Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS PENGENDALIAN PIUTANG UNTUK MENINGKATKAN

EFEKTIVITAS PENAGIHAN PIUTANG


PADA PDAM KOTA GORONTALO
Oleh:
AGUSTINA WALAHE
NIM: 921409081
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

ABSTRAK

Agustina Walahe NIM. 921409081. 2013. Analisis Pengendalian Piutang Untuk


Meningkatkan Efektivitas Penagihan Piutang Pada PDAM Kota Gorontalo,
dibawah bimbingan Bapak Imran R. Hambali, S.Pd, SE, MSA dan Ibu Hj.
Valentina Monoarfa, SE., MM. Skripsi, Program Studi S1 Akuntansi, Jurusan
Akuntansi, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pengendalian piutang untuk


meningkatkan efektivitas penagihan piutang pada PDAM Kota Gorontalo. Data
yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan PDAM
Kota Gorontalo. Metode analisis data yang digunakan menggunakan dua analisis
yaitu analisis jangka waktu penagihan piutang dan analisis efektivitas penagihan
piutang.

Hasil penelitian menunjukkan jangka waktu penagihan sudah baik karena semakin
pendek jangka waktu penagihan sampai pada tahun 2011 dan tingkat efektivitas
penagihan juga sudah baik pula karena sudah mendapat kategori baik sekali, akan
tetapi terjadi penurunan tingkat efektivitas penagihan pada tahun 2011. Hal ini
mengharuskan perusahaan melakukan pengendalian-pengendalian yang lebih baik
guna tetap mempertahankan dan meningkatkan efektivitas penagihan terhadap
piutang.

