Anda di halaman 1dari 9

Mata Kuliah : Etika Bisnis dan Pengelolaan Perusahaan

SKS : 3 Dosen : Dr. Yusup, MM.

TA. : 2021/2022

Semester : Genap / 2

1. Mengapa setiap perusahaan perlu menerapkan etika bisnis dan juga tanggung jawab
sosial?
Etika bisnis atau disebut pula etika manajemen ialah penerapan standar moral ke
dalam kegiatan bisnis. Etika bisnis adalah seperangkat nilai tentang baik, buruk, benar dan
salah dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip – prinsip moralitas. Dalam arti lain, etika
bisnis berarti seperangkat prinsip dan norma di mana para pelaku bisnis harus komit dalam
bertransaksi, berperilaku, dan berelasi guna mencapai tujuan – tujuan bisnisnya dengan
selamat. Secara sederhana etika dalam berbisnis berarti mempelajari tentang mana yang
baik/buruk, benar/salah dalam dunia bisnis berdasarkan kepada prinsip – prinsip moralitas.
Dalam perusahaan, etika bisnis dapat membentuk suatu nilai, norma dan perilaku
karyawan serta pimpinan untuk menciptakan suasana hubungan yang adil dan sehat baik itu
dengan sesama rekan kerja maupun konsumen. Dari etika bisnis itulah secara tidak langsung
akan mendorong adanya sikap tanggung jawab dalam menjalankan bisnis. Sehingga segala
aktivitas bisnis dapat berjalan dengan baik dan lancar jika etika bisnis dapat dipegang teguh
dan praktiknya diatur oleh perusahaan.
Bagi sebuah perusahaan, etika bisnis merupakan hal penting dalam membangun
kiprah perusahaan. Dalam membangun dan memperluas kiprah perusahaan menjadi lebih
baik, tentunya tidak mudah untuk dilakukan. Salah satu cara untuk dapat mencapainya
adalah dengan menerapkan etika bisnis dalam perusahaan. Dalam menerapkan etika bisnis,
perusahaan akan mendapatkan manfaat sebagai berikut:
1. Memiliki Citra Baik di Mata Pelanggan
2. Perusahaan Menjadi Tepercaya
3. Memaksimalkan Keuntungan
4. Memerhatikan Kepentingan Bersama
5. Menjunjung Nilai Moral
Menurut Post, Lawerence dan Weber (2002:14) terdapat 7 alasan sebuah
perusahaan harus menjalankan bisnis secara beretika, yaitu sebagai berikut:
1. Meningkatkan harapan publik agar perusahaan menjalankan bisnisnya secara
etis. Perusahaan yang tidak menjalankan bisnisnya secara etis akan mengalami
sorotan, kritik, bahkan hukuman
2. Perusahaan tidak melakukan berbagai tindakan yang membahayakan
stakeholders lainnya.
3. Meningkatkan kinerja perusahaan
4. Meningkatkan kualitas hubungan bisnis antara dua belah pihak yang melakukan
hubungan bisnis.
5. Perusahaan dapat terhindar dari penyalahgunaan yang dilakukan oleh karyawan
maupun competitor yang bertindak tidak etis
6. Menghindari terjadinya pelanggaran hak-hak pekerja oleh pemberi kerja
7. Mencegah agar perusahaan tidak memperoleh sanksi hukum karena telah
menjalankan bisnis secara tidak etis
Setiap bentuk perusahaan mempunyai tanggungjawab untuk mengembangkan lingkungan
sekitarnya melalui program-program social seperti program pendidikan dan lingkungan dan lain
sebagainya. Yang demikian itu disebut Corporate Social Responsiblity (CSR). Corporate Social
Responsibility (CSR) merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak
etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari komunitas setempat ataupun
masyarakat luas, bersaman dengan peningkatan taraf hidup pekerja beserta keluarganya.

