Anda di halaman 1dari 75

Pemanfaatan Tanaman Karet

Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya
peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus
menunjukkan adanya peningkatan dari 1.0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1.3 juta ton pada
tahun 1995 dan 1.9 juta ton pada tahun 2004. Pendapatan devisa dari komoditi ini pada tahun
2004 mencapai US$ 2.25 milyar, yang merupakan 5% dari pendapatan devisa non-migas.
Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk pertanaman karet,
sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Luas area perkebunan karet
tahun 2005 tercatat mencapai lebih dari 3.2 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia. Diantaranya 85% merupakan perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7%
perkebunan besar negara serta 8% perkebunan besar milik swasta. Produksi karet secara
nasional pada tahun 2005 mencapai angka sekitar 2.2 juta ton. Jumlah ini masih akan bisa
ditingkatkan lagi dengan memberdayakan lahan-lahan pertanian milik petani dan lahan
kosong/tidak produktif yang sesuai untuk perkebunan karet.Dengan memperhatikan adanya
peningkatan permintaan dunia terhadap komoditi karet ini dimasa yang akan ggkgkldatang,
maka upaya untuk meningkatakan pendapatan petani melalui perluasan tanaman karet dan
peremajaaan kebun bisa merupakan langkah yang efektif untuk dilaksanakan. Guna
mendukung hal ini, perlu diadakan bantuan yang bisa memberikan modal bagi petani atau
pekebun swasta untuk membiayai pembangunan kebun karet dan pemeliharaan tanaman
secara intensif.
Karet (termasuk karet alam) merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia sehari-
hari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen yang
terbuat dari karet seperti ban kendaraan, conveyor belt, sabuk transmisi, dock fender, sepatu
dan sandal karet. Kebutuhan karet alam maupun karet sintetik terus meningkat sejalan dengan
meningkatnya standar hidup manusia. Kebutuhan karet sintetik relatif
lebih mudah dipenuhi karena sumber bahan baku relatif tersedia walaupun harganya mahal,
akan tetapi karet alam dikonsumsi sebagai bahan baku industri tetapi diproduksi sebagai
komoditi perkebunan. Pertumbuhan ekonomi dunia yang pesat pada sepuluh tahun terakhir,
terutama China dan beberapa negara kawasan Asia-Pasifik dan Amerika Latin.
Selain dapat diambil lateksnya untuk bahan baku pembuatan aneka barang keperluan
manusia, sebenarnya karet masih memiliki manfaat lain. Manfaat ini walaupun sekedar
sampingan tetapi memberi keuntungan yang tidak sedikit bagi pemilik perkebunan karet.
Hasil sampingan lain dari tanaman karet yang memberi keuntungan adalah kayu atau batang
pohon karet. Biasanya tanaman karet yang tua perlu diremajakan dan diganti dengan tanaman
muda yang masih segar dan berasal dari klon yang lebih produktif. Tanaman tua yang
ditebang dapat dimanfaatkan batangnya atau diambil kayunya. Hasil sampingan lain dari
perkebunan karet yang selama ini kurang dimanfaatkan hingga nyaris terbuang adalah biji
karet. Agar biji karet dapat dimanfaatkan maka harus diolah terlebih dahulu menjadi
konsentrat. Konsentrat adalah hasil pemekatan fraksi protein biji karet yang kadar proteinnya
sudah tinggi menjadi lebih tinggi lagi. Dalam pembuatannya, fraksi protein dibuat lebih
tinggi kadarnya dengan mengurangi atau menghilangkan lemak atau komponen-komponen
non protein lain yang larut. Daya guna protein biji karet yang meningkat dapat dimanfaatkan
untuk berbagai keperluan, terutama sebagai suplemen atau komplemen produk
makanan.Jenis-jenis produk makanan yang bisa dicampur dengan konsentrat biji karet adalah
daging sintetis, roti, aneka snack, makanan bayi dan masih banyak lagi.
Berbagai Macam Manfaat Tanaman Karet
engz0586 / October 13, 2013

Pada kesempatan kali ini saya akan mencoba berbagi tentang Berbagai Macam Manfaat
Tanaman Karet, Manfaat tanaman yang satu ini bukan hanya menjadi ladang uang saja, yaitu
hasil dari penyadapan getah karet nya, tapi masih banyak dari tanaman karet ini yang bisa
kita manfaatan untuk kehidupan kita.

Manfaat Tanaman Karet

Seperti yang di ketahui, jika terdengar tanaman karet pasti yang terbayangkan hanyalah
getah, iya bener pasti getah yang ada di benak kita, dan pasti tak jauh juga pemikiran nya
kalau di tanya masalah manfaat nya pasti dari getah karet nya saja, tapi sebenarnya bukan
hanya itu saja manfaat dari tanaman yang satu ini, masih banyak manfaat-manfaat lain dari
tanaman karet ini.

Nah selain memanfaatkan getah nya, kayu dan batang nya pun bisa di manfaatkan untuk
bahan bangunan, dan pasti nya bisa di jadikan pengahasilan tambahan bukan? karena
tanaman karet pun sama saja dengan tanaman-tanaman yang lain nya, yaitu tidak akan
selamanya produktip, pasti ada masa nya, nah jadi tanaman karet yang sudah tidak
berproduksi biasa nya akan di tebang untuk di ambil kayu nya dan di buat papan atau kayu
untuk bahan bangunan.

Selain itu ada hal yang biasa di lupakan dari anggota tanaman karet ini yaitu biji nya, biji nya
itu termasuk pada makanan beracun jika di konsumsi secara langung, sehingga banyak orang
yang sering mengabaikan pada biji karet ini, namun berbeda ceritanya jika biji karet ini di
olah terlebih dahulu, biji karet biasa di gunakan sebagaai bahan caampuran pada makanan
seperti pada daging sintetis, roti, aneka snack, dan pada makanan bayi, dll. Kandungan yang
terdapat pada biji karet seperti asam amino yang tinggi lah yang membuat para pembuat
makanan tertarik untuk mengolah biji karet ini dan menambahkannya pada produk makanan
nya.

Selain itu tanaman karet juga bisa di manfaatkan untuk bahan bakar yaitu dengan cara
penyulingan seperti penyulingan pada umum nya, seperti penyulingan untuk kayu putih dan
lain-lain, yah cara kerja nya tidak jauh berbeda lah seperti itu, sehingga dapat menghasilkan
bahan bakar.

Nah itu lah sedikit penjelasan tentang Berbagai Macam Manfaat Tanaman Karet, semoga
bermanfaat.

11 Manfaat Pohon Karet


Sponsors Link

Pohon karet adalah salah satu komoditas terkenal dari Indonesia. Daerah yang paling banyak
memiliki lahan untuk penanaman pohon karet adalah di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,
Riau dan berbagai kawasan di luar pulau Jawa. Pohon karet akan ditanam dalam perkebunan
dengan sistem tanam yang baik. Pohon karet bisa tumbuh hingga selama lebih dari 100 tahun
dan bisa tumbuh mencapai ukuran ketinggian antara 30 hingga 40 meter. Tanaman ini
membutuhkan tanah yang padat dan subur untuk menghasilkan getah atau lateks.

Getah karet inilah yang menjadi salah satu hasil


utama dari pohon karet. Setiap pohon karet yang sudah dewasa bisa dilukai pada bagian
pohon, dengan bentuk mengerucut ke bawah untuk mengalirkan lateks ke kaleng atau botol
khusus. Masa penyadapan atau pengambilan getah karet selama kurang lebih enam tahun.
setelah itu pohon karet harus diperbarui. Getah karet yang diambil selama beberapa waktu,
ditunggu hingga benar-benar bisa menghasilkan getah yang baik. Getah karet memiliki
bentuk cair dengan warna putih seperti susu. Getah karet akan ditampung selama beberapa
hari kemudian akan diambil setelah berubah menjadi blok yang sangat lengket.

Pohon karet memberikan manfaat dalam kehidupan, berikut ini adalah beberapa diantaranya :

1. Menyumbang Bahan Karet


Bahan karet menjadi salah satu bahan yang paling banyak dibutuhkan untuk industri dan
menjadi berbagai jenis produk. Karet akan diolah dari bahan mentah berupa getah dari pohon
karet menjadi produk dengan melibatkan proses tertentu. Bahan-bahan yang dihasilkan dari
getah pohon karet bisa menjadi produk utama, produk sampingan dan limbah yang masih bisa
dimanfaatkan. Produk yang paling mudah dikenal antara lain adalah ban kendaraan, produk
industri rumah tangga, perlengkapan olahraga dan berbagai jenis produk lain.

2. Mengurangi Emisi Rumah Kaca

Perkebunan karet yang hijau memberikan dampak yang sangat baik untuk lingkungan. Pohon
karet bisa menyerap gas buangan dan menghasilkan oksigen untuk manusia. Selain itu, pohon
karet bisa menyerap gas karbon dioksida yang penting untuk mengatasi semua jenis efek
emisi rumah kaca seperti pemanasan global dan kerusakan lingkungan.

3. Mendukung Kinerja Industri Sintetis

Industri sintetis menjadi bahan yang tidak mungkin ditinggakkan oleh manusia. Bahan-bahan
sintetis telah mempermudah pekerjaan manusia di berbagai bidang termasuk transportasi,
kesehatan, perkakas dan semua jenis industri yang membutuhkan bahan karet. Karet yang
dihasilkan dari pohon karet telah memberikan hasil yang sangat besar untuk manusia
termasuk menyedikan sarana ekonomi global dan internasional.

4. Pohon Karet Membuka Lapangan Kerja

Banyak orang yang bergantung secara ekonomi dari pohon karet. Hal ini dimulai dari pemilik
perkebunan yang menghasilkan karet, orang-orang yang bekerja untuk industri karet dan
semua jenis pekerjaan yang membutuhkan karet. Karet dipakai untuk industri pembuatan ban,
katup mesin dan produk lain. Jadi pohon karet telah menyumbangkan manfaat ekonomi yang
sangat besar dan berantai dari beberapa jenis industri.

5. Pohon Karet untuk Industri Mebel

Manfaat pohon karet juga digunakan sebagai bahan untuk membuat mebel atau perangkat
kontruksi rumah. Kayu karet memiliki sifat keras, bersih, awet dan mudah untuk dibentuk.
Karena itulah pohon karet juga bisa dibentuk menjadi berbagai jenis mebel seperti untuk
meja, kursi, meja dapur dan berbagai jenis produk lain.

6. Pohon Karet Meningkatkan Fungsi Sosial

Secara umum penanaman pohon karet membutuhkan lahan yang luas dengan beberapa
pengaturan blok lahan yang teratur. Karena itulah lahan pohon karet sering dipilih pada
wilayah tertentu untuk meningkatkan pemerataan penduduk. Dengan cara seperti ini maka
perkebunan pohon karet telah meningkatkan fungsi sosial dengan cara yang sangat baik.

7. Membuka Lapangan Pekerjaan


sponsored links

Pemeliharaan pohon karet membutuhkan banyak perawatan. Bahkan penyadapan


membutuhkan perawatan yang sangat rutin. Jadi, pohon karet telah membuka lapangan
pekerjaan dan meningkatkan ekonomi masyarakat. Banyak orang-orang yang sangat
bergantung pada tanaman pohon karet mulai dari bagian perawatan, industri pengolahan
hingga semua produk yang menggunakan karet.

8. Membantu Pemanfaatan Lahan

Pohon karet biasanya membutuhkan lahan yang luas. Banyak lahan di beberapa negara yang
tidak terpakai dan bisa digunakan untuk membuka lahan perkebunan. Hal ini ternyata sangat
baik untuk mengembangkan pemanfaatan lahan yang masih kosong menjadi lahan
perkebunan karet. Perkebunan karet juga akan meningkatkan ekonomi masyarakat yang mau
bekerja untuk memelihara pohon karet.

9. Meningkatkan Kerjasama Ekonomi Internasional

Tidak semua negara memiliki lahan untuk ditanami pohon karet, karena itulah negara yang
memiliki lahan luas untuk penanaman karet berperan besar dalam menjalin kerjasama.
Kerjasama ekonomi bisa dilakukan untuk mengembangkan industri karet murni dan produk
jadi. Jadi secara umum kerjasama ini akan meningkatkan kemajuan ekonomi antara negara,
baik untuk negara maju maupun negara berkembang.

10. Menjaga Iklim Lingkungan

Pohon karet menyumbang efek yang sangat baik untuk lingkungan. Manfaat pohon karet
meningkatkan produksi oksigen yang sangat baik untuk manusia. Selain itu pohon karet juga
sangat baik untuk mencegah asap dan polusi udara yang buruk untuk kesehatan manusia.
Bahkan perkebunan karet bisa mengatasi banjir, tanah longsor dan semua jenis masalah
lingkungan karena kondisi tanah yang tidak stabil.

11. Produk Obat-obatan

Biji karet mengandung berbagai jenis senyawa dan nutrisi seperti lemak, air, protein dan
senyawa lain. Selain itu biji karet juga mengandung beberapa jenis bahan seperti tiamin,
asam nikotinat, akroten, tokoferol yang bisa digunakan untuk campuran bahan obat-obatan
dan produk makanan. Semua bahan ini biasanya sudah di olah dengan proses yang higienis
sehingga bisa digunakan secara aman.

Karakteristik Pohon Karet

Ciri-Ciri Pohon Karet


Model pohon karet memiliki bentuk pohon yang lurus menjulang ke atas. Umur pohon karet
bisa mencapai lebih dari 30 tahun dengan tinggi sekitar 30 hingga 40 meter. Batang pohon
tanaman karet menjadi salah satu tempat produksi penghasil getah. Pohon karet lebih senang
untuk tinggal di lingkungan yang kering. Akar pohon karet memiliki sifat yang menyebar dan
luas sehingga pohon karet bisa ditanam di kawasan atau tanah yang tidak bisa digunakan
untuk produksi. Pohon karet baru bisa dipanen setelah berumur lebih dari enam tahun. Karet
bisa diambil getahnya hingga umur 20 tahun.

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Giberelin (bahasa Inggris: gibberellin) atau asam giberelat (bahasa Inggris: gibberellic acid,
disingkat GA) adalah semua anggota kelompok hormon tumbuhan yang memiliki fungsi
yang serupa atau terkait dengan bioassay GA1. GA hadir pada hampir sepanjang hidup
tumbuhan dan diketahui mengatur perkecambahan, pemanjangan batang, pemicuan
pembungaan, perkembangan kepala sari (anther), perkembangan biji dan pertumbuhan
perikarp. Selain itu, fitohormon ini juga berperan dalam tanggapan terhadap rangsang melalui
regulasi fisiologis yang terkait dengan mekanisme biosintesisnya.

Giberelin pada tumbuhan dapat ditemukan dalam dua fase utama yaitu giberelin aktif (GA
bioaktif) dan giberelin nonaktif. Giberelin yang aktif secara biologis (GA bioaktif)
mengontrol beragam aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman, termasuk
perkecambahan biji, batang perpanjangan, perluasan daun, dan bunga dan pengembangan
benih. Hingga tahun 2008 terdapat lebih daripada seratus GA telah diidentifikasi dari
tanaman dan hanya sejumlah kecil darinya, seperti GA1 dan GA4, diperkirakan berfungsi
sebagai hormon bioaktif.

Giberelin pertama kali dikenali pada tahun 1926 oleh seorang ilmuwan Jepang, Eiichi
Kurosawa, yang meneliti tentang penyakit padi yang disebut "bakanae". Hormon ini pertama
kali diisolasi pada tahun 1935 oleh Teijiro Yabuta, dari strain cendawan Gibberella fujikuroi.
Isolat ini lalu dinamai gibberellin.

Hormon Giberelin adalah hormon tumbuhan yang berperan dalam proses perkembangan
dan perkecambahan. Giberelin akan merangsang pembentukan enzim amilase yang berfungsi
untuk memecah senyawa amilum yang terdapat di endosperm (cadangan makanan) menjadi
senyawa glukosa. Glukosa tersebut menjadi sumber energi bagi pertumbuhan tanaman.

Giberella fujikuroi
Hormon ini berfungsi secara sinergis (bekerja sama) dengan hormon auksin. Selain itu,
hormon giberelin juga memiliki fungsi dalam proses pembentukan serbuk sari (polen),
memperbesar ukuran buah, merangsang pembentukan bunga, dan mengakhiri masa dormansi
biji. Giberelin dengan konsentrasi tinggi juga akan merangsang pembentukan akar.
Giberelin ditemukan oleh seorang ilmuwan Jepang bernama Eiichi Kurosawa pada tahun
1926 yang meneliti penyakit padi "bakanae". Hormon ini pertama kali diisolasi oleh Teijiro
Yabuta dari jamurGiberella fujikuroi pada tahun 1935.

19 Fungsi Hormon Giberelin pada Tumbuhan


Advertisement

Kondisi memiliki tubuh tinggi merupakan ciri-ciri makhluk hidup yang bukan hanya merajai
oleh kalangan manusia saja. Pasalnya di dalam tumbuhan, fenomena tinggi badan yang tinggi
juga dapat di jumpai. Mengapa bisa terjadi? Tentu saja bisa, sebab ada molekul dalam tubuh
yang menyebabkan tumbuhan memiliki tinggi berbeda dari normalnya. Molekul tersebut
berupa hormone yang mampu merangsang sel dan jaringan yang ada di dalam tubuh untuk
berkembang dan terdiferensiasi tumbuh menjadi tinggi.

Sejarah hormone giberilin

Pada awalnya hormone giberelin ini di temukan dalam sebuah tanaman jamur Giberrella
fujikuroi. Kemudian hormone ini di isolasi dan di bagi menjadi empat tipe, yakni giberelin A,
giberelin A1, giberelin A2 serta giberelin A3. Struktur molekul dan fungsi setiap tipe
hormone ini berbeda-beda. Secara devariatif bersama beberapa struktur giberelin dapat dari
identifikasi melalui tumbuhan-tumbuhan lain, jamur, atau pun pada bakteri. Total karbon
pada hormone ini ada 19 sampai dengan 20 unit yang di masukkan dalam struktur 4 sampai 5
cincin. Beberapa ahli meramalkan hasil sintesis ini dapat menjadi biosintesis yang
menghasilkan 3 molekul asetil KoA, 2 molekul NADPH yang berperan sebagai produk efek
samping dari asam mevalonat.

Hormone giberelin merupakan suatu hormone yang sangat berpengaruh pada perkembangan
dan perkecambahan sel embrio dengan bantuan fungsi cahaya matahari. Kemudian akan
membantu untuk merangsang pembentukan enzim yang berpengaruh dalam pemecahan
senyawa amilum. Enzim tersebut adalah enzim amylase. Pemecahan senyawa terjadi pada
endosperm, yakni tempat cadangan makanan. Mengapa harus dipecah? Agar bisa
menghasilkan senyawa glukosa yang mana merupakan senyawa penghasil energi. Hormone
ini kerap di berikan pada tanaman-tanaman yang kerdil. Sebab gunanya adalah untuk
membantu menormalkan pertumbuhan tanaman tersebut agar besar seperti tanaman pada
umumnya. Cara kerja hormone ini akan di bantu oleh hormone-hormone lainnya, seperti
hormone auksin.

Disamping itu juga hormon giberelin memiliki fungsi pada tumbuhan yang akan membantu
proses pembentukan sempurna pada tumbuhan. Berikut adalah penjelasannya mengenai
fungsi hormon giberelin :

1. Membantu pertumbuhan tunas embrio

2. Membantu perkecambahan embrio


3. Membantu merangsang pembentukan enzim amylase, maltase, dan pemecah protein

4. Membantu pembentukan biji

5. Munculnya buah tanpa biji

6. Mampu memecah senyawa amilum untuk menghasilkan senyawa glukosa

7. Meninggikan tumbuhan kerdil menjadi tumbuhan normal

8. Membantu dalam proses pembentukan biji

9. Merangsang serbuk sari atau polen

Sponsors Link

10. Membantu memperbesar ukuran pada buah

11. Membantu merangsang pembentuka bunga

12. Membantu menghentikan masa dorminasi biji (kebalikan hormone sitokinin)

13. Dengan konsentrasi rendah, tidak merangsang pembentukan akar

14. Dengan konsentrasi tinggi, bisa merangsang pembentukan akar

15. Membantu pembentukan bunga

16. Membantu mempercepat pertumbuhan

17. Mempu menyebabkan tanaman berbunga sebelum musimnya

18. Membancu mempercepat aktivitas cambium

19. Membantu perkecambahan biji

Cara Kerja Hormon Giberelin

Cara hormone ini bekerja adalah dengan mengenai bagian embrio atau tunas agar terkena air.
Hal ini bisa menyebabkan tunas embrio menjadi aktif, yang mana memicu munculnya
hormone giberelin (GA). Keluarnya hormone ini bisa memicu keluarnya aleuron yang
nantinya mensintesis dan mengeluarkan enzim. Enzim yang bisa keluar berupa enzim
amylase, maltase, serta enzim yang mampu memecah protein. Selain itu, jika anda
menambahkan hormone giberelin pada tanaman yang sedang berbunga pada bagian-bagian
bunga, maka tumbuhlah buah tanpa biji. Sekarang ini sudah banyak berkembang adanya buah
tanpa biji, seperti yang ada pada semangka.
Sponsors Link

Hampir semua tanaman yang bisa bertambah tinggi dengan pemberian hormone giberelin.
Misalnya pada tumbuhan yang kerdil, ketika di berikan hormone ini akan tumbuh dengan
tinggi normal. Namun pada tanaman yang sudah tumbuh nornak, di berikan hormone
giberelin bisa menyebabkan tanaman tumbuh lebih cepat dari jenisnya yang biasanya.
Anehnya, pemberian hormone giberelin ini hasilnya sama saja ketika di tambahkan pada
tanaman jagung.

Baca juga artikel biologi lainnya yang masih berhubungan hormon giberelin pada tumbuhan :

fungsi daun pada tumbuhan

fungsi hormon asam absisat

fungsi hormon etilen

jaringan xilem dan floem

fungsi dinding sel pada tumbuhan

Beranda Hormon Pengertian dan Fungsi Hormon Giberelin Lengkap

Pengertian dan Fungsi Hormon Giberelin Lengkap


Pengertian dan Fungsi Hormon Giberelin Lengkap - Giberelin hormon pertumbuhan
yang ditemukan pada tumbuhan da juga kingdom fungi. Padatumbuhan, hormon ini
disintesis di meristem apeks akar dan daun muda tanaman, biji juga ditemukan
sebagai tempat produksi hormon ini. Awal penemuan hormon ini ialah pada tanaman
padi benih bodoh yang mengalami pertumbuhan dengan tinggi batang tidak normal.
Pada tahun 1926 E. Kurosawa peneliti jepang berhasil mengisolasi senywa yang
meyebabkan pertumbuhan pada tanaman padi tersebut. Senyawa tersebut dihasilkan
oleh jamur dari marga Gibberella. Pada 1930, para ilmuwan jepang meyakini bahwa
fungilah yang menyebabkan pemanjangan batang pagi secara berlebihan melalui
senyawa yang disekresikannya, disebut dengan giberelin. Penelitian lebih lanjut oleh
ilmuwan barat menunjukkan bahwa giberelin juga disintesis oleh tumbuhan meski
jumlahnya jauh leih sedikit. Gibereli memainkan peranan penting dalam pertumbuhan
dan differensiasi sel. Fungsi giberelin pada tumbuhan ialah sebagai berikut:

Pemanjangan batang. Giberelin merangsang pertumbuhan pada daun dn batang, da


sedikit berpengaruh pada pertumbuhan akar (meski disintesis diakar). Pada batang,
gibberelin merangsang pemanjangan sel dan pembelahan sel batang. Gibereli dan
auksin berekerja secara sinergis pada batang yag sedang tumbuh, mempengaruhi
pertumbuhan batang. Terapi giberelin dapat diberikan pada tumbuhan yang
mengalami pertumbuhan kerdil. Giberelin akan memacu pertumbuhan tumbuhan
kerdil tersebut. Ketika tumbuhan beralih ke pertumbuhan organ reproduktif, terjadi
lonjakan giberelin yang akan memacu pemanjangan batang lebih cepat. Hal ini
dimaksud untuk menopang jumlah bunga yang terbentuk lebih banyak.

Pertumbuhan buah. Kerjasama antara giberelin dan auksin juga berperan dalam
pembentukan buah.

Perkecambahan. Giberelin dipercaya dapat mematahkan dormansi pada biji.


Ditemukan kadar giverlin yang tinggi pada benih. Setelah imbibisi (masuknya air)
pada biji, akan membebaskan giberelin dan merangsang biji untuk berkecambah yang
ditandai dengan munculnya koleoptil ppada biji, radikula (bakal akar) dan plumula
(bakal batang dan daun). Untuk mendukung proses perkecambahan, maka dibutuhkan
kondisi lingkungan khusus oleh tumbuhan seperti faktor cahaya dan suhu. Intensitas
cahaya dan suhu yang rendah akan menbantu gibberelin mengakhiri masa dormansi
biji. Giberelin pada tanaman sereal membantu pertumbuhan benih dengan
merangsang sintesis enzim -amilase, yang merupakan enzim pencernaan berfungsi
memecah simpanan karbohidrat untuk pertumbuhan benih.
Advertisement

Pembentukan buah tanpa biji. Penyemprotan giberelin pada buah yang sedang
berkembang dapat meniadakan biji pada buah tersebut. Hal ini telah diaplikasikan pada
buah anggur dan beberapa buah lainnya yang menjual buah tanpa biji. Giberelin akan
menghambat pertumbuhan biji dalam buah. Peristiwa ini dikenal dengan istilah
partenokarpi, yakni pembentukan buah tanpa biji. Penyemprotan giberelin pada buah juga
dapat merangsang produksi buah jauh lebih banyak serta mempertahankan kondisi buah
dari pebusukan setelah dipanen.

