Anda di halaman 1dari 30

PANDUAN FIELD TRIP GEOLOGI

FISIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

UNIVERSITAS TADULAKO

NAMA :

NO. MAHASISWA:
PERATURAN /TATA TERTIB
FIELDTRIP GEOLOGI FISIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS TADULAKO

Dalam rangka praktikum lapangan (Field Trip) geologi fisik mahasiswa


teknik geologi Universitas Tadulako maka dengan ini setiap peserta
praktikum diwajibkan untuk melaksanakan Peraturan Tata Tertib sebagai
berikut:

UMUM :

1. Wajib menjaga keamanaan dan ketertiban selama kegiatan


praktikum berlangsung serta kebersihan lokasi base camp setelah
kegiatan praktikum berlangsung
2. Wajib menjalin hubungan baik dengan sesama peserta praktikum
mengikuti norma umum, etika, dan sopan santun.
3. Wajib menjaga nama baik Universitas Tadulako dan menjaga
hubungan baik antara peserta dengan masyarakat sekeliling, para
pemuka dan pemimpin pemerintahan setempat.
4. Wajib menjaga sopan santun, etika dan melaksanakan seluruh
instruksi dosen pendamping dilapangan

KHUSUS:

1. Wajib menempati tinggal (menginap) sesuai dengan yang telah


ditentukan oleh Dosen.
2. Wajib menjaga dan bertanggung jawab akan kebersihan,
keteraturan dan kerapihan Tempat tinggal atau tempat belajar atau
tempat tidur dan peralatan lain yang dipercayakan, serta tidak
membuat tulisan dan coretan apapun disemua tempat.
3. Bersikap disiplin, tidak gaduh, sopan santun waktu makan.
4. Dilarang keras, membawa senjata api, senjata tajam, minuman
keras, obat terlarang, ataupun barang/alat lain yang dapat
membahayakan jiwa atau lingkungan, serta dapat mengganggu
keamanan dan ketertiban.
5. Wajib menjaga perlengkapan/peralatan milik Universitas yang
dipinjamkan.
6. Wajib mengganti barang/peralatan milik Universitas apabila terjadi
kerusakan/kehilangan akibat ketidak hati-hatian/keteledoran,
ataupun perbuatan lain yang tidak bertanggung jawab, dengan
barang/perlengkapan yang serupa/sejenis, sesuai dengan keadaan
semula.
7. Wajib menjaga dan bertanggung jawab akan barang milik pribadi
sehingga tidak terjadi salah tempat maupun hilang.

Terhadap segala bentuk pelanggaran terhadap Tata Tertib ini akan


dikenakan sanksi sesuai dengan jenis dan tingkat pelanggaran yang
terjadi.

RINCIAN ACARA FIELD TRIP GEOLOGI FISIK


LEMBAN TONGOA TAHUN 2014

Hari ke-1 Jumat, 20 november 2015


*13.00-13.30 Berkumpul Di Kampus Universitas Tadulako
*13.30-14.00 Pemeriksaan Perlengkapan
*14.00-17.30 Berangkat Ke Lokasi (Wera)
*17-30-20.00 Persiapan Kuliah Malam
*20.00-22.00 Kuliah Malam
*22.00-06.00 Istirahat

Hari ke-2 Sabtu, 21 November 2015


*06.00-06.45 Makan Pagi
*07.00-17.00 Berangkat ke lapangan acara Lintasan Geologi
Hari Ke I
*17.00-18.30 Berangkat Ke Lokasi (Mantikole), Sholat Maghrib
*18.30-19.30 Makan malam, Sholat Isyah
*19.30-20.00 Perisaapan Kuliah Malam
*20.00-21.30 Kuliah Malam : Pemeriksaan Data Hasil
Pengamatan
*21.30-23.30 Pembuatan Laporan
*23.30 Istirahat

Hari ke-3 Ahad, 22 November 2015


*06.00-06.45 Makan Pagi
*07.00-17.00 Berangkat ke lapangan acara Lintasan Geologi
Hari Ke 2
*17.00-18.30 Persiapan Pulang (Kembali Ke Rumah)
PENDAHULUAN:
Panduan Fild Trip Geologi Fisik
1.1 Pengantar

Proses Pendidikan Geologi biasanya menggunakan metode pengajaran


secara langsung dilakukan dengan pengamatan di lapangan. Hal ini
dilakukan agar setiap mahasiswa geologi diharuskan untuk
mengembangkan kemampuannya dalam melakukan pengamatan
dilapangan, agar diperoleh data yang lengkap dan menyeluruh, sehingga
memungkinkan dilakukannya penafsiran yang logis, tepat dan akurat.
Dalam tugasnya sehari-hari, para Ahli Geologi hampir selalu berhadapan
dengan masalah lapangan. Oleh karena itu, maka kemahiran kerja
Lapangan merupakan syarat mutlak yang harus dikuasai oleh mereka
yang berniat untuk menjadi Ahli Geologi yang baik.

