Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENGAUDITAN I

TANGGUNG JAWAB DAN TUJUAN AUDIT

Dosen Pengajar:
Dr. Wiwi Idawati.,SE.,M.Si.,AK.,CA

Disusun Oleh:
Kelompok 6 (Pembahas)

Raynaldo Free Altrio 20171112009


Raisah Rizky 20171112109
Aura Nanda Shafira 20171112113

AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
INDONESIA BANKING SCHOOL

JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kita panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang “ Tanggung Jawab dan Tujuan Audit
Dalam Kasus Just For Feet, Inc”

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam memberikan informasi tentang hal tersebut.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah
ini akan kami terima.

Jakarta, 8 Oktober 2019

Penulis

2
Indonesia Banking School
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………4
1.1 Fenomena……………………………………………………………...4
1.2 Landasan Teori………………………………………………………...7
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………..11
1.1 Kasus…………………………………………………………………11
BAB III KESIMPULAN…………………………………………………………15
1.1 Kesimpulan…………………………………………………………..15
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………16

3
Indonesia Banking School
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Audit atau pemeriksaan dalam arti luas bermakna evaluasi terhadap suatu
organisasi, sistem, proses, atau produk. Audit dilaksanakan oleh pihak yang
kompeten, objektif, dan tidak memihak, yang disebut auditor. Tujuan diadakannya
audit adalah untuk melakukan verifikasi bahwa subjek dari audit telah
diselesaikan atau berjalan sesuai dengan standar, regulasi, dan praktik yang telah
disetujui dan diterima. Dalam dunia bisnis, kita juga mengenal adanya istilah
audit laporan keuangan yang biasanya dilakukan oleh akuntan publik untuk
menilai seberapa wajar atau seberapa layak penyajian laporan keuangan ini dibuat
oleh perusahaan dengan mengacu pada prinsip akuntansi yang berlaku secara
umum. Bukti audit adalah setiap informasi yang digunakan oleh auditor untuk
menentukan apakah informasi yang diaudit telah sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan.
Tanggung Jawab dan Tujuan Audit Tujuan audit atas laporan keuangan adalah
untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material,
posisi keuangan, hasil operasi, serta arus kas sesuai dengan prinsip-pinsip
akuntansi yang berlaku umum (GAAP).
Rentang informasi ini sangat beragam kemampuannya dalam mempengaruhi
auditor memutuskan apakah laporan keuangan telah disajikan dengan prinsip
akutansi yang berlaku umum. Bukti audit ini mencakup informasi yang sangat
persuasif, seperti perhitungan auditor atas surat berharga yang dapat
diperjualbelikan, dan informasi yang kurang persuasif, seperti berbagai tanggapan
atas pertanyaan-pertanyaan dari para karyawan klien. Keputusan utama yang
dihadapi para auditor adalah menentukan jenis dan jumlah bukti audit yang tepat
untuk dikumpulkan agar dapat memberikan keyakinan yang memadai bahwa
berbagai komponen dalam laporan keuangan serta dalam keseluruhan laporan
lainnya telah disajikan secara wajar

I.2 Fenomena
Fenomena yang terjadi sehubungan dengan auditor adalah kasus yang
terjadi pada Satyam Computer Services. Satyam Computer Services Ltd. didirikan
dan dipimpin oleh Ramalinga Raju,lulusan MBA Ohio University dan alumnus
Harvard University. Satyam Computer Services, merupakan sebuah Perusahaan IT
ternama di India yang menjadi rekanan dari 654 perusahaan global, termasuk
General Electric, Nestle, Qantas Airways, Fujitsu, dan 185 perusahaan Fortune
500 lainnya. Sahamnya tercatat di India’s National Stock Exchange, The New

