Kasus 3 Gabungan
Kasus 3 Gabungan
Gambaran Kasus
Pada Januari 2009, Byrraju Ramalingga Raju yang mana adalah pemilik dan ketua
dari Satyam, mengundurkan diri setelah membuat pengakuan telah menggelembungkan
laba perusahaannya. Pendiri sekaligus Chairman Satyam, B. Ramalinga Raju mengakui
bahwa pihaknya telah memalsukan neraca keuangan dan asetnya sejak tahun 2001. Dia
mengaku melakukan manipulasi rekening perusahaan untuk melaporkan keuntungan
sebanyak lebih dari 10 kali angka sebenarnya, dan melaporkan uang tunai senilai US$1,5
milyar yang sebenarnya tidak ada. Kasus ini menggambarkan sifat penipuan, peran dari
berbagai pihak yang terlibat dan akibatnya dari skandal itu. Tujuan dari kasus ini adalah
untuk memungkinkan diskusi tentang isu-isu seperti praktek bisnis dan lingkungan tata
kelola perusahaan di India, kecurangan akuntansi, kompensasi direktur, dan peran dari
direktur independen dan auditor.
3. Dewan Direktur
Dewan Direksi Satyam memiliki tanggung jawab dalam melihat keseluruhan
strategi, menyetujui kegiatan utama perusahaan dan meninjau kinerja. Berdasarkan
profesor warthon, Saikat Chaudhuri, mencatat bahwa di India seperti perusahaan Satyam,
Dewan direksi mereka hanya terlibat dalam melihat keseluruhan strategi, sementara
pendiri yang melakukan kedua tanggung jawab yang seharusnya dilakukan dewan direksi.
Dewan direksi terdiri atas tiga komite yaitu dewan direksi komite audit,
remunerasi, dan komite keluhan investor. Bertentangan dengan praktik yang berlaku
maka tidak ada komite nominasi. Selain raju, Satyam memiliki dua direktur eksekutif
lainnya yaitu saudaranya B. Rama Raju dan Ram Mynampati.
Dari enam orang yang bukan dewan direksi eksekutif, lima diantaranya
merupakan pihak independen. Direktur independen, menurut aturan yang dikeluarkan
oleh keamanan dan pertukaran dewan india, diperlukan adanya orang yang tidak memiliki
hubungan yang berkenaan uang, transaksi maupun lainnya dengan perusahaan, yang
mempromosikan direktur independen dan anak perusahaan. Salah satu dari enam orang
yang bukan dewan direksi eksekutif, Krishna Palepu, merupakan seorang profesor
akuntansi dan spesialis dalam tata kelola perusahaan di Harvard dan bekerja sebagai
konsultan untuk Satyam dan dengan demikian tidak dianggap sebagai direktur
independen.
Diantara lima direktur independen, Srinivasan adalah yang memiliki masa jabatan
paling lama, sudah ada pada jajaran sejak 1991. Srinivasan dengan Rao dan V.S Raju,
duduk di jajaran Audit dan Komite Remunerasi. Sebagai tambahan, Rao adalah Dekan
dari Indian School of Business (ISB) dimana Raju merupakan anggota dewan. ISB telah
menerima sejumlah hibah sebesar Rs 35 crore ( USD 6,6 juta) dari Srini Raju, saudara
ipar dari Ramalinga Raju yang merupakan CTO (Chief Technical Officer) di Satyam
untuk penelitian yang dilakukan oleh perusahaan pusat untuk IT & Networked Economy
( CITNE). Menariknya, menurut pengungkapan remunerasi direksi untuk tahun 2008,
Rao dibayar sebesar Rs 100.000 (atau sekitar USD 1.800) yang disebut komisi
sedangkan pihak direksi non-eksekutif lainnya dibayar antara sebesar Rs1.333.333 (atau
sekitar USD 21.200) sampai Rs 1.200.000 ( USD 22.500)
Direktur non-eksekutif juga menerima biaya rapat yang dikenal sitting fees.
Krishna Palepu dibayar sebesar Rs 9.1 juta ( USD 173.500) dan 10.000 lembar saham
( sama dengan 5000 ADR) dengan jumlah sekitar Rs. 7.9 juta ( USD 150.000) yang
merupakan biaya atas jasa konsultasi profesional yang disediakannya. Direktur lain
menerima kompensasi antara Rs 1.2 1.3 Juta ( USD 22500-24500) dengan tambahan
paling tidak 5000 lembar saham dari kompensasi saham dasar dalam bentuk unit saham
terbatas.
