PENDAHULUAN
1
Fenol pertama kali dikenal pada tahun 1834 melalui eksperimen
pembuatan fenol yang dilakukan oleh F. Ronge, yang diperoleh dari tar
batubara. Tar batubara merupakan satu-satunya bahan baku pembuatan
fenol sampai pada Perang Dunia I. Penggunaan awal dari fenol dibatasi
pada penggunaannya sebagai bahan pengawet kayu, dan sebagai fumigator
atau desinfektan (pembunuh kuman). Fenol sintetik pertama kali
diproduksi dengan cara sulfonasi benzen dan hidrolisa sulfonat. Setelah
itu, metode lain telah dikembangkan untuk sintesa fenol, antara lain
klorinasi benzen pada fase liquid diikuti hidrolisa fase uap pada temperatur
tinggi. Namun, tak satupun yang sangat menarik karena semuanya
melibatkan bahan baku kimia yang mahal, resiko korosi, dan secara umum
tidak ekonomis dalam skala besar(Kirk dan Othmer, 1996).
Fenol disebut juga hidroksibenzenamerupakan salah satu bahan
intermediate (bahan setengah jadi) yang sangat dibutuhkan untuk industri
hilir maupun industri intermediate lanjut. Fenol banyak terdapat di alam
biasanya berasal dari bahan bahan organik yang telah membusuk atau
bahan bahan yang terdapat di alam. Misalnya saja bahan bahan yang
mengandung lignin karena di dalam ligninlah terdapat gugus fenol yang
nantinya bisa diuraikan melalui beberapa proses misalnya dengan
hidrolisis, pirolisis, ekstraksi dan lain- lain. Fenol merupakan turunan dari
benzen (C6H6) yang salah satu gugus atomnya kehilangan atom H yang
disebut fenil, dengan rumus C5H5. Fenol merupakan bahan kimia yang
digunakan sebagai desinfektan dan ditemukan disejumlah produk
konsumen. Walaupun fenol sebagai antiseptik yang baik tetapi fenol juga
beracun. Fenol dapat dibuat melalui beberapa proses sintesis, misalnya
saja sulfonasi benzen dan produksi fenol melalui pemanasan benzen
sulfonat, klorinasi benzen dan hidrolisa alkilbenzen dari klorobenzen atau
alkilasi benzen dengan kumena (Ullmanns, 2003).
Dengan pendirian pabrik tersebut dapat membantu menyediakan bahan
baku serta diharapkan juga dapat menjadi komoditi ekspor. Pendirian
pabrik fenol diharapkan mendapat dukungan dari pemeritah dalam era
industri di Indonesia, serta dapat menyerap tenaga kerja sehingga dapat
2
mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia. Keuntungan pendirian
pabrik fenol antara lain :
1. Ketergantungan industri Indonesia terhadap bangsa lain dapat
terkurangi.
2. Memacu tumbuhnya industri baru terutama dalam industri fenol.
3. Pemasok bahan baku terhadap industri-industri yang membutuhkan
fenol.
4. Meningkatkan jumlah ekspor sehingga dapat menambah pendapatan
Negara.
5. Membuka lapangan kerja sehingga dapat mengurangi pengangguran.
6. Meningkatkan kesejahteraan penduduk sekitar pabrik.
Untuk memproduksi fenol ini digunakan bahan bakukumena dan udara
yang terdapat di sekitar lokasi pabrik. Dengan memperhatikan kebutuhan
dalam negeri dan kegunaannya yang banyak menguntungkan maka pabrik
pembuatan fenol ini sangat potensial untuk didirikan di Indonesia.
3
Gambar I.1 Lokasi Pabrik di Kawasan Merak
4
merupakan tempat yang tepat karena letaknya di pesisir pantaiutara
pulau Jawa sebelah barat. Daerah Merak, Banten merupakan
kawasan industri yang pelabuhan lautnya memadai untuk pemasaran
ke pulau lain maupun diekspor.