Latihan untuk melakukan pengamatan dan kemudian dimanifestasi


kedalam bentuk field trip yang merupakan langkah awal dari proses
Pendidikan dijurusan teknik geologi Universitas Tadulako bagi mahasiswa
yang sedang menempuh kuliah geologi fisik ditahun pertama semester
satu.

1.2 Tujuan Field Trip Geologi Fisik

Pengamatan Terhadap Obyek Geologi berupa : Batuan, Tanah, Morfologi,


Pola Aliran Sungai, Jenis Struktur Geologi yang merupakan satu kesatuan
dari singkapan geologi di lapangan guna menghasilkan kajian yang
komprehensif terhadap proses yang terjadi di alam kaitannya dengan
permasalahann geologi setempat.

1.3.. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Tahap Pertama
Pekerjaan tahap pertama adalah pekerjaan yang dilaksanakan di kawasan
Wera dan Mantikole belangsung dari tanggal 20-22 November 2015,
Tahap ini terdiri dari:
- Navigasi Darat
- Pengukuran Dimensi Singkapan
- Deskripsi Litologi/Soil
- Pengukuran Kedudukan Batuan
- Pengukuran Tebal Lapisan
- Pengukuran Penampang Stratigrafi
- Pengamatan Morfologi
- Pengamatan Pola Aliran Sungai
- Pengamatan Jenis Struktur Geologi
- Pengamatan Tutupan Lahan (Vegetasi)
-

Tahap Kedua
Pekerjaan tahap kedua berupa pekerjaan yang dilakukan di kampus
Universitas Tadulako berlangsung dari Akhir November 2015 hingga Akhir
Desember 2015. Tahap ini terdiri dari:
a. Analisa data lapangan
b. Penyiapan peta dan perlengkapannya dengan mengintegrasikan
hasil anilisis data
c. Konsultasi dengan dosen pembimbing
d. Penyusunan laporan akhir

Nilai akhir
Nili akhir adalah gabungan antara nilai tahap pertama dan nilai tahap
kedua. Nilai tahap pertama mempunyai bobot 60% dari nilai akhir,
sedangkan nilai tahap yang kedua mempunyai bobot 40%.

PERALATAN LAPANGAN DAN


PENGGUNAANNYA
2.1 Macam Peralatan Lapangan

a) Peralatan lapangan terdiri dari:


1. Kompas geologi Jenis Brunton (per kelompok disiapkan kampus)
2. GPS Hand Held (per kelompok disiapkan kampus)
3. Palu Geologi: berupa jenis palu batuan beku dan palu batuan
sedimen (per kelompok disiapkan kampus)
4. Peta topografi: skala 1 : 50.000 (per kelompok tidak disiapkan
kampus)
5. Kaca pembesar (per kelompok tidak disiapkan kampus)
6. Larutan asam klorida (HCl 0,1n) secukupnya isikan pada botol
yang praktis dipakai, tidak mudah pecah dan tumpah, contohnya
botol plastik bekas tempat obat mata (per kelompok tidak
disiapkan kampus)
7. Pita ukuran dari logam atau plastik 2 atau 3m. (per kelompok
tidak disiapkan kampus)
8. clipboard. Untuk menjepit peta lapangan, dilengkapi dengan
plastic lebar untuk melindungi peta dari air hujan. (per kelompok
tidak disiapkan kampus)
9. Kantong-kantong plastik untuk tempat contoh batuan (per
kelompok tidak disiapkan kampus min 30 buah)
10. Baterei Alkalin (A2) untuk GPS 2 buah (per kelompok tidak
disiapkan kampus)

b) Peralatan tulis, terdiri dari :


o Buku catatan lapangan (Field Notes)
o Pensil 1 H atau HB
o Karet penghapus
o Pensil berwarna sedapat mungkin lebih dari 12 warna (per
kelompok)
o Kalkulator (per kelompok)
o Spidol besar waterproff 1 atau 2 warna (per kelompok)
o Penggaris segitiga
o Penggaris panjang (30 cm)
o Busur derajat (siapkan sekurang-kurangnya 2 buah)
o Jangka besar
o Peruncing pensil

c) Peralatan Pribadi, terdiri dari:


o Tas lapangan yang praktis untuk sampel (misalnya ransel) (per
kelompok)
o Tas pinggang
o Peralatan makan: terdiri dari ompreng makan dan tempat air minum
(veldtlples atau botol plastic)
o Jas hujan sebaiknya tipe ponco
o Kotak PPPK kecil: berisi obat untuk luka kecil atau gigitan serangga
dilapangan maupun obat-obat pribadi (per kelompok)
o Kamera dengan film secukupnya
o Matras
o Kacamata
o Senter
o Peralatan hiburan yang layak untuk kerja lapangan, misalnya radio
kecil, walkman, dll.

