Anda di halaman 1dari 3

Potret Pendidikan di Daerah 3T

Menjelang 72 tahun Indonesia merdeka namun pemerataan pendidikan di Indonesia


belum terwujud. Masih banyak anak-anak di daerah terdepan, terluar dan tertinggal (3T) yang
belum mendapatkan pendidikan yang layar. Masih banyak sekolah-sekolah di daerah 3T yang
kondisinya tidak layak sebagai tempat belajar. Masih banyak permata-permata harapan
bangsa yang tersembunyi di pelosok negeri. Mereka menunggu tangan-tangan yang peduli
akan pendidikan mereka di pelosok negeri.

Sebagai negara kepulauan yang 80% wilayahnya berpenghuni, pemerataan pendidikan di


seluruh wilayah Indonesia merupakan hal yang sangat sulit. Keberagaman suku, budaya,
bahasa, dan agama juga memberikan tantangan tersendiri pada pemerataan pendidikan di
Indonesia.

Secara geografis, sosio-kultural, keberagaman dan tantangan pada daerah 3T, pemerataan
atau peningktan mutu pendidikan di daerah 3T memerlukan penangan yang khusus dan
berkelanjutan yang melibatkan banyak pihak. Adapun permasalahan pendidikan di daerah 3T
yaitu meliputi kompetensi tenaga pendidik yang di bawah standar dan tidak sesuai antara
kualifikasi pendidikan dengan bidang yang diampu. Tingginya angka putus sekolah dan
angka partispasi sekolah yang masih rendah. Kondisi sarana prasaran yang belum memadai
dan infrastruktur untuk akses dalam mengikuti pendidikan masih sangat kurang.

Kondisi pendidikan di daerah 3T sangat berbeda dengan daerah yang sudah berkembang
atau maju. Permasalahan tersebut hanya sebagian kecil saja dari kondisi sebenarnya yang ada
di lapangan. Sangat banyak sekali perbedaan kualitas pendidikan di daerah 3T dengan daerah
yang sudah berkembang atau maju. Perbedaan tersebut meliputi tingkat penyerapan dan
pemahaman materi pembelajaran, motivasi belajar siswa, dukungan dan kepedulian orang tua
terhadap pendidikan anaknya, sarana prasaran penunjang pemebelajaran, infrastuktur dan
akses jalan ke sekolah.

Di daerah 3T siswa yang terlambat adalah hal yang biasa, hal ini bukan dikarenakan
mereka bermalas-malasan untuk sekolah tetapi jarak antara rumah siswa yang sangat jauh.
Sebegai salah satu contohnya adalah kondisi pendidikan siswa sekolah dasar di Kabupaten
Nias Selatan. Mereka harus menempuh perjalan sejauh 2-4 km untuk sampai di sekolah
dengan berjalan kaki. Siswa sekolah dasar harus memberanikan diri berjalan menyusuri hutan
dengan jalan berbatu bahkan terkadang harus menyeberangi sungai yang alirannya deras. Itu
hanyalah sebuah pengorbanan kecil bagi mereka untuk bisa membaca, menulis, dan
menghitung saja. Namun kebijakan pendidikan yang berlaku saat ini tidak berpihak kepada
mereka.

Siswa sekolah dasar di daerah 3T dituntut untuk memahami berbagai materi pelajaran
yang sama dengan siswa lain di daerah yang sudah berkembang atau maju, sedangakan
kemampuan siswa di daerah 3T untuk membaca, menulis, dan menghitung masih rendah. Hal
itu akan menyulitkan siswa untuk mempelajari perlajaran yang lebih kompleks lagi. Bagi
siswa di daerah yang sudah berkembang atau maju akses jalan ke sekolah bukan penghalan
bagi mereka untuk berangkat ke sekolah dan bayak fasilitas yang dapat digunakan sehingga
hal itu tidak menyulitkan bagi mereka. Sedangkan bagi siswa sekolah dasar di daerah 3T
mampu membaca, menulis, dan menghitung dengan baik sudah merupakan pencapaian yang
sangat baik. Karena masih banyak siswa sekolah menengah pertama yang masih belum
mampun untuk membaca, menulis, dan menghitung dengan baik dan benar.

Tujuan pemerintah melakukan pemerataan kurikulum di setiap sekolah di seluruh


Indonesia merupakan hal yang baik, akan tetapi hal itu tidaklah tepat. Pemerintah harus
melihat dan memahami lebih baik lagi kondisi pendidikan di daerah 3T. Standar pendidikan
nasional harus mempertimbangkan kondisi pendidikan di daerah 3T bukan hanya kondisi
pendidikan di daerah yang sudah berkembang atau maju saja.

Kebijakan yang berlaku saat ini mengakibatkan pengaruh buruk terutama bagi
perkembangan pendidikan di daerah 3T. Tuntutan standar pendidikan nasional yang terlalu
tinggi belum bisa diterapkan di daerah 3T, jika hal itu terus dipaksakan hanya akan
menimbulkan berbagai macam kecurangan dalam dunia pendidikan. Kecurangan yang terjadi
pada pelaksanaan ujian nasional disebabkan karena pemerintah terlalu memaksakan standar
pendidikan nasional untuk diterapkan di secara menyeluruh. Setiap sekolah beranggapan
bahwa dengan tingginya tingkat kelulusan siswa dan nilai yang diperoleh siswa tinggi maka
sekolah tersebut dianggap berkompetensi dan telah menjalankan tugasnya dengan baik.
Namun faktanya jika kecurangan ini terus terjadi akan berakibat buruk, karena kondisi
pendidikan yang sebenarnya tidak dapat dievaluasi dengan baik.

Kompetensi guru di daerah 3T pun dinilai masih rendah sehingga tidak bisa
meningkatkan motivasi dan mendidik siswa dengan baik. Sebagian besar guru di daerah 3T
adalah lulusan SMA sederajat atau S1 yang tidak sesuai dengan kualifikasi pendidikannya.
Saat ini berbagai cara telah dilakukan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan guru di
daerah 3T. Salah satu program yang dicanangkan pemerintah adalah SM3T, namun apakah
program itu sudah mampu memenuhi kebutuhan guru di daerah 3T. Program SM3T hanya
bersifat sementara dan tanpa adanya pengawasan lebih lanjut maka tujuan dari program ini
tidak akan tercapai.

Berdasarkan pengalaman penulis selama mengajar di daerah 3T, peran dinas pendidikan
daerah masih sangat rendah. Bahkan di beberapa daerah, dinas pendidikan daerah tidak
mengetahui kondisi sekolah di daerahnya secara langsung. Akses infrastruktur yang sangat
minim mengakibatkan sulitnya untuk melakukan pengawasan secara berkala oleh dinas
pendidikan daerah.

Pemerintah dalam hal ini Kemdikbud harus memberlakukan kebijakan khusus terkait
kurikulum dan standar pendidikan di daerah 3T dengan melihat dan mempertimbangkan
permasalahan di setiap daerah 3T. Dengan diberlakukannya kebijakan khusus tersebut
diharapkan mutu pendidikan di daerah 3T secara bertahap akan mengalami peningkatan.
Dalam pelaksanaanya juga banyak pihak yang harus dilibatkan, tidak hanya pemerintah pusat
atau pemerintah daerah saja. Peningkatan mutu pendidikan di daerah 3T merupakan
kewajiban bagi seluruh warga negara Indonesia, sehingga pemerataan pendidikan dan tujuan
bangsa Indonesia untuk mecerdaskan kehidupan bangsa terwujud.

Anda mungkin juga menyukai