I.2.4 Tenaga Kerja
Ketersediaan tenaga kerja, baik skilled maupun unskilled ikut
menjadi pertimbangan pendirian sebuah pabrik.Pendirian pabrik
yang berada di Jawa yang mana banyak perguruan-perguruan tinggi
yang telah berdiri diseluruh pulau Jawa.Sehingga untuk kebutuhan
tenaga kerja hampir selalu tersedia setiap tahunnya.
Tabel I.1 Tingkat Pengangguran Terbuka
2011 2012 2013 2014
Provinsi
Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust
Kep.Riau 7,04 7,80 5,87 5,08 6,05 5,63 5,26 6,69
DKI Jakarta 10,83 10,80 10,72 9,67 9,64 8,63 9,84 8,47
Jawa Barat 9,84 9,83 9,78 9,08 8,88 9,16 8,66 8,45
Jawa Tengah 6,07 5,93 5,88 5,61 5,53 6,01 5,45 5,68
DIY 5,47 3,97 4,09 3,09 3,75 3,24 2,16 3,33
Jawa Timur 4,18 4,16 4,13 4,11 3,97 4,30 4,02 4,19
(Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016)
5
kegiatan pabrik.Utilitas dapat diperoleh dengan mudah, karena lokasi
pabrik berada di kawasan industri. Sarana utilitas utama yang
diperlukan bagi kelancaran produksi adalah air dan energi listrik.
Untuk kebutuhan air, diperoleh dariair laut. Air laut yang akan
digunakan sebelumnya ditampung dan diproses pada instalasi
Pengolahan Air Laut. Pengolahan Air Laut yang digunakan yaitu
menerapkan sistem Evaporasi (Penguapan), yaitu air laut dipanaskan
untuk menguapkan air laut dan kemudian uap air yang dihasilkan
dikondensasi untuk memperoleh air tawar. Sistem pengolahan
berikut bertujuan untuk menghindari rusaknya peralatan dan
perpipaan pabrik yang disebabkan oleh korosi (karat). Sedangkan
untuk kebutuhan listrik diperoleh dengan adanya jaringandari PLN
danGeneratorset sebagai cadangan apabila PLN mengalami
gangguan.
6
Kawasan Industri Merak, Banten dipilih karena daerahtersebut
bukan lahan produktif untuk pertanian dan kondisi tanahnya stabil.
Selain itu, faktor lain yang harus diperhatikan adalah kondisi daerah,
apakah termasuk lokasi banjir atau tidak. Tetapi kawasan Industri
Merak merupakan daerah yang bebas banjir.
7
Dari data di atas, kemudian dilakukan regresi linier dan
ditunjukkan pada Gambar I.2.Untuk memudahkan analisis, maka
dibuat grafik yang menghubungkan antara tahun dengan kebutuhan
fenol setiap tahunnya.
25000
20000
f(x) = 1187.99x - 2371558.58
15000
10000
5000
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
8
3 PT. Batu Penggal Samarinda, 40.000
Chemicsl Industri Kalimantan Timur
4 PT. Bumi Banjar Barito kuala, 5.250
Utama Sakti Kalimantan
Selatan
(Sumber :Wijati, 2012)
Sedangkan industri fenol di luar negeri ditunjukkan pada Tabel
I.4 seperti berikut :
Tabel I.4 Data Pabrik Fenol di Dunia
No Pabrik Lokasi Kapasitas (ton/tahun)
1 Shell Deer Park, Texas 590.000
2 Dow Chemical Freeport, Texas 295.000
3 Jilin Chemical China 50.000
Industrial Coyo
4 Blue Island Fenol Blue Island 45.000
Illionis
5 Emerald Kalama Kalama, 35.000
Washington Washington
6 Dakota Beulah, North 16.000
Gasification Dakota
(Sumber :Syahab, 2015)
Berdasarkan Tabel I.4 dapat dilihat bahwa pabrik fenol yang
sudah berdiri di luar negeri mempunyai kapasitas 16.000 590.000
ton/tahun serta berdasarkan kebutuhan Indonesia dilihat pada
Gambar I.2 mengenai perkiraan peluang kapasitas fenol pada tahun
2021 sebesar29.369,2ton, maka pabrik fenol hanya dirancang 50%
dari total peluang kapasitas fenol. Jadi peluang kapasitas untuk
pendirian pabrik fenol ini yaitu 14.000 ton/tahun.