Pembungaan. Giberelin akan memicu proses pembungaan pada tumbuhan berbunga.


Ketika lingkungan kurang mendukung pertumbuhan beberapa tumbhan akan membentuk
roset 9batang pendek dengan ruas- ruas batang yang banyak dan pendek). Giberelin akan
memacu pertumbuhan batang dengan cepat ketika musim bunga, sehingga dengan batang
yang tinggi ini akan mendukung pembungaan. Ruas ruas batang yang banyak dan
panjang akan menjadi tempat tempat munculnya bunga.

Mengatur ekspresi sexual pada tumbuhan. Kerja sama antara giberelin dan auksin
merupakan suatu kombinasi dua hormonal yang akan mempengaruhi pertumbuhan pada
tumbuhan. Salah satunya dalam kontrol ekspresi seks pada tanaman dioecious
(berkelamin ganda, jantan dan betina). Tumbuhan berkelamin tunggal (gynoecious)
memiliki kombinasi kadar giberelin yang lebih rendah dibanding auksin. Pada kondisi
demikian, dapat menginduksi pembentukan bunga jantan pada tumbuhan. Efek
penggunaan kombinasi hormon ini diterapkan pada tanaman timun yang direkayasa
dengan dibuat menjadi memiliki kelamin jantan. Applikasi ini dimulai ketika
pembentukan serbuk sari, penyemprotan giberelin akan menginduksi buah yang terbentuk
memiliki kelamin jantan
GIBERELIN
Giberelin atau asam giberelat (GA), merupakan hormon perangsang pertumbuhan
tanaman yang diperoleh dari Gibberella fujikuroi atau Fusarium moniliforme, aplikasi
untuk memicu munculnya bunga dan pembungaan yang serempak (Misalnya GA3
yang termasuk hormon perangsang pertumbuhan golongan gas).

Beberapa fungsi giberelin pada tumbuhan sebagai berikut :


1. Mematahkan dormansi atau hambatan pertumbuhan tanaman sehingga tanaman
dapat tumbuh normal (tidak kerdil) dengan cara mempercepat proses pembelahan
sel..
2. Meningkatkan pembungaan.
3. Memacu proses perkecambahan biji. Salah satu efek giberelin adalah mendorong
terjadinya sintesis enzim dalam biji seperti amilase, protease dan lipase dimana enzim
tersebut akan merombak dinding sel endosperm biji dan menghidrolisis pati dan
protein yang akan memberikan energi bagi perkembangan embrio diantaranya adalah
radikula yang akan mendobrak endosperm, kulit biji atau kulit buah yang membatasi
pertumbuhan/perkecambahan biji sehingga biji berkecambah
4. Berperan pada pemanjangan sel.
Peran giberelin pada pemanjangan sel melalui :
A. Peningkatan kadar auxin :
- giberelin akan memacu pembentukan enzim yang melunakkan dinding sel terutama
enzim proteolitik yang akan melepaskan amino triptofan (prekusor/pembentuk auksin)
sehingga kadar auxin meningkat.
- giberelin merangsang pembentukkan polihidroksi asam sinamat yaitu senyawa yang
menghambat kerja dari enzim IAA oksidase dimana enzim ini merupakan enzim
perusak Auxin.
B. giberelin merangsang terbentuknya enzim a-amilase dimana enzim ini
akanmenghidrolisis pati sehingga kadar gula dalam sel akan naik yang akan
menyebabkan air lebih banyak lgi masuk ke sel sehingga sel memanjang.
5. Berperan pada proses partenokarpi. pada beberapa kasus pembentukan buah dapat
terjadi tanpa adanya fertilisasi atau pembuahan, proses ini dinamai partenokarpi.
GIBERELIN
Giberelin atau asam giberelat (GA), merupakan hormon perangsang pertumbuhan
tanaman yang diperoleh dari Gibberella fujikuroi atau Fusarium moniliforme, aplikasi
untuk memicu munculnya bunga dan pembungaan yang serempak (Misalnya GA3
yang termasuk hormon perangsang pertumbuhan golongan gas).

Beberapa fungsi giberelin pada tumbuhan sebagai berikut :


1. Mematahkan dormansi atau hambatan pertumbuhan tanaman sehingga tanaman
dapat tumbuh normal (tidak kerdil) dengan cara mempercepat proses pembelahan
sel..
2. Meningkatkan pembungaan.
3. Memacu proses perkecambahan biji. Salah satu efek giberelin adalah mendorong
terjadinya sintesis enzim dalam biji seperti amilase, protease dan lipase dimana enzim
tersebut akan merombak dinding sel endosperm biji dan menghidrolisis pati dan
protein yang akan memberikan energi bagi perkembangan embrio diantaranya adalah
radikula yang akan mendobrak endosperm, kulit biji atau kulit buah yang membatasi
pertumbuhan/perkecambahan biji sehingga biji berkecambah
4. Berperan pada pemanjangan sel.
Peran giberelin pada pemanjangan sel melalui :
A. Peningkatan kadar auxin :
- giberelin akan memacu pembentukan enzim yang melunakkan dinding sel terutama
enzim proteolitik yang akan melepaskan amino triptofan (prekusor/pembentuk auksin)
sehingga kadar auxin meningkat.
- giberelin merangsang pembentukkan polihidroksi asam sinamat yaitu senyawa yang
menghambat kerja dari enzim IAA oksidase dimana enzim ini merupakan enzim
perusak Auxin.
B. giberelin merangsang terbentuknya enzim a-amilase dimana enzim ini
akanmenghidrolisis pati sehingga kadar gula dalam sel akan naik yang akan
menyebabkan air lebih banyak lgi masuk ke sel sehingga sel memanjang.
5. Berperan pada proses partenokarpi. pada beberapa kasus pem bbbbbentukan buah
dapat terjadi tanpa adanya fertilisasi atau pembuahan, proses ini dinamai partenokarpi.
GIBERELIN
Giberelin atau asam giberelat (GA), merupakan hormon perangsang pertumbuhan
tanaman yang diperoleh dari Gibberella fujikuroi atau Fusarium moniliforme, aplikasi
untuk memicu munculnya bunga dan pembungaan yang serempak (Misalnya GA3
yang termasuk hormon perangsang pertumbuhan golongan gas).

Beberapa fungsi giberelin pada tumbuhan sebagai berikut :


1. Mematahkan dormansi atau hambatan pertumbuhan tanaman sehingga tanaman
dapat tumbuh normal (tidak kerdil) dengan cara mempercepat proses pembelahan
sel..
2. Meningkatkan pembungaan.
3. Memacu proses perkecambahan biji. Salah satu efek giberelin adalah mendorong
terjadinya sintesis enzim dalam biji seperti amilase, protease dan lipase dimana enzim
tersebut akan merombak dinding sel endosperm biji dan menghidrolisis pati dan
protein yang akan memberikan energi bagi perkembangan embrio diantaranya adalah
radikula yang akan mendobrak endosperm, kulit biji atau kulit buah yang membatasi
pertumbuhan/perkecambahan biji sehingga biji berkecambah
4. Berperan pada pemanjangan sel.
Peran giberelin pada pemanjangan sel melalui :
A. Peningkatan kadar auxin :
- giberelin akan memacu pembentukan enzim yang melunakkan dinding sel terutama
enzim proteolitik yang akan melepaskan amino triptofan (prekusor/pembentuk auksin)
sehingga kadar auxin meningkat.
- giberelin merangsang pembentukkan polihidroksi asam sinamat yaitu senyawa yang
menghambat kerja dari enzim IAA oksidase dimana enzim ini merupakan enzim
perusak Auxin.
B. giberelin merangsang terbentuknya enzim a-amilase dimana enzim ini
akanmenghidrolisis pati sehingga kadar gula dalam sel akan naik yang akan
menyebabkan air lebih banyak lgi masuk ke sel sehingga sel memanjang.
5. Berperan pada proses partenokarpi. pada beberapa kasus pembentukan buah dapat
terjadi tanpa adanya fertilisasi atau pembuahan, proses ini dinamai partenokarpi.
GIBERELIN
Giberelin atau asam giberelat (GA), merupakan hormon perangsang pertumbuhan
tanaman yang diperoleh dari Gibberella fujikuroi atau Fusarium moniliforme, aplikasi
untuk memicu munculnya bunga dan pembungaan yang serempak (Misalnya GA3
yang termasuk hormon perangsang pertumbuhan golongan gas).

Beberapa fungsi giberelin pada tumbuhan sebagai berikut :


1. Mematahkan dormansi atau hambatan pertumbuhan tanaman sehingga tanaman
dapat tumbuh normal (tidak kerdil) dengan cara mempercepat proses pembelahan
sel..
2. Meningkatkan pembungaan.
3. Memacu proses perkecambahan biji. Salah satu efek giberelin adalah mendorong
terjadinya sintesis enzim dalam biji seperti amilase, protease dan lipase dimana enzim
tersebut akan merombak dinding sel endosperm biji dan menghidrolisis pati dan
protein yang akan memberikan energi bagi perkembangan embrio diantaranya adalah
radikula yang akan mendobrak endosperm, kulit biji atau kulit buah yang membatasi
pertumbuhan/perkecambahan biji sehingga biji berkecambah
4. Berperan pada pemanjangan sel.
Peran giberelin pada pemanjangan sel melalui :
A. Peningkatan kadar auxin :
- giberelin akan memacu pembentukan enzim yang melunakkan dinding sel terutama
enzim proteolitik yang akan melepaskan amino triptofan (prekusor/pembentuk auksin)
sehingga kadar auxin meningkat.
- giberelin merangsang pembentukkan polihidroksi asam sinamat yaitu senyawa yang
menghambat kerja dari enzim IAA oksidase dimana enzim ini merupakan enzim
perusak Auxin.
B. giberelin merangsang terbentuknya enzim a-amilase dimana enzim ini
akanmenghidrolisis pati sehingga kadar gula dalam sel akan naik yang akan
menyebabkan air lebih banyak lgi masuk ke sel sehingga sel memanjang.
5. Berperan pada proses partenokarpi. pada beberapa kasus pembentukan buah dapat
terjadi tanpa adanya fertilisasi atau pembuahan, proses ini dinamai partenokarpi.
GIBERELIN
Giberelin atau asam giberelat (GA), merupakan hormon perangsang pertumbuhan
tanaman yang diperoleh dari Gibberella fujikuroi atau Fusarium moniliforme, aplikasi
untuk memicu munculnya bunga dan pembungaan yang serempak (Misalnya GA3
yang termasuk hormon perangsang pertumbuhan golongan gas).

Beberapa fungsi giberelin pada tumbuhan sebagai berikut :


1. Mematahkan dormansi atau hambatan pertumbuhan tanaman sehingga tanaman
dapat tumbuh normal (tidak kerdil) dengan cara mempercepat proses pembelahan
sel..
2. Meningkatkan pembungaan.
3. Memacu proses perkecambahan biji. Salah satu efek giberelin adalah mendorong
terjadinya sintesis enzim dalam biji seperti amilase, protease dan lipase dimana enzim
tersebut akan merombak dinding sel endosperm biji dan menghidrolisis pati dan
protein yang akan memberikan energi bagi perkembangan embrio diantaranya adalah
radikula yang akan mendobrak endosperm, kulit biji atau kulit buah yang membatasi
pertumbuhan/perkecambahan biji sehingga biji berkecambah
4. Berperan pada pemanjangan sel.
Peran giberelin pada pemanjangan sel melalui :
A. Peningkatan kadar auxin :
- giberelin akan memacu pembentukan enzim yang melunakkan dinding sel terutama
enzim proteolitik yang akan melepaskan amino triptofan (prekusor/pembentuk auksin)
sehingga kadar auxin meningkat.
- giberelin merangsang pembentukkan polihidroksi asam sinamat yaitu senyawa yang
menghambat kerja dari enzim IAA oksidase dimana enzim ini merupakan enzim
perusak Auxin.
B. giberelin merangsang terbentuknya enzim a-amilase dimana enzim ini
akanmenghidrolisis pati sehingga kadar gula dalam sel akan naik yang akan
menyebabkan air lebih banyak lgi masuk ke sel sehingga sel memanjang.
5. Berperan pada proses partenokarpi. pada beberapa kasus pembentukan buah dapat
terjadi tanpa adanya fertilisasi atau pembuahan, proses ini dinamai partenokarpi.

Home Pertumbuhan Tumbuhan Hormon Giberilin : Sejarah, Cara Kerja, dan Fungsinya

Hormon Giberilin : Sejarah, Cara Kerja, dan Fungsinya


Administrator

Add Comment

Pertumbuhan, Tumbuhan

Thursday, January 7, 2016

Setelah membahas tentang hormon auksin, sekarang kita akan membahas mengenai hormon
geberelin. Sama halnya dengan hormon auksin, hormon giberelin ini juga merupakan hormon
yang diproduksi oleh kingdom plantae untuk merangsang pertumbuhan. Untuk lebih
lengkapnya, kita simak penjelasannya di bawah ini.

Sejarah Penemuan Hormon Giberilin


Ilmuan Jepang, F. Kurusawa (tahun 1926) menemukan suat zat yang mempunyai kemiripan
dengan auksin. Zat tersebut ditemukan dari sejenis jamur yang hidup sebagai parasit pada
tanaman padi yang dikenal dengan Gibberella fujikuroi. Setelah diteliti lebih lanjut,
didapatkan zat pengatur pertumbuhan yang dinamakan Giberelin atau Giberelat acid atau GA.
Hormon GA ini bekerja secara bersama-sama dengan hormon-hormon lainnya dan memacu
pertumbuhan tanaman.
Hormon giberilin terutama dihasilkan oleh tumbuhan tingkat tinggi dan juga jamur.
Tumbuhan memproduksi giberelin pada jaringan meristem kuncup apikal dan tunas, daun-
daun muda serta biji yang sedang berkembang. Giberilin ditransportasikan ke seluruh bagian
tumbuhan melalui fungsi xilem dan floem.

Terdapat dua fase giberelin dalam tumbuhan, yaitu giberelin aktif (GA Bioaktif) dan giberelin
nonaktif. Giberelin aktif berfungsi untuk mengatur pertumbuhan dan perkembangan bagian-
bagian tumbuhan mulai dari biji hingga dewasa. Giberelin ini merangsang pertumbuhan
primer pada tumbuhan.

Mekanisme Kerja Hormon Giberilin

Peran utama hormon giberelin adalah dalam proses pemanjangan sel yang berpengaruh
langsung terhadap auksin. Mekanismenya adalah sebagai berikut:

1. Hormon giberelin berpengaruh terhadap konsentrasi kadar auksin melalui


pembentukan enzim proteolitik yang akan melepaskan asam amino triptofan
(pembentuk auksin) sehingga akan meningkatkan kadar auksin pada tumbuhan serta
merangsang pembentukan polihidroksi asam sinamat, yang mampu menghambat kerja
enzim IAA oksidase dimana enzim ini merupakan enzim perusak auksin
2. Giberelin dapat memacu terbentuknya enzim -amilase yang akan menghidrolisis pati
sehingga kadar gula dalam sel akan naik. Hal ini akan mengakibatkan air lebih banyak
masuk sehingga proses pemanjangan sel terjadi.

Fungsi Hormon Giberilin

Selain itu, giberelin pada tumbuhan juga berfungsi untuk:

1. Merangsang pertumbuhan antar buku sehingga tanaman yang kerdil dapat menjadi
normal

2. Membantu percepatan tumbuhanya bunga

3. Mempercepat pertumbuhan biji, tunas serta tumbuhan utuh

4. Membantu proses perkecambahan biji. Hal ini terutama pada biji yang memerlukan
perlakuan suhu rendah. Perkecambahannya dapat dibantu dengan pemberian GA.
Contohnya pada proses vernalisasi terhadap biji bawang merah yang bertujuan agar
bawang merah dapat berbunga dan menghasilkan biji ketika ditanam di dataran
rendah. Cara kerjanya yaitu giberelin akan memacu pembentukan enzim amylase
yang berperan dalam hidrolisis pati dan protein sehingga tersedianya energi bagi
perkembangan embrio.

5. Merangsang inisiasi pembungaan dan pembesaran buah. Hal ini dapat terlihat pada
buah anggur yang diberikan GA akan berukuran lebih besar.

6. Dapat meningkatkan laju fotosintesis apabila diberikan di bawah tajuk tumbuhan.

7. Mempengaruhi ekspresi seks*al pada tumbuhan.

8. Pada beberapa kasus, pemberian hormon pada tumbuhan satu ini dapat berpengaruh
terhadap proses patenokarpi, yaitu proses pembenutkan buah tanpa adanya
pembuahan.

Giberelin bersama dengan auksin mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Namun,


giberelin yang dihasilkan tumbuhan dapat bergerak ke dua arah, sedangkan auksin hanya
dapat bergerak ke satu arah. Hal ini menyebabkan giberelin ada di hampir setiap bagian-
bagian tumbuhan.

Demikianlah penjelasan mengenai hormon giberelin, fungsi, dan mekanisme kerjanya dalam
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Meskipun mempunyai fungsi yang hampir sama
dengan hormon auksin, namun giberelin mempunyai fungsi yang lebih khusus lagi. Selain
itu, penerapan hormon giberelin pada tumbuhan seringkali juga disertai dengan aplikasi
hormon yang lain. Semoga bermanfaat
Giberelin
Kerja giberelin adalah untuk memacu aktivitas enzim-enzim hidrolitik pada proses
perkecambahan biji-biji serealia. Pada proses perkecambahan ini diperlukan suatu enzim
yang mampu menghidrolisis pati menjadi gula.
Giberelin yang berdifusi ke lapisan aleuron, dan fitohormon tersebut memacu sel-sel aleuron
untuk membuat enzim hidrolitik ( amilase, protease b glucase, fosfatase, dan lain-lain ).
Enzim-enzim hidrolitik tersebut kemudian berdifusi ke endosperm dan merubah molekul-
molekul makro yang disimpan di endosperm menjadi gula, asam-asam amino, nukleotida,
dan lain-lain. Zat-zat inilah yang kemudian berperan menjamin pertumbuhan dari embrio biji
tersebut.
Kelebihan dan kekurangan giberelin
- pembungaan terganggu, pematangan buah terganggu
- buah berukuran lebih kecil
- kekerdilan pada tanaman
- pertumbuhan dan perkembangan tanaman terhambat

Manfaat Air Kelapa Untuk Pertanian Organik


joko samudro October 2, 2014 pertanian, pupuk organik

Manfaat Air Kelapa bagi petani yang mengembangkan pola budidaya organik ,
merupakan limbah yang sangat berharga. Tidak salah lagi jika Pramuka memilih lambang
tunas kelapa sebagai simbol , tanaman yang mampu tumbuh subur pada iklim tropis
mempunyai berbagai manfaat dari keseluruhan bagian. Sejak zaman dahulu kala tanaman
kelapa memiliki peran yang sangat penting sebagai penopang kebutuhan pangan , kesehatan
, hingga konstruksi bangunan rumah.

Air Kelapa Kredit Gambar : id.wikipedia.org


Tetapi , dibalik berbagai jenis manfaat setiap bagian tanaman kelapa , ternyata AIR
KELAPA bukan saja sangat baik untuk minuman kesehatan pengganti ion tubuh manusia,
namun air kelapa memiliki manfaat yang jauh lebih besar untuk petani. Limbah cair dari buah
pohon yang masih kerabat Arecaceae dapat dimanfaatkan sebagai pupuk Cair ,
memperbanyak / Kultur pupuk organik cair.

Alasan Air Kelapa Sangat Baik Untuk Pertanian


Mungkin anda akan bertanya, alasan tentang kebaikan dan manfaat air kelapa bagi
pertanian, Seperti yang pernah kita lihat Tunas kelapa mampu tumbuh secara baik dan subur
, berkat cadangan makanan untuk pertumbuhannya yang tersimpan pada air kelapa. Di dalam
air kelapa terdapat berbagai jenis kandungan nutrisi dan mineral yang terbukti sangat baik
juga untuk merangsang pertumbuhan tanaman. Jadi limbah air kelapa merupakan berkah dari
TUHAN untuk di manfaatkan juga oleh petani.

Media cair yang terdapat dalam buah kelapa ini adalah berbagai ragam dari bahan-bahan
kimiawi alam . Air kelapa mengandung bermacam-macam unsur hara mikro dan makro yang
bervariasi ( tergantung dari tempat tumbuhnya). Air kelapa mempunyai potensi besar untuk di
jadikan pupuk pertanian , karena ia juga memiliki kandungan nitrogen , zat pengatur
tumbuh (ZPT) , protein , asam amino , karbohidrat , senyawa organik komplek , air dan
karbon aktif juga.

Kandungan Nutrisi Kimiawi Pada Air Kelapa

Air kelapa secara khusus , sangat kaya akan kandungan kalium (K) / potassium , Selain
mempunyai berbagai macam mineral , kandungan air kelapa juga terdapat gula yang sangat
bervariasi antara 1,7 % hingga 2,6 % juga terdapat Protein antara 0,07 % hingga 0,55 % .
Karena air kelapa memiliki komposisi nutrisi yang begitu bagus , maka cairan ini sudah tentu
sangat baik di manfaatkan sebagai bahan baku makanan .

Beberapa jenis kandungan kimiawi air kelapa antara lain: Kalium (K) atau potassium ,
Vitamin C ( asam askorbat ) , protein , lemak , hidrat arang . Mineral yang terkandung pada
air kelapa ialah zat besi (Fe) , fosfor (P) dan gula yang terdiri dari glukosa, fruktosa dan
sukrosa . Kadar air berkisar 95,5 gram dari setiap 100 gram buah kelapa.

Kandungan Air Kelapa

Menurut hasil penelitian Banson dan Velasco (1982) kandungan nutrisi pada air kelapa muda
dan air kelapa tua mempunyai perbedaan , volume air kelapa dapat megalami perubahan pada
waktu proses pemasakan buah. Kadar air kelapa pada buah juga mempunyai volume
tergantung pada ukuran buah , jenis kelapa , tempat pertumbuhan, umur buah dan juga faktor
kesegaran. Kandungan dan volume air kelapa yang maksimal adalah rata-rata saat buah
berusia 7 bulan.

TEKNISI BUDIDAYA TANAMAN KARET


{ November 7, 2009 @ 3:29 am } { Uncategorized }

Aidi Daslin Sagala


Balai Penelitian Sungei Putih
Pusat Penelitian Karet
PENDAHULUAN

Tanaman karet (Hevea brasilliensis ) adalah merupakan tanaman tahunan. Satu siklus tanam
yang dihitung dari saat menanam di lapangan sampai peremajaan memakan waktu 25 tahun.
Hal ini berarti bahwa pemilihan bahan tanam/bibit tanaman dilakukan sekali dalam 25 tahun.
Pemilihan bahan tanam harus dipertimbangkan secara cermat karena adanya kekeliruan
dalam pemilihan bahan tanam akan berdampak negatif terhadap perkebunan dan terhadap
usaha karet alam nasional.

Bahan tanam karet yang dianjurkan adalah bahan tanam klon yang diperbanyak secara
okulasi. Dibandingkan dengan bibit semaian, penggunaan bahan tanam klon sangat
menguntungkan karena produktivitas tanaman lebih tinggi, masa tanaman belum
menghasilkan lebih cepat, keseragaman tanaman lebih besar sehingga produksi pada tahun
sadap pertama lebih tinggi serta memiliki sifat sekunder yang diinginkan seperti relatif tahan
terhadap penyakit tertentu, batang tegap, volume kayu per pohon tinggi dll.

Berkat kerja keras para pemulia tanaman karet, telah ditemukan klon-klon berpotensi
produksi tinggi seperti klon RRIC 100, IRR 39, IRR 32, PB 330, PB 260, PB 340, BPM 109,
IRR 118 dll. Produktivitas klon tersebut akan terwujud sepenuhnya di lapangan jika
digunakan bahan tanam yang bermutu baik, serta diikuti dengan penerapan kultur teknik
anjuran di lapangan. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa rata-rata produksi secara
komersial adalah jauh dibawah potensi produksi klon. Produksi riel yang dicapai sekarang
adalah 1.000- 1.500 kg karet kering/ha/tahun, sementara potensi klon dapat mencapai 2.500
kg karet kering/ha/tahun. Adanya kesenjangan tersebut diakibatkan oleh banyak faktor dan
salah satu diantaranya adalah mutu bahan tanam. Bahan tanam bermutu baik ialah bahan
tanam yang telah dianjurkan, berproduksi tinggi sesuai dengan potensinya, pertumbuhan
cepat dan seragam sehingga dapat mempersingkat masa tanaman belum menghasilkan dan
produksi pada awal penyadapan adalah tinggi.
Mengikuti norma-norma dan urutan pekerjaan dalam setiap tahap kegiatan dalam pengadaan
bahan tanam adalah cara satu satunya untuk mendapatkan bahan tanam karet yang bermutu
baik. Pekerjaan dari sejak pemilihan biji untuk batang bawah, pengecambahan, pembibitan
batang bawah, pelaksanaan okulasi, pemilihan entres sampai pembibitan tanaman di polibeg
harus mengikuti norma-norma yang telah ditetapkan. Kegiatan-kegiatan tersebut saling
terkait, sehingga saling mempengaruhi satu sama lain. Kesalahan dalam pelaksanaan satu
jenis kegiatan dapat menghasilkan bahan tanam yang tidak bermutu baik. Salah satu contoh
yang paling nyata ialah jika mutu batang bawah yang dipakai tidak sesuai (dalam hal ini
menyangkut mutu fisik, fisiologi dan genetik ), maka walaupun dilakukan okulasi dengan
klon anjuran, produksi karet kering yang diperoleh dapat berkurang sebesar 15%-20% dari
potensi klonnya. Banyak praktisi kurang menyadari hal ini karena menganggap bahwa hanya
dengan melakukan okulasi, sudah dipeloleh bahan tanam bermutu baik.