Kata Kunci: pengendalian piutang, efektivitas penagihan

PENDAHULUAN

Piutang merupakan pos penting dalam perusahaaan karena merupakan


aktiva lancar yang likuid dan selalu berputar. Itu berarti piutang akan mejadi kas
ketika terjadi pembayaran dari pihak pelanggan. Oleh karena itu sistem
pengendalian piutang yang baik akan mempengaruhi keberhasilan perusahaan
dalam menjalankan kebijakan penjualan secara kredit. Demikan pula sebaliknya,
kelalaian dalam pengendalian piutang bisa berakibat fatal bagi perusahaan,
misalnya banyak piutang yang tak tertagih karena lemahnya kebijakan
pengumpulan dan penagihan piutang.
Pengendalian piutang dimaksudkan untuk dapat mengelola piutang
sehingga perusahaan akan terus memantau perkembangan piutang perusahaan dan
terus mengupayakan strategi-strategi untuk mengendalikan piutang yang tak
tertagih agar bisa semakin berkurang. Dengan pengendalian piutang, perusahaan
dapat memperkecil kemungkinan terjadinya piutang yang tak tertagih sehingga bisa
memperoleh laba yang maksimal sesuai dengan target yang diharapkan perusahaan.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nurjannah tentang Analisis
Tingkat Perputaran Piutang Pada PT Adira Finance Makassar. Rasio penagihan
perusahaan Adira Finance tidak stabil. Semakin besar rasio penagihan maka akan
semakin baik bagi perusahaan karena itu berarti semakin besar pengembalian modal
perusahaan, dan sebaliknya semakin kecil rasio penagihan maka akan berakibat
buruk bagi perusahaan karena semakin kecil piutang perusahaan yang berubah
menjadi kas.
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Gorontalo. Adalah
perusahaan daerah yang memberikan pelayanan dengan menyediakan air bersih
kepada pelanggan, guna memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat. Namun,
penjualannya adalah dengan memberikan pelayanan jasa air bersih terlebih dahulu
yang kemudian pembayarannya akan dibayarkan oleh pelanggan setelah pemakaian
air selama satu bulan, yang artinya penjualan ini menjadi piutang bagi perusahaan
yang harus dibayarkan oleh pelanggan setiap bulan. Apabila pelanggan melakukan
keterlambatan dalam pembayaran maka perusahaan akan mengenakan denda
terhadap pelanggan sebesar ketentuan yang telah ditetapkan perusahaan. Namun
meskipun perusahaan memberlakukan ketentuan denda tersebut masih tidak jarang
juga banyak pelanggan yang melakukan penunggakan pembayaran berbulan-bulan
bahkan bertahun-tahun dan tak jarang pula pelanggan yang tidak melakukan
pembayaran tunggakan sampai pada waktu yang ditentukan oleh PDAM.
Berdasarkan kebijakan akuntansi yang diterapkan di PDAM Kota Gorontalo
yang didasarkan pada Pedoman Sistem Akuntansi PDAM yang dikeluarkan oleh
kantor menteri Negara otonomi daerah RI dengan surat Keputusan Menteri Negara
Otonomi Daerah RI No. 8 tahun 2000, tentang penilaian piutang pada PDAM
khusus untuk piutang usaha, ketentuan ini menghendaki agar piutang-piutang yang
mempunyai kemungkinan tak tertagih hendaknya dibuatkan penyisihan dalam
jumlah yang layak. Untuk menentukan besarnya penyisihan pada tiap akhir tahun.
Pengelompokkan piutang menurut umurnya (aging schedule) harus dibuat terlebih
dahulu sebagai dasar perhitungan. Besarnya penyisihan piutang yang belum
dibayarkan pada tiap akhir tahun ditentukan yaitu di atas 3 bulan sampai dengan 6
bulan penyisihan piutang sebesar 30%, di atas 6 bulan sampai dengan 12 bulan
sebesar 50%, di atas 1 tahun sampai dengan 2 tahun sebesar 75%, dan di atas 2
tahun sebesar 100%. Namun penyisihan piutang tersebut dikecualikan bagi tagihan
kepada seluruh instansi pemerintah, dalam hal kejadian-kejadian khusus misalnya
adanya pembongkaran daerah pemukiman tertentu untuk tujuan pembangunan,
tagihan-tagihan tersebut sudah dapat diusulkan penghapusannya walaupun belum
memenuhi ketentuan tersebut. Jika terdapat pembayaran atas piutang-piutang yang
telah dihapus, pembayarannya tersebut dibukukan sebagai pendapatan lain-lain
tahun berjalan. Piutang yang telah berumur diatas 1 sampai dengan 2 tahun
diklasifikasikan sebagai piutang ragu-ragu, sedangkan yang berumur diatas 2 tahun
diklasifikasikan sebagai piutang tak tertagih dan sudah dapat diusulkan kepada
Badan Pengawas untuk dihapus serta dikeluarkan dari pembukuan, tetapi dicatat
sebagai extra comptabel dan tetap diusahakan penagihannya.
Penunggakan pembayaran rekening air disetiap kelompok seperti,
kelompok tarif sosial umum, kelompok tarif sosial khusus, kelompok tarif rumah
tangga A, kelompok tarif rumah tangga B, kelompok tarif pemerintah, kelompok
tarif niaga kecil, kelompok tarif niaga besar, industry kecil, dan pelabuhan dapat
dilihat pada daftar penunggakan piutang tabel 1 di bawah ini :

Tabel. 1 Rekapitulasi Piutang Tidak Tertagih periode 2009-2011


Thn Jumlah Jumlah
Rekening Piutang Piutang Tidak Tertagih
2009 31.851 3.130.668.080

2010 35.371 3.577.140.530


2011 40.098 4.451.470.655
Sumber : Lap. Umur Piutang

Dari data ini maka dapat dilihat bahwa jumlah piutang tak tertagih setiap
tahun terus meningkat sehingga bisa mengakibatkan tidak terealisasinya angka
penjualan yang ditargetkan dan dapat menghambat kinerja perusahaan dalam
mencapai tujuan.

