BAB 1
RUANG LINGKUP BISNIS
PENGERTIAN BISNIS
Pengertian bisnis mencakup berbagai jenis aktivitas ekonomi dan dapat diterapkan pada berbagai
jenis organisasi atau entitas. Ini adalah bagian integral dari struktur ekonomi suatu negara dan
memiliki dampak yang signifikan pada pertumbuhan, lapangan kerja, serta kesejahteraan
masyarakat secara keseluruhan.
Bisnis, dalam konteks umum, merujuk pada aktivitas ekonomi atau komersial yang melibatkan
produksi, pertukaran, atau penjualan barang atau jasa dengan tujuan mendapatkan keuntungan
atau laba. Bisnis dapat memiliki berbagai bentuk dan skala, dari bisnis kecil yang dimiliki dan
dijalankan oleh individu hingga perusahaan besar yang beroperasi di tingkat internasional.
dalam bisnis. Lima jenis pemegang kepentingan yang terlibat dalam bisnis :
1. Pemilik. Setiap bisnis dimulai sebagai hasil ide dari seorang atau lebih menngenai barang atau
jasa, yang disebut Wiraswasta (entrepreneurs), yang mengorganisasikan, mengelola, dan
mengasumsikan resiko yang dihadapi mulai dari permulaan bisnis. Seorang wiraswasta yang
menciptakan bisnis pada mulanya menjalankan sebagai pemilik tunggal. Namun demikian,
selama bisnis tumbuh mungkin memerlukan tambahan dana lebih daripada yang dapat
disediakan oleh pemilik tunggal. Sebagai konsekuensi, pemilik tunggal akan memperbolehkan
orang lain menanamkan modal kedalam perusahaannya dan menjadi pemilik bersana. Banyak
perusahaan besar menjual saham kepada investor yang ingin menjadi Pemegang Saham
(share- holders/stock-holders) dari perusahaan tersebut. Perusahaan besar seperti
ExxonMobil, IBM dan General Motors mempunyai jutaan pemeganng saham. Saham mereka
dapat dijual kepada insvestor lain yang ingin menanamkan modalnya kedalam perusahaan ini.
Apabila kimerja perusahaan membaik, nilai sahamnya juga naik, seperti tercermin pada harga
saham yang lebih tinggi.
2. Kreditor. Perusahaan memerlukan dana lebih daripada yang didapat dari pemilik. Institusi
keuangan atau individu yang disebut Kreditor yang memberikan pinjaman. Ketika suatu
perusahaan pada mulanya didirikan, perusahaan memerlukan pengeluaran sebelum dapat
menjual barang dan jasa. Oleh karena itu, tidak dapat menggantungkan kepada uang tunai dari
perusahaan untuk menutupi pengeluaran. Kreditor meminjamkan dana kepada perusahaan bila
mereka percaya bahwa perusahaan tersebut mempunyai kinerja yang baik sehingga
mengembalikan pinjaman pokok beserta bunganya dikemudian hari.
3. Karyawan. Karyawan perusahaan diangkat untuk menyalurkan operasi perusahaan.
Karyawan yang bertanggung jawab mengelola tugas yang diberikan kepada karyawan lain dan
membuat keputusan penting perusahaan disebut manajer . Kinerja perusahaan sangat
tergantung pada keputusan yang dibuat para manajernya. Keputusan yang bagus dapat
membuat perusahaan menjadi sukses, tetapi keputusan yang kurang bagus dapat membuat
perusahaan gagal.
4. Pemasok, Perusahaan biasanya menggunakan bahan baku untuk menghasilkan produksinya.
Sebagai contoh, perusahaan manufaktur mobil menggunakan baja untuk membuat mobil,
sementara itu, perusahaan properti menggunakan semen, kayu dan bahan lainnya. Perusahaan
tidak dapat menyelasaikan proses produksinya bila mereka tidak mendapat bahan baku. Oleh
karena itu, kinerjanya sebagian tergantung pada kemampuan dari pemasoknya dalam
mengantarkan bahan baku tepat pada waktunya.
