FISIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS TADULAKO
NAMA :
NO. MAHASISWA:
PERATURAN /TATA TERTIB
FIELDTRIP GEOLOGI FISIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS TADULAKO
UMUM :
KHUSUS:
Tahap Kedua
Pekerjaan tahap kedua berupa pekerjaan yang dilakukan di kampus
Universitas Tadulako berlangsung dari Akhir November 2015 hingga Akhir
Desember 2015. Tahap ini terdiri dari:
a. Analisa data lapangan
b. Penyiapan peta dan perlengkapannya dengan mengintegrasikan
hasil anilisis data
c. Konsultasi dengan dosen pembimbing
d. Penyusunan laporan akhir
Nilai akhir
Nili akhir adalah gabungan antara nilai tahap pertama dan nilai tahap
kedua. Nilai tahap pertama mempunyai bobot 60% dari nilai akhir,
sedangkan nilai tahap yang kedua mempunyai bobot 40%.
Ada dua tipe kompas geologi yang dikenal, yaitu kompas empat kuadran
dimana lempengan skala dibagi menjadi empat kuadran, kuadran NE
(North-East), NW (North-West), SW (South-West), dan SE (South-East),
masing-masing besarnya 0o s/d 90o diukur dari North (utara) dan South
(selatan) baik kearah East (timur) maupun West (barat). Sedangkan tipe
yang kedua adalah kompas tipe Azimut atau tipe 360o, dimana lempengan
scalar dibagi menjadi 360o diukur dari North ke East.
Koreksi Deklanasi
Karena jarum kompas adalah jarum magnet, makan arah utara yang
ditunjukkan oleh jarum kompas adalah arah utara magnetik. Arah utara
magnetic ini tidak berimpit dengan arah utara sebenarnya (arah utara
geografis). Mereka membentuk sudut yang besarnya berbeda-beda dari
satu lokasi geografis dengan lokasi geografis lainnya, dan kadang berubah
dari satu waktu kelain waktu, meskipun lokasi tetap. Perbedaan sudut ini
dinamakan deklinasi. Supaya jarum kompas menunjukkan arah yang
sesuai dengan arah utara geografis maka harus dilakukan koreksi
deklinasi. Misalkan, besarnya harga deklinasi di daerah Bojonegoro pada
tahun 1930 adalah 21o15 E dan bertambah 3 setiap tahun. Keterangan
tersebut dapat dibaca pada peta topografi yang digunakan. Jika kita akan
bekerja didaerah itu pada tahun 1980, maka besarnya deklinasi adalah
2o15 + 50x3 = 4o45 E, artinya arah utara magnetic terletak 4o45 di
sebelah timur dari utara sebenarnya. Jadi lingkaran harus kita putar
sehingga indek pin menunjuk 4o45 disebelah timur dari titik 0.
Kalau kita berada di suatu tempat yang posisinya sip eta tidak diketahui, tetapi
dari tempat kita berada, kita dapat melihat 1 atau lebih titik yang lokasinya di
peta diketahui dengan tepat, misalnya puncak bukit, perpotongan dua buah
sungai dsb. Maka lokasi tempat kita berada dapat ditentukan dengan jalan
menembak (shooting) titik-titik yang sudah diketahui posisinya tersebut (dalam
hal ini disebut sebagai target). Cara menembak dilakukan dengan jalan
mengarahkan kompas ke target, kemudian bacalah jarum selatan. Arah ini
merupakan arah dari target ke penembak.
Ada beberapa cara dalam pengukuran jurus dan kemiringan lapisan batuan.
Disini akan dijelaskan cara yang paling aman supaya tidak terbalik dalam
membaca kemiringan. Terbaliknya penggambaran kimiringan dapat
menimbulkan kesalahan yang serius. Cara pertama yang dibaca adalah arah
jurusnya, sedangkan cara kedua yang dibaca adalah dari kemiringan.
Peta topografi adalah peta yang menunjukkan penyebaran, ukuran dan bentuk
dari kenampakan-kenampakan roman muka bumi. Kenampakan-kenampakan
topografi tersebut pada umumnya dikelompokkan menjadi tiga hal, yaitu relief,
penyaluran (drainage), dan hasil budaya manusia. Relief dan penyaluran
merupakan manifestasi geologi daerah tersebut, sedangkan hasil budaya manusi
memberikan gambaran pemanfaatan dari daerah tersebut.