Perusahaan membutuhkan aliran kas yang cukup untuk diputar dalam


membiayai kegiatan operasional perusahaan sehari-hari serta untuk memenuhi
kewajiban perusahaan. Namun bertambahnya jumlah konsumen setiap periode
memicu kenaikan volume penjualan air dan piutang sehingga perusahaan harus
meningkatkan pengendalian terhadap piutang, salah satunya dengan
memaksimalkan penagihan kepada pelanggan dengan tujuan untuk dapat
meningkatkan pendapatan dengan kata lain mengurangi banyaknya penunggakan
piutang yang terus meningkat setiap tahun. Dari uraian diatas penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang ANALISIS PENGENDALIAN PIUTANG UNTUK
MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PENAGIHAN PIUTANG.
Dari uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah bagaimana Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Gorontalo
melakukan Pengendalian Piutang untuk Meningkatkan Efektivitas Penagihan
Piutang.
Menurut Robbins dan Coulter (2010: 182), pengendalian adalah proses
mengawasi (monitoring), membandingkan (comparing), dan mengoreksi
(correcting) kinerja. Menurut Budianas (2013), Pengendalian piutang merupakan
suatu perangkat alat yang perlu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, karena
piutang yang tidak dapat ditagih merupakan faktor yang akan merugikan
perusahaan. Dengan kata lain resiko tidak tertagihnya piutang dari para langganan
tetap, adalah tanggung jawab bersama di antara fungsionaris perusahaan.
Tujuan pengendalian piutang menurut mulyadi (2008), adalah:
1. Memberikan informasi untuk penagihan tepat waktu.
2. Meyakinkan bahwa sejumlah piutang memang ada dan bukan fiktif.
3. Menentukan tingkat kecairan, untuk mengelompokkan ke aktiva lancar atau
aktiva lain-lain.
4. Untuk mendapatkan dasar dalam membuat cadangan dan penghapusan
piutang.
5. Untuk mengontrol apakah maksimum kredit masing-masing langganan
sudah terlampaui atau tidak.
6. Sebaga kontrol terhadap saldo buku besar piutang.
Menurut Niswonger dalam Ria Agustina (2009: 19), piutang merujuk pada
claims (tagihan) dalam bentuk uang terhadap entitas lainnya, termasuk individu,
perusahaan, atau organisasi sehingga piutang merupakan bagian yang signifikan
dari aktiva lancar perusahaan. Menurut Hartati (2009: 24), transaksi yang
mempengaruhi piutang usaha merupakan bagian dari siklus pendapatan.
Transaksi-transksi tersebut dicatat ke dalam jurnal sebagai berikut:
a. Transaksi penjualan kredit barang dan jasa kepada pelanggan.
Jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah:
Piutang usaha xxx
Penjualan/Pendapatan Jasa xxx
b. Transaksi penerimaan kas dari debitur
Jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah:
Kas xxx
Piutang usaha xxx
c. Transaksi Penghapusan Piutang
Jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah:
Cadangan kerugian piutang xxx
Piutang usaha xxx
Menurut Kiseo, dkk dalam Sulaeman (2012: 25), penilaian piutang yaitu
Semua piutang dinilai dalam jumlah yang mewakili nilai sekarang dari perkiraan
penerimaan kas dimasa yang akan datang. Piutang merupakan salah satu elemen
modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar. Dimana periode perputaran
piutang dimulai pada saat kas dikeluarkan untuk mendapatkan persediaan,
kemudian persediaan dijual secara kredit sehinga menimbulkan piutang, dan
piutang ini berubah kembali menjadi kas saat diterima pelunasan piutang dari
pelanggan.
Menurut Horngren dan Harrison (2007: 438), sebagian besar perusahaan
memiliki departemen kredit untuk mengevaluasi pelanggan. Kelangsungan kredit
itu akan memerlukan tindakan penyeimbang. Perusahaan tidak ingin kehilangan
penjualan kepada pelanggan setia, tetapi perusahaan juga ingin menghindari
piutang tak tertagih.
Pengertian efektivitas menurut Handoko dalam Agustina (2009: 18),
merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat
atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, menyangkut bagaimana melakukan
pekerjaan yang benar. Efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan
gambaran seberapa jauh tujuan tercapai, baik secara kualitas maupun waktu
orientasinya pada keluaran yang dihasilkan. Efektivitas dapat diartikan sebagai
tingkat atau derajat pencapaian hasil yang diharapkan, semakin besar hasil yang
dicapai maka akan berarti semakin efektif.
Berdasarkan keputusan menteri dalam negeri nomor 47 tahun 1999 tentang
pedoman penilaian kinerja PDAM, indikator penilaian piutang yang diterapkan
adalah sebagai berikut.
Tabel 2. Indikator penilaian Jangka Waktu Penagihan Piutang
Nilai Kinerja
<= 60 Baik Sekali
> 60-90 Baik
> 90-150 Cukup
> 150-180 Kurang
> 180 Tidak Baik
Tabel 3. Indikator Penilaian Efektivitas Penagihan
Nilai Kinerja
>90% Baik Sekali
> 85%-90% Baik
> 80%-85% Cukup
> 75%-80% Kurang
< = 75% Tidak Baik