Dengan dihormati dalam perindustrian , jajaran direktur Satyam diminta untuk
duduk pada jajaran perusahaan yang ada dalam daftar .Vinod K Dham ( Dham)
merupakan Wakil Presiden dan General Manajer dari Intel dan duduk dengan total
delapan jajaran. Mantan Sekertaris Kabinet atas pemerintahan India dan merupakan
anggota ke 12 dalam Komisi Keuangan, T.R Prasad (Prasad) juga duduk dalam delapan
jajaran atas perusahaan lokal yang terfdaftar.
Kamu tidak dapat memperlakukan kami sebagai stempel karet belaka dan
mengharapkan kami untuk mengatakan ya untuk apa pun yang kamu putuskan. Apa
gunanya memiliki direksi seperti kami, ketika kamu tidak berkonsultasi dengan kami
sama sekali?
- Srinivasan
Akankah langkah ini mengakibatkan melemahkan kompetensi inti dari perusahaan?
Apa risiko yang terlibat?
Rao
Namun, manajer senior dari Maytas membuat presentasi yang sepatutnya diberi
pengarahan oleh Raju tentang bagaimana berhasil mendapatkan persetujuan prinsip dari
direksi.
Setelah persetujuan sudah didapat, Raju membuat pengumuman pada NYSE
mengenai rencana perusahaan untuk bergabung dengan Maytas. Investor sangat tidak
menyetujui, menganggap transaksi dimaksudkan akan memberikan manfaat ke keluarga
Raju
Rumah kartu mulai jatuh dari poin ini. Di tengah-tengah kondisi yang semrawut,
Satyam kehilangan kepercayaan publik, harga sahamnya anjlok dan Maytas telah
ditinggalkan. Bank Dunia segera mengumumkan bahwa Satyam telah diblacklist untuk
menyediakan manfaat yang salah kepada para staffnya. Sebagai tambahan, tiga dari
direktur ini, Srinivasan, Dham dan Palepu, mengundurkan diri dari dewan setelah adanya
pengumuman penggabungan, membuat pernyataan tegas yang mempertanyakan tindakan
promoter:
Saya (Srinivasan) pergi dengan tanpa pilihan tetapi mengundurkan diri dengan tiba-
tiba. Saya sudah dibesarkan banyak isu terkait ke prosedur dan telah menyatakan
reservasi selama rapat dewan. Saya tidak memberikan suara tidak setuju terhadap
persetujuan yang saya ambil tangungjawab moral
Menariknya, secara dramatis Palepu mengubah sikapnya mengenai alasan untuk
pengunduran dirinya. Umumnya dia mengkaitkan pengunduran dirinya untuk tidak
mampu memenuhi semua pekerjaannya karena komitment ajaranya di Harvard. Namun,
kemudian dia berkata pengunduran dirinya diminta oleh pemberitahuan Ramalinga Raju
dan promoter lainnya yang telah berjanji saham mereka di Satyam ke lembaga keuangan,
dimana yang nantinya dijual karena tekanan panggilan penggabungan
Dengan sedikit sisa pilihan, Raju berjanji ke Merrill Lynch untuk mencari pilihan
strategi demi masa depan Satyam. Merrill Lynch menemukan materi penyimpangan di
akun Satyam. Untuk menyadari bahwa kesalahannya, Raju mengundurkan diri dari
posisinya dan mengaku adanya kenaikan keuntungan, melaporkan US$1.5 miliyar yang
tidak ada, bunga pendapatan yang berkebihan dan kewajiban yang dikecilkan.
