cukai, yaitu: e-goverment;
1. Kerangka legal yang detail untuk mengurangi 3. Pilar sumber daya manusia dilakukan melalui:
celah penyimpangan; a. Peningkatan disiplin;
2. Prosedur evaluasi yang terklarifikasi; b. Pembangunan assessment center;
3. Komputerisasi dan otomatisasi; c. Diklat berbasis kompetensi;
4. Inspeksi berbasis analisis resiko; d. Pelaksanaan merit system;
5. Supervisi dan kontrol yang kuat; e. Penataan SDM;
6. Transaksi yang transparan; f. Pembangunan SIMPEG; dan
7. Persyaratan ijin yang transparan; g. Penerapan reward and punishmentsecara
8. Rotasi pejabat atau petugas; konsisten.
9. Fungsionalisasi organisasi; Reformasi birokrasi yang dilakukan oleh
10. Unit audit internal; dan Kemenkeu tersebut telah memberikan dampak positif
11. Survei dan pengawasan. bagi peningkatan kinerja pelaksanaan tugas, dan
Inti fokus pertama adalah meningkatkan kualitas peningkatan pelayanan dan kepercayaan masyarakat,
layanan dan integritas kemitmen SDM pejabat dan serta mendorong dan menginspirasi kementerian
petugas sektor Bea dan Cukai agar terbebas dari segala lainnya untuk melakukan hal yang sama. Dengan
jenis korupsi. Inti fokus kedua adalah mereformasi keberhasilan ini, Presiden Republik Indonesia
sistem manajemen sektor Bea dan Cukai demi kemudian menetapkan Peraturan Presiden Nomor 81
transparansi dan akuntabilitas layanan. Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi
Konvensi Kyoto menambahkan strategi ketiga 2010-2025, menargetkan tercapainya 3 (tiga) sasaran
untuk melengkapi strategi di atas, yaitu kerjasama utama, yaitu peningkatan kapasitas dan akuntabilitas
antar negara dan dengan lembaga internasional organisasi; pemerintah yang bersih dan bebas KKN;
untukmengatasi bersama masalah penyeludupan dan serta peningkatan pelayanan publik.
tarif perbatasan demi lancarnya perdagangan Dalam rangka mengakselerasi pencapaian sasaran
internasional. Kerjasama ini jelas membutuhkan hasil tersebut, maka Pemerintah menerbitkan
payung hukum bersama dan dari regulasi legal Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
internasional itulah WCO menghimbau negara-negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 52 Tahun 2014
anggotanya untuk merevisi perundangan tarif dan tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas (ZI)
cukai mereka. Menuju Wilayah Bebas Dari Korupsi (WBK) Dan
Wilayah Birokrasi Bersih Dan Melayani (WBBM) Di
4.6.3. Reformasi Birokrasi Pada Kantor Bea dan Lingkungan Instansi Pemerintah.
Cukai Salah satu reformasi birokrasi di tubuh
Reformasi birokrasi merupakan salah satu langkah Kementerian Keuangan adalah reformasi DJBC, di
awal untuk melakukan penataan terhadap sistem mana DJBC merupakan unit eselon I berada di bawah
penyelenggaraan pemerintahan yang baik, efektif, dan dan bertanggung jawab kepada Kemenkeudan
efisien, sehingga dapat melayani masyarakat secara dipimpin oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
cepat, tepat, dan profesional. Survei opini stakeholders (pengguna layanan)
Pada tahun 2007, Kemenkeu melakukan tahun 2015 (Kementerian Keuangan, 2015),
Reformasi Birokrasi secara besar-besaran yang mendeskripsikan rerata indeks kinerja spesifik pada
dilaksanakan melalui 3 (tiga) pilar utama, yaitu: unit layanan DJBC adalah sebesar 3,69(tabel 5). DJBC
1. Pilar organisasi dilakukan melalui berbagai cara, secara umum mengalami penurunan indeks kinerja
yaitu: sebesar 0,05 dari 3,97 pada tahun 2014 menjadi 3,92
a. Melalui penajaman tugas dan fungsi; pada tahun 2015.
b. Pengelompokkan tugas-tugas yang koheren; Hal ini menunjukkan bahwa pengguna layanan
c. Eliminasi tugas yang tumpang tindih; dan menilai kinerja layanan DJBC masih di bawah kategori
d. Modernisasi kantor baik di bidang perpajakan, baik (skor <4,00) dan perlu untuk ditingkatkan.
kepabeanan dan cukai, perbendaharaan, Beberapa aspek layanan DJBC yang perlu ditingkatkan
kekayaan negara, dan fungsi-fungsi keuangan dapat dilihat pada tabel 6.
negara lainnya. 4.6.4. Upaya Pencegahan Korupsi Melalui
PembangunanZona Integritas
Zona Integritas (ZI) adalah predikat yang 8. Penerapan whistleblower system tindak pidana
diberikan kepada instansi pemerintah yang pimpinan korupsi (bobot 6%).
dan jajarannya mempunyai komitmen untuk 9. Pengendalian gratifikasi (bobot 6%).
mewujudkan WBK dan WBBM melalui reformasi 10. Penanganan benturan kepentingan (conflicts of
birokrasi, khususnya dalam hal pencegahan korupsi Interest) dengan bobot 6%.
dan peningkatan kualitas pelayanan publik. 11. Kegiatan pendidikan/pembinaan dan promosi anti
Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) adalah korupsi (bobot 6%).
predikat yang diberikan kepada suatu unit kerja yang 12. Pelaksanaan saran perbaikan dari BPK/KPK/APIP
memenuhi sebagian besar manajemen perubahan, (bobot 5%).
penataan tatalaksana, penataan sistem manajemen 13. Penerapan kebijakan pembinaan purna tugas
SDM, penguatan pengawasan, dan penguatan (bobot 4%).
akuntabilitas kinerja. 14. Penerapan kebijakan pelaporan transaksi
Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) keuangan yang tidak sesuai dengan profil oleh
adalah predikat yang diberikan kepada suatu unit PPATK (bobot 6%).
kerja yang memenuhi sebagian besar manajemen 15. Rekrutmen secara terbuka (bobot 3%).
perubahan, penataan tatalaksana, penataan sistem 16. Promosi jabatan secara terbuka (bobot 3%).
manajemen SDM, penguatan pengawasan, penguatan 17. Mekanisme pengaduan masyarakat (bobot 6%).
akuntabilitas kinerja, dan penguatan kualitas 18. Pelaksanaan e-procurement (bobot 6%).
pelayanan publik. 19. Pengukuran kinerja individu (bobot 3%).
Untuk menjadikan DJBC sebagai WBK dan WBBM, 20. Keterbukaan informasi publik (bobot 3%).
harus memenuhi 8 (delapan) indikator hasil dan 20 Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar
(dua puluh) indikator proses yang akan dinilai oleh DJBC dapat ditetapkan sebagai WBK atau WBBM,
Inspektorat Jenderal sebagai Tim Penilai Internal sebagai berikut:
Sementara untuk mendapatkan predikat WBBM, unit- 1. Syarat DJBC dapat ditetapkan sebagai WBK,
unit tersebut harus melalui proses penilaian oleh Tim yaitu:
Penilai Nasional yang terdiri dari Kementerian a. Memiliki nilai total (pengungkit dan hasil)
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi minimal 75;
Birokrasi, KPK, dan Ombusdman. b. Memiliki nilai komponen hasil Terwujudnya
Unsur atau komponen indikator hasil penilaian Pemerintah yang Bersih dan Bebas KKN
WBK/WBBM, sebagai berikut: minimal 18, dengan nilai sub komponen
1. Nilai indeks integritas (nilai WBK 7,0 dan WBBM Survei Persepsi Anti Korupsi minimal 13,5 dan
7,5). sub komponen Persentasi TLHP minimal 3,5.
2. Penilaian kinerja unit pelayanan publik (nilai WBK 2. Syarat DJBCditetapkan sebagai WBBM, yaitu:
550 dan WBBM 750). a. Memiliki nilai total (pengungkit dan hasil)
3. Persentase kerugian negara (KN) yang belum minimal 85;
diselesaikan (nilai WBK 0% dan WBBM 0%). b. Memiliki nilai komponen hasil
4. Persentase maksimum temuan in-efektif (nilai Terwujudnya Pemerintah yang Bersih dan
WBK 3% dan WBBM 2%). Bebas KKN minimal 18, dengan nilai sub
5. Persentase maksimum temuan in-efisien(nilai komponen Survei Persepsi Anti Korupsi
WBK 5% dan WBBM 3%). minimal 13,5 dan sub komponen
6. Persentase maksimum jumlah pegawai yang Persentasi TLHP minimal 3,5;
dijatuhi hukuman disiplin karena penyalahgunaan c. Memiliki nilai komponen hasil
keuangan (nilai WBK 1% dan WBBM 0%). Terwujudnya Peningkatan Kualitas
7. Persentase pengaduan masyarakat yang belum Pelayanan Publik kepada Masyarakat
ditindaklanjuti (nilai WBK 5% dan WBBM 0%). minimal 16.
8. Persentase pegawai yang dijatuhi hukuman WBK atau WBBM adalah suatu proses untuk
karena tindak pidana korupsi (nilai WBK 0% dan menjadikan DJBC menjadi sebuah Island of Integrity
WBBM 0%). atau Zona Integritas. KPPBC TMC Kediri yang telah
Unsur atau komponen indikator proses penilaian meraih penghargaan sebagai WBK dan WBBM sejak
WBK/WBBM, sebagai berikut: tahun 2013, harus menjadi pilot project dan
1. Penandatanganan dokumen pakta integritas benchmark untuk dapat menjadi percontohan
(bobot 5%). penerapan pada unit-unit kerja DJBC lainnya.
2. Pemenuhan kewajiban LHKPN (bobot 6%).
3. Pemenuhan akuntabilitas kinerja (bobot 6%). 5. KESIMPULAN
4. Pemenuhan kewajiban pelaporan keuangan Dari pemetaan resiko dan peluang korupsi
(bobot 5%). sebagaimana yang telah diuraikan dalam pembahasan
5. Penerapan kebijakan disiplin PNS (bobot 5%). di atas, terdapat 5 (lima) wadah lubang-lubang korupsi
6. Penerapan kode etik khusus (bobot 4%). di sektor Bea dan Cukai, yaitu:
7. Penerapan kebijakan pelayanan publik (bobot 1. Kantor pusat dan daerah pengurusan administrasi
6%). tarif dan bea cukai;
2. Kantor pelaksana tugas domestik di pelabuhan, data yang tidak lengkap atau bahkan tak ada. Akses ke
bandara, dan stasiun peti kemas; sumber-sumber data juga tidak mudah dilakukan.
3. Kantor pelaksana tugas diperbatasan antar negara 6.3. Rekomendasi
(terkait penyeludupan barang impor maupun Reformasi birokrasi DJBC dalam rangka mencegah
ekspor); dan mempercepat pemberantasan korupsi, perlu
4. Divisi pengawasan dan audit kelembagaan tarif dilakukan perubahan secara sungguh-sungguh dan
dan bea cukai; dan berkelanjutan terhadap pola pikir (mindset) dan
5. Manajemen atas di kantor pusat dan daerah. budaya kerja (culture set) guna meningkatkan
Pemberantasan dan pencegahan tindak pidana integritas dan kinerja birokrasi. Untuk mengefektifkan
korupsi di sektor Bea dan Cukai, dapat dilakukan perubahan mindset dan culture set, diperlukan adanya
dengan cara sebagai berikut: role model. Terkait pelaksanaan internalisasi budaya
1. Merivisi perundang-undangan dan regulasi yang anti korupsi, pada dasarnya tidak terdapat perbedaan
disesuaikan dengan standar internasional, antara pejabat dengan pelaksana. Namun, para pejabat
sekaligus melakukan kontrak kerjasama dengan harus menjadi role model dalam penerapan budaya
negara lain dan lembaga internasional untuk anti korupsi. Sosok seorang pemimpin adalah manusia
menstabilkan tarif dan cukai; yang luar biasa (extraordinary person), tentang
2. Memperbaiki manajemen Bea dan Cukai dengan akhlaknya, kejujuran, serta sikap tegasnya karena
SDM yang berkualitas dan memperkenalkan pemimpin harus menjadi suri teladan buat semuanya.
penggunaan teknologi baru untuk otomatisasi dan Sosialisasi terkait budaya antikorupsi harus dilakukan
akurasi pemrosesan dan pengawasan. terlebih dahulu terhadap para pejabat kemudian
Reformasi lewat 2 (dua) arah tersebut dapat kepada para pelaksana.
diimplementasikan dalam 7 (tujuh) langkah strategi Somoga di masa yang akan datang, seluruh unit di
antikorupsi, sebagai berikut: Kementerian Keuangan mendapatkan penghargaan
1. Harmonisasi dan simplifikasi prosedur di dalam WBBM dan WBK. Untuk itu, diharapkan DJBC mampu
sektor maupun dalam kerjasama dengan sektor menjaga visi, misi, dan komitmen, untuk menjadi
lain; institusi kepabeanan dan cukai terkemuka di dunia.
2. Otomatisasi pemrosesan dan supervisi aplikasi
teknologi demi menutup kecurangan lewat online; DAFTAR PUSTAKA
3. Transparasi dan akuntablitas perfoma sistem Sumber Buku
dengan menguatkan pengawasan, inspeksi, dan Abdussalam, R. 2007.Kriminologi. Jakarta: Restu
auditing secara internal maupun eksternal; Agung.
4. Menguatkan profesionalisme dan integritas staf Ajzen, Icek. 2005. Attitudes, Personality, and Behavior.
lewat pemberian insentif bagi kinerja yang baik UK: Open University Press-McGraw Hill
dan sanksi tegas bagi yang melanggar; Education.
5. Melindungi sistem layanan dan keluhan konsumen Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu
demi menyempurnakan sistem; Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
6. Menguatkan umpan balik eksternal dengan Campos, Edgardo dan Sanjay Pradhan. 2016. Lubang-
mengakomodasi partisipasi aktif publik dan lubang Korupsi Di Semua Sektor. Yogyakarta:
media; dan Merkid Press
7. Menegakkan pakta integritas untuk klien sektor, Fishbein, Martin dan IcekAjzen. 1975. Belief, Attitude,
sehingga jika terbukti dokumen mereka palsu atau Intention, and Behavior: An Introduction to
menyuap dapat langsung ditindak tegas. Theory and Research. MA: Addison-Wesley.
Hamzah, Andi. 2007. Pemberantasan Korupsi Melalui
6. IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN Hukum Pidana Nasional dan Internasional.
REKOMENDASI Jakarta: Raja Grafindo Persada.
6.1. Implikasi Hamzah, Andi dan Siti Rahayu. 1993. Suatu Tinjauan
Setelah mengetahui titik lemah di sektor Bea dan Ringkas Sistem Pemidanaan Di Indonesia.
Cukai serta sinyal peringatan yang perlu diwaspadai Jakarta: Akademika Pressindo.
terkait gejala-gejala terjadinya korupsi di sektor Bea Huntington, Samuel. 1968. Political Order in Changing
dan Cukai, maka penelitian ini memberikan implikasi Societies. CT: Tale University Press.
untuk memperbaiki sistem secara mendasar dan Klitgaard, Robert. 2005. Membasmi Korupsi. Jakarta:
menyeluruh. Tanpa dilengkapi pengetahuan yang Yayasan Obor Indonesia.
ditawarkan penelitian ini, upaya mencegah dan 1. Koeswadji, H. Hadiati.1994. Korupsi Di
memberantas korupsi di sektor Bea dan Cukai, Indonesia Dari Delik Jabatan Ke Tindakan
diibaratkan sebagai tambal sulam kebocoran perahu. Pidana Korupsi.Bandung: Citra Aditya Bakti.
6.2. Keterbatasan Lopa, Baharuddin dan Moh. Yamin. 1987. Undang-
Studi tentang korupsi dihadapkan kepada teori Undang Tindak Pidana Korupsi (Undang-
korupsi yang ambivalen serta determinan korupsi Undang Nomor 3 Tahun 1971) Berikut
yang sangat complicated. Dalam normative legal Pembahasan Serta Penerapannya Dalam
research, penulis dihadapkan kepada permasalahan Praktik. Bandung: Alumni.
LAMPIRAN
Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi dan Indeks Persepsi Korupsi Di Indonesia Tahun 2007-2016
Tabel 2. Ranking Table of the Political and Economic Risk ConsultancysAnnual Report 2007-2016
COUNTRY 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Australia 0.83 0.98 1.40 1.47 1.39 1.28 2.35 2.55 2.61 2.67
Cambodia 9.10 8.50 8.10 8.30 9.27 6.83 7.84 8.00 7.75 7.75
China 6.29 7.98 7.30 6.70 7.93 7.00 7.79 7.10 6.98 7.50
Hong Kong 1.87 1.80 1.74 1.75 1.10 2.64 3.77 2.95 3.17 3.40
India 6.67 7.25 6.50 8.23 8.67 8.75 8.95 9.15 8.01 8.13
Indonesia 8.03 7.98 7.69 9.07 9.25 8.50 8.83 8.85 8.09 8.00
Japan 2.10 2.25 2.63 2.63 1.90 1.90 2.35 2.08 1.55 3.00
Macao 5.18 3.30 3.75 5.71 4.68 2.85 4.23 3.65 4.58 6.15
Malaysia 6.25 6.37 7.00 6.05 5.70 5.59 5.38 5.25 4.96 6.95
Philippines 9.40 9.00 7.68 8.25 8.90 9.35 8.28 7.85 7.43 7.05
Singapore 1.20 1.13 0.92 0.99 0.37 0.67 0.74 1.60 1.33 1.67
South 6.30 5.65 4.97 4.88 5.90 6.90 6.98 7.05 6.28 6.17
Korea
Taiwan 6.23 6.55 5.85 5.62 5.65 5.45 5.36 5.31 5.00 6.08
Thailand 8.03 8.00 6.76 7.33 7.55 6.75 6.83 8.25 6.88 7.67
USA 2.28 1.83 2.71 1.89 1.39 2.59 3.82 3.50 4.59 4.61
Veitnam 7.54 7.75 7.40 7.13 8.30 7.75 8.13 8.73 8.24 7.92
Tabel 3. Data Realisasi Penerimaan Negara Pada Sektor Kepabeanan Tahun 2010-2016
Control Perceived
Beliefs Behavioral Control
Actual
Behaviora
l Control
Kenyataan bahwa terdapat perbedaan potensi tahun ke tahun (Gambar 2). Pada tahun 2011, dana
yang dimiliki oleh masing-masing daerah transfer dari pusat yang diterima oleh pemerintah
menyebabkan terjadinya ketimpangan perolehan kabupaten/kota mencapai 292,45 triliun rupiah.
PAD. Data menunjukkan bahwa sumber penerimaan Kemudian meningkat menjadi 408,98 triliun rupiah
mayoritas pemerintah daerah di Indonesia didominasi pada tahun 2014. Kontribusi dana perimbangan
oleh dana transfer dari pemerintah pusat. Proporsi terhadap total penerimaan pemerintah
PAD terhadap total pendapatan daerah kurang dari 20 kabupaten/kota cukup besar yaitu sebesar 60,28
persen terjadi di hampir seluruh daerah di Indonesia persen pada tahun 2014. Hal tersebut menunjukkan
(Gambar 1). Bagi daerah yang memiliki PAD yang kecil bahwa, dana perimbangan masih menjadi sumber
akan sangat kesulitan untuk memenuhi standar 20 utama bagi pemerintah daerah kabupaten/kota di
persen anggaran pendidikan dalam APBD (Kuswandi, Indonesia dalam membiayai kebutuhannya termasuk
2011). Pada akhirnya daerah tersebut akan upaya mencapai target anggaran pendidikan 20
mengandalkan dana perimbangan untuk dapat persen. Dalam hal ini, dana transfer yang berlebihan
mencapai target 20 persen anggaran pendidikan. Bila akan memberikan implikasi bagi daerah untuk
kondisi ketergantungan fiskal ini terus berlangsung, menggunakan anggaran secara tidak efisien
pembangunan daerah yang pesat akan berarti pula (Mardiasmo, 2009).
meningkatnya beban anggaran pusat (Kuncoro, 2004). Yu, Wang dan Tian (2015) menyatakan bahwa
terdapat dua pandangan berbeda terkait dengan
kemungkinan pengaruh transfer pemerintah pusat
terhadap pengeluaran pemerintah daerah. Di satu sisi,
teori ekonomi memprediksi respon pengeluaran
pemerintah daerah terhadap perubahan marginal dari
transfer seharusnya sama seperti pada pendapatan
mengingat bahwa Dana Alokasi Umum (DAU) ke
pemerintah daerah meningkatkan sumber daya dari
daerah penerima. Di sisi lain, sebagian besar hasil
studi (Case, Hines dan Rosen, 1993; Revelli, 2000;
Moscone, Knapp, dan Tosetti, 2007; Karnik dan
Lalvani, 2008; Acosta, 2010; Arvate, Mattos dan
Rocha, 2013) menunjukkan bahwa dana transfer
mempunyai efek stimulatif lebih besar terhadap
pengeluaran pemerintah daerah daripada
peningkatan pendapatan pemerintah daerah yang
setara. Fenomena tersebut dikenal dengan flypaper
effect. Pendapat serupa disampaikan oleh Pevcin
Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah) (2011) bahwa pelaksanaan desentralisasi berpotensi
Gambar 2. Realisasi Pendapatan Pemerintah Daerah memberikan dampak negatif salah satunya terkait
di Indonesia Tahun 2011-2014 dengan ketidaksesuaian dalam sistem pembiayaan
(Miliar Rupiah) yang kemudian menyebabkan flypaper effect.
Selama periode 2011-2014, transfer untuk Penelitian yang menganalisis terjadinya
pemerintah kabupaten/kota selalu meningkat dari fenomena flypaper effect telah banyak dilakukan. Akan
tetapi belum ada yang menganalisis flypaper effect 2.1. Flypaper Effect dan Interaksi Spasial
pada kategori pengeluaran tertentu. Menurut Case, Pengeluaran Pemerintah Daerah
Hines, dan Rosen (1993), tidak ada alasan untuk Desentralisasi pendidikan merupakan
mengasumsikan bahwa pola pengeluaran pemerintah desentralisasi kewenangan di sektor pendidikan
yang saling bergantung adalah sama untuk semua dalam hal kebijakan pendidikan dan aspek
kategori belanja. Penelitian sebelumnya telah pendanaannya dari pemerintah pusat ke pemerintah
menemukan bukti-bukti mengenai adanya keterkaitan daerah (Alisjahbana, 2000). Berdasarkan Peraturan
antar daerah terkait pengeluaran pemerintah (Case, Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.07/2009,
Hines dan Rosen, 1993; Revelli, 2000; Karnik dan anggaran belanja fungsi pendidikan adalah alokasi
Lalvani, 2008; Elhorst dan Freret, 2009; Acosta, 2010; belanja fungsi pendidikan yang dianggarkan dalam
Yu, Wang dan Tian, 2015). Dalam memodelkan APBD untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan
pengeluaran pemerintah daerah, asumsi tidak adanya yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah,
interaksi spasial dalam pengambilan keputusan termasuk gaji pendidik, namun tidak termasuk
pengeluaran pemerintah daerah tidak seharusnya anggaran pendidikan kedinasan.
diabaikan. Mengabaikan keberadaan interaksi spasial Sumber utama pendapatan daerah menurut UU
antar daerah dapat menyebabkan overestimasi Nomor 33 tahun 2004 terdiri dari PAD, dana transfer
(Acosta, 2010). Oleh karena itu, dalam penelitian ini dari pemerintah pusat dan lain-lain pendapatan yang
digunakan model panel spasial untuk menganalisis sah. Menurut Boadway dan Shah (2007), dana transfer
flypaper effect pada pengeluaran pendidikan dari pemerintah pusat dibagi menjadi dua kategori
pemerintah daerah fungsi pendidikan di Indonesia. yaitu unconditional grants dan conditional grants.
Penelitian dibatasi pada pengeluaran Unconditional grants merupakan dana transfer yang
pendidikan pemerintah daerah kabupaten/kota per ditujukan sebagai bantuan anggaran secara umum
provinsi di Indonesia pada tahun 2011-2014. Variabel tanpa ada ikatan atau aturan penggunaannya.
yang diduga berpengaruh terhadap pengeluaran Sedangkan conditional grants merupakan dana
pendidikan pemerintah daerah adalah PAD, transfer yang dimaksudkan untuk memberikan
unconditional grants, conditional grants, rasio jumlah insentif bagi pemerintah untuk melakukan program
murid terhadap jumlah penduduk, dan kepadatan tertentu. Di Indonesia, transfer dari pemerintah pusat
penduduk. terdiri dari dana bagi hasil (DBH), DAU, dan dana
alokasi khusus (DAK). DBH dan DAU termasuk
1.2. Rumusan Masalah unconditional grants. Sedangkan DAK termasuk dalam
Berdasarkan uraian sebelumnya, berikut ini kategori conditional grants (Brojonegoro dan Vazquez,
adalah rumusan masalah yang akan dijawab dalam 2002).
penelitian ini: Flypaper effect adalah suatu prediksi dimana
1. Bagaimana gambaran umum pengeluaran peningkatan dana transfer dari pemerintah pusat
pemerintah daerah fungsi pendidikan, cenderung lebih menstimulasi pengeluaran
pendapatan daerah berdasarkan sumbernya, pemerintah daerah dibandingkan dengan peningkatan
rasio jumlah murid terhadap jumlah penduduk, pendapatan daerah (Turnbull, 1998). Selain
dan kepadatan penduduk di Indonesia? dipengaruhi oleh pendapatan di daerah tersebut,
2. Apakah terjadi fenomena flypaper effect pada pengeluaran pemerintah daerah bisa juga dipengaruhi
pengeluaran pemerintah daerah fungsi oleh daerah sekitarnya. Menurut Manski dalam Yu,
pendidikan di Indonesia? Wang dan Tian (2015), interaksi fiskal antar daerah
3. Jika terjadi, kebijakan apa yang harus dilakukan bisa terjadi karena beberapa hal diantaranya:
oleh pemerintah daerah untuk mengatasi mimicking (perilaku meniru), competition (kompetisi),
fenomena flypaper effect? dan spillover. Sagbas dan Saruc (2004) menyebutkan
bahwa terdapat dua teori utama mengenai fenomena
1.3. TUJUAN PENELITIAN flypaper effect yaitu fiscal illusion dan the bureucratic
Tujuan penelitian yang akan dicapai dalam model.
peelitian ini adalah sebagai berikut: Teori fiscal illusion menjelaskan flypaper effect
1. Memberikan gambaran umum pengeluaran dari sudut pandang masyarakat. Dalam hal ini
pemerintah daerah fungsi pendidikan, masyarakat mendapatkan informasi yang terbatas
pendapatan daerah berdasarkan sumbernya, mengenai anggaran pemerintah daerahnya.
rasio jumlah murid terhadap jumlah penduduk, Pemerintah telah menghasilkan output atau barang
dan kepadatan penduduk di Indonesia. publik yang diminta oleh masyarakat, tetapi
2. Mengidentifikasi terjadinya fenomena flypaper masyarakat mempunyai persepsi yang salah tentang
effect pada pengeluaran pemerintah daerah bagaimana barang publik dibiayai dan seberapa besar
fungsi pendidikan di Indonesia. bagian yang dibiayai menggunakan pendapatan
3. Merumuskan kebijakan yang tepat untuk mereka sendiri. Sedangkan menurut teori bureucratic
mengatasi fenomena flypaper effect. model, flypaper effect merupakan hasil dari perilaku
memaksimalkan anggaran oleh para birokrat, yang
2. KERANGKA TEORITIS DAN lebih mudah menghabiskan dana transfer daripada
PENGEMBANGAN HIPOTESIS meminta kenaikan pajak. Dalam hal ini flypaper effect
mungkin terjadi karena para birokrat mempunyai Fenomena tersebut kemudian disebut sebagai
pengetahuan lebih besar tentang dana transfer dan flypaper effect.
anggaran.
Pengaruh transfer terhadap kinerja fiskal 2.2. Penelitian Terdahulu
pemerintah telah dianalisis menggunakan kerangka Penelitian mengenai fenomena flypaper effect
kendala anggaran dan kurva indiferen oleh Wilde baik pada pengeluaran pemerintah secara umum
dalam Gorodnichenko (2001:11). Model umum maupun kategori tertentu telah banyak dilakukan di
pengaruh transfer terhadap kinerja fiskal bisa dilihat luar Indonesia. Hasil penelitian Arvate, Mattos dan
di gambar berikut. Rocha (2013) dengan menggunakan regresi data
panel, menunjukkan bahwa telah terjadi flypaper
effect pada pengeluaran pemerintah daerah fungsi
pendidikan di Brazil. Selain itu, ditemukan bahwa
respon pengeluaran pemerintah daerah fungsi
pendidikan kepada unconditional grants lebih elastis
dibandingkan kepada conditional grants. Penelitian
serupa juga dilakukan oleh Ferede dan Islam (2015)
yang menggunakan data panel provinsi-provinsi di
Kanada tahun 1982-2008. Pada penelitian tersebut
ditemukan terjadinya fenomena flypaper effect yang
ditunjukkan oleh fakta bahwa dana transfer dari
pemerintah pusat yang berupa block grants memiliki
efek stimulatif terhadap pengeluaran pemerintah
fungsi pendidikan.
Perkembangan literatur mengenai keterkaitan
fiskal antar daerah melatarbelakangi peneliti-peneliti
lain untuk menggunakan analisis spasial dalam
Sumber: Gorodnichenko (2001) mengidentifikasi terjadinya fenomena flypaper effect.
Gambar 3. Efek Transfer Acosta (2010) melakukan penelitian untuk
mengidentifikasi terjadinya flypaper effect di Buenos
Pada Gambar 3, sumbu vertikal menunjukkan Aires tahun 1997 menggunakan analisis regresi
konsumsi barang privat dan sumbu horizontal spasial. Hasil penelitiannya menunjukkan terjadinya
menunjukkan konsumsi barang publik. Dasar teori fenomena flypaper effect dan adanya efek spillover.
analisis ini adalah bahwa masyarakat akan Yu, Wang dan Tian (2015) juga menggunakan analisis
memaksimalkan utilitas pada kendala anggaran (garis regresi spasial untuk mengidentifikasi terjadinya
Y dan Y+G). Setiap masyarakat dianggap sebagai satu flypaper effect pada pengeluaran pemerintah daerah
individu dengan preferensi yang digambarkan oleh untuk bidang pendidikan di China. Penelitian ini
kurva indiferen U0, U1 dan U2. Ketika pemerintah menemukan adanya interaksi spasial antar daerah
pusat memberikan transfer sebesar G, maka garis yang ditunjukkan oleh nilai koefisien spasial lag dan
kendala anggaran masyarakat akan bergeser dari Y ke spasial eror yang positif dan signifikan. Selain itu,
Y+G. Unconditional grants akan mengarahkan E0 ke tidak ditemukan adanya flypaper effect pada
EM, mengingat bahwa barang publik merupakan pengeluaran pemerintah bidang pendidikan di China.
barang normal. Karena transfer tidak bersyarat,
tekanan fiskal pada basis pajak mengalami penurunan 2.3. Hipotesis Penelitian
sebesar T, sementara total pengeluaran pemerintah Berdasarkan kerangka teoritis dan penelitian
tetap meningkat. Satu sisi berharap bahwa transfer terdahulu yang sudah diuraikan sebelumnya,
pemerintah seharus mengurangi pajak warga hipotesis penelitian yang akan dibuktikan dalam
setempat karena pemerintah daerah tidak perlu penelitian ini adalah:
menaikkan pajak untuk membiayai penyediaan 1. Diduga ada fenomena flypaper effect pada
barang publik. Analisis ini menegaskan bahwa pengeluaran pendidikan pemerintah daerah
pengeluaran pemerintah daerah dalam penyediaan fungsi pendidikan di Indonesia.
barang publik tidak akan berbeda sebagai akibat dari 2. Diduga pengeluaran pemerintah daerah fungsi
penurunan pajak atau kenaikan transfer. pendidikan di suatu daerah dipengaruhi oleh
Para ekonom menemukan adanya anomali daerah sekitarnya.
dimana keseimbangan pasca transfer bukan pada titik
EM melainkan pada titik EFP yang dicirikan oleh 3. METODOLOGI PENELITIAN
pertumbuhan pada pajak dan pengeluaran Penelitian ini mencakup seluruh pemerintahan
pemerintah daerah. Dengan kata lain, transfer kabupaten/kota di Indonesia pada periode 2011-
pemerintah pusat merangsang pertumbuhan 2014. Untuk kepentingan analisis data
pengeluaran pemerintah daerah, dan mereka tidak kabupaten/kota diagregasi menjadi level provinsi.
menggantikan pendapatan pajak pemerintah daerah. Provinsi DKI Jakarta tidak termasuk dalam cakupan
penelitian ini karena otonomi daerah DKI Jakarta
tidak sampai level kabupaten/kota. Berdasarkan UU signifikan maka perlu melakukan uji lanjutan
Nomor 20 Tahun 2012, sejak 25 Oktober 2012 yaitu uji robust LM.
Kalimantan Utara resmi terbentuk sebagai hasil 7. Melakukan uji robust LM spatial lag dan robust
pemekaran provinsi Kalimantan Timur. Sehingga
LM spatial error. Pada tahap ini model yang
dalam penelitian ini, Kalimantan Utara digabung
dengan Kalimantan Timur yang merupakan provinsi terpilih merupakan model dengan p-value
induknya. Dengan demikian, penelitian ini mencakup kurang dari 5 persen.
32 provinsi dengan periode penelitian tahun 2010- 8. Melakukan uji hausman untuk menentukan efek
2014. terbaik.
Data yang digunakan diantaranya adalah data 9. Membentuk model terpilih dengan metode
pengeluaran daerah fungsi pendidikan, PAD, jumlah Maximum Likelihood. Jika model terpilih ada dua,
penduduk, kepadatan penduduk, unconditional grants,
maka model terbaik adalah model dengan nilai
conditional grants, dan jumlah murid. Data jv dalam
penelitian ini merupakan data sekunder yang berasal AIC terkecil.
dari BPS, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 10. Melakukan uji asumsi normalitas residual.
dan Kementerian Agama. Data pengeluaran daerah Residual hanya diuji normalitas karena metode
fungsi pendidikan, PAD, unconditional grants, dan yang digunakan adalah Maximum Likelihood.
conditional grants, berasal dari survei keuangan
Model dasar yang digunakan pada penelitian ini
daerah kabupaten/kota oleh BPS. Data jumlah
mengacu pada model Arvate, Mattos, dan Rocha
penduduk dan kepadatan penduduk berasal dari
(2013), yaitu:
publikasi Statistik Indonesia oleh BPS. Data jumlah
murid berasal dari publikasi Statistik Pendidikan oleh
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dan
publikasi Statistik Pendidikan Islam oleh Kementerian
merupakan pengeluaran pemerintah total
Agama.
perkapita, PAD merupakan PAD perkapita, UCG
Analisis meliputi analisis deskriptif dan analisis
merupakan unconditional grants perkapita, CG
inferensia. Analisis deskriptif berupa grafik dan peta
merupakan conditional grants perkapita,
tematik. Sedangkan analisis inferensia dilakukan
menggambarkan efek spesifik, dan adalah error.
menggunakan regresi data panel spasial. Adanya efek
Variabel kontrol (Kontrol) bertujuan untuk
spasial berupa spatial dependency dan spatial
menangkap variabel yang dapat memengaruhi sisi
heterogeinity menjadi alasan digunakannya
permintaan untuk pengeluaran pemerintah. Yu, Wang
ekonometrika spasial (Anselin, 1988). Pembentukan
dan Tian (2015) menggunakan variabel kontrol rasio
model dengan pendekatan spasial perlu adanya
jumlah murid terhadap total penduduk (PUPIL) dan
penimbang spasial yang nantinya akan dibentuk
kepadatan penduduk (POPDENS) untuk menganalisis
menjadi matriks penimbang (W). Penelitian ini
pengaruh transfer terhadap pengeluaran daerah
menggunakan penimbang spasial k-nearest neighbour.
fungsi pendidikan.
Menurut BPS (2011), secara umum provinsi-provinsi
Berdasarkan penjelasan diatas, model yang
di Indonesia hanya memiliki perbatasan langsung dan
digunakan dalam penelitian ini adalah:
tidak langsung dengan tiga provinsi lainnya sehingga k
dalam penelitian ini adalah tiga. Tiga provinsi terdekat
memiliki nilai , sedangkan provinsi lainnya
memiliki nilai .