4
Indonesia Banking School
York Stock Exchange, dan Euronext di Eropa. Satyam menduduki peringkat
keempat sesudah Infosys, TCS, dan Wipro, dengan pangsa pasar mencapai
9 %. Satyam Computer Service juga melakukan ekspansi ke 66 negara dan
memiliki 53.000 pegawai yang tersebar diberbagai pusat pengembangan IT-nya
di negara-negara Asia, Amerika, Eropa, dan Australia. Satyam melakukan
penawaran pertamanya (IPO) di Bombay Stock Exchange pada tahun1991
dan sejak itu perusahaan berkembang pesat selama tahun 1990 hingga tahun
2000an. Perusahaan-perusahaan di seluruh dunia pun mulai melirik
India untuk mencari solusi teknologi informasi. Jasa yang ditawarkan Satyam
Computer Services adalah berupa layanan teknologi informasi berupa
pengembangan perangkat lunak, pengelolaan layanan teknologi informasi, desain,
pengembangan data warehouse atau website dan memberikan sistem integrasi
dalam teknologi informasi di suatu perusahaan. Satyam melayani pasar seperti
menufaktur, ritel, jasa keuangan, transportasi dan telekomunikasi. Namun, selama
periode 2003 – 2008, Satyam Computer Services Limited mengguncang pasar
saham India ketika mengumumkan telah menipu investor dengan terlibat dalam
penipuan yang dramatis. Pemimpin perusahaan, Ramalinga Raju mengundurkan
diri setelah mengumumkan bahwa 50,4 miliar rupee ($1,04 milliar) dari 53,6
miliar rupee yang terdaftar sebagai asset perusahaan dalam laporan keuangannya
untuk kuartal kedua yang berakhir pada September 2008 ternyata fiktif.
Selama periode penipuan itu, manajemen senior membuat lebih dari 6.000
faktur fiktif senilai lebih dari $1 miliar berupa pendapatan dari jasa yang
sebenarnya tidak pernah diberikan, yang dalam beberapa kasus untuk pelanggan
fiktif. Manajemen juga membuat rekening bank palsu untuk mencerminkan
pembayaran faktur palsu itu dan mendukung saldo kas fiktif. Satyam memberikan
karyawan tertentu sebuah identifikasi login dan password “super user”
administratif yang memungkinkan mereka mengakses sistem manajemen faktur
untuk mencatat faktur fiktif itu. Proses ini memungkinkan faktur itu dimasukkan
dalam pendapatan, tetapi menyembunyikan keberadaannya dari kepala unit bisnis
Satyam, yang akan menyadari bahwa jasa belum pernah diberikan.
Auditor Satyam telah mengirimkan konfirmasi untuk memverifikasikan
keberadaan saldo bank nya. Namun, mereka tidak menyelenggarakan
pengendalian atas konfirmasi itu seperti yang disyaratkan oleh standar auditing.
Tim penugasan audit mengandalkan manajemen Satyam untuk mengirimkan
permintaan konfirmasi kepada bank, dan untuk mengembalikan respons
konfirmasinya kepada tim penugasan, ketimbang langsung menghubungi bank
seperti yang disyaratkan oleh standar auditing. Raju mengakui bahwa ia sengaja
mencatat pendapatan dan laba yang dibesar-besarkan itu karena pengetahuan
publik pengetahuan publik tentang buruknya kinerja perusahaan mungkin akan
mengakibatkan pengambilalihan perusahaan itu, sehingga terkuaklah