7. Penyelesaian Masalah
Saat hari dimana skandal tersebut diketahui oleh publik, harga saham Satyam
menurun dari Rs 179.1 (US$ 3.40) menjadi Rs 23.85 (US$0.45), turun sebesar 87% dalam
waktu satu hari. Tanggal 10 Januari, Dewan Hukum Perusahaan (Company Law Board)
memutuskan untuk melarang dewan (board) yang sekarang untuk bekerja dan menunjuk
10 calon direksi. Tindakan yang cepat ini dilakukan karena Satyam dan sektor IT-nya
(teknologi informasi) sangat penting terhadap ekonomi dan citra dari India. Pengawas atau
pengatur Chartered Accountants di India mengeluarkan show cause notice kepada auditor
Satyam yaitu PricewaterhouseCoopers (PWC) terhadap keterlibatannya dalam kecurangan
atau penipuan terkait memberikan pernyataan bahwa akun-akun Satyam telah disajikan
secara benar dan wajar. Ramalinga Raju ditangkap dan didakwa dengan beberapa
dakwaan, termasuk pemalsuan, pelanggaran kepercayaan dan kejahatan konspirasi. Pada
saat persidangan, terungkap bahwa meskipun Satyam mengaku memiliki 51.000
karyawan, namun jumlah karyawan yang sebenarnya adalah 40.000. Diduga bahwa Raju
mengambil uang untuk pembayaran karyawan yang tidak ada tersebut, sebesar Rs 20
Crore (US$ 4.000.000) tiap bulannya.
Setelah skandal tersebut, the golden peacock award untuk tata kelola perusahaan
terbaik dicabut atau dilepas dari Satyam. Setelah pelelangan umum pada tahun 2009,
Satyam diambil alih oleh Tech Mahindra, milik konglomerat Mahindra & Mahindra.
5 Votes
Mempunyai 50 ribu karyawan yang
tersebar di berbagai pusat pengembangan IT-nya di negara-negara Asia,
Amerika, Eropa, dan Australia. Menjadi rekanan dari 654 perusahaan global,
termasuk General Electric, Nestle, Qantas Airways, Fujitsu, dan 185
perusahaan Fortune 500 lainnya. Sahamnya listed di Indias National Stock
Exchange, The New York Stock Exchange dan Euronext di Eropa. Merupakan
perusahaan penyedia perangkat lunak resmi di event FIFA World Cup 2010 di
Afrika Selatan dan 2014 di Brazil.
Pada Maret 2008, Satyam melaporkan kenaikan revenue sebesar 46,3 persen
menjadi 2,1 milyar dolar AS. Di Oktober 2008, Satyam mengatakan bahwa
revenue-nya akan meningkat sebesar 19-21 persen menjadi 2,55-2,59 milyar
dolar pada bulan Maret 2009.
Melihat semua reputasinya, pantas saja jika Satyam dinobatkan menjadi raksasa
IT terbesar keempat di India.
Satyam didirikan dan dipimpin oleh Ramalinga Raju, lulusan MBA Ohio
University dan alumnus Harvard University. Ramalinga Raju mendapatkan
berbagai penghargaan di antaranya Ernst & Young Entrepreneur of the Year for
Services (tahun 1999), Dataquest IT Man of the Year (2000), dan CNBCs Asian
Business Leader Corporate Citizen of the Year award (2002). Pada 2004,
jumlah kekayaan Ramalinga Raju mencapai 495 juta dolar.
Riding a tiger
Sungguh ironis, pada 7 Januari 2009, Ramalinga Raju tiba-tiba mengatakan
bahwa sekitar 1,04 milyar dolar saldo kas & bank Satyam adalah palsu (jumlah
itu setara dengan 94% nilai kas & bank Satyam di akhir September 2008).
Dalam suratnya yang dikirimkan ke jajaran direksi Satyam, Ramalinga Raju juga
mengakui bahwa dia memalsukan nilai pendapatan bunga diterima di
muka (accrued interest), mencatat kewajiban lebih rendah dari yang
seharusnya (understated liability) dan menggelembungkan nilai
piutang (overstated debtors).
The gap in the balance sheet has arisen purely on account of inflated profits over
a period of last several years. What started as a marginal gap between actual
operating profit and the one reflected in the books of accounts continued to grow
over the years. It has attained unmanageable proportions as the size of company
operations grew significantly.
Pada awalnya, Satyam fraud dilakukan dengan menggelembungkan nilai
keuntungan perusahaan. Setelah dilakukan selama beberapa tahun, selisih antara
keuntungan yang sebenarnya dan yang dilaporkan dalam laporan keuangan
semakin lama semakin besar. Begitu kompleksnya situasi yang dihadapi
Ramalinga Raju karena fraud yang dilakukannya, ia mengatakan dalam suratnya..
It was like riding a tiger, not knowing how to get off without being eaten.
