Anda di halaman 1dari 32

SALINAN

ANGGARAN DASAR
GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN
MUQADDIMAH

Persyarikatan Muhammadiyah merupakan Gerakan Islam dan Dawah Amar Maruf Nahi
Munkar, dan Tajdid, beraqidah Islam, bersumber pada Al Quran dan As-Sunnah, bermaksud dan
bertujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya, bergerak dalam segala bidang kehidupan antara lain bidang pendidikan,
kesehatan, sosial, dan ekonomi.
Bahwa untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan harus diperjuangkan secara terus
menerus antara lain dengan membina generasi muda yang memiliki aqidah, fisik dan mental kuat,
berilmu dan berteknologi, serta berakhlaqul karimah.
Allah berfirman :

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang
mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh
sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar. (QS 4:9)

Bahwa membina dan menggerakkan angkatan muda dengan cara memperteguh iman,
mempergiat ibadah, mempertinggi akhlak dan meningkatkan semangat jihad, sehingga menjadi
manusia muslim yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa, merupakan bagian dari usaha
Muhammadiyah.
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan sebagai organisasi otonom mempunyai visi dan
mengemban misi Muhammadiyah dalam pendidikan anak, remaja dan pemuda, sehingga mereka
menjadi muslim yang sebenar-benarnya dan siap menjadi kader Persyarikatan, Umat dan Bangsa.
Kepanduan Hizbul Wathan adalah sistem pendidikan di luar keluarga dan sekolah untuk
anak, remaja dan pemuda dilakukan di alam terbuka dengan metode yang menarik, menyenangkan
dan menantang, dalam rangka membentuk warga negara yang berguna dan mandiri.
Dalam mewujudkan cita-cita di atas, pada tanggal 10 Syaban 1420 H bertepatan dengan
tanggal 18 November 1999 M, Persyarikatan Muhammadiyah membangkitkan kembali
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan, yang dalam seluruh kegiatannya bersemboyan Fastabiqul
khairat (berlomba-lombalah dalam berbuat kebaikan).
Allah berfirman :

... sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak
menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu. Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.
Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah
kamu perselisihkan itu. Q.S. 5:48

Untuk landasan dasar Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan disusunlah Anggaran Dasar sebagai
berikut :

Kwarwil HW Jawa Barat 1 AD ART HW


SALINAN

BAB I
NAMA, PENDIRI DAN TEMPAT KEDUDUKAN

Pasal 1
Nama
Gerakan Kepanduan dalam Muhammadiyah bernama Hizbul Wathan disingkat HW.

Pasal 2
Pendiri
HW didirikan oleh pendiri Muhammadiyah K.H. Ahmad Dahlan pada tahun 1336 H (Hijriyah) / 1918
M (Miladiyah) di Yogyakarta yang dibangkitkan pada tanggal 10 Syaban 1420 H bertepatan dengan
tanggal 18 November 1999 M oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan Surat Keputusan
Nomor 92/SK-PP/VI-B/1.b/1999 tanggal 10 Syaban 1420 H / 18 November 1999 M dan dipertegas
dengan Surat Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 10/Kep/I.0/B/2003 tanggal 1
Dzulhijjah 1423 H / 2 Februari 2003 M, untuk jangka waktu yang tidak terbatas.

Pasal 3
Tempat Kedudukan
HW berkedudukan di tempat kedudukan Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

BAB II
IDENTITAS DAN ASAS

Pasal 4
Identitas dan Asas
1. HW adalah kepanduan Islami, artinya dalam melaksanakan metode kepanduan adalah untuk
menanamkan aqidah Islam dan membentuk peserta didik berakhlak mulia.
2. HW adalah organisasi otonom Muhammadiyah yang tugas utamanya mendidik anak, remaja
dan pemuda dengan sistem kepanduan.
3. HW berasas Islam.

BAB III
LAMBANG, SIMBOL, BENDERA, MARS, DAN HIMNE

Pasal 5
Lambang, Simbol dan Bendera
1. Lambang HW adalah matahari bersinar utama dua belas dan di tengahnya tertulis inisial HW;
2. Simbol HW adalah sekuntum bunga melati dengan pita di bawahnya yang bertuliskan:

3. Bendera HW berbentuk empat persegi panjang, dengan perbandingan lebar dan panjang dua
berbanding tiga, di dalamnya berisi enam garis hijau dan lima garis kuning mendatar berselang-
seling. Di sudut kiri atas terdapat lambang HW berwarna putih di atas dasar persegi panjang
hijau;
4. Ketentuan lain tentang lambang, simbol dan bendera diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 6
Mars dan Hymne
1. HW mempunyai Mars dan Hymne yang menyatakan jati diri dan perjuangan dalam bentuk lirik
lagu yang bernada dan berirama;
2. Ketentuan lain tentang Mars dan Hymne diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Kwarwil HW Jawa Barat 2 AD ART HW


SALINAN

BAB IV
KODE KEHORMATAN

Pasal 7
Janji dan Undang-Undang Pandu HW
1. Kode kehormatan merupakan janji, semangat dan akhlak Pandu HW, baik dalam kehidupan
pribadi maupun bermasyarakat;
2. Kode kehormatan Pandu HW adalah Janji Pandu HW dan Undang-Undang Pandu HW;
3. Ketentuan lain tentang Janji dan Undang-undang Pandu HW diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga.

BAB V
SIFAT DAN CIRI KHAS

Pasal 8
Sifat
HW bersifat nasional, terbuka dan sukarela adalah sistem pendidikan untuk anak, remaja dan
pemuda di luar lingkungan keluarga dan sekolah, serta tidak terkait dan tidak berorientasi pada
partai politik.

Pasal 9
Ciri khas
1. Ciri khas HW hakikatnya adalah bahwa Prinsip Dasar Kepanduan dan Metode Kepanduan yang
harus diterapkan dalam setiap kegiatan yang pelaksanaannya disesuaikan dengan kepentingan,
keperluan, situasi, kondisi masyarakat serta kepentingan Persyarikatan Muhammadiyah;
2. Prinsip Dasar Kepanduan adalah :
a. Pengamalan aqidah Islamiah;
b. Pembentukan dan pembinaan akhlak mulia menurut ajaran Islam;
c. Pengamalan kode kehormatan pandu.
3. Metode pendidikan :
a. Pemberdayaan anak didik lewat sistem beregu;
b. Kegiatan dilakukan di alam terbuka;
c. Pendidikan dengan metode yang menarik, menyenangkan dan menantang;
d. Penggunaan sistem kenaikan tingkat dan tanda kecakapan;
e. Sistem satuan dan kegiatan terpisah antara pandu putra dan pandu putri.

BAB VI
MAKSUD DAN TUJUAN SERTA USAHA

Pasal 10
Maksud dan tujuan
Maksud dan tujuan HW adalah menyiapkan dan membina anak, remaja dan pemuda yang memiliki
aqidah, fisik dan mental, berilmu dan berteknologi serta berakhlaqul karimah sehingga terwujud
pribadi muslim yang sebenar-benarnya dan siap menjadi kader Persyarikatan, Umat dan Bangsa.

Pasal 11
Usaha
1. Untuk mencapai maksud dan tujuan, HW ikut melaksanakan Dawah Amar Maruf Nahi Munkar
yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan kepanduan bagi anak,
remaja dan pemuda muslim;
2. Penentu kebijakan dan penanggung jawab usaha, program dan kegiatan adalah Kwartir Pusat;

Kwarwil HW Jawa Barat 3 AD ART HW


SALINAN

3. Usaha HW diwujudkan dalam bentuk program dan kegiatan, yang macam dan
penyelenggaraannya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB VII
KEANGGOTAAN

Pasal 12
Anggota, Kewajiban dan Hak
1. Anggota HW terdiri atas :
a. Anggota Biasa sebagai Anggota didik yang dikelompokan menurut umur;
b. Anggota Biasa sebagai Pembina ialah warga negara Indonesia beragama Islam dan
anggota Muhammadiyah;
c. Anggota kehormatan ialah perorangan warga negara Indonesia dan atau warga negara
asing beragama Islam yang berjasa terhadap HW dan atau karena kewibawaan dan
keahliannya bersedia membantu HW.
2. Ketentuan lain tentang Anggota, kewajiban dan hak diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB VIII
SUSUNAN DAN PENETAPAN ORGANISASI

Pasal 13
Susunan Organisasi
Susunan organisasi HW dari atas ke bawah secara bertingkat sebagai berikut :
1. Pusat ialah kesatuan Wilayah dalam Negara;
2. Wilayah ialah kesatuan Daerah dalam satu Provinsi;
3. Daerah ialah kesatuan Cabang dalam satu Kota atau Kabupaten;
4. Cabang ialah kesatuan Qobilah dalam satu Kecamatan;
5. Qobilah ialah kesatuan anggota dalam satu tempat atau kawasan.

Pasal 14
Penetapan Organisasi
1. Penetapan organisasi tingkat Pusat dengan ketentuan luas lingkungannya ditetapkan oleh
Pimpinan Pusat Muhammadiyah;
2. Penetapan organisasi tingkat Wilayah, Daerah, Cabang dan tingkat Qobilah masing-masing
dengan ketentuan luas lingkungannya ditetapkan oleh pimpinan Kwartir setingkat di atasnya;
3. Dalam hal yang luar biasa Kwartir Pusat dapat mengambil ketetapan dan keputusan lain.

BAB IX
KWARTIR

Pasal 15
Pengertian
Kwartir adalah nama sebutan pimpinan pada tingkat Pusat, Wilayah, Daerah dan tingkat Cabang
yang dalam melaksanakan kepemimpinan pada tingkat masing-masing bersifat kolektif kolegial.
Sedangkan pada tingkat Ranting disebut Qobilah.

Pasal 16
Kwartir Pusat
1. Kwartir Pusat adalah pimpinan tertinggi yang memimpin HW secara keseluruhan;
2. Kwartir Pusat terdiri atas sekurang-kurangnya tiga belas orang, dipilih dan ditetapkan oleh
Muktamar untuk satu masa jabatan dari calon-calon yang diusulkan oleh Tanwir, serta disahkan
oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah;

Kwarwil HW Jawa Barat 4 AD ART HW


SALINAN

3. Ketua Umum Kwartir Pusat ditetapkan oleh Muktamar dari dan atas usul anggota Kwartir Pusat
terpilih;
4. Anggota Kwartir Pusat terpilih menetapkan Sekretaris Umum dan diumumkan dalam forum
Muktamar;
5. Kwartir Pusat dapat menambah anggotanya apabila dipandang perlu dengan mengusulkan
kepada Tanwir;
6. Kwartir Pusat diwakili oleh Ketua Umum atau salah seorang Ketua bersama-sama Sekretaris
Umum atau salah seorang Sekretaris, mewakili HW untuk tindakan di dalam dan di luar
pengadilan.

Pasal 17
Kwartir Wilayah
1. Kwartir Wilayah memimpin HW dalam wilayahnya serta melaksanakan kebijakan Kwartir Pusat;
2. Kwartir Wilayah terdiri atas sekurang-kurangnya sebelas orang, ditetapkan oleh Kwartir Pusat
untuk satu masa jabatan dari calon-calon Kwartir Wilayah yang dipilih dalam Musyawarah
Wilayah;
3. Ketua Kwartir Wilayah ditetapkan oleh Kwartir Pusat dari dan atas usul calon-calon anggota
Kwartir Wilayah terpilih yang telah disahkan oleh Musyawarah Wilayah;
4. Kwartir Wilayah dapat menambah anggotanya apabila dipandang perlu dengan mengusulkan
kepada Musyawarah Kwartir Wilayah yang kemudian dimintakan ketetapan Kwartir Pusat.