Untuk mendapatkan bahan tanam yang bermutu baik, dibawah ini akan diuraikan urutan
pekerjaan, norma-norma yang perlu diperhatikan dalam proses pengadaannya serta standar
mutu benih yang dihasilkan. Jika semua standar mutu pada setiap kegiatan telah diterapkan,
dapat dipastikan bahwa masa TBM menjadi lebih singkat 5-10 bulan dan produksi pada tahun
sadap pertama meningkat 110-500 kg/ha/tahun. Potensi klon akan terealisasi secara komersial
jika digunakan bahan tanam bermutu baik dan dipelihara di lapangan menurut standar kultur
teknik.

PEMBIBITAN BATANG BAWAH

Penyiapan lahan bibitan


Persiapan dan pengolahan lahan yang baik akan mendukung dalam menghasilkan bahan
tanam yang bermutu. Pengolahan lahan yang tidak baik akan menghasilkan tanaman yang
berakar bengkok/tidak sempurna. Beberapa syarat yang baik untuk areal bibitan adalah :
Lahan rata, jika terpaksa harus menggunakan lahan yang miring maka harus dibuat teras
gulud atau rorak untuk memperkecil erosi tanah, dengan catatan bahwa kemiringan
maksimum 3%.
Dekat sumber air
Jauh dari jangkauan hewan ternak
Dekat dengan jalan agar mudah dalam pengangkutan

Penyiapan lahan dapat dilakukan dengan dua cara yakni secara mekanis dengan
menggunakan traktor (untuk bibitan skala besar) atau secara manual dengan mengunakan
cangkul (untuk bibitan skala kecil).
Secara mekanis
Pengolahan lahan secara mekanis dapat dilakukan dengan dua kali bajak dengan selang
waktu tiga minggu dan dua kali garu dengan selang waktu satu minggu pada kedalaman 40-
50 cm.
Secara manual
Pengolahan lahan secara manual dapat dilakukan dengan cara mencangkul dengan kedalaman
olah 40 cm 50 cm

Hal yang perlu diperhatikan pada saat penyiapan lahan adalah lahan harus terbebas/bersih
dari sisa-sisa akar dan kayu untuk mencegah penyebaran penyakit jamur akar putih. Setelah
lahan siap tanam langkah selanjutnya adalah pengajiran/pemancangan yang disesuaikan
dengan jarak tanam yang diinginkan. Jarak tanam yang biasa digunakan adalah pola tanam
segi empat jarak tanam 25 cm x 25 cm x 50 cm (jarak tanam ganda), dalam satu hektar
terdapat 100.000 tegakan

25 cm 50 cm 25 cm
0
000
0000
0000
0000
Skema pola tanam segiempat
Pengumpulan dan Seleksi Biji
Untuk mendapatkan batang bawah yang baik, sumber biji yang digunakan juga harus baik.
Biji berasal dari kebun monoklonal yang sudah berumur 10 20 tahun. Biji untuk batang
bawah dianjurkan oleh Pusat Penelitian Karet yang berasal dari klon GT 1, AVROS 2037, PB
260 dan RRIC 100. Kebun sumber biji hendaknya mendapat perlakuan sebagai berikut : Satu
bulan sebelum buah jatuh areal di bawah pohon dibersihkan dan dibebaskan dengan biji-biji
yang lama. Kemudian pengumpulan biji dilakukan secara serentak setiap dua hari sekali. Biji
yang sudah terkumpul tidak semuanya bernas dan berisi adakalanya kopong dan tidak bagus,
untuk itu perlu dilakukan seleksi biji. Biji dapat diperoleh langsung dari Pusat Penelitian
Karet di Sungei Putih atau dari penangkar benih resmi.

Seleksi biji dapat dilakukan secara manual dan visual dan menggunakan alat pental biji karet.
Apabila dilakukan seleksi secara manual maka biji mempunyai ciri sebagai berikut :
Warna mengkilat
Permukaanya licin
Bentuk normal
Daya lentingnya tinggi dan nyaring apabila dijatuhkan di lantai
Uji kesegaran secara visual dapat dilakukan dengan cara membelah biji dan diamati
endosperm dan kotiledonnya.

Biji yang baik mempunyai ciri sebagai berikut :


Apabila dibelah endosperm menunjukkan warna putih dan masih segar, serta kotiledon masih
rapat (Kelas I).
Endosperm berwarna putih agak kekuningan, kotiledon terbuka tidak lebih dari 1 mm (Kelas
II).
Jika endosperm berwarna kuning, kuning kehitaman serta lembek, berminyak maka biji
sudah jelek dan tidak akan mampu tumbuh menjadi kecambah normal (biji afkir).
Dalam penyimpanan biji karet kadar air awal merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi daya tumbuh biji. Sebaiknya biji yang telah jatuh lebih dari tiga hari, dapat
dilakukan perendaman satu malam sebelum disimpan untuk meningkatkan kadar air.
Penyimpanan cukup dilakukan di area yang terlindung dari sinar matahari langsung, lama
penyimpanan dapat mencapai 1 minggu dengan daya tumbuh 60%. Untuk pengiriman jarak
jauh, pengawetan biji dapat dilakukan dengan menggunakan serbuk gergaji yang lembab.
Volume serbuk gergaji yang dipakai 1/2 dari volume biji karet.

Pengecambahan/Penyemaian biji
Biji yang sudah dipilih dan diseleksi harus segera dikecambahkan dalam bedeng
perkecambahan. Biji karet harus disemaikan dalam suatu media yang lembab dan tidak
terkena sinar matahari langsung untuk mempermudah proses pengecambahan. Untuk itu
perlu diberikan bedengan dengan media lembab dan ternaungi. Bedengan perkecambahan
berbentuk persegi panjang berukuran lebar 1.2 m, panjang 10 m dengan kapasitas 10.000 biji.
Media yang digunakan untuk pertumbuhan adalah pasir atau serbuk gergaji setebal 10 cm.
Bedengan diberi atap rumbia atau pelepah kelapa dengan ketinggian 1.5 meter dibagian
Timur dan 1.2 meter di bagian Barat. Penanaman biji dilakukan dengan cara 2/3 bagian biji
(bagian perut) dibenamkan dalam media pasir dan 1/3 bagian lagi (bagian punggung) berada
di permukaan pasir. Biji ditanam berbaris dengan jarak antar barisan 1cm. Setelah di semai
maka biji dalam bedengan harus disiram dengan air pagi dan sore hari dengan menggunakan
gembor. Kecambah yang baik akan muncul pada umur 5 21 hari setelah penyemaian biji.
Biji yang berkecambah di atas 21 hari sebaiknya tidak digunakan karena pertumbuhannya
sudah tidak bagus. Lokasi semaian sebaiknya dekat dengan lahan bibitan untuk memudahkan
dalam pemindahan dan penanaman.

Pemindahan dan Penanaman Kecambah


Kecambah diambil dari persemaian dengan hati-hati agar tidak merusak bakal akar. Stadia
kecambah yang telah siap dipindahkan ke lahan bibitan apabila :
Sudah mencapai stadium bintang (umur 4-7 hari)
Sudah mencapai stadium pancing (umur 7-14 hari)
Sudah mencapai stadium jarum (umur 14-21 hari)
Sebelum ditanam kecambah harus diseleksi yaitu bebas dari dari infeksi jamur akar putih,
tidak terserang hama dan pertumbuhan normal.

Penanaman sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari untuk menghindari stress di
lapangan. Pengangkutan kecambah menggunakan ember yang berisi air. Penanaman
kecambah dilakukan dengan cara menugal tanah sedalam 5 cm dengan menggunakan kayu
atau benda yang runcing. Akar harus berada seluruhnya di dalam tanah dan permukaan biji
rata dengan tanah (biji jangan dilepas dari kecambah). Kemudian tanah di sekitar lubang di
padatkan dengan hati-hati agar tidak merusak akar tanaman, lalu di siram untuk
melembabkan. Penyiraman bibit harus dilakukan pada setiap pagi hari terutama pada musim
kemarau.

Pemeliharaan Tanaman di Bibitan


Pemeliharaan bibitan terdiri dari empat kegiatan yaitu penyulaman/penyisipan, pengendalian
gulma, pengendalian hama penyakit dan pemupukan.
Penyulaman atau penyisipan bertujuan untuk mengganti tanaman yang mati atau kerdil/tidak
normal pertumbuhannya. Penyisipan dapat dilakukan pada saat tanaman di bibitan berumur
paling lama 1-2 minggu dengan menggunakan kecambah pertumbuhan stadia jarum.

Lahan bibitan harus bebas dari gulma agar pertumbuhannya tidak terganggu. Penyiangan
gulma yang tumbuh dapat dilakukan dengan manual (rotasi 12 minggu) tergantung dari
banyak tidaknya gulma yang tumbuh di lapangan, penggunaan herbisida pada tanaman yang
masih muda tidak dibenarkan karena dapat menyebabkan kematian pada tanaman karet.

Untuk mencegah timbulnya hama dan penyakit yang sering merusak bibitan karet seperti
Colletotrichum dan Helmintsosporium dapat diberi obat Dithane M-45 dengan dosis 2
gram/liter/rotasi (12 minggu). Untuk mencegah timbulnya serangan jamur akar putih (JAP)
pada umur 2-6 bulan dapat dilakukan aplikasi biofungisida Triko SP plus dengan dosis 600
Kg/ha, di tabur disekitar barisan tanaman. Kemudian di tutup dengan tanah menggunakan
cangkul. Beberapa hama yang sering menyerang bibitan karet adalah jangkrik, rayap dan
tungau untuk menenggulanginya dapat dilakukan penyemprotan dengan insektisida yang
yang tepat seperti Sevin 85S.

Pemberian pupuk ditaburkan disekitar barisan tanaman, dengan dosis pupuk menggunakan
pupuk tunggal sebagai berikut :
Umur bibit
(bulan) Dosis(gram/pohon)
Urea SP-36 MoP Kieserit
1 2 2.5 1 1
3 5 6.25 2 1
5 9 11.25 3 4
7 9 11.25 3 4
Sumber ; Balit SP- Puslit Karet, 2004
Apabila menggunakan pupuk majemuk NPK-Mg 15-15-6-4 dapat digunakan sebanyak 5, 10,
15 dan 15 gram/pohon untuk tanaman yang berumur 1, 3, 5 dan 7 bulan.

PEMBANGUNAN KEBUN ENTRES

Klon Karet Unggul


Kemajuan penelitian karet selama empat siklus seleksi telah mampu menghasilkan klon karet
unggul yang dapat dibagi kedalam tiga kategori yaitu :
1. Klon penghasil lateks : Klon yang mamiliki ciri potensi hasil lateks sangat tinggi tetapi
hasil kayu sedang.
2. Klon penghasil lateks-kayu : Klon yang memiliki ciri potensi hasil lateks tinggi dan hasil
kayu juga tinggi.
3. Klon penghasil kayu : Klon yang memiliki ciri potensi hasil lateks rendah tetapi hasil kayu
sangat tinggi.
Untuk periode tahun 2004 2010, telah dirumuskan klon karet anjuran untuk penanaman
sebagai berikut :
Klon penghasil lateks : BPM 24, BPM 107, BPM 109, IRR 104, PB 217, PB 260.
Klon penghasil lateks-kayu : BPM 1, PB 330, PB 340, RRIC 100, AVROS 2037, IRR 5, IRR
32, IRR 39, IRR 42, IRR 112, IRR 118.
Klon penghasil kayu : IRR 70, IRR 71, IRR 72, IRR 78

Persyaratan pembangunan kebun entres


a. Lokasi kebun entres
Areal yang memenuhi syarat untuk pembangunan kebun entres, sebaiknya memiliki syarat
sebagai berikut :
Lokasi datar dan tidak tergenang air pada saat hujan, areal dengan kemiringan 3-5% dapat
digunakan, tetapi perlu dibuat drainase yang baik
Dekat dengan jalan utama agar memudahkan pengangkutan, pengawasan dan pengiriman
kayu entres
Lahan memiliki sifat fisik yang baik (gembur)
b. Penanaman bibit untuk kebun entres
Bahan tanaman dapat berupa stum mata tidur atau bibit polibeg berpayung satu atau dua.
Penanaman dengan stum mata tidur harus pada musim hujan. Pemancangan dilakukan
dengan jarak tanam 11 m segi empat, kemudian dibuat lubang tanaman berukuran 60 x 60 x
40 cm. Dalam satu hektar kebun entres memiliki tegakan 8000 9000 pohon dan mampu
menghasilkan mata tunas lebih kurang 600.000 mata. Setiap klon ditanam dalam satu petak
dan diberi nomor, dalam satu petak dapat dibuat 5 baris 40 pohon.

c. Pemeliharaan
Penyiangan
Keadaan kebun entres harus bersih dari rerumputan, penyiangan dapat dilakukan secara
manual 3 minggu sekali atau secara kimia dengan herbisida 3 bulan sekali, menggunakan
herbisida round up dengan dosis 0.2% (2 cc/1 liter). Penyemprotan dilakukan setelah tanaman
mencapai 5-6 payung.
Pemupukan
Dosis yang di berikan secara umum adalah sebagai berikut :
Tahun I : 50 gram urea, 50 gram SP 36, 10 gram KCl dan 5 gram Kieserit
Tahun II : 75 gram urea, 75 gram SP 36, 25 gram KCl dan 10 gram Kieserit
Aplikasi dua kali setahun, setiap pemberian setengah dosis dalam setahun. Letak tabur pupuk
melingkar mengelilingi batang dengan radius 1m dari pohon.
Pengendalian penyakit
Sama dengan pengendalian penyakit di pembibitan batang bawah.
Pemanenan/pemangkasan
Kayu okulasi hijau di panen pada umur 4-5 bulan dan okulasi coklat umur 10-12 bulan.
Pemangkasan pertama dilakukan saat tanaman berumur 10 bulan dengan ketinggian 40-60
cm. Setelah pemangkasan dilakukan, pada umur 3-4 minggu akan muncul tunas baru, untuk
itu perlu dilakukan seleksi dengan meninggalkan dua sampai tiga cabang. Pemangkasan pada
tahun berikutnya lebih kurang 15 cm dari pangkal tunas karangan mata.
Peremajaan kebun entres
Kebun entres dapat dipertahankan sampai umur 10 tahun kemudian dilakukan peremajaan.
Berdasarkan pengamatan di lapangan kebun okulasi yang berumur lebih dari 10 tahun
memperlihatkan kemunduran dalam pertumbuhan.

OKULASI

Okulasi adalah suatu proses penempelan mata tunas dari klon-klon anjuran pada batang
bawah yang terpilih sehingga dapat memberikan hasil sesuai harapan. Pelaksanaan okulasi
pada tanaman karet ada dua jenis yang didasarkan pada ukuran diameter batang bawah dan
umur batang bawah. Okulasi hijau umur 4-5 bulan dengan diamter 1.1-1.3 cm dan okulasi
coklat umur 10-12 bulan dengan diameter 1.5-2.5 cm. Umur entres disesuaikan dengan
batang bawah.

Bahan dan Alat yang digunakan untuk okulasi adalah :


Kain lap
Pisau okulasi
Plastik/verban okulasi
Kolter/TB 192
Gunting stek
Dalam pelaksanaan okulasi ada beberapa tahapan untuk mendapatkan batang bawah yang
baik tahapan-tahapan tersebut adalah :

a. Ketersediaan batang bawah yang akan diokulasi


Batang bawah dipersiapkan melalui pembibitan biji (bab sebelumnya) dan baru bisa diokulasi
apabila memenuhi syarat pertumbuhan sesuai jenis okulasi.
Untuk pelaksanaan okulasi coklat dapat dilakukan sebagai berikut :
Ukuran diameter batang tanaman 1.5-2.5 cm diukur pada ketinggian 5 cm (gbr.1)
Pertumbuhan daun payung yang paling atas dalam keadaan tua (gbr.2)
Tanaman tidak terserang penyakit

b. Pembuatan jendela okulasi


Pembuatan jendela okulasi dilakukan pada batang bawah yang telah memasuki kriteria
okulasi diatas. Tujuan dari pembuatan jendela okulasi ini adalah untuk menempelkan mata
tunas/entres dari klon yang diinginkan. Pembuatan jendela okulasi terdiri dari beberapa
langkah yakni :
Membersihkan batang bawah dari kotoran tanah atau pasir yang dapat mengganggu
penyatuan entres dengan batang bawah dengan lap bersih (Gbr.3)
Mengiris batang bawah dengan dua irisan vertikal yang sejajar dengan panjang 5 cm dan
lebar 1/3 lilit batang bawah pada ketinggian 5-10 cm dari permukaan tanah. Jika terlalu dekat
dengan tanah akan semakin memperkecil keberhasilan okulasi (Gbr.4)
Membuat potongan melintang pada salah satu ujung garis sejajar yang telah dibuat. Potongan
melintang dapat dibuat pada ujung atas untuk bukaan bawah atau ujung bawah garis sejajar
untuk bukaan atas. (Gbr.5 dan Gbr.6)

c. Membuat perisai mata okulasi


Perisai okulasi adalah mata okulasi yang diambil dari batang entres untuk ditempelkan pada
jendela okulasi. Tahapan kegiatannya adalah sebagai berikut :
Menyiapkan perisai okulasi dari batang entress yaitu dengan mengiris entres yang bermata
baik (mata yang berada pada ketiak daun) dengan ukuran lebar 1-2 cm dan panjang 5 cm.
Ukuran perisai harus lebih kecil dari jendela okulasi yang telah dibuat, hal ini bertujuan agar
terjadi sirkulasi udara pada okulasi yang dibuat.
Penyayatan perisai okulasi harus diikut sertakan sedikit bagian kayu (Gbr.7 dan Gbr. 8)
Perisai yang baik apabila di bagian dalam kulitnya terdapat titik tumbuh putih yang menonjol.
Apabila bagian dalam kulitnya berlubang berarti matanya tertinggal pada bagian kayu dan
perisai tidak boleh ditempelkan ke batang bawah.

d. Penempelan perisai mata okulasi


Penempelan perisai mata okulasi dilakukan segera setelah jendela okulasi dibuka dan perisai
okulasi harus dalam keadaan tidak bergerak, lalu jendela okulasi di tekan dan bagian ujung
nya dipotong dan dibuang, kemudian jendela okulasi ditutup dan siap dibalut. (Gbr. 8, 9 dan
10)

e. Pembalutan dengan verban okulasi


Agar mata okulasi tidak bergerak dan menempel baik dengan batang bawah serta agar tidak
terkena air hujan dan kotoran maka perisai okulasi harus dibalut kuat dengan verban/plastik
okulasi (Gbr. 11)

f. Pembukaan Verban dan Pemeriksaan Okulasi


Pemeriksaan okulasi dilakukan pada umur 21 hari dan umur 28 hari. Okulasi yang telah
berumur 21 hari dibuka verban okulasinya dan diperiksa apakah tunas okulasi hidup atau
tidak. Verban dibuka dengan cara memotong verban dengan pisau atau cutter tegak lurus ke
arah atas. Potongan harus berada di sebelah belakang bagian okulasi. Okulasi yang berhasil
ditandai dengan perisai yang masih hijua apabila digores sedikit dan perisai masih terlihat
segar (Gbr. 12 dan 13). Apabila menunjukkan warna hitam dan perisai terlihat membusuk
berarti okulasi tidak berhasil. Okulasi yang berhasil diberi tanda berupa ikatan plastik untuk
membedakan okulasi yang berhasil dengan okulasi yang tidak berhasil. Lebih kurang satu
minggu setelah buka verban pemeriksaan yang kedua dilakukan tujuannya untuk benar-benar
memastikan keberhasilan okulasi. Keberhasilan okulasi selain ditentukan oleh tenaga kerja
okulasi ditentukan juga oleh keadaan cuaca terutama hari hujan.

g. Pembongkaran bibit
Apabila ingin dibongkar dengan cangkul, 7 hari setelah okulasi jadi, dilakukan penyerongan
batang bawah dengan ketinggian 10-15 cm di atas pertautan okulasi menggunakan gergaji
serong, dengan kemiringan 45 derajat berlawanan arah mata okulasi dan diolesi dengan
kolter/TB 192. Setelah 7-10 hari dan mata okulasi membengkak dilakukan pembongkaran.
Setelah tercabut maka akar lateral ditinggalkan sepanjang 5 cm dan akar tunggang dipotong
sehingga tinggal sepanjang 25-30 cm. Apabila menggunakan dongkrak bibit maka 2-3
minggu sebelum dicabut batang bawah dipotong/dipotes pada ketinggian 70 cm dari
permukaan tanah. Hasil okulasi yang didapatkan dari pembibitan batang bawah seperti
tersebut di atas disebut dengan stum mata tidur.

h. Seleksi Stum Okulasi Mata Tidur


Stum yang akar tunggangnya terserang jamur akar putih, mata okulasi rusak, akar bercabang
banyak (menjari), akar bedenggol atau bengkok (muntir) tidak dipakai sebagai bahan tanam.
Bila akarnya bercabang dua atau tiga maka satu atau dua akar yang terkecil dipotong dan
lukanya diolesi dengan TB 192, sehingga dapat dipakai sebagai bahan tanam.
Bibit stum okulasi mata tidur selanjutnya dapat dianjurkan sebagai bahan tanam setelah
terlebih dahulu ditumbuhkan didalam polibeg sampai mencapai stadia satu atau dua payung
daun.

BIBIT DALAM POLIBEG


Bibit dalam polibeg adalah bibit okulasi yang ditumbuhkan dalam polibeg yang mempunyai
satu atau dua daun payung, Bibit polibeg dapat dibuat dengan menanam stum mata tidur atau
dengan pembibitan batang bawah di polibeg. Kelebihan dalam pembibitan di polibeg adalah
lebih seragam ketika dipindah ke lapangan, memudahkan penyiraman dan dapat menghemat
air ketika penyiraman.

Bibit Polibeg dari Stum Mata Tidur


Untuk mendapatkan pertumbuhan bibit yang baik didalam polibeg, maka dibutuhkan stum
mata tidur yang telah terseleksi sesuai dengan mutu standar. Tahapan kegiatan yang dilakukan
adalah sebagai berikut :

1. Polibeg berukuran 25 cm x 40 cm dipersiapkan dan diisi dengan tanah top soil (tanah
bagian permukaan 10-15 cm) yang sudah di campur dengan fosfat alam (rock phospat)
sebanyak 25 gram per polibeg, setinggi 2/3 bagian polibeg
2. Buatlah parit sedalam 10 cm (selebar dua ukuran polibeg)
3. Polibeg disusun dua baris di dalam parit yang sudah disiapkan.
4. Tanamkan stum mata tidur tepat ditengah polibeg, lalu diisi dengan tanah yang sudah
dicampur fosfat alam sedikit demi sedikit sampai leher akar, sambil dipadatkan dengan
tangan.
5. Penyiraman dilakukan secara teratur dan dipupuk setiap bulan sesuai anjuran, yaitu umur
1-3 bulan diberi pupuk Urea = 5 gram/pohon, SP 36 = 6.25 gram/pohon, KCl = 2 gram/pohon
dan Kieserit = 2 gram/pohon.
6. Sangat penting diperhatikan, bahwa semua tunas yang tumbuh bukan dari mata tempelan
(mata liar) harus dibuang dan diperiksa 1 x 2 minggu.
7. Bibit dipelihara sampai pertumbuhan tunas mencapai satu payung daun (2 bulan) atau dua
payung daun (4 bulan).
8. Pada saat pemindahan bibit ke lapangan, akar yang menembus polibeg harus di potong,
dan waktu pemindahan terbaik adalah pada saat pertumbuhan dua payung daun tua
(mengeras). Jangan lakukan penanaman ke lapangan dalam keadaan tumbuh tunas muda atau
daun muda.