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah motode kuantitatif


deskriptif. Menurut Hartati (2009), penelitian berbentuk deskriptif adalah
penelitian dengan pendekatan spesifik untuk mengungkapkan fakta dalam
hubungan sebab akibat, bersifat eksploratif untuk mencari keterangan apa sebab
terjadinya masalah, bagaimana memecahkannya. Akan tetapi sifatnya hanya
mendalam pada satu unit peristiwa.

Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung pada PDAM
Kota Gorontalo berupa hasil wawancara yang berkaitan dengan masalah
penelitian, dan sebagai data penunjang diperoleh melalui studi pustaka,
media massa, artikel, internet, dan buku-buku yang berhubungan dengan
penelitian.

2. Data Sekunder. Data sekunder diperoleh dari pengamatan langsung


mengenai sejarah, dan profil perusahaan serta data keuangan yang diperoleh
dari laporan keuangan dan laporan umur piutang per 31 Desember 2009
sampai dengan 2011.
Analisis data yang digunakan mengacu pada Keputusan Menteri Dalam
Negeri no. 47 tahun 1999 tentang pedoman penilaian kinerja perusahaan daerah air
minum.
1. Rasio Jangka Waktu Penagihan Piutang
Jangka waktu penagihan
Piutang Usaha
Penjualan per hari

2. Rasio Efektivitas Penagihan


Efektivitas Penagihan =
Rekening Tertagih x 100%
Penjualan Air

PEMBAHASAN

Analisis Rasio
Rasio Jangka Waktu Penagihan
Tahun 2009
1. Penjualan Per Hari =
Rp 19255467038 = Rp 53.487.408,44
360
2. Jangka waktu penagihan =
Rp 4.533.290.456 = 85
Rp 53.487.408,44

Tahun 2010
1. Penjualan Per Hari =
Rp 20.395.585.192 = Rp 56.654.403,31
360

2. Jangka waktu penagihan =


Rp 4.816.030.571 = 85,00
Rp 56.654.403,31
Tahun 2011
1. Penjualan Per Hari =
Rp 23.317.091.330 = Rp 64.769.698,14
360
2. Jangka waktu penagihan =
Rp 2.968.187.978 = 46
Rp 64.769.698,14

Tabel 4. Rasio Jangka Waktu Penagihan


Rasio Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011
Jangka Waktu Penagihan 85 85 46

Nilai Baik Baik Baik sekali


Hasil Analisis data 2013
100

80

60
jangka waktu
40 penagihan

20

0
2009 2010 2011

Gambar 3. Trend Jangka Waktu Penagihan

Rasio Efektivitas Penagihan

Tahun 2009
1. Efektivitas Penagihan =
Rp 16.744.905.250 X 100 = 92%
Rp 18.288.940.450
Tahun 2010
2. Efektivitas Penagihan =
Rp 18.255.695.100 X 100 = 95%
Rp 19.278.146.900

Tahun 2011
3. Efektivitas Penagihan =
Rp 19.900.902.060 X 100 = 91 %
Rp 21.984.185.630

Tabel 5. Rasio Efektivitas Penagihan


Rasio Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011
Efektivitas Penagihan 92% 95% 91%