5
Indonesia Banking School
penipuannya. Raju mengatakan, “Rasanya seperti menunggang harimau, tidak
tahu cara turun tanpa dimangsa”. Pada tanggal 7 januari 2009, New York Stock
Exchange menghentikan perdagangan American Depository Shares (ADS)
perusahaan ini. Ketika perdangannya dimulai kembali pada tanggal 12 Januari
2009, harga ADS Satyam turun hamper 85 persen hingga ditutup pada $1,46.
Pemerintah India mengambil alih kendali perusahaan dengan membubarkan
Dewan Direksi Satyam dan kemudian memilih investor strategis untuk
menjalankan perusahaan itu.
Menurut kami, terdapat dua penyebab terjadinya kecurangan di Satyam
yaitu persekongkolan dan benturan kepentingan. Persekongkolan terjadi antara
auditor PWC dengan manajemen Satyam yaitu Raju dengan melakukan window
dressing akuntansi Satyam. Hal ini berdasarkan hasil investigasi kepolisian India.
Polisi menuduh bahwa auditor gagal melaksanakan tugas mereka. Persekongkolan
yang dilakukan Satyam menurut banyak informasi dipicu oleh keinginan
Ramalinga Raju untuk mendapatkan izin perolehan dana dari bank untuk
melakukan ekspansi Satyam di beberapa perusahaan yang ditargetkan.
Persekongkolan diwujudkan dalam bentuk akuisisi Maytas dengan jumlah
investasi sebesar 1,6 milyar Rupee. Perusahaan ini diketahui milik keluarga Raju
sehingga controlling shareholder atas perusahaan tersebut adalah orang yang
sama. Perusahaan inilah yang digunakan oleh Raju untuk mengalihkan semua
utang piutang dari Saytam yang seakan-akan terjadi transaksi wajar padahal
transaksi ini hanya untuk mengelabui. Pengakuisisian ini ternyata merupakan
modus yang dilakukan Satyam karena setelah pengakuan Raju terdapat gap besar
sejumlah 1,6 milyar Rupee yang jumlahnya sama dengan selisih kas yang
dimanipulasi Raju di Satyam. Penyalahgunaan transaksi berelasi ini ternyata
untuk menutupi dan mengalihkan kas sebanyak 1,6 milyar Rupee dari buku
Satyam ke Maytas, sehingga perbedaan nilai buku yang telah ditutupi selama
bertahun-tahun dapat ditutupi sekali lagi.
Penyebab kedua adalah benturan kepentingan. Benturan kepentingan
antara auditor PWC dan manajemen Satyam berbentuk hubungan istimewa antara
auditor dengan kliennya. Hubungan kemitraan tersebut terjadi dalam sebuah
proyek jasa IT di perusahaan klien Satyam yaitu Idearc. Satyam menjadi
pelaksana system integration business dan PWC menjadi konsultan jasanya. Pada
saat yang bersamaan PWC sedang mengaudit Satyam. Proses kerjasama antara
auditor dengan Satyam bukan tanpa disengaja. Dari hubungan kemitraan ini
menandakan bahwa keduanya memiliki hubungan busines yang erat sehingga
menyebabkan auditor PWC kehilangan independesinya. SEC pada prinsipnya
melarang kemitraan semacam ini, bahkan standar audit di India juga melarang hal
yang sama. Ini merupakan indikasi yang jelas bahwa PWC memiliki benturan
kepentingan yang memungkinkan mereka membantu Satyam dalam menyiasati
kecurangan dalam pelaporan keuangannya.