Pembibitan Batang Bawah di Polibeg


Selain pembibitan batang bawah di lapangan, penanaman biji untuk batang bawah juga dapat
dilakukan langsung di polibeg. Pengokulasian bibit dalam polibeg bertujuan untuk
meringankan biaya pengolahan tanah di lapangan. Tahapan pembuatan bibitan polibeg adalah
sebagai berikut :

1. Polibeg berukuran 25 cm x 40 cm dipersiapkan dan diisi dengan tanah top soil (tanah
bagian permukaan 10-15 cm) di campur dengan pupuk fosfat alam sebanyak 50 gram per
polibeg.
2. Buatlah parit sedalam 10 cm (selebar dua ukuran polibeg)
3. Polibeg disusun di dalam parit yang sudah disiapkan
4. Sebelum dilakukan penanaman kecambah harus di seleksi dan dilakukan penanaman di
tengah-tengah polibeg
5. Bibit batang bawah ini dipelihara sampai umur 6-8 bulan
6. Bibit diokulasi dalam polibeg dengan posisi jendela okulasi menghadap ke luar.
7. Setelah okulasi jadi, potonglah batang miring ke arah belakang pada ketingian 10-15 cm di
atas pertautan okulasi
8. Mata okulasi dibiarkan tumbuh dan dipelihara dengan baik sampai satu atau dua payung
penuh
9. Penunasan mata tunas liar dilakukan dua minggu sekali
10. Pada saat pemindahan bibit ke lapangan, akar tunggang yang menembus polibeg harus di
potong, dan untuk pembibitan langsung di polibeg, waktu pemindahan dapat dilakukan pada
stadia pertumbuhan satu payung daun tua.

PENYIAPAN LAHAN

Penyiapan lahan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pada perkebunan rakyat yang
luasnya relatif kecil, penyiapan lahan biasanya dilakukan dengan manual dan khemis.

Penyiapan lahan secara manual dan kemis


Tebas/Imas
Penebasan dilakukan untuk membuang kayu-kayu kecil dan gulma. Alat-alat yang digunakan
biasanya parang.

Penebangan Kayu
Penebangan kayu secara manual biasanya menggunakan parang panjang, kapak besar atau
dengan gergaji konvensional. Tunggul yang disisakan adalah 30 cm dari permukaan tanah.

Penyincangan/perpanjangan
Setelah kayu tumbang ranting dipotong kecil-kecil untuk dijual atau dijadikan bahan bakar
batang dipotong sesuai kebutuhan untuk dijual. Apabila tidak laku dijual dibiarkan
membusuk dengan sendirinya.

Pembakaran dan peracunan tunggul


Pembakaran dilakukan hanya pada kayu-kayu yang tidak bisa atau tidak laku dijual. Apabila
tidak laku dijual dibiarkan dan di beri racun agar cepat busuk. Tunggul yang tertinggal juga
diberi racun agar lebih cepat busuk.

Pengumpulan dan Pembakaran ulang


Kayu yang masih berserakan dan tidak habis terbakar maupun yang sudah mulai busuk
dikumpulkan menjadi satu di suatu tempat dan dibakar ulang atau dibiarkan membusuk
sehingga lahan terlihat bersih. Penyiapan lahan dengan cara manual mempunyai kelemahan
yakni memakan waktu yang lebih lama yakni 2 bulan atau lebih dan potensi penyakit jamur
akar putih tinggi.

Penyiapan Lahan Secara Mekanis Penuh


Cara peremajaan mekanis ini lebih disukai untuk mengatasi penyakit JAP yang sangat
berbahaya. Dengan peremajaan secara mekanis penuh maka sumber infeksi penyakit JAP
baik yang berupa tunggul atau sisa-sisa akar-akar yang sakit dapat disingkirkan dari areal
penanaman.

Pembukaan lahan sebaiknya dilakukan menjelang musim kemarau, dimaksudkan agar


tanaman yang ditebang segera akan mengering. Kondisi kering ini akan mempermudah dalam
penanganan selanjutnya, apakah kayu hasil penebangan akan dimanfaatkan sebagai kayu log
atau selainnya. Di wilayah Sumatera Utara umumnya musim kemarau jatuh pada bulan
Februari s.d Juni. Tahapan penyiapan lahan secara mekanis adalah sebagai berikut :

a. Penumbangan dan pengumpulan pohon


Tanaman tua ditumbangkan dengan meggunakan chain saw atau dengan didorong sampai
tumbang dengan menggunakan bulldozer. Sewaktu penumbangan dengan chain saw tunggul
harus disisakan sepanjang 30 cm untuk memudahkan dalam pembongkaran dan
pencabutannya. Pohon karet yang sudah ditumbang kemudian di potong-potong sesuai
keperluan misalnya untuk kayu log. Ranting dan cabang biasanya dikumpulkan sebagai
sumber kayu bakar atau sebagai kayu asap.

b. Pembongkaran dan pengumpulan tunggul/perumpukan


Pembongkaran tunggul dilakukan dengan mendorong tunggul yang disisakan sepanjang 30
cm menggunakan crawler tractor dan dikumpulkan pada tiap-tiap barisan yang berjarak 10 m.
Di beberapa daerah sisa-sisa tunggul masih bisa dijual sehingga akan mengurangi biaya
pengangkutan. Tunggul-tunggul yang sudah kering dikumpulkan menjadi beberapa bagian
(spot-spot) lalu dibakar. Saat ini pembakaran sudah dilarang dalam penyiapan lahan, untuk
mempercepat pelapukan sisa tunggul maka dapat dibantu dengan penanaman kacangan
penutup tanah. Untuk daerah-daerah ber lereng sisa tunggul didorong ke daerah lembahan
dan diharapkan akan melapuk dengan sendirinya.

c. Ripper
Ripper dilakukan apabila tahap pembongkaran sudah selesai dan sisa-sisa tunggul sudah
dirumpuk menjadi spot-spot dan tidak berada dalam barisan lagi. Ripper dilakukan dua kali,
Ripper pertama dilakukan dengan melintang ke arah Timur-Barat, Ripper kedua ke arah
Utara-Selatan. Untuk lahan-lahan yang miring putaran pertama dilakukan ke atas dan
kemudian ke bawah lalu dilanjutkan dengan rippper kedua dan seterusnya. Alat yang
digunakan adalah Ripper yang ditarik dengan traktor rantai D6/D8. Kedalaman ripper 50 cm,
selang waktu antara ripper I dengan ripper II berselang 2-3 minggu. Setiap kali ripper di ikuti
dengan ayap akar. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan sisa akar yang masih tertinggal
ketika pembongkaran. Dalam pengelolaan perkebunan karet diusahakan agar akar berada di
permukaan dan terkena cahaya matahari, tujuannya adalah untuk mengurangi potensi JAP
dari sisa akar tanaman karet.

d. Luku (Bajak)
Pekerjaan luku dilakukan dua kali, dengan alat bajak piringan yang ditarik menggunakan
traktor ban. Kedalam luku minimal 40 cm sesuai dengan distribusi akar serabut tanaman
karet. Luku dilakukan sebanyak 2 kali dengan arah menyilang saling tegak lurus satu sama
lainnya, interval waktu antara luku I dan luku II selang 2-3 minggu. Setiap kali pembajakan
di ikuti dengan ayap akar.

Semua sisa akar tanaman dan potongan kayu karet yang masih tertinggal diayap secara
manual dan dikumpulkan di tempat tertentu untuk mempermudah pemusnahannya.

e. Garu (Harrow)
Garu dilakukan 2 kali . Garu pertama ke arah Utara-Selatan dan yang kedua ke arah Timur-
Barat. Alat yang digunakan adalah tractor ban yang dilengkapi dengan 24 disk flow.
Tujuannya adalah untuk menggemburkan dan meratakan permukaan tanah. Setiap selesai
pekerjaan garu di ikuti dengan ayap akar, selang waktu garu I dengan garu II berselang 2-3
minggu.

f. Pembuatan teras
Tindakan yang perlu dilakukan untuk mengatasi erosi yaitu dengan pembuatan teras, benteng,
rorak maupun parit di areal penanaman karet. Cara ini dalam pengawetan tanah berfungsi
untuk memperlambat aliran permukaan dan menampung serta menyalurkan air dengan
kekuatan yang tidak merusak.

Tindakan pengawetan tanah pada budidaya tanaman, didasarkan pada kelas kemiringan lahan
yang ada. dibagi ke dalam 4 kelas yaitu :

1. Tanah datar (0-3%)


Tidak diperlukan pembuatan benteng, rorak, maupun teras. Umumnya yang dibutuhkan yaitu
drainase untuk menampung dan mengalirkan air yang berlebihan.
2. Tanah bergelombang (4-10%)
Pada daerah dengan kemiringan 4-10% mulai nampak adanya erosi alur. Ini terjadi karena air
tekonsentrasi dan mengalir pada tempat-tempat tertentu sehingga diperlukan pembuatan
benteng dan rorak.
3. Tanah berbukit (11-100%)
Pada areal bukit diperlukan pembuatan teras bersambung.
4. Tanah curam (>100%)
Pada tanah curam dengan kemiringan > 100% tidak dianjurkan untuk usaha perkebunan
karet. Untuk pengusahaan tanaman karet, kemiringan lahan sampai 47%.

Teras bersambung dibuat berdasarkan derajat kemiringan lahan dan jarak antar kontur
diambil dari rata-rata kemiringan lahan. Makin tinggi kemiringannya maka jarak antar kontur
semakin jauh. Lebar teras sekitar 2 m dengan permukaan teras miring kedalam ke arah lereng
dengan sudut kemiringan 10o. Pembuatan teras dapat dilakukan secara manual atau dengan
mekanis menggunakan traktor rantai D6. Pembuatan teras sebaiknya dimulai dari tempat
yang tinggi (puncak bukit). Bagian dalam dari tiap titik penanaman dalam teras dibuat rorak
(lubang sedalam 1.5-2m) untuk menampung kelebihan air ketika hujan turun.
g. Pembuatan saluran drainase
Drainase areal sering menjadi masalah utama yang dijumpai pada daerah datar, rendahan, dan
areal yang sering kebanjiran. Untuk mengatasinya diperlukan pembuatan saluran drainase
yang berguna untuk mencegah genangan air dan menurunkan permukaan air tanah.
Banyaknya saluran tergantung dari kondisi lahan, ataupun tinggi rendahnya permukaan air
tanah. Sebelum membangun saluran drainase harus direncanakan dimana titik pembuangan
arahnya, dan berapa debit air yang harus dibuang. Dengan data yang diperoleh selanjutnya
ditentukan berapa lebar dan dalam saluran yang akan dibuat dan tingkat jaringan saluran yang
diperlukan.
Pembangunan Penutup Tanah
Pada areal pertanaman karet rakyat, biasanya gawangan tidak ditanam penutup tanah
kacangan. Selama lebih kurang tiga tahun pertama (tajuk tanaman karet belum menutup),
petani dianjurkan untuk memanfaatkan gawangan dengan mengusahakan tanaman pangan
seperti padi gogo, kedelai, jagung dan lainnya.

Untuk pembangunan penutup tanah, kacangan campuran konvensional terdiri dari Pueraria
javanica, Calopogonium mucunoides, dan Centrosema pubescens merupakan penutup tanah
yang ideal di perkebunan karet. Campuran konvensional memberikan bahan organik dan
unsur hara ke dalam tanah lebih banyak dibandingkan dengan rumput alami, melindungi
tanah dengan sempurna dari erosi, dan memberikan efek penekanan terhadap serangan JAP.
Dapat dibangun dengan teknik yang sederhana baik secara manual bila tenaga kerja cukup
tersedia maupun secara kimiawi. Kelemahannya yakni kurang toleran terhadap suasana
ternaung sehingga pertumbuhannya berangsur-angsur tertekan bila tajuk tanaman karet
menutup permukaan tanah.

Selain kacangan campuran konvensional di atas, Calopogonium caeruleum (CC) salah satu
jenis yang memberikan bahan organik lebih banyak dari yang dihasilkan kacangan
konvensional dan melindungi permukaan tanah dari erosi setaraf atau lebih baik dari
kacangan campuran konvensional. Juga berperan menekan secara efektif serangan JAP.
Dibanding dengan kacangan lainnya, jenis ini lebih toleran terhadap suasana ternaung dan
kekeringan, kurang disukai hama. Selama masa TM kacangan jenis CC dapat bertahan
tumbuh dalam gawangan karet. Pertumbuhan awalnya lebih lambat menutup permukaan
tanah dibanding dengan kacangan konvensional.

Jenis kacangan lain yang pada saat ini banyak digunakan di perkebunan adalah Mucuna
bracteata, menghasilkan bahan organik cukup besar dan pertumbuhannya sangat cepat.
Pengamatan di lapangan pertumbuhan sulur kacangan yang sehat dapat mencapai >10 cm
setiap 24 jam dan dengan penanaman sama banyak dengan jumlah tegakan karet per hektar,
ternyata dalam waktu 6 bulan dapat menutup pemukaan tanah dengan sempurna. Mucuna
sangat efektif melindungi permukaan tanah dari erosi terutama pada masa TBM, lebih toleran
terhadap suasana ternaung dan kekeringan, kurang disukai hama dan tidak disukai ternak,
sehingga jenis kacangan ini sangat cocok untuk dipergunakan pada areal TBM yang potensial
mendapat gangguan ternak lembu maupun kambing. Selama masa TM Mucuna bracteata
masih dapat bertahan tumbuh dalam gawangan karet. Kelemahannya, karena pertumbuhan
kacangan ini sangat cepat, frekuensi rotasi pengendalian sulur menjadi lebih sering. Dalam
dua minggu, apabila pertumbuhan sulur tidak dikendalikan maka akan melilit batang tanaman
karet.

Penanaman penutup tanah kacangan.


Penanaman biji kacangan dilakukan secara menugal dalam 4 barisan, masing-masing berjarak
1 meter di tengah gawangan. Campuran biji kacangan yang ditanam dicampur lagi dengan
Rock Phosphat sebanyak 25 kg/ha pada saat hendak menanam. Saat menanam biji kacangan
adalah setelah tanah selesai diolah sempurna dan bahan pembiak vegetatif gulma serta
potongan-potongan kayu telah disingkirkan.

Penanaman di Lapangan

Pemancangan
Kegiatan penanaman tanaman karet dimulai dengan penentuan jarak tanam. Pada saat ini
banyak dianut jarak tanam dengan kerapatan populasi sekitar 500 s.d 600 pohon/ha. Dengan
populasi tersebut, dapat menggunakan jarak tanam pagar 3,3 x 6,0 m atau 2,75 x 6,0 m.
Setelah penentuan jarak tanam dilakukan, selanjutnya dilakukan pemancangan titik tanam di
lapangan. Dimulai dengan pancang kepala dengan arah barisan tanaman timur barat terutama
pada daerah datar, sedangkan pada daerah dengan topografi bergelombang berbukit, arah
barisan disesuaikan dengan kontur. Pancang kepala dibuat lebih tinggi dari anak pancang agar
memudahkan dalam meluruskan barisan tanam. Kompos dan tali atau kawat diperlukan untuk
menentukan arah dan jarak tanaman dalam barisan.

Pemancangan dan Pembuatan lubang tanam


Lubang tanam dibuat minimal 1 minggu sebelum tanam dengan maksud agar ada kesempatan
untuk diperiksa jumlah maupun ukurannya, pada titik pancang dibuat lubang tanam dengan
ukuran 70 x 70 x 60 cm.
Pada saat penggalian lubang tanam, tanah bagian atas (top soil) diletakkan disebelah kanan
lubang dan sub soil diletakkan disebelah kiri lubang tanam.
Sebelum penanaman dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan pemupukan lubang tanam
dengan menggunakan pupuk RP dengan dosis pemupukan setiap lubang tanam 250 g.
Pemberian pupuk ini dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan akar karet yang baru
ditanam. Pupuk dicampurkan secara merata pada tanah yang akan digunakan untuk
menimbun kembali tanaman karet yang ditanam.

Penanaman karet
Penanaman karet dilakukan pada musim hujan besar.
Bibit yang polibegnya robek harus diikat dengan tali agar tidak pecah ketika diangkut ke
lapangan.
Bibit yang didistribusikan ke lapangan diletakkan di samping lubang tanam. Dalam lubang
disesuaikan dengan tinggi polibeg.
Dasar polibeg disayat dengan pisau dan bibit diletakkan dalam lubang tanam. Dari bagian
samping plastik disayat dan dilepaskan dari bibit, diletakkan di atas pancang sebagai tanda
bahwa palstik sudah dibuka.
Arah mata okulasi diseragamkan menghadap gawangan pada tanah rata, sedangkan pada
tanah yang berlereng mata okulasi diarahkan bertolak belakang dengan dinding teras. Pada
saat penanaman, pertautan okulasi diatur sedemikian rupa sehingga setelah ditimbun tanah,
pertautan okulasi akan tertimbun sekitar 10 cm di bawah permukaan tanah. Setelah
persyaratan dipenuhi, tanah sub soil ditutupkan terlebih dahulu kemudian disusuk dengan
tanah top soil. Pemadatan tanah dilakukan dengan tangan mulai dari bagian pnggir ke arah
tengah atau diinjak pelan-pelan tetapi jangan sampai mengenai tanah polibeg. Tanah pada
bagian tanaman dibuat cembung untuk menghindari air hujan yang menggenang.

Gambar Penanaman bibit karet

Pemeliharaan TBM
a. Strip Weeding/Penyiangan
Adalah penyiangan gulma di sekitar bibit yang telah ditanam, tanaman harus bersih dari
gulma pada jarak 1m ke arah kanan dan 1 m ke arah kiri. Strip widing dilakukan setiap 1 3
bulan sekali tergantung jumlah gulma yang tumbuh. Cara yang digunakan dapat
menggunakan herbisida atau secara manual/dengan cangkul atau dengan herbisida Round
up/Matador. Tujuan Strip Widing adalah :
Menjaga tanaman dari gulma yang dapat merugikan
Menghindari tanaman dari penyakit yang dibawa gulma
Efisiensi pemupukan

Penyiangan pada areal tanaman karet yang berumur kurang dari satu tahun dilakukan secara
manual dengan menyiang rumput secara melingkar di sekitar tanaman dengan radius 50 cm.
Selanjutnya tanaman yang sudah berumur lebih dari satu tahun penyiangan dapat dilakukan
secara melingkar ataupun mengikuti jalur penanaman karet dengan jarak 1.5 2 meter dari
barisan pohon. Penyiangan dapat dilakukan secara manual maupun dengan menggunakan
herbisida. Rotasi penyiangan akan tergantung dari kecepatan pertumbuhan gulma. Pada areal
dengan laju pertumbuhan gulma yang tinggi, rotasi penyiangan dilakukan 2 minggu sekali,
tetapi pada lokasi pertumbuhan gulma yang biasa, rotasi penyiangan dapat dilakukan 3
minggu sekali.

b. Penunasan/Pewiwilan
Setelah usia tanaman 1-3 bulan harus dilakukan pengontrolan yaitu pengamatan terhadap
kondisi tanaman terutama daun/tunas yang kurang tumbuhnya kurang baik. Setelah tahap ini
dilakukan tahap selanjutnya adalah penunasan/pewiwilan. Tujuan dari penunasan adalah
untuk mendapatkan tanaman yang baik/subur dengan bentuk batang yang tegak/lurus dan
kulit batang mulus. Tunas yang dipotong adalah tunas yang kurang baik tumbuhnya, bisa
berupa tunas samping atau tunas atas. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penunasan
adalah :
Tunas-tunas liar yang tumbuh di luar mata okulasi dihilangkan dengan pisau sampai pangkal
tunas.
Setelah mata okulasi tumbuh dijaga agar tumbuh lurus ke atas. Tunas-tunas samping diwiwil
sampai 2.5 m dari permukaan tanah.
Frekuensi penunasan dilakukan 2 minggu sekali terutama pada tahun pertama setelah
penanaman.

c. Penyisipan/penyulaman
Adalah penggantian tanaman yang mati akibat penyakit atau akibat kerusakan lainnya dengan
tanaman yang baru (tautan usianya tidak jauh berbeda). Sebelum penyisipan harus dilakukan
inventarisasi terlebih dahulu, inventarisasi adalah pendataan tanaman yang tidak dapat
tumbuh dengan baik. Biasanaya karena patah batang, serangan penyakit Jamur Akar Putih
(JAP), kanker garis. Presentase keberhasilan tanaman ulang adalah 98.5% sedangkan sisanya
(1.5%) biasanya harus di sisip.

d. Perangsangan percabangan
Pada tanaman karet muda sering dijumpai tanaman yang tumbuhnya meninggi tanpa
membentuk cabang. Tanaman ini pertumbuhan batangnya lambat sehingga terlambat
mencapai matang sadap. Tanaman muda yang demikian, pada bagian ujungnya mudah
dibengkokkan oleh angin, akibatnya akan tumbuh tunas cabang secara menyebelah, sehingga
tajuk yang terbentuk tidak simetris. Keadaan cabang seperti tersebut di atas akan sangat
berbahaya karena cabang mudah patah bila ada angin kencang. Ketinggian cabang yang
dikehendaki umumnya antara dua setengah sampai tiga meter dari atas pertautan okulasi.
Bagi klon-klon yang pertumbuhan cabangnya lambat dan baru terbentuk di atas ketinggian
tiga meter, perlu dilakukan perangsangan untuk mempercepat pembentukan cabang agar tajuk
tanaman lebih cepat terbentuk.

1. Pembuangan ujung tunas


Kurang lebih pada ketinggian 2m 3m dari pertautan okulasi, tunas muda yang baru tumbuh
di atas daun payung teratas dibuang dengan jalan dipotes atau di gunting.

2. Penutupan ujung tunas


Ujung tunas muda yang baru tumbuh serta masih berdaun merah dan lemas, ditutup atau
dikerudungi dengan kertas atau kain yang sudah dicelup dengan parafin. Setelah tujuh hari,
daun-daun yang tadinya berwarna merah, telah mengeriput dan tiadak berkembang.

3. Pengguguran daun (perompesan)


Payung teratas yang sudah tua pada tanaman berumur 1,5 2 tahun dirompes seluruhnya.
Tiga minggu kemudian tunas calon cabang akan tumbuh.

4. Pemenggalan batang
Pemenggalan batang dilakukan pada ketinggian 2,5 3 tahun sedikit di atas kumpulan mata.
Pemenggalan ini dilakukan pada waktu tanaman muda berumur 1 24 bulan, dimana pada
waktu tersebut tanaman sudah mencapai tinggi kurang lebih lima meter. Pemenggalan
dilakukan pada waktu awal musim hujan.
Perawatan Tanaman Menghasilkan
a. Strip Weeding/penyiangan
Strip widding adalah menyiangi areal selebar 1 m pada sisi kanan dan 1 m pada sisi kiri
pohon karet dari gulma atau tanaman pengganggu. Gulma yang tumbuh disekitar pohon karet
akan membawa pengaruh yang kurang baik terhadap pohon karet. Pengaruh yang kurang baik
itu adalah :
Menjadi kompetitor tanaman karet untuk mendapatkan unsur hara, udara dan tempat tumbuh.
Mengganggu dalam pemupukan tanaman karet.
Menurunkan produksi karet kering
Sebagai tempat persembunyian berbagai macam hama tanaman karet ada juga gulma yang
berperan sebagai inang penyakit pada tanaman karet.

Untuk mengurangi laju pertumbuhan gulma pada gawangan tanaman, dapat dilakukan
dengan penanaman penutup tanah kacangan. Penanaman kacangan ini berfungsi selain untuk
mengurangi laju pertumbuhan gulma juga untuk mencegah erosi dan menambah kandungan
bahan organik dalam tanah. Pertumbuhan kacangan yang cepat akan menekan pertumbuhan
gulma. Sebagi konsekuensi dari pertumbuhan kacangan yang cepat maka harus dilakukan
rotasi pengendalian kacangan dengan frekuensi yang lebih sering, karena apabila terlambat
pengendaliannya tanaman kacangan akan melilit batang pohon karet.

Pemupukan
Salah satu aspek yang penting dalam hal pertumbuhan dan peningkatan produktivitas
tanaman karet adalah pemupukan. Pemupukan harus memenuhi tiga syarat yaitu (1) tepat
waktu, (2) tepat cara dan (3) tepat dosis, apabila tiga syarat ini tidak ditepati maka produksi
akan kurang optimal. Pemupukan sebaiknya dilakukan pada awal musim penghujan ketika
tanaman sedang membentuk daun muda.
Umur (tahun) Cara pemberian pupuk
0 2 Ditebar merata secara melingkar di sekeliling pohondengan radius (r) = 25 100 cm.
3 4 Ditebar merata secara larikan mengikuti barisan tanaman dengan jarak 100 150 cm
dari pohon.
5 Ditebar secara larikan mengikuti barisan tanaman dengan jarak 150 200 cm dari pohon.
Sumber : Puslit Karet-Medan

Dosis anjuran umum pemupukan karet pada masa TBM kurang dari satu tahun
Umur
(Bulan) g/phn
Tanah Subur Tanah Kurang Subur
Urea TSP RP KCl Kies Urea TSP RP KCl Kies
0 250* 250*
2 25 25
4 25 60 20 10 25 75 25 25
6 40 30 50 50
9 60 60 50 20 75 75 75 25
12 75 100
Jumlah 225 120 250 100 30 275 150 250 150 50
*) pupuk lobang/dasar
Sumber : Puslit Karet-Medan

Dosis anjuran umum pemupukan karet pada masa TBM 2 tahun s/d 5 tahun
Umur (thn) g/phn/th
Urea TSP MoP Kies
2
3
4
5 250
250
300
300 175
200
200
200 200
200
250
250 75
100
100
100
Sumber : Puslit Karet-Medan

Dosis anjuran umum pemupukan karet pada masa TM


Umur (thn) g/phn/th
Urea TSP MoP Kies
6 15
16 20
> 20* 350
300
200 200
150
300
250
150 75
75

*) Sampai dua tahun sebelum replanting.