Tahapan pemodelan menggunakan regresi data dimana
panel spasial adalah:
1. Menentukan matriks penimbang yang akan adalah komponen matriks penimbang spasial (W).
digunakan, yaitu k-nearest neighbor dengan k=3. EDU adalah pengeluaran daerah fungsi pendidikan
2. Melakukan pendeteksian adanya perkapita, yaitu belanja daerah yang dikeluarkan
multikolinearitas. untuk program yang terkait dengan sektor
3. Membentuk model regresi data panel. pendidikan, pemuda dan olahraga, perpustakaan dan
4. Melakukan uji LM spatial lag dan LM spatial error lainnya dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan
tahun. PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah
untuk menentukan model terbaik.
yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai
5. Jika hasil kedua uji LM spatial lag dan LM spatial dengan peraturan perundang-undangan dibagi
error tidak ada yang signifikan, maka model yang dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.
terpilih adalah model data panel biasa. merupakan penjumlahan DAU dan DBH kemudian
6. Jika hasil uji LM signifikan salah satu, maka dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.
model tersebut yang terpilih. Sedangkan jika DAU adalah dana yang bersumber dari Anggaran
kedua uji LM spatial lag dan LM spatial error Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan
keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan
Kabupaten/kota yang mempunyai pengeluaran dengan jumlah penduduk yang besar, sedangkan
pendidikan perkapita terendah tahun 2014 adalah pendapatan daerah terbatas.
kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat, yaitu sebesar Tingginya pengeluaran pemerintah daerah
549 ribu rupiah. Daerah lain yang juga mempunyai fungsi pendidikan merupakan suatu hal yang positif
pengeluaran pendidikan perkapita rendah adalah mengingat dana pendidikan merupakan syarat
Provinsi Banten dan Jawa Timur masing-masing terwujudnya pelayanan pendidikan yang baik. Akan
sebesar 608 ribu rupiah dan 671 ribu rupiah. tetapi perlu diperhatikan bagaimana penggunaannya
Rendahnya pengeluaran pendidikan perkapita dan bagaimana pemerintah daerah mendanai
kabupaten/kota di sebagian besar Pulau Jawa terkait pengeluaran tersebut.
4.2. Estimasi Model Data Panel Spasial untuk interaksi spasial tidak diperhitungkan, maka akan
Mengidentifikasi Fenomena Flypaper Effect menghasilkan estimasi parameter dari persamaan
pada Pengeluaran Pemerintah Daerah Fungsi determinan pengeluaran publik yang bias dan tidak
Pendidikan konsisten (Case, Hines, dan Rosen, 1993).
Terjadinya fenomena flypaper effect Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini
diidentifikasi dengan membandingkan elastisitas PAD identifikasi fenomena flypaper effect dilakukan dengan
dan unconditional grants terhadap pengeluaran menggunakan model data panel spasial.
pemerintah daerah fungsi pendidikan. Menurut Berdasarkan hasil pengolahan dengan
Revelli (2001), ketika melakukan analisis keuangan menggunakan software R, dapat disimpulkan bahwa
daerah, interaksi spasial dalam pengambilan model spatial error dengan fixed effect (spatial error
keputusan pengeluaran pemerintah daerah tidak model-fixed effect) lebih tepat untuk digunakan dalam
seharusnya diabaikan. Besarnya pengeluaran penelitian ini. Berikut adalah hasil estimasi parameter
pemerintah di suatu daerah mungkin terkait dengan model terpilih beserta efek spesifik spasialnya.
besarnya pengeluaran pemerintah di daerah lain. Jika
Estimasi
Model Estimasi Variabel t-statistik p-value
Parameter
(1) (2) (3) (4) (5)
Hasil estimasi pada Tabel 1 dapat ditulis dalam daerah. Keduanya berpengaruh signifikan dan positif
bentuk persamaan berikut: terhadap pengeluaran pemerintah fungsi pendidikan.
Hal tersebut ditunjukkan oleh koefisien unconditional
grants yang sebesar sebesar . Artinya, setiap
peningkatan unconditional grants sebesar satu persen
dengan asumsi variabel lain konstan, maka
pengeluaran pemerintah daerah fungsi pendidikan
akan meningkat sebesar persen. Sedangkan
Persamaan yang terbentuk menghasilkan nilai koefisien conditional grants adalah sebesar .
R-square sebesar 0,95997. Hal tersebut menunjukkan Angka tersebut menunjukkan bahwa setiap
bahwa variabel independen yang terdapat dalam peningkatan conditional grants sebesar satu persen
model mampu menjelaskan variasi nilai pengeluaran dengan asumsi variabel lain konstan, maka
pemerintah fungsi pendidikan perkapita sebesar pengeluaran pemerintah daerah fungsi pendidikan
95,997 persen. Hasil uji parsial terhadap masing- akan meningkat sebesar persen. Pengaruh
masing variabel independen menunjukkan bahwa dana transfer yang positif dan signifikan sejalan
terdapat empat variabel yang signifikan memengaruhi dengan penelitian Yu, Wang dan Tian (2015), Arvate,
besarnya pengeluaran pemerintah fungsi pendidikan Mattos, dan Rocha (2013) dan Terra (2012).
perkapita. Keempat variabel tersebut adalah PAD Besarnya pengeluaran pemerintah fungsi
perkapita, unconditional grants perkapita, conditional pendidikan di suatu daerah erat kaitannya dengan
grants perkapita, dan rasio jumlah murid terhadap banyaknya murid di daerah tersebut. Hasil penelitian
jumlah penduduk. ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan rasio
Perolehan PAD perkapita suatu daerah murid terhadap jumlah penduduk sebesar satu persen
berkorelasi positif dengan pengeluaran pemerintah dengan asumsi variabel lain konstan, maka
fungsi pendidikan di daerah tersebut. Hal ini pengeluaran pemerintah daerah fungsi pendidikan
ditunjukkan oleh koefisien PAD yang menyatakan akan meningkat sebesar persen. Selain itu,
bahwa setiap perubahan PAD perkapita sebesar satu penelitian ini menemukan bahwa kepadatan penduduk
persen dengan asumsi variabel lain konstan, maka tidak signifikan memengaruhi pengeluaran fungsi
pengeluaran pemerintah daerah fungsi pendidikan pendidikan suatu daerah.
akan meningkat sebesar persen. Hasil Persamaan yang terbentuk juga menunjukkan
tersebut sejalan dengan penelitian Yu, Wang dan Tian bahwa terdapat interaksi spasial pada pengeluaran
(2015) serta Kang dan Setyawan (2012). Yu, Wang dan pemerintah daerah fungsi pendidikan. Interaksi spasial
Tian (2015) menemukan bahwa PAD perkapita yang terjadi terletak pada error yang artinya
pemerintah daerah di China berpengaruh positif dan pengeluaran pemerintah daerah fungsi pendidikan
signifikan terhadap pengeluaran fungsi pendidikan. dipengaruhi oleh variabel di luar model yang berasal
Kang dan Setyawan (2012) menemukan bahwa PAD dari daerah lain. Kenaikan variabel lain di luar model
berpengaruh positif dan signifikan terhadap di provinsi tetangga sebesar satu satuan, akan
pengeluaran pemerintah kabupaten kota di Indonesia. mengakibatkan kenaikan pengeluaran pemerintah
Dana transfer dari pemerintah pusat yang daerah fungsi pendidikan sebesar persen.
berupa unconditional grants dan conditional grants Hasil tersebut sejalan dengan hasil penelitian Yu,
merupakan komponen terbesar dalam penerimaan Wang dan Tian (2015) yang menemukan adanya
spatial dependence maupun spatial error pada baru yang memerlukan studi, proses, dan waktu yang
pengeluaran pemerintah fungsi pendidikan di China. panjang. Dukungan teknologi informasi secara terpadu
Menurut Terra (2012), variabel di luar model dari guna mengintensifkan pajak mutlak diperlukan karena
provinsi tetangga yang berpengaruh terhadap sistem pemungutan pajak yang dilaksanakan selama
pengeluaran pemerintah fungsi pendidikan ini cenderung tidak optimal (Sidik, 2002:8).
diantaranya upah tenaga kerja sektor formal dan Secara umum, upaya yang perlu dilakukan oleh
persentase penduduk usia kerja. pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan
Berdasarkan Tabel 1 juga dapat disimpulkan pendapatan daerah melalui optimalisasi intensifikasi
bahwa telah terjadi flypaper effect pada pengeluaran pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah antara
pemerintah daerah fungsi pendidikan. Hal tersebut lain (Sidik, 2002:8-9):
terlihat dari elastisitas unconditional grants terhadap 1. Memperluas basis penerimaan.
pengeluaran fungsi pendidikan (0,434595) yang lebih Tindakan yang dilakukan untuk memperluas
besar daripada elastisitas PAD terhadap pengeluaran basis penerimaan yang dapat dipungut oleh daerah
fungsi pendidikan (0,152267). Hasil penelitian ini antara lain mengidentifikasi pembayar pajak
sejalan dengan penemuan Arvate, Mattos, dan Rocha baru/potensial dan jumlah pembayar pajak,
(2013) yang menemukan bahwa terjadi fenomena memperbaiki basis data objek, memperbaiki penilaian,
flypaper effect pada pengeluaran pemerintah fungsi menghitung kapasitas penerimaan dari setiap jenis
pendidikan di Brazil. pungutan.
2. Memperkuat proses pemungutan.
4.3. Kebijakan Mengatasi Flypaper Effect Upaya yang dilakukan dalam memperkuat
Terjadinya flypaper effect pada pengeluaran proses pemungutan antara lain mempercepat
pemerintah daerah fungsi pendidikan selama tahun penyusunan peraturan daerah, mengubah tarif,
2011-2014 menunjukkan bahwa pemerintah daerah di khususnya tarif retribusi dan peningkatan sumber
Indonesia masih bergantung terhadap pemerintah daya manusia.
pusat. Dengan kata lain, selama ini belum ada 3. Meningkatkan pengawasan.
kemandirian daerah. Pemerintah daerah belum dapat Peningkatan pengawasan dapat dilakukan
sepenuhnya lepas dari pemerintah pusat dalam dengan pemeriksaan secara dadakan dan berkala,
mengelola keuangan daerah karena belum memiliki memperbaiki proses pengawasan, menerapkan sanksi
dukungan PAD untuk membiayai pengeluaran terhadap penunggak pajak dan sanksi terhadap pihak
pemerintah daerah. Menurut UU Nomor 33 tahun fiskus, serta meningkatkan pembayaran pajak dan
2004, PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah pelayanan yang diberikan oleh daerah.
yang dipungut berdasarkan peraturan daerah dan 4. Meningkatkan efisiensi administrasi dan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. PAD menekan biaya pemungutan.
bertujuan memberikan kewenangan kepada Tindakan yang bisa dilakukan antara lain
pemerintah daerah untuk mendanai pelaksanaan memperbaiki prosedur administrasi pajak melalui
otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai penyederhanaan admnistrasi pajak serta
perwujudan desentralisasi. PAD bersumber dari pajak meningkatkan efisiensi pemungutan dari setiap jenis
daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan pemungutan.
daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. 5. Meningkatkan kapasitas penerimaan melalui
Pada Gambar 1 terlihat bahwa mayoritas daerah perencanaan yang lebih baik.
yang memiliki kemandirian untuk membiayai Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan
pengeluaran fungsi pendidikan adalah kabupaten/kota koordinasi dengan instansi terkait di daerah.
di Jawa karena memiliki rasio PAD terhadap Ekstensifikasi perpajakan juga dapat dilakukan
pendapatan yang relatif tinggi (diatas 20 persen). untuk meningkatkan PAD, yaitu memberikan
Kebutuhan fiskal (total belanja daerah) yang lebih kewenangan perpajakan yang lebih besar kepada
besar dari kapasitas fiskal (PAD dan DBH) akan daerah pada masa mendatang. Pelaksanaan
menimbulkan celah fiskal. Celah fiskal akan intensifikasi pajak dan ekstensifikasi wajib pajak
mendorong ketidakmandirian daerah yang pada diatur dalam Surat Edaran Jenderal Pajak Nomor SE-
akhirnya mengakibatkan terjadinya flypaper effect. 06/PJ.9/2001. Selain mengoptimalkan PAD,
Untuk mengatasi fenomena flypaper effect, pemerintah daerah juga perlu meningkatkan
pemerintah daerah bisa melakukan optimalisasi kemampuan pengelolaan alokasi anggaran pendidikan
sumber-sumber PAD melalui intensifikasi dan agar lebih efisien dalam pengalokasiannya.
ekstensifikasi subyek dan obyek pendapatan. Dalam
jangka pendek kegiatan yang paling mudah dan dapat 5. KESIMPULAN
segera dilakukan adalah dengan melakukan Pengeluaran pemerintah daerah fungsi
intensifikasi terhadap obyek atau sumber pendapatan pendidikan cukup tinggi pada beberapa daerah. Jika
daerah yang sudah ada terutama melalui pemanfaatan dilihat masing-masing komponen sumber pendapatan
teknologi informasi. Dengan melakukan efektivitas dan daerah terlihat bahwa terjadi ketimpangan perolehan
efisiensi sumber atau obyek pendapatan daerah, maka PAD. PAD perkapita hanya tinggi di beberapa daerah
akan meningkatkan produktivitas PAD tanpa harus yang memang mempunyai potensi besar.
melakukan perluasan sumber atau obyek pendapatan Unconditional grants perkapita dan conditional grants
perkapita cukup besar di wilayah Indonesia Timur. Hal Kabupaten Karangasem. E-Jurnal Akuntansi
tersebut menunjukkan bahwa pemerintah daerah di Vol.2, No.2, Februari.
wilayah timur masih bergantung pada dana transfer Direktorat Jenderal Perimbangan dan Keuangan, 2011.
dari pemerintah pusat. Jumlah murid dan kepadatan Deskripsi dan Analisis APBD 2011. Jakarta: DJPK.
penduduk besar di Pulau Jawa menunjukkan bahwa Elhorst, J., Frret, S. 2009. Evidence of Political
penduduk Indonesia terpusat di daerah tersebut. Yardstick Competition in France Using A Two-
Berdasarkan model yang terbentuk, dapat Regime Spatial Durbin Model With Fixed Effects.
disimpulkan bahwa telah terjadi fenomena flypaper Journal of Regional Science 49(5) p 931951.
effect pada pengeluaran pemerintah daerah fungsi Ferede, E., Islam, S. 2015. Block Grants and Education
pendidikan di Indonesia. Selain itu, hasil penelitian Expediture: Evidence from Canadian Province.
juga menunjukkan bahwa pengeluaran pendidikan Public Finance Review p 1-25.
pemerintah daerah fungsi pendidikan di suatu daerah Gorodnichenko, Y. 2001. Effect of Intergovernmental
ternyata dipengaruhi oleh daerah sekitarnya. Aid on Fiscal Behavior of Local Governments: The
Case of Ukraine. Thesis, Tidak Dipublikasikan,
6. IMPLIKASI DAN KETERBATASAN University of Kiev.
Fenomena flypaper effect mengindikasikan Irawan, S., Tacconi, L. 2016. Intergovernmental Fiscal
belum adanya kemandirian pemerintah daerah di Transfers, Forest Conservation and Climate
Indonesia. Pemerintah daerah perlu meningkatkan Change. Massachusetts: Edward Elgar
kemandirian dengan mendorong penerimaan PAD Publishing.
melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pajak daerah. Kang, Y., Setyawan, D. 2012. Intergovernmental
Selain itu, pemerintah kabupaten/kota di Indonesia Transfer And The Flypaper Effect Evidence
juga perlu meningkatan kemampuan pengelolaan From Municipalities/Regencies In Indonesia.
alokasi anggaran pendidikan agar lebih efisien dalam Working Papers Series. KDI School of Public
pengalokasiannya. Policy and Management, Korea.
Karnik, A., Lalvani, M. 2008. Flypaper Effect
DAFTAR PUSTAKA Incorporating Spatial Interdependence. Review
Acosta, P. 2010. The Flypaper Effect in Presence of of Urban and Regional Development Studies
Spatial Interdependence: Evidence From 20(2) p 86102.
Argentinean Municipalities. Annuals of Regional Kuncoro, M. 2004. Otonomi Dan Pembangunan Daerah:
Science 44(3) p 453466. Reformasi, Perencanaan, Strategi, dan Peluang.
Alisjahbana, A. S. 2000. Otonomi Daerah dan Jakarta: Erlangga.
Desentralisasi Pendidikan. Bandung: Universitas Kurniawati, T. 2012. Konflik dalam Penentuan Dana
Padjajaran. Bagi Hasil antara Pemerintah Pusat dan
Anselin, L. 1988. Spatial Econometrics: Methods and Pemerintah Propinsi Kalimantan Timur. Jurnal
Models. Dordrecht: Kluwer Academic Publishers. Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Vol 16, No 1.
Arvate, P., Matos, E., Rocha, F. 2013. Conditional Versus Kuswandi, A. 2011. Desentralisai Pendidikan dalam
Unconditional Grants And Local Public Spending Penyelenggaraan Otonomi Daerah di Indonesia.
In Brazilian Municipalities. 35th Meeting of the governance, Vol. 2, No.1.
Brazilian Econometric Society, Foz do Iguacu, Mardiasmo. 2009. Kebijakan Desentralisasi Fiskal di
Brazil, December. Era Reformasi: 2005-2008. Dalam Anggito
BPS. 2011. Analisis Dampak Spasial Pada Peramalan Abimanyu & Andie Megantara (Ed.), Era Baru
Perekonomian dan Ketenagakerjaan Provinsi. Kebijakan Fiskal Pemikiran, Konsep, dan
Jakarta: BPS. Implementasi. Jakarta: PT Kompas Media
Badrudin, R. 2012. Ekonomika Otonomi Daerah. Nusantara.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Moscone, F., Knapp, M., Tosetti, E. 2007. Mental Health
Boadway, R., Shah, A. 2007. Public Sector Governance Expenditure in England: A spatial panel
and Accountability Series: Intergovernmental approach. Journal of Health Economics.
Fiscal Transfers Principles and Practice. The Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.07/2009
Whasington: World Bank. Tentang Alokasi Anggaran Belanja Fungsi
Pendidikan Dalam Anggaran Pendapatan Dan
Brojonegoro, B., Vazquez, J. M. 2002. An Analysis of Belanja Daerah.
Indonesias Transfer System: Recent Pevcin, P. 2011. Fly-Paper Effect in Slovenian
Performance and Future Prospects. Working Municipal Finances. HKJU CCPA, god. 11., br. 3.,
Paper 02-13, May. Andrew Young School of str p 707728.
Policy Studies, Georgia State University. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Case, A., Hines, J., Rosen, H. 1993. Budget Spillovers Pemerintahan Daerah.
And Fiscal Policy Interdependence. Journal of Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang
Public Economics 52(3) p 285307. Perimbangan Keuangan Pusat-Daerah.
Dewi, I. K. N. T, Sisdyani, E. A. 2013. Penilaian Kinerja Revelli, F. 2000. Spatial Patterns in Public Spending
Atas Penerimaan Pajak Hotel Dan Pajak and Taxation: A Test of Horizontal Interaction
Restoran Di Dinas Pendapatan Daerah Among Local Governments. II Riunione
Penelitian ini bertujuan untuk: (i) Melakukan kajian terhadap permasalahan dana
pensiun pegawai negeri sipil (PNS) di Indonesia. (ii) Melakukan perhitungan nilai
besar manfaat pensiun dan nilai sekarang manfaat pensiun. (iii) Melakukan
perhitungan dan mendapatkan nilai kewajiban penghentian rencana dan nilai
kewajiban aktuaria. (iv) Melakukan perhitungan dan mendapatkan biaya iuran
normal dalam program pensiun manfaat pasti dan menjelaskan serta memberikan
ilustrasi mengenai biaya tambahan pada pendanaan program pensiun manfaat
pasti. Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa perhitungan dana
pensiun berdasarkan Usia pegawai saat diangkat menjadi PNS (y),Usia pegawai saat
perhitungan dilakukan (x),Batas usia pensiun pegawai (r),Masa kerja pegawai (t),
Sisa masa kerja pegawai (r-x), dan Gaji awal pegawai dapat dilakukan dengan
menggunakan konsep Accrued Benefit Cost. Pemerintah perlu dilakukan peninjauan
kembali system pembayaran pensiun pegawai mengingat harus diperhatikannya
nilai suku bunga, besar manfaat pension, nilai manfaat pensiun, nilai kewajiban
penghentian rencana dan mempertimbangkan suku bunga agar tidak membebani
APBN.
Kepala Bank Dunia dibidang Ekonomi Phillip dipungut dari pegawai negeri, pejabat negara,
Okeefe1 menyebutkan bahwa Indonesia harus dan penerima pensiun
mereformasi sistem pensiun sebelum negara itu mulai
menghadapi masalah populasi yang membeludak Usaha kesejahteraan pegawai negeri sipil meliputi
sejumlah negara yang telah direformasi sistem pensiun program :
mereka dengan mengalokasikan sejumlah dana dari 1. Pensiun dan hari tua
masing-masing karyawan gaji yang akan digunakan untuk 2. Asuransi kesehatan
mendukung biaya ekonomi lebih dari 65 tahun. Apabila 3. Tabungan perumahan , dan
sistem pensiun tidak direformasi, beban demografi akan 4. Asuransi pendidikan putra putri Pegawai
memaksa pemerintah untuk mengalokasikan dukungan Negeri Sipil
anggaran besar untuk orang tua, terutama dalam biaya
perawatan kesehatan. Indonesia sebaiknya mengadopsi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 45 Tahun
sistem diikuti oleh Vietnam, Thailand dan Mongolia yang 2015 menjelaskan tentang Penyelenggaraan Program
memiliki skema pensiun yang lebih sistematis dan efektif. Jaminan Pensiun. Peraturan Pemerintah (PP) tersebut
Skema ini juga mencakup pekerja di sektor informal disusun untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41 ayat
sistem upah di Indonesia adalah berbanding lurus dengan (8) dan Pasal 42 ayat (2) Undang-Undang tentang
usia pekerja tetapi dianggap formulasi efektif. Sebuah Sistem Jaminan Sosial Nasional.
sistem upah yang dibangun di sekitar senioritas, yang Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) tersebut
berarti semakin lama seorang karyawan bekerja, semakin Program Jaminan Pensiun terdiri atas:
dia mendapatkan, juga merupakan formulasi tidak relevan a. Pekerja yang bekerja pada Pemberi Kerja
karena kinerja cenderung menurun seiring dengan usia. penyelenggara negara;
(Polackova, 1998) mengemukakan pemerintah di b. Pekerja yang bekerja pada Pemberi Kerja
berbagai negara sekarang ini menghadapi selain penyelenggara negara
peningkatan risiko fiskal dan ketidakpastian yang
Pada pasal 3 ayat (1,2) Peraturan Pemerintah (PP)
lebih tinggi dibandingkan dengan periode-periode
Kepesertaan pada program Jaminan Pensiun mulai
sebelumnya. Permasalahan pensiun PNS di Indonesia
berlaku sejak Pekerja terdaftar dan Iuran pertama
termasuk dalam sumber resiko fiskal eksplisit yang
telah dibayarkan dan disetor oleh Pemberi Kerja
pasti dan besarnya beban yang harus ditanggung
selain penyelenggara negara kepada BPJS
mengakibatkan ruang fiskal yang tersedia untuk
Ketenagakerjaan, yang dibuktikan dengan adanya
pembangunan infrastruktur menjadi berkurang dan
tanda bukti pembayaran dari BPJS Ketenagakerjaan.
menjadi beban kontinjensi bagi pemerintah karena
Dapat diperhatikan bahwa kepesertaan Jaminan
pada akhirnya pemerintahlah yang harus memenuhi
Pensiun akan berakhir apabila peserta
pembayaran pensiun tersebut.
a. Meninggal dunia
Umur dan produktivitas manusia memiliki batas
b. Mencapai Usia Pensiun dan menerima
dan tidak selamanya seseorang dapat terus bekerja,
akumulasi Iuran beserta hasil
mengabdi ataupun menghasilkan karya. Pada suatu
pengembangannya secara sekaligus.
saat seseorang akan berhenti dari pekerjaan tersebut
dan mengalami fase pensiun untuk menikmati sisa Pada Pasal 6 PP Nomor 45 Tahun 2015 menyebutkan
masa tuanya. Masa pensiun adalah masa yang riskan bahwa Dalam hal Pekerja belum terdaftar pada BPJS
dimana kebutuhan terus saja harus dipenuhi namun Ketenagakerjaan, Pemberi Kerja selain penyelenggara
dalam sisi pendapatan akan berkurang. negara wajib bertanggung jawab pada Pekerjanya
Pensiun, sampai saat ini, dianggap sebagai dengan memberikan Manfaat Pensiun sesuai dengan
ungkapan terimakasih. Individu-individu melayani ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini. Dalam UU
raja dan negara mereka sepanjang kesehatan mereka No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tidak
memungkinkan. Bila kesehatan memburuk, negara mengatur kapan saatnya pensiun dan berapa Batas
menyediakan pensiun bagi mereka. Usia Pensiun (BUP) untuk pekerja sektor swasta.
Kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil (PNS) diatur Dalam pasal 167 ayat 1 UU Ketenagakerjaan
dalam dasar hukum. disebutkan bahwa salah satu alasan pemutusan
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 hubungan kerja (PHK) adalah karena pekerja telah
Tahun 1974 tentang pokok-pokok memasuki usia pensiun. Akan tetapi tidak diatur
Kepegawaian sebagaimana telah telah diubah secara jelas dan tegas pada usia berapa batas usia
dengan Undang-undang Republik Indonesia pensiun berlaku. Ketentuan mengenai batas usia
Nomor 43 Tahun 1999 pensiun ditetapkan dalam Perjanjian Kerja (PK),
2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Peraturan Perusahaan (PP)/ Perjanjian Kerja Bersama
Nomor 56 tahun 1974 tentang (PKB) atau Peraturan Perundangan yang berkaitan
pembagian,penggunaan, cara pemotongan, dengan masa pensiun menurut Pasal 154 huruf c UU
penyetoran dan besarnya iuran-iuran yang Ketenagakerjaan. Penentuan mengenai batas usia
pensiun biasanya merujuk pada kebiasaan yang
berlaku dalam perusahaan, atau berpedoman pada
1
http://www.indonesia-investments.com/id/news/todays- beberapa UU yang mengatur hak-hak yang berkaitan
headlines/world-bank-indonesia-needs-to-start- dengan masa pensiun, seperti UU Jamsostek, UU
preparations-for-ageing-population/item6851
mengenai Dana Pensiun atau UU Kepegawaian serta manfaat pensiun dengan catatan batas usia pensiun
UU mengenai profesi tertentu. normal adalah 55 tahun dan batas usia pensiun wajib
Contohnya pada pasal 14 ayat 1 UU No.3 tahun 1992 maksimum 60 tahun. Lagi-lagi ketentuan tersebut
tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja menyebutkan dianalogikan sebagai batas usia pensiun bagi pekerja.
bahwa Jaminan Hari Tua (JHT) dibayarkan kepada Ada beberapa peraturan perundang-undangan yang
tenaga yang telah mencapai usia 55 tahun. Ketentuan mengatur batas usia pensiun, antara lain batas usia
tersebut merupakan saat timbulnya hak atas JHT yang pensiun pada jabatan seperti guru, dosen, dan
dapat dianalogikan sebagai saat mencapai batas usia pegawai negeri/pejabat Negara: PNS, Hakim,
pensiun. Tentara/Polisi. Berikut adalah batas usia pensiun bagi
berbagai jenis pekerjaan beserta dasar hukum/UU
Sama halnya dengan UU No. 11 tahun 1992 tentang yang mengaturnya.
Dana Pensiun yang menyebutkan bahwa hak atas
Batas Usia
Nama Jabatan/
No Pensiun Dasar Hukum
Golongan
(BUP)
menyediakan pensiun.Berbagai kemungkinan pensiun benefit yang akan diterima seharusnya didasarkan
dapat terjadi pada pegawai yang masih aktif, kepada prediksi pangkat terakhir dari orang tersebut.
diantaranya pensiun karena meninggal,cacat , pensiun Perbedaan antara jumlah iuran dan manfaat yang
dini ataupun pensiun normal. Prinsip pendanaan akan diterima tentu bisa menyebabkan potensi
pensiun adalah tercapainya kesetimbangan antara apa kerugian bagi PT TASPEN. Oleh karena itu
yang akan dikeluarkan oleh perusahaan pengelola dana kepangkatan perlu dilibatkan dalam proses
pensiun dengan adanya klaim dari peserta program perhitungan normal cost untuk menyeimbangkan
pensiun. Hal ini diartikan bahwa besarnya iuran yang jumlah iuran dan benefit yang akan diterima sehingga
dibayarkan peserta harus menutupi seluruh manfaat tidak ada pihak yang mengalami kerugian. Pada
pada saat pensiun sampai peserta tersebut meninggal penelitian ini akan dikaji kecenderungan tersebut dan
dunia. tingkat suku bunga juga perlu diperhatikan dalam
perhitungan pendanaan pensiun. Perhitungan besaran
Salah satu bentuk perhatian pemerintah terhadap
aktuaria biasanya didasarkan pada asumsi tingkat
PNS dibentuklah PT.TASPEN (Persero). PT TASPEN
suku bunga konstan. Hal ini tentu tidak sesuai pada
(Persero) atau Tabungan dan Asuransi Pensiun adalah
kenyataan yang terjadi karena tingkat suku bunga
Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang bergerak di
bergerak secara fluktuatif. Metode ACCRUED BENEFIT
bidang asuransi tabungan hari tua dan dana pensiun
COST diharapkan mampu untuk mengkaji
Pegawai Negeri Sipil. TASPEN adalah singkatan dari
kecenderungan tersebut.
Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri.
Perusahaan ini dibentuk sesuai dengan Undang-undang
1.2 Rumusan Masalah
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1969 tentang
Berdasarkan latar belakang masalah di atas,
"Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai",
masalah penelitian ini adalah kajian perhitungan dana
yang selanjutnya juga memfasilitasi Undang-undang
pensiun dengan mempertimbangkan aspek suku
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1992 tentang
bunga. Peneliti menggunakan Metode Accrued benefit
"Dana Pensiun", serta Undang-undang Republik
cost untuk menghitung pembiayaan program pensiun.
Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang "Sistem
Dalam perhitungan ini dapat diketahui besar biaya
Jaminan Sosial Nasional".
tambahan yang akan dibayarkan kepada penerima
Menurut (Winklevoss dan Howerd E,1993) dalam dana pension dengan melibatkan Usia pegawai saat
menentukan besaran dana pensiun terdapat beberapa diangkat menjadi PNS (y),Usia pegawai saat
asumsi yaitu : perhitungan dilakukan (x),Batas usia pensiun pegawai
a. Penurunan populasi (r), ,Masa kerja pegawai (t), Sisa masa kerja pegawai
b. Suku bunga (r-x), dan Gaji awal pegawai dapat dilakukan dengan
c. Gaji menggunakan konsep Accrued Benefit Cost.
(Winklevoss dan Howerd E,1993)
1.3 Tujuan Penelitian
mengasumsikan skala gaji uang dikaitkan dengan
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka
kenaikan gaji berdasarkan tahun ini dengan tahun
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
sebelumnya. Selain bergantung pada masa kerja
1. Menginvestigasi risiko pengelolaan dana pension
terhadap faktor lain yang berpangur pada gaji PNS
PNS di Indonesia
yaitu, kepangkatan PNS pada saat itu. Kenaikan
2. Menguji efektifitas Accrued benefit cost dalam
pangkat PNS diatur pada UU No.12 Tahun 2002 pasal .
menghitung besaran manfaat pension PNS.
Kenaikan pangkat reguler dapat diberikan setingkat
3. Mendapatkan nilai besar manfaat pensiun dan
lebih tinggi apabila : a. sekurang-kurangnya telah 4
nilai sekarang manfaat pensiun
(empat) tahun dalam pangkat terakhir; dan b. setiap
4. Mendapatkan nilai kewajiban penghentian
unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya
rencana dan nilai kewajiban aktuaria.
bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir.
5. Mendapatkan biaya iuran normal dalam program
pensiun manfaat pasti dan menjelaskan serta
Dengan adanya kontribusi gaji dalam perhitungan
memberikan ilustrasi mengenai biaya tambahan
pendanaan pensiun maka diperlukan rumusan untuk
pada pendanaan program pensiun manfaat pasti.
mengestimasi gaji di masa yang akan datang. Gaji
PNS sangat bergantung kepada kepangkatan atau
golongannya. Makin tinggi pangkat atau golongan 2 KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN
seorang PNS maka gaji yang akan diperolehnya akan HIPOTESA
semakin besar. Selama ini kebijakan penentuan Pensiun adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak
normal cost yang diterapkan PT TASPEN tidak secara lagi bekerja dikarenakan selesainya masa tugas. Ada
jelas mempertimbangkan pangkat terakhir seseorang banyak cara untuk mempersiapkan kesinambungan
ketika penghasilan di hari tua, salah satunya adalah dengan
memasuki usia pensiun. Akibat dari hal ini adalah mengikuti program pensiun. Program pensiun
jumlah iuran yang dibayarkan oleh seorang pegawai merupakan suatu program yang diselenggarakan oleh
bisa menjadi tidak sesuai dengan benefit yang akan pemberi kerja (pemerintah atau perusahaan) untuk
diterimanya ketika pensiun karena perhitungan menyediakan jaminan hari tua dan sebagai
penghargaan atas jasa-jasa yang telah diberikan
karyawan selama bertahun-tahun bekerja di sendiri dan terpisah dari pemberi kerja, yang
perusahaan, yang berupa pembayaran setiap bulan berfungsi untuk mengelola dan menjalankan program
setelah karyawan/pegawai yang bersangkutan pensiun sesuai dengan peraturan perundangan yang
pensiun (Tunggal, 1995). Program pensiun dalam berlaku.
Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 18 Istilah dana pensiun sebagai badan hukum
dibedakan menjadi dua, yaitu: dikenal setelah lahirnya Undang-Undang Nomor 11
1. Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) Tahun 1992 tentang Dana Pensiun, dimana undang-
Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) adalah undang tersebut merupakan dasar penyelenggaraan
program pensiun yang iurannya ditetapkan dalam program pensiun bagi karyawan pemberi
peraturan dana pensiun dan seluruh iuran serta hasil kerja/perusahaan. Undang-Undang Dana Pensiun
pengembangannya dibukukan pada rekening masing- menyebutkan bahwa dana pensiun adalah badan
masing peserta sebagai manfaat pensiun. hukum yang mengelola dan menjalankan program
2. Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) yang menjanjikan manfaat pensiun. Menurut Undang-
Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) adalah Undang Dana Pensiun, ada dua jenis dana pensiun
program pensiun yang manfaatnya ditetapkan dalam yaitu:
peraturan dana pensiun atau program lain yang bukan 1. Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK)
merupakan Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP). Dana Pensiun Pemberi Kerja adalah dana
Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun pensiun yang dibentuk oleh orang atau badan yang
1992 tentang Dana Pensiun, manfaat pensiun adalah mempekerjakan karyawan, selaku pendiri, untuk
pembayaran berkala yang dibayarkan kepada peserta menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti
pada saat dan dengan cara yang telah ditetapkan atau Program Pensiun Iuran Pasti, bagi kepentingan
dalam peraturan dana pensiun. Tunggal (1995) sebagian atau seluruh karyawannya sebagai peserta,
mengemukakan bahwa jenis-jenis manfaat pensiun dan yang menimbulkan kewajiban terhadap pemberi
yang diberikan oleh dana pensiun ada empat, yaitu: kerja.
1. Manfaat Pensiun Normal 2. Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK)
Manfaat pensiun bagi peserta yang mulai Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK)
dibayarkan pada saat peserta pensiun setelah adalah dana pensiun yang dibentuk oleh bank atau
mencapai usia pensiun normal atau sesudahnya. perusahaan asuransi jiwa untuk menyelenggarakan
2. Manfaat Pensiun Dipercepat Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) bagi perorangan,
Manfaat pensiun bagi peserta yang dibayarkan baik karyawan maupun pekerja mandiri yang terpisah
bila peserta pensiun pada usia tertentu sebelum usia dari dana pensiun pemberi kerja bagi karyawan bank
pensiun normal. atau perusahaan asuransi jiwa yang bersangkutan.