Nilai Baik sekali Baik sekali Baik sekali

Hasil Analisis Data 2013

95

94

93

92 Efektivitas
Penagihan
91

90

89
2009 2010 2011

Gambar 4. Trend Efektivitas Penagihan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada PDAM Kota
Gorontalo mengenai analisis pengendalian piutang ditemukan bahwa banyaknya
jumlah piutang tak tertagih yang disebabkan oleh beberapa faktor yang salah
satunya adalah faktor ekonomi karena dalam proses pemasangan rekening air tidak
melakukan penilaian terhadap keadaan ekonomi pelanggan melainkan hanya
melakukan penilaian terhadap lokasi pemasangan sambungan air. Hal ini
berdampak pada banyaknya penunggakan piutang karena faktor ekonomi
pelanggan yang taraf kehidupannya menengah kebawah. Adanya pelanggan yang
sulit untuk ditagih oleh petugas penagihan akan membuat petugas semakin sulit
dalam mendapatkan pembayaran piutang. Hal ini juga diakui oleh perusahaan
sebagai salah satu penyebab banyaknya penunggakan piutang.
Ada 3 aspek yang digunakan dalam menilai kinerja PDAM yaitu aspek keuangan,
aspek operasional, dan aspek administrasi. Ke tiga aspek tersebut memiliki
hubungan erat dengan pengendalian piutang.
Aspek keuangan terhadap piutang sangat berhubungan erat. Jika adanya
penurunan ekuitas atau dalam artian tidak ada penambahan piutang maka modal
yang seharusnya bertambah malah digunakan untuk biaya operasional dan
menambahnya piutang yang tidak tertagih maka laba yang diperoleh semakin kecil,
begitupun sebaliknya. Maka untuk mengatasi hal tersebut, perusahaan harus
melakukan langkah-langkah atau strategi dalam melakukan penagihan terutama
untuk penagihan yang berusia 6 bulan ke atas guna mengurangi tingkat
penunggakan piutang atau dengan kata lain menambah pendapatan perusahaan.
Bertambahnya piutang dapat mengganggu kinerja keuangan, begitupun terhadap
aspek operasional apabila piutang bertambah maka akan mengganggu operasional
perusahaan. Tingkat kebocoran/kehilangan air, sangat berpengaruh terhadap
pendapatan penagihan karena semakin banyak tingkat kebocoran air maka semakin
sedikit piutang yang akan ditagih kepada pelanggan. Banyaknya water meter
pelanggan yang rusak juga dapat mempengaruhi keadaan piutang karena apabila
terlalu banyak water meter pelanggan yang rusak, piutang yang seharusnya
bertambah malah berkurang. Kapasitas produksi air yang tidak maksimal juga
merupakan salah satu penentu banyaknya piutang yang harus ditagih kepada
pelanggan karena apabila produksi air tidak maksimal akan mengakibatkan jumlah
penggunaan air oleh pelanggan semakin kecil, sehingga dapat mempengaruhi
jumlah piutang yang berakibat pada pendapatan perusahaan. Oleh karena itu sangat
diperlukan pelayanan yang maksimal terhadap masyarakat dengan membuat
penambahan penampungan air agar pendistribusian air bisa maksimal sehingga
dapat meningkatkan jumlah penggunaan air oleh pelanggan.
Dalam aspek administrasi, hal-hal yang sangat berkaitan dengan piutang yaitu
pengecekan meter awal kadang salah, artinya jumlah piutang yang sudah diinput
harus berubah lagi karena adanya pengecekan meter awal yang salah sehingga dapat
memperburuk piutang. Pengklasifikasian kelompok pelanggan yang tidak sesuai
dengan standar operasional, misalnya, pelanggan yang seharusnya diklasifikasikan
dalam kelompok pelanggan rumah tangga A hanya dicatat dalam kelompok
pelanggan rumah tangga B. Hal ini dapat mengakibatkan banyaknya air tanpa
rekening, karena kesalahan dalam pengklasifikasian pelanggan sehingga tidak
tercatat dalam piutang
Dari hasil analisis rasio jangka waktu penagihan terlihat bahwa pada tahun
2009 jangka waktu penagihan sebanyak 84,75 tahun 2010 85,01 dan pada tahun
2011 45,83. Hal ini berarti bahwa jangka waktu penagihan pada tahun 2010
