alternatif
Oleh
Dibiayai Oleh
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah
1
2008
RINGKASAN
2
pemakaian bahan bakar fosil sangat tepat jika bahan bakar dari biomassa sebagai
penggantinya, dalam hal ini adalah tongkol jagung yang dijadikan arang briket.
3
untuk digunakan. Arang briket tongkol jagung yang dihasilkan mempunyai nilai
kalor setara dengan briket dari bahan baker fosil (briket batubara). Diharapkan
arang briket tongkol jagung dapat menggatikan penggunaan briket dari bahan
bakar fosil.
4
PENGESAHAN LAPORAN
PROGRAM PENELITIAN INOVATIF MAHASISWA
1. Judul Penelitian : Arang Briket Tongkol Jagung Sebagai
Energi Alternatif
2. Bidang Kajian : Material dan energi
3. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : Teguh Ibnu Husada
b. NIM : 5201404004
c. Jurusan/Fakultas : Teknik Mesin / Teknik
d. Universitas : Universitas Negeri Semarang
e. Alamat Rumah/Telepon : Rembang / 085226140325
f. e-mail : ty.junior@yahoo.com
4. Anggota Peneliti : Satu orang
5. Dosen Pembimbing
a. Nama Lengkap dan Gelar : Danang Dwi Saputro, S.T. M.T.
b. NIP : 132307549
6. Biaya Total Kegiatan : Rp 2.000.000,-
7. Jangka Waktu Pelaksanaan: Bulan Agustus s/d Oktober tahun 2008
__________________________________________________________________
Menyetujui:
Ketua Jurusan/ Dosen Pembimbing, Ketua Peneliti,
Mengetahui:
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan
Drs. Masrukhi, M.Pd
NIP 131764049
PRAKATA
5
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan laporan penelitian inovatif mahasiswa yang berjudul Arang Briket
Tongkol Jagung Sebagai Energi Alternatif.
Karya Tulis ini berisi tentang sebuah gagasan baru tentang enrgi alternatif baru
yang bersumber dari biomasssa. Dalam penulisan ini tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan maupun saran dari pihak lain, oleh sebab itu dengan penuh ketulusan
hati penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si. Selaku Rektor Universitas
Negeri Semarang
2. Drs. Abdurrahman, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Negeri Semarang.
3. Drs. Wirawan Sembodo, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin
Universitas Negeri Semarang.
4. Danang Dwi S, S.T., M.T. Selaku Dosen pembimbing dalam penulisan
Karya Tulis Mahasiswa ini
Penulis
DAFTAR ISI
6
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
RINGKASAN ............................................................................................... ii
ABSTRAK................................................................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... v
PRAKATA..................................................................................................... vi
DARTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... viii
DAFTAR TABEL.......................................................................................... ix
DAFTR LAMPIRAN..................................................................................... x
I. PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 2
C. Tujuan penelitian....................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian..................................................................... 3
II. METODE PENELITIAN................................................................ 3
A. Rancangan Penelitian................................................................. 3
B. Data dan Sumber Data Penelitian.............................................. 9
C. Pengumpulan Data..................................................................... 18
D. Analisis Data.............................................................................. 19
III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN............................... 20
A. Pengujian Nilai kalor................................................................. 20
B. Pengujian Densitas..................................................................... 21
C. Pengujian Fix carbon................................................................. 23
D. Pengujian Kadar Abu................................................................. 24
IV. KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 26
A. Kesimpulan................................................................................ 26
B. Saran.......................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 27
DAFTAR GAMBAR
7
Gambar 8. Grafik hasil pengujian kadar abu................................................. 25
\
DAFTAR TABEL
8
DAFTAR LAMPIRAN
9
I. PENDAHULUAN
10
dengan 12.013.707 ton pipilan kering (BPS, 2005). Limbah pertanian yang
merupakan biomass tersebut merupakan sumber energi alternatif yang
melimpah, dengan kandungan energi yang relatif besar. Limbah pertanian
tersebut apabila diolah dengan pelakuan khusus akan menjadi suatu bahan
bakar padat buatan yang lebih luas penggunaannya sebagai bahan bakar
alternatif yang di sebut biobriket. Briqueting merupakan metode yang efektif
untuk mengkonversi bahan baku padat menjadi suatu bentuk hasil kompaksi
yang lebih mudah untuk digunakan.