2.2 Penggunaan Kompas Geologi

Ada dua tipe kompas geologi yang dikenal, yaitu kompas empat kuadran
dimana lempengan skala dibagi menjadi empat kuadran, kuadran NE
(North-East), NW (North-West), SW (South-West), dan SE (South-East),
masing-masing besarnya 0o s/d 90o diukur dari North (utara) dan South
(selatan) baik kearah East (timur) maupun West (barat). Sedangkan tipe
yang kedua adalah kompas tipe Azimut atau tipe 360o, dimana lempengan
scalar dibagi menjadi 360o diukur dari North ke East.

Koreksi Deklanasi
Karena jarum kompas adalah jarum magnet, makan arah utara yang
ditunjukkan oleh jarum kompas adalah arah utara magnetik. Arah utara
magnetic ini tidak berimpit dengan arah utara sebenarnya (arah utara
geografis). Mereka membentuk sudut yang besarnya berbeda-beda dari
satu lokasi geografis dengan lokasi geografis lainnya, dan kadang berubah
dari satu waktu kelain waktu, meskipun lokasi tetap. Perbedaan sudut ini
dinamakan deklinasi. Supaya jarum kompas menunjukkan arah yang
sesuai dengan arah utara geografis maka harus dilakukan koreksi
deklinasi. Misalkan, besarnya harga deklinasi di daerah Bojonegoro pada
tahun 1930 adalah 21o15 E dan bertambah 3 setiap tahun. Keterangan
tersebut dapat dibaca pada peta topografi yang digunakan. Jika kita akan
bekerja didaerah itu pada tahun 1980, maka besarnya deklinasi adalah
2o15 + 50x3 = 4o45 E, artinya arah utara magnetic terletak 4o45 di
sebelah timur dari utara sebenarnya. Jadi lingkaran harus kita putar
sehingga indek pin menunjuk 4o45 disebelah timur dari titik 0.

Cara Membaca Arah


Arah dari suatu tititk ke titik lain dapat dinyatakan dengan dua cara,
tergantung jenis atau tipe kompas geologi yang digunakan. Kedua cara
tersebut adalah:
a. Dengan hanya menggunakan satu mata angin yaitu North, segala arah
diukur dari arah ini searah dengan jarum jam, atau dengan kata lain
dari North ke East. Arah tersebut dinamakan Azimuth, besarnya 0o s/d
360o. kompas geologi yang digunakan yaitu tipe kompas Azimuth
(360o) kompas buatan Eropa pada umumnya dari jenis ini.
b. Dengan menggunakan 4 mata angin, yaitu North, East, South, dan
West. Arah-arah diukur dari:
o North kea rah East untuk yang berbeda pada kuadran NE, misalnya
N 6o E, N 35o E dsb.
o North ke arah West untuk yang berbeda pada kuadran NW, misalnya
N 45o E, E 60o E, dsb
o South kea rah East untuk yang berbeda pada kuadran SE, misalnya
S 12o E, E 60o E, dsb.
o South kea rah West untuk yang berada pada kuadran SW, misalnya
S 20o W, S 48o W dsb.
Dengan cara ini maka besarnya arah hanya akan berkisar dari 0o 90o
saja. Kompas geologi yang digunakan dalam cara ini adalah kompas jenis
empat kuadran, atau sering disebut kompas tipe Bruton. Kompas geologi
buatan Amerika kebanyakan menggunakan sistem kuadran, sedangkan
buatan Jepang kebanyakan menggunakan system azimuth. Penulisan arah
azimuth dinyatakan dengan NE, maksunya pengukuran mulai dari arah
North ke East, misalnya N 16o E, N 340o E dan sebagainya. Perhatikan, NE
disini tidak menujukkan kuadran North East.
Setiap pekerja geologi harus dapat menggunakan kedua cara tersebut
diatas sama baiknya, tergantung dari jenis kompas geologi yang
digunakan. Kedua cara tersebut tidak boleh dicampur aduk.