3. Manfaat Pensiun Cacat
Manfaat pensiun bagi peserta yang dibayarkan 2.2. Tabel Mortalitas
bila peserta mengalami cacat. Perusahaan asuransi jiwa mendasarkan semua
4. Manfaat Pensiun Ditunda perhitungan anuitas, premi, asuransi dan sebagainya
Manfaat pensiun bagi peserta yang berhenti atas tabel mortalitas. Tabel mortalitas berisi peluang
bekerja sebelum mencapai usia pensiun seseorang meninggal menurut umur dari kelompok
normal, yang ditunda pembayarannya sampai orang yang diasuransikan (pemegang polis asuransi).
pada saat peserta pensiun sesuai dengan Simbol lx digunakan untuk menyatakan banyaknya
peraturan dana pensiun. orang yang tepat berusia x, dan simbol dx menyatakan
Pada penelitian ini menggunakan manfaat pension banyaknya orang yang meninggal antara usia x hingga
normal dengan Accrued Benefit Cost Method (ABCM) x+1,
merupakan suatu metode pendanaan pensiun dimana
penyelenggara ataupun peserta pensiun menetapkan ndx
terlebih dahulu manfaat pensiun yang diinginkan
sedangkan kontribusi atau iuran normal ditentukan Pada tabel mortalitas terlihat adanya fungsi antara
kemudian. Selanjutnya besaran tersebut (Accrued usia dengan waktu. Menurut Futami (1993),
benefit) akan diakumulasi ke tiap-tiap masa kerja perhitungan yang menggunakan hubungan antara usia
sampai masa pensiun, alokasi ini yang dinamakan dan waktu digunakan untuk menentukan peluang
sebagai iuran normal atau normal cost. hidup/mati. Peluang orang berusia x akan mencapai
usia x+1 dinyatakan dalam simbol px. Menurut Jordan
2.1. Dana Pensiun (1993),
Dana pensiun adalah badan hukum yang l x 1
mengelola dan menjalankan program yang px (3)
menjanjikan pembayaran berkala kepada peserta lx
pada saat mencapai usia pensiun atau pada saat lain, peluang orang berusia x akan hidup paling sedikit n
dengan cara yang ditetapkan dalam peraturan dana tahun dinyatakan dalam simbol npx,
pensiun (Wahab, 2005). Dalam Pernyataan Standar l x n
Akutansi Keuangan (PSAK) No. 18, dana pensiun n px (4)
didefinisikan sebagai suatu badan hukum yang berdiri lx
peluang orang berusia x akan meninggal sebelum usia anuitas akhir seumur hidup ax adalah serangkaian
x+1 dinotasikan dengan qx, pembayaran sebesar 1 satuan yang dilakukan tiap
l x 1 l x l x 1 d x akhir tahun. Ilustrasi hubungan antara ax dan ax
qx 1 p x 1 (5)
lx lx lx sebagai berikut:
peluang orang berusia x akan meninggal sebelum usia
x+n dinotasikan dengan nqx,
l x n l x l x n n d x
n qx 1 n px 1 Anuitas Awal
lx lx lx (6)
Anuitas Akhir
nEx
adalah nilai tunai dari 1.vn, dengan peluang ditunda
akan dibayarkan jika x mencapai usia x+n adalah npx.
Menurut Sembiring (1986),
v n l x n v x n l x n Dx n
n E x v .n p x
n
(12)
lx v xlx Dx
2.4.3 Anuitas Berjangka
Menurut Futami (1993), anuitas berjangka
adalah anuitas hidup dimana pembayarannya
dilakukan pada suatu jangka waktu tertentu. Anuitas Gambar 4. Anuitas Akhir Ditunda n Tahun
awal berjangka dengan jangka waktu n tahun
dinotasikan dengan , sedangkan anuitas akhir Menurut Jordan (1991), n|ax dapat dirumuskan
berjangka dengan jangka waktu n tahun dinotasikan sebagai berikut:
dengan . dapat dipandang sebagai gabungan w x 1
1 w x 1
N x n 1
dari serangkaian endowment murni, diilustrasikan n | ax t Ex D x t (15)
sebagai berikut: t n 1 Dx t n 1 Dx
Mulai
Biaya tambahan
Selesai
dengan aktivitas ekonomi global melemah, non-energi pensiun pada usia 58 tahun (r = 58). Gaji pokok pada
harga komoditas global dalam mengurangi tren, dan tahun pertama yang diterima adalah Rp. 2.084.200
disertai dengan penurunan tekanan inflasi global. perbulan.
Di sisi domestik, Dewan Gubernur 1. Perhitungan manfaat pensiun
memandang bahwa perekonomian Indonesia masih Besar manfaat pensiun seorang peserta setiap
cukup tangguh, meskipun dengan kecenderungan tahunnya tergantung pada besar gaji pegawai pada
pertumbuhan yang lebih rendah dari prospek usia x dan proporsi dari gaji yang dipersiapkan untuk
ekonomi global. Untuk Q1 / 2012, pertumbuhan manfaat pensiun. Untuk perhitungan gaji, digunakan
ekonomi diperkirakan akan mencapai 6,5% tingkat kenaikan gaji berkala sebesar 7% pertahun (s
sedangkan untuk keseluruhan 2012 diprediksi = 7%). Besarnya gaji pegawai dihitung berdasarkan
menuju batas bawah dari perkiraan pada 6,3-6,7%. persamaan , yaitu:
Sumber pertumbuhan terutama dari permintaan
domestik, didukung oleh konsumsi swasta yang kuat
s x t s x (1 s) t
dan investasi. konsumsi swasta yang kuat didukung maka besarnya gaji peserta pada usia 29 tahun adalah:
dengan meningkatkan daya beli dan keyakinan
konsumen inflasi terkendali. Peningkatan investasi
s29 s22 (1 s) 7
didukung oleh iklim investasi yang baik dan persepsi s29= Rp. 2.084.200 x (1+0,07)7 = Rp. 3.346.769
positif terhadap prospek ekonomi Indonesia. kumulatif gaji selama satu tahun adalah 12 x Rp.
Sementara itu, pertumbuhan ekspor diperkirakan 3.346.769 = Rp. 40.161.237
melambat karena ekonomi global melambat. Proporsi gaji yang dipersiapkan untuk manfaat
Berdasarkan sektor produksi, pertumbuhan ekonomi pensiun bagi PNS menurut Undang-undang Nomor 11
yang kuat dipimpin oleh sektor manufaktur Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun
komunikasi sektor pengangkutan dan, serta Janda/Duda Pegawai adalah k = 2,5%. Pada jurnal
perdagangan, hotel dan restoran. perhitungan fungsi manfaat pensiun menggunakan
Sedangkan pada 16 Juni 2016 memutuskan rata-rata gaji selama kerja. Besar manfaat pensiun
untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi dihitung berdasarkan persamaan yaitu:
6,50%, dengan suku bunga Deposit Facility turun bx =k.sx
sebesar 25 bps menjadi 4,50% dan Lending Facility besar manfaat pensiun seorang peserta berusia 29
turun sebesar 25 bps menjadi 7,00%, berlaku efektif tahun adalah:
sejak 17 Juni 2016. Bank Indonesia juga memutuskan b29 = (0,025) x s29
BI 7-day (Reverse) Repo Rate turun 25 bps dari 5,50% b29= 0,025 x Rp. 40.161.237 = Rp. 1.004.030
menjadi sebesar 5,25% sejalan dengan rencana Jadi, besar manfaat pensiun peserta pada usia 29
reformulasi suku bunga kebijakan rasio kecukupan tahun adalah Rp. 1.004.030. Berdasarkan kumulatif
modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) tercatat sebesar manfaat pensiun peserta pada usia pensiun normal 58
21,7%, sementara rasio kredit bermasalah (Non tahun adalah Rp. 93.109.630.
Performing Loan/NPL) berada di kisaran 2,9% (gross)
atau 1,5% (net).Transmisi pelonggaran kebijakan 2. Perhitungan nilai sekarang manfaat pensiun
moneter melalui jalur suku bunga terus berlangsung, Nilai sekarang manfaat pensiun merupakan nilai
tercermin dari terus berlanjutnya penurunan suku sekarang pada tanggal perhitungan aktuaria dari
bunga perbankan, baik suku bunga deposito maupun manfaat pensiun yang telah diproyeksikan dan akan
suku bunga kredit. Sementara itu, transmisi melalui dibayarkan dimasa yang akan datang (pensiun). Nilai
jalur kredit masih belum optimal. Hal ini terlihat pada sekarang manfaat pensiun dihitung berdasarkan
masih melambatnya pertumbuhan kredit dari 8,7% persamaan (34), yaitu:
(yoy) pada Maret 2016 menjadi 8,0% pada April 2016. ( PVFB ) x Br v r x r x p x(T ) ar
r
Rp
31 35 Rp 912,262 Rp 3,740,453 Rp 17.605.983 Rp 2.976.466 1.254.651 Rp 305.998 Rp 315.965
Rp
32 39 Rp1,057,243 Rp 6,888,182 Rp 27,947,477 Rp7,135,209 4,148,255 Rp 636,701 Rp 657,441
33 21 Rp 615,325 Rp575,070 Rp 835,281 Rp 89,653 Rp 4,840 Rp 5,179 Rp 6,264
34 20 Rp 615,325 Rp 575,070 Rp 663,432 Rp 92,879 Rp 3,574 Rp 3,824 Rp 4,671
Total Rp 83.173.768
Besarnya nilai kewajiban penghentian rencana = Rp. 92.307
terus meningkat seiring dengan bertambahnya usia nilai l x(T ) diambil dari tabel penyusutan jamak
peserta. Hal ini disebabkan oleh nilai peluang Jadi, besarnya iuran normal pada usia 29 tahun
meninggal seseorang semakin tinggi seiring menggunakan metode Accrued benefit cost adalah Rp.
bertambahnya usia, kumulatif manfaat pensiun yang 92.307. Besarnya iuran normal terus meningkat seiring
terus meningkat dan juga faktor diskonto. dengan bertambahnya usia peserta. Hal ini disebabkan
oleh nilai peluang kelangsungan hidup yang semakin
4. Perhitungan nilai kewajiban aktuaria tinggi sampai usia memasuki pensiun, manfaat pensiun
Kewajiban aktuaria merupakan nilai sekarang yang terus meningkat dan juga faktor diskonto.
manfaat pensiun yang dialokasikan pada usia sekarang.
Nilai kewajiban aktuaria menggunakan metode 6. Perhitungan biaya tambahan
Accrued benefit cost Batas minimal usia pensiun dini disesuaikan
Bx dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979
( AL ) x B x r x p x(T ) v r x ar
AB r r
( PVFB ) x tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil, pada
Br
pasal 17 ayat 1 disebutkan bahwa diberhentikan
besarnya nilai kewajiban aktuaria peserta berusia 29 dengan hormat sebagai PNS dengan hak pensiun
tahun adalah: apabila telah mencapa usia sekurang-kurangnya 50
B29 tahun dan memiliki masa kerja sekurang-kurangnya 10
( AL ) 29
58
( PVFB ) 29 tahun. Biaya tambahan menggunakan metode Accrued
B58
benefit cost dihitung berdasarkan persamaan yaitu:
= Rp. 5.628.835 x Rp. 8.559.698 AB
( SCn ) x Cn bx r x p x(T ) v r x ar
Rp. 97.490.378
= Rp.494.214 besarnya biaya tambahan seorang peserta berusia 29
tahun adalah:
Jadi, besarnya nilai kewajiban aktuaria seorang B50 l (T ) N
peserta pada usia 29 tahun menggunakan metode ( sc7 ) 29 b29 58(T ) v 58 29 58
B58 B50 l 29 D58
Accrued benefit cost adalah Rp. 494.214. Perhitungan
nilai kewajiban aktuaria dilakukan dari usia masuk Rp. 50.067.268
= x Rp. 996.275
kerja y hingga usia pensiun normal r seperti Rp. 92.390.378 Rp. 50.067.268
perhitungan yang sudah dilakukan. Dapat dilihat
bahwa besarnya nilai kewajiban aktuaria meningkat x
36701
x(1+0.11)-29 x 17192
seiring dengan bertambahnya usia peserta. Besarnya 166004 2085
nilai kewajiban aktuaria dipengaruhi oleh kumulatif = 1,18298 x Rp. 996.275 x 0,22109 x 0,04849 x 8,24387
manfaat pensiun yang diterima pada tahun = Rp.104.155
perhitungan dilakukan. Jadi, besarnya biaya tambahan yang harus dibayar
oleh pihak pemberi kerja kepada dana pensiun jika ia
5. Perhitungan iuran normal pensiun setelah bekerja selama 7 tahun atau pada usia
Iuran normal merupakan iuran tahunan yang 29 tahun adalah Rp. 104.155. Berikut merupakan hasil
wajib dibayarkan oleh peserta program pensiun perhitungan biaya tambahan 1 orang pegawai untuk
kepada pihak dana pensiun sejak mulai masuk kerja setiap tahunnya. Hasil perhitungan pada Tabel 2
pada usia y sampai dengan usia r-1. Besarnya iuran menunjukkan besarnya biaya tambahan yang harus
normal menggunakan metode Accrued benefit cost dikeluarkan oleh pihak pemberi kerja untuk 1 orang
dihitung berdasarkan persamaan yaitu: pegawai apabila ia berhenti bekerja pada tahun
( NC ) x bx r x p x(T ) v r x ar
AB r
bersangkutan. Besarnya biaya tambahan terus
meningkat pada tiap tahunnya, hal ini dipengaruhi oleh
besarnya iuran normal yang harus dibayar seorang beberapa faktor diantaranya adalah nilai peluang
peserta berusia 29 tahun adalah: kelangsungan hidup yang semakin tinggi sampai usia
l 58(T ) 58 29 N 58 memasuki pensiun, manfaat pensiun yang terus
( NC ) 29 b29
AB 58
(T )
v meningkat dan juga faktor diskonto. Sedangkan nilai
l 29 D58
koefisien biaya tambahan Cn yang digunakan adalah
36701 17192 sama untuk setiap tahunnya. Secara analog,
= Rp. 1.044.448 x x (1+0,11)-29 x
166004 2085 perhitungan biaya tambahan dilakukan terhadap
= Rp. 1.044.448 x 0,22109 x 0,04849 x 8,24387 seluruh pegawai yang berjumlah 34 orang. Hasilnya
disajikan dalam tabel 2.Besarnya biaya tambahan yang Akutansi Dana Pensiun. Departemen Keuangan
dikeluarkan untuk tiap pegawai berbeda-beda, hal ini Republik Indonesia, Jakarta.
dipengaruhi oleh usia masuk kerja dan gaji awal [PAI] Persatuan Aktuaris Indonesia, 1998. Standar
masing-masing pegawai. Apabila seluruh pegawai Praktik Aktuaria Dana Pensiun. Persatuan
mengundurkan diri dari pegawai aktif dan pendanaan Aktuaris Indonesia, Jakarta.
pensiun mengalami defisit, maka total seluruh biaya Futami, T., 1993. Matematika Asuransi Jiwa Bagian I,
tambahan yang dikeluarkan periode tahun 2015 adalah Herliyanto, G., Penerjemah. Oriental Life
sebesar Rp. 83.173.768. Namun apabila pendanaan Insurance Cultural Development Center, Tokyo.
pensiun mengalami surplus atau tidak ada pegawai Terjemahan dari:Seimei Hoken Sugaku, Jokan
yang berhenti bekerja pada tahun 2015, maka dana (92 Revision).
sebesar Rp. 83.173.768 dapat digunakan untuk Jordan, C. W., 1991. Society of Actuaries Texbook on Life
investasi lain. Contingencies, The Society of Actuaries, Chicago.
Kellison, Stephen G. 1970. The theory of Interest, 3rd
5. KESIMPULAN DAN SARAN Edition. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.
Nurlatifah,S, Sudarno., And Hoyyi.A.2015. Perhitungan
Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan Biaya Tambahan Dengan Metode Accrued Benefit
bahwa perhitungan dana pension berdasarkan Usia Cost Pada Pendanaan Program Pensiun Manfaat
pegawai saat diangkat menjadi PNS (y),Usia pegawai Pasti. Jurnal Gaussian, Volume 4, Nomor 3, Tahun
saat perhitungan dilakukan (x),Batas usia pensiun 2015 Issn: 2339-2541
pegawai (r), ,Masa kerja pegawai (t), Sisa masa kerja Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002 Tentang
pegawai (r-x), dan Gaji awal pegawai dapat dilakukan Kenaikan Pangkat PNS.
dengan menggunakan konsep Accrued Benefit Cost. Republik Indonesia. Nota Keuangan dan Rancangan
Pemerintah perlu dilakukan peninjauan kembali Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
system pembayaran pension pegawai mengingat harus Tahun Anggaran 2014.
diperhatikannya nilai suku bunga, besar manfaat Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 21
pension, nilai manfaat pension, nilai kewajiban Tahun 2014 tentang Pemberhentian Pegawai
penghentian rencana. Untuk menefisiensi anggaran Negeri Sipil yang Mencapai Batas Usia Pensiun
APBN pemerintah dapat mengatur kembali pegawai bagi Pejabat Fungsional, Lembaran Negara
yang berhak menerima pension dan meningkatkan Tahun 2014 Nomor 58.
kemampuan likuiditas. Alternative lain adalah Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 32
memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah Tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai
agar dapat mandiri mengelola dana pension. Asumsi Negeri Sipil, Lembaran Negara Tahun 1979
penyusutan populasi pada penelitian ini masih Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor
menggunakan perhitungan secara diskrit berdasarkan 3149.
tabel mortalita. Pada penelitian selanjutnya disarankan Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 34
untuk memperhitungkan fractional age peserta karena Tahun 2014 tentang Perubahan Keenam Belas
bulan masuk kerja peserta tidak selalu sama dengan atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun
bulan lahir peserta. Perubahan metode perhitungan 1977 Tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri
dengan menggunakan prediksi pangkat terakhir serta Sipil, Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 108.
mempertimbangkan tingkat suku bunga yang Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 11 Tahun
berfluktuasi akan berdampak kepada actuarial liability 1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun
yang tidak sama sehingga pada penelitian Berikutnya Janda/Duda Pegawai, Lembaran Negara Tahun
disarankan memperhitungkan supplemental liability. 1969 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara
Selain itu, pada penelitian ini masih terbatas pada Nomor 2906.
pensiun normal saja maka dianjurkan pada penelitian Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 11 Tahun
selanjutnya untuk membahas jenis pensiun lain yang 1992 tentang Dana Pensiun, Lembaran Negara
ada di PT Taspen (Persero) seperti pensiun dini, Tahun 1992 Nomor 37, Tambahan Lembaran
pensiun cacat dan pensiun meninggal. Negara Nomor 3477.
Sembiring, R. K., 1986. Buku Materi Pokok Asuransi I,
Karunika, Jakarta.
6. IMPLIKASI DAN KETERBATASAN Suprayitno,A. 2015. Permasalahan Pensiun Pegawai
Pada penelitian ini masih terbatas pada pensiun Negeri Sipil Indonesia, Academia.edu
normal saja maka dianjurkan pada penelitian Tabel Mortalita Taspen 2012
selanjutnya untuk membahas jenis pensiun lain yang Tunggal, A. W., 1995. Dasar-dasar Akutansi Dana
ada di PT Taspen (Persero) seperti pensiun dini, Pensiun, Rineka Cipta, Jakarta.
pensiun cacat dan pensiun meninggal. Wahab, Z., 2001. Dana Pensiun dan Jaminan Sosial
Daftar Pustaka Tenaga Kerja di Indonesia, Citra Aditya Bakti,
[Bapepam] Badan Pengawas Pasar Modal, 2003. Asumsi Bandung.
Aktuaria Valuasi tahun 2003. Wahab, Z., 2005. Segi Hukum Dana Pensiun, Raja
[IAI] Ikatan Akutansi Indonesia, 1994. Peraturan Grafindo Persada, Jakarta.
Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 18
Lampiran
Contoh Perhitungan Pada 1 Orang
n x r-x Gaji sx Sx bx Bx P
r-x x(m) ax P
r-x x(T) vr-x 58 (PVFB)x 58 (PTL)x 58 (AL)x 58 (NC)x (SCn)x
1 23 35 1,900,000 22,800,000 - 570,000 - 0.89976 9.94083 0.07905 0.02592 1,331,182 - - 9,630 11,251
2 24 34 2,033,000 24,396,000 22,800,000 609,900 570,000 0.90027 9.92995 0.09778 0.02878 1,827,598 121,730 13,221 14,146 16,527
3 25 33 2,175,310 26,103,720 47,196,000 652,593 1,179,900 0.90081 9.91810 0.11872 0.03194 2,463,232 279,865 36,885 20,401 23,835
4 26 32 2,327,582 27,930,980 73,299,720 698,275 1,832,493 0.90136 9.90522 0.14174 0.03545 3,264,198 482,767 75,914 28,927 33,796
5 27 31 2,490,512 29,886,149 101,230,700 747,154 2,530,768 0.90195 9.89123 0.16663 0.03935 4,259,684 740,548 136,814 40,391 47,190
6 28 30 2,664,848 31,978,179 131,116,849 799,454 3,277,921 0.90257 9.87602 0.19316 0.04368 5,481,090 1,065,416 228,017 55,611 64,972
7 29 29 2,851,388 34,216,652 163,095,029 855,416 4,077,376 0.90322 9.85950 0.22109 0.04849 6,963,422 1,472,103 360,334 75,596 88,321
8 30 28 3,050,985 36,611,818 197,311,681 915,295 4,932,792 0.90391 9.84155 0.25014 0.05382 8,745,066 1,978,358 547,466 101,584 118,682
9 31 27 3,264,554 39,174,645 233,923,499 979,366 5,848,087 0.90464 9.82207 0.28010 0.05974 10,869,922 2,605,555 806,755 135,105 157,846
10 32 26 3,493,073 41,916,870 273,098,143 1,047,922 6,827,454 0.90542 9.80092 0.31072 0.06631 13,384,479 3,379,417 1,159,742 178,005 207,966
11 33 25 3,737,588 44,851,051 315,015,014 1,121,276 7,875,375 0.90625 9.77798 0.34175 0.07361 16,340,346 4,330,872 1,633,179 232,528 271,666
12 34 24 3,999,219 47,990,625 359,866,064 1,199,766 8,996,652 0.90714 9.75310 0.37307 0.08170 19,800,284 5,497,091 2,260,755 301,487 352,233
13 35 23 4,279,164 51,349,968 407,856,689 1,283,749 10,196,417 0.90809 9.72611 0.40452 0.09069 23,831,018 6,922,725 3,083,837 388,261 453,612
14 36 22 4,578,706 54,944,466 459,206,657 1,373,612 11,480,166 0.90911 9.69687 0.43600 0.10067 28,511,091 8,661,402 4,153,969 497,026 580,684
15 37 21 4,899,215 58,790,579 514,151,123 1,469,764 12,853,778 0.91020 9.66516 0.46751 0.11174 33,934,296 10,777,474 5,535,679 632,977 739,518
16 38 20 5,242,160 62,905,919 572,941,702 1,572,648 14,323,543 0.91138 9.63080 0.49904 0.12403 40,207,469 13,348,190 7,309,007 802,490 937,563
17 39 19 5,609,111 67,309,333 635,847,621 1,682,733 15,896,191 0.91266 9.59359 0.53060 0.13768 47,452,550 16,466,266 9,573,127 1,013,389 1,183,960
18 40 18 6,001,749 72,020,987 703,156,954 1,800,525 17,578,924 0.91404 9.55330 0.56224 0.15282 55,813,659 20,242,921 12,451,854 1,275,384 1,490,053
19 41 17 6,421,871 77,062,456 775,177,941 1,926,561 19,379,449 0.91553 9.50969 0.59409 0.16963 65,462,140 24,811,617 16,100,258 1,600,569 1,869,973
20 42 16 6,871,402 82,456,828 852,240,397 2,061,421 21,306,010 0.91717 9.46268 0.62624 0.18829 76,595,864 30,333,072 20,711,363 2,003,887 2,341,176
21 43 15 7,352,400 88,228,806 934,697,225 2,205,720 23,367,431 0.91901 9.41240 0.65896 0.20900 89,463,680 37,001,359 26,531,325 2,504,369 2,925,899
22 44 14 7,867,069 94,404,822 1,022,926,031 2,360,121 25,573,151 0.92109 9.35892 0.69239 0.23199 104,342,422 45,050,182 33,864,633 3,125,333 3,651,382
23 45 13 8,417,763 101,013,160 1,117,330,853 2,525,329 27,933,271 0.92346 9.30230 0.72677 0.25751 121,569,925 54,761,360 43,097,212 3,896,237 4,552,042
24 46 12 9,007,007 108,084,081 1,218,344,013 2,702,102 30,458,600 0.92617 9.24256 0.76230 0.28584 141,540,496 66,474,673 54,713,170 4,853,820 5,670,804
25 47 11 9,637,497 115,649,967 1,326,428,093 2,891,249 33,160,702 0.92925 9.17970 0.79913 0.31728 164,701,010 80,600,243 69,314,039 6,043,423 7,060,638
26 48 10 10,312,122 123,745,464 1,442,078,060 3,093,637 36,051,951 0.93276 9.11368 0.83758 0.35218 191,613,150 97,633,262 87,670,870 7,523,083 8,789,351
27 49 9 11,033,971 132,407,647 1,565,823,524 3,310,191 39,145,588 0.93672 9.04442 0.87785 0.39092 222,916,106 118,172,089 110,745,349 9,364,741 10,940,992
28 50 8 11,806,348 141,676,182 1,698,231,171 3,541,905 42,455,779 0.94118 8.97184 0.92019 0.43393 259,373,207 142,940,513 139,753,649 11,659,051 13,621,475
29 51 7 12,632,793 151,593,515 1,839,907,353 3,789,838 45,997,684 0.94618 8.89575 0.92780 0.48166 290,284,235 172,813,949 169,457,440 13,961,925 16,311,965
30 52 6 13,517,088 162,205,061 1,991,500,867 4,055,127 49,787,522 0.95176 8.81601 0.93599 0.53464 325,058,748 208,853,534 205,392,033 16,728,904 19,544,675
31 53 5 14,463,285 173,559,415 2,153,705,928 4,338,985 53,842,648 0.95797 8.73235 0.94478 0.59345 364,205,458 252,344,647 248,870,883 20,055,609 23,431,324
32 54 4 15,475,715 185,708,574 2,327,265,343 4,642,714 58,181,634 0.96485 8.64452 0.95419 0.65873 408,293,607 304,847,665 301,480,840 24,057,238 28,106,498
33 55 3 16,559,015 198,708,174 2,512,973,917 4,967,704 62,824,348 0.97244 8.55218 0.96422 0.73119 457,968,596 368,257,274 365,144,627 28,873,050 33,732,896
34 56 2 17,718,146 212,617,746 2,711,682,091 5,315,444 67,792,052 0.98079 8.45495 0.97505 0.81162 514,057,947 444,877,774 442,274,688 34,677,903 40,514,808
35 57 1 18,958,416 227,500,989 2,924,299,838 5,687,525 73,107,496 0.98996 8.35235 0.98690 0.90090 577,539,707 537,511,789 535,852,158 41,687,550 48,704,303
36 58 0 20,285,505 243,426,058 3,151,800,826 6,085,651 78,795,021 1 8.24387 1 1 649,575,673 649,575,673 649,575,673 50,169,301 58,613,683
energi masih terus berlangsung. Di sisi produksi, pelabuhan perawang sebesar US$ 1.2368,64 juta atau
berbagai kendala pembangunan infrastruktur energi 8.62%
menyebabkan ketidakmampuan produksi energi Nilai impor provinsi Riau pada tahun 2015
domesik untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar. tercatat pada pelabuhan Dumai sebesar US$ 640,01
Untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi, salah juta atau sebesar 47,80%. Selain itu pelabuhan
satu langkah yang dapat dilakukan pemerintah Perawang sebesar US$ 492,48 juta atau sebesar
Indonesia untuk mempercepat laju pertumbuhan 36,72% selain itu pelabuhan Pekanbaru memiliki nilai
ekonomi adalah dengan menjaga stabilitas tingkat impor sebesar US$ 6,17 juta atau 6,84% dan sisanya
inflasi. sebanyak US$ 115,78 juta atau 88,64% melalui
Dalam perekonomian suatu daerah, inflasi pelabuhan lainnya. Nilai impor provinsi Riau menurut
menjadi suatu hal penting yang dijadikan tolok ukur negara asal pada tahun 2015 yang terbesar berasal
bagi pertumbuhan ekonomi, faktor pertimbangan dari negara Tiongkok dengna nilai impor US$ 250,46
investor dalam memilih jenis investasi, serta faktor juta atau sebesar 18,68%, negara Malaysia sebesar
penentu bagi pemerintah dalam merumuskan US$ 157,25 jutaatau 11,73% dan Kanada sebesar US$
kebijakan fiskal, moneter, maupun non moneter yang 153,44 juta atau sebesar 11,44%
akan dijalankan. Secara umum, inflasi dapat Inflasi dan pertumbuhan ekonomi memiliki
mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu hubungan yang saling berkaitan erat. Inflasi yang
negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong merupakan kecenderungan naiknya harga barang dan
penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan jasa yang berlangsung secara terus menerus (sehingga
pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, menyebabkan turunnya nilai mata uang) dapat
defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat memberikan dampak positif maupun negatif terhadap
kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. pertumbuhan ekonomi. Apabila tingkat inflasi ringan
Pemahaman investor akan dampak inflasi pada (kurang dari 10% pertahun) maka perekonomian
tingkat pengembalian atau keuntungan investasi akan menjadi lebih baik dikarenakan akan terjadinya
sangat diperlukan pada saat investor akan memilih peningkatan pendapatan nasional yang menyebabkan
jenis investasi yang akan dilakukan. Hal ini masyarakat bergairah untuk bekerja, menabung
dikarenakan inflasi berpengaruh pada nilai uang yang bahkan berinvestasi. Namun sebailknya, apabila
diinvestasikan oleh investor. Tingkat inflasi yang terjadi inflasi berat / tidak terkendali (antara 30%
tinggi akan meningkatkan risiko proyek-proyek sampai 100%/tahun), maka akan terjadi
investasi dalam jangka panjang. ketidakstabilan ekonomi dan penurunan daya beli
Sebagai Provinsi yang berbatasan langsung masyarakat yang diikuti dengan peningkatan
dengan Negara Singapura dan Malaysia, Provinsi Riau kemiskinan. Oleh karena itu, inflasi menjadi variabel
dan Kepulauan Riau menyumbang nilai Ekonomi yang penting yang perlu diperhatikan oleh pemerintah
besar terhadap Indonesia. Tercatat Selama periode mengingat dampaknya yang meluas bagi
2015, Berdasarkan data Badan Pusat Statistika (BPS) perekonomian masyarakat. Pemodelan berbasis
ekspor barang yang diukur atas free on board(FOB) lokasi (spatio temporal) dilakukan oleh
provinsi Kepulauan Riau mencapai 11,948 miliar (Wahyuningrum, 2014) dengan menganalisis adanya
dolar AS dengan distribusi tertinggi disumbang oleh efek kenaikan harga BBM dan lebaran pada data
komoditi Bahan Bakar Mineral sebesar 28,15 persen. inflasi di empat kota/kabupaten Jawa Timur dapat
Nilai ekspor ini menurun dibandingkan 2014 yang disimpulkan bahwa model tersebut dapat menangkap
bernilai 15,707 miliar dolar AS. Menurut data Badan fenomena data inflasi dengan baik pada empat
Pusat Statistika (BPS) tercatat bahwa Belakang kota/kabupaten di Jawa Timur. Selain itu (Irawati,
Padang, Batam masih menjadi pelabuhan muat utama 2015) melakukan analisis IHK dengan menggunakan
ekspor barang dari Kepulauan Riau. Perolehan devisa Metode GSTAR dan didapat kesimpulan bahwa hasil
tertinggi selama 2015 berasal dari Singapura ramalan yang diperoleh pada bulan tersebut berbeda
mencapai 6,394 miliar dolar AS, atau 53,51 persen cukup signifikan dengan data aktual, dan Caraka
pangsanya terhadap keseluruhan ekspor. Pada (2016) melakukan pemodelan inflasi dengan
perkembangana impor selama periode 2015 nilai pendekatan non-parametric dan parametric dan
impor barang ke Provinsi Kepulauan Riau yang didapat bahwa inflasi secara eksplisit dapat
dihitung berdasarkan cost insurance freight (CIF) dipengaruhi oleh jumlah uang beredar, harga minyak
mengalami penurunan menjadi 8,462 miliar dollar AS mentah dan kurs rupiah terhadap dollar. Kebijakan
dari 10,877 miliar dollar AS pada 2014. Pelabuhan utama Bank Indonesia adalah menciptkan stabilitas
bongkar terbesar adalah Batu Ampar di kota Batam. moneter, dengan tugas utama menjaga nilai inflasi,
Perkembangan Ekspor provinsi Riau dari kebijakan tersebut dilakukan dngan merumuskan
tahun 2006 sampai dengan 2015 tercatat cukup baik inflation targeting framework (ITF), ITF merupakan
yaitu dari US $8.694,71 juta pada tahun 2006 naik kerangka kebijakan moneter yang ditandai dengan
signifikan menjadi US$ 14.371,73 juta pada akhir adanya pengumuman kepada publik mengenai target
2015. Dibandingkan tahun 2014, nilai Ekspor tahun (atau jangkauan target) tingkat inflasi yang resmi
2015 mengalami penurunan sebesar 16,74. Nilai untuk satu atau lebih perode waktu, dan dengan
Ekspor provinsi Riau terbesar dimuat pada pelabuhan penegasan yang eksplisit bahwa laju inflasi yang stabil
Dumai yaitu sebesar US$ 1.309,11 juta atau 9,11% dan dan rendah adalah tujuan utama kebijakan moneter
jangka panjang. ITF memberikan kejelasan kemana pengeluaran (berdasarkan the Classification of
kebijakan moneter akan diarahkan sehingga Individual Consumption by Purpose-COICOP), yaitu :
masyarakat tidak memiliki pedoman dalam membuat 1. Kelompok Bahan Makanan
ekspektasi inflasi. Pada konteks lokal atau wilayah, 2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan
espektasi terhadap besaram inflasi akan Tembakau
mempengaruhi berbagai variabel ekonomi yang lain 3. Kelompok Perumahan
dan salah satunya adalah nilai ekspor dan impor. 4. Kelompok Sandang
1.2 Rumusan Masalah 5. Kelompok Kesehatan
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini 6. Kelompok Pendidikan dan Olah Raga
akan berfokus untuk menguji pengaruh inflasi 7. Kelompok Transportasi dan Komunikasi.
terhadap kegiatan eskpor dan impor dengan Inflasi memiliki dampak positif maupun
menggunakan model terbaik pengukuran inflasi negatif terhadap kegiatan ekonomi masyarakat.
berbasis lokasi atau generalized spatio time series. Dampak positif inflasi diantaranya menyebabkan
Analisis ini dilakukan untuk mengkaji hasil ramalan peredaran dan perputaran barang lebih cepat
inflasi dengan kondisi ekonomi daerah tersebut sehingga produksi barang- barang bertambah,
dalam hal penenutan kebijakan dalam ekspor dan kesempatan kerja bertambah karena terjadi tambahan
impor pendapatan, potensi, tingkat konsumsi daerah. investasi yang berarti membuka lapangan kerja
1.3 Tujuan Penelitian sehingga mengurangi masalah pengangguran. Dampak
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka positif tersebut bisa terjadi ketika inflasi terkendali
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: dan diikuti dengan pendapatan nominal masyarakat
1. Mendapatkan model generalized spatio time yang bertambah, sehingga pendapatan riil meningkat.
series terbaik pada Kota Batam, Tanjung Pinang, Sebaliknya, ketika tingkat inflasi tinggi dan
Pekanbaru dan Dumai tidak diikuti dengan penambahan pendapatan
2. Melakukan peramalan inflasi pada Kota Batam, masyarakat maka dampak negatif akan dijumpai.
Tanjung Pinang, Pekanbaru dan Dumai Diantaranya banyak proyek pembangunan macet,
3. Melakukan kajian pengaruh inflasi terhadap menurunnya minat menabung masyarakat akibat
ekspor dan impor serta perekonomian pada Kota turunnya nilai mata uang yang dapat mengancam
Batam, Tanjung Pinang, Pekanbaru dan Dumai perbankan nasional.
dengan :
= merupakan matrik
(2.7)
parameter waktu periode musiman s,
dengan : = merupakan matrik
= merupakan matrik parameter spasial periode musiman s,
parameter waktu, adalah vektor noise ukuran (N x 1) yang
= merupakan matrik independen, identik, berdistribusi normal multivariat
parameter spasial, dengan mean nol dan matriks varians-kovarians .