Menurut Bhatt, 2002, terdapat tiga alasan mengapa perusahaan melakukan CSR:

1. Perusahaan setidaknya harus patuh (comply) terhadap peraturan nasional. Demikian pula
dengan multinasional yang harus mematuhi ketentuan hukum, kesepakatan, konvensi
ataupun standar internasional yang berlaku.
2. Risk minimisation. Lebih dari sekedar kepatuhan, perusahaan harus menyadari impact nyata
dan impact potensial secara sosio ekonimi, politik maupun lingkungan. Berdasarkan pada
kesadaran inilah, perusahaan harus mengembangkan dan mengimplementasikan kebijakan
serta prosedur untuk meminimalisasi berbagai kerusakan atau kerugian yang mungkin
dihasilkan dari operasi perusahaan atau dari rekanan bisnisnya.
3. Value Creation. Lebih dari sekedar kepatuhan dan meminimalisasi kerusakan, perusahaan
dapat menciptakan “positive social value” dengan melibatkan masyarakat di dalamnya
(engage in), seperti inovasi investasi sosial (innovative social investment), konsultasi dengan
stakeholders, dialog kebijakan (policy dialogue), dan membangun institusi masyarakat
(building civic institution), baik secara mandiri ataupun bersama dengan perusahaan yang
lain.

8. Tanggung jawab
Sosial Perusahaan atau
Corporate Social
Responsibility (CSR)
9. adalah suatu konsep
bahwa organisasi,
khususnya (namun
bukan hanya)
perusahaan adalah
10. memiliki berbagai
bentuk tanggung
jawab terhadap
seluruh pemangku
kepentingannya,
11. yang di antaranya
adalah konsumen,
karyawan, pemegang
saham, komunitas dan
12. lingkungan dalam
segala aspek operasional
perusahaan yang
mencakup aspek
ekonomi,
13. sosial, dan
lingkungan.
14. Tanggung jawab
Sosial Perusahaan atau
Corporate Social
Responsibility (CSR)
15. adalah suatu konsep
bahwa organisasi,
khususnya (namun
bukan hanya)
perusahaan adalah
16. memiliki berbagai
bentuk tanggung
jawab terhadap
seluruh pemangku
kepentingannya,
17. yang di antaranya
adalah konsumen,
karyawan, pemegang
saham, komunitas dan
18. lingkungan dalam
segala aspek operasional
perusahaan yang
mencakup aspek
ekonomi,
19. sosial, dan
lingkungan.
2. Setiap keputusan yang diambil oleh perusahaan, selalu memiliki dampak yang signifikan
terhadap masyarakat. Terhadap keputusan tersebut, terkadang ada yang pro dan juga ada
yang kontra atau menolaknya. Menurut anda dalam menyelesaikan hal tersebut?
Pengertian Pengambilan Keputusan Robins (1997) dalam Syafaruddin berpendapat
bahwa “decision making is which in choses between two or more alternative ”. Hal tersebut
berarti pengambilan keputusan ialah memilih dua alternatif atau lebih untuk melakukan suatu
tindakan tertentu baik secara pribadi maupun kelompok. Demikian pula Drommond (1985)
berpendapat bahwa pengambilan keputusan merupakan usaha penciptaan kejadian-kejadian
dan pembentukan masa depan (peristiwa-peristiwa pada saat pemilihan dan sesudahnya).
Sejalan dengan beberapa pendapat di atas Mondy dan Premeaux (1995) menjelaskan bahwa
“decision making is the process of greating and evaluating alternatives and making choises
among them”. Pendapat ini menegaskan bahwa pengambilan keputusan merupakan proses
pada saat sejumlah langkah yang harus dilakukan dengan pengevaluasian alternatif untuk
membuat putusan dari semua alternatif yang ada. Berikut adalah tahapannya mengambil
keputusan dalam perusahaan:
1. Menetapkan keputusan: Sebelum memulai, sebuah perusahaan harus memastikan bahwa
keputusan yang diambil realistis, dapat diukur, dan dilaksanakan sesuai waktu yang
ditetapkan.
2. Mengumpulkan informasi: Perusahaan harus mulai mengumpulkan informasi dengan
melakukan penelitian primer dan sekunder. Contohnya, perusahaan dapat menyebar
kuesioner, melalukan wawancara, atau mengumpulkan data-data eksternal yang
berhubungan dengan industri perusahaan untuk mendukung pengambilan keputusan.
3. Menimbang semua faktor: Luangkan waktu untuk menimbang semua faktor internal dan
eksternal yang mempengaruhi pengambilan keputusan berdasarkan informasi yang
dikumpulkan di tahap sebelumnya. Untuk membantu perusahaan dalam menjabarkan
informasi terkait pengambilan keputusan, perusahaan dapat menerapkan alat-alat khusus
dalam situasi tertentu:
a. Cost-Benefit Analysis: melibatkan analisis biaya yang dikeluarkan dan manfaat
yang diperoleh terkait pengambilan keputusan. Analisis ini akan membantu
mengarahkan perusahaan untuk memilih keputusan yang memberikan manfaat
maksimal dan meminimalkan biaya.
b. T-Chart: analisis komparatif untuk menimbang semua kelebihan dan kekurangan
eksternal terkait pengambilan keputusan.
c. SWOT Analysis: analisis yang mempertimbangkan kelebihan dan kelemahan
perusahaan, serta peluang dan ancaman yang akan dihadapi saat pengambilan
keputusan.
4. Melaksanakan pengambilan keputusan: Perusahaan harus memilih keputusan yang terbaik
setelah menimbang faktor internal dan eksternal. Keputusan yang diambil harus sesuai
dengan tujuan perusahaan dan membantu menyelesaikan beberapa tantangan yang
dihadapi perusahaan. Selanjutnya, ambil tindakan atas keputusan tersebut dan pastikan
perusahaan juga mempersiapkan back-up plan jika suatu masalah terjadi.
5. Evaluasi setiap keputusan: Tinjau semua keputusan untuk memeriksa apakah tujuan sudah
tercapai. Pertimbangkan juga terkait hal-hal yang bisa ditingkatkan untuk pengambilan
keputusan di masa depan dengan mengumpulkan masukan dari anggota lainnya di
perusahaan.