Cara Mengukur Arah Dengan Menembak (Shooting)

Kalau kita berada di suatu tempat yang posisinya sip eta tidak diketahui, tetapi
dari tempat kita berada, kita dapat melihat 1 atau lebih titik yang lokasinya di
peta diketahui dengan tepat, misalnya puncak bukit, perpotongan dua buah
sungai dsb. Maka lokasi tempat kita berada dapat ditentukan dengan jalan
menembak (shooting) titik-titik yang sudah diketahui posisinya tersebut (dalam
hal ini disebut sebagai target). Cara menembak dilakukan dengan jalan
mengarahkan kompas ke target, kemudian bacalah jarum selatan. Arah ini
merupakan arah dari target ke penembak.

Cara Mengukur Jenis dan Kemiringan

Ada beberapa cara dalam pengukuran jurus dan kemiringan lapisan batuan.
Disini akan dijelaskan cara yang paling aman supaya tidak terbalik dalam
membaca kemiringan. Terbaliknya penggambaran kimiringan dapat
menimbulkan kesalahan yang serius. Cara pertama yang dibaca adalah arah
jurusnya, sedangkan cara kedua yang dibaca adalah dari kemiringan.

Jika kemiringan arah dari jurusnya, maka:

a. Pengukuran dilakukan dari bagian atas lapisan, kalau yang tersingkap


bagian bawah maka sambunglah bidang perlapisan tersebut dengan
clipboard saudara dan pengukuran dilakukan di atas clipboard.
b. Tempelkan sisi E dari kompas pada lapisan batuan sambil kompas
dihorisontalkan dengan cara gelembung horizontal (horizontal buble)
diusahakan berada di tengah. Kalau kompas sudah horizontal bacalah
ujung utara, maka arah ini adalah arah jurus dari lapisan, arah
kemiringannya adalah 90o dari ini searah jarum jam.
c. Ukurlah besar kemiringan dengan klinometer, caranya: kompas diletakkan
miring pada sisinya yang ada skla klinometer dalam arah tegak lurus,
kemudian bacalah besarnya sudut kemiringannya.

Jika arah kemiringannya yang dibaca maka :

a. Pengukuran tetap dilakukan pada bagian atas lapisan batuan.


b. Tempelkan sisi S dari kompas sambil kompas dihorisontalkan seperti pada
cara pertama.
c. Setelah kompas horizontal, bacalah ujung jarum utara, maka arah ini
adalah arah kemiringan dari lapisan.
d. Ukurlah besarnya kemiringan dengan klinometer.
e. Arah jurusnya tentu saja tegak lurus arah kemiringan tersebut.
Kedua cara pengukuran jurus dan kemiringan yang telah diuraikan di atas
berlaku untuk kompas empat kuadran maupun kompas azimuth.

2.3 Peta Topografi dan Kegunaannya

Peta topografi adalah peta yang menunjukkan penyebaran, ukuran dan bentuk
dari kenampakan-kenampakan roman muka bumi. Kenampakan-kenampakan
topografi tersebut pada umumnya dikelompokkan menjadi tiga hal, yaitu relief,
penyaluran (drainage), dan hasil budaya manusia. Relief dan penyaluran
merupakan manifestasi geologi daerah tersebut, sedangkan hasil budaya manusi
memberikan gambaran pemanfaatan dari daerah tersebut.

Pada proses pemetaan geologi, peta topografi digunakan untuk peta dasar
dalam menggambarkan kondisi geologi daerah tersebut. Kondisi tersebut
terutama terdiri dari penyebaran macam batuan yang ada, kedudukan setiap
macam batuan serta struktur yang ada di daerah tersebut. Disamping sebagai
peta dasar, peta topografi juga digunakan untuk penentuan lokasi titik-titik
pengamatan di lapangan. Untuk keperluan geologi lapangan diberikan paling
sedikit tiga lembar peta topografi, yaitu lembar dipakai sebagai peta lapangan
(field map atau working map), satu lembar dipakai sebagai peta pangkalan (base
sheet), dan satu lembar lagi sebagi peta petunjuk lokasi pengamatan.

Peta topografi yang paling baik dipakai dalam penyelidikan geologi adalah peta
kontur. Peta jenis ini dilengkapi dengan garis kontur, yaitu garis khayal yang
menghubungkan titik-titik yang sama tingginya. Garis kontur ini digambar
dengan interval ketinggian tertentu yang biasanya dinyatakan pada lembar peta
yang bersangkutan. Dengan demikian, dengan melihat lokasi satu titik pada atau
diantara garis kontur dengan nilai ketinggian tertentu, ketinggian titik tersebut
sangat mudah ditentukan. Peta kontur ini menunjukkan sifat kuantitatif, artinya
sebenarnya antara dua titik, besarnya sudut lereng, menghitung volume dsb.