Pasal 18
Kwartir Daerah
1. Kwartir Daerah memimpin HW dalam Daerahnya serta melaksanakan kebijakan Kwartir di
atasnya;
2. Kwartir Daerah terdiri atas sekurang-kurangnya sembilan orang, ditetapkan oleh Kwartir Wilayah
untuk satu masa jabatan dari calon-calon Kwartir Daerah yang dipilih dalam Musyawarah
Daerah;
3. Ketua Kwartir Daerah ditetapkan oleh Kwartir Wilayah dari dan atas usul calon-calon anggota
Kwartir Daerah terpilih yang telah disahkan oleh Musyawarah Daerah;
4. Kwartir Daerah dapat menambah anggotanya apabila dipandang perlu dengan mengusulkan
kepada Musyawarah Kwartir Daerah yang kemudian dimintakan ketetapan Kwartir Wilayah.

Pasal 19
Kwartir Cabang
1. Kwartir Cabang memimpin HW dalam Cabangnya serta melaksanakan kebijakan Kwartir di
atasnya;
2. Kwartir Cabang terdiri atas sekurang-kurangnya tujuh orang, ditetapkan oleh Kwartir Daerah
untuk satu masa jabatan dari calon-calon Kwartir Cabang yang dipilih dalam Musyawarah
Cabang;
3. Ketua Kwartir Cabang ditetapkan oleh Kwartir Daerah dari dan atas usul calon-calon anggota
Kwartir Cabang terpilih yang telah disahkan oleh Musyawarah Cabang;
4. Kwartir Cabang dapat menambah anggotanya apabila dipandang perlu dengan mengusulkan
kepada Musyawarah Kwartir Cabang yang kemudian dimintakan ketetapan Kwartir Daerah.

Pasal 20
Qobilah
1. Qobilah memimpin HW dalam Qobilahnya serta melaksanakan kebijakan Kwartir di atasnya;
2. Qobilah terdiri atas sekurang-kurangnya lima orang, ditetapkan oleh Kwartir Cabang untuk satu
masa jabatan dari calon-calon Qobilah yang dipilih dalam Musyawarah Qobilah;
3. Ketua Qobilah ditetapkan oleh Kwartir Cabang dari dan atas usul calon-calon anggota Qobilah
terpilih yang telah disahkan oleh Musyawarah Qobilah;
4. Qobilah dapat menambah anggotanya apabila dipandang perlu dengan mengusulkan kepada
Musyawarah Qobilah yang kemudian dimintakan ketetapan Kwartir Cabang;
5. Qabilah di Perguruan Tinggi Muhammadiyah disahkan oleh Kwartir Pusat.

Kwarwil HW Jawa Barat 5 AD ART HW


SALINAN

Pasal 21
Pemilihan Kwartir
1. Anggota Kwartir dan Qobilah adalah anggota HW dan anggota Muhammadiyah;
2. Pemilihan Kwartir dan Qobilah dapat dilakukan secara langsung atau formatur;
3. Syarat anggota Kwartir dan Qobilah serta cara pemilihan diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga.

Pasal 22
Masa Jabatan dan Serah terima Jabatan
1. Masa Jabatan Kwartir Pusat, Wilayah, Daerah, Cabang dan Qobilah masing-masing lima tahun;
2. Jabatan Ketua Umum Kwartir Pusat, Ketua Kwartir Wilayah, Ketua Kwartir Daerah, Ketua
Kwartir Cabang dan Qobilah, masing-masing dapat dijabat oleh orang yang sama dua kali masa
jabatan berturut-turut;
3. Serah terima jabatan Kwartir Pusat dilakukan pada setelah Pimpinan Pusat Muhammadiyah
mengesahkan Kwartir Pusat baru, Sedangkan serah terima jabatan Kwartir Wilayah, Kwartir
Daerah, Kwartir Cabang dan Qobilah dilakukan setelah disahkan oleh Kwartir setingkat di
atasnya;
4. Kwartir yang telah habis masa jabatannya, tetap menjalankan tugasnya sampai dilakukan serah
terima jabatan dengan Kwartir yang baru;
5. Setiap pergantian Kwartir harus menjamin adanya peningkatan kinerja, penyegaran dan
kaderisasi Kwartir.

Pasal 23
Ketentuan Luar Biasa
Dalam hal-hal luar biasa yang terjadi berkenaan dengan ketentuan pada pasal 13 sampai dengan
pasal 22, Kwartir Pusat dapat mengambil ketetapan lain.

Pasal 24
Penasihat
1. Kwartir HW dapat mengangkat penasihat;
2. Ketentuan tentang penasihat diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB X
UNSUR PEMBANTU KWARTIR

Pasal 25
Bidang dan Urusan
1. Unsur pembantu Kwartir terdiri atas Bidang dan Urusan;
2. Bidang adalah Unsur Pembantu Kwartir yang menjalankan sebagian tugas pokok HW;
3. Urusan adalah Unsur Pembantu Kwartir yang menjalankan tugas pendukung HW;
4. Ketentuan tentang tugas dan pembentukan Unsur Pembantu Kwartir, diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga.

BAB XI
PERMUSYAWARATAN

Pasal 26
Muktamar
1. Muktamar adalah permusyawaratan tertinggi dalam HW yang diselenggarakan oleh dan atas
tanggung jawab Kwartir Pusat;

Kwarwil HW Jawa Barat 6 AD ART HW


SALINAN

2. Anggota Muktamar terdiri atas :


a. Anggota Kwartir Pusat yang telah disahkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah;
b. Ketua Kwartir Wilayah;
c. Anggota Tanwir Wakil Wilayah yang telah disahkan oleh Kwartir Pusat;
d. Ketua dan Sekretaris Kwartir Daerah yang telah disahkan oleh Kwartir Wilayah;
e. Wakil Daerah yang dipilih oleh Musyawarah Kwartir Daerah, terdiri atas wakil Cabang
berdasarkan perimbangan jumlah Cabang dalam tiap Daerah.
3. Muktamar diadakan satu kali dalam lima tahun;
4. Acara dan ketentuan lain tentang Muktamar diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 27
Muktamar Luar Biasa
1. Muktamar Luar Biasa ialah Muktamar darurat disebabkan oleh keadaan yang membahayakan
HW dan atau kekosongan kepemimpinan, sedang Tanwir tidak berwenang memutuskannya;
2. Muktamar Luar Biasa diadakan oleh Kwartir Pusat atas keputusan Tanwir;
3. Ketentuan mengenai Muktamar Luar Biasa diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 28
Tanwir
1. Tanwir adalah permusyawaratan dalam HW di bawah Muktamar, diselenggarakan oleh dan atas
tanggung jawab Kwartir Pusat;
2. Anggota Tanwir terdiri atas :
a. Anggota Kwartir Pusat;
b. Ketua Kwartir Wilayah;
c. Wakil Wilayah.
3. Tanwir diadakan sekurang-kurangnya dua kali dalam masa jabatan Kwartir Pusat;
4. Acara dan ketentuan lain tentang Tanwir diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 29
Musyawarah Wilayah
1. Musyawarah Wilayah adalah permusyawaratan HW dalam Wilayah, diselenggarakan oleh dan
atas tanggung jawab Kwartir Wilayah;
2. Anggota Musyawarah Wilayah terdiri atas :
a. Anggota Kwartir Wilayah;
b. Ketua Kwartir Daerah;
c. Anggota Musyawarah Kwartir Wilayah wakil Daerah;
d. Ketua Kwartir Cabang;
e. Wakil Cabang yang dipilih oleh Musyawarah Kwartir Cabang yang jumlahnya ditetapkan
oleh Kwartir Wilayah atas dasar perimbangan jumlah Qobilah dalam tiap Cabang.
3. Musyawarah Wilayah diadakan satu kali dalam lima tahun;
4. Acara dan ketentuan lain tentang Musyawarah Wilayah diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 30
Musyawarah Daerah
1. Musyawarah Daerah adalah permusyawaratan HW dalam Daerah, diselenggarakan oleh dan
atas tanggung jawab Kwartir Daerah;
2. Anggota Musyawarah Daerah terdiri atas :
a. Anggota KwartirDaerah;
b. Ketua Kwartir Cabang;
c. Anggota Musyawarah Kwartir Daerah wakil Cabang;
d. Ketua Qobilah;
e. Wakil Qobilah yang dipilih oleh Musyawarah Qobilah yang jumlahnya ditetapkan oleh Kwartir
Daerah atas dasar perimbangan jumlah Anggota.
3. Musyawarah Daerah diadakan satukali dalam lima tahun;
4. Acara dan ketentuan lain tentang Musyawarah Daerah diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Kwarwil HW Jawa Barat 7 AD ART HW


SALINAN

Pasal 31
Musyawarah Cabang
1. Musyawarah Cabang adalah permusyawaratan HW dalam Cabang, diselenggarakan oleh dan
atas tanggung jawab Kwartir Cabang;
2. Anggota Musyawarah Cabang terdiri atas :
a. Anggota Kwartir Cabang;
b. Ketua Pimpinan Qobilah;
c. Anggota Musyawarah Kwartir Cabang wakil Qobilah.
3. Musyawarah Cabang diadakan satu kali dalam lima tahun;
4. Acara dan ketentuan lain tentang Musyawarah Cabang diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 32
Musyawarah Qobilah
1. Musyawarah Qobilah adalah permusyawaratan HW dalam Qobilah, diselenggarakan oleh dan
atas tanggung jawab Pimpinan Qobilah;
2. Anggota Musyawarah Qobilah terdiri atas Anggota HW dalam Qobilah :
a. Pemimpin Qabilah;
b. Pemimpin Satuan dalam Qabilah.
3. Musyawarah Qobilah diadakan satu kali dalam lima tahun;
4. Acara dan ketentuan lain tentang Musyawarah Qobilah diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 33
Musyawarah Kwartir
1. Musyawarah Kwartir ialah permusyawaratan Kwartir dalam HW pada tingkat Wilayah sampai
dengan Qobilah yang berkedudukan di bawah Musyawarah pada masing-masing tingkat;
2. Musyawarah Kwartir diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab Kwartir HW tiap-tiap
tingkat;
3. Acara dan ketentuan lain mengenai Musyawarah Kwartir diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga.

Pasal 34
Peraturan Permusyawaratan
1. Setiap Musyawarah yang diselenggarakan di tingkat Wilayah, Daerah, Cabang dan di tingkat
Qobilah mengundang Kwartir setingkat di atasnya;
2. Keabsahan Musyawarah tersebut dalam pasal 26 sampai dengan pasal 33 kecuali pasal 27
dinyatakan sah apabila dihadiri oleh dua pertiga anggotanya yang telah diundang secara sah
oleh Kwartir HW di tingkat masing-masing;
3. Keputusan Musyawarah tersebut dalam pasal 26 sampai dengan pasal 33 kecuali pasal 27
diusahakan dengan cara mufakat. Apabila keputusan secara mufakat tidak tercapai maka
dilakukan pemungutan suara dengan suara terbanyak mutlak.

BAB XII
RAPAT DAN TANFIDZ

Pasal 35
Rapat Anggota Kwartir
1. Rapat Anggota Kwartir adalah rapat dalam HW di tingkat Kwartir Pusat, Kwartir Wilayah, Kwartir
Daerah, Kwartir Cabang, Qabilah, yang diselenggarakan oleh dan atas tanggungjawab Kwartir;
2. Rapat Anggota Kwartir berfungsi sebagai forum pembahasan dan musyawarah pengambilan
keputusan Kwartir dalam menjalankan fungsi dan tugasnya, khususnya berkenaan dengan:
- Pentanfidzan keputusan Muktamar dan Tanwir, Rapat Kwartir, Rapat Kerja;
- Perencanaan, kebijaksanaan strategis serta evaluasi pelaksanaannya;
- Pemecahan masalah mendasar dan penentuan sikap Hizbul Wathan yang berdampak luas
pada masyarakat.