6
Indonesia Banking School
Benturan kepentingan ini tidak hanya berhenti pada bentuk kemitraan saja.
Bagaikan bola salju, akibat hubungan busines terlarang dalam profesi ini justru
menimbulkan problem baru. Diketahui bahwa perbandingan fee audit dari Satyam
ke PWC relatif jauh lebih besar dibandingkan dengan usaha sejenis Satyam dalam
pembayaran kepada auditornya. Sebagai perbandingan pada tahun 2008 saja, fee
audit yang dibayarkan Satyam kepada PWC jauh lebih besar sebesar $0,9 juta
dibanding dengan fee audit yang dibayarkan Wipro dan Infosys kepada PWC
yang juga menjadi klien PWC yaitu masing-masing hanya sebesar $0,2 juta dan
$0,1 juta. Sudah bisa dibayangkan, auditor PWC bukan lagi anjing pelacak tapi
akan menjadi "anjing budak yang bekerja untuk majikannya dengan bermodalkan
tulang". Ini menambah dugaan kuat bahwa keterlibatan auditor PWC sarat dengan
benturan kepentingan.
Dampak atas terjadinya kasus Satyam terhadap lingkungan auditing
muncul beberapa bulan terakhir. Jumlah dan lingkup manipulasi menjadi tanda
tanya terhadap kemampuan pengawasan oleh regulator India dan di tempat lain.
Skandal yang diungkapkan Raju, mempertanyakan standar akuntansi di India
secara keseluruhan bahwa perusahaan lain yang sejenis pasti telah melakukan
perbuatan yang sama. Lingkungan auditing kemudian tercoreng dan peristiwa
manipulasi ini menjadi momok yang berbahaya yang telah meragukan
sistem governance di India. Siapa lagi yang bisa dipercaya kalau
seorang chairman sendiri sudah mengatakan bahwa asetnya fiktif. Bulan
berikutnya, Satyam juga mendapat sorotan dari industri TI-nya dengan keluarnya
larangan Satyam untuk mengikuti kontrak pengadaan jasa oleh World Bank dan
hampir semua klien Satyam mengancam akan mengakhiri berbusines dengan
Satyam. Saham Satyam anjlok lebih dari 70 persen.
Dengan terjadinya kasus Satyam, auditor PWC sebenarnya tidak bisa
disebut sebagai orang yang bukan profesional. Hal ini karena dia mempunyai
pemahaman teknis yang memadai, menyadari sepenuhnya masalah audit,
motifnya sangat terang benderang, tetapi dia sangat lihai melihat masalah audit
yang bernilai jual tinggi dan kemudian merealisasikan nilai jual itu dengan cara
yang aman. Profesionalisma yang dibangga-banggakan itu pun berakhir dengan
pidana. Kelemahan audit atas laporan keuangan yang diungkapkan oleh autoritas
yang berwenang menyimpulkan bahwa dalam melaksanakan standar dan prosedur
audit yang paling elementer adalah proses permintaan konfirmasi saldo bank.
Dalam kasus Satyam ini auditor PWC tidak menggunakan professional
skepticismdan professional judgement yang semestinya dalam audit ini sehingga
saldo akun dalam laporan keuangan mudah dimainkan begitu saja oleh
manajemen tanpa terdeteksi.Kasus Satyam dan PWC ini bisa diambil menjadi
pelajaran berharga tentang pentingnya memulihkan kembali public trust terhadap
mata rantai penyedia pelaporan korporasi. Segera lakukan perubahan dari tradisi
yang hanya mengandalkan sanksi dimana profesi akuntansi hanya mengatur
dirinya sendiri tetapi harus berorientasi ke berbagai sanksi yang dijatuhkan oleh

7
Indonesia Banking School
pengadilan (pidana dan perdata dengan sanksi kurungannya), regulator (SEC
dengan sanksi administratifnya), lembaga pengawas lainnya (PCAOB dengan
sanksi administratifnya).
Berdasarkan kisah Satyam ini mengilustrasikan kegagalan auditor
mencapai tujuan audit atas laporan keuangan perusahaan. Permasalahan kasus
diatas maka dapat kita simpulkan untuk membahas tujuan audit secara
keseluruhan, tanggung jawab auditor dalam melaksanakan proses audit serta
tujuan khusus yang coba dipenuhi oleh auditor.

I.3 Landasan Teori

I.3.1 Pengertian Audit

Menurut William C. Boynton, Raymon N.Johson dan Welter G.Kell yang


diterjemahkan oleh Budi S.I (2003:5), memberikan definisi :

Auditing sebagai suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi


bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi,
dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya
kepada pihak yang berkepentingan.

Menurut Sukrisno Agoes (2004:3) menyatakan :

Audit adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh
pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disususn oleh
manajemen, besertcttan-catatan pembukuaan dan bukti-bukti pendukungnya,
dengan tujuan untuk dapat memberikaan pendapat mengenai kewajaran laporan
keungan tersebut.

Dari beberapa definisi tersebut penulis menyimpulkan, bahwa auditing


adalah suatu proses untuk mengevaluasi informasi ekonomi yang dapat
diverifikasi dengan aturan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan yang dilakukan
oleh seseorang yang kompeten.

William C.Boynton, N.Johson dan Welter G.Kell yang diterjemahkan oleh


Budi S.I (2003:6), menyatakan bahwa pada umumnya terdapat tiga jenis audit,
yaitu :

1. Audit Laporan Keuangan 9


Berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti
tentang laporan-laporan entitas dengan maksud agar dapat memberikan

8
Indonesia Banking School
pendapat apakah laporan-laporan tersebut telah disajikan secara wajar
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum (GAAP/IFRS).

2. Audit Kepatuhan Berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan


memeriksa bukti-bukti untuk menetapkan apakah kegiatan keuangan
atau operasi suatu entitas telah sesuai dengan persyaratan atau
peraturan yang berlaku.

3. Audit Operasional Berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan


mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektifitas kegiatan
operasi suatu entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tertentu.

I.3.2 Tujuan Auditing

Tujuan utama audit bukan hanya menciptakan informasi khususnya pada


laporan keuangan, melainkan untuk menambah keandalan laporan keuangan yang
telah disusun oleh manajemen. Audit merupakan salah satu tanggung jawab
seorang auditor.

Menurut Arens, A.A., & Loebbecke, J.K. (2003 : 126), terdapat 5 kategori
utama menyangkut asersi :

1. Keberadaan dan keterjadian (occurrence)


2. Kelengkapan (completeness) 10
3. Penialaian dan alokasi (allocation)
4. Hak dan kewajiban (right and Obligations)
5. Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure)

I.3.3 Tahap – Tahap dalam Auditing

1. Penerimaan penugasan audit

Langkah awal pekerjaan audit atas laporan keuangan beberapa


pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak penugasan audit
dari klien. Enam langkah yang perlu ditempuh oleh auditor di dalam
mempertimbangkan penerimaan penugasan audit dari calon kliennya,
yaitu :
a. Mengevaluasi integritas manajemen
b. Mengidentifikasi keadaan khusus dan risiko luar biasa
c. Menilai kompetensi untuk melakukan audit
d. Mengevaluasi independensi

9
Indonesia Banking School
e. Menentukan kemampuan untuk menggunakan kecermatan (due care)
f. Membuat surat penugasan audit (engagement letter)

2. Perencanaan audit

Setelah menerima penugasan audit dari klien, langkah berikutnya adalah


perencanaan audit. Ada delapan tahap yang harus di tempuh, yaitu :
a. Memahami bisnis dan industri klien.
b. Melaksanakan prosedur analitis.
c. Mempertimbangkan tingkat materialitas awal.
d. Mempertimbangkan risiko bawaan.
e. Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo
awal dan jangka waktu penugasan klien berupa audit tahun pertama.
f. Mengembangkan strategi awal terhadap asersi signifikan.
g. Mereview informasi yang berhubungan dengan kewajiban-kewajiban
legal klien.
h. Memahami struktur pengendalian intern klien.

3. Pelaksanaan pengujian audit

Tahap ini disebut juga dengan pekerjaan lapangan yang bertujuan


utamanya adalah untuk memperoleh bukti audit tentang efektivitas
struktur pengendalian intern klien dan kewajaran laporan keuangan klien.
Secara garis besar pengujian dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Pengujian analitis (analytical test).
b. Pengujian pengendalian (test of control).
c. Pengujian substantive (substantive test).

4. Pelaporan audit
Langkah akhir dari suatu proses pemeriksaan auditor adalah penerbiatan
laporan audit. Oleh karena itu, auditor harus menyusun laporan keuangan
(notes to financial statement), penjelasan laporan keuangan (notes to
financial statement), dan penyataan pendapat auditor. Adapun pernyataan
pendapat terbagi ke dalam lima macam, yaitu :
a. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)
b. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan
(unqualified opinion with explanatory language) 12
c. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opini)