: vektor noise ukuran (N x 1) yang Nilai pembobot dipilih sedemikian hingga,
independen, identik, berdistribusi normal sampai memenuhi syarat dan .
multivariat dengan mean nol dan matriks Misal, pada model GSTAR musiman dengan orde
varians-kovarians . musiman 1 dan periode musiman 12 (s = 12) dan orde
Nilai pembobot dipilih sedemikian hingga, sampai spasial 1 adalah sebagai berikut :
memenuhi syarat dan . Sebagai
contoh, persamaan model GSTAR untuk orde waktu
dan orde spasial pada tiga lokasi yang berbeda adalah
MAPE mengukur kesalahan nilai dugaan model yang
sebagai berikut:
dinyatakan dalam bentuk rata-rata persentase absolut
(2.8)
residual. Formula MAPE dapat ditulis sebagai berikut:
dapat ditulis sebagai berikut:
(2.12)
dengan m = banyak ramalan yang dilakukan
= data sebenarnya
= data hasil ramalan.
Suatu model mempunyai kinerja sangat bagus
jika nilai MAPE berada dibawah 10% dan mempunyai
kinerja bagus jika nilai MAPE berada diantara 10%-
20%
(2.9)
3. Metodologi Penelitian
Dalam mengidentifikasi orde model GSTAR,
Data spasial adalah data yang memuat
orde spasial pada umumnya dibatasi pada orde satu
adanya informasi lokasi atau geografis suatu wilayah,
karena orde yang lebih tinggi akan sulit untuk
jadi tidak hanya memuat apa yang diukur. Data spasial
diinterpretasikan (Wutsqa dan Suhartono, 2010).
terdiri atas observasi beberapa fenomena yang
Sedangkan untuk orde waktu (autoregressive) dapat
memiliki kecenderungan spasial. Data spasial dapat
ditentukan dengan menggunakan AIC (Tsay, 2005).
berupa data diskret atau data kontinu dan dapat pula
Akan tetapi, penentuan orde model berdasarkan nilai
memiliki lokasi spasial beraturan (regular) maupun
AIC tidak dapat menangkap pola musiman, maka dari
tak beraturan (irregular). Data spasial mempunyai
itu penentuan orde model juga dapat dilakukan
lokasi spasial yang regular jika antar lokasi yang
berdasarkan plot MCCF dan MPCCF yang terbentuk
saling berdekatan mempunyai posisi beraturan
(Wutsqa dan Suhartono, 2010). Apabila data yang
dengan jarak yang sama besar, sedangkan lokasi
digunakan mengandung pola musiman, maka model
spasial irregular jika antar lokasi yang saling
GSTAR yang digunakan adalah model GSTAR
berdekatan mempunyai posisi yang tidak beraturan
musiman. Model umum GSTAR ( ; )s untuk
dengan jarak yang berbeda. Untuk menganalisis data
pola data musiman dalam notasi matriks dapat ditulis spasial maka digunakan analisis spasial.
sebagai berikut:
yang bersesuaian memiliki korelasi yang signifikan, dilakukan analisis visual dengan menggunakan Time
terlihat dari nilai P-value yang lebih kecil dari series plot. Dalam pembentukan plot ini juga
sebesar 5 %. Selain itu keterkaitan antarlokasi sangat merupakan aspek yang sangat penting dalam
tinggi, hal ini terlihat dari nilai korelasi dari data melakukan pemodelan dan peramalan. Terlihat pada
Inflasi pada keempat kota tersebut yang mendekati 1, Gambar 2 kesamaan pola data Inflasi keempat kota
sehingga pemodelan secara multivariat dirasa sesuai tersebut yang cenderung fluktuatif, naik dan turun
untuk diterapkan pada data ini. Berdasarkan Tabel.1 bersamaan yang memungkinkan efek saling berkaitan
dapat diketahui bahwa hubungan antara inflasi Dumai antar keempat kota tersebut.
dengan Pekanbaru sangat besar yakni sebesar 0.905
dan huubngan inflasi terendah adalah Dumai dengan
Tanjung Pinang dengan nilai korelasi sebesar 0.628.
untuk melihat data historis inflasi dari ke empat lokasi
Batam, Tanjung Pinang, Pekanbaru, dan dumai dapat
2
Data
-1
3 6 9 12 15 18 21 24 27 30
Index
Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak yang terintegrasi baik dari kebijakan fiskal, moneter
dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas maupun sektoral.
(atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang 4.2 Pemodelan Berbasis Lokasi
lainnya. Sedangkan penurunan tingkat harga dari Kestasioneritas data secara simultan dapat
barang dan jasa disebut dengan deflasi. Deflasi terjadi dilihat melalui plot MACF. semua lag terdapat nilai
apabila jumlah uang yang beredar lebih sedikit korelasi yang melebihi 2 kali standar error. Hal ini
daripada jumlah komoditas barang dan jasa yang ditunjukkan oleh banyaknya simbol (+) pada MACF
terdapat di pasaran.Bank Indonesia menjelaskan yang berarti secara simultan keempat lokasi memiliki
bahwa inflasi dapat dipengaruhi oleh faktor yang korelasi positif, sehingga dapat dikatakan bahwa data
berasal dari sisi penawaran seperti terjadinya banyak Y1(t), Y2(t), Y3(t) dan Y4(t) tidak stasioner dalam mean
permintaan tetapi barang/jasa yang ditawarkan dan perlu dilakukan differencing. Pada gambar MACF
sedikit/langka, ataupun yang bersifat kejutan (shocks) menunjukkan bahwa masih ada beberapa nilai
seperti kenaikan harga minyak dunia dan adanya korelasi pada lag-lag tertentu yang keluar secara
gangguan panen atau banjir. Kebijakan moneter Bank bersama-sama dari 2 kali batas error dari masing-
Indonesia ditujukan untuk mengelola tekanan harga masing lokasi sehingga data dapat dikatakan sudah
yang berasal dari sisi penawaran dan tidak ditujukan stasioner dalam mean. Setelah data sudah stasioner,
untuk merespon kenaikan inflasi yang disebabkan maka langkah selanjutnya adalah mencari orde waktu
oleh faktor yang bersifat kejutan. Faktor kejutan model GSTAR melalui identifikasi model Vector
bersifat sementara dan akan hilang dengan sendirinya Autoregressive (VAR). Melalui MPACF terlihat bahwa
seiring dengan berjalannya waktu. Namun demikian, lag yang keluar melebihi 2 kali standar error
karena laju inflasi juga dipengaruhi oleh faktor yang terdapat pada lag 1, 2, 3, 5 dan 7. Model VAR yang
bersifat kejutan maka pencapaian sasaran inflasi terbentuk dari identifikasi pada tahap ini adalah
memerlukan kerjasama dan koordinasi antara model VAR dengan orde p=1 karena memiliki nilai AIC
pemerintah dan BI melalui kebijakan makroekonomi
terkecil yakni-121.8 yang terdapat pada AR = 1 seperti Dengan melakukan modifikasi terhadap bentuk
terlihat pada tabel 3 matriks dari model GSTAR(11) I(1), model persamaan
Tabel 3. Informasi AIC untuk lokasi ke-i dapat ditulis sebagai Yi Xi ui
Information Criterion for Autoregressive Models dengan 10, 11 ' .
Lag=0 Lag=1 Lag=2 Lag=3 Lag=4 Lag=5 Lag=6 Dalam melakukan pemodelan berbasis lokasi perlu
diketahui jarak antara lokasi. Jarak tersebut
-144,5 -121,8 -138,0 -130,3 -137,4 -136,1 -146,1
didapatkan berdasarkan bantuan dari google earth.
Tabel 4. Informasi Jarak Antara Lokasi
Data yang digunakan merupakan data non-musiman Tanjung Pekan
Batam Dumai
yang sudah di differencing 1, sehingga dapat diprediksi Pinang Baru
bahwa model yang terbentuk adalah VARIMA (1,1,0). Batam 0 44* 292,57* 300,70*
Orde spasial yang digunakan adalah orde spasial 1 Tanjung
karena masing-masing lokasi dianggap saling Pinang 44* 0 343* 353*
bertetangga. Sedangkan lag waktu yang digunakan Pekanbaru 292,57* 343* 0 127*
adalah 1 yang ditentukan berdasarkan hasil
identifikasi model VAR. Sehingga model GSTAR yang Dumai 300,70* 353* 127* 0
digunakan dalam data Inflasi di Batam, Pekanbaru, * Dalam Satuan KM
Tanjung Pinang dan Dumai adalah GSTAR(11) I(1).
Model GSTAR dapat direpresentasikan Berdasarkan data jarak antara lokasi tersebut maka
sebagai sebuah model linear dan parameter- akan dicari nilai bobot. Pada pemodelan berbasis
parameter autoregresif model dapat diestimasi lokasi terdapat 3 jenis bobot. Antara lain adalah Bobot
menggunakan metode kuadrat terkecil atau metode seragam, pada bobot lokasi ini memberikan nilai
least square. Pada tahap identifikasi terbentuk model bobot yang sama untuk masing-masing lokasi,
GSTAR(11)I(1) dengan bobot lokasi yang digunakan sehingga bobot lokasi ini seringkali digunakan pada
meliputi tiga bobot yaitu bobot seragam, invers jarak data yang lokasinya homogen atau mempunyai jarak
dan normalisasi korelasi silang. Penentuan bobot antar lokasi yang sama. Selain itu adalah bobot invers
lokasi ini didasarkan pada keterkaitan antar lokasi jarak. Nilai dari bobot invers jarak didapatkan dari
yang dilihat dari bentuk hubungan yang berbeda. perhitungan berdasarkan jarak sebenarnya antar
Persamaan yang digunakan untuk bobot lokasi pada lokasi. Lokasi yang berdekatan mendapatkan nilai
model GSTAR(11) I(1) adalah pada persamaan (2.8) bobot yang lebih besar. Perhitungan bobot dengan
metode invers jarak diperoleh dari hasil invers jarak
Y t 10Y t 1 11WY t 1 e(t ) sebenarnya yang kemudian dinormalisasi. Dan
Y 1(t ) terakhir adalah bobot normalisasi korelasi silang.
Y 2(t ) Pada pembobotan dengan metode ini didasarkan pada
normalisasi korelasi silang antar lokasi pada lag
Y 3(t )
waktu yang bersesuaian. Pada penelitian kali ini
Y 4(t ) dipilih menggunakan bobot invers jarak karena
110 0 0 0 Y 1(t 1) dianggap bahwa jarak lokasi sebenarnya akan
0 2
0 0 Y 2(t 1) memberikan analisis yang lebih akurat. Berikut
10
0 0 103
0 Y 3(t 1) merupakan contoh perhitungan bobot invers jarak
4
0 0 0 10 Y 4(t 1)
111 0 0 0 0 w12 w13 w14 Y 1(t 1) e1(t )
0 11 0
2
0 w21 0 w23 w24 Y 2(t 1) e 2(t )
0 0 113
0 w31 w32 0 w34 Y 3(t 1) e3(t )
4
0 0 0 11 w41 w42 w43 0 Y 4(t 1) e 4(t )
Tabel 5. Contoh Perhitungan Bobot Invers Jarak
Lokasi Urutan
Bobot Jarak Perhitungan bobot
dari Ke jarak
* Signifikan pada = 5%
Tabel 6 menjelaskan bahwa hanya ada dua parameter Hasil penaksiran parameter model GSTAR dengan
yang signifikan, sehingga perlu dilakukan eliminasi bobot invers jarak mengunakan metode stepwise
untuk mereduksi variabel yang tidak signifikan. Maka adalah sebagai berikut :
dilakukan penaksiran parameter menggunakan
metode stepwise.
Tabel 7. Penaksiran Parameter Stepwise
Parameter Nilai t-hitung P-value
Taksiran
110 0,55 4,77 0,00*
2
10 0,71 6,46 0,00*
3
11 0,44 5,32 0,00*
4
11 0,22 6,22 0,00*
* Signifikan pada = 5%
Berdasarkan hasil penaksiran parameter menggunakan parameter yang signifikan yaitu sebagai
tersebut dapat dibentuk matriks persamaan dari berikut :
model GSTAR(11) I(1) bobot invers jarak dengan
Y 1(t ) 0,55 0 0 0 Y 1(t 1) 0 0 0 0 0 0, 47 0, 46 0, 07 Y 1(t 1) e1(t )
Y 2(t ) 0
0, 71 0 0 Y 2(t 1) 0 0 0 0 0, 06 0 0, 48 0, 46 Y 2(t 1) e 2(t )
Y 3(t ) 0 0 0 0 Y 3(t 1) 0 0 0, 44 0 0, 45 0,38 0 0,17 Y 3(t 1) e3(t )
Y 4 (t ) 0 0 0 0 Y 4(t 1) 0 0 0 0, 22 0, 45 0,39 0,16 0 Y 4(t 1) e 4(t )
Y 1(t ) 0,55 0 0 0 Y 1(t 1) 0 0 0 0 Y 1(t 1) e1(t )
Y 2(t ) 0
0, 71 0 0 Y 2(t 1) 0 0 0 0 Y 2(t 1) e 2(t )
Y 3(t ) 0 0 0 0 Y 3(t 1) 0,198 0,167 0 0, 075 Y 3(t 1) e3(t )
Y 4 (t ) 0 0 0 0 Y 4(t 1) 0, 099 0, 086 0, 035 0 Y 4(t 1) e 4(t )
Y 1(t ) 0,55 0 0 0 Y 1(t 1) e1(t )
Y 2(t ) 0 0, 71 0 0 Y 2(t 1) e 2(t )
Y 3(t ) 0,198 0, 016 0 0, 075 Y 3(t 1) e3(t )
Y 4(t ) 0, 099 0, 086 0, 035 0 Y 4(t 1) e 4(t )
Batam
y1(t ) y1(t 1) 0,55(y1(t 1) y1(t 2))
Tanjung Pinang
y 2(t ) y 2(t 1) 0,71(y 2(t 1) y 2(t 2)) e2(t )
Pekanbaru
y3(t ) y3(t 1) 0,198(y1(t 1) y1(t 2)) 0,016(y 2(t 1) y 2(t 2)) 0,075(y 4(t 1) y 4(t 2)) e3(t )
Dumai
y 4(t ) y 4(t 1) 0,099(y1(t 1) y1(t 2)) 0,086(y 2(t 1) y 2(t 2)) 0,035 y3(t 1) y 3(t 2)) e4(t )
Bobot Lag Qh P-value Keputusan
Setelah terbentuk model GSTAR(11) I(1) berdasarkan
bobot invers jarak maka langkah selanjutnya adalah 16 14,39 0,5696 H0 diterima
melakukan pengujian asumsi residual pada matriks.
32 27,16 0,7104 H0 diterima
Berdasarkan residual dari model GSTAR yang Invers Jarak
menggunakan bobot invers jarak memenuhi asumsi 48 37,34 0,8668 H0 diterima
white noise residual. Selain itu, secara visual maupun
uji formal residual dari model GSTAR(11) I(1) 64 50,71 0,8864 H0 diterima
dikatakan sudah mengikuti distribusi Kemudian dilakukan uji apakah residual mengikuti
normalmultivariat. Berikut pengujian asumsi white noise distribusi normal multivariate sehingga dilakukan
dan normal multivariat residual model GSTAR(1 1)I(1). dengan uji shapiro wilk dikarenakan data ini memiliki
jumlah <50. Didapat nilai p_value sebesar 0,08 dan
dapat disimpulkan bahwa model GSTAR(11)I(1)
mengikuti distribusi normal multivariate. peramalan
inflasi dapat dilihat pada Gambar3 dan didapat nilai
MAPE sebesar 3,77%. Nilai tersebut dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan (2.1.2) dan dapat
disimpulkan bahwa MAPE dibawah 10% yang berarti
kinerja peramalan model tersebut sangat bagus.
pendapatan dari sektor pertambangan mempengaruhi 6.62% selain itu Provinsi Riau sebesar 0.22% untuk
peningkatan pendapatan perkapita di Provinsi lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 3.
Kepulauan Riau tercatat pada tahun 2015 sebesar
/14-investasi/29-zona-perdagangan-bebas
3. Pelayanan satu pintu memproses semua mencapai US$83,88 juta mengalami penurunan
perizinan; sekitar 24,58 persen dibanding ekspor pada bulan
4. Prosedur imigrasi yang sederhana; Desember 2015. Ekspor nonmigas Januari 2016
5. Kebijakan ketenagakerjaan yang fleksibel; mencapai US$487,22 juta atau turun sekitar 7,16
6. Transportasi dan fasilitas telekomunikasi persen dibanding Desember 2015. Ekspor nonmigas
yang bagus; dengan nilai terbesar bulan Januari 2016 adalah
7. Sistem keamanan yang baik. golongan barang mesin/peralatan listrik (HS 85)
Kawasan Pelabuhan Bebas dan Perdagangan Bebas senilai US$165,58 juta, atau sekitar 33,99 persen dari
(PBPB). Batam mendapatkan prioritas pembangunan total ekspor nonmigas Kota Batam.Ekspor ke
infrastruktur di bidang perkeretaapian, perhubungan Singapura pada bulan Januari 2016 mencapai nilai
darat, perhubungan laut, jalan, telekomunikasi dan terbesar yaitu US$302,30 juta, dengan kontribusi
informatika, sumber data air, sanitasi, pendidikan dan mencapai 52,93 persen terhadap ekspor Kota Batam.
kesehatan.4 Pertumbuhan ekonomi Kota Batam Berbanding terbalik dengan nilai ekspor Kota Batam
berjalan dengan laju jika dibandingkan bagi kota lain pada bulan Februari 2016 mencapai US$731,22 juta
di provinsi kepulauan riau. Kota Batam menjadi atau mengalami peningkatan sekitar 28,04 persen
strategis. Secara geografis Batam memiliki luas dibanding ekspor bulan Januari 2016. Begitu pula bila
wilayah daratan seluas 715 km, sedangkan luas dibanding dengan ekspor bulan Februari 2015, ekspor
wilayah keseluruhan mencapai 1.575 km yang lebih bulan Februari 2016 ini juga mengalami
tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan peningkatan yaitu sekitar 3,34 persen. Ekspor Kota
ekonomi nasional menjadikan wilayah ini andalan Batam dengan nilai terbesar selama bulan Februari
bagi pemacu pertumbuhan ekonomi secara nasional 2016 melalui Pelabuhan Batu Ampar senilai
maupun bagi Provinsi Kepulauan Riau. Sektor US$347,28 juta dengan konstribusi sekitar 47,49
penggerak ekonomi meliputi sektor komunikasi, persen dari total ekspor Kota Batam. Selama bulan
sektor listrik, air dan gas, sektor perbankan, sektor Februari 2016 ekspor komoditi migas
industri dan alih kapal, sektor perdagangan dan jasa mencapai US$71,05 juta mengalami penurunan
merupakan nadi perekonomian kota batam yang tidak sekitar 15,29 persen dibanding ekspor pada bulan
hanya merupakan konsumsi masyarakat Batam dan Januari 2016. Ekspor nonmigas Februari 2016
Indonesia tetapi juga merupakan komoditi ekspor mencapai US$660,17 juta atau naik sekitar 35,50
untuk negara lain. Keberadaan kegiatan persen dibanding Januari 2016. Ekspor nonmigas
perekonomian di Kota dapat meningkatkan lapangan dengan nilai terbesar bulan Februari 2016 adalah
pekerjaan dan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah golongan barang mesin/peralatan listrik (HS
Kota Batam sebagai pelaksana pembangunan Kota 85) senilai US$177,81 juta, atau sekitar 26,93 persen
Batam bersama-sama Dewan Perwakilan Rakyat dari total ekspor nonmigas Kota Batam. Ekspor ke
daerah Kota Batam serta keikutsertaan Badan Otorita Singapura pada bulan Februari 2016 mencapai nilai
Batam dalam meneruskan pembangunan, memiliki terbesar yaitu US$332,12 juta, dengan kontribusi
komitmen dalam memajukan pertumbuhan investasi mencapai 45,42 persen terhadap ekspor Kota Batam.
dan ekonomi Kota Batam, hal ini dibuktikan dengan Industri di Batam terbagi menjadi industri berat dan
adanya nota kesepahaman ketiga instansi tersebut, industri ringan. Industri berat didominasi oleh
yang kemudian diharapkan terciptanya pembangunan industri galangan kapal, industri fabrikasi, industri
Kota Batam yang berkesinambungan. Batam, bersama baja, industri logam dan lainnya. Sedangkan industri
dengan Bintan dan Karimun kini telah berstatus ringan meliputi industri manufacturing, industri
sebagai Kawasan Ekonomi Khusus(KEK). elektronika, industri garment, industri plastik dan
lainnya.Selain itu Batam juga dikenal memiliki
Menurut data Badan Pusat Statistika (BPS) 5
produksi galangan kapal terbesar di Indonesia.
Nilai ekspor Kota Batam pada bulan Januari 2016
mencapai US$571,10 juta atau mengalami penurunan
sekitar 10,21 persen dibanding ekspor bulan
Desember 2015. Begitu pula bila dibanding dengan
ekspor bulan Januari 2015, ekspor bulan Januari 2016
ini juga mengalami penurunan yaitu sekitar 25,92
persen.Ekspor Kota Batam dengan nilai terbesar
selama bulan Januari 2016 melalui Pelabuhan Batu
Ampar senilai US$248,81 juta dengan konstribusi
sekitar 43,57 persen dari total ekspor Kota Batam.
Selama bulan Januari 2016 ekspor komoditi migas
4 Republika
http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/04
/01/nm46hz-batam-ditetapkan-jadi-pusat-kegiatan-
strategis-nasional)
5 Badan Pusat Statistika
https://batamkota.bps.go.id/Brs/view/id/137
di Kota Pematang Siantar sebesar 0,43 persen dan yaitu : kelompok bahan makanan sebesar 1,43 persen;
inflasi terendah terjadi di Kota Metro sebesar 0,03 kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan
persen. Sedangkan secara nasional sebanyak 38 kota tembakau sebesar 0,35 persen; kelompok perumahan,
mengalami inflasi dan 44 kota mengalami deflasi. air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,28 persen;
Deflasi di Kota Tanjungpinang disebabkan kelompok sandang sebesar 0,18 persen; kelompok
turunnya indeks kelompok pada tiga kelompok kesehatan sebesar 0,03 persen; kelompok pendidikan,
pengeluaranya itu kelompok bahan makanan sebesar rekreasi dan olahraga sebesar 0,39 persen serta
1,46 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan
bahan bakar sebesar 0,10 persen; kelompok transpor, sebesar 1,03 persen.
komunikasi dan jasa keuangan sebesar 5,15 persen. Tingkat inflasi tahun kalender (Januari-Juni)
Sebaliknya, tiga kelompok mengalami kenaikan indeks 2016 sebesar 0,94 persen dan tingkat inflasi year on
yaitu: kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan year (Juni 2016 terhadap Juni 2015) sebesar 2,19
tembakau sebesar 0,82 persen; kelompok sandang persen. Pada Bulan Juli 2016 di Kota Tanjungpinang
sebesar 0,20 persen; dan kelompok kesehatan sebesar terjadi inflasi sebesar 1,12 persen. Kedua puluh tiga
0,15 persen. Sedangkan kelompok pendidikan, kota IHK di Sumatera mengalami inflasi dengan inflasi
rekreasi dan olahraga tidak mengalami perubahan tertinggi terjadi di Kota Tanjung Pandang sebesar
indeks Inflasi Tahun Kalender (Januari-Oktober) 2,34 persen dan inflasi terendah terjadi di Kota Medan
2015 di Kota Tanjungpinang sebesar 1,41 persen dan sebesar 0,07 persen Inflasi disebabkan oleh naiknya
laju inflasi 'year on year' di Kota Tanjungpinang indeks harga ketujuh kelompok yang menyusun IHK
(Oktober 2015 dibandingkan dengan Oktober 2014) Kota Tanjungpinang, yaitu :kelompok bahan makanan
sebesar 5,04 persen. Pada Bulan Juni 2016 di Kota sebesar 2,15 persen; kelompok makanan jadi,
Tanjungpinang terjadi inflasi sebesar 0,66 persen. minuman, rokok dan tembakau sebesar 1,15 persen;
Kedua puluh tiga kota IHK di Sumatera semuanya kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar
mengalami inflasi dengan inflasi tertinggi terjadi di sebesar 0,33 persen; kelompok sandang sebesar 1,68
Kota Pangkal Pinang sebesar 2,14 persen dan inflasi persen; kelompok kesehatan sebesar 1,15 persen;
terendah terjadi di Kota Padang sebesar 0,10 persen. kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar
Inflasi disebabkan oleh naiknya indeks harga ketujuh 0,29 persen serta kelompok transpor, komunikasi dan
kelompok yang menyusun IHK Kota Tanjungpinang, jasa keuangan sebesar 0,82 persen.
dan urbanisasi yang tinggi. Secara geografis kota Namun memiliki sharenya paling besar. Industri
Pekanbaru memiliki posisi strategis berada pada jalur pengolahan tumbuh 3,61 persen. Pertanian, tumbuh
Lintas Timur Sumatera, terhubung dengan beberapa 0,35 persen. Perdagangan tumbuh 1,63 persen,
kota seperti Medan, Padang dan Jambi, dengan kontruksi tumbuh 6,3 persen. Sumber pertumbuhan
wilayah administratif, diapit oleh Kabupaten Siak di Riau 2015 sebesar 0,22 persen digerakan oleh
pada bagian utara dan timur, sementara bagian barat industri pengolahan, kontruksi, dan
dan selatan oleh Kabupaten Kampar. Pertumbuhan perdagangan. Badan Pusat Statistik (BPS) Riau merilis
ekonomi Riau secara q to q atau triwulan ketiga 2015 data pertumbuhan Ekonomi Provinsi Riau pada 4 Mei
dibandingkan triwulan keempat 2015 tumbuh 1,99 2016 lalu. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh
persen. Dari sisi produksi, ini disebabkan lapangan lapangan usaha pertambangan dan penggalian
usaha pengadaan listrik dan gas yang tumbuh 8,06 sebesar 29,00 persen. dari sisi pengeluaran,
persen. Sementara perbandingan triwulan IV 2015 pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen
dengan 2014 ekonomi Riau tumbuh 4,45 persen. Bila pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga sebesar
dilihat berdasarkan kategori, pertumbuhan ekonomi 6,41 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi
tertinggi ada pada bidang jasa lainnya, dan jasa triwulan pertama di tahun 2016 ini alami perlambatan
kesehatan. Tapi memiliki sharenya paling kecil.. Share jika dibandingkan dengan hasil pertumbuhan triwulan
paling besar ada pada pertambangan, industri, ke empat 2015 lalu. Tercatat pada tahun 2015
pertanian, perdagangan dan kontruksi. Hal tersebut Pekanbaru memiliki 19 pasar/market , 760 toko/store
sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Ketika , 811 kios sehingga jumlah sarana perdagangan
pertumbuhan ekonomi dengan share paling besar sebanyak 2590. Pada 2001-2015 ekspor pada provinsi
mengalami negatif, akan menarik pertumbuhan riau mengalami peningkatan.
ekonomi ke bawah. Pertambangan, selama 2015
tumbuh negatif atau alami kontraksi 6,91 persen.
Apabila nilai ekpsor lebih besar dari pada 4.3.2 Perekonomian Dumai
nilai impor maka neraca perdagangan akan lebih Kota Dumai adalah sebuah kota di Provinsi Riau,
besar pada gambar 6. Dapat dilihat bahwa volume Indonesia, sekitar 188 km dari Kota Pekanbaru.
impor dan Ekspor di Pekanbaru. Pada tahun 2011 Sebelumnya, kota Dumai merupakan kota terluas
2008 tercatat nilai Ekspor meningkat lebih dari 3 lipat nomor dua Di Indonesia setelah Manokwari. Namun
yakni sebesar US$ 4,8 Milyar US$ pada tahun 2011 semenjak Manokwari pecah dan terbentuk kabupaten
dan meningkat menjadi US$ 15,2 milyar pada tahun Wasior, maka Dumai pun menjadi yang terluas.
2008. Berbanding terbalik pada 2009 terjadi Tercatat dalam sejarah, Dumai adalah sebuah dusun
penurunan sebesar US$ 11 Milyar namun Ekspor kecil di pesisir timur Provinsi Riau yang kini mulai
kembali naik pada tahun 2010 sebesar US$ 14,9 menggeliat menjadi mutiara di pantai timur Sumatera.
milyar hingga pada tahun 2011 terdapat nilai Pertumbuhan ekonomi merupakan syarat perlu dalam
maksimal dari Ekspor sebesar US$ 20,1 Milyar. Selain pembangunan manusia yang secara langsung maupun
itu nilai Ekspor yang terjadi pada provinsi Riau tidak langsung akan membawa dampak perbaikan
mengalami penurunan pada tahun 2012-2015 hanya terhadap peningkatan kapasitas dasar penduduk.
sebesar US$ 19,1 Milyar pada tahun 2012 menjadi US$ Namun demikian masih ada persyaratan lain yang
14,4 milyar pada tahun 2015. harus dilaksanakan secara konsisten, yakni
pemerataan distribusi pendapatan dan alokasi belanja potensi tersebut yang perlu didorong dengan tetap
publik yang memadai. Perkembangan perekonomian memperhatikan kebutuhan konsumsi masing-masing
bersumber dari perkembangan seluruh sektor wilayah. Perlu juga dikaji lebih lanjut
ekonomi yang ada di Kota Dumai. Ada lima sektor
penyumbang terbesar terhadap terbentuknya laju Perlu dikaji lebih lanjut terhadap efek mengimpor
pertumbuhan Kota Dumai, bila diurutkan dari yang barang-barang dari negara yang sedang mengalami
terbesar adalah sektor industri pengolahan, sektor inflasi agar bisa mengetahui dampak dari imported
perdagangan, hotel dan restoran, sektor bangunan, inflation (inflasi dari luar negeri), sehingga dapat
sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor jasa dilihat efek yang timbul akibat barang-barang dari
- jasa. Kota dumai memiliki industry kecil dan mikro negara yang sedang mengalami inflasi yang umumnya
menurut jenis bahan baku terdiri dari industry dari menjual barang dengan harga lebih mahal.
kulit, industry dari kayu, industry dari logam, dan
industry anyaman, industry gerabah/keramik batu, DAFTAR PUSTAKA
industry makanan dan minuman, dan industry lainya Borovkova, S. A., Lopuha, H. P. dan Ruchjana, B. N. 2002.
tercatat kota dumai memiliki sebanyak 77 industri Generalized STAR Model with Experimental Weights.
kecil atau mikro dan industry makanan dan minuman Proceeding of the 17th International Workshop on
Statistical Modelling. Chania: pp 139-147.
memiliki jumlah terbanyak yakni 52
Box, G.E.P., Jenkins, G.M. dan Reinsel G.C. 1994. Time series
Analysis : Forecasting and Control. Third Edition.
5.KESIMPULAN Englewood Cliffs: Prentice Hall.
Berdasarkan analisis pemodelan inflasi berbasis lokasi BPS. 2015. Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi
di Provinsi Riau dan Kepulauan Riau didapat nilai Kepulauan Riau. Kepulauan Riau : Badan Pusat
MAPE sebesar 3, 77% yang berarti bahwa model Statistik.
dapat digunakan dengan baik karena rata-rata BPS. 2015. Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi
persentase absolute kesalahan dibawah 10%. Pada Riau. Riau : Badan Pusat Statistik.
peramalan inflasi diprediksi bahwa hubungan inflasi BPS. 2015. Statistik Perdagangan Luar Negeri Provinsi Riau.
Riau : Badan Pusat Statistik.
dari kedua provinsi tersebut mempunyai hubungan
BPS. 2016. Dumai Dalam Angka. Dumai : Badan Pusat
yang erat. Kedua provinsi tersebut berbatasan Statistik.
langsung dengan negara lain sehingga menjadi pintu BPS. 2016. Kota Tanjung Pinang Dalam Angka. Kepulauan
masuk untuk melakukan ekspor-impor. Langkah yang Riau : Badan Pusat Statistik.
dapat dilakukan untuk menekan laju inflasi adalah BPS. 2016. Provinsi Kepulauan Riau Dalam Angka.
dengan mengurangi konsumsi produk asing (impor). Kepulauan Riau : Badan Pusat Statistik.
Pemerintah perlu membuat kebijakan agar semakin Caraka,R.E., dan Sugiyarto,W.2016. Inflation Rate Modeling.
banyak produksi produk dalam negeri yang Jurnal Etikonomi Volume 15 (2), October. P-ISSN:
berkualitas sehingga warga negara Indonesia akan 1412-8969; E-ISSN: 2461-077. pp.111 124. DOI:
10.15408/etk.v15i2.3260
lebih memilih produk dalam negeri dari pada barang
Irawati,L.,Tarno., dan Yasin,H. 2015. Peramalan Indeks
impor. Untuk menambah hasil produksi pemerintah Harga Konsumen 4 Kota Di Jawa Tengah
dapat memberikan subsidi dan premi atau membuat Menggunakan Model Generalized Space Time
peraturan yang mendorong pengusaha-pengusaha Autoregressive (GSTAR). Jurnal Gaussian, Volume 4,
menjadi lebih produktif sehingga mampu menambah Nomor 3, Tahun. ISSN: 2339-2541 pp.553 562
hasil produksi. Dengan bertambahnya hasil produksi Prahutama,A., Utama, T.W.,Caraka, R.E., and
berupa barang dan jasa. Zumrohtuliyosi,D. 2014 Pemodelan Inflasi
Pemodelan model tersebut, dapat dijadikan Berdasarkan Harga-Harga Pangan Menggunakan
sebagai salah satu acuan dalam mempertimbangkan Spline Multivaribel. Jurnal Media Statistika,
Universitas Diponegoro ISSN: 1979-3693 pp. 89-94.
kebijakan-kebijakan yang akan diambil Bank
DOI: 10.14710/medstat.7.2.89-94
Indonesia. Model tersebut mampu memperkirakan Ruchjana, B.N., Borovkova, S.A., dan LopuhaH.P. 2012. Least
laju inflasi berbasis wilayah lebih akurat sehingga Squares Estimation of Generalized Space Time
Bank Indonesia dapat mengantisipasi berbagai Autoregressive (GSTAR) Model and Its Properties. The
kondisi sebelum terjadi inflasi yang berlebihan. 5th International Conference on Research and
inflation targeting framework (ITF) pada level wilayah Education in Mathematics AIP Conf. Proc., 1450: pp
perlu diselaraskan dengan kegiatan dan potensi 61-64.
ekonomi masing-masing wilayah sehingga pencapaian Suparti.,Caraka,R.E.,Warsito,B and Yasin,H.2016. The Shift
target lebih akurat. Invariant Discrete Wavelet Transform (SIDWT) With
Inflation Time series Application. Journal of
Mathematics Research, [S.l.],v.8,n.4,p.p14, jul. 2016.
6.IMPLIKASI DAN KETERBATASAN Published by Canadian Center of Science and
Education. ISSN 1916-9795 E-ISSN 1916-9809
Harmonisasi kebijakan dalam mengurangi konsumsi Wahyuningrum,S.R., dan Suhartono. 2014. Model GSTARX-
barang impor dan peningkatan produktifitas barang SUR Untuk Peramalan Data Spatio-Temporal (Studi
dan jasa perlu dilakukan secara komprehensif Kasus: Adanya Efek Kenaikan Harga BBM dan
berbasis wilayah. Setiap wilayah di Indonesia Lebaran Pada Data Inflasi Di Empat Kota/Kabupaten
memiliki potensi dan tingkat konsumsi barang dan Jawa Timur). TESIS SS09-2304. Institut Teknologi
jasa yang spesifik sehingga keunggulan kompetitif atas Sepuluh Nopember
LAMPIRAN
data inflasi;
input y1 y2 y3 y4;
label y1 = 'Batam'
y2 = 'Tanjung Pinang'
y3 = 'Pekanbaru'
y4 = 'Dumai' ;
datalines;
;
/*--- Vector Autoregressive Model ---*/
proc varmax data=inflasi;
model y1 y2 y3 y4/ p=1 noint lagmax=10 printall;
output lead=5 out=for1;
run;
proc statespace data=inflasi lead=10;
var y1 y2 y3 y4;
run;
Penelitian ini bertujuan menganalisis peran belanja pemerintah dan Human Capital terhadap
pengangguran dan kemiskinan di Indonesia periode tahun 2010-2015. Teknik estimasi yang
digunakan adalah analisis data panel dengan fixed effect. Hasil analisis menunjukkan
bahwa; (1) Tingkat pengangguran di pedesaan selalu lebih rendah daripada di
perkotaan, dan komoditi yang berpengaruh besar terhadap kemiskinan adalah
makanan; (2) Belanja pemerintah berdampak positif terhadap output agregat,
meskipun dampaknya belum cukup optimal. Hal tersebut diakibatkan oleh masih
minimnya bagian belanja pemerintah yang disalurkan kepada belanja barang dan
jasa serta belanja modal, dan sebagian besar belanja pemerintah masih dialokasikan
untuk belanja pegawai; (3) Goverment spending dan IPM secara simultan tidak
berpengaruh terhadap tingkat pengangguran. Namun, secara parsial belanja
pemerintah dan IPM secara langsung berdampak negatif terhadap tingkat
pengangguran dan dampak IPM terbukti cukup besar dibanding dengan goverment
spending; (4) Belanja pemerintah secara simultan berdampak positif dan IPM
berdampak negatif terhadap kemiskinan. Sedangkan secara partial, keduanya tidak
berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan..
atau dikenal dengan Human Development Index tidak tepat sasarannya kepada pengguna subsidi di
(HDI), yang dikeluarkan oleh United Nations lapangan.