3. Etika bisnis juga menjelaskan sedikit tentang teori keadilan sosial yang dibikin oleh John Rawls
yang mengatakan bahwa teorinya ingin menyelesaikan kontroversi yang menjadi dilema antara
liberty dan equality. Apakah hal ini bisa dimungkinkan untuk diterapkan oleh perusahaan?
Pengertian keadilan menurut John Rawls, seorang profesor dan pengajar pada beberapa
universitas terkemuka di Amerika Serikat seperti Cornell University, MIT, Harvard University.
Dalam bukunya yang berjudul Theory of Justice, Rawls berpandangan bahwa justice as fairness.
Tidak ada keadilan dalam greater walfare yang diperoleh dengan adanya beberapa situasi
individu-individu yang tidak beruntung. Untuk menciptakan kehidupan yang memuaskan,
diperlukan adanya skema kerja sama dengan pembagian keuntungan di mana kerja sama
tersebut melibatkan semua pihak termasuk mereka yang kurang beruntung. Justice as fairness
tersebut didasari pada doktrin kontrak, yang memandang perjanjian terdiri dari dua bagian.
Pertama, sebuah interpretasi atas keadaan saat ini dan permasalahan yang dipilih. Kedua sebuah
pengaturan prinsip. Dalam hal ini para individu yang rasional memilih untuk mengikatkan diri
pada situasi yang menghendaki terwujudnya suatu keadilan (justice as fairness) tersebut dan
kemudian menegaskan dan membenarkan konsep keadilan (justice as fairness) yang dimaksud.
Ketika individu-individu yang rasional tersebut memilih untuk mengikatkan diri dalam
suatu perjanjian sesungguhnya mereka menerima suatu the original position. Maksudnya suatu
rasionalitas dan umum yang dipilih dan diterima di mana tidak ada individu yang memililki
keuntungan atau ketidakberuntungan secara alamiah (misalkan buta atau tuli) atau pun secara
sosial (misalkan miskin). The original position menunjukkan persamaan kedudukan (equal)
manusia sebagai moral individu yang dapat merasakan konsep baik dan keadilan, sehingga
individu yang rasional tersebut memilih prinsip ini. Konsep the original position kemudian
bergabung dengan konsep the vail of ignorance, di mana individu dalam the orginal position
tersebut tidak memiliki informasi mengenai generasi dan situasi mana dia berada. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa makna keadilan menurt John Rawls adalah keadilan
merupakan kesetaraan dalam ketidaksetaraan. Keadilan dalam kesetaraan maksudnya terdapat
kebebasan (liberty) dan hak politik dasar yang sama bagi setiap manusia tanpa memandang
kelebihan atau kekurang yang dimiliki, dimana kebebasan (liberty) dan hak politik disini tidak
boleh dikurangi atau dikompensasikan dengan yang lain. Hal ini menjadi hal yang penting bagi
Rawls terutama melihat pengalaman hidupnya ketika berkarir di militer salama perang dunia
kedua. Keadilan dalam ketidaksetaraan maksudnya terhadap individu tersebut berada pada posisi
yang tidak beruntung akan mendapatkan keuntungan (benefit) yang lebih dari pada mereka yang
beruntung. Ketidaksetaraan ini kemudian bukan berarti ketidaksetaraan dalam kesempatan
(opportunity) karena akses terhadap posisi atau jabatan otoritas tersebut terbuka bagi semua.
Rawls berargumen bahwa liberty dan equality dapat dipadukan dalam satu prinsip
keadilan. Yaitu: "setiap orang memiliki hak yang sama terhadap kebebasan asasi, dan bila terjadi
ketidakadilan maka kaum yang tertinggallah yang harus diuntungkan olehnya". Inilah prinsip yang
harus tertanam di dalam institusi-institusi sosial bila keadilan sosial hendak sungguhsungguh
diwujudkan. "Justice is the first virtue of social institutions, as truth is of systems of thought", kata
Rawls. Latar teori Rawls adalah suatu masyarakat demokrasi konstitusional. Konsep manusia di
dalam teori itu adalah sosok warga negara rasional. Di dalam konstruksi politik semacam ini,
pluralitas nilai dan kedudukan sosial tidak menghalangi masyarakat untuk tiba pada kesepakatan
tentang keadilan, karena setiap orang diandaikan didorong oleh keinginan etis untuk menghindar
dari kemungkinan dirugikan oleh suatu aransemen sosial. Itulah sebabnya setiap orang ingin
dilindungi oleh prinsip keadilan yang sama. Karena itu, seseorang yang ikut di dalam perjanjian
sosial itu tetap bertumpu pada kedudukan primernya sebagai pemilik hak-hak dasariah. Justru
karena kedudukan primer dari hak- hak dasariah yang individual itulah maka suatu prinsip
keadilan sosial yang menjamin kemerataan dan keuntungan bagi mereka yang tertinggal, menjadi
keutamaan suatu masyarakat demokratis. Oleh karena itu teori Rawls ini dapat diterapkan dalam
etika bisnis perusahaan dengan memperhatikan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di
Indonesia.