Sumber : Puslit Karet-Medan

Untuk mengurangi hilangnya pupuk karena erosi dan run off maka aplikasi pupuk harus
benar-benar diperhatikan, sebaiknya pupuk yang mudah menguap (urea) harus dibenam
bukan di tabur. Untuk daerah yang berlereng aplikasi pupuk seluruhnya harus dibenam
(pocket) tujuannya agar tidak terbawa erosi. Waktu pemupukan dilakukan pada saat tanaman
flush (daun muda mulai tumbuh).

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

Hama Rayap
Untuk penanaman baru bekas hutan primer/skunder umumnya tidak dilakukan pengolahan
tanah. Biasanya setelah umur 1 tahun selalu mendapat gangguan hama rayap yang bersumber
dari bekas tunggul. Jika terjadi serangan pemberantasannya dapat dilakukan dengan
insektisida Basudin 60 EC, Diazinon 60 EC dalam larutan dengan konsentrasi 0,2 0,4% dan
disiramkan ke tanaman dengan jari-jari 20 cm.

Penyakit daun Oidium


Penyakit daun Oidium disebabkan oleh jamur heveae Serangan Oidium yang terjadi pada saat
pertumbuhan daun muda dapat menyebabkan daun gugur kembali. Gejala ini dikenal sebagai
gugur daun sekunder (SLF). Pertumbuhan daun muda yang bertepatan dengan musim kering
panjang akan mengalami serangan Oidium yang berat. Serangan Oidium berulang selama
terjadi pembentukan daun muda terserang oleh penyakit lain.

Gejala penyakit dan kerusakan


Pada daun muda yang sedang berkembang akan timbul bercak-bercak putih kekuningan dan
dalam waktu singkat bercak membesar disertai dengan pertumbuhan benang jamur mencuat
ke permukaan dan membentuk kumpulan spora yang putih seperti tepung. Spora tersebut
akan mudah terlepas dan tersebar oleh tiupan angin.

Daun yang mengalami serangan berat menjadi keriput, tampak seperti layu dan diikuti
dengan gugur daun. Gugur daun yang terus menerus dapat menyebabkan mati pucuk dan
turunnya produksi lateks. Pada TBM dan bibitan, serangan Oidium dapat menyebabkan
hambatan pertumbuhan bahkan kematian tanaman.

Bila daun tidak gugur, Oidium menyebabkan cacat daun atau bercak hitam dengan bentuk tak
beraturan. Oidium yang tertinggal pada daun tua merupakan sumber penularan pada musim
kering berikutnya.

Penanggulangan penyakit
Pemberantasan Oidium dengan cara pendebuan menggunakan serbuk belerang murni
(belerang Cirrus) dapat mengurangi kerusakan tanaman. Perbedaaan dilakukan pada awal
pembentukan daun-daun baru sebanyak 3 6 rotasi interval 5 7 hari dengan menggunakan
alat penyerbukan (blower) berkekuatan tinggi dengan dosis 4 6 kg belerang/ha/rotasi.
Untuk pembibitan dapat digunakan alat pendebuan portable

Penyakit daun Colletotrichum


Penyakit gugur daun Colletotrichum desebabkan oleh jamur Colletotrichum gloesporioides
yang juga penyebab gugur daun sekunder (SLF). Serangan Colletotrichum pada klon yang
rentan dapat menyebabkan gugur daun terus menerus selama terjadi pembentukan pucuk-
pucuk baru dalam musim penghujan.

Klon yang menggugurkan daun-daunnya tidak serempak akan mengalami serangan penyakit
yang terus menerus sehingga produksi lateks turun secara nyata. Serangan pada bibitan dan
tanaman belum menghasilkan (TBM) dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan sehingga
dapat memperpanjang masa tidak produktif.

Gejala penyakit dan kerusakan


Penyakit gugur daun Colletotrichum dapat menyerang tanaman pada segala tingkat umur.
Serangan penyakit dimulai pada saat terjadi pembentukan daun muda setelah musim
meranggas. Daun yang sangat muda bila terserang penyakit akan melinting dan berubah
warna menjadi hitam seperti daun teh kering, sehingga ujung tunas menjadi gundul. Bila
terjadi infeksi jamur pada daun yang lebih tua, maka timbul bintik-bintik hitam yang tumbuh
membesar mengikuti pertumbuhan daun.

Bercak yang terjadi pada ujung atau tepi akan menyebabkan cacat daun. Daun yang sudah
berwarna hijau muda berumur lebih dari dua minggu akan terhindar dari pengguguran.

Penangulangan penyakit.
1. Menanam klon yang tahan terhadap penyakit gugur daun Colletotrichum, antara lain PR
261, RRIC 100 dan PB 260.
2. Untuk pembibitan pengendalian penyakit dilakukan dengan penyemprotan fungisida :
0,3% Dithane M 45 atau 0,2% Daconil 75 WP. Penyemprotan dilakukan pada saat
pertumbuhan daun muda, mulai dari pembentukkan tunas sampai daun berwarna hijau muda
sebanyak 3 4 rotasi dengan interval waktu 5 hari. Untuk pembibitan yang luasnya lebih dari
10 ha, penyemprotan dengan Mist blower lebih efisien daripada penggunaan Knapsak
sprayer. Untuk tanaman belum mengahasilkan (TBM) aplikasi fungisida dilakukan dengan
Mist blower ; sedangkan untuk tanaman menghasilkan (TM) aplikasi fungisida dilakukan
secara pengabutan (fogging) dengan mesin pengabut (fogger) dengan carrier minyak disel
atau minyak Shell (Shell fogging oil) ditambah dengan emulgator. Pengendalian penyakit
dilakukan pada saat pembentukan daun-daun baru setelah masa meranggas. Dosis
penyemprotan tergantung pada besar (umur) tanaman. Untuk bibitan dan tanaman muda
(TBM) cukup 1,5 kg Dithane M 45 atau 1 kg Daconil WP per hektar/rotasi.

Penyakit daun Corynespora


Penyakit daun Corynespora disebabkan Corynespora cassiicola. Pada klon-klon yang peka,
Corynespora dapat menyebabkan gugur daun sepanjag tahun sehingga dapat berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman, produksi lateks bahkan dapat menyebabkan kematian
tanaman.

Gejala penyakit dan kerusakan


Corynespora cassiicola dapat menyerang daun tua maupun daun muda. Pada daun muda
biasanya jamur tidak membentuk bercak yang jelas, tetapi anak daun (helaian daun) berubah
warna dari sepia atau hijau muda menjadi kuning. Daun menggulung atau langsung gugur
dari tangkainya, sedangkan tangkai daun gugur kemudian. Pada daun yang lebih tua, jamur
membentuk bercak coklat tua sampai hitam dimana urat-urat daun tampak lebih gelap dari
pada sekelilingnya sehingga bercak tersebut tampak menyirip seperti tulang ikan atau seperti
tetesan tinta hitam pada kertas buram. Apabila patogen menginfeksi tangkai daun dengan
bercak hitam, maka daun gugur bersama tangkainya.
Tanaman yang terus menerus terserang Corynespora cassiicola tak pernah berdaun lebat
secara berangsur-angsur mengalami mati pucuk (dieback) sehingga akhirnya tanaman mati.

Penanggulangan penyakit
Pemberantasan sebaiknya dilakukan pada awal serangan. Untuk tanaman menghasilkan (TM)
yang tingginya lebih dari 6 m dan sulit disemprot, sebaiknya digunakan penggabutan
(fogging) dengan fungisida 0,6 kg/ha Dithane M 45 + emulgator atau 1 1,5 kg/ha Calixin
750 EC dalam minyak disel atau minyak Shell (Shek fogging oil). Penyemprotan/pengabutan
dilakukan selama masa pertumbuhan daun muda sebanyak 4 6 kali dengan interval 1 (satu)
minggu.

Penyakit Akar Putih


Penyakit Akar Putih disebabkan jamur Rigidoposus lignosus (Syn : Fomes lignosus) yang
lebih dikenal dengan nama jamur akar putih (JAP). JAP merupakan penyebab penyakit yang
paling banyak menimbulkan kerugian pada perkebuanan karet karena dapat menyebabkan
kematian langsung sehingga produksi lateks akan menurun. Biaya penanggulangan dan
pengobatan JAP cukup besar sehingga dapat menaikkan biaya produksi.

Gejala penyakit dan kerusakan


JAP dapat menyerang pada semua tingkat umur tanaman, mulai dari bibit sampai tanaman
tua. Pucuk serangan biasanya terjadi pada tanaman umur 3 4 tahun. JAP menyerang bagian
tanaman yang berada di bawah permukaan tanah, baik akar cabang maupun akar tunggang.

Gejala penyakit baru nampak ke permukaan apabila penyakitnya sudah parah, yaitu gejala
menguningnya sebagian perdaunan atau cabang. Adakalanya tanaman muda mati mendadak
dengan gejala mengeringnya daun-daun yang masih utuh pada tajuk. Untuk mengetahui
gejala awal harus dilakukan pemeriksaan akar dengan cara membuka/menggali bagian leher
akar.

Gejala JAP ditandai dengan adanya petumbuhan miselium jamur pada permukaan kulit akar.
Miselium tersebut berwarna putih dan tumbuh bersatu membentuk jaringan yang tebal dan
disebut rizomorf. Pada mulanya jamur hanya melekat pada permukaan akar, kemudian
menembus jaringan akar dan merusak jaringan pembuluh sehingga proses pengangkutan air
dan hara terhambat. Selanjutnya tanaman mengalami kekurangan hara dan air. Dengan
membusuknya akar tungang, tanaman menjadi mudah tumbang.

Penangulangan Penyakit
1. Penanggulangan secara tidak langsung melalui teknik antara lain :
a. Melakukan pengolahan tanah secara mekanis untuk menyingkirkan tunggul dan perakaran
tanaman karet tua yang menjadi infeksi JAP pada peremajaan maupun pembukaan kebun
baru.
b. Menanam kacang-kacangan penutup tanah supaya sisa-sisa akar di dalam tanah cepat
hancur.
c. Seleksi bibit ketat. Gunakan bibit sehat, bebas dari infeksi JAP.
d. Memeriksa adanya tanaman sakit sejak dini (umur 1 tahun) dengan rotasi pemeriksaan 3
bulan sekali
d. Membuat parit isolasi antara kompleks tanaman sakit dengan pertanaman yang sehat
dengan lebar 30 cm dan kedalaman 30 60 cm, tergantung pada kedalaman solum atau
membongkar semua tanaman yang sakit dan tidak tertolong lagi.

2. Pengobatan dengan Fungisida


a. Pengobatan dengan cara pelumasan
Pengobatan dilakukan dengan cara membuka bagian leher akar yang sakit, dan kemudian
dilumasi dengan fungisida yang mengandung bahan aktif 20% PCNB (Shell collar protectant,
Formac 2) yang baik bila dilakukan pada awal serangan. Pemeriksaan ulang perlu dilakukan
estela 12 bulan, dan pengobatan diulang apabila terjadi infeksi kembali. Akar-akar samping
yang membusuk dipotong. Sumber infeksi yang terdapat di kebun dibongkar dan
dimusnahkan.
b. Pengobatan dengan cara penyiraman
Untuk tanaman muda (TBM), terutama yang umurnya kurang lebih 2 tahun, pengobatan
dapat dilakukan dengan cara menyiramkan larutan fungisida disekitar leher akar. Pengobatan
diulang setelah 6 bulan. Fungisida yang dapat digunakan adalah :
a. Bayleton 250 EC, dosis 10 ml/1 air/pohon
b. Bayfidan 250 EC, dosis 5 ml/1 air/pohon
c. Anvil 50 SC, dosis 10 ml/1 air/pohon
d. Alto 100 SL, dosis 2,5 ml/1 air/pohon

3. Pengendalian dengan cara biologis


Pemberantasan cara biologis dengan memanfaatkan Trichoderma sp dipadukan dengan
pemberian belerang memberikan hasil yang sangat memuaskan dan dapat dianggap sebagai
cara pemberantasan JAP yang murah, mudah dan efisien serta dapat mempertahankan
kelestarian lingkungan. Untuk tanaman karet di polibeg, pengobatan dilakukan dengan cara
menaburkan 25 g Trichoderma. Sedangkan pada tanaman muda umur 0 4 tahun dosis
Trichoderma adalah 100g/pohon. Selain untuk pengobatan, Trichoderma dapat juga
digunakan untuk pencegahan dengan dosis aplikasi 50 g/pohon. Trichoderma diperdagangkan
dengan nama Triko sp+ Produk Balai Penelitian Sungei Putih.

Penyakit Jamur Upas


Penyakit Jamur Upas atau pink disease disebabkan oleh jamur Corticium salmonicolor.
Serangan jamur upas umumnya terjadi pada tanaman muda berumur 3 7 tahun, begitupun
tidak tertutup kemungkinan bagi tanaman lebih muda atau tua terserang penyakit ini.
Serangan penyakit berkurang setelah tajuk saling menutup. Jamur upas dapat menyebabkan
kematian cabang-cabang utama sehingga kehilangan tajuk.

Gejala penyakit dan kerusakan


Serangan penyakit umumnya dimulai pada percabangan utama. Jamur tumbuh pada pangkal
cabang, membentuk lapisan benang miselium yang mirip sarang laba-laba. Pada awal
pertumbuhan, lapisan miselium berwarna putih, kemudian berubah menjadi merah jingga
sejalan dengan bertambahnya umur. Oleh karena itu, penyakit ini juga disebut pink disease.
Selanjutnya, jaringan miselium pecah-pecah dan bintik-bintik hitam diikuti dengan pecahnya
kulit kayu dan pembuluh lateks sehingga menyebabkan melelehnya lateks pada batang.
Lelehan lateks yang mengering akan menjadi hitam. Pembusukan kulit akan menjalar ke atas
atau ke bawah dari tempat asalanya. Kematian cabang dipercepat oleh serangga-serangga
penggerek, sehingga cabang tersebut mudah patah bila diterpa angin.

Penanggulangan Penyakit
1. Tanaman agar diperiksa ketat pada masa TBM
2. Pengobatan dilakukan dengan melumas bagian kulit ditumbuhi jamur dengan fungisida
Calixin RM atau 2% Difolatan 4F. Pengerokan kulit tidak perlu dilakukan.
3. Pemangkasan cabang yang telah mati atau yang tidak mungkin diobati untuk mengurangi
sumber infeksi. Bekas potongan cabang agar dimusnakan atau dibakar.

Penyakit Neokrosis Kulit


Penyakit Neokrosis Kulit atau dikenal dengan nama Bark necrosis (BN) disebabkan oleh
jamur Fusarium sp yang berasosiasi dengan Botrydiplodia sp. Penyakit BN menyebabkan
kerusakan kulit pada bidang sadap. Kerusakan dapat berlanjut pada semua bagian kulit
batang, mulai kaki gajah sampai ke percabangan. Serangan BN biasanya diikuti oleh
serangan-serangan penggerek (Xyleborus mascarensis) dan Platypus cupulatus serta jamur
Ustulina sehingga mempercepat kematian tanaman.

Gejala penyakit dan kerusakan


Penyakit BN pada umumnya terjadi pada tanaman yang sudah disadap (TM). Gejala awal
dimulai dengan timbulnya bercak coklat, seperti memar pada permukaan kulit. Penyakit
berkembang pada lapisan kulit dalam. Apabila sudah parah, penyakit akan merusak lapisan
kambium, bahkan sering sampai ke lapisan kayu. Akibatnya kulit pecah dan terjadi
pendarahan (pembuluh lateks pecah). Kerusakan cambium dapat menyebabkan kulit ulihan
tumbuh tidak merata, sehingga menyulitkan penyadapan ulang berikutnya, atau sama sekali
tidak dapat disadap lagi karena tanaman mati atau tumbang. Akibatnya jumlah pohon
berkurang dan produksi lateks turun secara drastis.
Pada klon-klon tertentu, seperti GT 1, AVROS 2037, GYT 577, RRIM 703, serangan BN bisa
mencapai lebih dari 30% dari tegakan perblok dan serangan penyakit dapat terjadi berulang-
ulang.
Faktor-faktor pendukung serangan penyakit
1. Penyakit dapat berkembang sepanjang tahun. Pada perubahan musim kering ke musim
hujan, pada saaat terjadi hujan kecil, intensitas penyakit dapat meningkat dengan pesat.
2. Penyakit pada umumnya timbul pada tanaman yang sudah disadap. Penyadapan yang
terlalu berat ( 1/2 S d/2) tanpa diikuti dengan pemupukan yang memadai dapat menurunkan
ketahanan terhadap penyakit.
3. Stimulan etefon pada tanaman karet dalam kondisi lemah dapat memacu terjadinya BN.
Penanggulangan Penyakit
1. Pemeriksaaan tanaman dari pohon ke pohon dalam periode tertentu mengetahui serangan
awal penyakit perlu dilakukan, terutama pad ablok yang perna terjangkit penyakit BN.
2. Pengobatan dilakukan dengan 2% Difolatan 4F atau Calixin RM. Lapisan luar yang
terserang penyakit harus dikerok tipis supaya fungisida yang dilumaskan dapat meresap ke
bagian kulit yang sakit. Pengerokan diusahakan tidak sampai merusak lapisan kambium.
Pengobatan pada awal serangan akan menghemat pemakaian tenaga dan biaya.
3. Jika penyakit BN diikuti serangan-serangan penggerek, maka penggereknya harus
diberantas dengan cara penyemprotan lubang(terowongannya) dengan 0,2% Diieldrin 20 EC
atau insektisida lain yang mempunyai eek residu lebih lama.
4. Intensitas sadap diturunkan dan sti,ulan etefon dihentkan pada pohon-pohon yang
menderita BN.

Penyakit Muldirot
Penyakit Muldirot (Mouldy Rot) disebabkan oleh jamur Ceratocystis fimbriata. Penyakit
Muldirot merupakan penyakit yang paling umumpada bidang sadap tanaman karet. Jamur
menyerang kulit yang terbuka akibat luka sadap. Serangan dapat berlanjut dan merusak
lapisan kambium sehingga proses pembentukankulit pulihan terganggu. Akibatnya kulit
pulihan tak dapat disadap kembali pada periode penyadapan berikutnya.
Kulit merupakan modal utama mendapatkan lateks, oleh karena itu kulit bidang sadap harus
dipelihara supaya dapat disadap berulang-ulang. Kerusakan kulit pada bidang sadap bersifat
baka, yaitu sekali terjadi kerusakan untuk seterusnya kulit tersebut akan pulih kembali.

Gejala penyakit dan kerusakan


Muldirot biasanya timbul pada awal musim hujan terus menerus berkembang selama musim
hujan. Gejala awal penyakit ditandai dengan timbulnya koloni jamur berbentuk bintik-bintik
pada permukaan kulit sepanjang alur sadap. Binti-bintik tersebut berkembang menjadi satu
dan warnanya berubah menjadi kelabu.
Jamur tumbuh ke lapisan kulit yang lebihdalam dan merusak lapisan kambium. Akibat
kerusakan lapisan kambium, maka pembentukan kulit pulihan terganggu dan tidak merata.
Kulit yang terbentuk pulau-pulau kayu sangat merugikan, karena kulit pulihan menjadi tipis
dan sulit disadap, sehingga latek tak dapat dikeluarkan secara maksimum. Dengan demikian,
produksi lateks akan terganggu dan umur produktif tanaman menjadi pendek karena bidang
sadapnya rusak.
Penanggulangan Penyakit
1. Peningkatan teknik budidaya dengan pengaturan jarak tanam yang tepat, pengendalian, dan
pemilihan klon yang tahan.
2. Pengobatan dilakukan dengan fungisida. Untuk mencegah timbulnya resistensi jamur
fungisida, penggunaan fungisida haru digilir setelah pemakaian lebih dari 2 (dua) tahun.
Fungisida yang baik untuk pemberantasan muldirot adalah : 0,3% Derosal 60 WP. 2%
Difolatan 4F. Pengobatan dilakukan dengan interval satu minggu dan diulang sampai
penyakit sembuh. Penambahn zat pewarna pada fungisida akan memudahkan pengawasan
pengobatan muldirot.
Aplikasi fungisida hendaknya dilakukan segera setelah penyakit pada bidang sadap diketahui.
Penyadapan pohon karet tidak perlu dihentikan. Untuk mencegah penularan penyakit pada
saat musim muldirot, setiap penyadap disediakan larutan alkohol 70% atau formalin 4%.
Pisau sadap dicelupkan ke dalam larutan tersebut terlebih dahulu sebelum pindah pohon.

PENYADAPAN /TAPPING

Penyadapan adalah salah satu kegiatan membuka pembuluh lateks agar lateks yang berada di
dalam pembuluh tanaman karet keluar. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengiris kulit
dengan ketebalan tertentu yang arahnya tegak lurus dengan pembuluh lateks. Hal-hal yang
perlu dipertimbangkan dalam penyadapan adalah produksi yang banyak dan sustain serta
biaya penyadapan murah dan tidak terlalu banyak memakan kulit. Tanaman yang boleh
disadap harus memenuhi kriteria matang sadap yakni :

1) Umur Tanaman
Tanaman karet yang normal umumnya baru dapat disadap pada umur 4-5 tahun tetapi ini
sangat tergantung dengan lingkungan tempat karet tersebut ditanam. Apabila ditanam di
lingkungan yang kurang baik maka waktu untuk buka sadap bisa saja lebih dari itu. Apabila
tanaman karet di tanam di tempat yang sangat baik dan mendukung pertumbuhan akan lebih
cepat pula waktu buka sadapnya apalagi saat ini banyak terdapat klon-klon baru yang unggul
sudah dapat disadap pada umur < 5 tahun.

2) Lilit Batang
Lilit batang tanaman karet siap buka sadap adalah minimal 45 cm. Pengukuran lilit batang
dilakukan pada saat tanaman berumur 4 tahun. Lilit batang diukur pada ketinggian 100 cm di
atas pertautan okulasi. Kriteria lainnya adalah jumlah pohon yang mempunyai diameter lebih
dari 45 cm adalah minimal 60% dari luas kebun.

Persiapan Buka Sadap

1) Penggambaran Bidang Sadap


Pada tanaman yang sudah dinyatakan memenuhi kriteria matang sadap harus segera digambar
bidang sadapnya. Tujuan dari penggambaran bidang sadap adalah untuk menghemat
pemakaian kulit, menjaga sudut sadapan agar tetap pada kemiringan 40 derajat dan
memudahkan tap inspeksi.

Penggambaran bidang sadap meliputi :


Tinggi bukaan sadap
Tinggi bukaan sadap adalah 130 cm dari pertautan okulasi atau dari kaki gajah. Ketinggian
tersebut disesuaikan dengan tinggi badan rata-rata orang Indonesia.
Arah dan Sudut irisan Sadap
Arah dan sudut irisan sadap sangat mempengaruhi getah yang akan keluar, sudut 30-40
derajat dan arah irisan sadap harus dari kiri ke kanan bawah. bertujuan untuk memotong
pembuluh lateks tegak lurus agar getah yang dikeluarkan maksimal. Sudut yang terlalu datar
akan menyebabkan aliran lateks menjadi lambat dan sering membeku sebelum sampai ke
mangkok.
Panjang Irisan Sadap
Panjang irisan sadap yang dikenal ada bermacam-macam yaitu S atau spiral (Irisan miring
melingkari batang ), S (Irisan miring sepanjang setengah spiral), S (Irisan miring
sepanjang seperempat spiral), Panjang irisan sadap juga mempengaruhi umur sadapan
tanaman karet.
Bidang sadap
Bidang sadap atau yang lebih dikenal dengan panel tergantung dari model irisan yang
digunakan. Bidang sadap yang dipakai adalah Bo1, Bo2, Ho1 dan Ho2. Bidang sadap
diletakkan diantara arah timur-barat. Bidang sadap digambar dengan menggunakan mal sadap
dan pisau. Mal sadap berupa plat seng selebar 50-60 cm dengan lebar 6 cm. Saat ini di kebun-
kebun PTPN dan KP Sungei Putih dilakukan penggambaran bidang sadap untuk penggunaan
kulit tiap bulannya dan memudahkan tap inspeksi.

2) Pemasangan Mangkok dan Talang sadap


Pemasangan Mangkok dan Talang Sadap di KP Sungei Putih dilakukan pada pembukaan
sadap ketiga atau keempat. Mangkok yang dipakai biasanya berkapasitas 500 cc dan terbuat
dari plastik. Mangkok dipasang pada cincin dari kawat adang dikaitkan dengan tali atau
kawat yang langsung ditancapkan ke batang. Talang adalah sejenis plat yang terbuat dari seng
selebar 2.5 cm dengan panjang 8 cm fungsi dari talang adalah untuk mengalirkan lateks ke
dalam mangkok. Tinggi pemasangan talang adalah 15 cm dari mangkok dan 15 cm dari titik
130 cm (titik buka sadap).