Pada 14 Januari 2009, auditor Satyam selama 8 tahun terakhir Price Waterhouse
India mengumumkan bahwa laporan auditnya berpotensi tidak akurat dan tidak
reliable karena dilakukan berdasarkan informasi yang diperoleh dari manajemen
Satyam. Institusi akuntan di India ICAI, meminta PwC memberikan jawaban
resmi dalam 21 hari terkait skandal Satyam.
Ini bukan pertama kalinya PwC tersangkut masalah di India. Pada 2005, The
Reserve Bank of India melarang PwC untuk mengaudit bank selama 8 tahun
karena melakukan audit yang tidak memadai atas non-performing asset dari
Global Trust Bank. PwC menghadapi investigasi terkait kegagalannya
mengidentifikasi fraud senilai 21 juta euro di divisi air mineral grup perusahaan
Greencore.
Satyam kini
Menyusul skandal fraud dalam laporan keuangan Satyam, pada 10 Januari 2009
harga saham Satyam jatuh menjadi 11,5 rupees, atau hanya senilai 2% dari harga
saham tertingginya di tahun 2008 sebesar 544 rupees.
Satyam adalah pemenang penghargaan the coveted Golden Peacock Award for
Corporate Governance under Risk Management and Compliance Issues di tahun
2008. Gelar itu kemudian dicabut sehubungan dengan skandal fraud yang
dihadapinya.
Adapun Raju dan saudaranya, B. Rama Raju, yang juga terkait Satyam fraud,
kemudian ditahan dengan tuduhan melakukan konspirasi kriminal, penipuan,
pemalsuan dokumen, dan menghadapi ancaman hukuman 10 tahun penjara.
Belajar dari sejarah kejayaan dan kejatuhan Satyam, lebih ironis lagi ketika
mengetahui bahwa kata Satyam berasal dari bahasa Sanskirt yaitu Satya, yang
artinya kejujuran.
b. http://finance.detik.com/bursa-valas/1064537/bursa-india-diguncang-skandal-
keuangan-satyam.%20[12
Mumbai - Bursa Saham India anjlok tajam akibat munculnya skandal keuangan
Satyam Computer Services. Chairman Satyam mengundurkan diri setelah
membuat pengakuan telah menggelembungkan laba perusahaannya.
Bursa India pun langsung merosot tajam, dengan indeks Sensex turun 692,37
poin ke level 9.643,56. Sementara saham Satyam merosot hingga 70,74%
menjadi 52,40 rupee.
Kejatuhan saham Satyam ini merupakan yang kedua kalinya setelah perusahaan
tersebut sebelumnya berusaha membeli dua perusahaan konstruksi, yang
sahamnya juga dimiliki oleh pendiri Satyam. Harga saham Satyam juga sempat
jatuh setelah klien kuncinya, Bank Dunia menghentikan kontrak.
"Saya kira tidak ada masa depan untuk saham ini. Kasus ini bagi India
menyerupai kasus Enron di AS. Masalah ini tidak akan terhenti di Satyam, akan
ada lebih banyak perusahaan yang akan mengalami seperti ini. Ada
kemungkinan besar investasi di India akan terpengaruh," ujar Jigar Shah, senior
vice-president Kim Eng Securities.
c. http://triciamargareth93.blogspot.co.id/2014/11/laba-khayalan-perusahaan-
besar.html
Laba Khayalan Perusahaan Besar
Pada 9November 2010, pengadilan di India mengadili pendiri perusahaan
teknologi informasi Satyam, R, yang dituduh melakukan penipuan terbesar dalam
sejarah korporasi negara itu. Modus kasus ini mirip skandal rekayasa laporan
keuangan Enron, perusahaan raksasa listrik dan gas asal Texas, Amerika Serikat.
Media India menyebutkan kasus ini sebagai "India's Enron". Enron merupakan
perusahaan raksasa listrik dan gas di Texas, Amerika Serikat, yang bangkrut pada
2001 karena terbukti melakukan rekayasa laporan keuangan dalam skala besar.
"Rasanya seperti menunggang harimau, tidak tahu kapan untuk turun tanpa
dimakan," kata R, menggambarkan aksi penipuan yang diawali dengan upaya
untuk melancarkan perbedaan kecil pada sistem akuntansi.
Pada 14 Januari 2009, auditor eksternal Satyam selama 8 tahun terakhir Price
Waterhouse Coopers India mengumumkan bahwa laporan auditnya berpotensi
tidak akurat dan tidak reliable karena dilakukan berdasarkan informasi yang
diperoleh dari manajemen Satyam. Institusi akuntan di India ICAI, meminta PwC
memberikan jawaban resmi dalam 21 hari terkait skandal Satyam.
Ini bukan pertama kalinya PwC tersangkut masalah di India. Pada 2005, The
Reserve Bank of India melarang PwC untuk mengaudit bank selama 8 tahun
karena melakukan audit yang tidak memadai atas non-performing asset dari
Global Trust Bank. PwC menghadapi investigasi terkait kegagalannya
mengidentifikasi fraud senilai 21 juta euro di divisi air mineral grup perusahaan
Greencore.
Dia menambahkan, dalam surat kepada dewan direksi Satyam, "Saya sekarang
siap tunduk pada hukum negara ini dan menerima segala konsekuensinya."
Skandal ini memicu keprihatinan atas tata kelola perusahaan di negara yang
tingkat korupsinya masih tinggi. Investor asing sudah sering menyuarakan
kekhawatirannya atas transaksi tidak benar oleh perusahaan India yang dikuasai
keluarga. Tapi telah ada harapan sektor teknologi informasi akan menetapkan tata
kelola baru yang dapat menjadi acuan.
Kepentingan Publik
Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi
yang dilayani anggota secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan
sikap dan tingkah laku akuntan dalam menyediakan jasanya mempengaruhi
kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara. Setelah mendapat pengakuan dari
R, bursa saham India langsung anjlok. Bursa India merosot tajam dengan indeks
Sensex turun 692,37 poin ke level 9.643,56. Sementara saham Satyam merosot
hingga 70,74% menjadi 52,40 rupee(dikutip dari detikfinance). Dengan kata lain,
para investor dan klien satyam tidak lagi menaruh kepercayaan mereka pada
Satyam karena laporan keuangan Satyam tidak reliable.
Integritas
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan
profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik
dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji semua
keputusan yang diambilnya.
Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja, tetapi tidak menerima
kecurangan dan peniadaan prinsip. Kecurangan dalam kasus Satyam ini jelas
terlihat dari jumlah invoice palsu yang mencapai 6603, yang tidak wajar bila
disebut sebagai kesalahan yang tidak disengaja.
Obyektivitas
Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang
diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil,
tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas
dari benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain. Dari hasil
investigasi kasus satyam, diketahui bahwa di dalam perencanaan auditnya,
auditor internal lebih memprioritaskan atas dasar permintaan-permintaan R.
Auditor eksternal satyam, PwC India juga melanggar etika obyektivitas karena
memiliki hubungan istimewa( kemitraan) dengan satyam, tetapi tetap memeriksa
Satyam sebagai kliennya. Terlebih lagi Pwc juga menerima bayaran audit fee
yang jauh diatas para pesaing Satyam dalam melakukan audit.
Standar Teknis
Bila dilihat dari standar aturan yang dikeluarkan oleh Indonesia. Ada pelanggaran
yang dilakukan Auditor Satyam dan PwC. Misalnya dalam Pasal 55 khususnya
ayat (b) dan Pasal 56 Undang-Undang Nomor 5 tentang Akuntan Publik yang
dijadikan sebagai subjek uji materiil Pemohon dinyatakan bahwa akuntan publik
yang dengan sengaja melakukan manipulasi, memalsukan, dan/atau
menghilangkan data atau catatan pada kertas kerja, atau tidak membuat kertas
kerja yang berkaitan dengan jasa yang diberikan. Dapat dilihat dari poin-poin
diatas, khusunya kompetensi dan kehati-hatian professional, auditor satyam
karena mengabaikan bukti-bukti berupa transaksi palsu. R juga melanggar
sebagaimana dalam Pasal 56 dinyatakan bahwa pihak terasosiasi yang melakukan
perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55, dipidana dengan pidana
penjara paling lama lima tahun dan denda dan pidana denda paling banyak 300
juta rupiah.
3. Dewan Direktur
a. https://mukhsonrofi.wordpress.com/2009/02/09/skandal-satyam-mengguncang-
dunia/
Analisis :
Melihat semua reputasinya, pantas saja jika Satyam dinobatkan menjadi raksasa
IT terbesar keempat di India.