4. Dalam etika bisnis, sudah diketahui tentang prinsip yang harus dipegang teguh oleh
perusahaan dan sebisa mungkin diterapkan secara utuh. Namun, apakah kondisi ideal untuk
memegang prinsip tersebut bisa terlaksana dengan baik untuk diterapkan?

Dalam etika bisnis yang diterapkan dalam sebuah perusahaan harus memegang prinsp
perusahaan. Penerapan prinsip etika bisnis dalam sebuah tindakan adalah suatu keharusan untuk
dipegang teguh oleh semua aspek yang terikat dengan perusahaan. Prinsip etika bisnis mencakup
segala aspek lebih umum, namun penerapannya harus tepat sasaran karena sebagai pondasi
dalam membangun sebuah perusahaan. Berbeda dengan etika profesi akuntansi yang cukup
khusus menangani seputar masalah keuangan, namun prinsip etika bisnis menjadi lebih sulit
karena melibatkan lebih banyak elemen. Dalam praktiknya, prinsip etika bisnis akan membentuk
nilai, norma, dan perilaku pekerja dari bawahan hingga atasan. Penerapan prinsip etika bisnis di
sebuah perusahaan akan membangun hubungan yang adil dan sehat, baik di antara sesama rekan
kerja, pemegang saham, pelanggan, dan masyarakat. Dan semua pihak tersebut perlu memahami
pengertian dan manfaat etika berbisnis. Serta harus menjadikan prinsip etika bisnis sebagai salah
satu standar di tempat kerja. Berikut ini penjelasan dan penerapan prinsip etika bisnis bagi
perusahaan.
a. Prinsip Kejujuran

Prinsip kejujuran harus menjadi dasar penting bagi segala bidang bisnis. Bagi
sebagian pebisnis, baik pengusaha modern maupun pengusaha konvensional menyatakan
bahwa kejujuran merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam bisnis. Secara umum,
bisnis yang berjalan tanpa mengadopsi prinsip kejujuran tidak akan bisa bertahan lama. Bagi
pengusaha, kejujuran terkait dengan kualitas dan harga barang yang ditawarkan kepada
konsumen. Contoh penerapan prinsip kejujuran dapat dilihat kegiatan menjual produk
berkualitas tinggi dengan harga yang wajar dan masuk akal. Kejujuran memiliki dampak
besar pada proses menjalankan bisnis karena ketika pengusaha tidak jujur, maka akan
menjadi awal kemunduran dan kehancuran bisnis. Apalagi untuk bisnis di era digital seperti
sekarang ini, tingkat persaingannya sangat tinggi menuntut prinsip kejujuran sebagai prinsip
etika bisnis yang harus dipegang teguh untuk mempertahankan loyalitas konsumen.

b. Prinsip Integritas Moral


Prinsip integritas moral yang diterapkan dengan baik sangat berguna untuk menjaga
nama baik perusahaan. Selain itu, prinsip ini akan kepercayaan konsumen terhadap.
Penerapan prinsip integritas moral harus dilakukan oleh semua pihak, baik pemilik bisnis,
karyawan, dan manajemen perusahaan.
c. Prinsip Kesetiaan
Prinsip kesetiaan selalu berkaitan dengan proses menjalankan sebuah bisnis yang
dilakukan oleh pekerja, baik manajemen, atasan, dan bawahannya. Prinsip kesetiaan dapat
diterapkan dengan cara kerja dan keseriusan dalam menjalankan bisnis yang sesuai dengan
visi dan misi perusahaan. Penerapan prinsip kesetiaan berarti bahwa pebisnis dan elemen-
elemen yang ada di dalamnya tidak boleh membingungkan masalah pribadi dengan masalah
pekerjaan.

5. Bagaimana contoh penerapan etika bisnis yang sederhana dalam setiap kegiatan bisnis sesuai
dengan yang kamu ketahui?
Maka berikut adalah contoh penerapannya dalam bisnis:
a. Menyebutkan Nama Klien dengan Baik
Salah satu contoh penerapan dari berbisnis yang penuh etika adalah menyebutkan nama
klien dengan baik saat rapat atau pertemuan. Menjadi sangat penting dan menjadi menghormati
ketika mengetahui nama klien yang akan diajak kerjasama. Hal ini juga bisa memberikan suasana
bisnis yang sehat, nyaman dan penuh kepercayaan.
b. Hadir Tepat Waktu Saat Janji Temu
Agaknya datang ngaret atau telat sama sekali bukan contoh bisnis yang baik. Datanglah tepat
waktu ketika ada janji temu apalagi ketika diadakan diluar kantor. Jangan biarkan klien menunggu
apalagi jika menjadi tuan rumah atau si pengundang.
c. Berdiri Saat Berkenalan
Kemudian contoh lain yang bisa dicoba untuk diterapkan adalah berdiri saat berkenalan
dengan klien. Jangan sampai terkesan terlalu bossy meski menjadi tuan rumah perusahaan. Sikap
sopan santun merupakan budaya ketimuran yang baik diterapkan dalam berbisnis.
d. Tidak Segan Mengucapkan Terimakasih
Contoh lainnya dari berbisnis yang baik adalah tidak segan untuk mengucapkan terimakasih
saat kegiatan meeting atau kontak dengan klien. Ini bisa menjadi salah satu pembangun citra
yang baik. Selain itu sudah menjadi keharusan bukan untuk berterimakasih pada orang lain dalam
kehidupan bersosial.
e. Membayar Tagihan Rapat
Rapat dan pertemuan bisnis seringkali terjadi diluar kantor seperti café, rumah makan, mall
atau tempat lainnya. Biasakan ketika menjadi tuan rumah yang mengundang untuk selalu tepat
dalam membayar tagihan. Jangan sampai klien yang mengeluarkan uang karena bisa memberikan
citra kurang baik.

Anda mungkin juga menyukai