Alasan pemasangan pada ketinggian tersebut adalah untuk menjaga tetesan lateks tetap ke
mangkok, apabila jarak antara talang dan mangkok terlalu jauh maka apabila bertiup angin
yang kencang tetesaan lateks tidak akan masuk ke mangkok.
Teknis Penyadapan
Penyadapan karet untuk diambil getahnya diawali dengan beberapa kali penyadapan.
Penyadapan ke I Membuka bidang sadap dan kedalaman sadap belum ditentukan
Penyadapan ke II Mendalamkan sadapan serta pemasangan (Mangkok dan Talang)
Penyadapan ke III Menentukan kedalaman sadap, pada tahap ini produksi sudah
mulai ada tetapi tetesannya belum sampai ke mangkok.
Penyadapan ke IV Mulai pengambilan produksi.

a. Kedalaman Irisan sadap


Kedalaman irisan sadap akan berpengaruh terhadap panjang usia penyadapan. Jika
kedalaman sadap terlalu dalam maka produksi lateks pada waktu yang akan datang akan
menurun. Penyadapan dilakukan dengan menyisakan kulit sedalam maksimal 1.5 mm dari
kambium atau kayu. Hal ini dimaksudkan agar tanaman pada usia 25 tahun masih bisa
disadap. Penyadapan yang terlalu dalam (sisa kulit < dari 1.5 mm), biasanya akan sangat
rentan terkena penyakit Mouldy rot (penyakit jamur pada bidang sadap) serta sangat rentan
terhadap luka sadap.

Penyadapan dilakukan dengan menggunakan pisau sadap. Pisau sadap terdiri dari dua jenis
yaitu Pisau sadap tarik dan Pisau sadap dorong. Pisau sadap tarik digunakan untuk menyadap
batang ke arah bawah (pada panel Bo) (mulai ketinggian 130 cm sampai ke pertautan
ukulasi/kaki gajah). Pisau sadap atas digunakan untuk penyadapan ke arah atas (pada panel
Ho).

b. Intensitas dan Waktu Penyadapan


Intensitas penyadapan adalah jumlah penyadapan yang dilakukan pada waku tertentu. Ada
beberapa jenis intensitas penyadapan yaitu d/2 dan d/3. d/2 berarti tanaman disadap 2 hari
sekali biasanya pada TM 1 dan TM2 serta d/3 berarti tanaman disadap 3 hari sekali untuk
tahun-tahun berikutnya. Intensitas penyadapan tidak boleh terlalu sering karena hal ini akan
menyebabkan tanaman terserang Brown Bast (BB) atau KAS (Kering Alur Sadap) apabila
tanaman sudah terkena penyakit ini maka produksi akan turun.

Waktu penyadapan yang paling baik adalah pada pukul antara 04.30-07.30 pagi. Pada waktu-
waktu tersebut diperkirakan tekanan turgor mencapai maksimum pada saat menjelang subuh
dan akan menurun pada waktu siang hari. Jumlah dan aliran lateks sangat ditentukan oleh
tekanan turgor sel tanaman karet.

Berdasarkan panjang Irisan, Intensitas dan arah penyadaapan maka dapat disusun macam-
macam sistem sadap. Sistem sadap yang dirangkai sepanjang waktu produksi disebut dengan
Sistem eksploitasi.

Sebagai contoh S d/3 artinya sistem sadap dengan panjang irisan sadapnya setengah spiral
ke arah atas dan disadap tiga hari sekali.

PASCA PANEN/PENAMPUNGAN HASIL

Lateks yang dihasilkan, kualitasnya sangat dipengaruhi oleh penanganan lateks mulai dari
penyadapan sampai dengan pengolahan. Mutu Bahan Olah Karet dapat dilihat melalui DRC
(Dry Rubber Contain) atau KKK (Kadar karet kering). Semakin tinggi nilai DRC maka
kualitas Bahan Olah Karet akan semakin baik pula.

Untuk memperoleh bahan olah yang berkualitas ada beberapa hal yang harus diperhatikan
yaitu :
Bahan pembeku yang digunakan harus dalam dosis yang tepat.
Tidak ditambah bahan-bahan non karet dalam pembekuan
Tempat penyimpanan harus teduh dan ternaungi
Tidak boleh direndam.
Tempat pengumpulan harus terdapat sirkulasi udara yang baik.
Jenis Bahan Olah Karet yang dikenal adalah :
1. Lateks kebun
Lateks kebun adalah getah yang diperoleh dari pohon karet (Hevea brasiliensis M.) melalui
pelukaan kulit, berupa cairan berwarna putih dan berbau segar. Lateks kebun ini mempunyai
komposisi berupa campuran partikel karet dan bahan karet. Bahan bukan karet berupa
protein, karbohidrat, lemak da ion-ion logam yang dapat menjadi media tumbuh bakteri. Oleh
karena itu, penanganan lateks mulai dari pohon sampai pengangkutan ke pabrik harus
dilakukan dengan baik agar bahan olah karet yang dihasilkan memenuhi persyaratan yang
diinginkan. Prisip penanganan bahan olah karet diantaranya adalah menjaga kebersihan setiap
peralatan yang digunakan dalam proses penyadapan sampai pengangkutan ke pabrik. Selain
itu, penambahan bahan pengawet juga harus sesuai dengan jenis produk yang akan dihasilkan
penyimpanan lateks kebun adalah dengan menggunakan tangki berkapasitas 1000 kg dan
dicampur dengan 7 kg amonia yang dilarutkan dalam 400 600 cc zat anti basi yang
berfungsi untuk mencegah koagulasi. Getah yang akan dimasukkan kedalam tangki adalah
getah yang mempunyai DRC 100 yang diukur dengan Metrolug.

2. Lump
Lump adalah gumpalan karet di dalammangko sadap atau penampung lain yang diproses
dengan cara penggumpalan dengan asam semut atau bahan penggumpal lain atau
penggumpalan alami.Penggumpalan dilakukan dengan menambahkan bahan penggumpal
larutan 5% ke dalam mangko setelah pohon dideres dengan dosis 60 80 ml/l lateks.
Produksi per pohon berkisar antara 150 350 ml sehingga penambahan penggumpal per
mangko adalah 10 25 ml. Labu semprot dan botol air baterai dapat digunakan untuk
keperluan ini, yaitu dengan memencet botol yang berisi bahan penggumpal. Pemencetan
disesuaikan dengan ukuran lobang yang dibuka (biasanya 1 kali pencet akan keluar 5 ml, jadi
cukup dengan 2 5 kali pencet). Penambahan penggumpal lebih baik dilakukan setelah lateks
berhenti menetes dari bidang sadap, sehingga volume setiap mangko lebih mudah ditaksir.
Pengutipan lum mangko di lapangan dapat dilakukan pada sore hari atau pada saat akan
menderes kembali. Lump mangko yang telah terkumpul harus disimpan diatas anjang-anjang
kayu agar air didalam koagulum dapat menetes dan kebersihan lebih terjaga. Begitu
seterusnya sampai saat penjualan.
3. Slab
Slab adalah gumpalan yang berasal dari lateks kebun yang sengaja digumpalkan dengan asam
semut atau bahan penggumpal lain atau dari lump mangkok segar yang derekatkan dengan
atau tanpa lateks. Untuk membuat slab, terlebih dahulu lateks kebun dikutip dan dikumpulkan
kemudian digumpalkan dengan bahan penggumpal dengan dosis seperti pembuatan lump
mangkok. Bentuk slab yang di hasilkan tergantung ukuran dan tempat mencetaknya.
Pencetakan dapat dilakukan dalam kotak aluminium atau kayu atau yang terbuat dari semen
atau dapat pula dibuat lobang segi empat pada tanah tetapi harus dilapisi plastik. Biasanya,
ukuran yang banyak digunakan adalh 40 x 40 x 6 cm, sehingga volume kayu lateks yang
digumpalkan sekitar 15 liter. Slab yang dihasilkan juga harus disimpan seperti lump
mangkok. Slab juga harus dijaga kebersihannya dan jangan sampai menambahkan bahan
pengotor.
Sleb tipis dibuat dari lateks atau campuran lateks dengan lum mangkok yang dibekukan.
Proses pembuatan sleb tipis di TPH (Tempat Penampungan Hasil) adalah sebagai berikut:
Lump disusun rata di dalam bak pembeku atau bak pembeku saja tanpa lum.
Penambahan Coatex SP 5 % ke dalam lateks kebun dengan dosis 60 ml per liter lalu diaduk.
Larutan yang sudah diaduk di tuangkan ke dalam bak pembeku lalu diaduk merata
Lebih kurang 2-3 jam lateks yang sudah menggumpal diangkat dan disimpan dalam rak
penyimpanan

Iklan

Perkecambahan
Biji/benih tanaman terdiri dari embrio dan endosperm. Di dalam endoperm terdapat pati yang
dikelilingi oleh lapisan yang dinamakan aleuron. Pertumbuhan embrio tergantung pada
ketersediaan nutrisi untuk tumbuh. Giberelin meningkatkan/merangsang aktivitas enzim
amilase yang akan merubah pati menjadi gula sehingga dapat dimanfaatkan oleh embrio.

Pengertian Giberelin:

Giberelin adalah zat tumbuh yang sifatnya sama atau menyerupai hormon auksin,
tetapi fungsi giberelin sedikit berbeda dengan auksin. Fungsi giberelin adalah membantu
pembentukan tunas/ embrio, Jika embrio terkena air, embrio menjadi aktif dan melepaskan
hormon giberelin (GA). Hormon ini memacu aleuron untuk membuat (mensintesis) dan
mengeluarkan enzim. Enzim yang dikeluarkan antara lain: enzim -amilase, maltase, dan
enzim pemecah protein

Enzim tersebut berperan memecah senyawa amilum yang terdapat pada endosperm
(cadangan makanan) menjadi senyawa glukosa. Glukosa merupakan sumber energy
pertumbuhan. Apabila giberelin diberikan pada tumbuhan kerdil, tumbuhan akan tumbuh
normal kembali.

Produksi giberalin yang paling besar berada pada akar dan daun muda. Meskipun
demikian pangaruh giberelin hanya pada batang dan daun. Pada batang giberelin bersama
auksin merangsang pemanjangan dan pembelahan sel batang. Giberelin juga berpengaruh
pada perkembangan buah. Namun kinerja giberelin harus dibarengi dengan control auksin.
Salah satu contoh pengaplikasian giberelin adalah pada buah anggur Thompson yang tumbuh
besar dan terpisah jauh antara buah yang lain. Perkecambahan biji juga dipengaruhi oleh
giberelin, karena setelah sebuah biji mengimbibisi air,giberekin akan dibebaskan dan
mengakhiri dormansi biji.
1. 2. Rangkaian Kimia Giberelin

Semua giberelin yang ditemukan adalah senyawa diterpenoid. Semua kelompok


terpinoid terbentuk dari unit isoprene yang memiliki 5 atom karbon (C). Unit-unit isoprene
ini dapat bergabung menghasilkan monoterpene (C-10), sesqueterpene (C-15), diterpene (C-
20), dan triterpene (C-30). Asam diterpenoid disintesis melalui jalur terpenoid dan
dimodifikasi di dalam retikulum endoplasma dan sitosol sampai menjadi senyawa yang aktif.

Semua molekul giberelin mengandung Gibban Skeleton. Giberelin dapat


dikelompokkan mejadi dua kelompok berdasarkan jumlah atom C, yaitu yang mengandung
19 atom C dan 20 atom C. Sedangkan berdasarkan posisi gugus hydroksil dapat dibedakan
menjadi gugu hidroksil yang berada di atom C nomor 3 dan nomor 13.

1.3 Sistem Kerja Giberelin

Sebagian besar tumbuhan dikotil dan sebagian kecil tumbuhan monokotil akan
tumbuh cepat jika diberi GA, tetapi tidak demikian halnya pada tumbuhan konifer misalnya
pinus. Jika GA diberikan pada tanaman kubis tinggi tanamannya bisa mencapai 2 m.Banyak
tanaman yang secara genetik kerdil akan tumbuh normal setelah diberi GA. Efek giberelin
tidak hanya mendorong perpanjangan batang, tetapi juga terlibat dalam proses regulasi
perkembangan tumbuhan seperti halnya auksin.

Giberelin mempercepat munculnya tunas di permukaan tanah. Hal ini disebabkan


karena GA3 memacu aktivitas enzimenzim hidrolitik khususnya amilase yang
menghidrolisis cadangan pati sehingga tersedia nutrisi yang cukup untuk tunas supaya bisa
tumbuh lebih cepat. Tinggi tanaman tidak dipengaruhi oleh giberelin. Hal ini karena giberelin
diberikan pada umbi bibit sebelum ditanam sehingga pengaruhnya hanya pada fase awal
pertumbuhan yaitu berupa pemacuan pertumbuhan tunas lateral. Pengaruh tersebut tidak
terbawa ke fase pertumbuhan selanjutnya sehingga tinggi tanaman tidak terpengaruh.

Penggunaan giberelin juga bisa terjadi menghambat perkecambahan dan pembentukan


biji. Hal ini terjadi apabila giberelin diberikan pada bunga maka buah yang terbentuk menjadi
buah tanpa biji dan sangat nyata mempengaruhi pemanjangan dan pembelahan sel.

1.4 Waktu Pemberian Giberelin

Pembungaan

Peranan giberelin terhadap pembungaan telah dibuktikan oleh banyak penelitian.


Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Henny (1981), pemberian GA3 pada tanaman
Spathiphyllum mauna. Ternyata pemberian GA3 meningkatkan pembungaan setelah beberapa
minggu perlakuan.

Genetik Dwarsfism

Genetik Dwarsfism adalah suatu gejala kerdil yang disebabkan oleh adanya mutasi
genetik. Penyemprotan giberelin pada tanaman yang kerdil bisa mengubah tanaman kerdil
menjadi tinggi. Sel-sel pada tanaman keril mengalami perpanjangan (elongation) karena
pengaruh giberelin. Giberelin mendukung perkembangan dinding sel menjadi memanjang.
Penelitian lain juga menemukan bahwa pemberian giberelin merangsang pembentukan enzim
proteolitik yang akan membebaskan tryptophan (senyawa asal auksin). Hal ini menjelaskan
fonomena peningkatan kandungan auksik karena pemberian giberelin.

Pematangan Buah

Proses pematangan ditandai dengan perubahan tekture, warna, rasa, dan aroma.
Pemberian giberelin dapat memperlambat pematangan buah. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa aplikasi giberelin pada buah tomat dapat memperlambat pematangan
buah. Pengaruh ini juga terlihat pada buah pisang matang yang diberi aplikasi giberelin.
Perkecambahan

Biji/benih tanaman terdiri dari embrio dan endosperm. Di dalam endoperm terdapat
pati yang dikelilingi oleh lapisan yang dinamakan aleuron. Pertumbuhan embrio tergantung
pada ketersediaan nutrisi untuk tumbuh. Giberelin meningkatkan/merangsang aktivitas enzim
amilase yang akan merubah pati menjadi gula sehingga dapat dimanfaatkan oleh embrio.

Stimulasi aktivitas kambium dan xylem

Beberapa penelitian membuktikan bahwa aplikasi giberelin mempengaruhi aktivitas


kambium dan xylem. Pemberian giberelin memicu terjadinya differensiasi xylem pada pucuk
tanaman. Kombinasi pemberian giberelin + auksin menunjukkan pengaruh sinergistik pada
xylem. sedangkan pemberian auksin saja tidak memberikan pengaruh pad xylem.

Dormansi

Dormansi dapat diistilahkan sebagai masa istirahan pada tanaman. Proses dormansi
merupakan proses yang komplek dan dipengaruhi banyak faktor. Penelitian yang dilakukan
oleh Warner menunjukkan bahwa aplikasi giberelin menstimulasi sintesis ribonuklease,
amulase, dan proteasi pada endosperm biji. Fase akhir dormansi adalah fase perkecambahan,
giberelin perperan dalam fase perkecambahan ini seperti yang telah dijelaskan di atas.

1.3.1 Contoh Cara Pemberian Giberelin:

1) Pada Tanaman Hias

Hormon giberelin dipakai untuk tanaman hias yang berbunga .Semprotkan pada arah
akar dan tunas, tiap 3-4 hari sekali (3-4 kali saja) saat tanamanhias diperkirakan sudah akan
tumbuh bunganya, Lanjutkan dengan pemupukan.Makatanaman hias akan cepat tumbuh bunganya.Untuk
tanaman padi, melon, kacang-kacangan, kedelai, kelapa sawit dan lain lainnya,
hormonegiberelin disemprotkan kira-kira umur tanaman tersebut sudah akan mulai keluar
buahnya. Semprotkan hormone giberelin 3-4 hari sekali (3-4 kali saja), dengan pacuan hormon
giberelin dan hormonecolchicine untuk merendam bibit, maka tumbuhnya buah akan lebih besar-besar
dan lebih lebat.

Pembentukan bunga pada tumbuhan tergantung pada beberapa faktor termasuk umur
dan keadaan lingkungan. Misalnya perbandingan siang dan malam sangat berpengaruh pada
beberapa spesies. Beberapa spesies hanya berbunga pada saat lama siang hari melewati titik
kritis tertentu dan lainnya hanya berbunga jika lamanya siang hari lebih pendek dari krisis
tertentu. Giberelin dapat menggantikan har panjang yang dibutuhkan oleh bebrapa spesies hal
ini menunjukan adanya interaksi dengan cahaya. Giberelin juga mempengaruhi kebutuhan
beberapa spesies pada saat musim dingin untuk menginduksi pembungaan atau berbunga
lebih awal.

2) Buah-Buahan

Untuk tanaman buah buahan, randam akar cangkokan tanaman pada larutancolchicine-air selama
20-25 menit, kemudian tanam. Lanjutkan dengan pemakainhormone auksin dan msitokinin.
Cara penyemprotannya seperti pada tanaman padi, jagung, melon, kelapa sawit dan sebagainya.
Lanjutkan dengan pemupukan danperawatan. Saat tanaman buah buahan diperkirakan sudah akan mulai
berbuah, pacukeluarnya buah dengan hormongiberelin.caranya Tertibkan penyiraman, hingga banyak
tumbuh tunas. Beri kejutan pada tanaman. Dengan tidak menyiramnyabeberapa hari, sehingga daunnya
rontok. Kemudian semprotkan hormone giberelin 3- 4 hari sekali (3-4 kali saja). Setelah itu
pacu dengan penyiraman secukupnya. Makabunga buah-buahan akan cepat tumbuh.

1.3.2 Penggunaan giberelin secara komersial


Ada sekitar 100 giberelin yang berbeda, tapi asam giberelat (GA3) adalah bentuk
paling sering digunakan untuk aplikasi komersial. Giberelat asam digunakan untuk
mengobati benih beberapa tanaman pangan karena memicu mereka untuk memecahkan
dormansi. Dan hasilnya adalah perkecambahan biji yang seragam.

Penggunaan lain komersial untuk giberelin adalah untuk menerapkan tanaman


menghasilkan buah tanpa biji. Contoh dari ini adalah anggur tanpa biji. Aplikasi giberelin
juga memungkinkan buah untuk sepenuhnya matang dengan ukuran yang lebih besar dari
biasanya.

Pembuat Beer juga menggunakan giberelin untuk meningkatkan jumlah gula yang
dihasilkan dalam proses malting. Hal ini menghasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi.

1.4 Fungsi Hormon Giberelin

Fungsi giberelin pada tanaman sangat banyak dan tergantung pada jenis giberelin
yang ada di dalam tanaman tersebut. Beberapa proses fisiologi yang dirangsang oleh
giberelin antara lain adalah seperti di bawah ini(Davies, 1995; Mauseth, 1991; Raven, 1992;
Salisbury dan Ross, 1992).

1. Mengatasi Kekerdilan Akibat Mutasi (Gnetic Dwafism)

Giberelin merupakan hormon yang mampu merangsang pertumbuhan secara sinergi,


baik bagian batang, akar, maupun daun. Di dunia pertanian, manfaat giberelin yang penting
adalah mengatasi masalah genetic dwafism atau kekerdilan pada tanaman. Genetic dwafism
adalah suatu gejala yang di sebabkan adanya mutasi. Dengan pemberian giberelin, tanaman
yang tadinya tumbuh kerdil dapat kembali tumbuh normal. Hasil penelitian menunjukan
pemberian giberelic acid pada tanaman kacang menyebabkan tanaman yang kerdil menjadi
tinggi.

2. Membuat Buah Tanpa Biji (Seedless)

Pemberian giberelin bermanfaat dalam proses parhenocarpy dan fruit set.


Parthenocsrpy adalah proses tidak terbentuknya biji dalam buah. Karena itu , pemberian
giberelin bermanfaat dalam proses rekayasa untuk menghasilkan buah yang tak berbiji.
Pemberian giberelin juga bermanfaat dalam meningkatkan jumlah tandah buah (fruit set) dan
meningkatkan hasil buah. Pemberian giberelin juga dapat menyebabkan buah yang telah di
panen tidak cepat busuk, sehingga lebih tahan lama.

Gambar. Efek Pemberian Gibberellin pada Anggur Tanpa Biji


Sumber : Campbell dan Reece, 2002 : 813

3. Mempercepat Proses Pertumbuhan


Pemberian giberelin pada fase perkecambahan (Germination) sangat menguntungkan .
Giberelin membantu proses anzimatik untuk mengubah pati menjadi gula yang selanjutnya di
translokasi ke embrio. Gula akan di gunakan sebagai sumber energi untuk pertumbuhan,
sehingga pertumbuhan embrio berlangsung cepat. Pemberian GA3 dapat meningkatkan
aktivitas kambium dan perkembangan xilem sehingga aktivitas pertumbuhan berjalan lancar
dan cepat. Pemberian Giberelin pada tanaman kacang-kacangan akan memacu pertumbuhan
dan mempercepat perambatan. Begitu juga pada tanaman semangka, mentimun air, dan
mentimun yang di semprot giberelin mengalami perpanjangan batang yang sangat cepat.

4. Mempercepat Proses Pembungaan

Giberelin berfungsi untuk mempercepat proses pembungaan. Giberelin dapat


memenuhi kebutuhan bunga beberapa jenis tanaman pada musim dingin ketika potosintesis
kurang dan memacu taanaman agar berbunga lebih awal.

5. Meningkatkan Produktivitas

Di Amerika serikat, Perkebunan anggur telah menggunakan giberelin untuk


meningkatkan kerenyahan dan ukuran anggur. Di Hawai, giberelin digunakan untuk
meningkatkan produksi tebu. Selain itu, giberelin yang disemprotkan ke tanaman seledri
menyebebkan tanaman bertambah panjang, bertambah renyah, produksi meningkat.
Penggunaan giberelin pada tanaman anggur tahan terhadap infeksi cendawan. Penyemprotan
giberelin dilakukan sejak tanaman berbunga dan pada fase pembentukan rangkaian buah.
Penyemprotan giberelin pada buah dan daun jeruk nevel bisa mencegah timbulnya gangguan
pada kulit buah dan menjaga agar kulit tetap kencang selama penyimpanan.

SUMBER:

Anonymous. 2009. Hormon Tumbuhan (online). http//:Wikipedia.com. diakses tanggal 25


November 2009
Heddy, Suwasono. 1989. Hormon Tumbuhan. Jakarta : Rajawali

Salisbury, Frank B. dan Cleon W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : ITB

Wattimena G.A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tumbuhan. Bogor : Pusat Antar Universitas IPB.

Zainal Abidin. 1982. Dasar-Dasar Pengetahuan tentang Zat Pengatur Tumbuh. Bandung :
Angkasa

GIBERELIN
Giberelin merupakan hormon yang berfungsi sinergis (bekerja sama) dengan hormon auksin.
Giberelin berpengaruh terhadap perkembangan dan perkecambahan embrio. Giberelin akan
merangsang pembentukan enzim amilase. Enzim tersebut berperan memecah senyawa
amilum yang terdapat pada endosperm (cadangan makanan) menjadi senyawa glukosa.
Glukosa merupakan sumber energi pertumbuhan. Apabila giberelin diberikan pada tumbuhan
kerdil, tumbuhan akan tumbuh normal kembali.
Giberelin juga berfungsi dalam proses pembentukan biji, yaitu merangsang pembentukan
serbuk sari (pollen), memperbesar ukuran buah, merangsang pembentukan bunga, dan
mengakhiri masa dormansi pada biji. Giberelin dengan konsentrasi rendah tidak merangsang
pembentukan akar, tetapi pada konsentrasi tinggi akan merangsang pembentukan akar.
Giberelin pertama kali diisolasi dari jamur Giberrela fujikuroi. Hormon giberelin dapat dibagi
menjadi berbagai jenis, yaitu giberelin A, giberelin A2 dan giberelin A3 yang memiliki
struktur molekul dan fungsi yang sangat spesifik.

2. HORMON GIBERELIN
Kelebihan :
a. Mendorong perkembangan biji
b. Menghilangkan dormansi biji
c. Perkembangan kuncup
d. Pemanjangan batang dan pertumbuhan daun
e. Mendorong pembungaan dan perkembangan buah secara partenogenesis
f. Mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar.

Kekurangan :
a. Pembungaan terganggu, pematangan buah terganggu
b. Buah berukuran lebih kecil
c. Kekerdilan pada tanaman
d. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman terhambat

Tanaman Karet Sangat Berguna Bagi Lingkungan

Tanaman karet memang bukan tanaman asli Indonesia. Namun saat ini, tanaman karet telah
menempati areal seluas lebih dari 3 juta hektar dan 85 persennya merupakan karet
rakyat.Tanaman karet adalah tanaman tahunan yang dapat hidup sampai sekitar 30 tahun.
Tinggi tanaman karet bisa mencapai 15 sampai 20 meter.Lateks merupakan bahan utama dari
tanaman karet berasal dari batangnya, di mana terdapat pembuluh lateks.

Tanaman karet memiliki sifat gugur daun sebagai respon tanaman terhadap kondisi
lingkungan yang kurang menguntungkan, misalnya pada saat kekurangan air di musim
kemarau. Daun-daun tanaman karet yang gugur di musim kemarau itu akan kembali tumbuh
di musim hujan.

Pada bagian akar tanaman karet akan menyebar cukup luas sehingga memungkinkannya
untuk tumbuh pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan. Akar ini juga digunakan
untuk menyeleksi klon-klon yang dapat digunakan sebagai batang bawah pada perbanyakan
tanaman karet.

Sebelum dapat menghasilkan lateks yang dapat disadap, tanaman karet memerlukan waktu
selama lima tahun sehingga lateks baru dapat disadap pada tahun keenam. Secara ekonomis,
tanaman karet dapat disadap selama 15 sampai 20 tahun.

Sejarah Tanaman Karet

Sejarah tanaman karet dimulai ketika Christopher Columbus menemukan benua Amerika
pada tahun 1476. Saat itu, Columbus melihat orang-orang Indian bermain bola dengan
menggunakan sesuatu yang terbuat dari bahan yang dapat memantul apabila dijatuhkan ke
tanah. Namun rupanya bola itu terbuat ari campuran akar, kayu, dan rumput, yang dicampur
dengan suatu bahan yang dipanaskan dengan api dan dibentuk bulat.

Namun pada tahun 1731, para ilmuwan tertarik untuk menyelidiki bahan yang akhirnya
disebut lateks tersebut. Seorang ahli dari Prancis bernama Fresnau melaporkan adanya
tanaman yang menghasilkan lateks atau karet. Tanaman itu ditemukan di hutan Amazon
(Brazil), yaitu tanaman dengan speciesHavea brasilienss.

Tanaman itulah yang sekarang menjadi tanaman penghasil karet utama dan sudah
dibudidayakan di Asia Tenggara. Saat ini, tanaman ini sudah menjadi penghasil karet utama
di dunia.

Perkembangan tanaman karet sebagai tanaman industri dimulai ketika seorang bernama
Charles Goodyear melakukan penelitian pada tahun 1938. Berdasarkan hasil penemuannya,
jika belerang dicampurkan dengan karet dan dipanaskan, maka karet akan menjadi elastis dan
tidak lagi terpengaruh oleh cuaca. Sebelum Goodyear menemukan campuran ini, semua
bahan yang terbuat dari karet akan menjadi keras pada waktu musim dingin.

Oleh para ahli, temuan Charles Goodyear ini disebut sebagai proses vulkanisasi. Proses inilah
yang akhirnya disebut sebagai awal perkembangan industri karet.

Tanaman Karet di Indonesia

Pada saat awal masuk ke Indonesia, tanaman karet tidak melalui proses penyeleksian biji.
Berdasarkan hasil penanaman tanaman karet yang masuk ke Indonesia itu didapatkan hasil
yang beragam. Kemudian pada tahun 1910, dilakukan seleksi dari biji-biji yang berasal dari
tanaman karet yang memiliki pertumbuhan dan produksi yang baik, untuk kemudian
dikembangkan kembali.

Pada tahun 1917, ditemukan teknik okulasi. Teknik okulasi ini membawa perubahan penting
dalam perkembangan tanaman karet. Dengan teknik ini, sifat pertumbuhan dan produksi baik
dapat relatif dipertahankan.

Perkembangan tanaman karet di Indonesia memang sangat cepat. Pada tahun 1977, areal
tanaman karet di Indonesia sekitar 2 juta hektar. Pada tahun 2000-an ini, areal tanaman karet
sudah mencapai 3 juta hektar.

Manfaat Tanaman Karet untuk Lingkungan

Selain hasilnya yang berupa lateks yang dapat diolah menjadi berbagai macam komoditi,
ternyata tanaman karet memiliki kegunaan lain. Tanaman karet sangat berguna bagi
lingkungan karena dapat digunakan untuk reboisasi dan rehabilitasi lahan. Hal ini karena
tanaman karet dapat beradaptasi pada lahan yang kurang subur.

Di Indonesia, jumlah lahan kritis sudah mencapai jutaan hektar. Lahan kritis itu hanya
menjadi areal yang dipenuhi dengan alang-alang. Menurut beberapa ahli, lahan yang telantar
itu sebetulnya dapat dimanfaatkan kembali dengan sebelumnya dilakukan rehabilitasi terlebih
dahulu. Lahan yang terlalu lama ditumbuhi alang-alang akan mudah terkena erosi.

Untuk itu, lahan tersebut harus dimanfaatkan untuk tanaman yang tidak terlalu membutuhkan
tingkat kesuburan tinggi, yang sekaligus mampu mencegah erosi. Di sinilah peran tanaman
karet.

Tanaman karet adalah salah satu tanaman yang mampu berperan dalam reboisasi dan
rehabilitasi lahan. Hal ini karena sifat tanaman karet yang mampu beradaptasi terhadap
lingkungan dan tidak terlalu memerlukan tanah dengan tingkat kesuburan yang tinggi.

Pengkajian tanaman karet sebagai tanaman yang dapat berfungsi untuk merehabilitasi lahan
sudah dilakukan sejak tahun 1989. Tanaman karet diketahui memberikan beberapa
keuntungan, seperti menciptakan lingkungan yang lebih sehat karena tanaman karet dapat
berfungsi sebagai sumber oksigen, pengatur tata air tanah, mencegah erosi dan membentuk
humus.

Tanaman karet memiliki nilai ekonomi tinggi karena menghasilkan lateks dan kayu sehingga
meningkatkan produktivitas lahan.Namun, untuk mendukung keberhasilan reboisasi dan
rehabilitasi lahan dengan menggunakan tanaman karet, dibutuhkan teknologi budi daya,
seperti penyiapan jalur penanaman, sistem tanam, penyiapan bahan tanam, dan pemeliharaan
tanaman.

Tanaman karet yang dipilih adalah tanaman karet dengan potensi produksi sedang sampai
tinggi. Teknik budidaya dan pemilihan klon ini adalah kunci keberhasilan penanaman karet.
Jika akan digunakan kayunya maka dipilih tanaman karet yang pertumbuhannya cepat.
Selain untuk rehabilitasi lahan, Tanaman karet berguna untuk mengurangi kadar gas karbon
dioksida (CO2). Sejak dimulainya revolusi industri, terjadi peningkatan drastic CO2 di muka
bumi ini. Karena menyebabkan efek rumah kaca, CO2 menjadi ancaman bagi kehidupan di
bumi karena mengakibatkan meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi.

Tanaman karet memiliki peran besar dalam penyerapan CO2 karena memiliki kanopi yang
lebar dan permukaan hijau daun yang luas. Tanaman karet seperti halnya tanaman hutan,
mampu mengolah CO2 sebagai sumber karbon yang digunakan untuk fotosintesis.

Secara alami, gas CO2 diproses oleh vegetasi tanaman, termasuk tanaman karet melalui
fotosintesis dan menghasilka oksigen. Hal ini berarti bahwa tanaman karet mampu
mengurangi jumlah emisi gas CO2 di udara.Selain bermanfaat sebagai tanaman perkebunan,
tanaman karet juga berpotensi menjadi tanaman hutan. Sebagai tanaman hutan, karet efektif
sebagai paru-paru dunia dan penambat CO2.

Tanaman Karet sebagai Solusi untuk Mengurangi Emisi CO2

Proses fotosintesis pada tanaman karet dapat membangun keseimbangan energi sehingga
semakin banyak jumlah tanaman karet maka akan segera tercapai keseimbangan energi.
Energi matahari yang diserap oleh tanaman karet digunakan untuk kegiatan fotosintesis,
respirasi, transpirasi, translokasi unsur hara, dan asimilat.

Energi cahaya yang ditangkap dalam fotosintesis diubah menjadi energi potensial. Energi
itulah yang akan digunakan untuk mengabsorbsi unsure hara, mineral, dan air.Secara kasar,
sebatang pohon mampu menyerap CO2 antara 20 sampai 36 gram setiap harinya.

Hal itu berarti jika di suatu lahan terdapat 300 batang tanaman karet maka CO2 yang mampu
diserap setiap harinya mampu mencapai 6 sampai 10,8 kilogram. Dalam setahun, lahan itu
mampu menyerap karbon dioksida sebesar 75 ribu hingga 136 ribu ton.

Lalu, bagaimana dengan produksi oksigen? Jika dalam setiap pohon karet memiliki 200
lembar daun maka 300 pohon itu akan menyumbang oksigen sebanyak 300 liter per jam
karena setiap lembar daun tanaman karet mampu memproduksi oksigen sebanyak 5 mililiter.
Hal ini berarti semakin luas tanaman karet maka akan semakin banyak oksigen yang
dihasilkan.

Selain itu, tanaman karet juga dapat menaikkan kandungan air tanah dan kelembaban udara,
mengurangi kadar silau dalam cahaya matahari, serta menyerap gas, partikel padat dan
aerosol yang berasal dari kendaraan bermotor dan industri.SB
Daya Kecambah

A. Daya tumbuh
Pengujian daya tumbuh benih seperti halnya pengujian kadar air dan pengujian
kemurnian benih, merupakan pengujian rutin pada pengujian benih di laboratorium. Daya
tumbuh benih adalah munculnya unsur unsur utama dari lembaga dari suatu benih
yang diuji yang menunjukkan kemampuan untuk menjadi tanaman normal apabila
ditanam pada lingkungan yang sesuai bagi benih tersebut. Presentasi daya tumbuh benih
adalah presentasi dan benih yang membentuk bibit/ tanaman normal pada lingkungan yang
sesuai dalam jangka waktu tertentu. Tujuan pengujian daya tumbuh adalah untuk
mendapatkan keterangan/ gambaran dari benih yang diuji yang mendekati kenyataan
lapangan.
Dari benih yang baik akan muncul kecambah normal, sebaliknya benih yang rusak,
rendah kualitasnya menghasilkan kecambah atau bibit yang tidak normal atau abnormal.
Kerusakan benih dapat terlihat nyata ( retak kulit, mengelupas atau biji pecah ). Tapi kadang
terlihat kerusakan pada bagian dalam benih. Kerusakan benih dapat diketahui setelah benih
berkecambah abnormal.
Daya tumbuh minimal bersertikat adalah 80% pada padi dan kedelai serta 90% untuk
jagung. Pada benih bina adalah 60 %.

B. Daya kecambah

Perkecambahan memiliki banyak arti yang di definisikan oleh banyak ilmuwan.


Misalanya. Perkecambahan adalah munculnya pertumubuhan aktif yang menyababkan
pecahnya kulit biji dan munculnya semai (Amen, 1963). Perkecambahan merupakan tahap
awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio
di dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan
fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini
dikenal sebagai kecambah. Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan
komponen-komponen biji yang memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal
menjadi tumbuhan baru. Komponen kecambah tersebut adalah bagian kecambah yang
terdapat di dalam biji, misalnya radikula dan plumula (Bagod Sudjadi, 2006). Perkecambahan
merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio. Hasil perkecambahan ini adalah
munculnya tumbuhan kecil dari dalam biji. Proses perubahan embrio saat perkecambahan
adalah plumula tumbuh dan berkembang menjadi batang, dan radikula tumbuh dan
berkembang menjadi akar (Istamar Syamsuri, 2004). Perkecambahan merupakan sustu proses
dimana radikula (akar embrionik) memanjang ke luar menembus kulit biji. Di balik gejala
morfologi dengan pemunculan radikula tersebut, terjadi proses fisiologi-biokemis yang
kompleks, dikenal sebagai proses perkecambahan fisiologis (Salisbury, 1985).
Perkecambahan terjadi karena pertumbuhan radikula (calon akar) dan pertumbuhan plumula
(calon batang). Para ahli fisiologis benih menyatakan bahwa perkecambahan adalah
munculnya radikel
Jadi Kesimpulannya adalah Daya tumbuh benih adalah munculnya unsur unsur utama
dari lembaga dari suatu benih yang diuji yang menunjukkan kemampuan untuk menjadi
tanaman normal apabila ditanam pada lingkungan yang sesuai bagi benih tersebut sedangkan
Daya kecambah atau Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-
komponen biji yang memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tumbuhan
baru.
VI. UJI DAYA DAN KECEPATAN BERKECAMBAH BENIH

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Perkecambahan merupakan serangkaian peristiwa penting sejak benih horman sampai
kebibit yang sedang tumbuh tergantung dari viabilitas benih, lingkungan yang cocok dan
pada beberapa tanaman tergantung pada usaha pemecahan dormansi. Oleh karena itu perlu
dilaksanakan pengujian benih untuk mengetahui viabilitas benih atau kemampuam benih
untuk tumbuh menjadi bibit pada kondisi lingkungan yang optimum. Uji perkecambahan itu
meliputi uji daya kecambah, yang erat kaitanya dengan viabilitas benih dan uji kecepatan
berkecambah yang berhubungan erat dengan vigor benih.
Perkecambahan biji adalah pengaktifan kembali aktifitas pertumbuhan embryonic axis
didalam biji yang terhenti untuk kemudian membentuk bibit (seedling). Biji untuk dapat
berkecambah memerlukan persyaratan baik dalam biji itu sendiri maupun persyaratan
lingkungan. Persyaratan untuk berkecambah yang berbeda-beda dari bermacam-macam biji
adalah penting diketahui untuk pedoman penanaman biji, pedoman penetapan treatment
tertentu dan pengontrolan pertumbuhan. Persyaratan untuk berkecambah yang berbeda-beda
dari bermacam-macam biji adalah penting diketahui untuk pedoman penanaman biji,
pedoman penetapan treatment tertentu, dan pengontrolan pertumbuhan.
Setiap benih memiliki kemampuan yang berbeda untuk berkecambah, meskipun kondisi
genetis dan fisiologisnya sama. Hal ini disebabkan oleh kondisi lingkungan yang dapat
menentukan suatu kecambah. Dengan memberikan perlakuan yang berbeda pada satu jenis
benih yang sama akan dapat diketahui kemampuan tumbuh dari masing-masing benih
tersebut. Kemampuan benih tersebut dinyatakan dengan daya kecambah dan kecepatan
kecambah dapat aktifnya Syarat luar utama yang dibutuhkan untuk kembali pertumbuhan
embryonic exis adalah : air yang cukup, suhu yang pantas, oksigen yang cukup, serta cahaya
yang cukup. Pengujian perkecambahan benih yang sering dilakukan adalah dengan
menggunakan substratum kertas dan pasir. Beberapa metode yang dikenal antara lain : pada
kertas (PK), pada pasir (PP), dalam pasir (DP), antar kertas (AK), dan pada kertas digulung
dalam plastic (PKDp)
Daya tumbuh atau Daya berkecambah ialah jumlah benih yang berkecambah dari se
jumlah benih yang di kecambahkan pada media tumbuh optimal ( kondisi laboratorium ) pada
waktu yang telah ditentukan, dan dinyatakan dalam persen. Pengujian daya kecambah adalah
mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih
tersebut, lalu menghitung presentase daya berkecambahnya. Persentase daya berkecambah
merupakan jumlah proporsi benih-benih yang telah menghasilkan perkecambahan dalam
kondisi dan periode tertentu.
Pengujian benih dilakukan di labolatorium untuk menentukan baik mutu fisik maupun
mutu fisiologik suatu jenis atau kelompok benih. Yang salah satunya adalah pengujian daya
berkecambah parameter yang digunakan berupa persentase kecambah normal berdasarkan
penilaian terhadap struktur tumbuh embrio yang diamati secara langsung, Pengujian pada
kondisi lapang biasanya tidak memberikan hasil yang memuaskan karena tidak dapat diulang
dengan hasil yang akurat. Oleh karena itu, metode penguian dilaboratorium telah
dikembangkan dimana kondisi lingkungan dikendalikan sedemikian rupa untuk mendapatkan
tingkat perkecambahan yang optimal pada lot benih jenis tanaman tertentu.
2. Tujuan
Pada praktikum acara uji daya dan kecepatan berkecambah benih mempunyai beberapa
tujuan, antara lain :
a. Untuk mengetahui daya kecambah benih.
b. Untuk mengetahui kecepatan kecambah benih.

B. Tinjauan pustaka
Perkecambahan benih merupakan salah satu kriteria yang berkaitan dengan kualitas
benih. Perkecambahan benih juga merupakan salah satu tanda dari benih yang telah
mengalami proses penuaan. Pengertian dari berkecambah itu sendiri adalah jika dari benih
tersebut telah muncul plumula dan radikula di embrio. Plumula dan radikula yang tumbuh
diharapkan dapat menghasilkan kecambah yang normal, jika faktor lingkungan mendukung.
(Kuswanto 2001).
Viabilitas benih menunjukkan persentase benih yang akan menyelesaikan
perkecambahan, kecepatan perkecambahan dan vigor akhir dari kecambah-kecambah yang
baru berkecambah. Viabilitas benih dapat ditentukan dengan suatu prosedur penguji
pengujian yang dibukukan. Hal ini paling nyata dari pengukuran viabilitas adalah persentase
perkecambahan yaitu angka rata-rata persentase dari uji suatu spesies yang menghasilkan
kecambah normal pada kondisi perkecambahan yang apling normal
(Qomara 2003).
Keragaman suhu inkubasi, jenis kertas substrat (kertas merang, kertas koran, kertas
saring), dan periode pengujian (penentuan final count pada hari ke-7, 11, atau 14 setelah
tabur) dapat menyebabkan keragaman hasil pengujian daya kecambah yang melampaui batas
toleransi. Satu lot benih yang sama bila diuji oleh laboratorium yang berbeda akan
memberikan hasil yang berbeda. Penggunaan metode pengujian seperti ini tidak mungkin
dapat diharapkan untuk mendukung industri dan perdagangan benih yang menuntut
reproduksibilitas tinggi (Kartasapoetra 2002).
Daya berkecambah suatu benih dapat diartikan sebagai mekar dan berkembangnya
bagian bagian penting dari suatu embrio suatu benih yang menunjukkan kemampuannya
untuk tumbuh secara normal pada lingkungan yang sesuai. Dengan demikian pengujian daya
kecambah benih ialah pengujian akan sejumlah benih, berupa persentase dari jumlah benih
tersebut yang dapat atau mampu berkecambah pada jangka waktu yang telah ditentukan
(Danuarti 2005).
Perbedaan daya kecambah antar varietas dapat disebabkan karena masing-masing benih
mempunyai ukuran yang berbeda-beda, kandungan zat makanan serta umur panen yang
berlainan. Perbedaan sifat terebut disebabkan oleh faktor genetik masing-masing benih.
Faktor genetik yang dimaksud adalah varietas-varietas yang mempunyai genotype baik (good
genotype) seperti produksi tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit, responsif terhadap
kondisi pertumbuhan yang lebih baik (Sunarto et al 2001).
Menurut (Wahab dan Dewi 2003) kemampuan benih untuk tumbuh dan berproduksi
normal pada kondisi yang optimum merupakan parameter daripada suatu viabilitas potensial
benih. Selain itu yang menjadi tolok ukur dari viabilitas benih tersebut yaitu daya kecambah
dan berat kering dari suatu kecambah yang normal. Pengujian daya berkecambah parameter
yang digunakan berupa persentase kecambah normal berdasarkan penilaian terhadap struktur
tumbuh embrio yang diamati secara langsung, Pengujian pada kondisi lapang biasanya tidak
memberikan hasil yang memuaskan karena tidak dapat diulang dengan hasil yang akurat.
Pembahasan

Perkecambahan merupakan serangkaian peristiwa penting sejak benih dorman sampai


kebibit yang sedang tumbuh tergantung dari viabilitas benih, lingkungan yang cocok dan
pada beberapa tanaman tergantung pada usaha pemecahan dormansi. Perkecambahan biji
adalah pengaktifan kembali aktifitas pertumbuhan embryonic axis didalam biji yang terhenti
untuk kemudian membentuk bibit (seedling). Biji untuk dapat berkecambah memerlukan
persyaratan baik dalam biji itu sendiri maupun persyaratan lingkungan.
Daya berkecambah ialah jumlah benih yang berkecambah dari se jumlah benih yang di
kecambahkan pada media tumbuh optimal ( kondisi laboratorium ) pada waktu yang telah
ditentukan, dan dinyatakan dalam persen. Pengujian daya kecambah adalah
mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih
tersebut, lalu menghitung presentase daya berkecambahnya.Daya kecambah biji erat
hubungannya dengan pemasakan biji, dimana biji berkecambah jauh sebelum tercapai
kemasakan fisiologis atau sebelum tercapai berat kering maksimum. Pada umumnya biji
berkecambah pada umur beberapa hari sesudah pembuahan.
Daya kecambah akan meningkat dengan bertambah tuanya biji dan mencapai
pertumbuhan maksimum jauh sebelum masa fisiologis atau berat kering maksimum tercapai.
Sampai masa fisiologis tercapai, pertumbuhan maksimum ini konstan, tetapi sesudah itu akan
menurun dengan kecepatan yang sesuai dengan keadaan buruk lingkungan. Makin buruk
keadaan lingkungan makin cepat turunnya daya kecambah.
Benih dikatakan baik apabila memiliki daya dan kecepatan berkecambahnya tinggi.
Pada kecepatan kecambah ini dapat diukur pada benih yang dikecambahkan berumur 4 hari
setelah tanam. Kecepatan kecambah perlu diketahui karena berhubungan dengan vigor benih.
Benih yang mempunyai kecepatan kecambah yang tinggi maka tanaman yang dihasilkan
lebih tahan terhadap keadaan yang kurang menguntungkan. Pada biji apabila kecepatan
berkecambahnya tinggi maka daya kecambahnya tinggi, tetapi belum tentu daya kecambah
yang tinggi memiliki kecepatan kecambahnya tinggi.

Hal-hal tersebut diatas dapat diketahui karena dilihat dari pengamatan benih yang hidup
atau mati. Suatu benih dikatakan tumbuh normal bila perkecambahan benih tersebut
menunjukkan kemampuan untuk tumbuh dan berkembang menjadi bibit tanaman yang baik
dan normal pada lingkungan yang telah disediakan yang sesuai dengan kepentingan
pertumbuhan tumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut.
Pada metode diatas kertas, kertas harus dalam keadaan steril karena merupakan salah
satu penentu mutu fisik benih dan cerminan kemampuan benih untuk tumbuh normal pada
kondisi optimal. Pada percobaan media diatas kertas ini menggunakan 10 benih sawi dan 10
benih bayam. Berdasarkan hasil pengamatan 10 biji benih dan 10 benih bayam tidak
mengalami perkecambahan sehingga tidak dapat diketahui kecepatan kecambah maupun daya
kecambahnya. Benih yang tidak tumbuh saat perkecambahan disebabkan karena lingkungan
yang diberikan terlalu becek atau terlalu kering (kekeringan) atau terserang jamur.
Suatu pengujian perkecambahan bermanfaat untuk mengukur proporsi benih yang
mampu menghasilkan bibit yang normal, yaitu bibit yang menunjukkan kemampuan untuk
tumbuh dan menghasilkan tanaman yang berguna pada kondisi lingkungan yang
menguntungkan. Hasil pengujian tersebut juga akan melaporkan proporsi bibit yang
abnormal, benih yang masih segar dan / atau benih keras dan benih mati. Sedangkan
pengujian viabilitas benih dipakai untuk menilai suatu benih untuk dipasarkan atau
membandingkan antar seed lot karena viabilitas merupakan gejala pertama yang tampak pada
benih yang menua. Daya kecambah benih memberikan informasi kepada pemakai benih akan
kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar dalam keadaan
biofisik lapang yang serba optimum.
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah ditentukan maka dapat diambil beberapa
kesimpulan, antara lain :
a. Benih dikatakan tumbuh dengan normal apabila kecambah telah memiliki akar daun dan
batang, sedangkan dikatakan abnormal apabila perkecambahan tidak sempurna (kerdil).
b. Benih yang tidak tumbuh saat perkecambahan disebabkan karena lingkungan yang
diberikan terlalu becek atau terlalu kering (kekeringan) atau terserang jamur.
c. Untuk kecepatan kecambah tinggi memiliki daya kecambah yang tinggi pula, akan tetapi
apabila daya kecambah tinggi belum tentu kecepatan kecambah tinggi.
d. Persentase kecepatan kecambah pada benih sawi sebesar 0% sedangkan kecepatan
kecambah pada benih bayam sebesar 0%.
e. Persentase daya kecepatan pada benih sawi sebesar 0% sedangkan daya kecepatan pada
benih bayam sebesar 0%.
2. Saran
Mengadakan pengujian pada metode lain seperti Antar Kertas dan sebagainya dan
dilakukan pengujian terhadap benih komoditas yang lain.

Definisi dari Daya Kecambah


Definisi dari Daya Kecambah - Definisi menurut kamus ekabahasa resmi Bahasa Indonesia
definisi dari Daya Kecambah adalah sebagai berikut. Definisi Kata Daya Kecambah Istilah
botani kemampuan benih untuk tumbuh atau berkecambah normal Itulah definisi

Perkecambahan merupakan proses metobolisme biji hingga dapat menghasilkan


pertumbuhan dari komponen kecambah ( Plumula dan Radikula ). Definisi perkecambahan
adalah jika sudah dapat dilihat atribut perkecambahannya, yaitu plumula dan rdikula dan
keduanya tumbuh normal dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan ketentuan ISTA.

Setiap biji yang dikecambahkan ataupun yang diujikan tidak selalu prosentase pertumbuhan
kecambahnya sama, hal ini dipengaruhi bebagai macam faktor-faktor yang mempengaruhi
perkecambahan.
Daya kecambah benih memberikan imformasi kepada pemakai benih tumbuh normal
menjadi tanaman yang berproduksi wajar dalam kondisi biofisik lapangan yang serba
optimal.Parameter yang digunakan dapat berupa persentase kecambah normal berdasarkan
penilaian terhadap struktur tumbuh embrio yang diamati secara langsung. Secara tidak
lansung dengan hanya melihat gejala metabolisme benih yang berkaitan dengan kehidupan
benih. Persentase perkecambahan adalah : Persentase kecambah normal yang dapat
dihasilkan oleh benih murni pada kondisi yang menguntungkan dalam jangka waktu yang
sudah ditetapkan.

Pengujian pada kondisi lapangan biasanya tidak memuaskan karena hasilnya kurang
dapat dipercaya. Oleh karena itu metode labolatorium dikembangkan sedemikian rupa,
dimana beberapa atau seluruh kondisi luar / lapangan dapat dikendalikan dengan teratur.
Sehingga memberikan hasil perkecambahan yang lengkap dan cepat dari contoh benih yang
dianalisa.

Metode perkecambahan dengan pengujian dilabolaotorium hanya menentukan


persentase perkecambahan total. Dan dibatasi pada pemunculan dan perkembangan struktur
struktur penting dari embrio, yang menunjukan kemampuan untuk menjadi tanaman normal
pada kondisi lapangan yang oftimum. Sedangakan kecambah yang tidak menunjukan
kemampuan tersebut dinilai sebagai kecambah abnormal. Benih yang tidak dorman tetapi
tidak tumbuh setelah periode pengujian tertentu dinilai sebagai mati.
Agar hasil persentase perkecambahan yang didapat dengan metode uji daya kecambah
dilabolatorium mempunyai korelasi fositif dengan kenyatan nantinya dilapangan makan perlu
diperhatikan faktor faktor berikut ini :

1. Kondisi lingkungan dilabolaotrium harus mengunutngkan bagi perkecambahan benih


dan terstandarisasi.

2. Pengamatan dan penilaian baru dilakukian pada saat kecambah mencapi suatu fase
perkembangan, dimana dapat dibedakan antara kecambah normal dan kecambah
abnormal.

3. Pertumbuhan dan perkembangan kecambah harus sedemikian sehingga dapat dinilai


mempunyai kemampuan tumbuh menjadai tanaman normal dan kuat pada keadaan
yang mengunguntungkan dilapangan.
4. Lama pengujian harus dalam jangka waktu yang telah ditentunkan.

Hal yang diperlukan dalam pelaksanaan uji perkecambahan antara lain :

1. Alat alat : meja analisa, alat pengecambahan benih, pinset, kaca pembesar, dan lain
lain.

2. Subtrat kertas, pasir, tanah.

3. Kondisi yang serba oftimum : kelembaban, aerasi, temperatur cahaya.

4. Evaluasi kecambah : normal, abnormal, benih segar tidak tumbuh, dan mati.

5. Perlakuakn pemecahan dormasi bila diperlukan.

Alat perkecambahan benih adalah alat yang digunakan untuk mengecambahkan benih
dimana dapat diatur kondisi lingkungan yang oftimum untuk perkecambahan. Alat
pengecambahan benih buatan luar negri antara lain : borrows Model 1000A ( 1850 ),
mangelsdorf dan junior. Sedangkan buatan dalam negri ( institut pertanian bogor ) adalah tipe
tipe IPB - 73 - 2A; IPB-73- 2A/B; yang dapat digunakan untuk menguji daya kecambah
benih

Kelembaban relatif untuk ruang perkecambahan harus antara 90 95% dan variasi
temperatur tidak boleh lebih dari 1 C pada setiap periode 24 jam.
Sumber cahay putih ( fluorescent ) baik untuk memperlancar perkecambahan, dan lebih efktif
daripada cahaya harian atau pijar. Benih yang memerlukan cahaya, butuh penerangan
sekurang kurangnya 8 jam setiap 24 jam dan memerlukan intensitas cahaya rata rata 750
1250 lux. Untuk benih benih yang tidak mengalami dormansi kebutuhan tersebut
mungkin hanya serendah 250 lux.

Jenis subtrat kertas dapat dipergunakan adalah : kertas blotter, keras kimpack,
absorbent cotton, kertas toweling, kertas filter dan kertas merang. Apabila contoh benih
dengan subtrat kertas tidak mau berkecambah atau menghasilkan kecambah yang tidak dapat
dinilai, maka pengujian harus dilakukan pada media pasir atau tanah, yang terlebih dahulu
diseterilkan.
Semua subtrat baik kertas, pasir, dan tanah hanya boleh digunakan sekali saja. Subtrat
biasanya diletakan pada baki perkecambahan atau pertidisk. Sedang untuj pasir dan tanah
digunakan kotak alumunium atau kotak kayu. Ukuran tergantung pada besar kecilnya benih.
Untuk evaluasi kecambah digunakan kriteria sebagai berikut :
Kecambah normal
1. Kecambah yang memiliki perkembangan sisten oerakaran yang baik terutama akar primer
dan untuk tanaman yang secara normal menghasilkan akar seminimal maka akar ini tidak
boleh kurang dari dua.
2. Perkembangan hipokotil yang baik sempurna tanpa ada kerusakan pada jaringan
jaringannya.
3. Pertumbuhan plumula yang sempurna dengan daun hijau dan tumbuh baik, didalam atau
muncul darikoleoptil atau pertumbuhan epikotil yang sempurna dengan kuncup yang normal.
4. Memiliki satu kotiledone untuk kecambah dari monokotil dan dua bagi dikotil.
Kekurangan lain yang masih dapat diterima untuk dinyatakan sebagai kecambah normal
adalah
Untuk benih dari benih benih Pisum, vicia fabia, Phaseulus, Luvinus, vigna, Glycine,
Arachis, Gossypium,Zea dan Cucurbitaceae, tanpa akar primer yang pendek ditambah dua
akar seminimal yang kuat.
Hipokotil boleh meperlihatkan sedikit kerusakan atau kebusukan yang terbatas asalkan
jaringan jaringan penting tidak tergangu fungsinya.
Untuk dikotil kehilangan satu kotiledonnya.
Untuk benih pohon pohonan dengan tipe perkecambahan epigeal dikatakan normal
pabila panjang akar 4 panjang benih dan mempunyai perkembangan struktur yang normal.
Kecambah yang busuk karena ifeksi oleh kecambah lain masih dianggap normal, kalau
jelas bahwa sebelumnya bagian bagian pentingdari kecambah semua ada.
Gambar : contoh kecambah biji yang dalam kondisi normal

Gambar : Contoh kecambah bji yang dalam kondisi yang abnormal.

Kecambah abnormal
1. Kecambah yang rusak, tanpa kotiledon, embrio, yang pecah dan akar primer yang pendek.
2. Kecambah yang bentuknya cacat, perkembangan lemah atau kurang seimbang dari bagain
bagian yang penting. Plumula yang terputar, hipokotil, epikotil, kotiledon yang mebengkak,
akar yang pendek. Koleoptil yang pecah atau tidak mempunyai dau : kecambah yang kerdil.

3. Kecambah yang tidak membentuk chlophyl


4. Kecambah yang lunak
5. Untuk benih pohon pohonan bila dari microphyl keluar daun dan bukanya akar.

Benih mati
Kriteria ini ditunjukana untuk benih benih yang busuk sebelum berkecambah atau tidak
tumbuh setelah jangka waktu pengujian yang ditentukan, tetapi bukan dalam keadan dorman.
Benih keras
Benih kacanga kacangan, kapas, hibicus spp yang pada akhir uji daya kecambah masih
keras karena tidak meyerap air disebabkan kulit impermiabel, dianggapa sebagai benih yang
berkulit keras harus disebutkan tersendiri dalam analisa.

Benih segar tidak tumbuh


Benih yang tidak tumbuh sampai akhir dari pengujian, tetapi masih mempunuai kemampuan
untuk tumbuh menjadi normal. Benih jenis ini sebetulnya mapu menyerap air selama proses
penujian tetapi mengalami hambatan untuk proses perkembangan selanjutnya.

Metode pengujian daya kecambah benih

Metode uji daya kecambah secara langsung dengan subtrat kertas merang

Metode uji daya kecambah subtrat antar kertas

Metode uji daya kecambah dengan subtrat kertas digulung

Metode uji daya kecambah dengan subtrat pasir, tanah.

Untuk lebih memahami lebih lanjut bagaimana prosedur dan proses pengujian daya
kecambah dan evaluasi kecambah maka dilakukan praktikum uji daya kecambah berikut ini
yang merupakan sebagai bahan pembuktian dari teori yang telah dipelajari dan harapan apa
yang menjadi praktikum ini mahsiswa mampu mengetahui pengujian daya kecambah biji.

pengujian daya kecambah

PENGUJIAN DAYA KECAMBAH BENIH


Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai
untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung presentase daya
berkecambahnya. Persentase daya berkecambah merupakan jumlah proporsi benih-benih
yang telah menghasilkan perkecambahan dalam kondisi dan periode tertentu.
Tujuan dari pengujian daya berkecambah adalah :
a) Memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan
b) Membandingkan kualitas benih antar seed lot (kelompok benih)
c) Menduga storabilitas (daya simpan) benih
d) Memenuhi apakah nilai daya berkecambah benih telah memenuhi peraturan yang berlaku.
Hal yang pertama dilakukan untuk uji daya kecambah yaitu, menentukan contoh kerja untuk
uji daya kecambah.
Contoh kerja yang dibutuhkan untuk uji daya kecambah ini memiliki ketentuan
sebagai berikut:
a) Contoh kerja berasal dari fraksi benih murni
b) Berjumlah 400 butir
c) Terdiri dari 4 ulangan @ 100 butir
d) Bila kapasitas wadah perkecambahan terbatas/ kecil, tiap ulangan dibagi lagi menjadi 2
sub ulangan @ 50 butir atau sub ulangan @ 25 butir.
Setelah contoh kerja didapat maka langkah selanjutnya adalah pengujian daya berkecambah.
Pengujian daya berkecambah ini dapat dilakukan dalam beberapa metode. Untuk menentukan
metode apa yang digunakna hal tersebut tergantung pada jenis dan karakter tumbuh benih.
Pada evaluasi yang pertama hanya dilihat kecambah normal saja.
Kriteria untuk kecambah normal diantaranya adalah:
a) Kecambah dengan pertumbuhan sempurna, ditandai dengan akar dan batang yang
berkembang baik, jumlah kotiledon sesuai, daun berkembang baik dan berwarna hijau, dan
mempunyai tunas pucuk yang baik
b) Kecambah dangan cacat ringan pada akar, hipokotil/ epikotil, kotiledon, daun primer, dan
koleoptil
c) Kecambah dengan infeksi sekunder tetapi bentuknya masih sempurna
Dengan kriteria tersebut kecambah normal diambil lalu dipisahkan dari benih yang belum
berkecambah.
Jumlah kecambah normal tersebut kemudian dihitung. Pada evaluasi kedua yaitu melihat
adanya kecambah normal, kecambah abnormal, benih yang tidak berkecambah (benih keras,
benih segar tidak tumbuh, benih mati/ busuk). Kecambah abnormal adalah kecambah yang
tidak memperlihatkan potensi untuk berkembang menjadi kecambah normal.
Kecambah di bawah ini digolongkan ke dalam kecambah abnormal :
a) Kecambah rusak: kecambah yang struktur pentingnya hilang atau rusak berat. Plumula
atau radikula patah atau tidak tumbuh.
b) Kecambah cacat atau tidak seimbang: kecambah dengan pertumbuhan lemah atau
kecambah yang struktur pentingnya cacat atau tidak proporsional. Plumula atau radikula
tumbuh tidak semestinya yaitu plumula tumbuh membengkok atau tumbuh kebawah,
sedangkan radikula tumbuh sebaliknya.
c) Kecambah lambat: kecambah yang pada akhir pengujian belum mencapai ukuran normal.
Jika dibandingkan dengan pertumbuhan kecambah benih normal kecambah pada benih
abnormal ukurannya lebih kecil.
Benih yang tidak berkecambah adalah benih yang tidak berkecambah sampai akhir
masa pengujian, yang digolongkan menjadi:
a) Benih segar tidak tumbuh: Benih, selain benih keras, yang gagal berkecambah namun tetap
baik dan sehat dan mempunyai potensi untuk tumbuh menjadi kecambah normal. Benih dapat
menyerap air, sehingga dapat terlihat benih tampak mengembang. Namun tidak ada
pemunculan struktur penting dari perkecambahan benih. Dan jika waktu penyemaian
diperpanjang benih akan tumbuh normal.
b) Benih keras: Benih yang tetap keras sampai akhir masa pengujian. Benih tersebut tidak
mampu menyerap air terlihat dari besarnya benih tidak mengembang, dan jika dibandingkan
dengan benih segar tidak tumbuh ukuran benih keras lebih kecil. Hal ini disebabkan karena
kulit benih yang impermeabel terhadap gas dan air.
c) Benih mati: Benih yang sampai pada akhir masa pengujian tidak keras, tidak segar, dan
tidak berkecambah. Benih mati dapat dilihat dari keadaan benih yang telah membusuk, warna
benih terlihat agak kecoklatan. Hal ini disebabkan karena adanya penyakit primer yang
menyerang benih. Disebabkan karena pada saat kultur teknis dilepangan tanaman yang
menajdi induk talah terserang hama dan penyakit sehingga pada benih tersebut berpotensi
membawa penyakit dari induknya.

Sumber : Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov.
Jabar
Penulis : Admin Balai Pengawas
Pesyaratan Tumbuh
Benih memerlukan persyaratan / kondisi lingkungan tertentu untuk dapat tumbuh menjadi
bibit / tanaman normal. Persyaratan tumbuh yang paling penting adalah :

a. Substrat / media tumbuh


Bahan yang dapat digunakan sebagai subtrat / media tumbuh adalah kertas, pasir, tanah, atau
bahan yang lainnya seperti sabut kelapa,serbuk gergaji, dan lain lain. Tanah dan bahan yang
lain sangat beragam sehingga sulit distandarkan. Pemilihan penggunaan media kertas atau
pasir tergantung pada ukuran benih dan kemudahan dalam pelaksanaan pengujiannya.

b.Air ( Kelembaban )
Subtrat harus lembab tetapi tidak terlalu basah. Pada subtract pasir kelembaban diatur 50%
untuk serella selain jagung ( padi, sorgum, gandum, dan sebagainya ), dan 60% untuk jagung
atau biji lainnya yang beukuran hampir sama dengan jagung dan biji kacang kacangan
berukuran besar. Kelembaban harus di pertahankan selama jangka waktu pengujian dengan
jalan mengatur kelembaban udarah ruangan dimana subtrat tersebut ditempatkan diantara 90
95% atau melakukan penyinaran apabila diperlukan. Air yang digunkan untuk pengujian
harus air tawar atu air bersi, pH antara 6,5 7 ( tidak asam dan tidak basa ), tidak tercemar
oleh bahan kimia atau jasad renik.

c. Suhu
Suhu optimum untuk tumbuh diperlukan oleh suatu jenis benih dapat merupakan suhu tetap
atau suhu berganti. Beberapa spesies tumbuh dengan baik pada suhu tetap 20oC, sedangkan
beberapa spesies lainnya tumbu pada suhu berganti antara 20 30oC . Dalam menggunakan
suhu tetap, variasi yang timbul selama jangka waktu pengujian tidak boleh lebih dari dan
kurang dari 1oC untuk setiap 24 jam. Sedangkan dalam penggunaan suhu berganti maka suhu
paling rendah diatur konstan selama 16 jam dan suhu yang lebih tinggi selama 8 jam. Bila
penggantian suhu tidak dilaksanakan, maka suhu yang digunakan ialah suhu yang paling
rendah.

d. Cahaya
Tidak semua jenis benih memerlukan cahaya untuk tumbuh. Bagi benih yang memerlukan
panjang penyinaran tertentu selama jangka waktu pengujian, maka baik cahaya alam atau
buatan harus diatur dengan intensitas yang merata sedemikian rupa sehingga panas yang
timbul tidak dipengaruhi suhu yang telah ditetapkan. Cahaya tersebut harus diberikan selama
8 jam setiap 24 jam, sedangkan pada benih yang memerlukan suhu berganti penyinaran
dilakukan pada suhu tinggi. Bagi setiap tanaman dibutuhkan intensitas cahaya antara 750
sampai 1,250 Lux.2.3.

Perkecambahan
Menurut seorang ahli fisiologi tanaman, yang dimaksud dengan perkecambahan benih adalah
pertumbuhan aktif embrio yang berakibat pecahnya kulit benih ( Direktorat Jendral Tanaman
Pangan, 2005 ).
Perkecambahan benih dalam skala laboratorium adalah muncul dan berkembangnya
kecambah sampai ketingkat dimana kecambah tersebut dapat berkembang menjadi semai
sehat pada kondisi yang obtimal dalam periode waktu tertentu ( Direktorat Perbenihan
Tanaman Hutan, 2002 ).
Biji akan berkecambah setelah mengalami masa dormanyang dapat disebabkan oleh berbagai
faktor internal seperti embrio masi berbentuk rudiment atau belum masak ( dari segi
fisiologis ), kulit biji yang tahan atau impermeable, atau adanya penghambat tumbuh
( Pedoman Praktikum Balai Pembenihan Tanaman Sumatera Selatan ).
Hidayat (1995), menambahkan perkecambahan sesunggunya adalah pertumbuhan embrio
yang dimulai kembali setelah penyerapan air atau imbibisi. Pada waktu imbibisi kandungan
air meningkat, mula mula cepat. Kemudian lebih lambat. Jaringan bermetabolisme secara
aktif. Enzim yang telah ada diaktifkan kembali dan protein baru dengan kegiatan enzim baru
disintesis untuk mencerna dan mengunakan berbagai bahan cadangan yang tersimpan.
Pembelahan dan perluasan sel dimulai dan berjalan menurut pola yang telah diprogramkan.
Program tersebut memerlukan air dan zat gizi secara terus menerus. Sebelum embrio menjadi
kecambah mandiri, ia menggunakan makanan tersimpan dalam endosperm dan dalam selnya
sendiri.

Teknik Pengujian Perkecambahan


Menurut Ance ( 2003 ), teknik pengujiaan daya kecambah dapat dilakukan dengan beberapa
metode diantarnya ialah sebagai berikut :

1. Pengujian Pada Kertas Digulung Dalam Plastik ( PKDp )


Dalam pengujian ini digunakan beberapa lembar kertas substratum yang dibasahi
secukupnya, misalnya, 5 lembar kertas subtrtum, yang selanjutnya dihamparkan diatas alas
plastik, benih benih yang akan diuji, misalnya 100 biji benih, ditata dan ditanam secaraa
teratur pada kertas kertas tersebut. Bisanya dari 8 lembar substratum tersebut diambil 3
lembar yang berisi benih, yang selanjutnya diguluh beserta alasnya dan dimasukan kedalam
bak bagi perkecmbahan. Dalam keadaan demikian kelembaban tetap harus terjaga selama
pengujian berlangsung.

2. Pengujian Antar Kertas ( AK )


Dalam pengujian ini digunakan kertas substratum seperti diatas, selanjutnya biji benih yang
akan diuji ( jika ukurannya sebesar benih padi sebanyak 100 butir, tetapi jika ukuran
benihnya sebesar biji jagung cukup 50 butir saja ) ditata dan ditanam setengah bagian kertas
substratum, kemudian dilipat dengan baik agar biji bijian benih tidak keluar masukkan
kedalam bak bagi perkecambahan dengan diperhatikan agar substratum tetap terpelihara.

3.Pengujian Pada Kertas ( PK )


Dalam pengujian ini kertas kertas dibuat seukuran cawan Petri (sebanyak 5 lembar)
dibasahi dan diletakkan pada cawan Petri tersebut. Selanjutnya biji biji benih yang akan
diuji ditempatkan diatasnya . Selanjutnya tutup cawan Petri dengan pasangannya dan
masukkan kedalam bak bagi perkecambahan dengan kelembaban yang terpelihara.

4. Pengujian Pada Pasir ( PP )


Bak kayu atau kotak diisi dengan pasir yang telah dibebaskan dari segalah kotoran, kemudian
dinbasakan secukupnya. Tanam sekitar 400 butir benih dalam 4 kali ulangan, selanjutnyaa
disusun pada rak rak yang tersedia, kelembaban substratum agar terpelihara selama
pengujian.

5. Pengujian Dalam Pasir ( DP )


Perlakuan perlakuan seperti pada pengujian PP sama dilakukan dalam pengujian ini
perbedaan terletak pada penutupan benih. Pengujian PD ini benih benih setelh ditanam
harus ditutup dengan pasir setebal 1 2 cm. Kelembaban substratum tetap harus di pelihara
dengan baik.

Perkembangan Kecambah
Peristiwa penting dalam diferensiasi embrio selama perkecambahan ialah : Dimulai dari
perkembangan sel pengangkut dalam pro cambium. Waktu perkembangan jaringan pembuluh
berkaitan dengan berbagai peristiwa fisiologi. Dalam keping biji, metabolisme diaktifkan dan
dikendalikan oleh rangsangan diri sumbu embrio. Gerakan rangsangan tersebut nanpaknya
jatu bersamaan dengan terjadinya hubungan vascular antara sumbuh dengan keping biji
tambah Tortora (1987 ).
Menurut Heddy ( 1990 ), baik pada monokotil maupun dikotil, Perkecambahan dapat berjenis
hypogeal, dengan keping atau kedua keping biji terbungkus oleh kulit biji dan tetap berada di
dalam tanah. Pada jenis perkecambahan epigeal keping biji terangkat keatas permukan tanah
oleh sumbuh embrio yang memanjang. Pada perkecambahan hypogeal biji serta skulentum
tetap berada dibawah permukaan tanah. Pada awal perkecambahan, koleoriza memanjang dan
menembus perikarp dan kemudian akan menembus koleoriza. Di ujung lain pada biji pucuk
yang diselubungi oleh koleoptil muncul. Kesatuan itu di dorong keatas oleh ruas
( internodus ) pertama, namun pada gandum pucuk terangkat hanya dengan pertumbuhan ruas
( internodus ), kedua, ruas diatas nodus koleoptil ( Hidayat, 1995 ).

Evaluasi Perkecambahan
Direktur jendral tanaman pangan ( 2005), menyatakan jika kecambah telah mencapai fase
perkembangan tertentu, benih yang di uji akan di evaluasi berdasarkan struktur penting dan
dikatagorikan sebagai kecambaah normal atau abnormal. Terkadang di perlukan dua atau
lebih perhitungan ulang secara berturut turut, sebelum semua benih berkecaambah dan
mencapai fase perkembangan yang dikehendaki. Kecambah yang tidak cukup berkembang,
lemah, tidak seimbang, cacat dan rusak., tetap ditinggalkan sampai perhitungan terakhir.
Apabila terdapat keraguan atau sejumlah besar kecambah belum normal, peraturan ISTA
memperkenankan periode pengujian untuk diperpanjang. Kecambah yang busuk atau
bercendawan dikeluarkan pada pengamatan dan perhitungan antara, agar mengurangi resiko
infeksi sekunder.

Rumus untuk mencari presentase tiap komponen :


Suatu benih dikatakan dorman ketika benih itu viable tetapi tidak mau tumbuh walaupun sudah berada di
lingkungan yang memenuhi syarat perkecambahan. Faktor luar yang mempengaruhi perkecambahan yaitu
sebagai berikut : a. Air b. Temperatur c. Cahaya d. Media perkecambahan

BAB V PENUTUP

A.

Kesimpulan Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut : 1.

Uji kali ini menggunakan metode 2.

Benih ayng tumbuh normal, abnormal dan mati. Benih yang tumbuh normal ditandai adanya akar dan batang
yang 3.

Perkecambahanan yang baik adalah jagung. Sedangkan yang buruk adalah kangkung, hal ini dapat
dipengaruhi beberapa faktor. 4.

Faktor internal yang mempengaruhi perkecambahan yaitu tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi.
5.

Faktor yang eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan perkecambahan yaitu suhu, air, cahaya dan media
perkecambahan. B.

Saran Sebelum praktikum ini sebaiknya praktikan dapat mengetahui pertumbuhan benih dan ciri

ciri benih yang tumbuh normal dan abnormal.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012.

Uji Daya Berkecambah Benih.

Purwokerto.http://semiliranginsore .blogspot.co.id/2012/01/uji-daya-berkecambah-benih.html (Diakses Rabu,


6 Januari 2016) Hidayat, AM.2013.

Laporan Praktikum Pengujian Daya Tumbuh Benih.

Purwokerto http://www.anakagronomy.com/2013/01/laporan-praktikum-pengujian-daya-tumbuh.html
(Diakses Rabu, 6 Januari 2016) Hismi, BW. 2013.

Uji Kecambah.

Purwokerto. http://www.academia.edu/9656741 /Uji_kecambah (Diakses Rabu, 6 Januari 2016) Najwa,


S. 2014.

Uji Daya dan Kecepatan Berkecambah Benih.

Purwokerto. http://siskannajwa.blogspot.co.id/2014/02/uji-daya-dan-kecepatan-berkecambah-benih.html
(Diakses Rabu, 6 Januari 2016)

Anda mungkin juga menyukai