9
bahan baku untuk pendirian pabrik fenol di ambil dari luar negeri.
Data untuk produsen kumena di Dunia seperti tabel I.5 sebagai
berikut :
Tabel I.5 Data Produsen Kumena di Dunia
No Negara Kapasitas (ton/tahun)
.
1 China 543.030
2 Germany 36.608
3 India 150.000
4 Italy 31.792
5 USA 27.151
(Sumber :United Nations Statistics Divisions, 2016)
Pada Tabel I.5 sudah dijelaskan bahwa dari 5 Negara tersebut,
untuk pemilihan bahan baku kumena akan di impor dari China
dengan kapasitas 543.030 ton/tahun. Dengan perbandingan kumena
sebagai bahan baku dengan fenol sebagai produk adalah
1,34(Widhiarto. dkk, 2000) maka dengan kapasitas produksi sebesar
14.000 ton/tahun membutuhkan kumena sebesar 18.760
ton/tahun.Bahan pembantu seperti katalis (H2SO4) diperoleh dari PT.
Petrokimia Gresik (Wijayanti. dkk, 2010).
10
I.4 Tinjauan Pustaka
Fenol, juga dikenal dengan nama lamanya asam karboksilat,
merupakan padatan kristal bening yang beracun dengan bau yang khas.
Rumus kimianya adalah C6H5OH dan memiliki struktur grup hidroksil (-
OH) yang terikat dengan sebuah cincin phenyl; yang juga merupakan
senyawa aromatis.
Fenol dapat dibuat dari oksidasi parsial benzene atau asam benzoat,
dengan proses kumena atau dengan proses Raschig. Dapat juga ditemukan
sebagai produk dari oksidasi batu.
Fenol memiliki sifat antiseptik, dan digunakan oleh Sir Joseph Lister
(1827-1912) pada teknik pembedahan antiseptiknya.Fenol juga merupakan
bahan aktif anastesi oral seperti Chloraseptic spray.Fenol juga merupakan
bahan utama dari Carbolic Smoke Ball, sebuah alat yang dipasarkan di
London pada abad ke-19 sebagai pengamanan pengguna terhadap
influenza dan penyakit lainnya (Ferdinand, 2009).
Adapun struktur fenol dapat dilihat pada gambar I.3 di bawah ini:
OH
Gambar I.3Struktur Fenol
(Ferdinand, 2009)
Fenol pertama kali diproduksi secara komersial oleh Bayer dan
Monsato pada tahun 1900 dengan mereaksikan benzenesulfonat dengan
NaOH. Namun proses tersebut sudah lama ditinggalkan karena mahalnya
bahan baku dan kecilnya produk fenol yang dihasilkan. Kini produksi
fenol secara komersial didominasi dengan proses oksidasi kumena dengan
oksigen.
Fenol juga dapat digunakan dalam proses produksi obat-obatan
(merupakan bahan awal pada produksi aspirin), herbisida, resin sintetis
(Bakalite) salah satu resin sintetis awal yang diproduksi, merupakan
sebuah polimer dari fenol dengan formaldehid (Ferdinand, 2009).
I.4.1 Macam-macam Proses
Proses pembuatan fenol dapat dilakukan dengan berbagai cara,
antara lain :
1. Proses Sulfonasi Benzene
11
Pada proses ini terdapat empat tahapan proses, yaitu sulfonasi
benzene dengan asam sulfat, netralisasi asam benzene sulfonat,
reaksi garam Na dalam cairan NaOH dan proses pembentukan
fenol. Langkah pertama benzene direaksikan dengan asam sulfat
menjadi asam benzene sulfonat pada suhu 150 oC.Asam benzene
sulfonat kemudian dinetralisis dengan sodium sulfat sehingga
menjadi sodium benzene sulfonat. Setelah itu sodium benzene
sulfonat direaksikan dengan kaustik soda untuk menghasilkan
natrium fenat yang selanjutnya dilakukan pengasaman untuk
menghasilkan fenol dengan yield sebesar 88% terhadap benzene
(Kirk dan Ohtmer, 1996 dan Mc Ketta dan Cunningham, 1987).