Di samping itu sumber energi biomassa mempunyai keuntungan
pemanfaatan (Syafii, 2003) antara lain :
a. Sumber energi ini dapat dimanfaatkan secara lestari karena sifatnya
yang renewable resources.
b. Sumber energi ini relatif tidak mengandung unsur sulfur sehingga
tidak menyebabkan polusi udara sebagaimana yang terjadi pada bahan
bakar fosil.
c. Pemanfaatan energi biomassa juga meningkatkan efisiensi
pemanfaatan limbah pertanian.
Dalam hal ini akan dilakukan pembahasan mengenai pengkorversian
tongkol jagung menjadi arang briket, selain dapat meminimalkan pencemaran
emisi sulfur juga dapat memberikan nilai tambah dalam bidang energi, yaitu :
bahan baku dari limbah, nilai kalor tinggi, efesiensi pembakaran tinggi dan
harga jual tinggi. Kemudian pembuatan briket ini dapat memberikan beberapa
keuntungan, antara lain : tidak mengambil tempat, bersih, mudah diangkat,
praktis dan memiliki harga yang lebih ekonomis dibandingkan dengan bahan
bakar fosil serta berfungsi sebagai bahan bakar rumah tangga dan industri.
B. Rumusan Masalah
Jagung merupakan salah satu macam dari tanaman palawija yang juga
dimanfaatkan untuk makanan pokok dan dapat dibuat makanan lain dengan
memproses lebih lanjut sehingga memiliki nilai tambah.
Proses produksi dari tanaman jagung menghasilkan limbah tongkol
jagung yang sangat melimpah. Agar limbah tersebut tidak terbuang sia-sia
maka dapat kita manfaatkan sebagai sumber energi alternatif yang bermanfaat
bagi manusia dan lingkungan seperti halnya dibuat arang briket.
11
Pembuatan arang briket mempunyai nilai kalor yang lebih tinggi
dibandingkan briket biasa. Berdasarkan penelitian terdahulu pengkonversian
tongkol jagung menjadi briket biasa nilai kalornya belum mencukupi untuk
keperluan industri. Karena permasalahan tersebut, diharapkan arang briket
dengan nilai kalor tinggi mampu memenuhi kebutuhan industri dan mampu
menggantikan bahan bakar padat fosil.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelinitian ini adalah sebagai berikut:
12
keseluruhan campuran 6 gram, kompaksi yang dilakukan dalam pembriketan
sebesar 1426,75 Kg/cm, 1630,57 Kg/cm, 1834,39 Kg/cm
Tahap pembuatan briket dan pengujianya disajikan dalam bagan berikut:
TONGKOL JAGUNG
KARBONISASI
PENGGILINGAN
DISARING DENGAN
PEREKAT
0,6 MESH
DITIMBANG DITIMBANG
Kanji 6%
KOMPAKSI
1426,75 Kg/cm,
1630,57 Kg/cm,
1834,39 Kg/cm
ARANG BRIKET
PENGUJIAN SIFAT
BRIKET
Nilai kalor
Densitas
Fixed Carbon
Kadar Abu
ANALISIS
PENELITIAN
KESIMPULAN
13
1. Alat dan Bahan
a. Alat-alat yang digunakan
Keterangan:
14
3)Arang tongkol jagung dipotong-potong menjadi bagian kecil-kecil.
4)Ditumbuk agar menjadi serbuk yang halus.
5)Saring serbuk tongkol jagung dengan ayakan dengan 0,6 mesh.
6)Serbuk arang tongkol jagung siap dicampur dengan perekat.
b. Proses pencampuran serbuk arang tongkol jagung dengan
perekat
1) Hitung dengan prosentase berat antara serbuk arang tongkol jagung
dengan perekat dengan prosentase 6%
2) Membuat jeli dari tepung kanji, dengan cara mencampur kanji
dengan air panas
3) Timbang serbuk arang tongkol jagung dan perekat.
4) Berat keseluruhan campuran adalah 6 gram
5) Setelah ditimbang perbandingan antara serbuk arang tongkol jagung
dan perekat, lalu dicampur dalam plastik sehingga menjadi satu dan
homogen.
c. Proses pengompaksian briket
1) Siapkan cetakan briket dan alat kompaksi.
2) Masukkan bahan briket yang sudah dicampur kedalam cetakan.
3) Letakkan cetakan yang sudah berisi campuran serbuk arang tongkol
jagung pada bagian bawah alat kompaksi.
4) Putar pengunci tabung oli agar tekanannya tidak turun.
5) Pompalah alat kompaksi hingga indikator menunjukkan pembebanan
yang diinginkan.