mengalami kenaikan sebesar 0,26 dan pada tahun 2011 mengalami penurunan
menjadi 45,83 yang artinya jangka waktu penagihan pada tahun 2011 lebih baik
dari tahun 2010 karena jangka waktu penagihannya lebih berkurang. Hal ini
dikarenakan oleh kesadaran pelanggan yang membayar lebih cepat dari tahun-
tahun sebelumnya. Angka tersebut didapat dengan terlbih dahulu mencari penjualan
per hari yaitu dengan membagi penjualan dibagi 360 hari, hasilnya kemudian
digunakan untuk mencari rata-rata jangka waktu penagihan.
Dengan melihat hasil analisis tersebut, jangka waktu penagihan lebih cepat
atau dengan kata lain semakin baik, Seperti yang dikemukakan oleh Sutrisno dalam
Nurjannah (2012: 29), ACP (average collection periode) mengukur rata-rata waktu
penagihan atas penjualan, semakin pendek ACP maka semakin baik kinerja
perusahaan tersebut. namun jika melihat jumlah piutang yang tak tertagih yang
terus meningkat pula setiap tahun maka harus tetap dilakukan pengendalian-
pengendalian lagi terhadap piutang untuk dapat meminimalisasi tingkat
penunggakan piutang.
Dari hasil analisis rasio efektivitas penagihan terlihat bahwa pada tahun
2009 efektivitas penagihan sebesar 91,56% tahun 2010 94,70% dan tahun 2011
sebesar 90,52%. Hal ini berarti bahwa pada tahun 2010 efektivitas penagihan
mengalami kenaikan sebesar 3,14% dari tahun 2009 yang dikarenakan oleh adanya
upaya-upaya yang dilakukan oleh para petugas penagihan yaitu dengan melakukan
penagihan ke rumah pelanggan yang melakukan penunggakan piutang. namun pada
tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 4,18% yang disebabkan oleh kurangnya
perhatian para petugas penagihan dalam menagih piutang-piutang yang belum
dibayarkan oleh para pelanggan karena upaya dengan melakukan penagihan
langsung kerumah pelanggan yang melakukan penunggakan piutang belum
diterpkan secara maksimal. Angka tersebut diperoleh dari rekening tertagih dikali
100% kemudian dibagi dengan angka penjualan air.
Tingkat efektivitas penagihan berdasarkan hasil analisis semakin meningkat
namun jumlah piutang tak tertagih juga turut meningkat, Hal ini terjadi karena
diakumulasinya jumlah piutang tak tertagih pada tahun sebelumnya dengan piutang
tak tertagih pada tahun berjalan sehingga meskipun tingkat penagihan piutang
meningkat jumlah piutang yang tak tertagih dapat meningkat pula. Dengan melihat
hasil analisis tersebut, skor yang diperoleh sudah merupakan kategori baik sekali,
seperti yang dikemukakan oleh Nurjannah (2012: 30), semakin besar nilai piutang
yang tertagih berarti semakin besar nilai persentase dari rasio penagihan, sebaliknya
semakin kecil nilai piutang yang tertagih berarti semakin kecil pula nilai persentase
dari rasio penagihan tersebut. Akan tetapi dengan melihat adanya penurunan
efektivitas penagihan yang terjadi pada tahun 2011 maka tingkat penagihan harus
lebih memerlukan pengendalian-pengendalian yang akan dapat terus meningkatkan
efektivitas penagihan piutang. Karena apabila hanya berpatokan pada tingginya
persentase rasio penagihan tanpa memperhatikan adanya penurunan yang terjadi
akan mungkin terjadi penurunan persentase yang lebih besar pada tahun-tahun yang
akan datang yang akan.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa :
1. Banyaknya jumlah piutang tak tertagih yang disebabkan oleh beberapa
faktor yang salah satunya adalah faktor ekonomi karena dalam proses
pemasangan rekening air tidak melakukan penilaian terhadap keadaan
ekonomi pelanggan melainkan hanya melakukan penilaian terhadap lokasi
pemasangan sambungan air. Hal ini berdampak pada banyaknya
penunggakan piutang karena faktor ekonomi pelanggan yang taraf
kehidupannya menengah kebawah.