Development Programme (UNDP). IPM merupakan Penelitian ini berjalan atas dasar yang sama
salah satu cara untuk mengukur taraf kualitas fisik dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan di
dan non fisik penduduk. Kualitas SDM yang rendah ini Indonesia, namun sedikit berbeda. Peneliti ingin
berarti menunjukkan produktivitas yang rendah, menganalisis peran belanja pemerintah dan human
dimana ketenagakerjaan merupakan salah satu capital terhadap output agregat, pengangguran, serta
persoalan yang sedang disorot, mengingat akan segera kemiskinan di Indonesia. Penelitian dilakukan di 18
diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) provinsi dari 34 Provinsi yang ada di Indonesia,
yang membuat arus tenaga kerja asing bebas masuk dimana 18 provinsi tersebut setiap tahunnya selalu
ke Indonesia (BPS, 2015). Antisipasi dari dampak menambah anggaran belanja sekitar satu trilyun/lebih
negatif penerapan MEA adalah tenaga kerja Indonesia selama periode 2010-2015. Penelitian ini berusaha
harus memiliki standar yang tinggi dan mampu menganalisis peran belanja pemerintah dan human
bersaing dengan tenaga kerja asing yang masuk ke capital pada periode tersebut.
dalam negeri. Rendahnya kualitas ketenagakerjaan di Permasalahan pengangguran dan kemiskinan
Indonesia dapat digambarkan dari rendahnya tingkat di Indonesia, mendorong pemerintah untuk
pendidikan tenaga kerja Indonesia untuk bersaing. menetapkan kebijakan fiskal demi stabilisasi ekonomi,
Daya saing rendah ini dapat tercermin oleh kurangnya yaitu dengan kebijakan menambah pengeluaran
kesempatan kerja sehingga pertumbuhan ekonomi pemerintah/goverment spending (G). Government
belum mampu menyerap angkatan kerja masuk ke spending ini diharapkan mampu berperan banyak
dalam pasar, sehingga keterampilan angkatan kerja dalam peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia
tidak dimanfaatkan dan dikembangkan sebaik- dan pembentukan output agregat, yang akhirnya
baiknya. Hal tersebut mengakibatkan jumlah mampu mengatasi permasalahan pengangguran dan
pengangguran yang cukup besar. kemiskinan yang terjadi. Gambaran tentang alur
Pada Rencana Pembangunan Jangka pemikiran penulis untuk memberikan jawaban
Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, sasaran sementara terhadap masalah yang diteliti, dapat
pemerintah pada bidang ketenagakerjaan yaitu digambarkan dalam diagram kerangka berpikir
(Ferdinan, 2015): (1) menurunkan Tingkat dibawah ini,
Pengangguran Terbuka menjadi 5-6 persen, (2)
menyelesaikan masalah-masalah ketenagakerjaan Gambar 1.1 Diagram Kerangka Berpikir
diantaranya: (i) Terbatasnya kesempatan untuk
memperoleh pekerjaan yang layak, (ii) Kualitas Permasalahan di Indonesia; kualitas SDM
angkatan kerja yang rendah, (iii) Tingkat rendah, pengangguran dan kemiskinan
Pengangguran Terbuka (TPT) usia muda yang tinggi,
(iv) TPT terdidik (di atas SLTA) masih tinggi.
Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh
Mustamin (2015) di Sulawesi Selatan, yang
menghasilkan penelitian bahwa belanja pemerintah Kebijakan Fiskal:
secara langsung berpengaruh negatif terhadap Penambahan 1 trilyun/lebih
kemiskinan, sedangkan pengaruh belanja pemerintah Belanja Pemerintah (G) per tahun
secara tidak langsung berpengaruh positif terhadap
kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi secara langsung tidak
berpengaruh terhadap kemiskinan, sedangkan
pengaruh pertumbuhan ekonomi secara tidak Output Pengangguran Kemiskinan
langsung berpengaruh negatif terhadap kemiskinan Agregat (Y)
melalui pengangguran, dan pengaruh pertumbuhan
ekonomi secara tidak langsung tidak berpengaruh
terhadap kemiskinan melalui pendapatan perkapita.
Penelitian yang sejenis lainnya juga dilakukan oleh
Widodo (2011) di Jawa Tengah, yang menyatakan Rekomendasi Kebijakan
bahwa alokasi pengeluaran pemerintah sektor publik untuk Pemerintah
tidak secara langsung mempengaruhi IPM ataupun
kemiskinan, namun secara bersama-sama (simultan)
pengeluaran sektor publik dan IPM dapat
mempengaruhi kemiskinan. Sedangkan hasil Berdasarkan latar belakang permasalahan,
penelitian Misdawati di Indonesia (2013), maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah di mengidentifikasi,
bidang pendidikan efektif dalam mengurangi angka 1. pengangguran dan kemiskinan di Indonesia
kemiskinan, namun tidak dengan pengeluaran periode 2010-2015
pemerintah di bidang kesehatan dan subsidi, karena
2. peran belanja pemerintah dan Human Capital hanya pada: (1) modal produktif atau aset; tetapi
terhadap pembentukan output agregat di juga pada (2) net work atau jaringan sosial untuk
Indonesia periode 2010-2015 memperoleh pekerjaan, barang-barang dan lain-
3. peran belanja pemerintah dan Human Capital lain; (3) pengetahuan dan ketrampilan yang
terhadap pengangguran di Indonesia periode memadai; dan (4) informasi yang berguna untuk
2010-2015 memajukan kehidupan mereka.
4. peran belanja pemerintah dan Human Capital Kemiskinan menurut Kuncoro (2000) adalah
terhadap kemiskinan di Indonesia periode 2010- ketidakmampuan untuk memenuhi standar hidup
2015. minimum. Permasalahan standar hidup yang rendah
berkaitan pula dengan jumlah pendapatan yang
sedikit (kemiskinan), perumahan yang kurang layak,
kesehatan dan pelayanan kesehatan yang buruk,
2. KERANGKA TEORI DAN tingkat pendidikan masyarakat yang rendah sehingga
PENGEMBANGAN HIPOTESIS berakibat pada rendahnya sumber daya manusia
dan banyaknya pengangguran. Tingkat standar hidup
2.1. Output Agregat dalam suatu negara bisa diukur dari beberapa
Output barang dan jasa suatu perekonomian/Gross indikator antara lain Gross National Product (GNP) per
capita, pertumbuhan relatif nasional dan pendapatan
Domestic Bruto (GDP) bergantung pada; (1) jumlah
per kapita, distribusi pendapatan nasional, tingkat
input yang disebut faktor-faktor produksi; (2) kemiskinan, dan tingkat kesejahteraan masyarakat.
kemampuan untuk mengubah input menjadi output Todaro (2000) menjelaskan bahwa besarnya
yang dapat ditunjukkan dalam fungsi produksi Y = f kemiskinan dapat diukur dengan atau tanpa mengacu
(K, L). Dua faktor produksi yang penting adalah modal kepada garis kemiskinan (poverty line). Konsep yang
dan tenaga kerja. Modal adalah seperangkat mengacu kepada garis kemiskinan disebut kemiskinan
absolut, sedangkan konsep yang pengukurannya tidak
alat/sarana yang digunakan para pekerja. Tenaga
didasarkan pada garis kemiskinan disebut kemiskinan
kerja adala waktu yang dihabiskan orang unuk relatif. Kemiskinan absolut adalah derajat kemiskinan
bekerja. Faktor produksi dan fungsi produksi sama- di bawah, dimana kebutuhan-kebutuhan minimum
sama menentukan jumlah barang dan jasa yang untuk bertahan hidup tidak dapat terpenuhi. Ini
ditawarkan yang disebut juga dengan output adalah suatu ukuran tetap (tidak berubah) di dalam
perekonomian, (Mankiw, 2006: 46-47). bentuk suatu kebutuhan kalori minimum di tambah
komponen-komponen non makanan yang juga sangat
diperlukan untuk survive. Sedangkan kemiskinan
2.2. Pengangguran
relatif adalah suatu ukuran mengenai kesenjangan di
Pengangguran dapat terjadi karena antara dalam distribusi pendapatan, biasanya dapat
lain terdapat angkatan kerja yang lebih besar dari didefinisikan di dalam kaitannya dengan tingkat rata-
kesempatan kerja dan juga disebabkan kurangnya rata dari distribusi yang dimaksud.
keterampilan yang dimiliki oleh pencari kerja. Bentuk- Pendapat Jhingan (2000) menyatakan bahwa
bentuk pengangguran yang disebabkan masalah negara/daerah yang tingkat kemiskinannya tinggi,
friksional dikenal dengan pengangguran non sukarela. umumnya terjerat ke dalam apa yang disebut
Dilain sisi pengangguran juga disebabkan adanya lingkaran kemiskinan (vicious circle). Nurske (dalam
pengangguran sukarela, terutama saat pasar tenaga Widodo, 2011) menjelaskan bahwa kemiskinan
kerja sudah mencapai equilibrium atau tidak adanya adalah sebab sekaligus akibat. Lingkaran kemiskinan
kendala untuk masuk dan keluar di pasar tenaga kerja mengandung arti deretan melingkar kekuatan-
tersebut. Pengangguran dapat berdampak negative kekuatan yang satu sama lain berinteraksi
terhadap kegiatan perekonomian. Hal ini dikarenakan sedemikian rupa sehingga menempatkan suatu
masyarakat tidak dapat memaksimalkan tingkat negara/daerah yang tingkat kemiskinannya tinggi
kemakmuran yang dapat dicapainya. Sehingga secara tetap berada dalam keadaan terbelakang.
agregat pengangguran akan menyebabkan
pendapatan nasional riil yang dicapai masyarakat
2.4. Belanja Pemerintah
akan lebih rendah daripada pendapatan potensial
(pendapatan yang seharusnya), akibatnya Pengeluaran pemerintah adalah salah satu
kemakmuran yang dicapai oleh masyarakat pun akan variabel pembentuk Produk Domestik Bruto (PDB)
lebih rendah, (Kementerian Keuangan, 2014). bersama dengan konsumsi masyarakat, investasi dan
net ekspor (ekspor dikurangi impor). Kebijakan
pengeluaran pemerintah ini merupakan bagian dari
2.3. Kemiskinan kebijakan fiskal sebagai salah satu wujud intervensi
Friedman dalam Mustamin (2015), pemerintah didalam perekonomian dalam rangka
mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidaksamaan mengatasi kegagalan pasar. Intervensi pemerintah
kesempatan untuk mengakumulasikan basis yang dikenal dengan kebijakan fiscal, salah satunya
kekuatan sosial. Basis kekuatan sosial tidak terbatas
termasuk pengembalian atas kelebihan oleh Gustav Ranis dari Yale University, dan Lord
penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya Meghnad Desai dari London School of Economic. Sen
yang telah ditutup. menyatakan bahwa HDI adalah sebuah pengukuran
indeks manusia yang cukup kasar (vulgar measure)
4.2.2 Belanja Langsung karena masih banyak keterbatasan. Namun, HDI
Belanja Langsung adalah bagian anggaran menerapkan ukuran pada aspek-aspek
belanja yang terkait secara langsung dengan pengembangan kualitas manusia secara lebih
pelaksanaan program dan kegiatan (BPS, 2013) komprehensif daripada hanya sekedar pendapatan
meliputi, per kapita seperti yang dilakukan selama ini dalam
2.4.2.1 Belanja Pegawai Langsung adalah menentukan atau menunjukkan apakah suatu negara
pengeluaran untuk honorarium/upah, itu maju, berkembang, atau belum berkembang.
lembur dan pengeluaran lain untuk HDI juga merupakan salah satu bahan kajian atau
meningkatkan motivasi dan kualitas topik pembahasan bagi para peneliti untuk
pegawai dalam melaksanakan program dan meneliti ukuran-ukuran kualitas manusia di sebuah
kegiatan pemerintah daerah. negara secara luas dan beragam. Human Development
2.4.2.2 Belanja Barang dan Jasa adalah pengeluaran Report 2007 (dalam Widodo, 2011) dijelaskan
yang digunakan untuk pembelian/pengadaan bahwa Human Development Index (HDI) merupakan
barang yang nilai manfaatnya kurang dari suatu konstruksi pengukuran atas dasar konsep right
setahun, dan atau pemakaian jasa dalam based approach to human development. HDI
melaksanakan program dan kegiatan melakukan pengukuran rata-rata capaian setiap
pemerintah daerah. Pembelian/pengadaan individu negara yang menyangkut tiga dimensi dasar
barang dan jasa yang dimaksud meliputi dari proses pengembangan kualitas manusia.
bahan pakai habis, bahan/material, jasa Pengukuran ini dilakukan dengan menetapkan
kantor, premi asuransi, perawatan kendaraan beberapa asumsi dasar bahwa manusia yang
bermotor, cetak dan penggandaan, sewa berkualitas adalah: (1) Manusia yang dapat hidup
gedung, sewa sarana mobilitas, sewa alat sehat dan panjang umur, sebagaimana diukur
berat, sewa perlengkapan dan peralatan dengan Angka Harapan Hidup sejak waktu lahir (life
kantor, makanan dan minuman, pakaian expectancy at birth); (2) Manusia yang memiliki
dinas dan atribut, pakaian kerja, pakaian kecakapan dan pendidikan yang diperlukan bagi
khusus hari-hari tertentu, perjalanan dinas, hidupnya, sebagaimana diukur melalui indikator
perjalanan pindah tugas, pemulangan angka literasi orang dewasa (adult literacy rate)
pegawai dan lain-lain belanja barang dan jasa. dengan bobot penilaian dua pertiga, serta indikator
2.4.2.3 Belanja Modal adalah pengeluaran yang kombinasi Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan
digunakan untuk pembelian/pengadaan dasar, menengah dan tinggi dengan bobot penilaian
atau pembangunan aset tetap berwujud satu pertiga dari penghitungan indeks pendidikan;
yang nilai manfaatnya lebih dari setahun. (3) Manusia yang dapat mencapai standar hidup
Pembentukan aset tersebut meliputi layak, sebagaimana diukur dengan logaritma
pengadaan tanah, alat-alat berat, alat-alat pendapatan domestik bruto (PDB) per kapita yang
angkutan, alat-alat bengkel, alat-alat menggunakan indikator purchasing power parity
pertanian, peralatan dan perlengkapan (PPP) yang dihitung dalam dolar Amerika.
kantor, komputer, mebeulair, peralatan Pembangunan manusia yang dimaksudkan
dapur, penghias ruangan, alat-alat studio, dalam IPM tidak sama dengan pengembangan sumber
alat-alat komunikasi, alat-alat ukur, alat-alat daya manusia yang biasanya dimaksudkan dalam teori
kedokteran, alat-alat laboratorium, konstruksi ekonomi. Sumber daya manusia menunjuk pada
jalan, jembatan, jaringan air, penerangan manusia sebagai salah satu faktor produksi, yaitu
jalan, taman dan hutan kota, instalasi listrik sebagai tenaga kerja yang produktivitasnya harus
dan telepon, bangunan, buku/kepustakaan, ditingkatkan. Dalam hal ini manusia hanya sebagai
barang seni, pengadaan hewan/ternak dan alat (input) untuk mencapai tujuan yaitu peningkatan
tanaman, serta persenjataan/keamanan. output barang dan jasa. Sedangkan manusia di dalam
IPM lebih diartikan sebagai tujuan pembangunan yang
2.5. Indek Pembangunan Manusia orientasi akhirnya pada peningkatan kesejahteraan,
Sejak tahun 1990, United Nations (Widodo, 2011). Sjafrizal (2012:167) menjelaskan
Development Programme (UNDP) telah menerbitkan bahwa, jika upaya pembangunan lebih banyak
laporan tahunan berupa Human Development Report diarahkan pada peningkatan kualitas sumber daya
(HDR). Dalam HDR tersebut dikeluarkan laporan manusia dan pemberdayaan masyarakat, biasanya
tahunan mengenai indek pembangunan memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan
manusia/Human Development Index (HDI) di tiap dengan upaya pembangunan fisik wilayah untuk
negara. Indeks tersebut dikembangkan pada tahun kesejahteraan masyarakat. Akibatnya, peningkatan
1990 oleh seorang peraih Hadiah Nobel pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan
berkebangsaan India yaitu Amartya Sen, dan seorang kerja daerah cenderung lebih lambat. Kondisi tersebut
ekonom dari Pakistan, Mahbub Ul Haq, yang dibantu
dapat pula menimbulkan rasa kurang puas dalam banyak barang dan jasa yang dapat dijual perusahaan.
masyarakat yang dapat membawa implikasi politik. Semakin banyak perusahaan menjual, semakin banyak
output yang akan diproduksi dan semakin banyak
2.6. Kebijakan Fiskal pekerja yang dikaryakan (Mankiw, 2006: 274).
Keynes berpendapat bahwa tingkat kegiatan Sehingga, dapat disimpulkan bahwa penambahan
dalam perekonomian ditentukan oleh perbelanjaan belanja pemerintah berdampak pada peningkatan
agregat. Pada umumnya perbelanjaan agregat output secara agregat.
dalam suatu periode tertentu adalah kurang dari Sedangkan belanja pemerintah berdampak
perbelanjaan agregat yang diperlukan untuk negatif terhadap pengangguran dan kemiskinan. Hal
mencapai tingkat full employment. Keadaan ini ini sejalan dengan pemikiran ekonom Keynesian, yaitu
disebabkan karena investasi yang dilakukan para mendasari pemikiran bahwa variabel pemerintah
pengusaha biasanya lebih rendah dari tabungan yang (khususnya anggaran) dianggap sebagai salah satu
akan dilakukan dalam perekonomian full employment. penggerak pertumbuhan ekonomi di suatu Negara,
Keynes berpendapat sistem pasar bebas tidak akan dan nantinya hal ini diharapkan akan menciptakan
dapat membuat penyesuaian-penyesuaian yang multiplier effect pada sektor-sektor ekonomi lainnya.
akan menciptakan full employment. Untuk Multiplier effect ini akan semakin besar jika
mencapai kondisi tersebut diperlukan kebijakan diasumsikan bahwa belanja pemerintah digunakan
pemerintah. Tiga bentuk kebijakan pemerintah yaitu untuk kegiatan produktif, (Kementerian Keuangan,
kebijakan fiskal, moneter dan pengawasan langsung. 2014).
Kebijakan fiskal melalui pengaturan anggaran Model makro ekonomi Keynes, kas
pengeluaran dan penerimaan pemerintah (Mankiw, permintaan merupakan bagian yang sangat penting
2006). untuk mengontrol permintaan agregat. Jika ekonomi
Kebijakan fiskal terdiri atas dua instrument berada dibawah tingkat full employment, permintaan
utama, (1) kebijakan pajak, (2) pengeluaran agregat bisa ditingkatkan dengan meningkatkan
pemerintah (Mankiw, 2003), tapi kebijakan apapun pengeluaran pemerintah atau dengan mengurangi
itu dapat secara langsung mempengaruhi komponen- tingkat pajak. Keynes berpendapat bahwa pemerintah
komponen permintaan secara menyeluruh jatuh pada memiliki peran penting untuk mempromosikan
kebijakan ini. Menurut Sudiyono (1985) variabel permintaan agregat terhadap pemenuhan tingkat full
instrument kebijakan fiscal dapat berbentuk pajak, employment. Masalah paling inti di kebijakan ekonomi
transfer pemerintah, subsidi, dan pengeluaran adalah tingginya pengangguran dan tingkat inflasi,
pemerintah. Kebijakan fiscal atau penganggaran serta defisit neraca berjalan atau external imbalance.
memiliki tiga fungsi, (1) fungsi alokasi, (2) fungsi Solusi untuk masalah tersebut, pertumbuhan ekonomi
distribusi, (3) fungsi stabilisasi. Fungsi alokasi tinggi sangat dibutuhkan, tetapi perluasan untuk
bersediaan dengan barang-barang dan proses meningkatkan pertumbuhan ekonomi memiliki
pemanfaatan sumber daya secara menyeluruh untuk kelemahan terkait ketidakseimbangan antara
produksi barang-barang swasta, barang-barang social, tingginya pertumbuhan permintaan dan kapasitas
dan kombinasi dari barang-barang social yang telah persediaan dalam ekonomi. Ini berdampak pada
dipilih. Fungsi distribusi berhubungan dengan neraca eksternal yang merupakan sebuah
persamaan kesejahteraan dan distribusi pendapatan peningkatan impor dan penurunan ekspor, sehingga
dalam masyarakat. Fungsi stabilisasi ditujukan untuk menghasilkan inflasi tinggi. Akibat dari situasi ini,
menstabilisasi atau mempertahankan rendahnya ekonomi dapat kehilangan daya saingnya dan
tinggi pengangguran, harga atau tingkat inflasi, dan memperburuk eksternal imbalance. Hal tersebut dapat
pertumbuhan ekonomi yang telah ditargetkan. meningkatkan employment level, tetapi bermasalah
Keynes menjelaskan bahwa selama masa dalam hal memperburuk neraca berjalan dan neraca
depresi ekonomi, kebijakan moneter tidak efektif. pembayaran (BOP). Kebijakan fiskal pada masa inflasi
Permintaan agregat meningkat dengan cepat hanya biasanya adalah dengan mengurangi pengeluaran
dengan kebijakan fiskal (Romer, 2001). Sebuah pemerintah dan meningkatkan pajak. Sebaliknya
kebijakan fiskal yang diambil harus efektif dan apabila pengangguran serius maka pemerintah
memiliki dampak negatif yang kecil. Sejarah berusaha menambah pengeluaran dan berusaha
menunjukkan negara-negara berkembang mengurangi pajak (Mankiw, 2006).
mengandalkan perluasan kebijakan fiskal untuk Sedangkan dampak belanja pemerintah
mencapai sebuah pertumbuhan ekonomi. terhadap kemiskinan Wibowo (2003) berpendapat
bahwa esensi utama dari masalah kemiskinan adalah
2.7. Dampak Belanja Pemerintah terhadap Output masalah aksesibilitas. Aksesibilitas dalam hal ini
Agregat, Pengangguran dan Kemiskinan berarti kemampuan seseorang atau sekelompok
The General Theory yang ditulis oleh Keynes, orang dalam masyarakat untuk dapat mencapai atau
disebutkan bahwa pendapatan total perekonomian mendapatkan sesuatu yang sebenarnya merupakan
dalam jangka pendek sangat ditentukan oleh kebutuhan dasarnya dan seharusnya menjadi haknya
keinginan rumah tangga, perusahaan dan pemerintah sebagai manusia dan sebagai warga negara. Seseorang
untuk membelanjakan pendapatannya. Semakin atau sekelompok orang yang miskin, akan mempunyai
banyak yang membelanjakan pendapatannya, semakin aksesibilitas yang rendah dan terbatas terhadap
berbagai kebutuhan dan layanan dibandingkan anak-anak dari upaya eksploitasi. Demikian juga
mereka yang termasuk golongan menengah maupun pernyataan dari UNICEF yang mengatakan bahwa
golongan kaya. Akses-akses yang tidak bisa didapat pendidikan adalah investasi yang penting untuk
oleh masyarakat miskin yaitu: (1) Akses untuk memperoleh pekerjaan yang layak dengan upah yang
mendapatkan makanan yang layak; (2) Akses untuk tinggi. Investasi publik di bidang pendidikan dan
mendapatkan sandang yang layak; (3) Akses untuk kesehatan akan memberikan kesempatan pendidikan
mendapatkan rumah yang layak; (4) Akses untuk dan pelayanan kesehatan yang lebih merata kepada
mendapatkan layanan kesehatan baik dan layak; (5) masyarakat sehingga sumber daya manusia (SDM)
Akses untuk mendapatkan layanan pendidikan; (6) handal yang sehat menjadi semakin bertambah.
Akses kepada leisure dan entertainment; (6) Akses Meningkatnya kesehatan dan pendidikan akan
untuk mendapatkan kualitas hidup yang baik mendorong peningkatan kualitas sumber daya
dengan terpenuhinya semua basic need dan manusia dan peningkatan produktivitas tenaga kerja,
supporting needs. Permasalahan aksesibilitas ini yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan
menjadi penting karena kemiskinan akan menjadi masyarakat. Dengan demikian diharapkan kondisi ini
lingkaran setan karenanya, di mana golongan miskin akan memajukan perekonomian masyarakat dengan
tidak akan terangkat atau terlepas dari kemiskinan bertambahnya kesempatan kerja serta berkurangnya
ketika mereka tidak dapat meningkatkan kemiskinan.
intelektualitas dan sumber daya mereka. Namun Tinjauan literatur tersebut digunakan peneliti
karena adanya masalah aksesibilitas tersebut, dalam penelitian ini untuk menganalisis peran belanja
peningkatan ini akan menjadi suatu yang tidak pemerintah terhadap pembentukan output agregat,
mungkin dilakukan. Pada akhirnya, sebagai akumulasi dan perannya dalam mengatasi pengangguran dan
dari beban fisik dan psikologis akan menimbulkan kemiskinan.
berbagai ekses negatif seperti keresahan sosial.
Mahmudi (2007) berpendapat, dalam suatu 3. METODOLOGI PENELITIAN
lingkaran setan kemiskinan terdapat tiga poros utama Data yang digunakan dalam penelitian ini
yang menyebabkan seseorang menjadi miskin yaitu 1) bersumber dari data sekunder mulai dari tahun
rendahnya tingkat kesehatan, 2) rendahnya 2010 sampai dengan tahun 2015. Data tersebut
pendapatan, dan 3) rendahnya tingkat pendidikan. didapat dari beberapa sumber sebagai berikut: (1)
Rendahnya tingkat kesehatan merupakan salah satu Data Tingkat Pengangguran Terbuka dari publikasi
pemicu terjadinya kemiskinan karena tingkat data Badan Pusat Statistik Indonesia, (2) Data Jumlah
kesehatan masyarakat yang rendah akan Penduduk Miskin dari publikasi data Badan Pusat
menyebabkan tingkat produktivitas menjadi rendah. Statistik Indonesia, (3) Data Pengeluaran Pemerintah
Tingkat produktivitas yang rendah lebih lanjut diperoleh dari publikasi Statistik Keuangan
menyebabkan pendapatan rendah, dan pendapatan Pemerintah Provinsi yang diterbitkan oleh Badan
yang rendah menyebabkan terjadinya kemiskinan. Pusat Statistik Indonesia, dan (4) Data Produk
Berdasarkan hal tersebut maka salah satu hal yang Domestik Bruto (PDB) menurut pengeluaran yang
bisa dilakukan pemerintah dalam mengatasi diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Indonesia.
permasalahan kemiskinan adalah upaya untuk Data sekunder yang digunakan adalah data
meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui panel, yaitu penggabungan dari data cross section
peningkatan kualitas pembangunan manusia. Dalam sebanyak 18 provinsi di Indonesia dan data time series
hal ini, pembangunan manusia di-proxy dengan IPM dari tahun 2010-2015. Pengolahan atas data
atau Human Development Index (HDI) yang sekunder yang telah dikumpulkan dari berbagai
merupakan suatu indeks komposit untuk mengukur sumber dilakukan menggunakan beberapa paket
pencapaian kualitas pembangunan manusia untuk program statistik. Kegiatan pengolahan data
dapat hidup secara lebih berkualitas, baik dari aspek menggunakan Microsoft Excel menyangkut
kesehatan, pendidikan, maupun aspek ekonomi. Di pembuatan tabel dan analisis. Sementara itu pada
mana IPM merupakan indeks pengembangan manusia pengolahan regresi data panel, penulis menggunakan
yang dilihat dari sisi perluasan, pemerataan, dan paket program Eviews 6.0.
keadilan baik dalam bidang kesehatan, pendidikan,
maupun kesejahteraan masyarakat. Peranan 3.1. Panel Data Analysis
pemerintah disini adalah sebagai penyedia
Penggunaan model panel pada dasarnya
kewajiban publik di bidang pendidikan dan kesehatan
memiliki beberapa keunggulan. Pertama, panel data
yang tidak disentuh oleh pasar karena adanya
mampu memperhitungkan heterogenitas individu
kegagalan pasar dan dalam kaitannya dengan peranan
secara eksplisit dengan mengizinkan variabel spesifik
pemerintah sebagai peranan alokasi, peranan
individu. Kedua, kemampuan mengontrol
distribusi, dan peranan stabilisasi.
heterogenitas individu ini selanjutnya menjadikan
Menurut Center for the Study of Living
data panel dapat digunakan untuk menguji dan
Standars tahun 2001 (dalam Widodo, 2011)
membangun model perilaku yang lebih kompleks.
menyatakan bahwa pendidikan adalah elemen
Ketiga, data panel mendasarkan diri pada observasi
penting untuk memerangi kemiskinan,
cross section yang berulang-ulang (time series),
memberdayakan perempuan, serta menyelamatkan
sehingga metode data panel cocok untuk digunakan
sebagai study of dynamic adjustment. Keempat, setiap regressor dan variabel terikat melalui suatu
tingginya jumlah observasi memiliki implikasi pada koefisien , dimana
data yang lebih informatif, variatif, bebas, sehingga
dapat diperoleh hasil estimasi yang efisien. Kelima, u2
data panel dapat digunakan untuk mempelajari 1 ( ) 1 / 2 ................................... (2.4)
T a2
2
pemerintah terhadap output agregat, pengangguran Selanjutnya, memilih model panel antara fixed
dan kemiskinan, maka peneliti hanya mengambil 18 effect atau random effect dengan uji Hausman.
provinsi dari 34 provinsi yang ada, dimana provinsi
tersebut setiap tahunnya meningkatkan belanjanya
Tabel 1.2 Uji Hausman
sekitar satu trilyun atau lebih setiap tahuan selama Chi-Sq. Chi-Sq.
2010-2015. Penelitian ini mengangkat faktor belanja Test Summary Statistic d.f. Prob.
pemerintah (G) Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT),
Jumlah penduduk miskin, output agregat (Y), dan Model I
Indek Pembangunan Manusia. Ada tiga model yang Cross-section random 151.101 2 0.0000
dibangun dalam penelitian ini. Model pertama ingin Model II
mengetahui tentang dampak belanja pemerintah Cross-section random 14.355 2 0.0008
terhadap output agregat. Model Kedua bertujuan Model III
Cross-section random 8.776 2 0.0124
untuk mengetahui dampak belanja pemerintah
terhadap pengangguran, dan ketiga terhadap
kemiskinan. Rancangan ketiga model yang dibangun Hasil uji Hausman menunjukkan bahwa penggunaan
model fixed effect untuk kedua model lebih tepat,
dalam penelitian ini adalah,
karena probability value < = 0,05 (signifikan),
log_Yit = 0 + 1 log_Git + 2 log_IPMit + it sehingga H0 ditolak. Jadi dapat ditarik kesimpulan
log_TPTit = 0 + 1 log_Git + 2 log_IPMit + it bahwa model panel fixed effect lebih baik digunakan
log_JPMit = 0 + 1 log_Git + 2 log_IPMit + it daripada random effect.
sedangkan 1% dijelaskan oleh variabel diluar model. log_TPTit = 1.000114 0.2197 log_Git
Model II mampu menjelaskan variabel endogen log_TPTit = 0.801 3,329 log_IPMit
sebesar 88%, sedangkan 12% dijelaskan oleh variabel
diluar model. Model III mampu menjelaskan variabel 5. PEMBAHASAN
endogen sebesar 83%, sedangkan 17% dijelaskan oleh
variabel diluar model. Hasil regresi pada model II 5.1. Pengangguran dan Kemiskinan di Indonesia
semua variabel tidak signifikan secara simultan maka,
Periode 2010-2015
penulis melakukan regresi secara parsial yang
menghasilkan estimasi sebagai berikut,
5.1.1 Pengangguran
Tabel 1.4 Hasil Estimasi Model Fixed Effect secara Perubahan Tingkat Pengangguran Terbuka
Parsial (TPT) dari tahun 2011-2012 mengalami penurunan
Variable Coefficient yaitu 7,48 persen menjadi 6,13 persen. Pada tahun
Variabel dependent log_Y 2013 angka TPT nasional mengalami peningkatan
dependent G menjadi 6,17 persen. Namun, TPT nasional tahun
R-squared 99.86
2014 kembali menurun menjadi 5,81 persen pada
C *4.8
Februari 2015. Gambar grafik 1.3 menunjukkan
log_G *0.4
dependent IPM fluktuasi TPT di Indonesia periode 2010-2015.
R-squared 0.9988
C *-5.3 Gambar 1.3 Grafik TPT di Indonesia
log_IPM *5.8
Variabel dependent log_TPT
Independent G
R-squared 0.8878
C *1.000114
log_G *-0.2197
Independent IPM
R-squared 0.886
C *0.801
log_IPM *-3.329
Variabel dependent log_ JPM
Data BPS, diolah.