10
Indonesia Banking School
BAB II

PEMBAHASAN

Permasalahan Kasus Just For Feet, Inc

Kasus yang akan dibahas oleh kami adalah perusahaan Just For Feet, Inc.
Perusahaan ini adalah peritel sepatu dan pakaian altetik dan outdoor bertaraf
national yang berbasis di Birmingham, AL. Perusahaan ini mengeluarkan beban
iklan dalam jumlah bear dan sebagian besar vendor menawarkan bantuan
keuangan melalui perjanjian tidak tertulis dengan just for feet dengan membantu
membayar began iklan tersebut. Jika Just For Feet mempromosikan produk
vendor tertentu di salah satu iklannya, vendor itu biasanya akan
mempertimbangkan untuk menyetujui pemberian “kredit co-op iklan” kepada
perusahaan dan akan berbagi biaya iklan. Just For Feet akan mengoffset
pendapatan co-op ini terhadap beban iklan di laporan laba ruginya, sehingga
meningkatkan laba bersih. Meskipun setiap perjanjian dengan vendor agar
berbeda, penerimaan Just For Feet atas pendapatan iklan co-op itu bergantung
pada persetujuan lebih lanjut oleh vendor. Jika menyetujui iklannya, biasanya
vendor akan melakukan pembayaran co-op kepada Just For Feet dalam bentuk
memo kredit yang mengoffset beban pembelian barang dagang Just For Feet dari
vendor itu. Selama tahun fiskal 1998, CFO, Kontroler, dan VP Operasi
Perusahaan mengarahkan departemen akuntansi perusahaan untuk membukukan
piutang co-op dan pendapatan terkait yang tidak diakui oleh vendor tertentu,
termasuk Asics, New Balance, Nike dan Reebok. Praktik kecurangan ini
mengakibatkan pelaporan laba sebelum pajak fiktif sebesar lebih dari $19 juta,
dari total laba sebelum pajak sekitar $43 juta. Akhirnya SEC mengajukan tuntutan
terhadap sejumlah eksekutif senior di Just For Feet dan beberapa representatif
Vendor

Pembahasan Kasus Just For Feet, Inc

Dari kasus di atas kami menyimpulkan pelaporan keuangan yang curang adalah
salah saji atau pengabaian jumlah atau pengungkapan yang disengaja yang
bermaksud untuk menipu para pemakai laporan keuangan. Meskipun kebanyakan
kasus pelaporan keuangan yang curang melibatkan upaya melebihsajikan laba,
entah dengan melebihsajikan aktiva dan laba atau dengan mangabaikan kewajiban
dan beban, perusahaan juga dengan sengaja merendahsajikan laba. Hal tersebut
dilakukan untuk mengurangi pajak penghasilan. Menurut kami, ini harus
diperbaiki dan diperhatikan dengan berbagai cara seperti mengidentifikasi faktor-
faktor yang meningkatkan risiko kecurangan seperti faktor insentif/tekanan,
kesempatan dan sikap/rasionalisasi. ketiga faktor tersebut sangat penting untuk di

11
Indonesia Banking School
perhatikan agar dapat mengurangi timbulnya kecurangan-kecurangan yang tidak
diinginkan

1. Apa arti pendekatan audit dengan sikap skeptisisme professional?


⇨ skeptisisme profesional pada dasarnya adalah suatu pola pikir yang
mendorong perilaku auditor untuk mengadopsi pendekatan sikap selalu
mempertanyakan ketika mempertimbangkan suatu informasi dan
dalam menarik kesimpulan. Dalam hal ini, skeptisisme profesional dan
prinsip-prinsip etika dasar terkait objektivitas dan independensi auditor
tidak dapat dipisahkan. Independensi auditor meningkatkan
kemampuan auditor dalam bertindak dengan integritas, objektif dan
mempertahankan sikap skeptisisme profesional. Salah satu fokus
dalam upaya meningkatkan kualitas audit adalah sejauh mana
efektivitas penerapan sikap skeptisme profesional dalam pelaksanaan
audit.Audit berkualitas dapat dicapai jika tim audit mampu
menerapkan secara konsisten beberapa hal yang menjadi kunci dalam
pelaksanaan. Tim audit harus mampu menunjukan nilai, sikap dan
etika yang sesuai serta memiliki pengetahuan yang baik, pengalaman
cukup, dan waktu yang memadai untuk melakukan pekerjaan
audit.Tim audit juga mesti mampu menerapkan prosedur audit, quality
control yang ketat, dan patuh terhadap peraturan perundangan serta
standar yang berlaku. Tim audit harus menghasilkan laporan yang
berguna dan tepat waktu dan berinteraksi secara tepat dengan
pemangku kepentingan yang terkait.