PDAM Kota Gorontalo melakukan upaya-upaya yaitu dengan


menggunakan Billing System sebagai upaya pengendalian untuk lebih
mempercepat dalam perkerjaan dan agar setiap penerimaan yang diterima lebih
akurat dan jauh dari penyelewengan, mengirimkan surat peringatan kepada
pelanggan yang belum melakukan pembayaran sampai pada waktu yang
ditentukan, dan menambah loket-loket pembayaran sebagai upaya dalam
meningkatkan efektivitas penagihan piutang dan meminimalisasi tingkat
penunggakan piutang.

SARAN
1. Dalam pemasangan sambungan baru hendaklah menilai kondisi ekonomi
pelanggan sehinnga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya resiko
penunggakan piutang dan piutang tak tertagih, manajemen piutang juga
harus membuat strategi-strategi dalam menghadapi pelanggan yang sulit
ditagih dalam proses penagihan piutang.
2. Menambah loket-loket pembayaran demi meningkatkan tingkat penagihan
piutang. Dan melakukan penagihan di lapangan bagi pelanggan yang
menunggak.
3. Dalam melakukan penagihan piutang di lapangan hendaknya setiap personil
yang melakukan penagihan mendapatkan asuransi, baik asuransi pencurian
maupun asuransi kecelakaan. Hal ini dapat mengurangi resiko kerugian
perusahaan apabila terjadi pencurian kas dan kecelakaan personil tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. 2008. Auditing, Edisi ke tiga Cetakan ke Empat, Penerbit
:Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta

Agustina, Ria. 2009. Analisis Efektifitas Manajemen Piutang, Fakultas Ekonomi


dan Manajemen Institut Pertanian. Bogor

Aliminsyah, Padji. 2007. Kamus Istilah Akuntansi, Cetakan ke Tiga, Penerbit: CV.
YRAMA WIDYA

Baridwan, Zaki. 2010. Intermediate Accounting, Cetakan Ke Tiga. Penerbit: BPFE,


Yogyakarta

Budianas, Nanang.2013. Pengendalian Piutang dan Metode Pengendalian


Piutang, Makassar

Hartati, Dian. 2009. Analisis Pengendalian Intern Piutang Usaha, Fakultas


Ekonomi, Universitas Sumatra Utara, Medan

Horngren. Harrison. 2007. Akuntansi, Edisi Ke Tujuh, Penerbit: Erlangga, Jakarta

http://library.upnvj.ac.id/pdf/4d3akuntansi/0810102004/BAB%20II diakses pada


20 April 2013

http://nanangbudianas.blogspot.com/2013/02/pengelolaan-piutang-dan-
metode_14.html diakses pada 20 April 2013

Kasmir. 2010. Analisis Laporan Keuangan.Cetakan Ketiga. Penerbit: PT.


RajaGrafindo Persada, Jakarta

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999. Tentang Pedoman


Penilaian Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum

Kieso E. Donald, Jerry J. Weygandt, Terry D. Warfield. 2002. Akuntansi


Intermediate. Terjemahan Herman Wibowo. Jakarta :Erlangga

Lubis, Arfan Ikhsan. 2010. Akuntansi Keperilakuan, Edisi Ke Dua, Penerbit:


Salemba Empat, Jakarta

Mulyadi. 2008. Sistem Akuntansi. Penerbit: Salemba Empat, Jakarta


Nurjannah. 2012. Analisis Tingkat Perputaran Piutang, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis. Universitas Hasanuddin, Makassar

Nurkamila. 2012. Pengaruh Penerapan SPI Terhadap Fungsi Pengelolaan


Piutang,Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Negeri Gorontalo

Robbins, Stephen P dan Coulter Mary. 2010. Manajemen. Edisi Kesepuluh.


Penerbit: Erlangga, Jakarta

Rudianto. 2009. Pengantar Akuntansi. Penerbit: Erlangga, Jakarta

Santoso, Iman. 2007. Akuntansi Keuangan Menengah (Intermediate Accounting),


Cetakan Pertama. Penerbit: PT Refika Aditama, Bandung

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Ke Enam Belas. Penerbit:


Alfabeta, Bandung

Sulaeman. 2012. Analisis Prosedur Pengendalian Intern Piutang Usaha, Fakultas


Ekonomi dan Bisnis. Universitas Hasanuddin

Sutrisno. 2008. Manajemen Keuangan: Teori, Konsep dan Aplikasi, Edisi Pertama.
Penerbit: Ekonisia, Yogyakarta

Syamsuddin, Lukman. 2007. Manajemen Keuangan Perusahaan. Penerbit:


Grafindo Persada, Jakarta

Sumarsan, Thomas. 2011. Sistem Pengendalian Manajemen, Cetakan Ke Dua.


Penerbit: PT Indeks, Jakarta Barat

Universitas Negeri Gorontalo. 2009. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Gorontalo

Anda mungkin juga menyukai