Dalam pekerjaan geologi lapangan, salah satu kegunaan utama peta topografi
adalah untuk mengeplot lokasi pengamatan. Apabila di lapangan ditemukan
suatau singkapan atatu stasiun pengamatan yang baik, maka sangatlah penting
lokasi tersebut diplot dengan benar (tepat) ke dalam peta lapangan. Kesalahan
dalam ploting lokasi dapat menimbulkan permasalahan yang serius. Ada
beberapa cara untuk mengeplot lokasi, antara lain sebagai berikut :

a. Dengan membaca medan berdasarkan landmark yang jelas, seperti muara


sungai, pinggir kali di kaki bukit dsb. Untuk memudahkan cara ini peta
sebaikknya diorientasikan dulu, artinya peta diletakkan menurut mata angin
yang sebenarnya, kemudian medan dibaca.
b. Dengan satu penembakan arah dan dipotongkan dengan landmark, misalnya
sungai, contoh: lokasi 12, ditepi utara S. Kebo di timur desa Gowok pada arah N
200o dari gunung Jabalkat, ditemukan singkapan .dst.
c. Dengan dua atau lebih penembakan arah, contoh : Lokasi 43 di pinggit jalan
desa, posisi N 160 o E dari G. Sari dan N 250 o dari G. Cakaran ditemukan
singkapan .dst.
2.4 Pengenalan Sistem GPS (Global Positionning System)

Dasar-dasar Teknologi GPS

GPS atau nama resminya NAVSTAR GPS (NAVigation Satellite Timing and Ranging
Global Positioning System) merupakan system navigasi yang paling akurat
sampai saat ini. Teknologi berbasis satelit ini dikembangkan, dimiliki, dan dikelola
oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat (U.S. Departement of Defense,
DoD) dengan biaya lebih 10 Milyar USD. Pengembangan system dilakukan pada
tahun 1973 April 1994.

Sejak pertama kali dikembangkan, teknologi GPS sangat menarik bagi banyak
pihak dan saat ini telah menjadi standard navigasi internasional. Mengapa GPS
begitu menarik ? Alasannya antara lain :

o GPS dapat memberikan informasi tentang posisi, kecepatan, ddan


percepatan tiga dimensi, maupun informasi waktu, secara cepat kapan
saja dan dimana saja di dunia ini dalam segala cuaca dan dengan
ketelitian yang relative tinggi.
o Informasi tersebut dapat ditentukan dalam kondisi statis maupun
kinematik dan cocok untuk segala jenis platform (mobil, kereta, kapal,
pesawat terbang, satelit, dll).
o Tersedia bagi semua orang secara gratis (tidak ditarik biaya pemakaian
system)
o Prinsip penggunaan GPS yang relatif mudah, penentuan posisi tidak
memerlukan saling keterlihatan antar titik dan tidak dipengaruhi oleh
topografi antar titik, dan memberikan posisi yang bereferensi ke satu
datum global (WGS 984).
o Alat penerima (receiver) GPS cenderung semakin kecil ukurannya,
semakin murah harganya, dan semakin tinggi akurasinya karena semakin
berkembangnya teknologi pemrosesan data GPS.
o Semakin banyak penggunaan GPS untuk berbagai keperluan.

Dalam berbagai keunggulan yang dimilikinya, saat ini teknologi GPS telah
diaplikasikan dalam berbagai bidang, antara lain: kepentingan militer, survei dan
pemetaan , geodasi, geodinamika, navigasi dan transportasi studi troposfir dan
lonosfir, pertanian-kehutanan, remote sensing, GIS(Geographic Informatian
System), dan olah raga-rekreasi. Kekurangan utama teknologi GPS adalah tidak
bisa digunakan di tempat-tempat dimana sinyal dari satelit GPS tidak dapat
mencapai alat penerima GPS, misalnya dalam ruangan, dibawah air, hutan
yang lebat, dll.

Komponen Teknologi GPS

Ada 3 (tiga) komponen atau segmen utama dalam teknologi GPS, yaitu satelit
GPS, system control, dan pengguna/penerima atau receiver (
Satelit GPS

Saat ini ada 24 satelit GPS yang mengorbit bumi dua kali setiap hari (waktu orbit
11 jam dan 58 menit) pada ketinggian 20.200 km. Ada 6 orbit satelit, dimana
setiap orbit yang bentuknya mendekati lingkaran diisi oleh 4 satelit. Konfigurasi
ini dibuat sedemikian rupa agar 4-10 satelit GPS selalu terlihat dimana saja dan
kapan saja dibumi ini. Khusus untuk wilayah Indonesia, umumnya 6-9 satelit GPS
akan bisa dilihat dengan sudut elevasi di atas 10 derajat.