2. Apa situasi yang terkait dengan perlakuan akuntansi atas tunjangan vendor
harus meningkatkan skeptisisme professional auditor?
▪ Di dalam akuntansi untuk suatu transfer aset keuangan yang tidak
mempunyai kualifikasi untuk tidak dilakukan pengakuan, maka entitas
tidak harus melakukan saling menghapuskan antar aset yang ditransfer
dengan liabilitas yang terkait. Namun, saling menghapuskan (offset)
tidak dilaksanakan atas dasar keberadaan hak saja.Di dalam hal saling
menghapuskan berikut adalah tidak tepat :
* Beberapa perbedaan aset keuangan dan liabilitas keuangan (yang
memiliki perbedaan jenis risiko) digabungkan untuk menyamai
instrumen tunggal;
* Aset keuangan dan liabilitas keuangan memiliki jenis risiko yang
sama akan tetapi rekanannya adalah berbeda;
* Aset keuangan atau aset lainnya dijaminkan sebagai kolateral untuk
liabilitas keuangan non-recourse.

12
Indonesia Banking School
* Aset keuangan mengesampingkan kepercayaan oleh debitur untuk
tujuan pembebasan suatu liabilitas dan kreditur tidak menerima aset
tersebut dalam penyelesaian liabilitas; atau
* Liabilitas yang terjadi dapat dipulihkan dari pihak ketiga.
Dalam kasus tersebut, dapat disimpulkan bahwa perusahaan tersebut
telah melanggar ketentuan akuntansi dimana perusahaan tsb telah
melakukan offset (penghapusan) secara ilegal dan tidak mempunyai
kualifikasi untuk tidak melakukan pengakuan. Dari sisi kepatuhan,
perusahaan tsb telah melakukan tindakan penyembunyian seperti
pemalsuan secara sengaja dimana manajemen mengesampingkan
pengendalian atau misrepresntasi yang disengaja kepada auditor. Maka
dari itu, perlu adanya sikap skeptisme profesional seorang auditor agar
dapat memberikan kepastian yang layak untuk mendeteksi kekeliruan
ataupun kecurangan yang material dalam laporan keuangan sesuai
dengan syarat standar auditing.

3. Faktor-faktor apa yang mungkin menyebabkan auditor menerima secara


tidak tepat asersi manajemen bahwa tunjangan penjual harus tercermin
dalam laporan keuangan?
▪ Asersi Manajemen (management assertions) adalah representasi
pernyataan yang tesirat atau diekspresikan oleh manajemen tentang
kelas transaksi dan akun serta pengungkapan yang terkait dalam
laporan keuangan. Dalam kebanyakan kasus, asersi manajemen
bersifat tersirat. SIA 315.25 menjelaskan bahwa auditor harus
mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material
pada:
1.
Tingkat laporan keuangan
Risiko kesalahan penyajian material pada tingkat laporan keuangan
merujuk pada risiko yang berhubungan secara pervasif (tersebar luas) dan
berdampak pada banyak asersi. Risiko tersebut tidak perlu berupa risiko
yang dapat diidentifikasi dengan asersi spesifik pada tingkat golongan
transaksi, saldo akun, atau pengungkapan. Melainkan risiko tersebut
mewakili kondisi yang dapat meningkatkan risiko kesalahan penyajian
material pada tingkat asersi. Misalnya pengabaian pengendalian internal
oleh manajemen. Risiko pada tingkat laporan keuangan mungkin secara
khusus relevan bagi pertimbangan auditor atas risiko kesalahan penyajian
karena kecurangan.
2. Tingkat asersi untuk golongan transaksi, saldo akun dan
pengungkapan.
Risiko kesalahan penyajian material pada tingkat asersi untuk golongan
transaksi, saldo akun dan pengungkapan perlu dipertimbangkan karena

13
Indonesia Banking School
pertimbangan tersebut secara langsung membantu dalam menentukan sifat,
saat dan luas prosedur audit lebih lanjut pada tingkat asersi yang
diperlukan untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat. Dalam
mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material pada
tingkat asersi, auditor dapat menyimpulkan bahwa risiko yang
teridentifikasi berkaitan secara lebih pervasif dengan laporan keuangan
secara keseluruhan dan secara potensial memengaruhi banyak asersi.
Dalam menyatakan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku, manajemen secara implisit atau
eksplisit membuat asersi tentang pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan berbagai unsur laporan keuangan dan pengungkapan yang
terkait. Ketika membuat aserti tentang laporan keuangan entitas sektor
publik, selain asersi-asersi yang dirujuk pada jenis diatas, manajemen
sering dapat membuat asersi bahwa transaksi dan peristiwa telah
dilaksanakan dan terjadi sesuai dengan peraturan perundang-undangan
atau otoritas lainnya. Apabila seorang manajemen membuat asersi yang
salah maka akan berdampakpada laporan keuangannya. Kesalahan
keuangan ini bisa berupa angka-angkayang dinyatakan terlalu rendah atau
understated atau terlalu tinggi overstated.Kesalahan asersi oleh seorang
manajemen dalam menyatakan asersinyamempunyai dampak kuantitatif
dan kualitatif, oleh sebab itu seorang auditor harusmemnerikan perhatian
dalam artian harus teliti dalam laporan keuangan yangdiauditnya. Jika
manajemen memberikan asersi yang benar, maka tidak akan adadampak
dari pelaporan keuangan. Asersi ini berhubungan dengan
pengakuan,pengukuran, penyajian, dan engungkapan dari berbagai unsur
dalam laporankeuangan

Faktor yang memungkinkan auditor menerima asersi manajemen secara


tidak tepat:
- salah penyampaian tentang tunjangan penjualan
- adanya kecurangan pada pelaku perusahaan saat menyampaikan laporan
kepada auditor.
- kelalaian auditor dalam menerima laporan keuangan

4. Kembangkan tiga pertanyaan introgasi terkait dengan tunjangan vendor


yang harus diajukan auditor dalam audit atas laporan keuangan Just For
Feet.
⇨ bagaimana penerapan compliance internal control yang diterapkan
perusahaan yang terkait dengan tunjangan vendor?
⇨ Dalam menganalisis tunjangan sebuah perusahaan vendor, hal apa saja
yang harus diperhatikan oleh auditor?

14
Indonesia Banking School
⇨ Berapa besaran pokok vendor untuk menentukan tunjangan setiap
keahlian? Dan bagaimana cara menentukannya?
⇨ Apakah ada perjanjian tertulis atau bukti lain yang menguatkan yang
akan mendukung jumlah tunjangan ini?
⇨ Bisakah pembayaran atau kredit tertentu dicocokkan dengan tunjangan
vendor tertentu?
⇨ Mengapa tunjangan lebih besar tahun ini dibandingkan dengan tahun
sebelumnya?

15
Indonesia Banking School
BAB III
KESIMPULAN

3.1.Kesimpulan

Tujuan audit dari awal dibentuknya profesi audit adalah mendeteksi


kecurangan atas laporan keuangan, namun seiring berkembangnya zaman, tujuan
tersebut telah bergeser menjadi pemberian opini wajar dan tidaknya sebuah
laporan keuangan. Dalam melaksanakan suatu audit atas laporan keuangan, tujuan
keseluruhan auditor adalah memperoleh keyakinan memadai tentang apakah
laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material,
baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan, dan oleh karena itu
memungkinkan auditor untuk menyatakan suatu opini tentang apakah laporan
keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan suatu kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku dan melaporkan atas laporan keuangan dan
mengkomunikasikannya sebagaimana ditentukan oleh SA berdasarkan temuan
auditor.

16
Indonesia Banking School
DAFTAR PUSTAKA

1. Arens, A.A., Elder, R.J., & Beasley, M,S. 2015. Auditing & Jasa
Assurance. Jakarta: Penerbit Erlangga
2. http://eprints.perbanas.ac.id/2352/4/BAB%20II.pdf
3. https://www.academia.edu/27668165/
Makalah_contoh_pembuatan_isu_kasus_audit
4. https://www.academia.edu/18433320/AUDIT_-_KECURANGAN
5. https://www.coursehero.com/file/21671169/Analisis-Kasus-Satyam-
Computer-Services-Ltd/
6. https://sitoink.wordpress.com/2012/05/03/tanggung-jawab-dan-tujuan-
audit/
7. https://www.jurnal.id/id/blog/2017-mengetahui-pengertian-audit-jenis-
dan-tahapan-pelaksanaannya/
8. https://www.finansialku.com/audit-adalah/
9. https://core.ac.uk/download/pdf/11520143.pdf
10. https://jojonomic.com/blog/opini-audit/

17
Indonesia Banking School

Anda mungkin juga menyukai