5. Pelanggan. Perusahaan tidak dapat bertahan hidup tanpa pelanggan. Untuk menarik
pelanggan, perusahaan harus memberikan barang atau jasa yang diperlukan dengan harga yang
pantas. Perusahaan juga harus meyakinkan bahwa produk yang dihasilkan cukup berkualitas
sehingga pelanggan puas. Apabila perusahaan tidak dapat memberikan barang atau jasa yang
berkualitas dengan harga pantas, pelanggan akan beralih keperusahaan pesaing. Perusahaan
juga telah menjaga kualitas dan harga dari produk mereka sedemikian rupa sehingga dapat
diterima pelanggan.
Secara umum, maksud dan tujuan bisnis sangat terkait erat dengan faktor-faktor berikut :
1. Pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen. Contohnya produk sepeda motor untuk
sarana transportasi yang mudah dan fleksibel
2. Keuntungan usaha. Semua organisasi bisnis menginginkan keuntungan secara finansial atas
usah yang mereka lakukan.
3. Pertumbuhan dan perkembangan yang berkelanjutan. Contoh organisasi bisnis dengna
tujuan ini adalah PT Perhutani yang melakukan Reboisasi dan penghijauan untuk kelestarian
usaha dimasa datang
4. Mengatasi berbagai risiko. Contoh usaha ini adalah biro jasa keamanan, embaga asuransi
5. Tanggung jawab social. Banyak usaha yang mulai peduli terhadap lingkungan sosial selain
mengejar keuntungan. Contohnya produk mobil ramah lingkungan, produk plastik daur
ulang.
Kemampuan dalam memahami kebutuhan dan keinginan konsumen merupakan salah satu cara
agar bisnis dapat dikelola secara berkelanjutan. Meskipun demikian, faktor yang sangat penting
dalam mengelola bisnis adalah memperoleh keuntungan bisnis. Keuntungan mempunyai
pengertian yang sangat luas dan berbeda bagi setiap individu atau kelompok yang memiliki bisnis.
Hal ini menyangkut perbedaan keyakinan normatif, sikap, perilaku, dan persepsi pelaku bisnis
atas pengelolaannya.
Keuntungan dalam teminologi bisnis adalah laba (nominal) yang diperoleh. Keuntungan dalam
hal ini berbeda dari pendapatan bisnis. Keuntungan bisnis diperoleh dari hasil operasi perusahaan
selama periode tertentu (penjualan dikurangi biaya-biaya untuk menghasilkan dan memasarkan
produk ditambah pajak). Keuntungan itu akan dipakai oleh bisnis dalam rangka meningkatkan
efisiensi dan efektifitas bisnis. Efisiensi dan efektifitas merupakan faktor kunci bisnis untuk
meraih kesempatan dan peluang yang besar dalam persaingan.
b. Bisnis Modal Ventura: Bisnis yang mendapatkan pendanaan dari perusahaan modal
ventura atau investor swasta.
c. Bisnis Crowdfunding: Bisnis yang mendapatkan dana dari sejumlah kecil investor
individu melalui platform crowdfunding.
3. Berdasarkan Model Pendapatan:
a. E-commerce: Bisnis yang menjual produk atau layanan secara online melalui platform
e-commerce.
b. Berlangganan: Bisnis yang menawarkan produk atau layanan berdasarkan langganan
bulanan atau tahunan.
c. Pendapatan iklan: Bisnis yang menghasilkan pendapatan utama dari iklan, seperti situs
web berita atau platform media sosial.
4. Berdasarkan Ukuran:
a. Mikro Bisnis: Bisnis dengan beberapa karyawan atau bahkan hanya pemiliknya,
biasanya dengan skala kecil.
b. Usaha Kecil dan Menengah (UKM): Bisnis dengan jumlah karyawan yang lebih besar
daripada mikro bisnis, tetapi masih dalam skala kecil atau menengah.
c. Perusahaan Besar: Bisnis yang memiliki jumlah karyawan yang signifikan dan
beroperasi di tingkat nasional atau bahkan internasional.