Sistem Kontrol GPS

Pada dasarnya merupakan stasiun pengontrol di bumi yang bertugas untuk


memelihara satelit dan memastikan satelit berfungsi sebagaimana mestinya.
Fungsi ini mencakup : menjaga agar satelit berada diorbitnya, memantau status
dan kesehatan semua sub-sistem satelit, menginjeksikan data, dan menentukan
serta menjaga waktu system GPS. Master Control Station berada di Colorado
Springs (USA), sedangkan Ground Antena Station dan Monitor Station berada di
Cape Canavaral (USA) , Hawai, Ascension (S-Atlantik), Diego Garcia (S. Hindia),
Kwajalein (S. Pasific).

Alat Penerima Sinyal (Receiver) GPS

Ada berbagai jenis alat penerima sesuai dengan kebutuhan akurasi pengukuran
posisi yang diperlukan, yaitu time navigasi (hand-held) yang akurasinya paling
rendah (beberapa puluh meter), tipe geodetic(ketelitian beberapa mm) dan tipe
pengukuran waktu (ketelitian beberapa nanodetik).

Prinsip Penentuan Posisi dalam GPS

Alat penerima di bumi menggunakan satelit-satelit GPS sebagai titik referensi


yang sangat akurat posisinya. Alat penerima ini memiliki kemampuan
menangkap sinyal dari satelit GPS yang sangat lemah dan tidak dapat terdeteksi
oleh alat-alat lainnya. Sinyal GPS merupakan sinyal yang kompleks karena
didesain untuk berbagai keperluan (misalnya sinyal untuk militer berbeda
dengan untuk sipil), sinyal harus aman dari gangguan, dan sinyal didesain untuk
penentuan posisi secara teliti. Karena itu, setiap sinyal dari satelit GPS membawa
data yang diperlukan untuk mendukung proses penentuan posisi, kecepatan,
maupun Waktu. Data tersebut meliputi informasi tentang waktu transmisi sinyal
dari satelit, posisi satelit, kesehatan satelit, koreksi jam, efek refraksi ionosfer,
dan informasi lainnya.

Sinyal yang berupa gelombang elektromagnetik ini ditangkap oleh


antenna alat penerima GPOS. Selanjutnya, sinyal dirubah menjadi arus
listrik dan dikirim ke komponen mikroprosesor untuk diproses lebih lanjut.
Dengan menghitung waktu tempuh signal yang dipancarkan oleh setiap
satelit, alat penerima menghitung jarak antara lokasi penerima dengan
satelit. Setelah jarak dapat ditentukan, makan alat penerima akan
mencari posisi satelit yang sesungguhnya untuk menyelesaikan
perhitungan posisi geografis alat penerima di bumi. Posisi setiap satelit ini
dapat ditentukan dengan tepat karena masing-masing berada pada orbit
yang sangat tinggi dan sangat stabil. Karena dalam system GPS yang bias
dihitung hanyalah jarak dan bukan vektor, maka untuk penentuan
posisi diperlukan pengukuran jarak terhadap beberapa satelit secara
sekaligus. Dalam prakteknya, untuk mengkalkulasikan posisi geografis
suatu lokasi di muka bumi secara tepat, diperlukan perhitungan posisi
terhadap minimal empat satelit GPS

Posisi yang diberikan oleh sisitem GPS adalah posisi 3-D, yaitu (X,Y,Z)
dimana Z atau tinggi yang diberikan adalah tinggi ellipsoid. Datum dari
posisi yang diperoleh adalah WGS (World Geodetic System) 1984 yang
menggunakan ellipsoid referensi GSR 1980.

Tingkat Ketelitian Pengukuran GPS

Tingkat ketelitian posisi bervariasi dari sangat teliti (kesalahan beberapa


mm) sampai kurang teliti (kesalahan puluhan meter). Tingkat ketelitian
ditentukan oleh tingkat ketelitian data satelit, geometri satelit, metode
penentuan posisi dan pengolahan data, serta kecanggihan alat penerima.

Tingkat ketelitian data satelit merupakan factor terbesar yang


menentukan tingkat ketelitian perhitungan posisi. Oleh DoD, sinyal GPS
dibagi menjadi dua jenis, yaitu PP-code (P=Precise atau Private) dan C/A-
code (C/A= Coarse Acquistion atau Clear Access). P-code merupakan
sinyal yang memberikan akurasi yang lebih tinggi (sekitar 10 kali)
daripada C/A-cose. Dalam hal ini DoD memberlakukan kebijaksanaan Anti
Spoofing (AS) dan Selective Availability (SA) untuk mengatur batas
ketelitian yang bias dicapai oleh pengguna jasa GPS.