Kwarwil HW Jawa Barat 8 AD ART HW


SALINAN

Pasal 36
Rapat Kwartir
1. Rapat Kwartir dan Rapat Qobilah adalah rapat dalam HW di tingkat Kwartir Pusat, Kwartir
Wilayah, Kwartir Daerah, Kwartir Cabang dan Qobilah diselenggarakan oleh dan atas tanggung
jawab Kwartir HW apabila diperlukan;
2. Rapat Kwartir untuk membahas masalah mendesak dan kebijakan organisasi;
3. Ketentuan lain mengenai Rapat Kwartir diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 37
Rapat Kerja
1. Rapat Kerja ialah rapat yang diadakan untuk membicarakan segala sesuatu yang menyangkut
program dan kegiatan organisasi;
2. Rapat kerja dibedakan dalam dua jenis yaitu rapat Kerja Kwartir dan Rapat Kerja Unsur
Pembantu Kwartir;
3. Rapat Kerja Kwartir pada tiap tingkat diadakan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun;
4. Rapat Kerja Unsur Pembantu Kwartir diadakan sekurang-kurangnya dua kali dalam satu masa
jabatan;
5. Ketentuan mengenai masing-masing jenis Rapat Kerja diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 38
Tanfidz
1. Tanfidz adalah pernyataan berlakunya keputusan Muktamar, Tanwir, Musyawarah, Rapat Kwartir
dan Qobilah serta Rapat Kerja yang dilakukan oleh Kwartir pada tingkatnya masing-masing dan
Qobilah;
2. Keputusan Muktamar, Tanwir, Musyawarah, Rapat Kwartir, dan Rapat Qobilah serta Rapat Kerja
berlaku sejak ditanfidzkan oleh Kwartir HW tingkat masing-masing;
3. Tanfidz keputusan Muktamar, Tanwir, Musyawarah dan Rapat semua tingkat :
a. Bersifat redaksional;
b. Mempertimbangkan kemaslahatan;
c. Tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

BAB XIII
KEUANGAN DAN KEKAYAAN

Pasal 39
Pengertian
Keuangan dan kekayaan HW adalah semua harta benda yang diperoleh dari sumber yang sah dan
halal serta digunakan untuk kepentingan pelaksanaan program dan kegiatan HW.

Pasal 40
Sumber
Keuangan dan kekayaan HW diperoleh dari :
1. Uang pangkal, iuran dan bantuan;
2. Hasil hak milik HW;
3. Zakat, Infaq, shadaqah, wakaf, wasiat dan hibah;
4. Usaha-usaha perekonomian HW;
5. Sumber-sumber lain yang halal dan tidak mengikat

Kwarwil HW Jawa Barat 9 AD ART HW


SALINAN

Pasal 41
Pengelolaan dan Pengawasan
Ketentuan mengenai pengelolaan, pengawasan keuangan dan kekayaan diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga.

BAB XIV
LAPORAN

Pasal 42
Laporan
1. Kwartir di semua tingkat dan Qobilah wajib membuat laporan perkembangan organisasi dan
laporan pertanggungjawaban keuangan serta kekayaan, disampaikan kepada Musyawarah
Kwartir dan Qobilah, Musyawarah tingkat masing-masing, Tanwir dan Muktamar;
2. Ketentuan lain tentang laporan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB XV
ANGGARAN RUMAH TANGGA

Pasal 43
Anggaran Rumah Tangga
1. Anggaran Rumah Tangga menjelaskan dan mengatur hal-hal yang tidak diatur dalam Anggaran
Dasar;
2. Anggaran Rumah Tangga dibuat oleh Kwartir Pusat berdasarkan Anggaran Dasar dan disahkan
oleh Tanwir dan atau Muktamar;
3. Dalam keadaan yang sangat memerlukan perubahan, Kwartir Pusat dapat mengubah Anggaran
Rumah Tangga dan berlaku sampai disahkan oleh Tanwir.

BAB XVI
PEMBUBARAN

Pasal 44
Pembubaran
1. HW hanya dapat dibubarkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah;
2. Jika HW dibubarkan, kekayaan organisasi diserahkan kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

BAB XVII
ANGGARAN DASAR

Pasal 45
Perubahan Anggaran Dasar
1. Perubahan Anggaran Dasar ditetapkan oleh Muktamar;
2. Rencana perubahan Anggaran Dasar diusulkan oleh Tanwir dan harus sudah tercantum dalam
acara Muktamar;
3. Perubahan Anggaran Dasar dinyatakan sah apabila diputuskan oleh sekurang-kurangnya dua
pertiga dari jumlah anggota Muktamar yang hadir.

Kwarwil HW Jawa Barat 10 AD ART HW


SALINAN

BAB XVIII
PENUTUP

Pasal 46
Penutup
1. Anggaran Dasar ini telah disahkan dan ditetapkan oleh Muktamar ke-3 Gerakan Kepanduan
Hizbul Wathan yang berlangsung pada tanggal 8 s.d. 11 Syawwal 1437 H bertepatan dengan
tanggal 13 s.d. 16 Juli 2016 M di Kota Surakarta, dan dinyatakan mulai berlaku sejak
ditanfidzkan;
2. Setelah Anggaran Dasar ini ditetapkan, Anggaran Dasar sebelumnya dinyatakan tidak berlaku
lagi.

DISALIN SESUAI ASLINYA


Bandung, 28 Oktober 2016
Kwartir Wilayah Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Jawa Barat
(Sumber: Buku Tanfidz Keputusan Muktamar Ke-3 Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan)

Kwarwil HW Jawa Barat 11 AD ART HW


SALINAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA


GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN

Pasal 1
Tempat Kedudukan
1. HW berkedudukan di tempat kedudukan Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Yogyakarta;
2. Kwartir Pusat sebagai pimpinan tertinggi memimpin HW secara keseluruhan dan
menyelenggarakan aktivitasnya di dua kantor, Yogyakarta dan Jakarta.

Pasal 2
Lambang
1. Lambang HW adalah lingkaran matahari bersinar utama dua belas dan di tengahnya tertulis
inisial HW;
2. Sinar utama matahari bermakna bahwa setiap Pandu HW diharapkan mampu memancarkan
sinar pribadi muslim sehari penuh kepada masyarakat, bangsa dan Negara;
3. Lambang HW sebagai tersebut dalam Anggaran Dasar pasal 5 adalah seperti berikut :

Pasal 3
Simbol
1. Simbol HW adalah sekuntum bunga melati dengan pita di bawahnya yang bertuliskan :

2. Kuncup melati dengan daun mahkota berwarna putih bermakna suci, berjumlah lima helai
bermakna Rukun Islam. Daun kelopak berjumlah enam bermakna Rukun Iman. Dua lembar
daun berarti dua kalimah Syahadat, ditopang oleh selembar pita berbentuk mulut tersenyum
artinya Pandu HW itu selalu riang gembira;
3. Simbol HW sebagai tersebut dalam Anggaran Dasar pasal 5 adalah sebagai berikut :

Kwarwil HW Jawa Barat 12 AD ART HW


SALINAN

Pasal 4
Bendera
1. Bendera HW berbentuk empat persegi panjang, dengan perbandingan lebar dan panjang dua
berbanding tiga, di dalamnya berisi enam garis hijau dan lima garis kuning mendatar berselang
seling. Di sudut kiri atas terdapat lambang HW berwarna putih di atas dasar persegi panjang
hijau;
2. Ukuran bendera HW sama untuk seluruh Kwartir dan Qobilah yaitu 99 Cm X 148,5 Cm;
3. Bendera HW sebagai tersebut dalam Anggaran Dasar pasal 5 adalah sebagai berikut :

Pasal 5
Mars HW
Mars HW adalah Mars Hizbul Wathan

Pasal 6
Hymne HW
Himne HW adalah Hizbul Wathan Panduku

Pasal 7
Kode Kehormatan
1. Kode Kehormatan Pandu HW merupakan jiwa, semangat dan keterikatan sebagai pandu, baik
dalam kehidupan pribadi maupun bermasyarakat;
2. Kode Kehormatan Pandu HW terdiri atas Janji dan Undang-Undang Pandu HW ialah :
a. Janji Pandu HW diucapkan secara sukarela oleh calon Anggota ketika mengikatkan diri
dalam menetapi dan menepati Janji tersebut;
b. Undang-Undang Pandu HW merupakan ketentuan moral untuk dijadikan kebiasaan diri
dalam bersikap dan berprilaku sebagai warga masyarakat yang berakhlaq mulia.
3. Pengucapan Janji Pandu HW selalu diawali dengan basmalah disambung dengan dua kalimah
syahadat berikut artinya;
4. Kode Kehormatan Pandu HW diucapkan pada saat pelantikan Anggota, pelatihan dan kegiatan
lain yang diatur dalam peraturan HW;
5. Kode Kehormatan Pandu HW merupakan landasan pembinaan Anggota untuk mencapai
maksud dan tujuan HW.

Kwarwil HW Jawa Barat 13 AD ART HW


SALINAN

Pasal 8
Kode Kehormatan Pandu Athfal
Kode Kehormatan Pandu Athfal adalah Janji Pandu Athfal dan Undang-Undang Pandu Athfal.
1. Janji Pandu Athfal :

Mengingat harga perkataan saya, maka saya berjanji dengan sungguh-sungguh :


Satu, setia mengerjakan kewajiban saya terhadap Allah;
Dua, selalu mentaati Undang-undang Pandu Athfal dan setiap hari berbuat kebajikan.

2. Undang-undang Pandu Athfal :


Satu, Pandu Athfal itu selalu setia dan berbakti kepada ramanda dan bundanya;
Dua, Pandu Athfal itu selalu berani dan teguh hati.

Pasal 9
Kode Kehormatan Pandu Pengenal, Penghela,
Penuntun dan Anggota Dewasa
Kode Kehormatan Pandu Pengenal, Penghela, Penuntun dan Anggota Dewasa adalah Janji Pandu
HW dan Undang-Undang Pandu HW.
1. Janji Pandu HW :

Mengingat harga perkataan saya, maka saya berjanji dengan sungguh-sungguh :


Satu, setia mengerjakan kewajiban saya terhadap Allah, Undang-undang dan Tanah Air;
Dua, menolong siapa saja semampu saya;
Tiga, setia mentaati Undang-undang Pandu HW.
2. Undang-Undang Pandu Hizbul Wathan :
Satu, Pandu Hizbul Wathan itu, dapat dipercaya;
Dua, Pandu Hizbul Wathan itu, setia dan teguh hati;
Tiga, Pandu Hizbul Wathan itu, siap menolong dan wajib berjasa;
Empat, Pandu Hizbul Wathan itu, suka perdamaian dan persaudaraan;
Lima, Pandu Hizbul Wathan itu, sopan santun dan perwira;
Enam, Pandu Hizbul Wathan itu, menyayangi semua makhluk;
Tujuh, Pandu Hizbul Wathan itu, melaksanakan perintah tanpa membantah;
Delapan, Pandu Hizbul Wathan itu, sabar dan pemaaf;
Sembilan, Pandu Hizbul Wathan itu, teliti dan hemat;
Sepuluh, Pandu Hizbul Wathan itu, suci dalam hati, pikiran, perkataan dan perbuatan.

Pasal 10
Pakaian Seragam
1. Sebagai gerakan kepanduan untuk anak, remaja dan pemuda, Pandu HW memiliki pakaian
seragam yang berfungsi untuk menyatakan jati diri, memperkuat jiwa korsa, menambah daya
tarik, mengendalikan disiplin, menjamin kebersamaan dan mencerminkan kerapian;

Kwarwil HW Jawa Barat 14 AD ART HW


SALINAN

2. Sesuai dengan ciri Pandu HW, maka pakaian seragam harus memenuhi norma agama,
pendidikan, memiliki daya tarik bagi Anggota didik, sesuai untuk kegiatan di lapangan, selaras
dengan perkembangan zaman dan mengandung makna;
3. Warna pakaian seragam dan kelengkapannya adalah :
a. Baju/blous : coklat khaki tua;
b. Celana/Rok : biru tua;
c. Jilbab : coklat khaki tua;
d. Tutup kepala : disesuaikan dengan kelompok, jabatan dan kegiatan;
e. Setangan leher : dasar hijau tua dengan warna strip/pelisir sesuai kelompok;
f. Ikat pinggang : warna hitam dan atau coklat;
g. Sepatu/kaos kaki : hitam.
4. Untuk kegiatan tertentu dapat diadakan pakaian seragam lain sesuai dengan tujuannya;
5. Ketentuan pakaian seragam selengkapnya ditetapkan oleh Kwartir Pusat.

Pasal 11
Atribut
1. Atribut adalah tanda-tanda yang dikenakan Anggota Pandu HW untuk menunjukan jabatan,
jenjang, tingkat kecakapan, satuan dan daerah;
2. Model, bentuk dan warna dirancang dan dibuat dengan sebaik-baiknya agar dapat dibanggakan
serta menambah daya tarik sesuai tingkatannya;
3. Ketentuan atribut selengkapnya ditetapkan oleh Kwartir Pusat.

Pasal 12
Usaha
Untuk mencapai maksud dan tujuan, HW berusaha :
1. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan kepanduan bagi anak, remaja dan pemuda
muslim;
2. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan kepanduan untuk para pelatih, pimpinan dan
pemimpin Anggota didik;
3. Mengembangkan HW di seluruh Indonesia;
4. Mengadakan kerjasama kelembagaan di dalam dan di luar negeri;
5. Memupuk dan mengembangkan rasa cinta dan setia kepada Persyarikatan, Tanah Air dan
Bangsa;
6. Menumbuhkan rasa percaya diri, rasa bertanggung jawab, sikap dan perilaku yang kreatif dan
inovatif, disiplin dan istiqomah;
7. Melakukan usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan HW dan Muhammadiyah.

Pasal 13
Keanggotaan
1. Anggota Biasa sebagai anggota didik putra dan putri dikelompokkan sebagai berikut :
a. Athfal berumur 6 sampai dengan 10 tahun;
b. Pengenal berumur 11 sampai dengan 15 tahun;
c. Penghela berumur 16 sampai dengan 20 tahun;
d. Penuntun berumur 21 sampai dengan 25 tahun.
2. Anggota Biasa sebagai Pembina mempunyai tugas pokok sebagai pelatih dan pengelola Kwartir
dan Qobilah.
3. Anggota Biasa harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Warga Negara Indoneisa beragama Islam;
b. Laki-laki atau perempuan berumur 21 tahun atau sudah menikah dan atau bekerja;
c. Menyetujui maksud dan tujuan Muhammadiyah dan HW;
d. Mendaftarkan diri menjadi anggota HW.
4. Anggota Kehormatan yang diperoleh melalui pendaftaran dan rekomendasi Kwartir atau Qobilah
bersangkutan.

Kwarwil HW Jawa Barat 15 AD ART HW


SALINAN

5. Anggota Kehormatan terdiri atas :


a. Warga Negara Indonesia dan atau Warga Negara Asing, laki-laki dan perempuan beragama
Islam;
b. Pecinta dan simpatisan HW yang karena umur, kesehatan dan kesibukan tidak dapat secara
aktif dalam kegiatan kepanduan;
c. Orang yang berjasa dalam pengembangan HW;
d. Tenaga Instruktur HW.
6. Tata cara menjadi anggota diatur sebagai berikut :
a. Anggota Biasa.
1) Mengajukan permintaan secara tertulis kepada Kwartir Pusat dengan mengisi formulir
disertai kelengkapan syarat-syaratnya melalui Qobilah atau Pimpinan Amal Usaha di
tempat yang belum ada Qobilah, kemudian diteruskan kepada Kwartir Cabang atau
Kwartir Daerah atau Kwartir Wilayah;
2) Kwartir Cabang atau Kwartir Daerah atau Kwartir Wilayah meneruskan permintaan
tersebut kepada Kwartir Pusat dengan disertai pertimbangan;
3) Kwartir Cabang dapat memberi tanda anggota sementara kepada calon anggota,
sebelum yang bersangkutan menerima kartu tanda anggota dari Kwartir Pusat. Bentuk
tanda anggota sementara ditetapkan oleh Kwartir Pusat;
4) Kwartir Pusat memberi kartu tanda anggota HW kepada calon anggota biasa yang telah
disetujui melalui Kwartir Cabang yang bersangkutan.
b. Anggota Kehormatan;
Tata cara menjadi Anggota Kehormatan diatur oleh Kwartir Pusat.
7. Kwartir Pusat dapat melimpahkan wewenang penerimaan permintaan menjadi Anggota Biasa
dan memberikan kartu tanda anggota HW kepada Kwartir Wilayah. Pelimpahan wewenang
tersebut dan ketentuan pelaksanaannya diatur dengan keputusan Kwartir Pusat;
8. Anggota Biasa dan Kehormatan berhenti karena :
a. Meninggal dunia;
b. Mengundurkan diri;
c. Diberhentikan oleh Kwartir Pusat;
9. Tata cara pemberhentian anggota;
a. Anggota Biasa.
1) Kwartir Cabang mengusulkan pemberhentian anggota kepada Kwartir Daerah
berdasarkan bukti yang dapat dipertanggung jawabkan;
2) Kwartir Daerah meneruskan kepada Kwartir Wilayah usulan pemberhentian anggota
dengan disertai pertimbangan;
3) Kwartir Wilayah meneruskan atau tidak meneruskan usulan pemberhentian anggota
kepada Kwartir Pusat setelah melakukan penelitian dan penilaian;
4) Kwartir Wilayah dapat melakukan pemberhentian sementara yang berlaku paling lama 6
(enam) bulan selama menunggu proses pemberhentian anggota dari Kwartir Pusat;
5) Kwartir Pusat, setelah menerima usulan pemberhentian anggota, memutuskan
memberhentikan atau tidak memberhentikan paling lama 6 (ernam) bulan sejak
diusulkan oleh Kwartir Wilayah;
6) Anggota yang diusulkan pemberhentian keanggotaannya, selama proses pengusulan
berlangsung, dapat mengajukan keberatan kepada Kwartir Cabang, Kwartir Daerah,
Kwartir Wilayah dan Kwartir Pusat. Setelah keputusan pemberhentian dikeluarkan, yang
bersangkutan dapat mengajukan keberatan kepada Kwartir Pusat;
7) Kwartir Pusat membentuk tim yang diserahi tugas mempelajari keberatan yang diajukan
oleh anggota yang diberhentikan. Kwartir Pusat menetapkan keputusan akhir setelah
mendengar pertimbangan tim;
b. Anggota Kehormatan diberhentikan atas keputusan Kwartir Pusat.

Kwarwil HW Jawa Barat 16 AD ART HW


SALINAN

Pasal 14
Kewajiban dan Hak
1. Anggota Biasa dan Anggota Kehormatan berkewajiaban :
a. Taat menjalankan ajaran Islam;
b. Menjaga nama baik dan setia kepada HW serta perjuangannya;
c. Menjunjung tinggi dan mengamalkan Kode Kehormatan HW;
d. Mentaati semua peraturan yang berlaku di lingkungan HW;
e. Mendukung dan mengindahkan kepentingan HW serta melaksanakan usahanya;
f. Memakai seragam HW pada saat pelatihan, upacara dan kegiatan HW lainnya yang diatur
dalam Buku Peraturan Dasar;
g. Membayar iuran anggota yang jumlahnya ditentukan oleh Kwartir Pusat;
h. Membayar infaq.
2. Anggota Biasa berhak :
a. Mendapat Kartu Tanda Anggota HW;
b. Mengikuti pendidikan dan pelatihan;
c. Memilih dan dipilih;
d. Menyatakan pendapat.
3. Anggota Kehormatan berhak
a. Mendapat Kartu Tanda Anggota HW;
b. Menyatakan pendapat.

Pasal 15
Pusat
Pusat adalah kesatuan Wilayah dalam Negara Republik Indonesia yang berfungsi :
a. Melakukan pembinaan, pemberdayaan dan koordinasi Wilayah;
b. Penyelanggaraan, pembinaan dan pengawasan pengelolaan HW;
c. Perencanaan program kegiatan.

Pasal 16
Wilayah
1. Wilayah adalah kesatuan Daerah di Provinsi yang terdiri atas sekurang-kurangnya tiga Daerah
yang berfungsi :
a. Melakukan pembinaan, pemberdayaan dan koordinasi Daerah;
b. Penyelenggaraan, pembinaan dan pengawasan pengelolaan HW;
c. Perencanaan program dan kegiatan.
2. Syarat pendirian Wilayah sekurang-kurangnya mempunyai :
a. Kegiatan pelatihan berkala untuk anggota Kwartir Wilayah dan Unsur Pembantu Kwartir,
Kwartir Daerah, sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan;
b. Pengajian dalam lingkungan Wilayahnya, sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan;
c. Anggota Biasa sebagai pembina, sekurang-kurangnya 30 orang;
d. Kantor.
3. Pengesahan pendirian Wilayah ditetapkan oleh Kwartir Pusat atas usul Daerah yang
bersangkutan;
4. Pendirian suatu Wilayah yang merupakan pemisahan dari Wilayah yang telah ada dilakukan
melalui dan atas keputusan Musyawarah Wilayah/Musyawarah Kwartir tingkat Wilayah.

Pasal 17
Daerah
1. Daerah adalah kesatuan Cabang di Kabupaten/Kota yang terdiri atas sekurang-kurangnya tiga
Cabang yang berfungsi :
a. Melakukan pembinaan, pemberdayaan dan koordinasi Cabang;
b. Penyelenggaraan, pembinaan dan pngawasan pengelolaan HW;
c. Perencanaan program dan kegiatan.

Kwarwil HW Jawa Barat 17 AD ART HW


SALINAN

2. Syarat pendirian Daerah sekurang-kurangnya mempunyai :


a. Kegiatan pelatihan berkala untuk anggota Kwartir Daerah dan Unsur Pembantu Kwartir,
Kwartir Cabang, sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan;
b. Pengajian dalam lingkungan Daerahnya, sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan;
c. Anggota Biasa sebagai pembina, sekurang-kurangnya 15 orang;
d. Kantor.
3. Pengesahan pendirian Daerah dan ketentuan luas lingkungannya ditetapkan oleh Kwartir Pusat
atas usul Cabang setelah memperhatikan pertimbangan Kwartir Wilayah;
4. Pendirian suatu Daerah yang merupakan pemisahan dari Daerah yang telah ada dilakukan
dengan persetujuan Kwartir Daerah yang bersangkutan atas keputusan Musyawarah
Daerah/Musyawarah Kwartir tingkat Daerah.

Pasal 18
Cabang
1. Cabang adalah kesatuan Qobilah di suatu tempat yang terdiri atas sekurang-kurangnya tiga
Qobilah yang berfungsi :
a. Melakukan pembinaan, pemberdayaan dan koordinasi Qobilah;
b. Penyelenggaraan pengelolaan HW;
2. Syarat pendirian Cabang sekurang-kurangnya mempunyai :
a. Kegiatan pelatihan berkala untuk anggota Kwartir Cabang dan Unsur Pembantu Kwartir,
Qobilah, sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan;
b. Pengajian dalam lingkungan Cabangnya, sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan;
c. Anggota Biasa sebagai pembina, sekurang-kurangnya 10 orang;
d. Kantor.
3. Pengesahan pendirian Cabang dan ketentuan luas lingkungannya ditetapkan oleh Kwartir
Wilayah atas usul Qobilah setelah memperhatikan pertimbangan Kwartir Daerah;
4. Pendirian suatu Cabang yang merupakan pemisahan dari Cabang yang telah ada dilakukan
dengan persetujuan Kwartir Cabang yang bersangkutan atas keputusan Musyawarah
Cabang/Musyawarah Kwartir tingkat Cabang.

Pasal 19
Qobilah
1. Qobilah adalah kesatuan anggota di suatu tempat atau kawasan yajng terdiri atas sekurang-
kurangnya 8 orang yang berfungsi melakukan pembinaan dan pemberdayaan anggota;
2. Syarat pendirian Qobilah sekurang-kurangnya mempunyai :
a. Kegiatan pelatihan berkala Anggota didik sekurang-kurangnya sepekan sekali;
b. Anggota Biasa Pandu HW.
3. Pengesahan pendirian Qobilah dan ketentuan luas lingkungannya ditetapkan oleh Kwartir
Daerah atas usul anggota setelah mendengar pertimbangan Kwartir Cabang;
4. Qabilah di Perguruan Tinggi Muhammadiyah, untuk pertama kali disahkan dan dikukuhkan oleh
Kwartir Pusat Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan dan selanjutnya oleh Kwartir Wilayah
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan di wilayahnya masing-masing;
5. Pendirian suatu Qobilah yang merupakan pemisahan dari Qobilah yang telah ada dilakukan
dengan persetujuan Qobilah yang bersangkutan atas keputusan Musyawarah
Cabang/Daerah/Wilayah;
6. Tempat pelatihan Anggota didik.

Pasal 20
Kwartir Pusat
1. Kwartir Pusat bertugas :
a. Menetapkan kebijakan HW berdasarkan keputusan Muktamar dan Tanwir, serta memimpin
dan mengendalikan pelaksanaannya.
b. Membuat pedoman kerja dan pembagian wewenang bagi para anggotanya.
c. Membimbing dan meningkatkan usaha serta kegiatan Wilayah.
d. Membina, membimbing, mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kegiatan Unsur
Pembantu Kwartir tingkat Pusat.
Kwarwil HW Jawa Barat 18 AD ART HW
SALINAN

2. Anggota Kwartir Pusat dapat terdiri dari laki-laki dan perempuan.


3. Anggota Kwartir Pusat tidak harus berdomisili di kota tempat kantor Kwartir Pusat atau
sekitarnya.
4. Kwartir Pusat dapat mengusulkan tambahan anggotanya kepada Tanwir sebanyak-banyaknya
separuh dari jumlah anggota Kwartir Pusat terpilih. Selama menunggu keputusan Tanwir, calon
tambahan anggota Kwartir Pusat sudah dapat menjalankan tugasnya atas tanggung jawab
Kwartir Pusat.
5. Kwartir Pusat mengusulkan kepada Tanwir calon pengganti Ketua Umum Kwartir Pusat yang
karena sesuatu hal berhenti dalam tenggang masa jabatan. Selama menunggu ketetapan
Tanwir, Ketua Umum Kwartir Pusat dijabat oleh salah seorang Ketua atas keputusan Kwartir
Pusat.

Pasal 21
Kwartir Wilayah
1. Kwartir Wilayah bertugas :
a. Menetapkan kebijakan HW dalam wilayahnya berdasarkan kebijakan Kwartir Pusat,
keputusan Musyawarah Wilayah, Musyawarah Kwartir Wilayah dan Rapat Kwartir tingkat
Wilayah.
b. Memimpin dan mengendalikan pelaksanaan kebijakan/instruksi Kwartir Pusat dan Unsur
Pembantu Kwartir.
c. Membimbing dan meningkatkan usaha serta kegiatan Daerah dalam wilayahnya sesuai
dengan kewenangannya.
d. Membina, membimbing, mengintegrasikan dan mengkoodinasikan kegiatan Unsur
Pembantu Kwartir tingkat Wilayah.
2. Kwartir Wilayah berkantor di ibukota provinsi.
3. Anggota Kwartir Wilayah dapat terdiri dari laki-laki dan perempuan.
4. Anggota Kwartir Wilayah tidak harus berdomisili di kota tempat kantor Kwartir Wilayah atau
sekitarnya.
5. Kwartir Wilayah menunjuk salah seorang Wakil Ketua untuk ditetapkan sebagai anggota Tanwir
apabila Ketua Kwartir Wilayah tidak dapat menunaikan tugasnya sebagai anggota Tanwir.
6. Kwartir Wilayah dapat mengusulkan tambahan anggotanya kepada Musyawarah Kwartir
Wilayah sebanyak-banyaknya separuh dari jumlah anggota Kwartir Wilayah terpilih kemudian
dimintakan pengesahannya kepada Kwartir Pusat. Selama menunggu keputusan Musyawarah
Kwartir tingkat Wilayah dan ketetapan dari Kwartir Pusat, calon tambahan anggota Kwartir
Wilayah sudah dapat menjalankan tugasnya atas tanggung jawab Kwartir Wilayah.
7. Kwartir Wilayah mengusulkan kepada Musyawarah Kwartir Wilayah calon pengganti Ketua
Kwartir Wilayah yang karena sesuatu hal berhenti dalam tenggang masa jabatan untuk
ditetapkan dan dimintakan pengesahannya kepada Kwartir Pusat. Selama menunggu ketetapan
Musyawarah Kwartir tingkat Wilayah dan ketetapan dari Kwartir Pusat, Ketua Kwartir Wilayah
dijabat oleh salah seorang Wakil Ketua atas keputusan Kwartir Wilayah.

Pasal 22
Kwartir Daerah
1. Kwartir Daerah bertugas :
a. Menetapkan kebijakan HW dalam Daerahnya berdasarkan kebijakan Kwartir di atasnya,
keputusan Musyawarah Daerah, Musyawarah Kwartir Daerah dan Rapat Kwartir tingkat
Daerah.
b. Memimpin dan mengendalikan pelaksanaan kebijakan/instruksi Kwartir Pusat, Kwartir
Wilayah serta Unsur Pembantu Kwartirnya.
c. Membimbing dan meningkatkan usaha serta kegiatan Cabang dalam daerahnya sesuai
dengan kewenangannya.
d. Membina, membimbing, mengintegrasikan dan mengkoodinasikan kegiatan Unsur
Pembantu Kwartir tingkat Daerah..

Kwarwil HW Jawa Barat 19 AD ART HW


SALINAN

2. Kwartir Daerah berkantor di ibukota Kabupaten/Kota.


3. Anggota Kwartir Daerah dapat terdiri dari laki-laki dan perempuan.
4. Anggota Kwartir Daerah harus berdomisili di Kabupaten/Kotanya.
5. Kwartir Daerah menunjuk salah seorang Wakil Ketua untuk ditetapkan sebagai anggota
Musyawarah Kwartir tingkat Wilayah apabila Ketua Kwartir Daerah tidak dapat menunaikan
tugasnya sebagai anggota Musyawarah Kwartir tingkat Wilayah.
6. Kwartir Daerah dapat mengusulkan tambahan anggotanya kepada Musyawarah Kwartir Daerah
sebanyak-banyaknya separuh dari jumlah anggota Kwartir Daerah terpilih kemudian dimintakan
pengesahannya kepada Kwartir Wilayah. Selama menunggu keputusan Musyawarah Kwartir
tingkat Daerah dan ketetapan dari Kwartir Wilayah, calon tambahan anggota Kwartir Daerah
sudah dapat menjalankan tugasnya atas tanggung jawab Kwartir Daerah.
7. Kwartir Daerah mengusulkan kepada Musyawarah Kwartir Daerah calon pengganti Ketua
Kwartir Daerah yang karena sesuatu hal berhenti dalam tenggang masa jabatan untuk
ditetapkan dan dimintakan pengesahannya kepada Kwartir Wilayah. Selama menunggu
ketetapan Musyawarah Kwartir tingkat Daerah dan ketetapan dari Kwartir Wilayah, Ketua
Kwartir Daerah dijabat oleh salah seorang Wakil Ketua atas keputusan Kwartir Daerah.

Pasal 23
Kwartir Cabang
1. Kwartir Cabang bertugas :
a. Menetapkan kebijakan HW dalam Cabangnya berdasarkan kebijakan Kwartir di atasnya,
keputusan Musyawarah Cabang dan Musyawarah Kwartir tingkat Cabang.
b. Memimpin dan mengendalikan pelaksanaan kebijakan/instruksi Kwartir Pusat, Kwartir
Wilayah, Kwartir Daerah serta Unsur Pembantu Kwartirnya.
c. Membimbing dan meningkatkan usaha serta kegiatan Qobilah dalam cabangnya sesuai
dengan kewenangannya.
d. Membina, membimbing, mengintegrasikan dan mengkoodinasikan kegiatan Unsur
Pembantu Kwartir tingkat Cabang.
2. Kwartir Cabang berkantor di ibukota Kecamatan.
3. Anggota Kwartir Cabang dapat terdiri dari laki-laki dan perempuan.
4. Anggota Kwartir Cabang harus berdomisili di Cabangnya.
5. Kwartir Cabang menunjuk salah seorang Wakil Ketua untuk ditetapkan sebagai anggota
Musyawarah Kwartir tingkat Daerah apabila Ketua Kwartir Cabang tidak dapat menunaikan
tugasnya sebagai anggota Musyawarah Kwartir tingkat Daerah.
6. Kwartir Cabang dapat mengusulkan tambahan anggotanya kepada Musyawarah Kwartir
Cabang sebanyak-banyaknya separuh dari jumlah anggota Kwartir Cabang terpilih kemudian
dimintakan pengesahannya kepada Kwartir Daerah. Selama menunggu keputusan Musyawarah
Kwartir tingkat Cabang dan ketetapan dari Kwartir Daerah, calon tambahan anggota Kwartir
Cabang sudah dapat menjalankan tugasnya atas tanggung jawab Kwartir Cabang.
7. Kwartir Cabang mengusulkan kepada Musyawarah Kwartir Cabang calon pengganti Ketua
Kwartir Cabang yang karena sesuatu hal berhenti dalam tenggang masa jabatan untuk
ditetapkan dan dimintakan pengesahannya kepada Kwartir Daerah. Selama menunggu
ketetapan Musyawarah Kwartir tingkat Cabang dan ketetapan dari Kwartir Daerah, Ketua
Kwartir Cabang dijabat oleh salah seorang Wakil Ketua atas keputusan Kwartir Cabang.

Pasal 24
Qobilah
1. Qobilah bertugas :
a. Menetapkan kebijakan HW dalam Qobilahnya berdasarkan kebijakan Kwartir di atasnya,
keputusan Musyawarah Qobilah, Musyawarah Qobilah.
b. Memimpin dan mengendalikan pelaksanaan kebijakan/instruksi Kwartir Pusat, Kwartir
Wilayah, Kwartir Daerah, Kwartir Cabang serta Unsur Pembantu Kwartirnya.
c. Membimbing dan meningkatkan usaha serta kegiatan Qobilah sesuai dengan
kewenangannya.
d. Membina, membimbing, mengintegrasikan dan mengkoodinasikan kegiatan Unsur
Pembantu Kwartir tingkat Qobilah.

Kwarwil HW Jawa Barat 20 AD ART HW


SALINAN

2. Anggota Qobilah dapat terdiri dari laki-laki dan perempuan.


3. Anggota Qobilah harus berdomisili di kawasannya.
4. Qobilah menunjuk salah seorang Wakil Ketua untuk ditetapkan sebagai anggota Musyawarah
Kwartir tingkat Cabang apabila Ketua Qobilah tidak dapat menunaikan tugasnya sebagai
anggota Musyawarah Kwartir tingkat Cabang.
5. Qobilah dapat mengusulkan tambahan anggotanya kepada Musyawarah Qobilah sebanyak-
banyaknya separuh dari jumlah anggota Qobilah terpilih kemudian dimintakan pengesahannya
kepada Kwartir Cabang. Selama menunggu keputusan Musyawarah tingkat Qobilah dan
ketetapan dari Kwartir Cabang, calon tambahan anggota Qobilah sudah dapat menjalankan
tugasnya atas tanggung jawab Qobilah.
6. Qobilah mengusulkan kepada Musyawarah Qobilah calon pengganti Ketua Qobilah yang karena
sesuatu hal berhenti dalam tenggang masa jabatan untuk ditetapkan dan dimintakan
pengesahannyakepada Kwartir Cabang. Selama menunggu ketetapan Musyawarah Pimpinan
tingkat Qobilah dan ketetapan dari Kwartir Cabang, Ketua Qobilah dijabat oleh salah seorang
Wakil Ketua atas keputusan Qobilah.

