Mobilisasi Dan Imobilisasi - Kel 1
Mobilisasi Dan Imobilisasi - Kel 1
Disusun Oleh
Kelompok 1/Kelas A-1
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA 2013
1. Pengertian Mobilisasi
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara
bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan aktivitasnya. Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat
melakukan kegiatan dengan bebas (kosier, 1989).
Jenis mobilisasi terbagi menjadi dua yaitu mobilisasi penuh dan mobilisasi sebagian.
Pada mobilisasi penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh
dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi social dan menjalankan peran sehari-hari.
Mobilisasi penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunteer dan sensori dapat
mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
Sedangkan mobilisasi sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena di pengaruhi oleh
gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat di jumpai pada
kasus cidera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pasien paralegi dapat
mengalami mobilisasi sebagian pada ekstermitas bawah karena mngelami kehilangan
control motorik dan sensorik. Mobilisasi sebagian ini di bagi menjadi dua jenis yaitu
mobilisasi sebagian temporer dan mobilisasi sebagaian permanent.
Mobilisasi sebagian temporer merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat di sebabkan trauma
reversible pada system musculoskeletal, contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan
tulang. Mobilisasi sebagian permanen merupakan kemampuan individu untuk bergerak
dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut di sebabkan oleh rusaknya system
saraf yang reversible, contohnya terjadi hemiplegia karena storke, paralegi karena cidera
tulang belakang, polimielitis karena terganggunya system saraf motorik dan sensorik.
2. Tujuan Mobilisasi
Beberapa tujuan dari mobilisasi menurut Susan J. Garrison (2004), antara lain :
a. Mempertahankan fungsi tubuh
b. Memperlancar peredaran darah sehingga mempercepat penyembuhan luka
c. Membantu pernafasan menjadi lebih baik
d. Mempertahankan tonus otot
e. Mengembalikan aktivitas tertentu sehingga pasien dapat kembali normal dan atau
dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.
f. Memberi kesempatan perawat dan pasien untuk berinteraksi atau berkomunikasi
3. Faktor yang mempengaruhi mobilisasi
Faktor yang mempengaruhi mobilisasi (kozier, Barbara, 1995) yaitu:
a. Gaya hidup
Gaya hidup seseorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi
tingkat pendidikan seseorang akan diikuti oleh perilaku yang dapat menigkatkan
kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tentang mobilitas
seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat.
b. Proses penyakit dan injury
Adanya penyakit tertentu yang diderita seseorang akan mempengaruhi mobilitasnya,
misalnya seseorang yang patah tulang akan kesulitan untuk mobilisasi secara bebas.
Demikian pula orang yang baru menjalani operasi, karena adanya rasa sakit atau nyeri
yang menjadi alasan mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya
klien harus istirahat ditempat tidur karena menderita penyakit tertentu.
c. Kebudayaan
Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan aktivitas
misalnya; pasien setelah operasi dilarang bergerak karena kepercayaan kalau banyak
bergerak nanti luka atau jahitan tidak jadi
d. Tingkat energi
Seseorang melakukan mobilisasi jelas membutuhkan energi atau tenaga. Orang yang
sedang sakit akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan orang yang sehat
e. Usia dan status perkembangan
Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasnya dibandingkan dengan
seorang remaja
Faktor yang mempengaruhi immobilisasi sebagai berikut (perry dan potter, 2005):
a. Faktor fisiologis
Setiap sistem tubuh akan beresika terjadi gangguan apabila ada perubahan mobilisasi,
tingkat keparahan dari gangguan tersebut tergantung pada umur klien dan kondisi
kesehatan secara keseluruhan, serta tingkat mobilisasi yang dialami. Faktor fisiologis
mempengaruhi perubahan pada sistem metabolic, kardiovaskular, respiratori,
integument, dan sistem eliminasi.
b. Faktor psikososial/emosi
Immobilisasi menyebabkan respon emosional, intelektual sensori, dan sosiokultural.
Perubahan status emosional bisa terjadi secara bertahap. Perubahan emosional yang
paling umum adalah depresi, perubahan perilaku, perubahan siklus tidur, dan
gangguan koping.
c. Faktor perkembangan
Sepanjang kehidupan, penampilan tubuh dan fungsinya, tubuh mengalami perubahan.
Pengaruh terbesar terlihat pada usia kanak-kanak dan lansia. Immobilisasi dapat
menimbulkan pengaruh yang bermakna pada tingkat kesehatan, kemandirian, dan
status fungsional lansia.
Riwayat Penyakit dahulu hanya batuk dan pilek saja. Tidak ada penyakit keluarga.
keadaan umum klien tampak lemah, tampak mengatuk, hanya bisa beraktifitas di
tempat tidur dan hanya miring kiri dan miring kanan. Saat dikaji kesadaran klien
dalam keadaan komposmentis, tekanan darah 100/60 mmHg dengan frekuensi nadi
89x/ menit dan frekuensi pernapasan 23x/menit sedangkan suhu tubuhnya 36,30C.
Sebelum sakit, klien makan 3 kali sehari dengan menu bervariasi, klien tidak ada
pantangan dan alergi terhadap makanan, dan minum air putih 1000 1500 cc/ hari
(kadang-kadang klien minum teh manis atau kopi). Sedangkan saat sakit, klien makan
3 kali sehari dengan menu makanan yang disediakan oleh pihak rumah sakit, klien
hanya mampu menghabiskan setengah porsi makanan yang disajikan, dan minum air
putih 1000 - 1500 cc/ hari ( 7- 8 gelas/ hari).
Sebelum sakit, klien BAK 3-5 kali atau 1200cc sehari dengan urin kuning jernih
tanpa keluhan, dan BAB 1-2 kali sehari dengan konsistensi padat berwarna kuning
dan tanpa keluhan. Sedangkan, saat ini klien terpasang kateter, dan dalam 1 hari
terdapat sekitar 1000cc urine yang keluar, dan BAB 1-2 kali sehari dengan konsistensi
padat tetapi tidak dapat mengontrol pola BAB nya sehingga tidak dapat merasakan
adanya feses yang keluar, serta tidak dapat menyadari pada saat BAB dan tidak bisa
merasakan pada saat fesesnya keluar.
Sebelum sakit, klien tidur + 7-8 jam/ hari dan jarang tidur pada siang hari. Sedangkan,
saat ini klien tidak dapat tidur, tidur pada malam hari hanya 2-3 jam dan tidak pernah
tidur siang Sebelum sakit, klien mandi 2-3 kali/hari. Sedangkan, saat di Rumah Sakit
klien tidak pernah mandi, klien juga tidak pernah diseka oleh keluarganya karena ada
cedera pada tulang belakangnya, kaki tangan dan badan klien tampak kotor. Klien
hanya beraktifitas ditempat tidur, karena klien merasakan nyeri pada bagian
belakangnya sehingga klien tidak dapat melakukan pergerakannya. Pada pemeriksaan
fisik ovula terlihat kemerahan, dullnes pada daerah jantung, S1 dan S2 tunggal, tidak
ada suara tambahan di lapang paru dan jantung. Bising usus 6x/menit, tulang belakang
daerah lumbalis tampak bengkok, ada benjolan dan kemerahan, terdapat nyeri tekan
dan ekspresi klien tampak meringis. Terpasang kateter ukuran 16 G, urine 200cc.
Kekuatan otot tangan kanan 5, tangan kiri 5, kaki kiri 5, dan kaki kanan 0.
b. Pengkajian
1. Keluhan utama : nyeri bagian belakang (lumbalis) pada saat klien bergerak & diam, dengan
kualitas nyeri terasa ditusuk-tusuk.
2. Riwayat Penyakit sekarang : Dua puluh hari sebelum masuk rumah sakit RSDS Pontianak
klien mengalami kecelakaan di tempat kerjanya. Saat bekerja klien tertimpa runtuhan tanah
dengan posisi jongkok, dan beberapa saat setelah itu pada kedua kakinya terasa dingin dan
tidak bisa di gerakkan. Keluhan utama nyeri pada saat klien: bergerak & diam, dengan
kualitas nyeri terasa ditusuk-tusuk, klien mengatakan bagian belakangnya (lumbalis) terasa
nyeri dengan skala 4-6 (sedang). Bagian kaki terasa dingin dan kondisi terasa lemah.
3. Riwayat Penyakit Dahulu : Klien mengatakan ia belum pernah masuk Rumah Sakit, klien
hanya menderita sakit seperti flu dan batuk saja dan hanya membeli obat di warung.
4. Riwayat penyakit keluarga : Klien mengatakan didalam keluarganya tidak terdapat penyakit
keturunan seperti hipertensi, diabetes melitus, atau asma serta tidak ada pula yang menderita
penyakit menular seperti hepatitis, tbc, dan lain-lain.
5. Keadaan umum : Saat dilakukan pemeriksaan fisik, keadaan umum klien tampak lemah,
tampak mengatuk, hanya bisa beraktifitas di tempat tidur dan hanya miring kiri dan miring
kanan. Saat dikaji kesadaran klien dalam keadaan kompos mentis, tekanan darah 100/60
mmHg dengan frekuensi nadi 89x/ menit dan frekuensi pernapasan 23x/menit sedangkan suhu
tubuhnya 36,3o C.
1. Kepala leher dan axila : Kepala klien tampak simetris, leher normal, tidak ada
pembengkakan kelenjar getah bening, tidak adanya lesi, di axilla tidak tampak lesi,
tidak ada nyeri tekan dan tidak teraba masa.
2. Mata : Mata klien tampak simetris, pupil klien isokor, konjungtiva tidak pucat,
terdapat lingkaran hitam disekitar mata, klien tidak menggunakan alat bantu
penglihatan.
3. Telinga : Normal, tidak ada gangguan.
4. Hidung : Normal, tidak ada gangguan.
5. Mulut dan faring : Mulut tampak simetris, mukosa bibir lembab, gigi klien masih
lengkap, tidak ada gangguan reflek menelan, tidak ada pembesaran tonsil, ovula
terlihat kemerahan.
6. Dada:
a) Thorax: Saat dilakukan pengkajian Inspeksi bentuk thorak klien simetris, tidak
terdapat lesi, tidak terdapat retraksi interkosta, pergerakan dada simetris, irama
pergerakan reguler,dan ketika di raba tidak terdapat masa, tidak terdapat nyeri,
ekspansi paru simetris, kemudian saat di auskultasi terdengar vesikuler di
permukaan paru, tidak terdengar whezing dan ronchi.
b) Paru : ketika di auskultasi terdengar vesikuler di permukaan paru, tidak terdengar
whezing dan ronchi.
c) Jantung: ketika di perkusi terdengar dullnes pada daerah jantung, Pada
pemeriksaan auskultasi terdengar bunyi S1 lub dan S2 dup, dan tidak terdengar
bunyi tambahan.
7. Abdomen: Saat di inspeksi bentuk abdomen klien simetris tidak terdapat ascites, tidak
terlihat lesi, terdengar bising usus 6x/menit saat di auskultasi,
8. Punggung: Saat diinspeksi pada tulang belakang daerah lumbalis tampak bengkok
atau terjadi deformitas kearah luar pada lumbalis 4-5, terdapart pula massa atau
benjolan, kemerahan. Saat di palpasi terdapat nyeri tekan, teraba benjolan kearah luar.
Saat di tekan pada daerah fraktur klien tampak meringis.
9. Genetalia dan rectum: Saat di kaji klien terpasang kateter dengan ukuran 16 G,
dengan urine yang tertampung di urine bag sebanyak 200 cc.
10. Ekstremitas atas : kekuatan otot pada tangan kanan 5, di tandai dengan klien mampu
melawan tahanan yang diberikan, begitu pula untuk tangan kiri klien kekuatan ototnya
5 klien masih mampu melawan tahanan. bawah : kekuatan otot kaki kiri 5 yaitu dapat
melawan tahanan yang diberikan,tonus otot padat, klien dapat merasakan nyeri di kaki
kiri., sedangkan untuk kaki kanan,kekuatan ototnya 0 karena kaki kanan klien tak bisa
digerakan dan tidak terdapat kontraksi otot, dan kaki kanan klien juga tidak bisa
merasakan sensasi nyeri yang diberikan
5 5
0 5
Data biologis :
1. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : Klien makan 3x/ hari dengan menu bervariasi seperti nasi, sayur
mayur dan lauk pauk. Klien tidak ada pantangan dan alergi terhadap makanan. Saat
sakit :Klien makan 3 kali sehari dengan menu makanan yang disediakan oleh pihak
rumah sakit, klien hanya mampu menghabiskan setengah porsi makanan yang
disajikan.
2. Pola Minum
Sebelum sakit :Klien minum air putih 1000 1500 cc / hari. Kadang-kadang klien
minum teh manis atau kopi. Saat sakit :Klien minum 7- 8 gelas /hari Klien minum
1000- 1500 cc/hari air putih.
3. Pola Eleminasi
Sebelum sakit :Klien BAK 3-5 kali atau 1200cc sehari dengan urin kuning jernih
tanpa keluhan. Klien BAB 1-2 kali sehari dengan konsistensi padat berwarna kuning
dan tanpa keluhan. Saat sakit :Klien terpasang kateter, dan dalam 1 hari ada sekitar
1000cc urine yang keluar. Klien BAB 1-2x sehari dengan konsistensi padat tetapi
klien tidak bisa mengontrol pola BAB nya sehingga klien tidsak bisa merasakan
adanya feses yang keluar,klien mengatakan klien juga tidak bisa menyadari pada saat
BAB dan tidak bisa merasakan pada saat tinjanya keluar.
4. Pola istirahat Tidur
Sebelum sakit :Klien tidur + 7-8 jam/hari dengan penerangan yang cukup,
menggunakan bantal, selimut pada malam hari dan jarang tidur pada siang hari. Saat
sakit :Klien tidak bisa tidur, klien tidur malam hanya 2-3 jam dan tidak pernah tidur
siang.
5. Pola kebersihan
Sebelum sakit : Klien mengatakan mandi 2-3 kali/hari dengan sabun dan shampo serta
gosok gigi pada saat mandi, potong kuku jika panjang. Saat sakit : Selama di rawat
rumah sakit klien tidak pernah mandi, klien juga tidak pernah diseka oleh keluarganya
karena ada cedera pada tulang belakangnya, kaki tangan dan badan klien tampak
kotor.
6. Pola aktifitas
7. Klien hanya beraktifitas ditempat tidur, karena klien merasakan nyeri pada bagian
belakangnya sehingga klien tidak dapat melakukan pergerakannya.
d. Diagnosa Keperawatan
e. Intervensi Keperawatan
T : 36,30C.
DO:
Memper
1. Klien terlihat lemah
kebutuh
2. Kaki kanan klien tidak
dapat di gerakkan 4. Posisikan tubuh sejajar untuk
3. Kebutuhan klien di DO:
Klien mampu melakukan mencegah komplikasi.
bantu oleh keluarga Air hang
aktivitas secara bertahap
dan perawat. mencega
4. Klien hanya sesuai toleransi
beraktifitas di tempat 5.
5. Anjurkan keluarga untuk
tidur dan itu pun memandikan klien dengan air
hanya berbaring. hangat.
5. Kekuatan otot Mengaw
aktifitas
5 5
0 5
6. Awasi seluruh upaya
mobilitas dan bantu pasien Kemera
area tese
jika di perlukan.
dekubitu
DO:
DO:
DO:
1. Badan, kaki, tangan
klien tampak kotor. Klien sudah tampak bersih.
f. Evaluasi
1. Klien merasa nyerinya di bagian belakang berkurang mulai dari 6 menjadi 0
2. Klien bisa melakukan aktivitasnya, seperti duduk, berjalan.
3. Klien mampu BAB dengan lancar
4. Klien mampu menjelaskan dan mengerti tenteng penyakitnya
5. Klien mampu menjaga kebersihan dirinya sendiri
Referensi :
Alimul, Aziz A, 2009, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Medika
Gibson G. Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk Perawat, 2003. EGC. Jakarta.
Kneale, Julia. Davis, Peter. 2011. Keperawatan Ortopedik & Trauma, Edisi 2. Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif. 2005. Buku Ajar Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: EGC