5. Berdasarkan Sektoral:
a. Manufaktur: Bisnis yang menghasilkan barang fisik, seperti mobil, pakaian, atau
peralatan elektronik.
b. Jasa: Bisnis yang menyediakan layanan profesional, seperti konsultasi, keuangan, atau
pendidikan.
c. Ritel: Bisnis yang menjual produk langsung kepada konsumen akhir, seperti toko- toko,
restoran, atau toko online.
d. Teknologi: Bisnis yang berfokus pada pengembangan dan penjualan teknologi atau
perangkat lunak.
e. Pertanian: Bisnis yang terkait dengan produksi pertanian, peternakan, atau perikanan.
6. Berdasarkan Tujuan Bisnis:
a. Bisnis Sosial: Bisnis yang memiliki misi sosial atau lingkungan, selain mencari
keuntungan finansial.
b. Bisnis Nirlaba: Organisasi yang beroperasi untuk tujuan nirlaba dan tidak mencari
keuntungan finansial.
Setiap bisnis memiliki latar belakang dan motivasi yang unik, dan kombinasi dari faktor-faktor di
atas dapat membentuk visi dan tujuan bisnis yang berbeda-beda. Keberhasilan bisnis seringkali
tergantung pada sejauh mana pemilik bisnis mampu memahami dan mengelola faktor-faktor
tersebut dengan baik.
Ada banyak faktor dan hal yang dapat melatarbelakangi kegiatan suatu bisnis. Faktor-faktor ini
dapat beragam tergantung pada tujuan, visi, dan lingkungan bisnis yang bersangkutan. Di bawah
ini adalah beberapa hal yang sering menjadi latar belakang atau motivasi untuk memulai dan
menjalankan suatu bisnis:
1. Peluang Pasar: Identifikasi peluang bisnis dalam pasar tertentu yang belum terpenuhi atau
dapat ditingkatkan. Bisnis dapat dimulai untuk memanfaatkan peluang ini dan memenuhi
kebutuhan pelanggan.
2. Inovasi dan Kreativitas: Dorongan untuk menciptakan produk atau layanan baru, lebih baik,
atau berbeda yang memecahkan masalah atau memenuhi keinginan pelanggan dengan cara
yang inovatif.
3. Minat dan Passion: Ketertarikan dan minat pribadi terhadap bidang tertentu dapat menjadi
dorongan kuat untuk memulai bisnis yang terkait dengan minat tersebut.
4. Kebebasan dan Kontrol: Keinginan untuk memiliki kendali atas hidup dan karir, serta
fleksibilitas dalam mengambil keputusan bisnis.
5. Pengalaman dan Keahlian: Pemilik bisnis yang memiliki pengalaman dan keahlian dalam
industri tertentu mungkin merasa siap untuk memulai bisnis di bidang tersebut.
6. Ketidakpuasan Terhadap Status Quo: Ketidakpuasan terhadap pekerjaan atau pengalaman
saat ini mungkin menjadi motivasi untuk menciptakan perubahan dan memulai bisnis yang
lebih baik.
7. Penciptaan Nilai: Dorongan untuk menciptakan nilai bagi pelanggan, masyarakat, atau
lingkungan melalui bisnis yang dijalankan.
8. Pendapatan yang Lebih Tinggi: Keinginan untuk meraih potensi pendapatan yang lebih
besar daripada yang bisa diperoleh melalui pekerjaan sebagai karyawan.
9. Peningkatan Kualitas Hidup: Tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pribadi, mencapai
keseimbangan kerja-hidup yang lebih baik, atau menciptakan kebebasan finansial.
10. Keberlanjutan dan Tanggung Jawab Sosial: Komitmen untuk menjalankan bisnis secara
berkelanjutan, etis, dan bertanggung jawab sosial, serta memberikan dampak positif pada
masyarakat dan lingkungan.