Pada proses pemetaan geologi, peta topografi digunakan untuk peta dasar
dalam menggambarkan kondisi geologi daerah tersebut. Kondisi tersebut
terutama terdiri dari penyebaran macam batuan yang ada, kedudukan setiap
macam batuan serta struktur yang ada di daerah tersebut. Disamping sebagai
peta dasar, peta topografi juga digunakan untuk penentuan lokasi titik-titik
pengamatan di lapangan. Untuk keperluan geologi lapangan diberikan paling
sedikit tiga lembar peta topografi, yaitu lembar dipakai sebagai peta lapangan
(field map atau working map), satu lembar dipakai sebagai peta pangkalan (base
sheet), dan satu lembar lagi sebagi peta petunjuk lokasi pengamatan.
Peta topografi yang paling baik dipakai dalam penyelidikan geologi adalah peta
kontur. Peta jenis ini dilengkapi dengan garis kontur, yaitu garis khayal yang
menghubungkan titik-titik yang sama tingginya. Garis kontur ini digambar
dengan interval ketinggian tertentu yang biasanya dinyatakan pada lembar peta
yang bersangkutan. Dengan demikian, dengan melihat lokasi satu titik pada atau
diantara garis kontur dengan nilai ketinggian tertentu, ketinggian titik tersebut
sangat mudah ditentukan. Peta kontur ini menunjukkan sifat kuantitatif, artinya
sebenarnya antara dua titik, besarnya sudut lereng, menghitung volume dsb.
Dalam pekerjaan geologi lapangan, salah satu kegunaan utama peta topografi
adalah untuk mengeplot lokasi pengamatan. Apabila di lapangan ditemukan
suatau singkapan atatu stasiun pengamatan yang baik, maka sangatlah penting
lokasi tersebut diplot dengan benar (tepat) ke dalam peta lapangan. Kesalahan
dalam ploting lokasi dapat menimbulkan permasalahan yang serius. Ada
beberapa cara untuk mengeplot lokasi, antara lain sebagai berikut :
GPS atau nama resminya NAVSTAR GPS (NAVigation Satellite Timing and Ranging
Global Positioning System) merupakan system navigasi yang paling akurat
sampai saat ini. Teknologi berbasis satelit ini dikembangkan, dimiliki, dan dikelola
oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat (U.S. Departement of Defense,
DoD) dengan biaya lebih 10 Milyar USD. Pengembangan system dilakukan pada
tahun 1973 April 1994.
Sejak pertama kali dikembangkan, teknologi GPS sangat menarik bagi banyak
pihak dan saat ini telah menjadi standard navigasi internasional. Mengapa GPS
begitu menarik ? Alasannya antara lain :
Dalam berbagai keunggulan yang dimilikinya, saat ini teknologi GPS telah
diaplikasikan dalam berbagai bidang, antara lain: kepentingan militer, survei dan
pemetaan , geodasi, geodinamika, navigasi dan transportasi studi troposfir dan
lonosfir, pertanian-kehutanan, remote sensing, GIS(Geographic Informatian
System), dan olah raga-rekreasi. Kekurangan utama teknologi GPS adalah tidak
bisa digunakan di tempat-tempat dimana sinyal dari satelit GPS tidak dapat
mencapai alat penerima GPS, misalnya dalam ruangan, dibawah air, hutan
yang lebat, dll.
Ada 3 (tiga) komponen atau segmen utama dalam teknologi GPS, yaitu satelit
GPS, system control, dan pengguna/penerima atau receiver (
Satelit GPS
Saat ini ada 24 satelit GPS yang mengorbit bumi dua kali setiap hari (waktu orbit
11 jam dan 58 menit) pada ketinggian 20.200 km. Ada 6 orbit satelit, dimana
setiap orbit yang bentuknya mendekati lingkaran diisi oleh 4 satelit. Konfigurasi
ini dibuat sedemikian rupa agar 4-10 satelit GPS selalu terlihat dimana saja dan
kapan saja dibumi ini. Khusus untuk wilayah Indonesia, umumnya 6-9 satelit GPS
akan bisa dilihat dengan sudut elevasi di atas 10 derajat.