Pasal 25
Pemilihan Kwartir
1. Syarat anggota Kwartir HW :
a. Taat beribadah dan mengamalkan ajaran Islam.
b. Setia pada prinsip-prinsip dasar perjuangan HW.
c. Dapat menjadi teladan dalam HW.
d. Taat pada garis kebijakan Kwartir HW.
e. Memiliki kecakapan dan kemampuan menjalankan tugasnya.
f. Telah menjadi anggota Muhammadiyah dan HW sekurang-kurangnya satu tahun dan
berpengalaman dalam kepemimpinan di lingkungan HW bagi Kwartir tingkat Daerah,
Wilayah dan Pusat.
g. Tidak merangkap jabatan dengan pimpinan organisasi politik dan pimpinan organisasi yang
amal kegiatannya sama dengan HW di semua tingkat.
h. Tidak merangkap jabatan dengan Kwartir HW vertikal maupun horisontal dan Unsur
Pembantu Kwartir.
2. Penyimpangan dari ketentuan ayat 1 butir f, g dan h pasal ini hanya dapat dilakukan atas
keputusan Kwartir Pusat.
3. Pemilihan Kwartir dapat dilakukan secara langsung atau formatur atas keputusan Musyawarah
masing-masing.
4. Pelaksanaan pemilihan Kwartir dilakukan oleh Panitia Pemilihan dengan ketentuan :
a. Panitia Pemilihan Kwartir Pusat ditetapkan oleh Tanwir atas usul Kwartir Pusat.
b. Panitia Pemilihan Kwartir Wilayah, Kwartir Daerah, Kwartir Cabang dan Qobilah ditetapkan
oleh Musyawarah Kwartir atas usul Kwartir HW pada semua tingkatan.
c. Panitia Pemilihan diangkat untuk satu kali pemilihan.
5. Pelaksanaan pemilihan Kwartir diatur berdasarkan tata tertib Pemilihan dengan ketentuan :
a. Tata-tertib Pemilihan Kwartir Pusat ditetapkan oleh Tanwir atas usul Kwartir Pusat.
b. Tata-tertib Pemilihan Kwartir Wilayah, Daerah, Cabang dan Qobilah ditetapkan oleh
Musyawarah Kwartir atas usul Kwartir HW pada setiap tingkatan.

Pasal 26
Masa Jabatan Kwartir
1. Masa jabatan Kwartir Wilayah, Kwartir Daerah, Kwartir Cabang dan Qobilah sama dengan masa
jabatan Kwartir Pusat.
2. Pergantian Kwartir Wilayah, Kwartir Daerah, Kwartir Cabang dengan segenap Unsur Pembantu
Kwartir serta Qobilah, disesuaikan dengan pergantian Kwartir Pusat dan pelaksanaannya
dilakukan setelah Muktamar dan Musyawarah di atasnya.
3. Kwartir-kwartir dalam HW yang telah habis masa jabatannya, tetap menjalankan tugasnya
sampai dilakukan serah-terima dengan Kwartir yang baru.
4. Setiap pergantian Kwartir HW harus menjamin adanya peningkatan kinerja, penyegaran dan
kaderisasi Kwartir.

Kwarwil HW Jawa Barat 21 AD ART HW


SALINAN

Pasal 27
Ketentuan Luar Biasa
Kwartir Pusat dalam keadaan luar biasa dapat mengambil ketetapan lain terhadap masalah Kwartir
yang diatur dalam pasal 21 sampai dengan 26.

Pasal 28
Penasehat
1. Penasehat terdiri atas perorangan yang diangkat oleh Kwartir HW masing-masing tingkat.
2. Penasehat bertugas memberi nasehat kepada Kwartir HW, baik diminta maupun atas kemauan
sendiri.
3. Syarat untuk dapat diangkat sebagai penasehat :
a. Anggota HW.
b. Pernah menjadi anggota Kwartir HW, atau mempunyai pengalaman dalam organisasi atau
memiliki keahlian bidang tertentu.

Pasal 29
Unsur Pembantu Kwartir
1. Pengertian dan pembentukan Unsur Pembantu Kwartir :
a. Bidang :
1) Bidang bertugas menyelenggarakan program dan kegiatan pokok dalam bidang tertentu.
2) Bidang dibentuk oleh Kwartir Pusat, Kwartir Wilayah, Kwartir Daerah dan Kwartir Cabang
di tingkat masing-masing sesuai dengan kebutuhan.
b. Urusan :
1) Urusan bertugas melaksanakan program dan kegiatan pendukung yang bersifat khusus.
2) Urusan dibentuk oleh Kwartir Pusat di tingkat pusat.
3) Kwartir Wilayah dan Kwartir Daerah apabila dipandang perlu dapat membentuk urusan
tertentu di tingkat masing-masing dengan persetujuan Kwartir HW setingkat di atasnya.
2. Ketentuan lain tentang Unsur Pembantu Kwartir diatur dalam Qaidah yang dibuat dan
ditetapkan oleh Kwartir Pusat.

Pasal 30
Muktamar
1. Muktamar diselenggarakan oleh dan atas tanggungjawab serta dipimpin oleh Kwartir Pusat.
2. Ketentuan tentang pelaksanaan, teta-tertib dan susunan acara Muktamar ditetapkan oleh
Kwartir Pusat.
3. Undangan dan acara Muktamar dikirim kepada anggota Muktamar selambat-lambatnya tiga
bulan sebelum Muktamar berlangsung.
4. Acara Muktamar :
a. Laporan Kwartir Pusat tentang :
1) Kebijakan Kwartir.
2) Organisasi.
3) Pelaksanaan keputusan Muktamar dan Tanwir.
4) Keuangan.
b. Program HW
c. Pemilihan Anggota Kwartir Pusat dan penetapan Ketua Umum.
d. Masalah HW yang bersifat umum.
e. Usul-usul.

Kwarwil HW Jawa Barat 22 AD ART HW


SALINAN

5. Muktamar dihadiri oleh :


a. Anggota Muktamar terdiri atas :
1) Anggota Kwartir Pusat.
2) Ketua Kwartir Wilayah atau penggantinya yamg sudah disahkan oleh Kwartir Pusat.
3) Anggota Tanwir wakil Wilayah 2 orang
4) Ketua Kwartir Daerah atau penggantinya yang sudah disahkan oleh Kwartir Wilayah.
5) Wakil Daerah sekurang-kurangnya 2 orang dan sebanyak-banyaknya 5 orang berdasar
atas jumlah perimbangan Cabang dalam tiap Daerah, atas dasar keputusan
Musyawarah Kwartir Daerah.
Ketentuan perimbangan ditetapkan oleh Kwartir Pusat.
b. Peserta Muktamar terdiri atas :
1) Ketua Bidang/Urusan tingkat Pusat
2) Ketua Dewan Sugli tingkat Pusat
3) Undangan khusus dari kalangan HW yang ditentukan oleh Kwartir Pusat
c. Peninjau Muktamar ialah mereka yang diundang oleh Kwartir Pusat.
6. Anggota Muktamar berhak menyatakan pendapat, memilih dan dipilih. Peserta Muktamar
berhak menyatakan pendapat. Peninjau Muktamar tidak mempunyai hak menyatakan pendapat,
memilih dan dipilih.
7. Keputusan Muktamar harus sudah ditanfidzkan oleh Kwartir Pusat selambat-lambatnya dua
bulan sesudah Muktamar.
8. Pertemuan dan atau kegiatan lain yang diselenggarakan bersamaan waktu berlangsungnya
Muktamar diatur oleh penyelenggara.

Pasal 31
Muktamar Luar Biasa
1. Muktamar Luar Biasa diadakan berdasarkan Keputusan Tanwir atas usul Kwartir Pusat atau dua
pertiga Kwartir Wilayah.
2. Undangan dan acara Muktamar Luar Biasa dikirim kepada Anggota Muktamar selambat-
lambatnya satu bulan sebelum Muktamar Luar Biasa berlangsung.
3. Ketentuan-ketentuan pasal 30 berlaku bagi penyelenggaraan Muktamar Luar Biasa, kecuali ayat
3 dan ayat 4.
4. Muktamar Luar Biasa dihadiri oleh sekurang-kurangnya dua pertiga dari anggota Muktamar dan
keputusannya diambil sekurang-kurangnya dua pertiga dari yang hadir.

Pasal 32
Tanwir
1. Tanwir diadakan oleh Kwartir Pusat atau atas permintaan sekurang-kurangnya seperempat dari
jumlah anggota Tanwir di luar anggota Kwartir Pusat.
2. Tanwir diselenggarakan oleh dan atas tanggungjawab serta dipimpin Kwartir Pusat.
3. Ketentuan tentang pelaksanaan, tata-tertib dan susunan acara Tanwir ditetapkan oleh Kwartir
Pusat.
4. Undangan dan acara Tanwir dikirim kepada Anggota Tanwir selambat-lambatnya satu bulan
sebelum Tanwir berlangsung.
5. Acara Tanwir :
a. Laporan Kwartir Pusat.
b. Masalah yang oleh Muktamar atau menurut Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
diserahkan kepada Tanwir.
c. Masalah yang akan dibahas dalam Muktamar sebagai pembicaraan pendahuluan.
d. Masalah mendesak yang tidak dapat ditengguhkan sampai berlangsungnya Muktamar.
e. Usul-usul.

Kwarwil HW Jawa Barat 23 AD ART HW


SALINAN

6. Tanwir dihadiri oleh :


a. Anggota Tanwir terdiri atas :
1) Anggota Kwartir Pusat.
2) Ketua Kwartir Wilayah atau penggantinya yang telah disahkan oleh Kwartir Pusat.
3) Wakil Wilayah 2 orang.
b. Peserta Tanwir terdiri atas :
1) Ketua Bidang/Urusan tingkat Pusat
2) Ketua Dewan Sugli tingkat Pusat
3) Undangan khusus dari kalangan HW yang ditentukan oleh Kwartir Pusat.
c. Peninjau Tanwir ialah mereka yang diundang oleh Kwartir Pusat.
7. Anggota Tanwir berhak menyatakan pendapat, memilih dan dipilih. Peserta Tanwir berhak
menyatakan pendapat. Peninjau Tanwir tidak mempunyai hak menyatakan pendapat, memilih
dan dipilih.
8. Keputusan Tanwir harus sudah ditanfidzkan oleh Kwartir Pusat selambat-lambatnya dua bulan
sesudah Muktamar.
9. Pertemuan dan atau kegiatan lain yang diselenggarakan bersamaan waktu berlangsungnya
Sidang Tanwir diatur oleh penyelenggara.

Pasal 33
Musyawarah Wilayah
1. Musyawarah Wilayah diselenggarakan oleh dan atas tanggungjawab serta dipimpin oleh Kwartir
Wilayah.
2. Ketentuan tentang pelaksanaan tata-tertib dan susunan acara Musyawarah Wilayah ditetapkan
oleh Kwartir Wilayah.
3. Undangan dan acara Musyawarah Wilayah dikirim kepada Anggota Musyawarah Wilayah
selambat-lambatnya satu bulan sebelum Musyawarah Wilayah berlangsung.
4. Acara Musyawarah Wilayah :
a. Laporan Kwartir Wilayah tentang :
1) Kebijakan Kwartir.
2) Organisasi.
3) Pelaksanaan keputusan-keputusan Muktamar, Tanwir, Instruksi Kwartir Pusat,
pelaksanaan keputusan Musyawarah Wilayah, Musyawarah Kwartir Wilayah dan Rapat
Kwartir tingkat Wilayah.
4) Keuangan.
b. Program Wilayah.
c. Pemilihan Anggota Kwartir Wilayah dan pengesahan Ketua.
d. Pemilihan Anggota Tanwir Wakil Wilayah.
e. Masalah HW dalam Wilayah.
f. Usul-usul.
5. Musyawarah Wilayah dihadiri oleh :
a. Anggota Musyawarah Wilayah terdiri atas :
1) Anggota Kwartir Wilayah yang sudah disahkan oleh Kwartir Pusat.
2) Ketua Kwartir Daerah atau penggantinya yang sudah disahkan oleh Kwartir Wilayah.
3) Anggota Kwartir Daerah 2 orang.
4) Ketua Kwartir Cabang atau penggantinya yang sudah disahkan oleh Kwartir Daerah.
5) Wakil Cabang 2 orang.
b. Peserta Musyawarah Wilayah terdiri atas :
1) Ketua Bidang/Urusan tingkat Wilayah
2) Ketua Dewan Sugli tingkat Wilayah
3) Undangan khusus dari kalangan HW yang ditentukan oleh Kwartir Wilayah.
c. Peninjau Musyawarah Wilayah ialah mereka yang diundang oleh Kwartir Wilayah.
6. Anggota Musyawarah Wilayah berhak menyatakan pendapat, memilih dan dipilih. Peserta
7. Musyawarah Wilayah berhak menyatakan pendapat. Peninjau Musyawarah Wilayah tidak
mempunyai hak menyatakan pendapat, memilih dan dipilih.

Kwarwil HW Jawa Barat 24 AD ART HW


SALINAN

8. Keputusan Musyawarah Wilayah harus dilaporkan kepada Kwartir Pusat selambat-lambatnya


satu bulan sesudah Musyawarah Wilayah. Apabila dalam waktu satu bulan sesudah laporan
dikirim, tidak ada keterangan atau keberatan dari Kwartir Pusat, maka keputusan Musyawarah
Wilayah dapat ditanfidzkan oleh Kwartir Wilayah.
9. Pertemuan dan atau kegiatan lain yang diselenggarakan bersamaan waktu berlangsungnya
Musyawarah Wilayah diatur oleh penyelenggara.

Pasal 34
Musyawarah Daerah
1. Musyawarah Daerah diselenggarakan oleh dan atas tanggungjawab serta dipimpin oleh Kwartir
Daerah.
2. Ketentuan tentang pelaksanaan tata-tertib dan susunan acara Musyawarah Daerah ditetapkan
oleh Kwartir Daerah.
3. Undangan dan acara Musyawarah Daerah dikirim kepada Anggota Musyawarah Daerah
selambat-lambatnya satu bulan sebelum Musyawarah Daerah berlangsung.
4. Acara Musyawarah Daerah :
a. Laporan Kwartir Daerah tentang :
1) Kebijakan Kwartir.
2) Organisasi.
3) Pelaksanaan keputusan-keputusan Musyawarah dan Kwartir di atasnya serta
pelaksanaan keputusan Musyawarah Daerah, Musyawarah Kwartir Daerah dan Rapat
Kwartir tingkat Daerah.
4) Keuangan.
b. Program Daerah.
c. Pemilihan Anggota Kwartir Daerah dan pengesahan Ketua.
d. Pemilihan Anggota Musyawarah Wakil Wilayah.
e. Masalah HW dalam Daerah.
f. Usul-usul.
5. Musyawarah Daerah dihadiri oleh :
a. Anggota Musyawarah Daerah terdiri atas :
1) Anggota Kwartir Daerah yang sudah disahkan oleh Kwartir Wilayah.
2) Ketua Kwartir Cabang atau penggantinya yang sudah disahkan oleh Kwartir Daerah.
3) Anggota Kwartir Cabang 2 orang.
4) Ketua Qobilah atau penggantinya yang sudah disahkan oleh Kwartir Cabang.
5) Wakil Cabang 2 orang.
b. Peserta Musyawarah Daerah terdiri atas :
1) Ketua Bidang/Urusan tingkat Daerah
2) Ketua Dewan Sugli tingkat Daerah
3) Undangan khusus dari kalangan HW yang ditentukan oleh Kwartir Daerah.
c. Peninjau Musyawarah Daerah ialah mereka yang diundang oleh Kwartir Daerah.
6. Anggota Musyawarah Daerah berhak menyatakan pendapat, memilih dan dipilih. Peserta
Musyawarah Daerah berhak menyatakan pendapat. Peninjau Musyawarah Daerah tidak
mempunyai hak menyatakan pendapat, memilih dan dipilih.
7. Keputusan Musyawarah Daerah harus dilaporkan kepada Kwartir Wilayah selambat-lambatnya
satu bulan sesudah Musyawarah Daerah. Apabila dalam waktu satu bulan sesudah laporan
dikirim, tidak ada keterangan atau keberatan dari Kwartir Wilayah, maka keputusan
Musyawarah Daerah dapat ditanfidzkan oleh Kwartir Daerah.
8. Pertemuan dan atau kegiatan lain yang diselenggarakan bersamaan waktu berlangsungnya
Musyawarah Daerah diatur oleh penyelenggara.

Kwarwil HW Jawa Barat 25 AD ART HW


SALINAN

Pasal 35
Musyawarah Cabang
1. Musyawarah Cabang diselenggarakan oleh dan atas tanggungjawab serta dipimpin oleh Kwartir
Cabang.
2. Ketentuan tentang pelaksanaan tata-tertib dan susunan acara Musyawarah Cabang ditetapkan
oleh Kwartir Cabang
3. Undangan dan acara Musyawarah Cabang dikirim kepada Anggota Musyawarah Cabang
selambat-lambatnya 15 hari sebelum Musyawarah Cabang berlangsung.
4. Acara Musyawarah Cabang :
a. Laporan Kwartir Cabang tentang :
1) Kebijakan Kwartir.
2) Organisasi.
3) Pelaksanaan keputusan-keputusan Musyawarah dan keputusan Kwartir di atasnya serta
pelaksanaan keputusan Musyawarah Cabang, Musyawarah Kwartir Cabang dan Rapat
Kwartir tingkat Cabang.
4) Keuangan.
b. Program Cabang.
c. Pemilihan Anggota Kwartir Cabang dan pengesahan Ketua.
d. Pemilihan Anggota Musyawarah Wakil Cabang.
e. Masalah HW dalam Cabang
f. Usul-usul.
5. Musyawarah Cabang dihadiri oleh :
a. Anggota Musyawarah Cabang terdiri atas :
1) Anggota Kwartir Cabang yang sudah disahkan oleh Kwartir Daerah.
2) Ketua Qobilah atau penggantinya yang sudah disahkan oleh Kwartir Cabang.
3) Anggota Qobilah 2 orang.
b. Peserta Musyawarah Cabang terdiri atas :
1) Ketua Bidang/Urusan tingkat Cabang
2) Ketua Dewan Sugli tingkat Cabang
3) Undangan khusus dari kalangan HW yang ditentukan oleh Kwartir Cabang.
c. Peninjau Musyawarah Cabang ialah mereka yang diundang oleh Kwartir Cabang.
6. Anggota Musyawarah Cabang berhak menyatakan pendapat, memilih dan dipilih. Peserta
Musyawarah Cabang berhak menyatakan pendapat. Peninjau Musyawarah Cabang tidak
mempunyai hak menyatakan pendapat, memilih dan dipilih.Keputusan Musyawarah Cabang
harus dilaporkan kepada Kwartir Daerah selambat-lambatnya satu bulan sesudah Musyawarah
Cabang. Apabila dalam waktu 15 hari sesudah laporan dikirim, tidak ada keterangan atau
keberatan dari Kwartir Daerah, maka keputusan Musyawarah Cabang dapat ditanfidzkan oleh
Kwartir Cabang.
7. Pertemuan dan atau kegiatan lain yang diselenggarakan bersamaan waktu berlangsungnya
Musyawarah Cabang diatur oleh penyelenggara.

Pasal 36
Musyawarah Qobilah
1. Musyawarah Qobilah diselenggarakan oleh dan atas tanggungjawab serta dipimpin oleh
Qobilah
2. Ketentuan tentang pelaksanaan tata-tertib dan susunan acara Musyawarah Qobilah ditetapkan
oleh Qobilah.
3. Undangan dan acara Musyawarah Qobilah dikirim kepada Anggota Musyawarah Qobilah
selambat-lambatnya empat belas hari sebelum Musyawarah Qobilah berlangsung.

Kwarwil HW Jawa Barat 26 AD ART HW


SALINAN

4. Acara Musyawarah Qobilah :


a. Laporan Qobilah tentang :
1) Kebijakan Qobilah.
2) Organisasi.
3) Pelaksanaan keputusan-keputusan Musyawarah dan keputusan Kwartir di atasnya serta
pelaksanaan keputusan Musyawarah Qobilah dan Rapat Pimpinan tingkat Qobilah.
4) Keuangan.
b. Program Qobilah
c. Pemilihan Anggota Qobilah dan pengesahan Ketua.
d. Masalah HW dalam Qobilah.
e. Usul-usul.
5. Musyawarah Qobilah dihadiri oleh :
a. Anggota Musyawarah Qobilah terdiri atas :
Anggota Qobilah yang sudah disahkan oleh Kwartir Cabang/Kwartir Daerah
b. Peserta Musyawarah Qobilah terdiri atas :
1) Ketua Bidang/Urusan tingkat Qabilah
2) Ketua Dewan Amaliah di tingkat Qabilah
3) Undangan khusus dari kalangan HW yang ditentukan oleh Qobilah.
c. Peninjau Musyawarah Qobilah ialah mereka yang diundang oleh Qobilah.
6. Anggota Musyawarah Qobilah berhak menyatakan pendapat, memilih dan dipilih. Peserta
Musyawarah Qobilah berhak menyatakan pendapat. Peninjau Musyawarah Qobilah tidak
mempunyai hak menyatakan pendapat, memilih dan dipilih.
7. Keputusan Musyawarah Qobilah harus dilaporkan kepada Kwartir Cabang selambat-lambatnya
15 hari sesudah Musyawarah Qobilah. Apabila dalam waktu 15 hari sesudah laporan dikirim,
tidak ada keterangan atau keberatan dari Kwartir Cabang, maka keputusan Musyawarah
Qobilah dapat ditanfidzkan oleh Qobilah.
7. Pertemuan dan atau kegiatan lain yang diselenggarakan bersamaan waktu berlangsungnya
Musyawarah Qobilah diatur oleh penyelenggara.

Pasal 37
Musyawarah Kwartir
1. Musyawarah Kwartir diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab serta dipimpin oleh Kwartir
Wilayah, Kwartir Daerah, Kwartir Cabang dan Qobilah sekurang-kurangnya satu kali dalam satu
masa jabatan.
2. Ketentuan tentang pelaksanaan, tata-tertib dan susunan acara Musyawarah Kwartir serta
Musyawarah Qobilah ditetapkan oleh masing-masing penyelenggara.Undangan dan acara
Musyawarah Kwartir dikirim kepada anggota Musyawarah Kwartir dan Musyawarah Qobilah
selambat-lambatnya :
a. Tingkat Wilayah dan Daerah satu bulan.
b. Tingkat Cabang 15 hari.
c. Tingkat Qobilah tujuh hari, sebelum Musyawarah Kwartir dan Musyawarah Qobilah
berlangsung.
3. Acara Musyawarah Kwartir/Musyawarah Qobilah :
a. Laporan pelaksanaan kegiatan.
b. Masalah yang oleh Musyawarah atau menurut Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga diserahkan kepada Musyawarah Kwartir/Musyawarah Qobilah.
c. Masalah yang akan dibahas dalam Musyawarah sebagai pembicaraan pendahuluan.
d. Masalah mendesak yang tidak dapat ditangguhkan sampai berlangsungnya Musyawarah.
e. Usul-usul.

Kwarwil HW Jawa Barat 27 AD ART HW


SALINAN

4. Musyawarah Kwartir dan Musyawarah Qobilah dihadiri oleh :


a. Pada tingkat Wilayah :
1) Anggota :
a) Anggota Kwartir Wilayah yang telah disahkan oleh Kwartir Pusat.
b) Ketua Kwartir Daerah atau penggantinya yang telah disahkan oleh Kwartir Wilayah.
c) Wakil Daerah dua orang.
d) Wakil Bidang dan Urusan tingkat Wilayah masing-masing 2 orang.
2) Peserta : Undangan khusus.
b. Pada tingkat Daerah :
1) Anggota :
a) Anggota Kwartir Daerah yang telah disahkan oleh Kwartir Wilayah.
b) Ketua Kwartir Cabang atau penggantinya yang telah disahkan oleh Kwartir Daerah.
c) Wakil Cabang dua orang.
d) Wakil Bidang dan Urusan tingkat Daerah masing-masing 2 orang.
3) Peserta : Undangan khusus.
c. Pada tingkat Cabang :
1) Anggota :
a) Anggota Kwartir Cabang yang telah disahkan oleh Kwartir Daerah.
b) Ketua Qobilah.
c) Wakil Qobilah 2 orang.
d) Wakil Bidang dan Urusan tingkat Cabang masing-masing 2 orang.
2) Peserta : Undangan khusus.
d. Pada tingkat Qobilah :
1) Anggota :
a) Anggota Qobilah.
b) Wakil Bidang dan Urusan tingkat Qobilah masing-masing 2 orang.
2) Peserta : Undangan khusus.
5. Anggota Musyawarah Kwartir berhak menyatakan pendapat, memilih dan dipilih. Peserta
berhak berpendapat.
6. Keputusan Musyawarah Kwartir mulai berlaku setelah ditanfidzkan oleh Kwartir HW yang
bersangkutan sampai diubah atau dibatalkan oleh keputusan Musyawarah
Wilayah/Daerah/Cabang/Qobilah, selambat-lambatnya satu bulan sesudah Musyawarah Kwartir
berlangsung,

Pasal 38
Keabsahan Musyawarah
Musyawarah dinyatakan sah apabila dihadiri oleh dua pertiga dari anggota Musyawarah. Apabila
anggota Musyawarah tidak memenuhi jumlah dua pertiga, maka Musyawarah ditunda selama satu
jam dan setelah itu dapat dibuka kembali. Apabila anggota Musyawarah belum juga memenuhi
jumlah dua pertiga, maka Musyawarah ditunda lagi selama satu jam dan setelah itu dapat dibuka
serta dinyatakan sah tanpa memperhitungkan jumlah kehadiran anggota Musyawarah.Pasal 39
Keputusan Musyawarah
1. Keputusan Musyawarah diambil dengan cara mufakat.
2. Apabila keputusan secara mufakat tidak tercapai, maka dilakukan pemungutan suara dengan
suara terbanyak mutlak.
3. Keputusan Musyawarah yang dilakukan dengan pemungutan suara dapat dilakukan secara
terbuka atau tertutup/rahasia.

Kwarwil HW Jawa Barat 28 AD ART HW


SALINAN

Pasal 40
Rapat Anggota Kwartir
1. Rapat Anggota Kwartir sebagaimana dimaksud pada pasal 35 Anggaran Dasar dihadiri oleh:
a. Kwartir Pusat:
1) Ketua Umum;
2) Ketua;
3) Sekretaris Umum;
4) Sekretaris;
5) Bendahara Umum;
6) Bendahara
b. Kwartir Wilayah, Kwartir Wilayah, Kwartir Cabang, Qabilah:
1) Ketua;
2) Wakil Ketua;
3) Sekretaris;
4) Wakil Sekretaris;
5) Bendahara;
6) Wakil Bendahara.
2. Diadakan secara rutin sekurang-kurangnya sekali sebulan atau menurut keperluan, dipimpin
Ketua Umum/Ketua.

Pasal 41
Rapat Kwartir
1. Rapat Kwartir sebagaimana dimaksud pada pasal 36 Anggaran Dasar dihadiri oleh :
a. Pada tingkat Pusat :
1) Anggota Kwartir Pusat.
2) Ketua dan Sekretaris Kwartir Wilayah.
3) Ketua dan Sekretaris Bidang/Urusan tingkat Pusat.
b. Pada tingkat Wilayah :
1) Anggota Kwartir Wilayah.
2) Ketua dan Sekretaris Kwartir Daerah.
3) Ketua dan Sekretaris Bidang/Urusan tingkat Wilayah.
c. Pada tingkat Daerah :
1) Anggota Kwartir Daerah.
2) Ketua dan Sekretaris Kwartir Cabang.
3) Ketua dan Sekretaris Bidang/Urusan tingkat Daerah.
d. Pada tingkat Cabang :
1) Anggota Kwartir Cabang.
2) Ketua dan Sekretaris Pimpinan Qobilah.
3) Ketua dan Sekretaris Bidang/Urusan tingkat Cabang.
2. Ketentuan pelaksanaan dan acara Rapat Kwartir ditentukan oleh Kwartir HW masing-masing
tingkat.
3. Keputusan Rapat Kwartir mulai berlaku setelah ditanfidzkan oleh Kwartir HW yang
bersangkutan.

Kwarwil HW Jawa Barat 29 AD ART HW


SALINAN

Pasal 42
Rapat Kerja Kwartir
1. Rapat Kerja Kwartir ialah rapat yang diselenggarakan oleh dan atas tanggungjawab serta
dipimpin oleh Kwartir Pusat, Kwartir Wilayah, Kwartir Daerah, Kwartir Cabang dan Qobilah
untuk membahas pelaksanaan program dan mendistribusikan tugas kepada Unsur Pembantu
Kwartir HW.
2. Rapat Kerja Kwartir dihadiri oleh :
a. Pada tingkat Pusat :
1) Anggota Kwartir Pusat.
2) Wakil Unsur Pembantu Kwartir tingkat Pusat.
b. Pada tingkat Wilayah :
1) Anggota Kwartir Wilayah.
2) Wakil Unsur Pembantu Kwartir tingkat Wilayah.
c. Pada tingkat Daerah :
1) Anggota Kwartir Daerah.
2) Wakil Unsur Pembantu Kwartir tingkat Daerah.
d. Pada tingkat Cabang :
1) Anggota Kwartir Cabang.
2) Wakil Unsur Pembantu Kwartir tingkat Cabang.
e. Pada tingkat Qobilah : Anggota Qobilah.
3. Keputusan Rapat Kerja Kwartir mulai berlaku setelah ditanfidzkan oleh Kwartir HW yang
bersangkutan.

Pasal 43
Rapat Kerja Unsur Pembantu Kwartir
1. Rapat Kerja Unsur Pembantu Kwartir ialah rapat yang diselenggarakan oleh dan atas
tanggungjawab serta dipimpin oleh Unsur Pembantu Kwartir pada setiap tingkatan untuk
membahas penyelenggaraan program sesuai pembagian tugas yang ditetapkan oleh Kwartir
HW.
2. Rapat Kerja Unsur Pembantu Kwartir dihadiri oleh :
a. Pada tingkat Pusat :
1) Anggota Unsur Pembantu Kwartir tingkat Pusat.
2) Wakil Unsur pembantu Kwartir tingkat Wilayah.
3) Undangan.
b. Pada tingkat Wilayah :
1) Anggota Unsur Pembantu Kwartir tingkat Wilayah.
2) Wakil Unsur pembantu Kwartir tingkat Daerah.
3) Undangan.
c. Pada tingkat Daerah :
1) Anggota Unsur Pembantu Kwartir tingkat Daerah.
2) Wakil Unsur pembantu Kwartir tingkat Cabang.
3) Undangan.
d. Pada tingkat Cabang :
1) Anggota Unsur Pembantu Kwartir tingkat Cabang.
2) Wakil Pimpinan Qobilah.
3) Undangan.
e. Pada tingkat Qobilah :
1) Anggota Unsur Pembantu Kwartir tingkat Qobilah.
2) Undangan.
3. Keputusan Rapat Kerja Unsur Pembantu Kwartir mulai berlaku setelah ditanfidzkan oleh Kwartir
HW yang bersangkutan.

Kwarwil HW Jawa Barat 30 AD ART HW


SALINAN

Pasal 44
Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan
1. Seluruh keuangan dan kekayaan HW termasuk keuangan dan kekayaan Unsur pembantu
Kwartir pada semua tingkatan secara hukum milik Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
2. Pengelolaan keuangan dan kekayaan :
a. Pengelolaan keuangan dalam HW diwujudkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
HW.
b. Pengelolaan kekayaan dalam HW diwujudkan dalam jurnal.
3. Ketentuan tentang pengelolaan keuangan dan kekayaan HW ditetapkan oleh Kwartir Pusat.

Pasal 45
Pengawasan Keuangan dan Kekayaan
1. Pengawasan keuangan dan kekayaan dilakukan terhadap Kwartir HW dan Unsur Pembantu
Kwartir pada semua tingkat.
2. Ketentuan tentang pengawasan keuangan dan kekayaan HW ditetapkan oleh Kwartir Pusat.

Pasal 46
Laporan
Laporan terdiri dari :
1. Laporan pertanggungjawaban dibuat oleh Kwartir HW dan Unsur Pembantu Kwartir
disampaikan kepada Musyawarah Kwartir, Musyawarah tingkat masing-masing, Tanwir atau
Muktamar.
2. Laporan tahunan tentang perkembangan HW termasuk laporan Unsur Pembantu Kwartir, dibuat
oleh tiap-tiap Kwartir dan disampaikan kepada Kwartir di atasnya untuk dipelajari dan
ditindaklanjuti.

Pasal 47
Ketentuan Lain-lain
1. HW menggunakan tahun takwim dimulai tanggal 1 Januari dan berakhir tanggal 31 Desember.
2. Surat-surat resmi HW menggunakan tanggal Hijriyah dan Miladiyah.
3. a. Surat resmi HW ditandatangani :
1) Di tingkat Pusat oleh Ketua Umum/Ketua bersama Sekretaris Umum/Sekretaris. Surat
resmi mengenai masalah keuangan ditandatangani oleh Ketua Umum/Ketua bersama
Bendahara Umum/Bendahara.
2) Di tingkat Wilayah ke bawah ditandatangani oleh Ketua/Wakil Ketua bersama
Sekretaris/Wakil Sekretaris. Surat resmi mengenai masalah keuangan ditandatangani
oleh Ketua/Wakil Ketua bersama Bendahara/Wakil Bendahara.
b. Surat-surat yang bersifat rutin dapat ditandatangani oleh Sekretaris Umum/Sekretaris atau
petugas yang ditunjuk.
4. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ditetapkan oleh Kwartir Pusat.

Kwarwil HW Jawa Barat 31 AD ART HW


SALINAN

Pasal 48
Penutup
1. Anggaran Rumah Tangga ini telah disahkan dan ditetapkan oleh Tanwir yang berlangsung pada
tanggal 8 s.d. 11 Syawal 1437 H bertepatan dengan tanggal 13 s.d. 16 Juli 2016 M di Kota
Surakarta, dan dinyatakan mulai berlaku sejak ditanfidzkan.
2. Setelah Anggaran Rumah Tangga ini ditetapkan, Anggaran Rumah Tangga sebelumnya
dinyatakan tidak berlaku lagi.

DISALIN SESUAI ASLINYA


Bandung, 28 Oktober 2016
Kwartir Wilayah Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Jawa Barat
(Sumber: Buku Tanfidz Keputusan Muktamar Ke-3 Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan)

Kwarwil HW Jawa Barat 32 AD ART HW

Anda mungkin juga menyukai