Reaksi secara keseluruhan yang terjadi adalah sebagai berikut:
C6H6 + H2SO4 C6H5SO3H + H2O
2C6H5SO3H + Na2SO3 2C6H5SO3Na + SO2 + H2O
C6H5SO3Na + 2NaOH C6H5ONa + Na2SO3 + H2O
2 C6H5ONa + SO2 + H2O 2C6H5OH + Na2SO3
Proses pembuatan fenol menggunakan proses ini
menguntungkan untuk kapasitas produksi yang rendah. Namun,
proses ini sudah tidak banyak digunakan dalam industri karena
kurang menguntungkan bila digunakan dalam skala besar.
2. Proses Kaustik Khlorobenzene
Pada proses ini menggunakan klorobenzena yang direaksikan
dengan kaustik soda, kemudian dinetralkan dengan asam khlorida
sehingga terbentuk fenol dan garam.
Reaksinya adalah sebagai berikut :
C6H5Cl + 2NaOH C6H5ONa + NaCl + H2O
C6H5ONa + HCl C6H5OH + NaCl
Reaksi samping :
C6H5ONa + C6H5Cl C6H5OC6H5 + NaCl
Pada tekanan 4000-5000 psi dan suhu 700 oF, menghasilkan
yield 90%. Disamping fenol proses ini menghasilkan difenil ether
sebagai produk samping.
Kelebihan dari proses ini adalah tidak diperlukan katalis
sehingga lebih hemat, metode ini sangat cocok untuk sintesis fenol.
12
Kerugian dari proses ini adalah hasil fenol yang dihasilkan
kurang banyak. Selain itu, karena menggunakan suhu tinggi dan
tekanan tinggi proses ini kurang aman digunakan.
3. Proses Regeneratif (Raschig)
Proses ini dikenal juga sebagai oxychlorination process,
dengan tahap reaksi sebagai berikut :
1) Chlorinasi benzene menggunakan campuran udara dan HCl.
C6H6 + HCl + O2 C6H5Cl + H2O
2) Hidrolisa Chlor benzene
C6H5Cl + H2O C6H5OH + HCl
Reaksi lain :
C6H6 + O2 C6H5OH
Reaksi khlorinasi benzene oleh HCl dengan katalis Cu dan Fe,
berlangsung pada fase uap pada suhu 200-230 oC, dilanjutkan
dengan hidrolisa khlorobenzene pada furnace bersuhu 500 oC, yield
yang diperoleh berkisar 70%-85%.
4. Proses Oksidasi Toluena (Proses Dow Chemical Co)
Oksidai Toluene menjadi fenol telah digunakan oleh Dow
Chemical Coorporation, di kalama, Washington, Dow Canada Ltd di
hadner, British Columbia British Columbia dan di Rosenberg,
Netherland ( Dutch State Mines ). Proses ini terdiri atas dua tahap.
Pertama, oksidasi toluene dengan udara dan digunakan katalisator
cobalt benzoat yang akan menghaslikan asam benzoat. Pada tahap
ini terjadi pada suhu 130-140C. Selain menghasilkan asam benzoat
pada tahapan ini juga terdapat produk samping lainnya diantaranya
adalah benzylalkohol, benzaldehid, benzylbenzoat, biphenyl dan
tolil alcohol (orto, meta dan para) . Sedangkan proses kedua adalah
oksidasi asam benzoatmenggunakan oksigen yang terdapat didalam
udara dengan menggunakan katalisator copper benzoate dan dengan
adanya steam mennghasilkan fenol. Pada reaksi tahap kedua reaksi
terjadi pada suhu 230-240C. Persamaan reaksi oksidasi toluene
menjadi fenol adalah sebagai berikut:
C6H5CH3 + 3/2 O2 C6H5COOH + H2O
C6H5COOH + O2 C6H5OH + CO2
13
Proses ini memerlukan alat kontrol yang canggih. Proses ini
mampu menghasilkan yield 80-90%.
5. Pembentukan fenol dari bahan baku Kumena (Proses Cumena)
Saat ini proses produksi Fenol menggunakan bahan
bakuKumena adalah proses pembuatan fenol yang paling banyak
digunakan. Menurut data yang diperoleh pada tahun 2008 lebih dari
97 % produksi fenol di luar negeri diproduksi dengan proses ini.
Pada proses ini kumena di oksidasi menggunakan oksigen yang
berasal dari udara menjadi kumena hidroperoksida. Kumena
hidroperoksida yang terbentuk dengan cepat terdekomposisi
menjadi fenol dan aseton, dengan menggunakan katalis asam kuat.
14
Reaksi dari pembentukan Fenol dari Kumena adalah sebagai
berikut:
15
pemisahan yang tinggi, perlunya unit pengolahan tambahan untuk
mengolah air bekas pencucian.
Dari 5 proses yang telah dijabarkan di atas dapat disimpulkan
kembali pada Tabel I.6 sebagai berikut :
Tabel I.6Perbandingan Beberapa Proses Produksi Fenol
Kaustik Bahan
Sulfonasi Regeneratif Oksidasi
Pertimbangan Khloroben Baku
Benzene (Raschig) Toluena
-zene Kumena
Bahan Baku Benzene Khloroben- Chlorinasi Oksidasi Kumena
zene Benzene Toluene
Konversi 88% 90% 70%-85%. 80-90% 97%
T Operasi 150 oC 700 oF 500 oC 230-240C 70-80C
P Operasi - 4000 - - - 1-2 atm
5000psi
Fase cair-cair cair-cair uap cair-gas cair-gas
16
4. Sebagai lem kayu, fenol mempunyai daya rekat yang kuat jika
fenol telah direduksi menjadi resin.
= C6H5OH + CH3COCH3
C6H5(CH3)2OOH Phenol Acetone
Cumena Hidroperoxide (CHP)
Dalam sistem ini memerlukan 2 reaktor dan reaksinya menggunakan
asam sulfat sebagai bahan pembantu untuk mengkatalisis reaksi.
Pada reaktor 1 berlangsung reaksi sebagai berikut :
+ = + H2O
(CH3)2C(OH)C6H5 C6H5C(CH3)2OOH [C6H5C(CH3)2O]2 Water
Di Methyl Benzyl Alcohol (DMBA)
Cumena Di(CHP)
Hidroperoxide Cumyl Peroxide (DCP)
18
- Keasamaan rendah karena penambahan Co-katalis (larutan
Ammonia) yang mana bereaksi dengan asam sulfat untuk
membentuk konsentrasi hingga 70-80% dari Ammonia bisulfat
I.5.3 Unit Distilasi aseton
Bagian Distilasiuntuk memurnikan Fenol dan Aseton di awal
terpisah dimulai dengan satu kolom dari aliran yang dikirim ke
masing-masing.
1. Di kolom mentah aseton, produk dari Cleavageadalah pra panas
dan kemudian diumpankan sebagai campuran cair dan uap.
Kualitas produk tergantung pada operasi yang benar dari kolom
ini. Aseton atas diperoleh dan bagian dari aliran ini dikirim
kembali sebagai refluks.
2. Titik didih yang rendah akan diambil di bagian atas dan
dinetralkan pada kolom Crude Aseton. Aseton di bawah kolom
diumpankan ke kolom Aseton Stripping.
3. Aliran bawah dari kolom yang diterima di Stripping Column
Aseton dihapus dari aliran masuk yang terdiri dari Aseton,
Kumena, AMS, dan komponen berat lainnya dari Aseton. Produk
di bawah dikirim ke decanter dimana fase organik meluap ke
tangki masukan dari AMS distilasi / bagian pemulihan kumena
dan fasa air yang tersisa dikirim ke sistem Cleavage.
4. Kolom murni aseton, beroperasi sebagai Rectifier Tower,
memproses produk destilasi yang keluar dari puncak Stripping
Column. Kemurnian aseton diperoleh 99,65% pada bagian atas,
bagian dari aseton ini didaur ulang sebagai refluks ke kolom
untuk pembetulan dan keseimbangan, kemudian dikirim ke Pure
Aseton Storage Tank.
I.5.4 Unit Distilasi Fenol
Bagian ini mengandalkan 4 kolom, yaitu :
1. Kolom Aseton yang berisi fenol dan kotoran berat. Produk ini
dikirim ke bagian pemulihan fenol (Phenol Recovery Section).
Produk di atas yang melewati penukar panas akan diringkas dan
19
aliran dipanaskan keluar dari bawah Kolom Hidro Ekstraktif /
dehidrator.
2. Dalam produk kolom Hidro Ekstraktif / dehidrator lebih ringan
dari fenol seperti Kumena, Toluene dan air akan dieliminasi. Di
bagian hydro ekstraktif (atas kolom) hidrokarbon ringan dan air
disuntikkan sebagai refluks dan dipisahkan sementara di bagian
dehidrator (bawah kolom). Pemanasan bagian ini dibuat dengan
tekanan tinggi uap dari steam generator yang terletak di Utilities
Plant.
3. Fenol dari bawah bagian dehidrator diumpankan ke Kolom fenol
murni yang sebelumnya melewati palung Pemurnian Resin
Kolom dimana konten dari kotoran seperti Keton, Mesitile
Oksida dan hydroxiacetone dikurangi untuk memenuhi
spesifikasi penjualan.
4. Dalam Fenol Murni, terjadi pemisahan pada bagian bawah dan
terbuang pada bagian atas. Kemurnian fenol yang diperoleh
99,97%. Bagian dari produk ini dikirim kembali ke kolom yang
sama sebagai refluks, sebagian lainnya dikirim ke kolom distilasi
pertama. Fenol murni dikirim ke tangki penyimpanan produk dan
ditambahkan dengan asam sitrat untuk mencegah perubahan
warna produk.
I.5.5 Pemurnian AMS
Bagian ini terbuat dari 3 kolom yang beroperasi di bawah kondisi
vakum untuk memurnikan AMS :
1. AMS dipisahkan dari cahaya campuran hidrokarbon yang berasal
dari tangki penyimpanan. Aliran ini dipanaskan dalam penukar
panas dengan tekanan uap menengah. Di atas kolom diperoleh
komponen titik didih rendah dan kental untuk disimpan dalam
Reflux Tank. Bagian dari bahan yang disimpan dikirim kembali
ke kolom dan dibersihkan dalam batch. Bagian dengan titik didih
lebih tinggi terdiri dari Kumena/AMS diambil dari bawah kolom
20
dan kemudian disimpan dalam tangki dari yang diumpankan ke
kolom Kumena.
2. Kolom dari Kumena memisahkan aliran ARMS Kumena/kotoran
pada bagian atas. Produk ini kental dan disimpan dalam tangki
untuk sebagian didaur ulang ke kolom dan dikirim ke tahap
pencucian kumena sebagai produk pulih untuk teroksidasi.
3. Kolom untuk Pemurnian fungsi AMS sebagai Rectifier Tower. Di
atas AMS diperoleh untuk disimpan. Bagian yang disimpan
dikirim kembali ke kolom untuk pembetulan dan dikirim ke
tangki penyimpanan dengan kemurnian 99,51%. Untuk
menghindari polimerisasi sebuah stabilizer ditambahkan.Dari
bawah kolom aliran, kotoran berat dicampur dengankuantitas
kecil AMS yang diekstrak dan didinginkan untuk ditempatkan
bersama-sama dengan produk yang kemudian dikirim untuk
pembersihan ke bagian pemulihan fenol.
21
tahap pertama, dimana konten fenol dalam fase air diekstrak
menggunakan Kumena daur ulang dari Decanter sekunder dengan
mencampur kedua aliran.Turbulensi yang dihasilkan membuat fenol
lolos ke kumena.Campuran tertuang dan dipisahkan dari fasa air
dengan dikirim ke sistem tanaman air limbah.Kumena dengan fenol
meluap ke mixer, dalam peralatan ini dipasang diffuser internal untuk
meningkatkan efisiensi dalam ekstraksi fenol. Sebelum memasuki ke
mixer soda kaustik segar dan natrium fenat, soda kaustik yang
dicampurkan lebih banyak. Hal ini dalam tahap ini ketika
defenolation terjadi pada decanter sekunder.Pada tahap ini, kumena
gratis tertuang dan kemudian meluap ke tangki untuk pemurnian
AMS.Bagian dari fase air didaur ulang ke Decanter primer dan
keseimbangan dikirim ke bagian pencucian natrium fenat.
Proses Pembuatan Fenol dari bahan baku kumena dapat dilihat
pada Gambar I.4 sebagai berikut :
22
I.6 Spesifikasi Bahan
I.6.1 Spesifikasi Bahan Baku
1. Kumena
Sifat Fisika
- Wujud : cair
- Penampakan : tak berwarna (colorless)
- BM (gr/mol) : 120,19
- Spesific grafity (gr/cc) : 0,862
- Titik lebur (oC) : -96,9
- Titik didih (oC) : 152,5
- Kemurnian : 97,5 %
- Kelarutan dalam : 100 bagian air : 0,005
(Perry,2008)
Sifat Kimia
- Rumus Molekul : C6H5 CH(CH3)2
- Didapatkan dari reaksi
CH(CH3)2
CH2=CH3 CH3 +
Fase gas dengan H = -23,8 kcal/mol pada 25 oC, katalis AlCl3, H2SO4,
H3PO4.
- Dapat dioksidasi membentuk CHP pada 25 oC, H = -27,7 kcal/mol
(Widhiarto dkk, 2000)
2. Udara
Sifat-sifat :
- BM : 28,8
- Wujud : gas
- Penampakan : tak berwarna
- Titik lebur (oC) : 219
o
- Titik didih ( C) : 183
- Suhu kritis (oC) : 118
3
- Density (gr/cm ) : 1,1
- BM (gr/mol) : 32
- Specific gravity : 12,5
- Kelarutan dalam 100 bagian air (0 oC) : 2,35
- Tekanan kritis (atm) : 33,9
3
- Volume kritis (m /mol) : 0,089
(Widhiarto dkk, 2000)
I.6.2 Spesifikasi Bahan Pembantu
1. Asam Sulfat
Sifat Fisika
- Kenampakan : jernih, kekuningan
- BM (g/mol) : 98,08
- Titik Lebur (oC) : 10,49
- Spesifik gravity : 1,834
- Kemurnian : 98%
(Perry, 1997)
I.6.3 Spesifikasi Produk
23
1. Fenol
Sifat Fisika
- Titik lebur (oC) : 40,5
- Titik didih (oC) : 181,7
o
- Flash Point ( C) : 79
- Density (gr/cm3) : 1,07
- BM (g/mol) : 94,11
- Tekanan kritis (atm) : 60,5
- Suhu kritis (oC) : 421,1
- Kemurnian : 99,97%
- Volume kritis (cm3/mol) : 229,3
Sifat Kimia
- Rumus Kimia : C6H5OH
- Didapatkan dari reaksi dekomposisi kumenahidroperoksida (CHP),
dengan katalis H2SO4
H2SO4 OH
C6H5C(CH3)2OOH + CH3C CH3
O
Fenol Aseton
- Dalam asam lemah dapat bereaksi dengan NaOH membentuk Natrium
fenalat dan air.
- Dapat bereaksi dengan chlor/brom pada suhu rendah membentuk o-
kloro fenol dan p-kloro fenol.
OH OH OH
2 + 2 Cl2 + + HCl
Cl Cl
(Widhiarto dkk, 2000)
2. Aseton
Sifat Fisika
- Titik lebur (oC) : -95,35
o
- Titik didih ( C) : 56,24
- BM : 58,08
- Specific gravity : 0,791 (20 oC)
o
- Suhu kritis ( K) : 236,5
- Tekanan kritis (atm) : 47,2
- Volume kritis (m3/mol) : 216,5
- Larut dalam air, alcohol dan ether.
Sifat Kimia O
24
- Dapat dibuat cloroform
Aseton + Cl2 + NaOH CH3C-OONa +CHCl3 +NaCl +H2O
25