Independent G
R-squared 0.82
Sementara itu, jika TPT dilihat dari perkotaan
C 2.84
dan pedesaan, TPT perkotaan 2011-2015 mengalami
log_G 0.0426 penurunan, yaitu dari 9,38 menjadi 7,02. Ketersediaan
Independent IPM lapangan pekerjaan di perkotaan cukup beragam,
R-squared 0.82 sedangkan di pedesaaan sangat terbatas. Namun, TPT
C *5.95 di pedesaan selalu lebih rendah daripada di
log_IPM -1.68 perkotaan. Penyerapan tenaga kerja tertinggi di
Keterangan: (*) signifikan pada = 0.05 pedesaan adalah pertanian, perkebunan dan
perikanan. Pada tahun 2014, lapangan usaha tersebut
Hasil estimasi fixed effect model I G dan IPM secara
menjadi pangsa terbesar yaitu mencapai 34 persen
partial berdampak positif terhadap Y. Model II
menunjukkan bahwa variabel eksogen G dan IPM pekerja. Menurut Todaro, perpindahan penduduk dari
secara parsial berdampak negatif terhadap desa ke kota merupakan sebab munculnya
variabel TPT. Model III menunjukkan bahwa G pengangguran di kota. Pada tahun 2010 tercatat
berdampak positif dan IPM berdampak negatif bahwa angka urbanisasi di Indonesia masih cukup
terhadap JPM. Sehingga, setelah melihat semua tinggi sebesar 49,8 persen. (BPS, 2015: 165).
hasil estimasi, maka model dapat ditulis sebagai
berikut;
terdapat lebih dari 70% orang miskin berlokasi di garam, menimbulkan ketidaktahanan pangan yang
Jawa. Akan tetapi, ditahun 1976 distribusi regional memiliki dampak luas, (Kuncoro, 2010:303).
kemiskinan mengalami perubahan secara dramatis, Sedangkan untuk komoditi bukan makanan
hanya 46% di pedesaan luar Jawa. Pasca krisis 1998, adalah biaya perumahan, bensin, listrik pendidikan,
ada penurunan proporsi penduduk miskin yang dan perlengkapan mandi. Sepanjang periode 2014-
berlokasi di daerah perkotaan atau pedesaan di Jawa, 2015 indeks kedalaman kemiskinan dan indeks
yang diikuti dengan kenaikan kemiskinan di pedesaan keparahan kemiskinan, keduanya mengalami
luar jawa. Akibat krisis 1997-1998, jumlah penduduk peningkatan, (BPS, 2015).
miskin diperkirakan menjadi 49,5 juta orang atau
sekita 24,2% dari jumlah penduduk Indonesia. Segala 5.2. Peran Belanja Pemerintah dan Human Capital
aspek kehidupan masyarakat Indonesia terkena terhadap Pembentukan Output
dampak yang sangat besar. Kondisi pada tahun 1997, Pertumbuhan PDB tertinggi menurut
kemiskinan di Indonesia menyentuh angka yang
Government spending dan Human Capital diharapkan
sangat tinggi sebesar 40,3% atau meningkat sebesar
22,6% dari tahun 1996, kemudian menurun menjadi mampu berperan banyak dalam pembentukan output
17,7% di tahun 2006, dan 15,4% tahun 2008, agregat yang akhirnya mampu mengatasi
(Kuncoro, 2010:143-145). permasalahan pengangguran dan kemiskinan yang
Persentase penduduk miskin tahun 2014 terjadi. Pada periode penelitian, pertumbuhan PDB
sebesar 27,73 juta orang (10,96 persen), kemudian tertinggi menurut lapangan usaha adalah pada
meningkat pada bulan Maret 2015 hingga mencapai kategori informasi dan komunikasi. Sekolah,
28,59 juta orang (11,22 persen). Kenaikan jumlah
perkantoran, dan industri membutuhkan ketersediaan
penduduk miskin di pedesaan lebih besar dibanding
perkotaan. Grafik tingkat kemiskinan selama peiode sarana prasarana pendukung informasi dan
penelitian ditunjukkan oleh gambar 1.4 berikut ini, komunikasi seperti PC, computer, akses wifi, dan
sebagainya. Peringkat kedua dan ketiga adalah jasa
Gambar 1.4 Grafik Kemiskinan di Indonesia perusahaan dan jasa lainnya. Jasa perusahaan tahun
2014 mengalami pertumbuhan 9,81 persen, diikuti
jasa lainnya sebesar 8,92 persen. Sementara itu, tiga
lapangan usaha dengan pertumbuhan PDB terendah
adalah pertambangan dan penggalian, pengadaan air,
dan administrasi pemerintah. Pertambangan dan
penggalian selama periode 2011-2014, mengalami
penurunan dari 4,29 persen menjadi hanya 0,55
persen. Pertambangan dan penggalian merosot tajam
karena beberapa sebab, yaitu; (1) imbas dari
Data BPS, diolah.
kebijakan pemerintah mengenai larangan ekspor
Peranan komoditi makanan terhadap garis bahan mineral mentah, (2) penurunan permintaan
kemiskinan jauh lebih besar dibanding komoditi global, (3) harga komoditas di pasar internasional,
bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan (BPS, 2015: 37).
dan kesehatan). Komoditi makanan yang berpengaruh Sedangkan kategori yang sangat berperan
besar terhadap kemiskinan adalah beras, rokok filter, penting dalam pembangunan di Indonesia karena
telur ayam ras, daging ayam ras, mie instan, gula pasir, mempunyai kontribusi tinggi terhadap PDB adalah
tempe, tahu dan kopi. industri pengolahan. Meskipun kontribusi industri
Ketidaktahanan pangan juga terkait dengan pengolahan mengalami penurunan pada periode
goncangan (shock) seperti kekeringan, bencana, atau 2011-2015, namun perannya masih cukup besar
fluktuasi pasar internasional. Banyaknya penduduk dalam menciptakan lapangan kerja. Sepanjang tahun
Indonesia yang mengalami ketidaktahanan pangan 2014 industri pengolahan tumbuh 4,63 persen dan
dapat dilihat dari besarnya jumlah penduduk yang yang semakin berkembang yaitu industri makanan
hidup dibawah garis kemiskinan. Artinya, jika dan minuman, (BPS, 2015: 39). Kontribusi dari tiap
seseorang tidak punya sumber daya yang cukup untuk kategori dapat dilihat pada gambar 1.2 pada lampiran.
mengkonsumsi 2.100 kalori perhari. Ketidaktahanan The General Theory yang ditulis oleh Keynes,
pangan di Indonesia, bukan disebabkan oleh kurangya disebutkan bahwa pendapatan total perekonomian
persediaan beras, tetapi kemampuan orang untuk dalam jangka pendek sangat ditentukan oleh
membeli beras, dimana kebutuhan beras masih bisa keinginan rumah tangga, perusahaan dan pemerintah
dicukupi dan sisanya impor. Selama periode 1988- untuk membelanjakan pendapatannya. Semakin
2002, telah diimpor rata-rata 10% untuk kebutuhan banyak yang membelanjakan pendapatannya, semakin
nasional. Besarnya impor beberapa produk pangan, banyak barang dan jasa yang dapat dijual perusahaan.
seperti daging, susu, jagung, kedelai, gula, bahkan Semakin banyak perusahaan menjual, semakin banyak
output yang akan diproduksi dan semakin banyak
pekerja yang dikaryakan. Teori ini sesuai dengan hasil 5.3. Peran Belanja Pemerintah dan Human Capital
estimasi bahwa peningkatan belanja pemerintah terhadap Pengangguran
berdampak positif terhadap output agregat. Hal Masalah paling inti di kebijakan ekonomi
tersebut tergambar pada PDRB dari 18 provinsi
adalah tingginya pengangguran dan tingkat inflasi,
penelitian yang rata-rata mengalami peningkatan
setiap tahunnya sepanjang periode 2010-2015. Apabila pengangguran serius maka pemerintah
Peningkatan PDRB tersebut seiring dengan berusaha menambah pengeluaran dan berusaha
peningkatan 1 trilyun atau lebih belanja pemerintah mengurangi pajak.
setiap tahunnya, yang tergambar pada lampiran grafik Total Penyerapan Tenaga Kerja (TPAK) tahun
1.5. 2010-2015 di 18 provinsi penelitian menunjukkan
Peningkatan yang tajam terjadi di Pulau Jawa, grafik yang menurun. Penurunan partisipasi angkatan
dimana pulau Jawa juga merupakan pulau yang kerja ini seiring dengan adanya peningkatan belanja
meningkatkan belanja pemerintah sekitar 5 sampai 12 pemerintah sekitar 1 trilyun/lebih setiap tahun
trilyun tiap tahunnya. Selain itu Sumatera Utara juga sepanjang periode penelitian. Grafiknya tergambar
merupakan provinsi yang menghasilkan peningkatan dalam grafik 1.6 berikut ini.
PDRB yang cukup tajam. Sumatera Utara
mengeluarkan belanja pemerintah sekitar 3 sampai 6 Grafik 1.4 Total Partisipasi Angkatan Kerja di 18
trilyun. Sedangkan Riau, Sulawesi Selatan, dan Provinsi Penelitian
Kalimantan Timur menambahkan belanja
pemerintahnya sekitar 1 sampai 6 trilyun. Hal
tersebut memberi kesimpulan bahwa peningkatan
belanja pemerintah dapat berdampak positif pada
peningkatan output agregat, semakin besar belanja
pemerintah yang dikeluarkan akan semakin besar
output yang dihasilkan oleh suatu pemerintah daerah.
Peningkatan belanja pemerintah yang
berdampak positif terhadap output agregat ini
menunjukkan bahwa belanja pemerintah untuk
Sumber: BPS (data diolah)
barang dan jasa serta modal cukup berhasil
meningkatkan output agregat periode 2010-2015
Grafik yang menurun pada partisipasi angkatan kerja,
meskipun belum optimal. Hasil estimasi menunjukkan
menunjukkan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka
bahwa persentase pengaruh belanja pemerintah
(TPT) pada 18 provinsi penelitian tersebut tergolong
terhadap output agregat sangatlah kecil. Dampak
tinggi pula. Tingginya tingkat pengangguran terlihat
government spending terhadap output agregat secara
tajam di tahun 2013, meski pun kembali naik di tahun
simultan lebih kecil dibanding dengan dampak
2014, namun tingkat pengangguran mengalami
parsialnya. Hasil estimasi membuktikan bahwa
penurunan kembali di tahun 2015.
pengaruh IPM terhadap output agregat jauh lebih
Hasil estimasi menunjukkan bahwa
besar daripada pengaruh government spending.
goverment spending dan IPM secara simultan tidak
Fakta menunjukkan bahwa alokasi belanja
berpengaruh terhadap tingkat pengangguran. Namun,
pemerintah yang disalurkan kepada belanja barang
secara parsial belanja pemerintah berdampak negatif
dan jasa serta belanja modal masih sangat minim.
terhadap pengangguran meski dampaknya secara
Beberapa provinsi masih banyak yang menyalurkan
angka sangat kecil, yaitu 0,22%. Hal ini menunjukkan
sebagian besar belanja pemerintahnya untuk belanja
bahwa penambahan belanja pemerintah secara
pegawai. Belanja pemerintah belum banyak
langsung mampu menciptakan multiplier effect pada
dialokasikan pada peningkatan produktivitas sumber
sektor-sektor ekonomi, meski pengaruhnya sangat
daya manusia sebagai faktor produksi, yaitu sebagai
kecil. Kecilnya multiplier effect tersebut disebabkan
input untuk tujuan peningkatan output barang dan
oleh kurangnya alokasi belanja pemerintah untuk
jasa, (perhatikan gambar 1.5 dalam lampiran). Oleh
kegiatan-kegiatan produktif.
karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa,
Jika melihat hasil esimasi parsial dari Indeks
pemerintah perlu meningkatkan alokasi dana belanja
Pembangunan Manusia (IPM), ternyata IPM secara
pemerintah untuk meningkatkan kualitas SDM yang
langsung berdampak negatif juga terhadap tingkat
ada, karena terbukti Human Capital sangat besar
pengangguran, dan dampaknya jauh lebih besar
pengaruhnya terhadap pembentukan output agregat,
dibanding dengan goverment spending, yaitu sebesar
karena jika kualitas SDM meningkat, maka
3%. Data BPS periode 2010-2015 menunjukkan
produktivitas pun meningkat.
bahwa IPM di 18 provinsi penelitian, secara
keseluruhan mengalami kenaikan dari tahun ketahun terhadap kemiskinan. IPM di 18 provinsi penelitian
(perhatikan gambar 1.7 pada lampiran). selama periode penelitian, memang mengalami
Pemerintah perlu menambah alokasi untuk peningkatan. Namun, fakta menunjukkan bahwa
anggaran belanja pemerintah terbesar selama ini
belanja bantuan social dalam rangka meningkatkan
dialokasikan untuk belanja pegawai, kemudian disusul
kualitas hidup penduduk atau IPM, yaitu dengan cara dengan belanja modal serta belanja barang dan jasa.
memperluas dan memeratakan bidang kesehatan, Sedangkan belanja bantuan sosial masih tergolong
pendidikan, maupun kesejahteraan masyarakat. Hal sangat rendah, khususnya alokasi untuk peningkatan
ini perlu dilakukan karena peningkatan IPM terbukti kualitas Sumber Daya Manusia (perhatikan gambar
berpengaruh dalam mengurangi pengangguran. 1.8 dalam lampiran). Jika alokasi anggaran untuk
Penambahan alokasi belanja bantuan sosial perlu kualitas SDM lebih ditingkatkan lagi, maka
pengaruhnya akan lebih besar terhadap pengentasan
dilakukan karena sesuai data BPS 2010-2012, alokasi
kemiskinan.
belanja ini masih sangat minim, (perhatikan gambar Seharusnya, pemerintah memberikan
1.8 dalam lampiran). perhatian lebih untuk peningkatan kualitas hidup
penduduk atau IPM yang dapat didanai dari anggaran
5.4. Peran Belanja Pemerintah dan Human Capital pemerintah berupa belanja bantuan sosial. Tujuan
terhadap Kemiskinan anggaran belanja bantuan sosial yaitu untuk
Esensi utama dari masalah kemiskinan adalah perluasan, pemerataan, dan keadilan baik dalam
masalah aksesibilitas. Seseorang atau sekelompok bidang kesehatan, pendidikan, maupun kesejahteraan
orang yang miskin, akan mempunyai aksesibilitas masyarakat. Belanja bantuan sosial yang telah
yang rendah dan terbatas terhadap berbagai berjalan selama periode penelitian adalah sekolah
kebutuhan dan layanan dibandingkan mereka yang gratis, Kartu Indonesia Sehat (KIS), serta dana
termasuk golongan menengah maupun golongan renovasi rumah bagi penduduk miskin, meski
kaya. Akses-akses yang tidak bisa didapat secara layak alokasinya masih sangat rendah. Pemerintah perlu
oleh masyarakat miskin yaitu makanan, sandang, menambah alokasi untuk belanja bantuan social ini,
rumah, akses kesehatan dan pendidikan, hiburan, karena terbukti mampu mengurangi tingkat
serta kebutuhan dasar lainnya. Permasalahan kemiskinan.
aksesibilitas ini menjadi penting karena golongan
miskin tidak akan terangkat atau terlepas dari 6. KESIMPULAN
kemiskinan ketika mereka tidak dapat meningkatkan Berdasarkan hasil analisis yang telah
intelektualitas dan sumber daya mereka. Namun dikemukakan sebelumnya, maka dapat dijabarkan
karena adanya masalah aksesibilitas tersebut, kesimpulan bahwa; (1) Tingkat pengangguran di
peningkatan ini akan menjadi suatu yang tidak pedesaan selalu lebih rendah daripada di perkotaan.
mungkin dilakukan yang dapat menimbulkan Sedangkan komoditi yang berpengaruh besar
keresahan sosial. terhadap kemiskinan adalah makanan; (2)
Hasil estimasi menunjukkan bahwa secara Penambahan belanja pemerintah berdampak positif
simultan belanja pemerintah berdampak positif dan terhadap output agregat, meskipun dampaknya belum
IPM berdampak negatif terhadap kemiskinan. cukup optimal. Hal tersebut diakibatkan oleh masih
Sedangkan secara partial, keduanya tidak minimnya bagian belanja pemerintah yang disalurkan
berpengaruh terhadap kemiskinan. Hal ini berarti, kepada belanja barang dan jasa serta belanja modal,
belanja pemerintah tidak berpengaruh langsung dan sebagian besar belanja pemerintah masih
terhadap kemiskinan, namun memiliki dampak secara dialokasikan untuk belanja pegawai; (3) Hasil estimasi
tidak langsung. Dampak yang diakibatkan oleh G menunjukkan bahwa goverment spending dan IPM
adalah dampak positif, yang artinya ketika pemerintah secara simultan tidak berpengaruh terhadap tingkat
menambah belanjanya, yang terjadi adalah jumlah pengangguran. Namun, belanja pemerintah dan IPM
penduduk miskin pun bertambah. secara langsung berdampak negatif terhadap tingkat
Belanja pemerintah selama periode penelitian pengangguran, dan dampak IPM terbukti lebih besar
kurang dialokasikan untuk membangun manusia agar dibanding dengan goverment spending; (4) Hasil
lebih produktif. Belanja terbesar di semua estimasi menunjukkan bahwa secara tidak langsung
kabupaten/kota di Indonesia selama periode belanja pemerintah berdampak positif dan IPM
penelitian, masih pada belanja pegawai, bahkan pada berdampak negatif terhadap kemiskinan. Sedangkan
tahun 2010, 50% lebih dari alokasi anggaran belanja secara partial, keduanya tidak berpengaruh terhadap
disalurkan untuk belanja pegawai. Kurangnya alokasi kemiskinan.
anggaran belanja barang dan jasa serta belanja modal,
dan masih banyaknya bagian anggaran yang 7. IMPLIKASI DAN KETERBATASAN
dialokasikan untuk belanja pegawai inilah yang Penelitian ini dapat memberikan wawasan bagi
menjadikan government spending berdampak positif kalangan akademis tentang peran belanja pemerintah
pada kemiskinan. dan Human Capital terhadap pengangguran dan
Sedangkan pengaruh Indeks Pembangunan kemiskinan. Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu
Manusia secara tidak langsung berdampak negatif peneliti hanya mengangkat belanja pemerintah secara
keseluruhan saja untuk membahas dampaknya agregat dan berdampak negatif terhadap tingkat
terhadap output agregat, pengangguran dan pengangguran dan kemiskinan.
kemiskinan. Padahal, belanja pemerintah dibedakan
dalam dua kategori, belanja langsung dan tidak
langsung, dimana keduanya masih terbagi lagi
DAFTAR PUSTAKA
kedalam beberapa kategori. Peneliti selanjutnya
diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini Ariefanto, Doddy. 2012. Ekonometrika Esensi dan
dengan memperluas pembahasan dan membangun aplikasi dengan Menggunakan Eviews. Jakarta:
variabel belanja pemerintah menjadi beberapa Erlangga.
kategori, sehingga diharapkan penelitian akan Ajija, Shochrul R. dkk. 2011. Cara Cerdas Menguasai
memberi penjelasan yang lebih konkrit terkait Eviews. Salemba Empat, Jakarta.
dampaknya terhadap pengangguran dan kemiskinan Juanda, Bambang dan Junaidi. 2012. Ekonometrika
Deret Waktu Teori dan Aplikasi. Bogor: IPB Press.
7.1 Saran Kebijakan BPS. 2010. Statistik Indonesia 2010. BPS, Jakarta
Belanja pemerintah perlu lebih dialokasikan BPS. 2012. Statistik Keuangan Pemerintah
untuk membangun manusia agar lebih produktif Kabupaten/Kota 2010-2011. BPS, Jakarta.
khususnya alokasi belanja untuk komoditi makanan, BPS. 2013. Statistik Keuangan Pemerintah Provinsi
karena komoditi ini menjadi penyebab utama 2010-2013. BPS, Jakarta.
kemiskinan. Cara untuk meningkatkan ketahanan BPS. 2014. Statistik Keuangan Pemerintah
pangan dalam jangka panjang bisa dengan; (1) Kabupaten/Kota 2012-2013. BPS, Jakarta.
memajukan pembangunan desa dan memperluas BPS. 2015. Laporan Perekonomian Indonesia 2015.
sistem kredit mikro. (2) memberi dana langsung yang BPS, Jakarta.
besarnya disesuaikan dengan tingkat ketimpangan BPS. 2015. Produk Domestik Regional Bruto
yang terjadi. Kabupaten/Kota di Indonesia 2010-2014. BPS,
Selain itu, alokasi anggaran belanja untuk Jakarta.
produktivitas masyarakat perkotaan juga perlu BPS. 2016. Produk Domestik Regional Bruto
ditingkatkan untuk mengatasi besarnya pengangguran Kabupaten/Kota di Indonesia 2011-2015. BPS,
di perkotaan. Belanja barang dan jasa, serta belanja Jakarta.
modal, perlu diperhatikan pemerintah untuk BPS. 2016. Statistik Keuangan Pemerintah Provinsi
memperhitungkan pendapatan dan tingkat 2014-2015. BPS, Jakarta.
produktivitas penduduk selanjutnya, sehingga Ferdinan, Hery. 2011. Pengaruh Pengeluaran
diharapkan mampu mengentaskan pengangguran dan Pemerintah, PDRB, dan Upah Riil terhadap
kemiskinan. Upaya meningkatkan produktivitas ini Penyerapan Tenaga Kerja di Sumatera Barat.
dapat dilakukan melalui penyebaran pembangunan Skripsi. IPB, Bogor.
prasarana perhubungan ke seluruh pelosok wilayah, Jhingan, ML. 2000. Ekonomi Pembangunan dan
seperti pembangunan fasilitas jalan, terminal dan Perencanaan. Edisi Pertama. Raja Grafindo
pelabuhan laut, jaringan dan fasilitas telekomunikasi. Persada. Jakarta.
Pemerintah juga perlu memberikan perhatian Kementerian Keuangan. 2014. Dampak Belanja
lebih untuk kesejahteraan masyarakat, melalui Pemerintah terhadap Pengangguran dan
peningkatan pembangunan infrastuktur fisik, yang Kemiskinan di Indonesia. Diakses dari
dapat didanai dari anggaran pemerintah berupa www.kemenkeu.go.id pada tanggal 1 September
belanja modal. Tujuan belanja modal ini diarahkan 2016.
untuk perluasan, pemerataan, dan keadilan baik Kuncoro, Mudrajad. 2000. Ekonomi Pembangunan:
dalam pembangunan infrastruktur kesehatan, Teori, Masalah, dan Kebijakan. UPP AMP YKPN.
pendidikan, maupun infrastruktur fisik lainnya. Kuncoro, Mudrajat. 2010. Masalah, Kebijakan, dan
Pemerintah perlu menambah alokasi untuk belanja Politik Ekonomika Pembangunan. Erlangga, Jakarta.
modal ini, karena dalam jangka pendek, infrastruktur Mahmudi. 2007. Manajemen Kinerja Sektor Publik.
lebih cepat memempengaruhi kinerja daerah yang UPP STIM YKPN, Yogyakarta.
dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan Mankiw, N.G. 2003. Macroeconomics. Fifth Edition.
penyediaan lapangan kerja. Sedangkan dalam jangka Worth Publisher, New York.
panjang, pembangunan infrastruktur khususnya Mankiw, N.G. 2006. Makroekonomi. Edisi Keenam.
pendidikan diharapkan mampu meningkatkan Erlangga, Jakarta.
keterampilan dan produktivitas masyarakat, Misdawati. Sari, A Arini Putri. 2013. Analisis Pengaruh
mendorong proses inovasi dan perbaikan teknologi Belanja Pemerintah di Bidang Pendidikan,
produksi, serta mendorong perbaikan tingkat efisiensi Kesehatan, dan Pengeluaran Subsidi terhadap
usaha. Infrastruktur pendidikan akan mempermudah Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan
pembangunan pendidikan yang akan meningkatkan Kebijakan Publik. Volume 4 Nomor 2 hal 147-161.
kualitas Sumber Daya Manusia atau IPM daerah. Hal Mustamin, Siti Walida. Agussalim. Nurbayani, Sri
ini perlu dilakukan pemerintah karena IPM terbukti Undai. 2015. Pengaruh Variabel Ekonomi Makro
berdampak positif terhadap pembentukan output terhadap Kemiskinan di Kota Makassar Provinsi
Sulawesi Selatan. Jurnal Analisis, Volume 4 Nomor
2, hal 165-173.
212 Jurnal BPPK Volume 8 Nomor 2, 2015
PERAN BELANJA PEMERINTAH DAN HUMAN CAPITAL
TERHADAP PENGANGGURAN DAN KEMISKINAN DI INDONESIA
Shofwatun Hasna
LAMPIRAN
membuat pembangunan di Kawasan Timur Indonesia mampu menurunkan jumlah kelompok yang tidak
relatif masih jauh tertinggal. diuntungkan (marginal) dalam perekonomian.
Data BPS menunjukkan bahwa 80-an persen PDB Meskipun bukan lagi menjadi isu yang terbilang baru,
Indonesia didominasi oleh provinsi-provinsi di pertumbuhan inklusif selalu menjadi pembahasan
Kawasan Barat Indonesia, sedangkan sisanya yang menarik perhatian berbagai kalangan, termasuk
terdistribusi di seluruh provinsi pada Kawasan Timur para peneliti dan pemegang kebijakan terkait.
Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2016). Hal ini Berbagai indikator yang mencirikan pertumbuhan
didukung oleh Sholihah (2014) yang dalam inklusif terus dikembangkan, termasuk bagaimana
penelitiannya menyimpulkan bahwa fenomena metode mengukur pertumbuhan inklusif. Namun,
pertumbuhan inklusif dalam menurunkan kemiskinan, kajian dan referensi yang berfokus pada analisis
menurunkan ketimpangan, dan meningkatkan pengukuran dan determinan inklusi pertumbuhan
penyerapan tenaga kerja lebih banyak terjadi di ekonomi, masih terbatas pada scope nasional yang
Kawasan Barat Indonesia. Padahal menurut Todaro relatif cukup besar dan luas. Kajian inklusifitas
(2006), masalah fundamental bukan hanya pertumbuhan ekonomi pada tingkat regional (daerah)
menumbuhkan PDB, tetapi lebih kepada siapa yang dirasakan masih sangat minim dan menjadi salah satu
akan menumbuhkan PDB tersebut, sejumlah orang poin yang dapat menyebabkan upaya pemerintah
yang ada dalam suatu negara ataukah hanya segelintir dalam case ini menjadi kurang optimal. Hal ini
orang saja. Jika hanya segelintir orang yang mengakibatkan pemahaman dan wawasan tentang
menumbuhkan PDB ataukah orang-orang kaya yang dinamika ini menjadi terbatas, sehingga seyogyanya
jumlahnya sedikit, maka manfaat dari pertumbuhan menjadi agenda yang sangat penting untuk
PDB itu pun hanya dinikmati oleh mereka saja diprioritaskan.
sehingga kemiskinan dan ketimpangan pendapatan
pun akan semakin parah. Untuk itu hal yang paling Untuk menjembatani gap tersebut di atas, penelitian
penting dalam pertumbuhan adalah siapa yang terlibat ini mencoba menganalisis inklusifitas pertumbuhan
dalam pertumbuhan ekonomi tersebut atau dengan ekonomi di tingkat regional (daerah) khususnya pada
kata lain adalah tingkat kualitas pertumbuhan kabupaten/kota di Kawasan Timur Indonesia, dimana
tersebut. mengambil data pada kabupaten/kota di Provinsi
Sulawesi Selatan9 sebagai studi kasus untuk mewakili
Fakta tersebut tentunya menjadi sinyal akan kawasan ini. Atas dasar itu pula, penelitian ini menjadi
pentingnya upaya dan peran pemerintah dalam berbeda dan terbaru dari penelitian-penelitian
merancang dan menciptakan konsep yang lebih luas sebelumnya yang masih melihat dan mengkaji
yang berkenaan dengan pertumbuhan ekonomi yang pertumbuhan inklusif dalam skala nasional. Penelitian-
memungkinkan seluruh segmen masyarakat penelitian terdahulu terkait topik ini seperti yang
menikmati manfaat dari pertumbuhan ekonomi dilakukan oleh Ali dan Son (2007), Habito (2009),
khususnya dalam upaya mengurangi tingkat Klasen (2010), Anand et al. (2013) dan Sholihah
kemiskinan (inklusif). Hal ini sebagaimana yang (2014), seluruhnya menggunakan scope nasional.
disebutkan oleh Klasen (2010) bahwa pertumbuhan Sementara, penelitian ini menggunakan cakupan yang
inklusif adalah pertumbuhan yang dapat melibatkan lebih kecil yaitu pada tingkat regional, sehingga
partisipasi semua pihak tanpa diskriminasi dan penelitian ini menjadi berbeda dari penelitian
mampu melibatkan seluruh sektor ekonomi. Dalam hal sebelumnya. Penelitian terkait inklusifitas
ini, konsep pertumbuhan inklusif itu berkaitan erat
dengan konsep pertumbuhan yang pro poor. Dengan 9 Penelitian ini memilih Provinsi Sulawesi Selatan karena dua alasan : (i)
kata lain, berdasarkan hasil yang dicapainya, capaian Indeks Gini provinsi yang relatif tinggi (tertinggi kedua) di Kawasan
Indonesia Timur; (ii) ketersediaan data yang relatif lebih lengkap dibanding
pertumbuhan inklusif adalah pertumbuhan yang data pada provinsi lainnya secara komprehensif (keseluruhan) terkait dengan
model dana analisis penelitian.
pertumbuhan di tingkat regional atau daerah menjadi menunjukkan bahwa pertumbuhan saja tidaklah cukup
penting untuk banyak dilakukan mengingat bahwa untuk memungkinkan seluruh segmen masyarakat
masing-masing daerah memiliki karakteristik yang menikmati manfaat dari pertumbuhan ekonomi
berbeda sehingga membutuhkan kebijakan tersebut. Konsep inklusifitas kemudian muncul sebagai
pembangunan yang berbeda pula. kebijakan utama untuk terus didorong dan
memasukkan kebutuhan masyarakat miskin dan
Selanjutnya, untuk mencari tahu apa yang ada di balik masyarakat yang rentan menjadi miskin.
pertumbuhan inklusif dan bagaimana cara
mencapainya, maka dibutuhkan studi tersendiri yang Terdapat berbagai indikator mengenai pertumbuhan
dimulai dengan melihat faktor yang dapat ekonomi yang inklusif yang telah dirumuskan dan
mempengaruhi komponen pertumbuhan inklusif didefiniskan oleh beberapa organisasi internasional.
tersebut, seperti pertumbuhan ekonomi, Masing-masing institusi tersebut merumuskan
pengangguran, kesehatan, pendidikan, belanja daerah, perbagai indikator yang berbeda-beda. Bank Dunia
jumlah penduduk miskin dan lainnya. Hasil penelitian (2008), misalnya, sangat menekankan pada kebijakan
ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi industri padat tenaga kerja dibandingkan pada
pemerintah dan pihak terkait dalam merancang distribusi pendapatan. Membangun iklim kondusif
kebijakan ekonomi dan keuangan inklusif yang yang mendorong pertumbuhan penyerapan tenaga
berbasis pada bukti dan temuan empiris. kerja dan pertumbuhan produktifitas diasumsikan
dapat menciptkan lapangan pekerjaan baru dan
1.2. Rumusan Permasalahan pendapatan bagi tenaga kerja sebagai aset yang
penting bagi masyarakat miskin. Di sisi lain,
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah Organization for Economic Co-Operation and
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Development (OECD) mendorong pertumbuhan pro-
1. Bagaimana fenomena inklusifitas pertumbuhan poor yang dapat memberikan dampak non-pendapatan
ekonomi di kabupaten/kota di Provinsi Selawesi (kesehatan, pendidikan, dan sebagainya) demi
Selatan? kesejahteraan masyarakat miskin. United Nation
2. Bagaimana pengaruh faktor-faktor yang dipilih Development Program (UNDP) dalam Suryanarayana
(pertumbuhan ekonomi, pengangguran, (2007) memberikan definisi mengenai pertumbuhan
kesehatan, pendidikan, belanja daerah dan jumlah inklusif berdasarkan sisi produksi dan pendapatan
penduduk miskin) terhadap pertumbuhan inklusif Gross Domestic Product (GDP), yaitu proses dan hasil
di kabupaten/kota di Provinsi Selawesi Selatan? pertumbuhan dimana semua pihak dapat
berpartisipasi dan memperoleh manfaat yang sama
1.3. Tujuan Penelitian dari pertumbuhan tersebut. Dengan demikian
pertumbuhan inklusif akan merepresentasikan
Sesuai dengan rumusan permasalahan yang hendak pemerataan.
dijawab dalam penelitian ini, maka penelitian ini
bertujuan untuk : Definisi lain disajikan oleh ADB melalui Strategi 2020-
1. Mengukur dan menganalisis secara empiris nya yang mengidentifikasi pertumbuhan inklusif ke
fenomena inklusifitas pertumbuhan ekonomi di dalam dua fokus strategi yaitu sustainable income
kabupaten/kota di Provinsi Selawesi Selatan; growth (pertumbuhan pendapatan yang
2. Menganalisis secara empiris pengaruh faktor- berkelanjutan) dan kesempatan yang terbuka bagi
faktor yang dipilih (pertumbuhan ekonomi, semua pihak (Klasen, 2010). Rusastra (2011) dalam
pengangguran, kesehatan, pendidikan, belanja analisisnya mengemukakan paradigma pertumbuhan
daerah dan jumlah penduduk miskin) terhadap inklusif pada dasarnya adalah : (1) pembangunan pro
pertumbuhan inklusif di kabupaten/kota di kelompok miskin; (2) laju pertumbuhan ekonomi; dan
Provinsi Selawesi Selatan. (3) mencegah kerusakan lingkungan. Terdapat
keterkaitan kuat antar ketiganya. Keberlanjutan
2. KERANGKA TEORITIS DAN DAN pertumbuhan ekonomi akan mendorong perbaikan
PENGEMBANGAN HIPOTES distribusi pendapatan, yang memiliki ketergantungan
pada efisiensi dan konservasi penggunaan sumber
daya. Konsekuensinya, pilihan prioritas sektoral
2.1. Pertumbuhan Inklusif
adalah pembangunan pertanian berkelanjutan dengan
tetap memprioritaskan pertumbuhan sektor ekonomi
Seruan untuk mendorong pertumbuhan inklusif di Asia
lainnya.
telah muncul sejak pertumbuhan ekonomi dibarengi
dengan penurunan kemiskinan dan peningkatan
Pengertian pertumbuhan inklusif yang secara khusus
kesenjangan (Klasen, 2010). Pertumbuhan dengan
berhubungan dekat dengan konsep kemiskinan
kesenjangan yang terus berlangsung dalam sebuah
didukung oleh Habito (2009). Menurut kesimpulannya,
negara dapat menyebabkan kegaduhan sosial dan
pertumbuhan inklusif didefinisikan sebagai
politik serta mendorong terjadinya tindak kriminal
pertumbuhan GDP yang dapat menurunkan
dari kelompok masyarakat yang merasa haknya (untuk
kemiskinan. Habito juga menjelaskan bahwa struktur
hidup layak) tercabut (ADB, 2011). Fakta ini
perekonomian dan komposisi sektoral dalam tangga, sehingga pendapatan masyarakat kelas atas
pertumbuhan ekonomi telah diyakini sebagai faktor tumbuh lebih cepat dari pada masyarakat kelas
penting untuk mencapai pertumbuhan inklusif, dengan menengah atau di bawahnya.
pernyataan umum bahwa pertumbuhan yang lebih
kuat pada struktur pertanian akan mempercepat Faktor-faktor seperti ketimpangan, kemiskinan,
penurunan kemiskinan. Penekanan pada sektor masalah sektoral dan tenaga kerja seringkali
pertanian ini wajar bila mengingat bahwa peran sektor disebutkan dalam uraian mengenai berbagai konsep
pertanian terutama dalam penyerapan tenaga kerja di pertumbuhan inklusif. Ianchovichina dan Lundstrom
negara berkembang sangat besar. Selain fokus akan (2009) memberikan pendapat yang sedikit berbeda,
kondisi sektor perekonomian, Habito memandang dimana keduanya memperhatikan kembali persoalan
investasi pada fasilitas publik seperti kesehatan, ukuran pertumbuhan. Ianchovichina dan Lundstrom
pendidikan dan perumahan sangat penting untuk menyatakan bahwa pertumbuhan inklusif berkaitan
mencapai pertumbuhan inklusif. dengan memperbesar ukuran perekonomian dan
bukan hanya fokus pada masalah distribusi sumber
Min Tang (2008) memberikan perhatian terhadap daya.
persoalan kemiskinan dalam kaitannya dengan
pertumbuhan inklusif dengan berangkat dari Definisi pertumbuhan inklusif yang akan digunakan
persoalan distribusi pendapatan. Ia mengamati bahwa dalam penelitian ini merupakan gabungan dari
selama beberapa dekade, banyak negara berkembang beragam konsep yang telah diuraikan sebelumnya oleh
yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang luar biasa. Ali dan Son (2007), Min Tang (2008), Habito (2009)
Sementara itu, distribusi pendapatan semakin dan Ianchovichina dan Lundstrom (2009). Terminologi
memburuk dengan derajat yang berbeda-beda pertumbuhan inklusif yang digunakan dalam
antarnegara. Beragam ukuran dan elemen dinyatakan penelitian ini adalah apabila pertumbuhan tersebut
turut memengaruhi apakah pertumbuhan dapat mampu menurunkan kemiskinan dan ketimpangan
dikatakan inklusif. Ukuran yang paling penting adalah distribusi pendapatan. Oleh karena itu, analisis terkait
apakah pertumbuhan memiliki dampak terhadap faktor-faktor yang memengaruhinya akan
peningkatan kesejahteraan orang miskin. Orang menggunakan pendekatan indikator tersebut.
miskin, yang merupakan pihak dengan posisi paling
tidak menguntungkan dalam pembangunan, memiliki
kesulitan untuk memperoleh manfaat dari hasil
pembangunan. Karena itu, meningkatkan kualitas
hidup masyarakat miskin merupakan prioritas utama 2.2. Pengukuran Pertumbuhan Inklusif
dalam agenda pertumbuhan ekonomi, tetapi terbukti
sangat sulit untuk dicapai. Pertumbuhan inklusif Berkenaan dengan pertumbuhan inklusif, penelitian
sangat sering disamakan dengan inklusifitas pro poor, empiris telah mengembangakan aspek kajiannya untuk
dengan demikian pertumbuhan yang tidak pro poor membahas pengukuran indikator pertumbuhan
sudah pasti tidak inklusif. inklusif, seperti yang dilakukan oleh Ali dan Son
(2007) dan Klasen (2010).
Persoalan ketimpangan tidak luput menjadi perhatian
dalam pembahasan mengenai pertumbuhan inklusif. 2.2.1. Sosial Mobility Curve
Ali dan Son (2007) menyatakan bahwa pertumbuhan
inklusif yang fokus pada percepatan perluasan Anand et al. (2013) menggunakan pengukuran
kesempatan dan akses terhadap sumberdaya ekonomi pertumbuhan inklusif dengan pendekatan Social
bagi seluruh pelaku ekonomi, termasuk kelompok Mobility Curve, dimana tingkat keinklusifan
yang kurang diuntungkan, adalah syarat penting tetapi pertumbuhan ekonomi tergantung dari dua faktor: (i)
belum cukup untuk menurunkan ketimpangan pertumbuhan pendapatan; (ii) distribusi pendapatan.
pendapatan. Ketimpangan telah meningkat, tetapi hal Pengukuran ini awalnya dikemukakan oleh Ali dan Son
ini bukan berarti bahwa orang kaya semakin kaya (2007), dengan menerapkan Sosial Mobility Curve
sedangkan orang miskin semakin miskin. Melainkan dalam hal kesetaraan mengakses pendidikan dan
kekayaan orang kaya meningkat jauh lebih cepat dari kesehatan. Kemudian pengukuran tersebut digunakan
pada orang miskin. Dengan melihat pada persoalan Anand et al. (2013) yang diterapkan ke dalam sisi
ketimpangan yang terjadi, Ali memberi kesimpulan pendapatan. Bentuk Social Mobility Curve dapat dilihat
bahwa faktor kunci yang bertanggungjawab atas pada Gambar 2.1.
peningkatan ketimpangan terlihat beragam dalam
pertumbuhan. Tiga dimensi dalam perbedaan
pertumbuhan terutama berkenaan dengan perbedaan
pengukuran ketimpangan di berbagai bagian daerah.
Yang pertama, pertumbuhan telah berbeda
antardaerah di suatu negara (misalnya pada tingkat
regional). Kedua, pertumbuhan berbeda antarkota dan
desa. Ketiga, pertumbuhan berbeda antarrumah
dy * * dy d * y (2.4)
semakin timpang. Garis kurva bergeser ke atas Metode penghitungan PEGR dengan menggunakan
menunjukkan terjadi peningkatan pendapatan, apabila teknik analisis ex-post dilakukan untuk mengatasi
bergeser ke bawah menunjukkan penurunan permasalahan penghitungan secara ex-ante, yaitu
pendapatan. Untuk memudahkan menentukan dengan cara membandingkan keadaan kemiskinan,
keinklusifan dan ketidak inklusifan pertumbuhan distribusi pendapatan (kurva Lorenz) dan rata-rata
ekonomi bisa dilihat pada matrik keinklusifan pada pendapatan penduduk pada awal periode dengan
Tabel 1. keadaan pada akhir periode. Misalkan ukuran
kemiskinan merupakan fungsi dari garis
Tabel 1 kemiskinan z, rata-rata pendapatan , dan kurva
Matriks Keinklusifan Lorenz L(p), yang dituliskan sebagai berikut :
1. Jika * = maka artinya pertumbuhan bersifat Apa yang dikemukakan oleh Todaro sebelumnya
netral, setiap orang menerima manfaat yang sama dijelaskan oleh teori distribusi pendapatan klasik dan
secara proporsional dari pertumbuhan. pertumbuhan output dalam Mankiw (2006). Dalam
2. Jika * > berarti pertumbuhan bersifat pro poor teori distribusi pendapatan klasik dan pertumbuhan
growth, penduduk miskin lebih banyak menerima output dijelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi yang
manfaat dari pertumbuhan. tidak lain adalah pertumbuhan output nasional
3. Jika 0 < * < berarti pertumbuhan belum bersifat merupakan fungsi dari faktor produksi. Semakin cepat
pro poor growth, manfaat pertumbuhan lebih laju pertumbuhan ekonomi maka seharusnya aliran
banyak diterima penduduk tidak miskin pendapatan kepada rumah tangga faktor produksi
(ketidakmerataan meningkat) tetapi masih terjadi mengalami perbaikan. Tingginya pertumbuhan output
pengurangan kemiskinan. suatu negara diakibatkan oleh tingginya produktivitas
4. Jika * < 0 berarti pertumbuhan bersifat anti pro input dalam penciptaan barang dan jasa. Peningkatan
poor growth atau manfaat pertumbuhan yang output tersebut dapat memperluas lapangan pekerjaan
dinikmati penduduk tidak miskin, kemiskinan dan meningkatkan upah dan pada akhirnya
meningkat. memperbaiki tingkat kesejahteraan masyarakat.
Dengan mengadopsi uraian mengenai konsep PEGR, Beberapa penelitian yang dilakukan oleh Ravalion
maka pertumbuhan inklusif dapat diukur dengan (1996), Son dan Kakwani (2003) dan Bourguignon
rumusan berikut : (2004) juga memberikan kesimpulan yang secara
IGij = * j keseluruhan mendukung teori Todaro dan Mankiw.
(2.15)
Menurut Ravalion (1996), Son dan Kakwani (2003)
dan Bourguignon (2004) setelah melakukan analisis
dimana : hubungan antara pertumbuhan ekonomi, ketimpangan
IGij = Koefisien pertumbuhan inklusif dan kemiskinan menemukan bahwa dampak
Eij = Pertumbuhan kelompok i dalam pertumbuhan terhadap angka kemiskinan hanya
kaitannya dengan indikator j. terjadi jika ketimpangan relatif tinggi. Dengan kata lain
Ej = Pertumbuhan indikator j. bagi negara-negara yang mempunyai tingkat
ketimpangan sedang atau rendah dampak
Dalam hal ini i mengacu pada kelompok kurang pertumbuhan terhadap kemiskinan relatif tidak
beruntung tertentu dan j mengacu pada indikator yang signifikan.
bersangkutan (misalnya, kemiskinan, pertumbuhan,
pendapatan pendidikan dan lainnya). Adams (2004) juga melihat hubungan yang kuat antara
pertumbuhan dan kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi
2.3. Determinan Pertumbuhan Inklusif dapat menurunkan kemiskinan ketika pertumbuhan
ekonomi diukur berdasarkan pendapatan rata-rata.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, Terdapat hubungan yang kuat secara statistik antara
pertumbuhan inklusif seharusnya mampu pertumbuhan ekonomi dan kemiksinan. Untuk itu
menurunkan kemiskinan dan ketimpangan distribusi Hasan dan Quibria (2002) mengatakan bahwa tidak
pendapatan. Oleh karena itu, faktor-faktor yang adalagi yang meragukan pentingnya pertumbuhan
mempengaruhi tingkat pertumbuhan inklusif juga ekonomi bagi penurunan angka kemiskinan. Apa yang
menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi dikemukakan oleh Adams, Hasan dan Quibria
kemiskinan dan ketimpangan karena keduanya adalah dipertegas kembali oleh Siregar dan Wahyuniarti
indikator pembentuk pertumbuhan inklusif secara (2007). Mereka menemukan bahwa setiap
total. Untuk itu, perlu melihat sejumlah faktor yang pertumbuhan 1 Triliun dalam output akan
dapat mempengaruhi masing-masing indikator menurunkan sekitar 9.000 orang miskin.
tersebut.
Selanjutnya menurut Sukirno (2004), kemiskinan juga
Menurut Todaro (2006), masalah fundamental bagi dipengaruhi oleh pengangguran. Efek buruk dari
sebuah negara bukan hanya untuk menumbuhkan pengangguran adalah mengurangi pendapatan
PDB, tetapi siapakah yang akan menumbuhkan PDB masyarakat yang pada akhirnya mengurangi tingkat
tersebut, sejumlah orang yang ada dalam suatu negara kemakmuran yang telah dicapai seseorang. Semakin
ataukah hanya segelintir orang saja. Jika hanya turunnya kesejahteraan masyarakat karena
segelintir orang yang menumbuhkan PDB ataukah menganggur tentunya akan meningkatkan peluang
orang-orang kaya yang jumlahnya sedikit, maka mereka terjebak dalam kemiskinan karena tidak
manfaat dari pertumbuhan PDB itu pun hanya memiliki pendapatan. Apabila pengangguran di suatu
dinikmati oleh mereka saja sehingga kemiskinan dan negara sangat buruk, kekacauan politik dan sosial
ketimpangan pendapatan pun akan semakin parah. selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk bagi
Untuk itu hal yang paling penting dalam pertumbuhan
kesejahteraan masyarakat dan prospek pembangunan dengan meningkatnya nilai Angka Harapan Hidup
ekonomi dalam jangka panjang. (AHH) maka produktivitas akan semakin meningkat.
Peningkatan produktivitas dapat mendorong laju
Terdapat hubungan yang erat antara tingginya jumlah pertumbuhan ekonomi yang nantinya akan
pengangguran, dengan jumlah penduduk miskin. Bagi menurunkan tingkat kemiskinan. Artinya semakin
sebagian besar mereka, yang tidak mempunyai tinggi angka harapan hidup maka tingkat kemiskinan
pekerjaan yang tetap atau hanya bekerja paruh waktu akan menurun.
(part time) selalu berada diantara kelompok
masyarakat yang sangat miskin (Arsyad, 1999). Pendidikan (formal dan non formal) bisa berperan
Kebutuhan manusia banyak dan beragam, karena itu penting dalam mengurangi kemiskinan dalam jangka
mereka berusaha untuk memenuhi kebutuhannya, hal panjang, baik secara tidak langsung melalui perbaikan
yang biasa dilakukan adalah bekerja untuk produktivitas dan efesiensi secara umum, maupun
mendapatkan penghasilan. Apabila mereka tidak secara langsung melalui pelatihan golongan miskin
bekerja atau menganggur, konsekuensinya adalah dengan ketrampilan yang dibutuhkan untuk
mereka tidak dapat memenuhi kebutuhannya dengan meningkatkan produktivitas mereka dan pada
baik, kondisi ini membawa dampak bagi terciptanya gilirannya akan meningkatkan pendapatan mereka
dan membengkaknya jumlah penduduk miskin yang (Arsyad, 1999). Semakin tinggi tingkat pendidikan
ada. seseorang, maka pengetahuan dan keahlian juga akan
meningkat sehingga akan mendorong peningkatan
Menurut Octaviani (2001), jumlah pengangguran erat produktivitas seseorang. Perusahaan akan
kaitannya dengan kemiskinan di Indonesia yang memperoleh hasil yang lebih banyak dengan
penduduknya memiliki ketergantungan yang sangat mempekerjakan tenaga kerja dengan produktivitas
besar atas pendapatan gaji atau upah yang diperoleh yang lebih tinggi, sehingga perusahaan akan bersedia
saat ini. Hilangnya lapangan pekerjaan menyebabkan memberikan upah/gaji yang lebih tinggi kepada yang
berkurangnya sebagian besar penerimaan yang bersangkutan. Pada akhirnya seseorang yang memiliki
digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Yang produktivitas yang tinggi akan memperoleh
artinya bahwa semakin tinggi pengangguran maka kesejahteraan yang lebih baik, yang dapat
akan meningkatkan kemiskinan. Kadangkala ada juga diperlihatkan melalui peningkatan pendapatan
pekerja di perkotaan yang tidak bekerja secara maupun konsumsinya.
sukarela karena mencari pekerjaan yang lebih baik
dan yang lebih sesuai dengan tingkat pendidikannya. Menurut Todaro (2006), pendidikan merupakan cara
Mereka menolak pekerjaan-pekerjaan yang mereka untuk menyelamatkan diri dari kemiskinan. Ia juga
rasakan lebih rendah dan mereka bersikap demikian menyatakan bahwa pendidikan merupakan tujuan
karena mereka mempunyai sumber-sumber lain yang pembangunan yang mendasar. Pendidikan memainkan
bisa membantu masalah keuangan mereka. Orang- peranan kunci dalam membentuk kemampuan sebuah
orang seperti ini bisa disebut menganggur tetapi negara dalam menyerap teknologi modern dan untuk
belum tentu miskin. mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan
serta pembangunan yang berkelanjutan. Dalam
Angka Indeks Kesehatan juga merupakan alat untuk penelitian Hermanto dan Dwi (2007) diketahui bahwa
mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan pendidikan mempunyai pengaruh paling tinggi
kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan terhadap kemiskinan dibandingkan variabel
meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. pembangunan lain seperti jumlah penduduk, PDRB,
Dalam membandingkan tingkat kesejahteraan antar dan tingkat inflasi.
kelompok masyarakat sangatlah penting untuk melihat
angka harapan hidup. Di negara-negara yang tingkat Keterkaitan kemiskinan dan pendidikan sangat besar
kesehatannya lebih baik, setiap individu memiliki rata- karena pendidikan memberikan kemampuan untuk
rata hidup lebih lama, dengan demikian secara berkembang lewat penguasaan ilmu dan keterampilan.
ekonomis mempunyai peluang untuk memperoleh Pendidikan juga menanamkan kesadaran akan
pendapatan lebih tinggi. Selanjutnya, Arsyad (1999) pentingnya martabat manusia. Mendidik dan
menjelaskan intervensi untuk memperbaiki kesehatan memberikan pengetahuan berarti menggapai masa
dari pemerintah juga merupakan suatu alat kebijakan depan. Hal tersebut harusnya menjadi semangat untuk
penting untuk mengurangi kemiskinan. Salah satu terus melakukan upaya mencerdaskan bangsa
faktor yang mendasari kebijakan ini adalah perbaikan (Criswardani, 2005).
kesehatan akan meningkatkan produktivitas golongan
miskin: kesehatan yang lebih baik akan meningkatkan Selanjutnya, peran pemerintah dalam pengentasan
daya kerja, mengurangi hari tidak bekerja dan kemiskinan sangat dibutuhkan, sesuai dengan peranan
menaikkan output. pemerintah yaitu alokasi, distribusi dan stabilisasi.
Peranan tersebut merupakan syarat yang harus
Berdasarkan teori mengenai lingkaran kemiskinan dipenuhi jika tujuan pembangunan yaitu pengentasan
yang dikemukakan Myrdal (2000) bahwa semakin kemiskinan ingin terselesaikan. Anggaran yang
tinggi tingkat kesehatan masyarakat yang ditunjukan dikeluarkan melalui belanja untuk pengentasan
kemiskinan menjadi stimulus dalam menurunkan Timur Indonesia yang diwakili oleh
angka kemiskinan dan beberapa persoalan kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi
pembangunan yang lain. Penelitian yang dilakukan Selatan.
oleh Hasibuan (2005) menegaskan peranan anggaran
untuk pengentasan kemiskinan. Temuan penelitian Selanjutnya, di antara bentuk penanggulangan
tersebut menjelaskan hubungan yang negatif antara kemiskinan dalam bentuk pertumbuhan inklusif pada
anggaran pendapatan terhadap jumlah orang miskin. tingkat makro adalah dengan menjadikan sektor yang
Artinya semakin tinggi jumlah anggaran pendapatan memiliki elastisitas penyerapan tenaga kerja yang
maka akan menurunkan tingkat kemiskinan. Tentu tinggi (misalnya, sektor pertanian, pertambangan,
anggaran yang dimaksud dialokasikan guna membuat industri pengolahan, dan perdagangan) lebih
program pengentasan kemiskinan baik yang bersifat dioptimalkan dalam penyerapan tenaga kerja yang
jangka pendek maupun jangka panjang. Apa yang tinggi (Agussalim, 2012). Jika penyerapan tenaga kerja
ditemukan oleh Hasibuan diperkuat oleh Alawi (2006). rendah yang berakibat pada meningkatnya tingkat
Alawi menemukan bahwa alokasi anggaran untuk pengangguran, maka kemiskinan pun akan bertambah,
program pemberdayaan masyarakat memiliki korelasi distribusi akan menjadi timpang. Dari penjelasan ini,
yang negatif terhadap tingkat keparahan kemiskinan. penelitian ini memberikan hipotesis terkait hubungan
Artinya semakin tinggi alokasi anggaran untuk pengangguran dengan pertumbuhan inklusif bahwa:
program pemberdayaan masayarakat maka akan H3 : pengangguran berpengaruh negatif
menurunkan tingkat keparahan kemiskinan. dan signifikan terhadap pertumbuhan
inklusif di Kawasan Timur Indonesia
2.4. Pengembangan Hipotesis yang diwakili oleh kabupaten/kota di
Provinsi Sulawesi Selatan.
Terlepas dari kesuksesan pencapaian pertumbuhan
ekonomi dan target pengurangan kemiskinan dalam Bentuk pertumbuhan inklusif dalam penanggulangan
beberapa tahun terakhir, nyatanya masih terdapat kemiskinan lainnya khususnya melalui program-
perbedaan yang sangat besar dalam hal jumlah program yang dapat menurunkan beban penduduk
masyarakat miskin di beberapa kawasan kepulauan miskin dalam jangka pendek yang seharusnya
Indonesia. Kemiskinan di Kawasan Timur Indonesia digalakkan oleh pemerintah daerah adalah melalui
menunjukkan angka yang jauh lebih tinggi program yang meningkatkan aksesibitas layanan
dibandingkan dengan Kawasan Barat Indonesia. Pada pendidikan dan kesehatan sehingga dalam jangka
saat yang sama, pertumbuhan ekonomi di Indonesia waktu pendek beban biaya penduduk miskin menurun
ternyata juga menimbulkan kesenjangan pendapatan serta dampak jangka panjangnya adalah meningkatnya
yang tinggi dan terus meningkat yang berakibat pada produktivitas penduduk miskin sehingga kualitas dan
sebaran distribusi pendapatan yang relatif timpang kapasitas sumber daya manusia penduduk miskin
dan tidak merata, khususnya pada provinsi-provinsi di meningkat (Agussalim, 2012). Selain itu, pendidikan
Kawasan Timur Indonesia. Salah satu akibatnya adalah dan kesehatan yang memadai akan meningkatkan
pembangunan di Kawasan Timur Indonesia relatif produktivitas, daya kerja dan output masyarakat
masih jauh tertinggal baik dalam hal prasarana fisik, sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan
sosial, sumber daya (modal dan manusia), maupun terlepas dari jerat kemiskinan. Dari penjelasan ini,
kelembagaan dibanding Kawasan Barat Indonesia. Di penelitian ini memberikan hipotesis terkait hubungan
sisi lain, pertumbuhan ekonomi yang meningkat, bisa indeks kesehatan dan angka partisipasi sekolah
jadi tidak diiringi dengan menurunnya tingkat (pendidikan) dengan pertumbuhan inklusif bahwa:
kemiskinan. Yang ada adalah pertumbuhan ekonomi H4 : Indeks Kesehatan berpengaruh positif
tersebut, dapat memicu tingkat kemiskinan karena dan signifikan terhadap pertumbuhan
tingkat kemiskinan mungkin saja dapat dipengaruhi inklusif di Kawasan Timur Indonesia
oleh faktot-faktor lainnya yang lebih signifikan dari yang diwakili oleh kabupaten/kota di
pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Provinsi Sulawesi Selatan.
H5 : Angka Partisipasi Sekolah
Berdasarkan penjelasan di atas, dengan menggunakan (Pendidikan) berpengaruh positif dan
data kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan signifikan terhadap pertumbuhan
untuk mewakili Kawasan Timur Indonesia, penelitian inklusif di Kawasan Timur Indonesia
ini memberikan hipotesis terkait pertumbuhan di yang diwakili oleh kabupaten/kota di
Kawasan Timur Indonesia bahwa : Provinsi Sulawesi Selatan.
H1 : pertumbuhan di Kawasan Timur
Indonesia yang diwakili oleh Terkait dengan belanja pemerintah daerah, dengan
kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi menentukan sasaran pengeluaran dan belanja untuk
Selatan belum inklusif secara rakyat miskin, pemerintah dapat membantu mereka
sempurna. dalam menghadapi kemiskinan (baik dari segi
H2 : pertumbuhan ekonomi berpengaruh pendapatan maupun non-pendapatan) dengan
negatif dan signifikan terhadap indeks beberapa hal. Pertama, pengeluaran atau belanja
pertumbuhan inklusif di Kawasan pemerintah dapat digunakan untuk membantu mereka
yang rentan terhadap kemiskinan dari segi Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK)
pendapatan melalui suatu sistem perlindungan sosial Kementerian Keuangan Republik Indonesia yang
modern yang meningkatkan kemampuan mereka terdiri dari data-data seluruh kabupaten/kota di
sendiri untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi. provinsi Sulawesi Selatan berupa :
Kedua, pengeluaran atau belanja pemerintah dapat (i) data time series tahunan periode 2011 sampai
digunakan untuk memperbaiki indikator-indikator 2014 per kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi
pembangunan manusia, sehingga dapat mengatasi Selatan berupa data pengeluaran per kapita per
kemiskinan dari aspek non-pendapatan. Dari bulan rumah tangga, jumlah penduduk miskin
penjelasan ini, penelitian ini memberikan hipotesis dan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga
terkait hubungan belanja daerah dengan pertumbuhan Konstan (PDRB ADHK) untuk menganalisis
inklusif bahwa : fenomena pertumbuhan inklusif; dan
H6 : belanja daerah berpengaruh positif (ii) data panel yaitu gabungan antara data yang
dan signifikan terhadap pertumbuhan berbentuk time series dan cross section berupa
inklusif di Kawasan Timur Indonesia data data Produk Domestik Bruto Atas Dasar
yang diwakili oleh kabupaten/kota di Harga Konstan (PDRB ADHK), jumlah
Provinsi Sulawesi Selatan. pengangguran, angka indeks kesehatan, angka
partisipasi murni sekolah, belanja pemerintah
Jumlah penduduk miskin yang tinggi, tentu saja akan daerah dan jumlah penduduk miskin untuk
menyebabkan distribusi pendapatan akan semakin menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi
timpang yang menghambat pertumbuhan inklusif itu pertumbuhan inklusif. Data time series yang
sendiri. Pembangunan pro poor seharusnya banyak digunakan dimulai dari 2011-2014. Sedangkan
ditujukan untuk menurunkan angka kemiskinan. Dari data cross section-nya adalah kabupaten/kota di
penjelasan ini, penelitian ini memberikan hipotesis provinsi Sulawesi Selatan.
terkait hubungan jumlah penduduk miskin dengan
pertumbuhan inklusif bahwa : Populasi penelitian ini adalah seluruh kabupaten/kota
di Provinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan pemilihan
H7 : jumlah penduduk miskin berpengaruh sampel dari populasi dilakukan dengan teknik
negatif dan signifikan terhadap purposive sampling, yaitu pemilihan sampel yang
pertumbuhan inklusif di Kawasan didasarkan pada kriteria tertentu. Kriteria yang
Timur Indonesia yang diwakili oleh digunakan adalah sebagai berikut:
kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi 1. Terdaftar pada laporan institusi terkait (BPS dan
Selatan. DJPK) yang memuat data/informasi yang terkait
dengan penelitian pada periode penelitian;
Terhadap seluruh variabel yang dimasukkan dalam 2. Kabupaten/kota telah berdiri sebelum periode
model penelitian ini yaitu berupa pertumbuhan penelitian.
ekonomi, jumlah pengangguran, kesehatan,
pendidikan, belanja daerah dan jumlah penduduk Berdasarkan pada kriteria pemilihan sampel di atas,
miskin sebagai variabel-variabel independen (bebas) maka kabupaten/kota yang memenuhi kriteria dan
dalam memberikan pengaruhnya secara simultan dijadikan sampel dalam penelitian ini berjumlah 24
(bersama-sama) terhadap pertumbuhan inklusif, kabupaten/kota.
penelitian ini memberikan hipotesis bahwa :
H8 : Pertumbuhan ekonomi, jumlah Variabel-variabel utama yang digunakan dalam
pengangguran, kesehatan, pendidikan, penelitian ini disesuaikan dengan rancangan analisis
belanja daerah dan jumlah penduduk penelitian yaitu :
miskin secara simultan (bersama- 1. Analisis pertumbuhan inklusif menggunakan : (i)
sama) berpengaruh signifikan variabel pendapatan yang diproksi oleh
terhadap kemiskinan di Provinsi Pengeluaran Perkapita sebulan menurut
Sulawesi Selatan. Kabupaten/Kota, dengan asumsi bahwa semua
pendapatan digunakan untuk pengeluaran; (ii)
3. METODOLOGI PENELITIAN variabel jumlah penduduk miskin; (iii) variabel
pertumbuhan ekonomi yang diproksi oleh data
3.1. Data, Populasi, Sampel dan Variabel Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan
Penelitian (PDRB ADHK);
2. Analisis determinan pertumbuhan inklusif
Untuk memberikan gambaran mengenai pertumbuhan menggunakan nilai indeks atau koefisien
inklusif di Kawasan Timur Indonesia yang diwakili pertumbuhan inklusif sebagai variabel dependen
oleh provinsi Sulawesi Selatan, data yang digunakan (terikat), dan pertumbuhan ekonomi,
dalam penelitian ini adalah data sekunder dari rilis pengangguran, kesehatan, pendidikan, belanja
publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) dalam bentuk daerah dan jumlah penduduk miskin sebagai
Statistik Sosial dan Ekonomi Rumah Tangga hasil variabel independen (bebas).
Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSESNAS) dan
Tabel 2 Espektasi : +
Operasional Variabel Penelitian Belanja Daerah Jumlah total Berupa jumlah belanja
(BDR) belanja yang berasal dari
daerah Anggaran dan
MODEL PERTUMBUHAN INKLUSIF :
kabupaten/ Pendapatan Belanja
Variabel Deskripsi
kota i Daerah (APBD) yang
Pendapatan Perdapatan Diproksi oleh nilai
pada terdiri dari belanja
rata-rat per Pengeluaran Perkapita
periode t langsung dan belanja
kapita sebulan (Rp) Menurut
tidak langsung (dalam
penduduk Kabupaten/Kota, dengan
milyaran rupiah).
miskin pada asumsi bahwa semua
kabupaten/ pendapatan digunakan
Espektasi : +
kota untuk pengeluaran.
Jumlah Jumlah Dalam persentase
Penduduk pendudukm
Sumber :
Miskin (MSK) iskin
Data Statistik Sosial dan
kabupaten/
Ekonomi Rumah Tangga
kota i
hasil Survei Sosial
pada
Ekonomi Nasional
periode t Espektasi : -
(SUSESNAS)
Sumber : BPS (2016), DJPK (2016)
Jumlah Jumlah penduduk miskin (persen) pada
Penduduk kabupaten/kota 3.2. Metode Penelitian
Miskin
Pertumbuhan Pertumbuha Diproksi oleh nilai/data Untuk menjawab permasalahan dan membuktikan
Ekonomi n ekonomi Produk Domestik Bruto hipotesis penelitian, penelitian ini menggunakan
pada Atas Dasar Harga metode penelitian kuantitatif. Untuk keperluan
kabupaten/ Konstan (PDRB ADHK)
kota
pengolahan data analisis, penelitian ini menggunakan
MODEL PANEL : software/program Microsoft Excel 2007, PASW Statistic
Variabel 18 dan Eviews 5. Model dan teknik analisis yang
Deskripsi
Terikat digunakan dibedakan berdasarkan pertanyaan dan
Pertumbuhan Berupa nilai Indeks atau Koefisen hipotesis penelitian sebagai berikut :
Inklusif (IGP) Pertumbuhan Inklusif yang diperoleh
dari hasil perhitungan Model Inklusif
PEGR. 1. Untuk menjawab pertanyaan pertama penelitian,
penelitian ini menggunakan dua model analisis
Variabel Deskripsi yaitu :
Bebas
Pertumbuhan Tingkat Berupa nilai Produk a. analisis Social Mobilty Curve oleh Anand et al
Ekonomi pertumbuha Domestik Regional Bruto (2013);
(PDRB) n ekonomi Per Kapita Atas Dasar b. analisis Poverty-Equivalent Growth Rate (PEGR),
pada Harga Berlaku menurut dimana rumus pertumbuhan inklusif yang
kabupaten/ kabupaten/kota pada
kota i pada periode tertentu. digunakan diadopsi dari model Sholihah (2014)
periode t sebagai hasil pengembangan konsep oleh Klasen
Espektasi : - (2010) dengan rumus (2.15). Sebagaimana
Pengangguran Tingkat Berupa jumlah penduduk telah disebutkan pada bagian terdahulu bahwa
(PGR) Penganggur usia kerja (15 tahun dan
an Daerah i lebih) yang tidak bekerja definisi pertumbuhan inklusif yang digunakan
pada dan pengangguran pada dalam penelitian ini menggunakan indikator
periode t kabupaten/kota pada pendekatan kemiskinan. Oleh karena itu, dengan
periode tertentu. menjabarkan i dari persamaan (2.10) sebagai
Espektasi : - kemiskinan (p) yang mengacu pada indikator
Kesehatan Nilai Indeks Berupa nilai rasio pertumbuhan ekonomi (g), maka model analisis
(KSH) Kesehatan indeks/tingkat kesehatan terkait fenomena inklusifitas pertumbuhan
kabupaten/ masyarakat pada ekonomi yang digunakan :
kota i pada kabupaten/kota pada
periode t periode tertentu
berdasarkan Survei IGp = (Epg / Ep) Gg (3.1)
Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas) BPS Provinsi dimana :
Sulawesi Selatan.
IGp : koefisien pertumbuhan inklusif
Espektasi : + dalam menurunkan kemiskinan;
Berupa persentase Ep : elastisistas kemiskinan terhadap
Pendidikan Jumlah jumlah total partisipasi pendapatan rata-rata;
(PDD) partisipasi murni sekolah
murni masyarakat pada seluruh Epg : elastisitas kemiskinan terhadap
sekolah jenjang pendidikan dasar pertumbuhan ekonomi;
kabupaten/ dan menengah (SD, SLTP Gg : pertumbuhan ekonomi;
formal untuk mendeksi keberadaan model regresi. Oleh karena itu masalah
heteroskedastisitas antara lain dengan Park multikolinearitas tidak terjadi pada regresi
Test, Glejser Test, Spearmans Rank Correlation linier sederhana yang hanya melibatkan satu
Test, Golfeld-Quandt Test, Breusch-Pagan- variabel independen. Persamaan regresi
Godfrey Test, Whites General Heteroscedasticity dikatakan bebas dari multikolinearitas jika
Test, dan Koenker-Basset Test. tingkat korelasi antarvariabel independen
kurang dari 0,95 (Ghazali, 2005).
(iii) Uji Autokorelasi.
Setelah uji asumsi klasik untuk regresi berganda
Uji autokorelasi digunakan untuk melihat terpenuhi, maka untuk mengestimasi parameter
apakah ada hubungan linier antara error model dengan data panel, terdapat beberapa teknik
serangkaian observasi yang diurutkan menurut yang ditawarkan, yaitu :
waktu (data time series). Uji autokorelasi perlu
dilakukan apabila data yang dianalisis 1. Model Common Effect
merupakan data time series (Gujarati, 2003).
Teknik ini sama pada analisis data cross section
Uji Durbin Watson adalah sebuah test yang dan time series karena mengasumsikan bahwa
digunakan untuk mendeteksi terjadinya koefisien intercept dan slopenya sama (konstan)
autokorelasi pada nilai residual (prediction untuk setiap data cross section dan time series.
errors) dari sebuah analisis regresi. Pada saat Dengan kata lain model ini tidak memperhatikan
melakukan uji autokorelasi, kita menggunakan dimensi individu dan waktu. Namun, untuk
tabel Durbin Watson. Tabel tersebut menjadi melakukan regresinya perlu menggabungkan
alat pembanding terhadap nilai Durbin Watson data cross section dan time series yang biasa
hitung. Hasil perbandingan akan menghasilkan disebut pool data.
kesimpulan seperti kriteria sebagai berikut :
1. Jika d < dl, berarti terdapat autokorelasi 2. Model Efek Tetap (Fixed Effect)
positif;
2. Jika d > (4 dl), berarti terdapat Teknik Model Efek Tetap (Fixed Effect) sudah
autokorelasi negative; memasukkan efek dimensi individu dan waktu.
3. Jika du < d < (4 dl), berarti tidak terdapat Pada model ini efek dimensi individu dan waktu
autokorelasi; terletak pada intercept dan slope pada model.
4. Jika dl < d < du atau (4 du), berarti tidak Sehingga pada model ini menganggap bahwa
dapat disimpulkan; yang sangat mempengaruhi variabel dependen
di mana : dL adalah batas bawah Durbin adalah slope dan intercept.
Watson dan dU adalah batas atas Durbin
Watson. 3. Model Efek Random (Random Effect)
Heterokedastisitas timbul apabila nilai residual Teknik ketiga ini hampir sama dengan Model
dari model tidak memiliki varians yang Fixed Effect karena memasukkan efek dimensi
konstan. Artinya, setiap observasi mempunyai individu dan waktu. Namun model ini
reliabilitas yang berbeda-beda akibat beranggapan bahwa efek dimensi tersebut
perubahan kondisi yang melatarbelakangi tidak terletak pada error dari model.
terangkum dalam model (Kuncoro, 2011).
Gejala ini sering terjadi pada data cross section Menurut Winarno (2007), langkahlangkah
(Gujarati, 2012), sehingga sangat pengujian pemilihan model data panel secara
dimungkinkan terjadi heterokedastisitas pada ringkas adalah sebagai berikut :
data panel. Implikasi terjadi autokorelasi dan 1. Estimasi dengan Fixed Effect
heterokedastisitas pada data panel dapat 2. Uji Chow (untuk menentukan model yang
diperbaiki dengan model Cross-section SUR. digunakan apakah Common Effect atau
Apabila model data panel mengalami Fixed Effect). Jika Ho diterima (jika nilai Prob
heterokedastisitas tanpa autokorelasi dapat Cross Section F dan Chi Square > 0,05), maka
diatasi dengan model Cross-section Weight. yang dipilih adalah model Common Effect
(selesai sampai disini). Jika Ho ditolak (jika
(iv) Uji Multikolinearitas. nilai Prob Cross Section F dan Chi Square <
0,05), maka yang dipilih adalah model Fixed
Multikolinearitas adalah kondisi terdapatnya Effect (lanjut ke langkah 3).
hubungan linier atau korelasi yang tinggi 3. Estimasi dengan Random Effect
antara masing-masing variabel independen 4. Uji Hausman (untuk menentukan model yang
dalam model regresi. Multikolinearitas digunakan apakah Fixed Effect atau Random
biasanya terjadi ketika sebagian besar variabel Effect). Jika Ho diterima (jika nilai
yang digunakan saling terkait dalam suatu probabilitas cross-section random > dari
0,05), maka dipilih model Random Effect. independen tersebut mempunyai pengaruh
Jika Ho ditolak (jika nilai probabilitas cross- yang signifikan terhadap variabel dependen.
section random < dari 0,05), maka dipilih 2. Uji Statistik F (Secara Simultan).
model Fixed Effect.
Menurut Ghazali (2005) Uji statistik F pada dasarnya
Sesuai dengan variabel dan tujuan penelitian yang menunjukkan apakah semua variabel bebas yang
telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat dirumuskan dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
model empiris regresi data panel sesuai pendekatan signifikan secara bersama-sama (simultan) terhadap
indikator pertumbuhan inklusif (hasil analisis PEGR) variabel terikat. Kriteria pengujian dimana H a diterima
yaitu sebagai berikut : apabila Prob (F-statistic) < dan Ha ditolak apabila
Prob(F-statistic) > . Dalam hal ini = 0,05.
IGPpit = 1PDRB + 2 PGRit + 3 KSHit + 4 PDDit + 5 BDRit +
6 MSKit +
Menurut Ghazali (2005) uji statistik t pada Pada penelitian ini Model Social Mobility Curve provinsi
dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh Sulawesi Selatan dibuat dalam periode 4 tahun. Hasil
satu variabel independen secara individual dalam perhitungan dengan pendekatan model ini dapat
menerangkan variabel dependen. dilihat pada Tabel 3 berikut :
Gowa 0.05 0.06 0.24 0.06 kabupetn/kota atau 25%. Sedangkan tahun 2014
Jeneponto -0.11 0.09 0.22 0.07
Luwu -0.02 0.06 0.31 0.08 adalah tahun terbaik dimana kabputen/kota yang
Luwu Timur 0.03 0.07 0.10 0.08 memiliki koefisien pertumbuhan inklusif bertanda
Luwu Utara 0.01 1.86 0.20 -1.72
Makassar 0.03 0.07 0.05 0.08
negataif hanya kabupetan Enrekang, itu pun dengan
Maros 0.15 0.08 0.12 0.07 nilai yang tergolong relatif rendah yaitu 0.05.
Palopo 0.08 0.06 0.21 0.05 Sepanjang periode penelitian, nilai negatif yang
Pangkep 0.24 0.08 0.04 0.06
Parepare 0.06 0.09 0.25 0.09 terbesar terdapat pada kabupaten Tana Toraja dengan
Pinrang 0.05 0.07 0.10 0.06 capaian 0.46 pada tahun 2011.
Selayar -0.07 0.07 0.14 0.08
Sidrap -0.01 0.07 0.14 0.08
Sinjai 0.07 0.08 0.10 0.06 Tabel 6
Soppeng 0.05 0.07 0.37 0.06
Takalar -0.11 0.08 0.19 0.09
Kategori Inklusif dan Tidak Inklusif
Tana Toraja -0.18 0.07 0.24 0.06 Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Selatan
Toraja Utara 0.09 0.09 0.22 0.07 Tahun 2011 2014
Wajo -0.05 0.07 0.11 0.09
SULSEL 0.15 0.19 0.15 0.09
Sumber : BPS (2016), hasil olah data Kabupaten 2011 2012 2013 2014
Tidak
Bantaeng Inklusif Inklusif Inklusif
Inklusif
Dari keseluruhan periode penelitian, nilai total Tidak Tidak Tidak
Barru Inklusif
koefisien pertumbuhan inklusif untuk provinsi Inklusif Inklusif Inklusif
Sulawesi Selatan tidak pernah kosnsisten mencapai Tidak Tidak Tidak
Bone Inklusif
Inklusif Inklusif Inklusif
tingkat pertumbuhan yang inklusif, artinya jika dilihat Tidak
secara umum (keseluruhan), pertumbuhan ekonomi di Bulukumba Inklusif Inklusif Inklusif
Inklusif
provinsi Sulawesi Selatan belum inklusif secara Enrekang
Tidak Tidak
Inklusif
Tidak
sempurna. Hasil ini terkonfirmasi dengan hasil analisis Inklusif Inklusif Inklusif
Tidak Tidak Tidak
Social Mobility Curve pada Tabel 3 di atas. Meskipun Gowa
Inklusif Inklusif Inklusif
Inklusif
demikian, sebagian besar kabupaten/kota memiliki Tidak Tidak Tidak
Jeneponto Inklusif
koefisien inklusifitas pertumbuhan terhadap Inklusif Inklusif Inklusif
kemiskinan dengan nilai/tanda positif. Koefisien Tidak Tidak
Luwu Inklusif Inklusif
Inklusif Inklusif
inklusifitas yang bernilai/bertanda positif namun lebih Tidak Tidak
kecil dari pertumbuhan ekonomi berarti bahwa Luwu Timur Inklusif Inklusif
Inklusif Inklusif
penurunan kemiskinan tetap terjadi seiring dengan Luwu Utara Inklusif Inklusif
Tidak
Inklusif
meningkatnya pertumbuhan ekonomi, namun hasil Inklusif
Tidak Tidak
pertumbuhan tidak didistribusikan secara merata dan Makassar Inklusif Inklusif
Inklusif Inklusif
manfaat pertumbuhan ekonomi tetap diterima oleh Tidak
Maros Inklusif Inklusif Inklusif
penduduk yang tidak tergolong miskin. Pada tahun Inklusif
2011 terdapat 5 kabupaten/kota yang memiliki Tidak
Palopo Inklusif Inklusif Inklusif
Inklusif
koefisien pertumbuhan inklusif bertanda positif (tetapi Tidak Tidak
lebih rendah dari indek Gg), yaitu Bone, Jeneponto, Pangkep Inklusif Inklusif
Inklusif Inklusif
Pangkep, Selayar dan Sinjai. Pada tahun 2012 dan Parepare Inklusif
Tidak Tidak
Inklusif
2013 terdapat hampir 50% dari keseluruhan Inklusif Inklusif
Tidak Tidak
kabupaten/kota yang memiliki koefisien pertumbuhan Pinrang Inklusif
Inklusif Inklusif
Inklusif
inklusif bertanda positif namun tidak tergolong Tidak Tidak Tidak
Selayar Inklusif
inklusif. Sementara tahun 2014 hanya 3 Inklusif Inklusif Inklusif
kabupaten/kota yang memiliki pertumbuhan yang Tidak Tidak
Sidrap Inklusif Inklusif
Inklusif Inklusif
tidak inklusif namun memiliki koefisien bertanda Tidak Tidak Tidak
postif, yaitu Barru, Makassar dan Pangkep. Sinjai Inklusif
Inklusif Inklusif Inklusif
Tidak Tidak
Soppeng Inklusif Inklusif
Tabel 5 di atas juga menunjukkan bahwa sepanjang Inklusif Inklusif
Tidak Tidak
periode pengamatan, terdapat kabupaten/kota yang Takalar
Inklusif
Inklusif
Inklusif
Inklusif
memiliki koefisien pertumbuhan inklusif dengan Tidak Tidak
Tana Toraja Inklusif Inklusif
nilai/tanda negatif. Koefisien pertumbuhan dapat Inklusif Inklusif
bernilai negatif ketika pertumbuhan ekonomi Tidak Tidak Tidak
Toraja Utara Inklusif
Inklusif Inklusif Inklusif
dinikmati oleh penduduk tidak miskin. Koefisien yang Tidak
negatif juga berarti bahwa pertumbuhan ekonomi Wajo Inklusif Inklusif Inklusif
Inklusif
yang terjadi tidak mampu menjalankan peranannya SULSEL Inklusif
Tidak Tidak
Inklusif
dalam menurunkan kemiskinan, bahkan cenderung Inklusif Inklusif
memperparah kemiskinan yang terjadi. Kabupaten Sumber : BPS (2016), hasil olah data
Takalar dan Tana Toraja mengalami kondisi tersebut
selama dua tahun, yaitu tahun 2011 dan 2013. Tahun Sebagaimana yang terjadi pada seluruh
2011 adalah tahun dimana jumlah kabupaten/kota kabupaten/kota di provinsi Sulawesi Selatan, koefisien
yang memiliki koefisien pertumbuhan inklusif yang inklusifitas pertumbuhan dalam menurunkan
bertanda/bernilai negatif terbanyak, hingga 6 kemiskinan secara umum memiliki nilai yang fluktuatif
12
Pengujian heteroskedastisitas yang dilakukan dalam
Series: Standardized Residuals
Sample 2011 2014
penelitian ini hanya menggunakan metode informal
10
Observations 96 karena keterbatasan Eviews versi 5 yang dimiliki
8 Mean
Median
0.005116
-0.036315
peneliti yang belum memiliki fitur lengkap untuk
6
Maximum
Minimum
0.405729
-0.358322
menguji data dengan metode yang lebih mutakhir.
4
Std. Dev.
Skewness
0.190490
0.387141
Oleh sebab itu, untuk meyakinkan bahwa pada data
2
Kurtosis 2.425674
penelitian ini tidak terdapat gejala heteroskedastisitas,
Jarque-Bera
Probability
3.717457
0.155871
maka dalam model estimasi dilakukan dengan model
0
-0.25 0.00 0.25 Cross-section Weight pada program Eviews5.
Gambar 3. Hasil Uji Normalitas
4.2.1.3. Uji Autokorelasi
Sumber : hasil olah data
Pada tabel Durbin Watson dengan n (jumlah
Gambar 3 di atas menunjukkan nilai Jarque-Bera (JB)
observasi) = 96, k (jumlah variabel) = 7 dengan alpha
hitung sebesar 3,717. Sementara nilai Chi Square
5%, diperoleh nilai dL dan dU yaitu nilai dL = 1,5141
dengan melihat jumlah variabel independen yang kita
dan dU = 1,8265.
pakai dalam hal ini 5 (lima) variabel independen
Berdasarkan hasil estimasi dengan Common Effect
(df=6) dengan nilai signifikan 0,05 atau 5%, diperoleh
(Lampiran 1) diperoleh nilai d hitung (Durbin Watson)
nilai Chi Square tabel sebesar 12,590. Hal ini berarti
pada penelitian ini sebesar 2,0216. Dari nilai d hitung
bahwa nilai Jarque-Bera (JB) hitung lebih besar dari
ini didapati bahwa d > dU (2,0216 > 1,8265).
nilai Chi Square (3,717 < 12,590). Sehingga dapat
Berdasarkan hasil ini dapat dinyatakan bahwa pada
disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini telah
penelitian ini tidak terdapat masalah autokorelasi.
berdistribusi normal (H0 diterima).
4.2.1.4. Hasil Uji Multikolinearitas
4.2.1.2. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Hasil pengujian korelasi antarvariabel independen
Hasil uji untuk mendeteksi keberadaan
pada aplikasi Eviews untuk melihat adanya masalah
heteroskedastisitas yang digunakan dalam penelitian
atau gejala multikolinearitas, diperoleh tabel sebagai
ini adalah metode informal yaitu dengan melihat grafik
berikut:
plot dari nilai prediksi variabel independen (ZPRED)
dengan residualnya (SRESID). Grafik plot hasil uji
Tabel 6
dapat dilihat pada Gambar 4 berikut:
Hasil Uji Multikolinearitas
KSH 0.143 1 0.079 0.055 -0.393 0.143 Effects Test Statistic d.f. Prob.
PDD -0.340 0.079 1 0.129 0.055 -0.340 Cross-section F 2.174267 (23,66) 0.0075
BDR 0.533 0.055 0.129 1 -0.346 0.533 Sumber : hasil olah data
MSK -0.307 -0.393 0.055 -0.346 1 -0.307
Dari Tabel 9 di atas diperoleh nilai Prob. Cross Section
Sumber : hasil olah data F sebesar 0,0075 yang lebih kecil dari alpha 0,05,
sehingga kita menolak hipotesis nol (Ho ditolak). Maka,
Berdasarkan Tabel 6 di atas, diperoleh hasil bahwa berdasarkan hasil uji Chow ini, model yang terbaik
seluruh nilai korelasi antarvariabel independen dalam (pemilahan) adalah model dengan metode Fixed Effect.
penelitian ini lebih kecil dari 0,95. Sehingga dapat
dinyatakan bahwa data dalam penelitian tidak Ketiga, estimasi kemudian dilanjutkan dengan metode
terdapat gejala multikolinearitas. Random Effect. Setalah melakukan analisis melalui
program Eviews diperoleh hasil estimasi Random Effect
4.2.2. Hasil Pengujian Pemilihan Model sebagaimana Tabel 10 berikut :
Tabel 10
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa pada Hasil Estimasi Random Effect
analisis regresi data panel terdapat beberapa langkah
dalam pengujian pemilihan model. Berikut hasil Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
pengujian dalam beberapa tahapan tersebut.
C 0.826562 1.778201 0.464831 0.6432
Pertama, hasil estimasi Commont Effect dan Fixed LnPDRB 0.079207 0.079918 0.991105 0.3243
Effect sebagaimana tampak pada Tabel 7 dan Tabel 8 LnPGR -0.041038 0.043608 -0.941064 0.3492
berikut: KSH 0.003266 0.007807 0.418369 0.6767
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. Sumber : hasil olah data
C 0.152202 1.193162 0.127562 0.8988
sebesar -0,357, di mana tanda negatif (-) menandakan ini terlihat dari nilai Prob (siginifikansi) hasil analisis
adanya hubungan negatif, yang berarti jika yang bernilai 0.1524 (>0,05).
pertumbuhan ekonomi naik sebesar 1 persen, maka
indeks pertumbuhan inklusif akan turun sebesar 3,57 Dalam upaya untuk mengurangi tingkat pengangguran,
persen. Hasil ini sejalan dengan apa yang dikemukakan pemerintah kabupaten/kota patut mewaspadai
oleh Ravallion (1996), Son dan Kakwani (2003), terjadinya pergeseran tenaga kerja pada beberapa
Todaro (2006), Bourguignon (2004) dan Mankiew sektor/lapangan usaha.
(2006) bahwa pada negara berkembang seperti
Indonesia, baik secara nasional maupun pada tingkat
derah, pertumbuhan ekonomi terkadang hanya berasal
dari sejumlah golongan masyarakat sehingga manfaat
dari pertumbuhan tidak bersifat inklusif yang pada
akhirnya menyebabkan kemiskinan dan ketimpangan
pendapatan yang semakin parah (meningkat).
rendah terdapat peningkatan pengangguran yang justru menurun. Berdasarkan Data Indikator Makro
berakibat pada kemiskinan, di sisi lain yaitu di sektor Sosial Ekonomi Sulawesi Selatan, tercatat bahwa
usaha yang memiliki elastisitas penyerapan tenaga Angkatan Kerja yaitu penduduk berumur 15 tahun ke
kerja yang tinggi justru mengalami penurunan tingkat atas dimana sebagian besarnya berasal dari lulusan
pengangguran, sehingga mampu menaikkan taraf pendidikan hingga tingkat menengah atas pada tahun
hidup masyarakat di sektor-sektor tersebut yang tiga tahun terakhir relatif bertambah. Namun
berujung pada peningkatan pendapatan (lebih sayangnya peningkatan ini justru diikuti dengan
inklusif). Hal ini dapat dipahami karena sektor usaha peningkatan rasio atau tingkat pengangguran terbuka
di bidang pertanian, pertambangan, industri (Lihat Tabel 12). Artinya, banyak angkatan kerja yang
pengolahan, dan perdagangan masih menjadi telah menempuh pendidikan hingga tingkat
primadona di sebagian besar wilayah kabupaten/kota pendidikan menengah dan telah menjadi angkatan
di Provinsi Sulawesi Selatan yang mampu menyerap kerja, ternyata tidak mampu terserap sebagai tenaga
lebih dari 50% dari jumlah angkatan kerja. kerja di lapangan usaha. Akibatnya, angka tingkat
pengangguran terbuka meningkat. Pengangguran yang
Indeks Kesehatan berpengaruh positif terhadap indeks meningkat tentunya akan menghambat inklusifitas
pertumbuhan inklusif. Artinya, ketika indeks pertumbuhan karena bertambahnya jumlah penduduk
kesehatan pada kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi yang terancam dengan kemiskinan.
Selatan meningkat, maka indeks pertumbuhan inklusif
juga akan meningkat. Pelayanan kesehatan sebagai Dalam perspektif lainnya, pengaruh negatif ini juga
salah satu bentuk kewajiban pemerintah kepada dapat berarti bahwa jasa atau akses pendidikan yang
masyarakat diimplementasikan oleh Pemerintah memadai belum banyak dirasakan oleh masyarakat
Provinsi Sulawesi Selatan dalam bentuk Program miskin. Permasalahan terkait validasi dan verifikasi
Pelayanan Kesehatan Gratis. Pelayanan Kesehatan data masyarakat miskin masih kerap terjadi sehingga
Gratis yang dicanangkan sejak 1 Juli 2008 oleh masih banyak masyarakat non-miskin yang menerima
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan bantuan pendidikan yang seharusnya hanya ditujukan
Kabupaten/Kota. Sebagai wujud keberpihakan oleh masyarakat miskin. Masfiatun (2014) dalam
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan terhadap kajiannya menyebutkan bahwa pada fenomena seperti
pembangunan kesehatan di daerah ini, pemerintah terdapat dugaan bahwa kegiatan jasa tersebut
telah menetapkan alokasi anggaran sektor kesehatan (pendidikan) terjadi fusibility sehingga benefit dari
dalam APBD Provinsi Sulsel yang terus meningkat fasilitas pemerintah tersebut justru lebih banyak
sejak tahun 2012. dinikmati oleh kelompok rumah tangga yang
berpenghasilan tinggi, sehingga pada gilirannya
Tabel 12 memperburuk distribusi pendapatan dan
Jumlah Fasilitas Kesehatan pertumbuhan ekonomi yang inklusif.
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2012-2014
Hasil ini tidak sejalan dengan hasil temuan
Fasilitas Banyaknya Fasilitas Kesehatan
Kesehatan di Provinsi Sulawasi Selatan Criswardani (2005), Todaro (2006), Hermanto dan
2011 2012 2013 2014 Dwi (2007). Hal ini dapat dipahami karena objek
Rumah Sakit 86 96 84 88
Puskesmas 423 431 440 446
penelitian-penelitian tersebut mengambil scope yang
Puskesmas
427 421 445 408
lebih luas yaitu nasional. Sementara penelitian ini
Keliling mengambil objek penelitian pada tingkat regional
Klinik/Balai
Kesehatan
0 87 236 143 (kabupaten/kota) yang bisa jadi memiliki karakteristik
Sulawesi Selatan 11354 11539 12136 12141 yang berbeda.
Sumber : Indikator Kesejahteraan Rakyat (2015)
Tabel 14
Tabel 13 Angka Partisipasi Sekolah, Angkatan Kerja dan
Jumlah Penerima Program Kesehatan Gratis Pengangguran di Provinsi Sulawesi Selatan
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2012-2014 (persen) Tahun 2013-2015 (Juta Jiwa)
Selanjutnya, belanja daerah sebagai bentuk peran Pertumbuhan Inklusif (IGP). Dengan pembuktian
alokasi pemerintah dalam pengentasan kemiskinan ini, maka H6 penelitian ini diterima;
memiliki pengaruh yang positif terhadap indeks f. Variabel jumlah penduduk miskin (MSK) memiliki
pertumbuhan inklusif. Artinya, ketika pemerintah pengaruh negatif yang signifikan terhadap
meningkatkan alokasi anggaran pada beberapa sektor variabel Pertumbuhan Inklusif (IGP). Dengan
pembangunan, seperti infrastruktur, pendidikan, sosial pembuktian ini, maka H7 penelitian ini diterima.
dan lainnya, maka indeks pertumbuhan inklusif akan Tabel 16
semakin meningkat. Hal ini dipahami bahwa Hasil Uji Statistik t
pengeluaran atau belanja pemerintah daerah selain
dapat digunakan untuk membantu mereka yang rentan Variable t-Statistic Prob.
terhadap kemiskinan dari segi pendapatan melalui C -1.263424 0.2109
LnPDRB -3.450469 0.0010
suatu sistem perlindungan sosial modern yang LnPGR -1.447902 0.1524
meningkatkan kemampuan mereka sendiri untuk KSH 1.086859 0.2811
menghadapi ketidakpastian ekonomi, juga dapat PDD -2.327046 0.0230
LnBDR 4.952979 0.0000
digunakan untuk memperbaiki indikator-indikator MSK -3.019487 0.0036
pembangunan manusia, sehingga dapat mengatasi Sumber : hasil olah data
kemiskinan dari aspek non-pendapatan. Hasil ini
sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Hasibuan 4.2.4.2. Hasil Uji Statistik F (Secara Simultan).
(2005) dan Alawi (2006).
Tabel 15 Berdasarkan hasil uji F-statistic estimasi model Fixed
Jumlah Belanja Daerah Pemerintah Effect pada Tabel 17 di bawah, diperoleh nilai Prob (F-
Provinsi Sulawesi Selatan statistic) sebesar 0.002 yang lebih kecil dari alpha
Tahun 2011-2014 (Juta Rupiah) 0.05. Hal ini berarti bahwa semua variabel bebas yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
2011 2012 2013 2014 signifikan secara bersama-sama (simultan) terhadap
Belanja Pegawai 627,707 738,276 791,000 1,020,475
variabel terikat. Dengan pembuktian ini, maka H8
Belanja Bunga 150 50 46,250 16,151
Belanja Hibah 87,495 1,232,931 1,224,982 1,234,945 penelitian ini diterima.
Belanja Bantuan
Sosial
22,099 5,000 2,000 -
Tabel 17
Sumber : DJPK, 2011-2014 Hasil Uji F
Berdasarkan hasil uji t-statistic estimasi model Fixed Secara ringkas rekapitulasi hasil uji hipotesis
Effect pada Tabel 16 di bawah, diperoleh nilai Prob (t- penelitian dapat digambarkan sebagaimana Tabel 18
statistic) masing-masing variabel bebas yaitu PDRB, berikut :
PGR, KSH, PDD, BDR dan MSK sebesar 0,001 (< 0,05),
0,152(> 0,05), 0,281 ( > 0.05), 0,023 ( <0,50), 0,000 Tabel 18
(< 0,05) dan 0,003 (<0,05) . Hal ini menunjukkan Rekapitulasi Hasil Uji Data Penelitian
bahwa secara parsial :
a. Variabel pertumbuhan ekonomi (PDRB) memiliki Variabel Uji Tanda Signifikansi Hipotesis
pengaruh negatif yang signifikan terhadap LnPDRB - Signifikan Diterima
variabel Pertumbuhan Inklusif (IGP). Dengan - Tidak Ditolak
LnPGR
Signifikan
pembuktian ini, maka H2 penelitian ini diterima;
+ Tidak Ditolak
b. Variabel pengangguran (PGR) memiliki pengaruh KSH
t-statistic Signifikan
negatif yang tidak signifikan terhadap variabel - Tidak Ditolak
PDD
Pertumbuhan Inklusif (IGP). Dengan pembuktian Signifikan
ini, maka H3 penelitian ini ditolak; LnBDR + Signifikan Diterima
MSK - Signifikan Diterima
c. Variabel kesehatan (KSH) memiliki pengaruh Simultan F- + Signifikan Diterima
positif yang tidak signifikan terhadap variabel statistic
Pertumbuhan Inklusif (IGP). Dengan pembuktian Sumber : hasil olah data
ini, maka H4 penelitian ini ditolak;
d. Variabel pendidikan (PDD) memiliki pengaruh
5. KESIMPULAN
negatif yang signifikan terhadap variabel
Pertumbuhan Inklusif (IGP). Dengan pembuktian
ini, maka H5 penelitian ini ditolak; Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan,
e. Variabel belanja daerah (BDR) memiliki pengaruh kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini
positif yang signifikan terhadap variabel adalah :
Poverty. World Development Vol. 32 No. 12. The Ianchovichina, Elena dan Sussana Lundstrom. 2009.
World Bank. Washington DC. Inclusive Growth Analytics Framework and
Agussalim. (2012). Memaknai Angka Kemiskinan Application. Policy Research Working Paper
Sulawesi Selatan. ________ 4851, The World Bank Economic Policy and
Alawi, N. 2006. Pengaruh Anggaran Belanja Debt DepartmentEconomic Policy Division.
Pembangunan Daerah Terhadap Kemiskinan Klasen, Stephen. 2010. Measuring and Monitoring
Studi Kasus: Kab/Kota di Jawa Tengah tahun Inclusive Growth: Multiple Definitions, Open
2002-2004 Questions, and Some Constructive Proposals. ADB
Ali, Ifzal dan Hyun Hwa Son. 2007. Measuring Inclusive Sustainable Development Working Paper Series.
Growth. Asian Development Review Vol. 24, No. Kuncoro, Mudrajad. 2011. Metode Kuantitatif: Teori
1, pp. 1131. Manila: ADB. dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi.
Anand, Rahul. Saurabh Mishra, and Shanaka J. Peiris. Yogyakarta:UPP STIM YKPN
(2013). Inclusive Growth: Measurement and Mankiw, N.G. 2006. Macroeconomics. Fifth Edition.
Determinant. IMF Working Paper, WP/13/135. Worth Publisher, New York. R. Nurkse, 1953,
Arsyad, L. 1999. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Problems of Capital Formation in Underdeveloped
Bagian Penerbitan STIE YKPN. Countries. Oxford Basis Blackwell.
Asian Development Bank (ADB). 2011. Key Indicators Manurung, J. J. dkk. (2005). Ekonometrika. Cetakan
for Asia and the Pasific 2011: Framework for Pertama. Jakarta: Penerbit Elex Media
Inclusive Growth Indicators, Special Supplement. Computindo.
Manila: ADB. Min Tang. 2008. Inclusive Growth and the New Phase of
Asian Development Bank (ADB). 2010. Key Indicators Poverty Reduction in the Peoples Republic of
for Asia and the Pacific. Asian Development Bank China. Asian Development Review, vol. 25, nos. 1
: Mandaluyong City, Philippines and 2, pp. 8199.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2016. Statistik Indonesia. Myrdal, G. 2000. Obyektivitas Penelitian Sosial. Jakarta:
Badan Pusat Statistik (BPS). 2016. Statistik Sosial dan LP3ES
Ekonomi Rumah Tangga hasil Survei Sosial Octaviani, D. 2001. Inflasi, Pengangguran, dan
Ekonomi Nasional (SUSESNAS)Tahun 2013, Kemiskinan di Indonesia: Analisis Indeks
2014 dan 2015 Forrester Greer & Horbecke. Media Ekonomi, Vol.
Bourguignon, F. 2004. Poverty-Growth-Inequality 7, No. 8, Hal. 100-118.
Triangle, Paper was presented at the Indian Ravallion, M & B. Bidani. 1996. How Robust is Poverty
Council for Research on International Economic Profile?, World Bank Economic Review, Vol 8, pp
Relations, New Delhi, on February 4, 2004. 75-102.
Chriswardani, S. 2005. Memahami Kemiskinan Secara Rusastra, I W. and Erwidodo. 1998. Growth, equity and
Multidimensional.______ environmental aspect of agricultural development
Damodar, Gujarati and Dawn C. Porter. 2012. Dasar in Indonesia. Forum Penelitian Agro Ekonomi
dasar Ekonometrika. Jakarta: Salemba Empat. 6(1): 32-41.
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK). Sholihah, Dyah Hapsari Amalina. 2014. Pertumbuhan
2016. Laporan Realisasi Anggaran Belanja Inklusif : Faktor-Faktor yang Memengaruhi dan
Daerah Tahun 2010-2014. Kementerian Dampaknya Terhadap Pertumbuhan Kelas
Keuangan Republik Indonesia. Menengah di Indonesia. Sekolah Pasca Sarjana :
Ghazali, I. (2005). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Institut Pertanian Bogor
Program SPSS, Edisi Ketiga. Semarang: Badan Siregar dan Wahyuniarti. 2007. Pengaruh
Penerbit Universitas Diponegoro. pertumbuhan ekonomi dan faktor lain terhadap
Habito, Cielito F. 2009. Patterns of Inclusive Growth in kemiskinan di Indonesia tahun 1998-2006
Developing Asia:Insights from an Enhanced Son dan Kakwani. 2003. Pro-poor Growth: Concepts and
Growth-Poverty Elasticity Analysis. Asian Measurement with Country Case Studies. The
Development Bank Institute (ADBI) working Pakistan Development Review, 42: 4 Part 1 pp
paper series No. 145, Tokyo 417-444.
Sukirno. S. 2004. Makroekonomi : Teori Pengantar.
Hasan dan Quibria. 2002. Poverty and Patterns of Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Growth. ERD Working Paper No.18. Economic Suryanarayana, M.H. 2008. Inclusive Growth: What is so
and Research Department. Asian Development exclusive about it?. Indira Gandhi Institute of
Bank. Development Research, Mumbai.
Hasibuan, M. S. P. 2005. Manajemen Sumber Daya Todaro, M. P. 2006. Pembangunan Ekonomi Di Dunia
Manusia, Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara. Ketiga. Edisi Keempat Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Hermanto dan Dwi. 2007. Dampak Pertumbuhan United Nations (UN). 2015. Economic and Social Survey
Ekonomi terhadap penurunan Jumlah Penduduk of Asia and The Pacific 2015: Making Growth
Miskin. Paper Ekonomi, Jakarta More Inclusive for Sustainable Development.
Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Bangkok: United Nations Publication.
2016.http://sipd.bangda.kemendagri.go.id/data
center/index.php?page=indeks_gini
Lampiran 1
Hasil Estimasi Common Effect
Accrued, 160, 163, 164, 169, 170, 171, 172, 177, 178 kemiskinan, 110, 111, 113, 117, 118, 119, 120, 129, 182,
Agregate Output, 199 199, 200, 201, 204, 205, 207, 208, 209, 211, 212, 216,
analisis, 2 217, 218, 219, 220, 222, 223, 224, 225, 226, 227, 228,
Batas usia pensiun, 160, 163, 171, 172, 178 230, 232, 233, 236, 237, 238, 239, 240
belanja modal, 111, 115, 116, 117, 118, 120, 199, 210, 211, Kepabeanan, 123, 126, 131, 132, 133, 134, 140, 141, 143
212 ketimpangan fiskal, 112
Benefit, 160, 163, 164, 169, 178 keuangan, i
civil servant expenditure, 110 Korupsi, 123, 126, 127, 128, 129, 130, 134, 135, 136, 137,
conditional grants, 146, 148, 149, 150, 154, 156, 158 138, 139, 140, 141, 142, 143
Control belief, 130 legislation approach, 123
Corruption Perception Index, 130 macroeconomics, 181
Cost, 160, 163, 164, 169, 178 moneter, 112, 174, 175, 181, 182, 187, 204
Cukai, 123, 124, 125, 126, 127, 130, 131, 132, 133, 134, negara, i, 6
135, 136, 137, 138, 139, 140, 141, 191, 192 Opini Audit, 160
DAK, 111, 112, 148, 151, 154 organisasi, 2
Dana, 111, 113, 122, 140, 147, 156, 158, 160, 162, 163, otonomi daerah, 110, 111, 112, 115, 120, 146, 150, 152,
164, 167, 169, 170, 175, 178, 179 157
Darwin, ii owned revenue, 110
data, 2, 6 PAD, 110, 111, 113, 114, 115, 118, 119, 120, 146, 147, 148,
data panel, 199 150, 152, 153, 155, 156, 157, 158
DAU, 111, 113, 116, 117, 118, 147, 148, 150 pegawai negeri sipil, 160, 161, 173
daya beli, 174, 175, 182, 183, 236 Pemberantasan korupsi, 123
DBH, 111, 113, 148, 150, 153, 157 Pemeriksaan Pendahuluan, 146
decentralization, 110, 112, 121, 146 pemungutan, 124, 130, 131, 157
desentralisasi fiskal, 110, 112, 113, 114, 146, 152 pengeluaran fungsi pendidikan, 146, 151, 156, 157
DJBC, 124, 125, 127, 131, 133, 134, 136, 137, 138, 139, Pensiun, 160, 161, 162, 163, 164, 167, 169, 170, 171, 172,
143, 144 175, 176, 178, 179
economic, 199 pertumbuhan ekonomi, 113, 114, 119, 129, 130, 174, 175,
Economy, 181 181, 182, 183, 192, 195, 200, 203, 204, 212, 216, 217,
education, 146, 216 218, 219, 220, 221, 222, 223, 224, 225, 226, 227, 228,
ekonomi, i 230, 231, 232, 233, 234, 235, 236, 237, 238, 239, 240
ekspor, 124, 131, 135, 139, 174, 175, 181, 182, 183, 191, Pertumbuhan ekonomi, 119, 181, 192, 195, 196, 200, 223,
192, 193, 194, 195, 196, 201, 204, 209, 236 226, 227, 230, 232, 236, 239
ekstensifikasi pajak, 146, 158 poor society, 110
evaluasi, i Poorness Rate, 199
expenditure assignment, 113, 114 program anti korupsi, 123
fiscal capacity, 110, 111, 114 resistensi, 216
fiscal capacity index, 110 revenue assignment, 113, 114
fiscal transfer, 110, 113 Saham, 110
flypaper effect, 146, 147, 148, 149, 155, 157, 158 sumber daya manusia, 110, 124, 129, 137, 146, 151, 157,
Forecasting, 181, 196 203, 205, 210, 225
Government spending, 199, 200, 209 tingkat harga, 183, 187
Gstar, 181 Transfer ke Daerah, 111, 112
hukum normatif, 123, 126 unconditional grants, 146, 148, 149, 150, 153, 155, 156,
Human Development Index, 199, 203, 205 157
Indonesia, i, 123, 2, 3 Unemployment Rate, 199
Inflation, 181, 196 variabel, 2
Inklusif, 216, 219, 220, 222, 223, 227, 230, 233, 238, 240 variance decomposition, 123
internasional, 2
jasa, 2
1. Sebagai pra-syarat dalam mengirimkan artikel untuk dapat diterbitkan pada Jurnal BPPK, penulis
diwajibkan mengirimkan (calon) artikel Jurnal BPPK yang dilengkapi:
Surat pernyataan orisinalitas karya bermaterai cukup (Rp 6.000,-),
Lembar Identitas Artikel Jurnal BPPK,
Curriculum Vitae.
Format terlampir.
2. Artikel yang diajukan diketik dengan program Microsoft Word atau program pengolah kata sejenis
dan disimpan dalam format docx menggunakan huruf Cambria, ukuran 10 pts, spasi tunggal,
dicetak pada kertas A4 dengan panjang 15 s.d. 30 halaman, dan diserahkan dalam bentuk
hardcopy/cetak sebanyak 1 eksemplar beserta softcopy-nya. Pengiriman Artikel softcop yjuga dapat
dilakukan melalui e-mail ke alamat: jurnalbppk@gmail.com.
3. Artikel ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Inggris. Sistematika artikel hasil penelitian adalah
a. Judul
Penulisan judul tidak lebih dari 14 kata, dicetak dengan huruf kapital, center, Cambria 14.
b. Nama Penulis
Nama Penulis ditulis tanpa gelar akademik, disertai lembaga asal tempat peneliti melakukan
penelitian.Dalam hal artikel ditulis oleh tim, penyunting hanya berhubungan dengan penulis
utama atau penulis yang namanya tercantum pada urutan pertama. Penulis utama wajib
mencantumkan alamat korespondensi dan/atau e-mail.
d. Pendahuluan
Bagian ini menjelaskan latar belakang riset, rumusan masalah, pernyataan tujuan dan (jika
dipandang perlu) organisasi penulisan artikel.
f. Metode riset/penelitian
Menguraikan metode seleksi dan pengumpulan data, pengukuran dan definisi operasional
variabel, dan metode analisis data.
j. Daftar Pustaka
Memuat sumber-sumber pustaka atau referensi yang dikutip di dalam penulisan artikel. Hanya
sumber yang diacu yang dimuat dalam daftar referensi ini. Untuk keseragaman penulisan,
Daftar Pustaka ditulis sesuai dengan format American Psychological Association (APA)
k. Lampiran
Memuat tabel, gambar dan instrumen riset yang digunakan
4. Tata cara penyajian kutipan, rujukan, tabel, dan gambar mengikuti ketentuan dalam PEDOMAN
PENULISAN ARTIKEL ILMIAH JURNAL BPPK atau merujuk pada tata cara yang digunakan dalam
artikel yang telah dimuat. Artikelberbahasa Indonesia menggunakan Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia Yang Disempurnakan dan istilah-istilah yang telah dibakukan oleh Pusat Bahasa.
5. Semua Artikel ditelaah secara anonim oleh Dewan Editor yang ditunjuk oleh Sekretariat Jurnal
BPPK menurut bidang kepakarannya. Penulis artikel diberi kesempatan untuk melakukan
perbaikan atau revisi artikel atas dasar rekomendasi/saran dari Dewan Editor atau penyunting.
Kepastian pemuatan atau penolakan artikel akan diberitahunkan secara tertulis.
adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan plagiat dari artikel orang lain.
Artikel ini belum pernah dipublikasikan pada jurnal atau media yang lain dan akan diserahkan kepada
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) untuk digandakan, diperbanyak dan/atau
disebarluaskan. Apabila kemudian hari pernyataan Saya tidak benar, maka Saya bersedia menerima
sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan termasuk sanki pidana.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, untuk dapat dipergunakan bilamana
diperlukan.
........................, .............................................
Pembuat Pernyataan
Materai
Rp6.000,00
......................................................................
NIP
Catatan:
Dapat diperbanyak sesuai kebutuhan penulis dan bilamana diperlukan, Softcopy surat pernyataan ini dapat diminta melalui
email: jurnalbppk@gmail.com
Nama Lengkap :
Tempat/Tgl Lahir :
Jabatan Sekarang :
Unit Kerja :
NIP/NRM/Gol. :
No. Rekeneing : Bank Cabang
NPWP :
Email :
No HP :
Riwayat Pendidikan :
Jenjang Gelar Universitas Tahun
D1
D3
D4/S1
S2
S3
Riwayat Pekerjaan:
Jabatan Unit Kerja/Organisasi Periode
Penghargaan/Award/Acknowledged Reward:
Catatan:
Dapat diperbanyak sesuai kebutuhan penulis dan bilamana diperlukan, Softcopy Form CV ini dapat diminta melalui
email: jurnalbppk@gmail.com
Beri tanda ( ) pada yang telah disediakan sesuai keadaan yang sebenarnya:
a. Jenis Artikel
Hasil pemikiran pada ______________________________________ (bulan dan tahun)
Hasil penelitian tahun _____________________________________ (bulan dan tahun)
Kajian atau karya Ilmiah lain karya sendiri karya sendiri yaitu _______________________________________________
dengan judul _______________________________________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________________________________________________
.............................................................................