11. Pengaruh Lingkungan Eksternal: Perubahan dalam lingkungan eksternal, seperti
perubahan teknologi, peraturan, atau tren pasar, dapat mendorong perusahaan untuk
mengeksplorasi peluang bisnis baru.
12. Kesempatan Warisan Keluarga: Beberapa bisnis dapat dimulai untuk melanjutkan tradisi
keluarga atau warisan usaha yang sudah ada.
13. Pengangguran atau Resesi: Dalam beberapa kasus, seseorang mungkin memulai bisnis
setelah kehilangan pekerjaan atau sebagai respons terhadap situasi ekonomi yang sulit.
14. Tantangan Pribadi dan Karir: Orang mungkin mencari tantangan baru dan pertumbuhan
pribadi yang lebih besar melalui bisnis yang mereka jalankan.
15. Tujuan Filantropi: Motivasi untuk membantu orang lain atau memberikan kembali kepada
masyarakat melalui bisnis yang dimiliki.
Orang-orang memulai bisnis dengan berbagai alasan, dan motivasi untuk memulai bisnis bisa
sangat beragam. Berikut beberapa alasan umum mengapa seseorang memutuskan untuk memulai
bisnis:
1. Kebebasan dan Kendali: Banyak orang ingin memiliki kendali atas hidup dan karir mereka.
Dengan memiliki bisnis sendiri, mereka dapat mengatur jadwal, mengambil keputusan
strategis, dan menjalankan bisnis sesuai dengan visi mereka sendiri.
2. Pendapatan yang Lebih Tinggi: Beberapa individu memulai bisnis karena mereka melihat
potensi untuk menghasilkan pendapatan yang lebih besar daripada bekerja sebagai karyawan.
Mereka dapat meraih keuntungan dari kesuksesan bisnis mereka sendiri.
3. Pengejaran Passion dan Minat: Banyak pengusaha memulai bisnis yang berhubungan
dengan minat atau passion mereka. Mereka ingin bekerja dalam bidang yang mereka nikmati
dan cintai, sehingga pekerjaan tidak terasa seperti tugas.
4. Inovasi dan Kreativitas: Beberapa orang ingin menciptakan produk atau layanan yang baru
dan inovatif. Mereka melihat peluang untuk mengatasi masalah atau memenuhi kebutuhan
yang belum terpenuhi di pasar.
5. Peningkatan Kualitas Hidup: Memiliki bisnis yang sukses dapat membawa perbaikan
signifikan dalam kualitas hidup seseorang. Ini termasuk kebebasan finansial, fleksibilitas
waktu, dan kemampuan untuk mencapai tujuan pribadi.
6. Mengatasi Pengangguran: Dalam beberapa kasus, orang memulai bisnis karena mereka
kesulitan menemukan pekerjaan atau menghadapi risiko pemutusan hubungan kerja.
Memulai bisnis menjadi alternatif untuk menciptakan peluang kerja sendiri.
7. Mengatasi Tantangan atau Kejenuhan: Beberapa individu mungkin merasa jenuh dengan
pekerjaan saat ini atau merasa terjebak dalam rutinitas. Memulai bisnis dapat memberikan
tantangan baru dan perasaan prestasi yang lebih besar.
8. Mengikuti Jejak Keluarga atau Warisan: Beberapa keluarga memiliki tradisi bisnis di
mana anggota keluarga generasi berikutnya diharapkan untuk mengambil alih atau
melanjutkan bisnis keluarga.
9. Tujuan Sosial dan Lingkungan: Sebagian orang memulai bisnis dengan fokus pada tujuan
sosial atau lingkungan. Mereka ingin memberikan dampak positif pada masyarakat atau
planet ini melalui bisnis mereka.
10. Pertumbuhan dan Keberhasilan Pribadi: Beberapa individu memiliki dorongan intrinsik
untuk mencapai kesuksesan pribadi dan pertumbuhan. Memulai bisnis adalah cara untuk
mengukur dan mencapai pencapaian-pencapaian ini.