Anti Spoofing diterapkan untuk menghindari adanya sinyal palsu dari pihak
lawan yang akan mengacaukan perhitungan posisi. Kode-p disandikan dengan
kode rahasia yang hanya diketahui oleh pihak militer USA dan pihak-pihak yang
diizinkan saja. Secara umum alat penerima sipil tidak mampu memecahkan kode
ini sehingga tidak dapat mengakses kode-p. Untuk mendapatkan fasilitas akses
ke kode-p diperlukan layanan navigasi tipe Precise Positioning Service(PPS).

Selectiv Availability (SA) diterapkan untuk memproteksi ketelitian posisi yang


tinggi hanya untuk pihak militer USA dan pihak yang diizinkan saja, hal ini
dilakukan dengan cara memanipulasi data satelit sehingga menyebabkan
degradasi pengukuran GPS. Akses terhadap sinyal GPS yang mengalami SA
merupakan pelayanan standar secara gratis kepada siapa saja melalui jenis
layanan standar positioning service (SPS).

Secara umum metode penentuan posisi dengan GPS ada dua jenis, yaitu metode
absolute positioning dan diverential positioning. Metode absolute positioning
atau point positioning merupakan metode yang paling sederhana, hanya
menggunakan satu buah alat penerima, dan ditujukan untuk keperluan navigasi
yang tidak memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi. Pada layanan SPS yang
mengalami SA tingkat ketelitian posisi yang diberikan adalah sekitar 100M
horizontal. Sedangkan dalam layanan PPS tingkat ketelitian antara 10-20M
horizontal.

Differential positioning merupakan metode yang dipakai untuk meningkatkan


ketelitian pengukuran dengan cara mereduksi efek-efek kesalahan dan bias yang
didapatkan dalam metode Absolute positioning. Caranya adalah dengan
menggunakan minimal 2 buah alat penerima, satu diantaranya di tempatkan
pada titik yang telah diketehui koordinatnya (monitor station). Metode ini dipakai
dalam survey pemetaan maupun navigasi yang memerlukan ketelitian tinggi.
Ada beberapa teknik dalam metode ini, seperti differential GPS (DGPS),
kinematik positioning, stop-and go surveying, dan static positioning ketelitian
berkisar dari 5-10M untuk sistem DGPS sampai ketelitian tertinggi diperoleh dari
static survey yang menghasilkan tingkat ketelitian sekitar 3MM.

Dalam praktek, pemakaian GPS disesuaikan dengan tingkat ketelitian yang kita
inginkan dan anggaran yang kita punyai. Semakin tinggi tingkat ketelitian yang
kita inginkan, alat penerimaan GPS itu semakin canggih dan semakin mahal.
Contohnya adalah yang diterapkan oleh PT.Caltex Pacific Indonesia (widi hartono
dkk, 2000, komunikasi email) sebagai berikut :

o Untuk kebutuhan penentuan lokasi secara kasar dalam kegiatan eksplorasi


PT.CPI (kesalahan kurang lebih 50 meter) dipakai hand-held GPS seperti :
Garmin, Eagle, dan GEO3 (Trimble).
o Untuk kebutuhan yang agak lebih teliti (kesalahan 10M) dipakai hand-held
Magelan dengan melakukan post processing DGPS (Differential GPS).
o Untuk survey lokasi titik bor dan kegiatan seismik yang memerlukan
ketelitian yang baik(kesalahan kurang dari 10cm), dipakai Trible 400SSI (dual
frequncy) yang menggunakan metode GPS. Karena kebutuhan kecepatan
pengukuran maka juga dilaksanakan reltime kinetics system. Dual frequency
ini juga dipakai pihak DoD, sehingga pihak CPI selalu mendapatkan
pemberitahuan jika terjadi perubahan sistem oleh DoD.

Pengamatan Objek Geologi


Pengertian Dasar
Pengamatan lapangan adalah suatu proses pekerjaan melihat secara
seksama, teliti dan menyeluruh dari gejala geologi dilapangan. Gejala
geologi ini tidak hanya berupa batuan di singkapan saja, melainkan juga
gejala lain misalnya : kenampakan bentang alam dari suatu wilayah dilihat
dari suatu titik ketinggian, erosi dari kaki bukit, pembentukan endapan
point bar pada suatu kelokan sungai, adanya proses longsoran atau
gerakan tanah yang lain dan sebagainya. Agar pengamatan menjadi
efektif, dalam proses pengamatan perlu diingat dan dicari jawaban dari
beberapa pertanyaan dasar yaitu :
a. Dimana dilakukan pengamatan : ini harus dijawab dengan pemerian
lokasi yang tepat dan teliti, misalnya :
o Pada punggungan sebelah barat Gunung Konang di ketinggian 171
m, N 125o E dari Puncak Gunung Konang.
o Di sebelah selatan kaki Gunung Wulu N 78 o E dari Gunung Budo.
o
o Di kaki perbukitan Jiwo Timur N 24 E dari puncak Baturagung, N
325 o E dari puncak Gunung Gambar.
o Pada jalan setapak antara Dowo dan puncak Pendul, 53 m dari
pinggir desa Dowo
o Dan lain sebagainya
b. Apa yang diamati : gambaran garis besar dari obyek geologi utama
yang ada ditempat itu misalnya:
o Petrologi berupa batuan segar atau lapukan batuan (soil)
o Geomorfologi
o Struktur geologi lain-lain seperti tata guna lahan, potensi bencana
dan lain sebagainya
c. Dalam keadaan bagaimana obyek yang diamati tersebut, misalnya :
o Batuan segar berlapis baik
o Batuan beku lapuk lanjut menjadi soil berwarna coklat
o Singkapan batuan sebagaian segar, sebagaian lapuk, berwarna
hitam
o Batuan segar berwarna abu-abu kecoklatan, terkekarkan
o Perlapisan batuan terkekarkan dan terlipat kuat
o Sesar bersifat lurus, tertutup dan terisi gerusan halus
o Perbukitan berpuncak runcing, terbiku kuat
o Dan lain sebagaianya.

d. Tersusun oleh apa obyek tersebut : pertanyaan ini menyangkut


tentang segi kualitatif komponen batuan atau obyek geologi lain, misalnya
: struktur, tekstur, kemas dan sebagainya, misalnya :
o Tersusun oleh kuarsa dan ortoklas yang holokristalin
o Tersusun oleh partikel meruncing yang bersifat grain-suported
o Terdiri dari lanau gampingan dan napal dengan foraminifera besar
o Perulangan gradasi normal antara batupasir menjadi serpih
o Tersusun oleh fragmen andesit, kuarsa dan filit yang membundar
tanggung
o Dan lain sebagainya.

e. Seberapa : pertanyaan ini menyangkut segi kuantitatif komponen batuan


atau obyek geologi yang lain, misalnya :
o Kuarsa 75 %, mika 25 %
o Fragmen sebagian besar dari bioklast > 70 % sedang sisanya
berupa ooid dan litoklast
o Lebar singkapan 60 m, sedang total ketebalan batuan 45 m.
o lereng dari perbukitan kerucut berkisar antara 35o di sebelah timur,
semakin ke barat semakin curam hingga mendekati 43 o .
o tebal perlapisan batupasir dibagian bawah rata-rata 45 cm, semakin
ke atas menebal menjadi rata-rata 95 cm.
o di dekat jembatan padasan foliasi dari filit berkisar antara N 325 o E/
25 o hingga N 340 o E/45 o sedangkan ke arah selatan berubah
menjadi N 186 o E/60 o
o dan lain sebagainya

f. kapan : pertanyaan ini menyangkut waktu nisbi terjadinya obyek


geologi tersebut misalnya :
o breksi menumpang secara tidak selaras diatas napal
o batupasirnya menumpang selaras diatas batulempung
o batugamping tufan diterobos oleh tubuh diorite porfil.
o Napal merupakan xenolith dalam basalt.
o Dan lain sebagainya.

Tentu saja pengamat boleh mengajukan pertanyaan yang lain yang


berkaitan. Yang pasti adalah bahwa semua bentuk aspek geologi dari
obyek pengamatan harus tidak boleh terlewatkan. Hal ini sangat
memerlukan pengalaman teknik pengamatan, seringnya melakukan
pengamatan, serta sangat tergantung dari kelengkapan dan tingkat
pemahaman dasar ilmu geologi yang dimiliki oleh pengamat. Kecermatan
dari pengamatan sangat menetukan kelengkapan dari rekaman dan
catatan data lapangan tersebut.

Titik pengamatan

Suatu lintasan diharapkan dapat memberikan data yang lengkap dan teliti
dari daerah yang diteliti. Untuk itu, setiap titik pengamatan atau stasiun
pengamatan perlu dipilih secara tepat pula. