Anda di halaman 1dari 8

TATA KELOLA ETIS PERUSAHAAN DAN AKUNTABILITAS

Pada saat ini lingkungan tempat bisnis beroperasi semakin kompleks sehingga
hal tersebut menjadi tantangan etika bagi setiap perusahaan. Jika mereka sampai
melakukan tindakan yang melanggar etika, maka hal tersebut dapat menimbulkan
risiko yang besar dan akan berpengaruh buruk bagi reputasi dan pencapaian tujuan
perusahaan secara keseluruhan. Jadi, sangat dibutuhkan sistem tata kelola perusahaan
yang menyediakan aturan serta akuntabilitas yang tepat untuk kepentingan pemegang
saham dan semua pemangku kepentingan lainnya.
A. Kerangka Tata Kelola dan Akuntabilitas Modern untuk Pemegang Saham
dan Para Pemangku Kepentingan Lainnya.
politisi Amerika menciptakan kerangka tata kelola dan akuntabilitas baru yang
dikenal dengan Sarbanes-Oxley Act (SOX) yang bertujuan untuk memulihkan
kembali kepercayaan investor dan memfokuskan kembali tata kelola perusahaan pada
tanggung jawab direksi terhadap kewajiban fidusia mereka, yakni tanggung jawab
terhadap kepentingan pemegang saham dan para pemangku kepentingan lainnya.
Perusahaan bertanggung jawab secara hukum kepada pemegang saham dan
secara strategis kepada pemangku kepentingan tambahan yang dapat secara signifikan
mempengaruhi pencapaian objektifnya. Dalam proses tata kelola berorientasi pada
akuntabilitas-pemangku

kepentingan

(Stakeholder-Accountability

Oriented

Governance Process (SAOG), Dewan Direksi harus mempertimbangkan semua


kepentingan stakeholder. Dewan Direksi memastikan bahwa tindakan perusahaan
berpedoman pada visi perusahaan, misi, strategi, kebijakan, kode etik, praktik, sesuai
mekanisme, dan pengaturan umpan balik. Jika tidak, perusahaan dapat kehilangan
dukungan dari satu atau lebih stakeholder. Pedoman yang tepat diperkuat oleh
mekanisme umpan balik harus diberikan kepada manajemen dan diperkuat oleh
budaya perusahaan yang etis. Jika tidak, manajemen dapat bertindak seenaknya
karena tidak ada pedoman yang membatasi serta umpan balik.
B. Ancaman Bagi Tata Kelola dan Akuntabilitas yang Baik
- Salah mengartikan tujuan dan kewajiban fidusia.
Personel dapat salah memahami tujuan perusahaan adalah menjadi yang paling
menguntungkan, sehingga mengambil tindakan yang membawa keuntungan
jangka pendek. Hal tersebut dapat diakibatkan karena kurangnya bimbingan
-

yang tepat dan/atau kurangnya mekanisme kepatuhan.


Kegagalan dalam mengidentifikasi dan mengelola risiko etika.

Seiring dengan meningkatnya kompleksitas, volatilitas, dan risiko yang


melekat pada kepentingan dan operasi perusahaan, maka risiko harus dapat
diidentifikasi, dinilai, dan dikelola dengan hati-hati. Prinsipnya yaitu, risiko
etika terjadi ketika terdapat kemungkinan harapan stakeholder tidak terpenuhi.
Menemukan dan memperbaikinya adalah sangat penting untuk menghindari
krisis atau kehilangan dukungan dari para pemangku kepentingan. Hal itu
dapat dilakukan dengan menetapkan tanggung jawab, mengembangkan proses
-

tahunan, dan tinjauan dari dewan organisasi.


Konflik Kepentingan
Seluruh karyawan dan pimpinan perusahaan harus dapat menjaga kondisi yang
bebas dari konflik kepentingan. Konflik kepentingan terjadi ketika penilaian
independen seseorang menjadi goyah, atau ada kemungkinan goyah dalam
membuat keputusan terkait dengan kepentingan terbaik lainnya yang
bergantung pada penilaian tersebut. Hal ini bisa saja terjadi karena karyawan
dan pimpinan perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung
memiliki kepentingan pribadi dalam mengambil suatu keputusan yang
seharusnya diambil secara objektif, bebas dari keragu-raguan, dan demi
kepentingan terbaik dari perusahaan. Konflik kepentingan ini lebih dari
sekedar bias, dimana dapat diukur dan disesuaikan. Jadi karena ketidakjelasan
sifat dan besarnya pegaruh, perhatian harus benar-benar diberikan pada setiap
kecenderungan yang menuju kepada bias.

C. Manajemen untuk Menghindari dan Meminimalkan Konsekuensi


1. Penghindaran
Pendekatan yang dianjurkan jika konflik kepentingan tampak dapat

dihindari
Memastikan bahwa semua karyawan menyadari keberadaan dan
konsekuensi mereka melalui kode etik dan pelatihan terkait

2. Pengungkapan atas para stakeholder yang mengandalkan keputusan


Menurut teori agensi, shareholder berharap dan ingin para manajer
dan karyawan nonmanajerial berperilaku sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan untuk perusahaan
3. Manajemen konflik atas stakeholder

KASUS
INFOSYS TECHNOLOGIES, LTD.
LATAR BELAKANG
A. Profil Infosys Technologies, Ltd.
Infosys merupakan perusahaan pengembang software dengan pusat di Bangalore
India. Infosys didirikan pada tahun 1981 oleh tujuh orang insinyur, Nagavara
Ramarao Narayana Murthy, Nandan Nilekani, Kris Gopalakrishnan, SD Shibulal, K
Dinesh dan NS Raghavan resmi menjadi karyawan pertama perusahaan dengan modal
awal sebesar US$250. Para pendiri memulai perusahaan dengan investasi awal INR
10.000. Perusahaan ini didirikan dengan nama "Infosys Consultants Pvt Ltd" terdaftar
sebagai kantor di Model Colony, Pune. Infosys memiliki lebih dari 165,000 karyawan

dan secara global, kami memiliki 73 kantor penjualan dan pemasaran, dan 93 pusat
pengembangan sampai pada tanggal 31 Maret 2014.
Perusahaan didirikan dengan prinsip membangun dan mengimplementasikan
pemikiran-pemikiran besar yang mendorong kemajuan klien dan memperpanjang
kehidupan melalui solusi perusahaan.
Infosys sangat mengutamakan hubungan yang mencerminkan budaya etika yang
teguh dan saling menghormati terhadap semua klien nya. Hal ini dapat dilihat dari
pendapatan Infosys yang sebesar 98.1% berasal dari klien lama yang selalu loyal
terhadap Infosys.
Infosys go public pada tahun 1993. Menariknya, Infosys IPO sebelumnya berada di
bawah ketentuan yang dipersyaratkan tetapi hal itu diselamatkan oleh US bankir
investasi Morgan Stanley yang mengambil 13% dari ekuitas pada harga penawaran
Rs. 95 per saham. Harga saham melonjak ke Rs. 8.100 pada tahun 1999. Pada tahun
2000 saham Infosys menyentuh Rs. 310 karena insiden bencana 11 September yang
mengubah semua itu, akan tetapi pada tahun 2001 kinerja perusahaan Infosys
meningkat dengan pendapatan $ 400juta.
Pada tahun 2001, Infosys dinilai sebagai Best Employer di India oleh Business
Today. Infosys dinilai sebagai employer terbaik yang bekerja untuk tahun 2000, 2001,
dan 2002 oleh Hewitt Associates. Pada tahun 2007, Infosys menerima lebih dari 1,3
juta aplikasi dan memperkerjakan sedikitnya 3% dari pelamar. Infosys adalah satusatunya perusahaan India yang memenangkan penghargaan Global MAKE (Most
Admired Knowledge Enterprises) untuk tahun 2003, 2004 dan 2005, dan dilantik ke
Global Hall of Fame pada saat yang sama.
B. Visi dan Misi
Visi :
To be a globally respected corporation that provides best-of-breed business
solutions leveraging technology delivered by best-in-class people.
Misi :
To achieve objectives in an environment of fairness, honesty, and courtesy towards
clients, employees, vendors andsociety at large.
PEMBAHASAN
A. Tantangan yang dihadapi Infosys Technologies, Ltd.
1. Tantangan pertama yang dihadapi Infosys terjadi pada tahun 1984, dimana pada
saat itu Infosys memutuskan untuk mengimpor super minicomputer agar Infosys
dapat segera mengembangkan software untuk klien di luar negeri. Ketika
minicomputer tersebut sampai di Bandara Banglore, petugas setempat menolak

untuk mengurusnya kecuali jika Infosys mau memberikan semacam sogokan


untuk meloloskannya. Satu-satunya cara untuk meloloskannya dengan bersih
(tanpa korupsi) hanyalah dengan membayar biaya sebesar 135% dari yang
seharusnya. Infosys memilih membayar pemerintah sesuai ketentuan daripada
memberikan suap kepada petugas pemerintah. Di India, suap sangat memberikan
pengaruh signifikan untuk kesuksesan suatu bisnis. Sesuatu yang tidak normal di
India jika terdapat perusahaan yang dapat memenangkan tender tanpa
memberikan sogokan kepada calon klien mereka.
2.

Infosys menawarkan kontrak senilai $1juta dari suatu perusahaan besar dalam
keadaan perekonomian yang sedang berkembang. CIO perusahaan tersebut
kemudian mengundang Narayana Murthy makan malam. Dalam acara makan
malam itu, CIO meminta sogokan berupa mobil mewah agar tawaran Infosys
diterima. Narayana kemudian menolak permintaan sogokan tersebut, dan Infosys
pada akhirnya tetap memenangkan tawaran tersebut.