Satyam didirikan dan dipimpin oleh Ramalinga Raju, lulusan MBA Ohio
University dan alumnus Harvard University. Ramalinga Raju mendapatkan
berbagai penghargaan di antaranya Ernst & Young Entrepreneur of the Year for
Services (tahun 1999), Dataquest IT Man of the Year (2000), dan CNBCs Asian
Business Leader Corporate Citizen of the Year award (2002). Pada 2004,
jumlah kekayaan Ramalinga Raju mencapai 495 juta dolar.
Riding a tiger
Dalam suratnya yang dikirimkan ke jajaran direksi Satyam, Ramalinga Raju juga
mengakui bahwa dia memalsukan nilai pendapatan bunga diterima di
muka (accrued interest), mencatat kewajiban lebih rendah dari yang
seharusnya (understated liability) dan menggelembungkan nilai
piutang (overstated debtors).
The gap in the balance sheet has arisen purely on account of inflated profits over
a period of last several years. What started as a marginal gap between actual
operating profit and the one reflected in the books of accounts continued to grow
over the years. It has attained unmanageable proportions as the size of company
operations grew significantly.
It was like riding a tiger, not knowing how to get off without being eaten.
Pada 14 Januari 2009, auditor Satyam selama 8 tahun terakhir Price Waterhouse
India mengumumkan bahwa laporan auditnya berpotensi tidak akurat dan tidak
reliable karena dilakukan berdasarkan informasi yang diperoleh dari manajemen
Satyam. Institusi akuntan di India ICAI, meminta PwC memberikan jawaban
resmi dalam 21 hari terkait skandal Satyam.
Ini bukan pertama kalinya PwC tersangkut masalah di India. Pada 2005, The
Reserve Bank of India melarang PwC untuk mengaudit bank selama 8 tahun
karena melakukan audit yang tidak memadai atas non-performing asset dari
Global Trust Bank. PwC menghadapi investigasi terkait kegagalannya
mengidentifikasi fraud senilai 21 juta euro di divisi air mineral grup perusahaan
Greencore.
Satyam kini
Menyusul skandal fraud dalam laporan keuangan Satyam, pada 10 Januari 2009
harga saham Satyam jatuh menjadi 11,5 rupees, atau hanya senilai 2% dari harga
saham tertingginya di tahun 2008 sebesar 544 rupees.
Satyam adalah pemenang penghargaan the coveted Golden Peacock Award for
Corporate Governance under Risk Management and Compliance Issues di tahun
2008. Gelar itu kemudian dicabut sehubungan dengan skandal fraud yang
dihadapinya.
Adapun Raju dan saudaranya, B. Rama Raju, yang juga terkait Satyam fraud,
kemudian ditahan dengan tuduhan melakukan konspirasi kriminal, penipuan,
pemalsuan dokumen, dan menghadapi ancaman hukuman 10 tahun penjara.
Belajar dari sejarah kejayaan dan kejatuhan Satyam, lebih ironis lagi ketika
mengetahui bahwa kata Satyam berasal dari bahasa Sanskirt yaitu Satya, yang
artinya kejujuran.
6. Struktur Compartmentalised Satyam: Kunci Penipuan
a. http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/168-artikel-pengembangan-
sdm/10977-peran-peniup-peluit-dalam-pemberantasan-korupsi
Peniup Peluit (whistle-blower) adalah pegawai/karyawan yang berani
melaporkan ada penyimpangan (korupsi) yang terjadi di suatu organisasi.
Untuk mengungkap korupsi yang terjadi secara sistemik diperlukan peran peniup
peluit
b. http://www.financialexpress.com/archive/satyam-had-a-whistle-blower-policy-
since-2005/440221/
Satyam had adopted a Whistle Blower Policy during the financial year 2005-06
after its then audit committee, headed by former Andhra Pradesh chief secretary
late VP Rama Rao, approved it. The companys annual reports since that year
affirm that no personnel has been denied access to the audit committee under the
whistle-blower policy.
In Satyams case, I wouldnt be surprised if no whistle-blower disclosures were
made to the audit committee, Varma said. If the CEO and CFO are part of the
fraud, lower-level employees may simply not be aware or wouldnt have the
courage to complain.