3. Langkah Pengujian
a. nilai kalor
1) Timbang sampel dengan cawan dengan teliti sebanyak 1 gram,
kemudian tempatkan pada tempat cawan.
2) Potong kawat niklin 10 cm, pasang pada katup positif dan negatif
pada tempat cawan dan sentuhkan kawat niklin pada sampel.
3) Masukkan perlahan-lahan dalam reaktor dan tutup dengan rapat
dan benar (jangan sampai kawat nikelin lepas dari sampel).
15
4) Isi reaktor dengan gas oksigen dengan tekanan 20 sampai 30 atm
kemudian tutup kran pembuka gas dengan benar (jangan sampai gas
bocor, jika terjadi kebocoran ulangi pengisian gas).
5) Isi tabung/bejana pemanas dengan air 2000 gram (2000 ml) dengan
tepat, masukkan reaktor kedalam bejana pemanas dan hubungkan
reaktor dengan katup positif dan negatif pada arus.
6) Tutup dengan benar alatnya, pasang termometer khusus bomb
calorimeter dengan benar dan hidupkan pengaduk sehingga suhu
dalam bejana pemanas konstan dan homogen (diaduk selama 5
menit).
7) Tekan tombol pembakar dan amati perubahan suhu awal
pembakaran dan kenaikan suhunya sampai diperoleh suhu konstan
(catat suhunya sebagai suhu akhir).
8) Matikan alatnya, lepas thermometer khusus bomb calorimeter dan
keluarkan reaktornya dan buka kran oksigen sampai oksigen keluar,
kemudian buka reaktor dan bersihkan.
9) Lakukan kalibrasi pembakaran alat dengan mengunakan asam
benzoat sebagai standar seperti langkah kerja diatas, sehingga
diperoleh Tara Energi (W).
Rumus perolehan data :
t = T2 T1
6320 xM
W=
t
W t
E = M kkal/gram
Dimana :
6320 : Nilai kalor/1gr asam benzuat
M : Berat massa benzuat
t : Suhu asam benzuat
W : Tara Energi
E : Kalor pembakaran
b. Kadar abu
16
1) Panaskan cawan kedalam tungku bersuhu 6000C, dinginkan di
desikator (pengering) kemudian timbang.
2) Letakkan 1-2 gram spesimen kedalam cawan dengan tutup terbuka
kemudian masukkan dalam oven pengering.
3) Setelah satu jam tutup kembali cawan, dinginkan didesikator dan
timbang.
4) Ulangi pengeringan dan penimbangan hingga didapatkan berat
konstan 0,1 mg. selama proses pendinginan dan penimbangan
tutuplah cawan untuk menghindari absorpsi uap lembab dari udara.
5) Catat berat (cawan + spesimen) cawan sebagai berat spesimen
yang telah dikeringkan.
6) Letakkan cawan tertutup beserta isinya ketungku, bakar sampai
semua karbon hilang. Awal mulanya, panaskan perlahan untuk
menghindari kebakaran dan menjaga cawan dari percikan keras
sehingga spesimen utuh. Suhu pembakaran akhir disarankan 580
6000C.
7) Letakkan cawan beserta isinya ke desikator, buka tutupnya,
dinginkan dan timbang dengan akurat. Ulangi pemanasan selama 30
menit sampai berat setelah pendinginan konstan 0,2 mg.
Besarnya kadar abu dihitung dengan rumus :
W1
Kadar Abu (%) = 100%
W2
Keterangan:
W1 = Berat abu (gram)
W2 = Berat sampel yang dikeringkan (gram)
c. Densitas
Langkah Pengujian:
17
=
Keterangan :
: Berat jenis briket
m : massa briket (gr)
v : volume briket ( )
18
tangga. Energi biomassa dapat menjadi sumber energi alternatif pengganti
bahan bakar fosil (minyak bumi) karena beberapa sifatnya yang
menguntungkan yaitu sumber energi ini dapat dimanfaatkan secara lestari
karena sifatnya yang dapat diperbaharui (renewable resources), sumber
energi ini relatif tidak mengandung unsur sulfhur sehingga tidak
menyebabkan polusi udara dan juga dapat meningkatkan efisiensi
pemanfaatan sumber daya hutan dan pertanian (Syafii, 2003).
Biomassa dikonversi menjadi energi dalam bentuk bahan bakar
cair, gas, panas, dan listrik. Teknologi konversi biomassa menjadi bahan
bakar padat, cair, dan gas, antara lain teknologi pirolisa (bio-oil),
esterifikasi (bio-diesel), teknologi fermentasi (bio-etanol), anaerobik
digester (biogas). Dan teknologi konversi biomassa menjadi energi panas
yang kemudian dapat diubah menjadi energi mekanis dan listrik, antara
lain, teknologi pembakaran dan gasifikasi.