3.

Infosys tidak mampu bersaing dengan rival mereka karena mereka banyak

4.

menggunakan taktik bisnis untuk merendahkan ongkos produksi dan pajak.


Infosys pernah berhenti mendistribusikan piranti lunak yang menyedot banyak
tambahan biaya (extra-cost) dikarenakan harus mengimpor barang tersebut yang

bea masuknya sangat tinggi pada akhir tahun 1980.


5. Tidak setiap manager Infosys mematuhi nilai-nilai perusahaan.
Mantan kepala penjualan di seluruh dunia Infosys ini, asisten eksekutif yang di
AS menuduhnya melakukan pelecehan seksual. Dia harus mengundurkan diri,
6.

dan Infosys dan asuransi yang dibayar lebih dari $ 3 milInfosys baru-baru ini.
Dengan dikenal sebagai perusahaan yang berbasis nilai membuat tekanan pada

7.

Infosys untuk melakukan yang lebih lagi di bidang-bidang lain (other areas).
Isu terakhir mengenai Infosys, bahwa perusahaan dituduh melanggar hukum AS
visa dengan menyediakan pekerja penuh waktu dengan visa dimaksudkan hanya
untuk pengunjung (business-trip visa yang diberikan dengan tujuan untuk
seminar dan traininig)

B. Tindakan Infosys Technologies, Ltd.


1. Infosys dalam mengatasi tekanan untuk menghadapi tindakan korupsi dengan
menanamkan sifat-sifat mulia dan berbudi luhur di dalam diri masing-masing
terlebih dahulu. Hal ini membuat seluruh pegawai Infosys, tidak hanya Narayana
Murthy selaku petinggi perusahaan, mendapatkan kepercayaan diri untuk

melakukan segala sesuatu mengikuti prosedur yang benar dan memang sudah
seharusnya. Hal ini juga menjadikan mereka menjadi lebih berkomitmen terhadap
perusahaan dan menjadi lebih produktif. Karena ethnical image inilah :
a. Infosys justru mendapat kepercayaan lebih dari klien untuk melakukan proyek
yang lebih besar.
b. Values yang ditanamkan sejak awal ini kemudian menjadi keuntungan atau
kelebihan utama Infosys, memberikan pendapatan yang lebih besar,
c. Menghasilkan pegawai berkemampuan tinggi, investor besar, dan semakin
dihormati oleh pemerintah dan masyarakat.
2. Infosys menciptakan sistem nilai yang dibuat perusahaan, dinamakan C-LIFE yaitu
sebagai berikut:
1. Kepuasan pelanggan (Customer delight):
- Sebuah komitmen untuk melebihi harapan pelanggan kami.
2. Kepemimpinan dengan contoh (Leadership by Example):
- Komitmen untuk menetapkan standar dalam bisnis dan transaksi kami dan
menjadi contoh bagi industri dan tim kita sendiri.
3. Integritas dan transparansi (Integrity and Transparency):
- Komitmen untuk menjadi etis, tulus dan terbuka dalam hubungan kita.
4. Keadilan (Fairness):
- Komitmen untuk bersikap objektif dan berorientasi transaksi, sehingga
mendapatkan kepercayaan dan rasa hormat.
5. Pencapaian terbaik (Pursuit of Excellence):
- Komitmen untuk berusaha tanpa henti, untuk terus meningkatkan Diri kita
sendiri, tim kami, layanan kami dan produk sehingga menjadi yang terbaik.
KESIMPULAN
Sejak awal perusahaan Infosys membangun perusahaan yang taat pada aturan dan
selalu belandaskan pada nilai etika. Bukan profit saja yang mereka kejar, tapi dengan
mengedepankan tata kelola yang beretika maka perusahaan dapat mengejar
ketinggalannya dalam segi profit. Perusahaan Infosys ingin menjadi benchmarking
bagi perusahaan di dunia terutama di India ,bahwa perusahan dapat hidup dan bahkan
menjadi perusahaan yang sukses tanpa adanya korupsi.

DAFTAR PUSTAKA

Brooks, Leonard J. dan Paul Dunn. 2012. Business and Professional Ethics for
Directors, Executives and Accountants. Edisi 6. Mason City: South- Western
Cengage Learning.
Kartikadewi, Chitarani, dkk. 2014. Corporate Ethical Governance & Accountability.
MAKSI-PPAK FE Universitas Indonesia.

TUGAS ETIKA PROFESI DAN TATA KELOLA KORPORAT

CHAPTER 5
CORPORATE ETHICAL GOVERNANCE & ACCOUNTABILITY
CASE :
INFOSYS TECHNOLOGIES, LTD.

Disusun Oleh :
Ni Made Malinkaya Petitsa 14/377080/EE/07013
Silviana Isyanto
14/377098/EE/07031
Simon Nisja Putra Zai
14/377099/EE/07032

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA

Anda mungkin juga menyukai