11. Fleksibilitas dan Keseimbangan Kerja-Hidup: Bisnis yang dimiliki sendiri dapat
memberikan fleksibilitas dalam mengatur waktu kerja dan kehidupan pribadi, yang dapat
membantu mencapai keseimbangan kerja-hidup yang lebih baik.
Bisnis memiliki peran yang sangat penting dalam ekonomi suatu negara. Peran bisnis mencakup
berbagai aspek yang memengaruhi pertumbuhan, lapangan kerja, inovasi, serta distribusi sumber
daya dan barang.
keamanan sistem menjadi sangat penting. Bisnis modern harus melindungi informasi
pelanggan dan bisnis mereka sendiri dari potensi ancaman siber.
4. Globalisasi: Mengelola bisnis di pasar global membutuhkan pemahaman tentang peraturan,
budaya, dan pasar yang berbeda. Hal ini dapat menjadi tantangan bagi perusahaan yang ingin
memperluas jangkauan mereka secara internasional.
5. Perubahan dalam Kebijakan dan Regulasi: Peraturan dan kebijakan pemerintah sering
berubah, terutama dalam bidang seperti perlindungan data, lingkungan, dan perpajakan.
Bisnis modern harus tetap mematuhi regulasi ini atau berisiko mendapatkan sanksi hukum.
6. Responsabilitas Sosial dan Lingkungan: Konsumen semakin peduli dengan isu-isu sosial
dan lingkungan. Bisnis modern harus mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan dari
operasi mereka dan mengambil tindakan yang sesuai.
7. Persaingan Sengit: Persaingan dalam bisnis modern sangat ketat, terutama dengan adanya
startup yang cepat tumbuh dan perusahaan besar yang memasuki berbagai pasar baru. Bisnis
harus berinovasi dan mempertahankan keunggulan kompetitif mereka.
8. Tantangan Sumber Daya Manusia: Mencari, mempertahankan, dan mengembangkan
talenta yang berkualitas menjadi semakin sulit dalam ekonomi yang berubah-ubah. Bisnis
modern perlu memiliki strategi pengelolaan sumber daya manusia yang efektif.
9. Perubahan dalam Preferensi Konsumen: Preferensi konsumen terus berubah, terutama
dengan generasi yang lebih muda yang memiliki ekspektasi yang berbeda dalam hal
pengalaman pelanggan, keberlanjutan, dan nilai tambah.
10. Risiko Makroekonomi: Perubahan dalam ekonomi global, fluktuasi mata uang, dan
ketidakpastian politik dapat mempengaruhi bisnis modern secara signifikan.
Untuk menghadapi tantangan ini, perusahaan harus bersifat fleksibel, inovatif, dan selalu belajar.
Mereka perlu berinvestasi dalam teknologi yang relevan, merumuskan strategi berkelanjutan, dan
berkomitmen pada nilai-nilai yang mengutamakan keberlanjutan, tanggung jawab sosial, dan
etika bisnis.
DAFTAR PUSTAKA :
1. Prawirosentono, Suryadi, Pengantar Bisnis Modern, Studi Kasus Indonesia dan Analisis
kualitatif, 2002, Bumi Aksara, Jakarta
2. Swasta, Basu, 2002, Pengantar Bisnis Modern, Yogyakarta, Penerbit Liberty
3. Ricky, Griffin, Ronald, dan Ebert, Bisnis, 2002, Sixth Edition Prentice Hall, New Jersey
4. Sigit, Suhardi, Pengantar Ekonomin Perusahaan Praktir, 1982, Penerbit Liberty Yogyakarta
5. Alma, Buchari, Pengantar Bismis, 2008, Penerbit alfabeta Bandung
6. Fuad,M, Pengantar Bismis, 2009, Penerbit Gramedia Jakarta
7. Gitossudarmo, Indriyo, Pengantar Bismis, 1999, Penerbit BPFE Yogyakarta