Ada berbagai jenis alat penerima sesuai dengan kebutuhan akurasi pengukuran
posisi yang diperlukan, yaitu time navigasi (hand-held) yang akurasinya paling
rendah (beberapa puluh meter), tipe geodetic(ketelitian beberapa mm) dan tipe
pengukuran waktu (ketelitian beberapa nanodetik).
Posisi yang diberikan oleh sisitem GPS adalah posisi 3-D, yaitu (X,Y,Z)
dimana Z atau tinggi yang diberikan adalah tinggi ellipsoid. Datum dari
posisi yang diperoleh adalah WGS (World Geodetic System) 1984 yang
menggunakan ellipsoid referensi GSR 1980.
Anti Spoofing diterapkan untuk menghindari adanya sinyal palsu dari pihak
lawan yang akan mengacaukan perhitungan posisi. Kode-p disandikan dengan
kode rahasia yang hanya diketahui oleh pihak militer USA dan pihak-pihak yang
diizinkan saja. Secara umum alat penerima sipil tidak mampu memecahkan kode
ini sehingga tidak dapat mengakses kode-p. Untuk mendapatkan fasilitas akses
ke kode-p diperlukan layanan navigasi tipe Precise Positioning Service(PPS).
Secara umum metode penentuan posisi dengan GPS ada dua jenis, yaitu metode
absolute positioning dan diverential positioning. Metode absolute positioning
atau point positioning merupakan metode yang paling sederhana, hanya
menggunakan satu buah alat penerima, dan ditujukan untuk keperluan navigasi
yang tidak memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi. Pada layanan SPS yang
mengalami SA tingkat ketelitian posisi yang diberikan adalah sekitar 100M
horizontal. Sedangkan dalam layanan PPS tingkat ketelitian antara 10-20M
horizontal.
Dalam praktek, pemakaian GPS disesuaikan dengan tingkat ketelitian yang kita
inginkan dan anggaran yang kita punyai. Semakin tinggi tingkat ketelitian yang
kita inginkan, alat penerimaan GPS itu semakin canggih dan semakin mahal.
Contohnya adalah yang diterapkan oleh PT.Caltex Pacific Indonesia (widi hartono
dkk, 2000, komunikasi email) sebagai berikut :
Titik pengamatan
Suatu lintasan diharapkan dapat memberikan data yang lengkap dan teliti
dari daerah yang diteliti. Untuk itu, setiap titik pengamatan atau stasiun
pengamatan perlu dipilih secara tepat pula. Adapun kriteria dari titik-titik
di lapangan yang layak untuk dijadikan Stasiun Pengamatan (STA) atau
Lokasi Pengamata (LP=bagian dari suatu STA yang lokasinya masih terlalu
dekat dengan STA sehingga tidak bisa dijadika sebagai suatu STA) adalah:
No. Sta : Di Isi berdasarkan abjad atau kode tertentu (mis :HR 01, EP 256, BH 01)
Lokasi : Tempat pengamatan (Geografis dan administrasi)
Tanggal : Waktu Melakukan pengamatan
Cuaca : Kondisi cuaca saat pengamatan (hujan, mendung, cerah)
Deskripsi Warna Lapuk : Warna pada batuan yang telah terkontaminasi dengan udara
luar, warna batuan yang terkesan buram
Warna Segar : Warna asli pada batuan karena kenampakan mineral penyusun
Jenis Batuan : Berdasarkan genetik (Cara Terbentuknya)
Tekstur
a. Kristalinitas : Holokristalin, jika mineral-mineral dalam
batuan semua berbentuk kristal-kristal.
Hipokristalin, jika sebagian berbentuk
kristal dan sebagian lagi berupa mineral gelas.
Holohialin, jika seluruhnya terdiri dari
gelas.
Tabel Ukuran Kristal
Cox,price,harte W.T.G Heinric
Halus < 1mm <1 mm <1 mm
Sedang 1-5 mm 1-5 mm 1- 10mm
Kasar >5mm 5-30 mm 10-30 mm
Sangat kasar >30 mm > 30 mm
b. Granularitas
Equigranular : apabila memiliki ukuran kristal yang seragam. Tekstur ini
dibagi menjadi 2:
Fenerik Granular bila ukuran kristal masih bisa dibedakan
dengan mata telanjang
Afinitik apabila ukuran kristal tidak dapat
dibedakan dengan mata telanjang atau ukuran kristalnya sangat
halus.
Inequigranular
Apabila ukuran kristal tidak seragam. Tekstur ini dapat dibagi lagi
menjadi :
Faneroporfiritik,bila kristal yang besar dikelilingi oleh kristal-kristal
yang kecil dan dapat dikenali dengan mata telanjang.
Porfiroafinitik,bila fenokris dikelilingi oleh masa dasar yang tidak
dapat dikenali dengan mata telanjang.
c. Fabrik
Euhedral, bentuk kristal dari butiran mineral mempunyai bidang kristal
yang sempurna.
Subhedral, bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian
bidang kristal yang sempurna.
Anhedral, berbentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh bidang
kristal yang tidak sempurna.
Struktur :
No. Sta : Di Isi berdasarkan abjad atau kode tertentu (mis :HR 01, EP 256, BH 01)
Lokasi : Tempat pengamatan (Geografis dan administrasi)
Tanggal : Waktu Melakukan pengamatan
Cuaca : Kondisi cuaca saat pengamatan (hujan, mendung, cerah)
Deskripsi Warna Lapuk : Warna pada batuan yang telah terkontaminasi dengan udara
luar, warna batuan yang terkesan buram
Warna Segar : Warna asli pada batuan karena kenampakan mineral penyusun
Jenis batuan :
Tekstur Klastik/Non Klastik
Ukuran Butir : Skala Wentworth
Struktur : Berlapis/Tidak Berlapis/ Struktur Sedimen
Komposisi :
Mineral
Nama Batuan :
No. Sta : Di Isi berdasarkan abjad atau kode tertentu (mis :HR 01, EP 256, BH 01)
Lokasi : Tempat pengamatan (Geografis dan administrasi)
Tanggal : Waktu Melakukan pengamatan
Cuaca : Kondisi cuaca saat pengamatan (hujan, mendung, cerah)
Deskripsi Warna Lapuk : Warna pada batuan yang telah terkontaminasi dengan udara
luar, warna batuan yang terkesan buram
Warna Segar : Warna asli pada batuan karena kenampakan mineral penyusun
Jenis batuan :
Tekstur Foliasi/Non Foliasi
Komposisi :
Mineral
Nama Batuan :
Pengamatan Geomorfologi
Memperhatikan beberapa kenampakan peta RBI / topografi yang penting untuk melakukan
penafsiran adalah:
1. Pola Aliran
2. Kelurusan (lineament) punggungan, puncak bukit, lembah, dan lereng
3. Bentuk-bentuk bukit
4. Aliran sungai
5. Penyempitan dan pelebaran lembah
6. Perubahan arah aliran secara mendadak atau tiba-tiba
Berdasarakan kenampakan tersebut di atas dapat dilakukan pendekatan untuk
mengetahui:
1. Litologi
Berdasarkan dari pola dan sifat garis kontur, maka dapat digunakan untuk membedakan:
a. Batuan keras (litologi resisten)
b. Batuan lunak (litologi non resisten)
c. Batuan lepas (tak terkonsolidasi umumnya berupa endapan aluvial)
d. Batuan karbonat (karst topografi)
Adapun cara-cara penafsirannya:
a. Kontur rapat ditafsirkan sebagai batuan yang keras / resisten
b. Kontur jarang / renggang ditafsirkan sebagai batuan yang lunak
c. Pola kontur yang melingkar dalam ukuran kecil yang berbeda dengan pola kontur di
sekitarnya ditafsirkan sebagai batuan yang keras
2. Struktur Geologi
Pada dasarnya struktur geologi yang berupa lipatan, sesar, dan kekar, yang dapat ditafsirkan
keberadaannya melalui pola atau sifar garis kontur pada peta topografi.
a. Struktur Lipatan
Dapat diketahui dengan menafsirkan kedudukan pelapisan batuannya.
Kedudukan lapisan batuan / kemiringan batuan pada peta topografi akan berlawanan
dengan kenampakan kerapatan konturnya, di mana lapisan miring dicirikan oleh adanya
gawir-gawir terjal (ditunjukkan dengan garis kontur yang rapat) yang memotong lapisan
dan arah kemiringan batuan tersebut searah dengan kemiringan landai dari topografinya
(diperlihatkan dengan punggungan yang landai) hal ini pada peta topografi ditunjukkan
dengan pola garis kontur yang renggang.
Kemiringan lapisan batuan tersebut dapat mempunyai arah kemiringan satu arah
(berlawanan), tiga arah dan segala arah. Kemirinagan satu arah disebut sayap lipatan, dua
arah lipatan (sinklim atau antiklin), tiga arah disebut lipatan (sinklin atau antiklin)
menunjam serta kemiringan lapisan segala arah disebut sebagai dome.
Lapisan horizontal dicirikan dengan permukaan yang datar dengan garis kontur yang
jarang, tebing-tebingnya terjal atau bervariasi atau berundak (tergantung resistensi
batuannya) dengan pola kontur menyesuaikan dengan relirf sama.
b. Struktur Sesar
Ditandai dengan:
Pola kontur yang panjang, lurus, dan rapat
Aliran sungai yang membelok secara tiba-tiba dan mendadak serta menyimpang dari pola
arah umum
Jajaran triangular facet
Jajaran mata air
Pelengkungan dari kelurusan punggungan serta adanya offset morfologi
c. Struktur Kekar
Ditandai dengan adanya kelurusan gawir, lembah-lembah, bukit-bukit, dan celah-celah.
Sering pula dengan pola tertentu dan tidak hanya satu arah, atau dapat pula dilihat dari pola
perkembangan sungai.
3. Pola Pengaliran
a. Dendritik
Pola aliran yang anak-anak sungainya bermuara pada sungai induk secara tidak teratur.
Tempat pertemuan anak-anak sungai dengan sungai induk ada yang berbentuk sudut dan ada
yang berbentuk sudut tumpul. Umumnya terbentuk pada daerah dengan resistensi batuan
yang seragam dan tidak begitu terjal.
b. Parallel
Pola aliran sungai yang arah alirannya hampir sejajar antara sungai satu dengan sungai
lainnya. Tempat pertemuan anak-anak sungai dan sungai induk berbentuk sudut lancip. Pola
aliran ini umumnya terdapat di daerah perbukitan dengan lereng terjal.
c. Radial
Sentrifugal
Pola aliran di mana sungai-sungai mengalir secara radial dari puncak suatu dome atau
gunungapi.
Sentripetal
Pola aliran di mana sungai-sungai mengalir menuju pusat suatu cekungan.
d. Anular
Pola aliran yang terbentuk pada daerah kutub struktural yang telah terkikis dewasa sehingga
sungai-sungai besarnya mengalir melingkar mengikuti struktur batuan lunak.
e. Trellis
Pola aliran di mana sungai-sungai induk hampir sejajar anak-anak sungai hampir membentuk
sudut 90o dengan sungai induk.
f. Rectangular
Pola ini berkemang mengikuti patahan, belahan, dan kekar. Sungai-sungainya lurus dan
belokan terjadi dengan tiba-tiba serta bersudut.
g. Angular
Pola ini merupakan modifikasi dari rectangular. Sungai-sungai ditandai dengan belokan
bersusut tajam yang erkenaan dengan adanya patahan. Sungai-sungai cabang lebih kurang
paralel dan menggabung ke sungai utama dengan sudut tumpul.
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
TAHUN 2015
Format Laporan
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
I.2 Ruang Lingkup
I.3 Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Batuan
II.1.1 Batuan Beku
II.1.2 Batuan Sedimen
II.1.3 Batuan Metamorf
II.2 Struktur Geologi
II.2.1 Sesar
II.2.2 Kekar
II.2.3 Lipatan
II.3 Pengamatan Geomorfologi
II.4 Geologi Regional Palu
BAB III METODOLOGI
III.1 Waktu dan Lokasi Praktikum (lengkap dengan peta lokasi)
III.2 Alat dan Bahan (masukkan semua jenis peralatan dan bahan yang
digunakan dalam kegiatan kuliah lapangan lengkap dengan fungsinya)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
IV.1.1 Format Batuan Beku
IV.1.2 Format Batuan Sedimen
IV.1.3 Format Batuan Metamorf
IV.1.4 Struktur Geologi
IV.1.5 Pengamatan Geomorfologi
IV.2 Pembahasan
BAB V PENUTUP
V.1 Kesimpulan
V.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN (Peta Lokasi Batuan, Peta Lintasan, Foto Batuan dan
Singkapan, Foto Kegiatan)
Biodata