Moreover, if the audit committee is awestruck by the promoter (as Satyams legal
advisor Shardul Shroff described Satyams high-profile independent directors in a
recent interview), then it is difficult to expect tough scrutiny be it whistle-blower
disclosures or related-party transactions.
7. Penyelesaian Masalah
a. https://en.wikipedia.org/wiki/Company_Law_Board
The Company Law Board was an independent quasi-judicial body in India which
had powers to overlook the behaviour of companies within the Company Law.
b. http://clb.nic.in/Oraganisation.htm
The CLB is a quasi-judicial body, exercising equitable jurisdiction, which was
earlier being exercised by the High Court or the Central Government. The Board
has powers to regulate its own procedures
c. http://www.hrhelpboard.com/contract-n-letters/show-cause-notice/80
Show cause notice orders an employee to defend or explain the reason that why
an action must not be taken against him and if he/she fails to do the same an
action can be taken against the employee depending upon the reason for the
notice. It is given to those who dont follow companys principle. If person is
unable to give genuine or satisfactory reason then management can take action on
them which include termination of job.
d. http://criminal.findlaw.com/criminal-charges/conspiracy.html
A criminal conspiracy exists when two or more people agree to commit almost
any unlawful act, then take some action toward its completion. The action taken
need not itself be a crime, but it must indicate that those involved in the
conspiracy knew of the plan and intended to break the law. One person may be
charged with and convicted of both conspiracy and the underlying crime based on
the same circumstances.
e. https://id.wikipedia.org/wiki/Crore
Crore adalah satuan sistem angka India dan sebelumnya merupakan sistem angka
Persia. Crore masih banyak digunakan di Bangladesh, India, Maladewa,
Nepal, Pakistan, dan Sri Lanka, dan sebelumnya pernah digunakan di Iran. Crore
India sama dengan 100 lakh atau 10 juta. Crore Iran adalah
setengah juta (500.000).
f. http://goldenpeacockaward.com/about-us.html
Golden Peacock Awards, instituted by the Institute Of Directors (IOD), India
in 1991, are now regarded as a benchmark of Corporate Excellence worldwide.
b. http://www.gadgetsnow.com/tech-news/Satyam-scam-Ramalinga-Raju-
sentenced-to-7-years-injail-fined-Rs-5-crore/articleshow/46862324.cms
Six years after the biggest accounting fraud shook the corporate world in
India,Satyam founder B Ramalinga Raju was on Thursday sentenced to 7 years in
jail and was fined Rs 5 crore by a special court in Hyderabad.
Nine other accused were also sentenced to seven years rigorous imprisonment.
Earlier in the day, Raju and nine others were found guilty by the court on charges
of criminal conspiracy and cheating in the Rs 7000 crore scam.
Except Raju's another brother B Suryanarayana Raju and former internal chief
auditor V S Prabhakar Gupta, all the others eight accused were found guilty under
IPC sections 467, 468, 471 and 477A, relating to forgery of security, forgery for
purpose of cheating and falsification of accounts, according to V Chandrashekhar,
Superintendent of Police, CBI Hyderabad Zone.
While the accounting fraud was to the tune of Rs 7,000 crore, it had caused an
estimated notional loss of Rs 14,000 crore to investors and unlawful gains of Rs
1900 crore to Raju and others.
Ramalinga Raju and his brother and Satyam's former managing director B Rama
Raju were also found guilty under section 409 of IPC relating to criminal breach
of trust.
All the ten accused were present in the court, where media was not allowed, when
the verdict was pronounced.
After pronouncing the order, the judge directed the CBI to take all the accused
into custody.
Touted as the country's biggest accounting fraud, the Satyam scam had come to
light on January 7, 2009, after the firm's founder and then Chairman Ramalinga
Raju allegedly confessed to manipulating his company's account books and
inflating profits over many years.
Around 3,000 documents were marked and 226 witnesses examined during the
trial that began nearly six years back.
Besides Ramalinga Raju, the others accused are - B Rama Raju, former Chief
Financial Officer Vadlamani Srinivas, former PwC auditors Subramani
Gopalakrishnan and T Srinivas, Suryanarayana Raju, former employees G
Ramakrishna, D Venkatpathi Raju and Ch Srisailam and Satyam's former internal
chief auditor V S Prabhakar Gupta.
Satyam was purchased by Mahindra & Mahindra owned company Tech Mahindra
in April, 2009.