Teknologi konversi termal biomassa meliputi pembakaran
langsung, gasifikasi, dan pirolisis atau karbonisasi. Masing-masing metode
memiliki karakteristik yang berbeda dilihat dari komposisi udara dan
produk yang dihasilkan. (Jawa Pos, 22 Juni 2007).
2. Konsep Konversi
Herman Hindarso, Anastasia Lidya Maukar. (2000), meneliti
bahwa proses konversi biomassa menjadi bioarang sebagai bahan bakar
alternatif, berdasarkan hasil percobaan pirolisis biomassa jerami padi, daun
sono dan tongkol jagung dengan menggunakan gas inert nitrogen dan
karbon dioksida (laju alirnya hingga 6 L/menit) pada suhu 250 450 C
dapat disimpulkan bahwa semakin besar suhu, hasil bioarang semakin
berkurang, kadar karbon dan nilai kalor meningkat dan polusi yang
ditimbulkan lebih ramah lingkungan karena tidak mengandung unsur
sulfur dan nitrogen oksida ke udara bebas Dan untuk analisis kelayakan
ekonomi, proyek pembuatan bioarang pada skala komersial bersifat
feasible dan menguntungkan untuk didirikan.
19
Kuncoro dkk. (1999), meneliti pembakaran briket tanpa karbonasi
akan menyebabkan penyalaan briket menjadi mudah dibandingkan dengan
briket yang telah dikarbonasi. Hal ini dikarenakan briket tanpa karbonasi
masih mengandung kadar volattile matter yang cukup banyak. Disamping
itu mekanisme perubahan panas briket juga akan berubah. Sementara itu
Zapusek et al. (2003), melakukan penelitian mengenai pengaruh
temperatur dan lama pembakaran terhadap sifat-sifat dasar batubara
setelah dikarbonasi. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa untuk variasi
temperatur karbonasi semakin tinggi akan meningkatkan kandungan
karbon, nilai kalori, abu dan sulfur sedangkan kandungan air, zat volatile
matter dan hidrogen akan menurun. Untuk variasi waktu karbonasi yang
dilakukan pada temperatur karbonasi yang sama dihasilkan bahwa semakin
lama waktu karbonasi maka kandungan kalori, karbon, sulfur dan abu akan
meningkat, sedangkan untuk kandungan air, zat volatile matter dan
hidrogen serta nitrogen menurun.
3. Proses Konversi Biomassa Menjadi Energi
a. Teknologi konversi termal biomassa proses pembakaran langsung.
Proses pembakaran langsung adalah proses yang paling mudah
dibandingkan dengan lainnya. Biomassa langsung dibakar tanpa proses-
proses lainnya. Cara seperti ini sangat mudah dijumpai. Di pedesaan
Indonesia, banyak masyarakat memanfaatkan kayu bakar sebagai bahan
bakar karena praktis dan mudah mendapatkannya walaupun secara umum
efisiensinya sangat rendah.
Sedangkan di dunia industri, model pembakaran langsung juga
banyak digunakan terutama untuk produksi listrik seperti di pabrik kelapa
sawit dan gula yang memanfaatkan limbahnya sebagai bahan bakar.
Biomassa dapat dibakar dalam bentuk serbuk, briket, ataupun batangan
yang disesuaikan dengan penggunaan dan kondisi biomassa.
b. Teknologi konversi termal biomassa gasifikasi
Teknologi konversi termal biomassa gasifikasi, dasarnya adalah
usaha penggunaan bahan bakar padat yang lebih dahulu diubah dalam
20
bentuk gas. Pada proses gasifikasi ini, biomassa dibakar dengan udara
terbatas sehingga gas yang dihasilkan sebagian besar mengandung karbon
monoksida.
Keuntungan proses gasifikasi ini adalah dapat digunakannya
biomassa yang mempunyai nilai kalor relatif rendah dan kadar air yang
cukup tinggi. Efisiensi yang dapat dicapai dengan teknologi gasifikasi
sekitar 30-40 persen. Beberapa metode gasifikasi telah dikembangkan
seperti fixed bed dan fluidized bed gasifier.
c. Teknologi konversi termal biomassa pirolisis
Teknologi konversi termal biomassa pirolisis yaitu pembakaran
biomassa pada kondisi tanpa oksigen. Tujuannya adalah melepaskan zat
terbang (volatile matter) yang terkandung pada biomassa. Secara umum
kandungan zat terbang dalam biomassa cukup tinggi. Produk proses
pirolisis ini berbentuk cair, gas, dan padat. Produk padat dari proses ini
berupa arang (char) yang kemudian disebut karbonisasi.
Karbonisasi biomassa atau yang lebih dikenal dengan pengarangan
adalah suatu proses untuk menaikkan nilai kalor biomassa dan dihasilkan
pembakaran yang bersih dengan sedikit asap. Hasil karbonisasi adalah
berupa arang yang tersusun atas karbon dan berwarna hitam.
Prinsip proses karbonisasi adalah pembakaran biomassa tanpa
adanya kehadiran oksigen. Sehingga yang terlepas hanya bagian volatile
matter, sedangkan karbonnya tetap tinggal di dalamnya. Temperatur
karbonisasi akan sangat berpengaruh terhadap arang yang dihasilkan
sehingga penentuan temperatur yang tepat akan menentukan kualitas
arang. (Jawa Pos. Rabu, 30 Mei 2007).
Penelitian telah banyak dilakukan untuk mempelajari potensi energi
biomassa dalam bentuk padat dari berbagai limbah pertanian seperti:
ampas tebu (Apolinario et al 1997), sekam padi (Estela 2002), serta batang
gandum dan rumput (Mani , S. et al 2002), sedangakan Jekayinfa, S.O
(2005) melakukan penelitian terhadap limbah dari 10 jenis tanaman
pertanian lokal di Nigeria termasuk tongkol jagung.
21
Sulistiono (2006) meneliti bio briket yang menggunakan bahan
baku dari sabut kelapa yang dicampur dengan batubara. Hasil penelitian
menunjukkan ada pengaruh campuran batubara terhadap karakteristik
briket. Dalam penelitiannya terlihat bahwa semakin banyak campuran
batubara yang digunakan, nilai kalornya semakin meningkat. Ini
membuktikan bahwa batubara dapat menaikkan nilai kalor dari bahan baku
dasar.
4. Sifat Briket
a. Kadar Abu
Kandungan abu merupakan ukuran kandungan material dan
berbagai material anorganik didalam benda uji. Metode pengujian ini
meliputi penetapan abu yang dinyatakan dengan presentase sisa hasil
oksidasi kering benda uji pada suhu 580-6000C, setelah dilakukan
pengujian kadar air.
Abu adalah bahan yang tersisa apabila kayu dipanaskan hingga
berat konstan (Earl ,1974). Kadar abu ini sebanding dengan kandungan
bahan anorganik di dalam kayu. Salah satu unsur utama yang terkandung
dalam abu adalah silika dan pengaruhnya kurang baik terhadap nilai kalor
yang dihasilkan. Abu terdiri dari bahan mineral seperti lempung, silika,
kalsium, serta magnesium oksida dan lain lain.
b. Berat jenis (Densitas)
Menurut Haygreen dan Bower (1989) berat jenis adalah
perbandingan antara kerapatan kayu (atas dasar berat kering tanur dan
volume pada kadar air yang telah ditentukan) dengan kerapatan air pada
suhu 4oC. Air memiliki kerapatan 1g/cm3 atau 1000 kg/m3 pada suhu
standar tersebut. Soeparno dkk (1999) mengemukakan berat jenis yang
tinggi menunjukkan kekompakan kerapatan arang briket yang dihasilkan.
Sudrajad (1983), mengatakan berat jenis kayu sangat mempengaruhi
kadar air, kadar abu, kadar zat terbang, kadar karbon terikat dan nilai kalor
briket yang dihasilkan. Selanjutnya disebutkan briket dari kayu
berkerapatan tinggi menunjukkan nilai kerapatan, keteguhan tekan, kadar
abu, kadar karbon terikat, dan nilai kalor yang lebih tinggi dibandingkan
briket yang dibuat dari kayu yang berkerapatan rendah.
22
c. Nilai kalor
Nilai kalor bahan bakar adalah jumlah panas yang dihasilkan atau
ditimbulkan oleh suatu gram bahan bakar tersebut dengan meningkatkan
temperatur 1 gr air dari 3,50 C 4,50 C, dengan satuan kalori
(Koesoemadinata : 1980). Dengan kata lain nilai kalor adalah besarnya
panas yang diperoleh dari pembakaran suatu jumlah tertentu bahan bakar
didalam zat asam. Makin tinggi berat jenis bahan bakar, makin tinggi nilai
kalor yang diperolehnya. Misal bahan bakar minyak dengan berat jenis
0,75 atau grafitasi API 70,6 mempunyai nilai kalor 11.700 kal/gr.
Nilai kalor merupakan ukuran panas atau energi yang dihasilkan.,
dan diukur sebagai nilai kalor kotor/ gross calorific value (GCV).
Perbedaannya ditentukan oleh panas laten kondensasi dari uap air yang
dihasilkan selama proses pembakaran. GCV mengasumsikan seluruh uap
yang dihasilkan selama proses pembakaran sepenuhnya
terembunkan/terkondensasikan. Nilai kalor netto (NCV) mengasumsikan
air yang keluar dengan produk pengembunan tidak seluruhnya
terembunkan. Bahan bakar harus dibandingkan berdasarkan NCV
(www.energyefficiencyasia.org). Syachri (1983) menyatakan bahwa yang
sangat mempengaruhi nilai kalor kayu adalah zat karbon, lignin, dan zat
resin, sedangkan kandungan selulosa kayu tidak begitu berpengaruh
terhadap nilai kalor kayu
Kalori meter bom adalah suatu alat yang digunakan untuk
menentukan panas yang dibebaskan oleh suatu bahan bakar dan oksigen
pada volume tetap. Alat tersebut ditemukan oleh Prof. S. W. Parr pada
tahun 1912, oleh sebab itu alat tersebut sering disebut Parr Oxygen
Bomb Calorimeter.
23
Gambar 4. Bom kalori meter
24
Komponen yang bila terbakar tidak membentuk gas, yaitu karbon
tetap atauKT atau FC (fixed carbon).
(www.chemeng.ui.ac.id/~wulan/Materi/lecture
%20notes/tekban_2trnsprn.PDF.)
5. Briket dan Proses Pembuatan Briket
Briket merupakan bahan bakar padat yang terbuat dari limbah
organik, limbah pabrik maupun dari limbah perkotaan. Bahan bakar padat
ini murupakan bahan bakar alternatif atau merupakan pengganti bahan
bakar minyak yang paling murah dan dimungkinkan untuk dikembangkan
secara masal dalam waktu yang relatif singkat mengingat teknologi dan
peralatan yang digunakan relatif sederhana (Kementrian Negara Riset dan
Teknologi @2004.ristek.go.id).
Salah satu teknologi yang menjanjikan adalah proses pembriketan.
Teknologi ini secara sederhana didefinisikan sebagai proses densifikasi
untuk memperbaiki karakteristik bahan baku. Sifat-sifat penting dari briket
yang mempengaruhi kualitas bahan bakar adalah sifat fisik, kimia dan
daya tahan briket. Sebagai contoh adalah karakteristik densitas, ukuran
briket, kandungan air, nilai kalor, kadar abu dan kepekatan asap. Penelitian
ini menyelidiki pemanfaatan biomassa yang melimpah sebagai sumber
energi dengan menjadikannya biobriket.
Dengan menggunakan analisis proximate diukur beberapa
parameter seperti : kandungan air, volatile matter, kandungan abu, fixed
carbon dan nilai kalor dari biomassa. Parameter-parameter tadi
memberikan sifat teknis dari energi biomassa sebagai bahan bakar
potensial pengganti bahan bakar fosil. Pemilihan biomassa berdasarkan
nilai kalor yang tinggi, kandungan volatil yang tinggi, kadar abu rendah,
kandungan fixed carbon sedang dan ketersediaannya yang melimpah.
Ada bermacam-macam jenis briket yang dapat digolongkan
menurut bahan baku dan dalam masa proses pembuatannya meliputi:
a. Briket dilihat dari bahan baku
1) Organik, bahan baku ini biasanya berasal dari pertanian dan hutan.
25
2) An organik, bahan baku ini biasanya berasal dari limbah perkotaan
dan limbah pabrik.
26
keperluan penelitian, rumah tangga, dan bahan baku industri. Tepung bisa
berasal dari bahan nabati misalnya tepung terigu dari gandum, tapioka dari
singkong, maizena dari jagung atau hewani misalnya tepung tulang dan
tepung ikan. Tepung kanji merupakan produk olahan berupa tepung yang
diperoleh dari umbi ketela pohon. Kanji dikenal juga sebagai aci atau
tapioka.(http://id.wikipedia.org/wiki/Tepung_kanji). Dibuat dari pati
singkong (cassava). Kanji sering dipakai campuran untuk makanan, yaitu
sebagai pengental, dengan sifat itulah kanji digunakan sebagai perekat
dalam penelitian ini.
C. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan suatu pekerjaan yang penting dalam
penelitian, karena dalam pengumpulannya harus benar-benar teliti.
Sehingga pada waktu data dianalisis dapat menghasilkan data yang bagus.
Dalam penelitian ada beberapa metode pengumpulan data yang
digunakan seperti :
1. Metode dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variable yang berupa catatan, trnskrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, lengger, anggenda, dan sebagainya.
a. Dokumentasi dan record digunakan karena merupakan sumber yang
stabil.
b. Berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian.
c. Relatif murah dan mudah diperoleh.
Dalam penelitian ini alasan peneliti menggunakan metode
dokumentasi adalah untuk memperkuat data-data primer dari penelitian
secara langsung.
2. Metode penelitian langsung
Merupakan metode pengumpulan dan langsung ke lapangan atau
laboratorium terhadap obyek penelitian. Hasilnya dicata untuk kemudian
dianalisis (Sudjana, 1989).
Dalam hal ini untuk mengetahui sifat fisik-kimia dari briket yang
dibuat, peneliti menggunakan beberapa pengujian sampel.
Pengujian sampel penelitian meliputi :
27
a. Pengujian Kalori
b. Pengujian Densitas
c. Pengujian Kadar abu
d. Pengujian Fixed Karbon
D. Analisi Data
Analisi data merupakan bagian yang amat penting dalam metode
ilmiah karena dengan analisis inilah data mentah yang telah dikumpulkan
oleh peneliti dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan
masalah penelitian, sehingga akan didapat suatu kesimpulan yang benar.
Proses analisis dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia
dengan berbagai sumber yaitu dokumentasi, observasi dan penelitian
langsung. Dari hasil perolehan data, maka hasil penelitian dianalisis secara
tepat agar simpulan yang diperoleh tepat pula. Dalam proses analisis data
ada dua unsur yang dipertimbangkan oleh penganalisis yaitu :
1. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan pemusatan
perhatian pada penyerderhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data
kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan (Rohidi,
1992:16). Reduksi data berlangsung selama proyek berlangsung, reduksi
data bukan merupakan suatu hal yang terpisah dari analisis. Dengan
demikian reduksi data bukan merupakan bentuk analisis yang
menggolongkan, mengarahkan, menajamkan, membuang hal-hal yang
tidak perlu dengan cara yang sedemikian rupa, sehingga kesimpulan
akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi.
2. Penyajian data
Sajian data adalah suatu informasi yang memungkinkan kesimpulan
dapat ditarik (Rohidi, 1992 : 17). Dengan melihat suatu sajian data,
penganalisis akan dapat memahami apa yang terjadi, serta memberikan
apa yang peluang bagi penganalisis untuk mengerjakan sesuatu pada
analisis / tindakan lain berdasarkan pemahaman tersebut. Guna
memberikan gambaran yang jelas dalam sajian data, perlu
dipertimbangkan efisien dan efektifitas dari sajian informasi yang akan
disampaikan dalam satu sajian yang baik dan jelas sistematikanya.
28
Dalam penyajian data yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan tabel.
Dari tabel hasil pengujian di atas dapat dibuat grafik sebagai berikut :
Pembebanan (ton)
Gambar 5. Grafik hasil pengujian nilai kalori
Dari hasil uji nilai kalori arang briket tongkol jagung dengan variasi
pembebanan, terlihat semakin tinggi pembebanan, nilai kalorinya semakin
29
tinggi. Tetapi perbedaan nilai kalori antar variasi pembebanan hanya selisih
sedikit atau tidak signifikan, Ini disebabkan oleh kadar air yang ada pada
masing-masing arang briket berbeda. Untuk arang briket dengan
pembebanan tinggi kadar airnya rendah sehingga nilai kalorinya tinggi,
sebaliknya untuk arang briket dengan pembebanan rendah kadar airnya lebih
banyak sehingga nilai kalorinya turun.
Dari grafik pengujian nilai kalori yang dilakukan menunjukkan bahwa
arang briket yang mempunyai nilai kalori tinggi adalah arang briket dengan
pembebanan 9 ton sebesar 5.531,55 kalori/gram. Sedangkan nilai kalori
yang paling rendah adalah arang briket dengan pembebanan 7 ton sebesar
5.516,85 kalori/gram.
30
De
nsit
as
(gr/
cc)
Pembebanan (ton)
Gambar 6. Grafik hasil pengujian densitas
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, terlihat bahwa nilai berat
jenis dari briket yang dikompaksi 7 ton memiliki berat jenis paling rendah
sebesar 0,49 gr/cc. sedangkan nilai berat jenis tertinggi didapat arang briket
tongkol jagung yang dikompaksi 9 ton sebesar 0,63 gr/cc.
Densitas berpengaruh terhadap tingkat energi yang terkandung dalam
briket. Semakin tingki densitas semakin tinggi pula enrgi yang terkandung
di dalamnya. Dengan tingkat densitas yang tinggi juga mempunyai
keuntungan, diantaranya :
1. Briket menjadi lebih padat dan kuat
atau tingkat stability tinggi.
2. Lebih ringkas, tidak memakan
tempat.
Sudrajad (1983), mengatakan berat jenis kayu sangat mempengaruhi
kadar air, kadar abu, kadar zat terbang, kadar karbon terikat dan nilai kalor
briket yang dihasilkan. Selanjutnya disebutkan briket dari kayu berkerapatan
tinggi menunjukkan nilai kerapatan, keteguhan tekan, kadar abu, kadar
karbon terikat, dan nilai kalor yang lebih tinggi dibandingkan briket yang
dibuat dari kayu yang berkerapatan rendah.
31
C. Pengujian Fix Carbon (Karbon Terikat)103.74
35,5
35
Fix
carbon 34,5
(%)
34
32
Karbon terikat sangat baik pengaruhnya terhadap nilai kalori dari
briket. Semakin tinggi kadar karbon terikat dari briket maka semakin tinggi
pula nilai kalorinya.
Penimbangan
Variasi Berat Rata
Berat
NO Pembebana Pengujian Berat Cawan Kadar rata
Cawan
n Cawan + Abu Kadar
+ Abu
(gram) Sampel (%) Abu
(gram)
(gram) (%)
I 7,896 9,987 8,292 18,938
1 7 ton II 9,176 11,548 9,583 17.158 17,732
III 22,234 24,234 22,576 17,100
18,5
18
Kadar
Abu (%) 17,5
17
33
7 8 9
Pembebanan (ton)
Gambar 8. Grafik hasil pengujian Kadar Abu
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian mengenai pengaruh variasi
tekanan kompaksi dan penambahan perekat terhadap sifat fisik arang briket
tongkol jagung, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
Semakin tinggi tekanan kompaksi atau pembebanan semakin tinggi pula
densitas dari arang briket tongkol jagung. Pembebanan berpengaruh juga terhadap
34
kadar abu dan nilai kalori, dimana nilai kalori menjadi menningkat jika
pembebanan tinggi. Sedangkan untuk kadar abu, semakin tinggi pembebanan
semakin rendah kadar abunya.
Fix karbon pada arang briket tongkol jagung tidak dipengaruhi oleh
pembebanan.
B. Saran
Penelitian yang dilaksanakan masih perlu pengembangan lebih lanjut.
Peneliti berharap ada penelitian labih lanjut yang dapat meneruskan ini, sehingga
akan didapatkan hasil-hasil yang lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
35
Appolinario, M. A, Gantalena, D. V, Escarilla, L. T., 1997, Study on the
Production Of Briquettes From Baggase.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2005. Lahan Pertanian Jagung. BPS. Jakarta.
Earl, D.E., 1974. A report on Corcoal, Andre Meyer Researc Fellow. FAO. Rome.
Estela, A., 2002, Rice husk an Alternative Fuel in Peru, Boiling Point No.48.
Haygreen, J.G dan J.L. Bowyer., 1989. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu Semua
Pengantar. Diterjemahkan oleh Sutjipto A.Hadikusumo. Gadjah Mada
University press. Yogyakarta.
Mani sudhagar, et al., 2002. Compaktion Behavior of Same Biomass Grinds, AIC
Meeting in Saskaton. Saskatchewan USA.
Sudrajat, R., 1983. Pengaruh Bahan Baku, Jenis Perekat, dan Tekanan Kempa
Terhadap Kualitas Briket Arang. Laboran PPPHH No. 165:7-17. Bogor.
36
Sudjana., 1989. Metode Stastika. Taristo. Bandung
Syafii, W., 2003. Hutan Sumber Energi Mass Depan. www.kompas.co.id. Harian
kompas 15 april 2003.
Yandi bagus., 2007. Bahan Energi Alternatif. Jawa Pos, 22 Juni 2007).
Yandi bagus, 2007. Bahan Energi Alternatif. Jawa Pos. Rabu, 30 Mei 2007
37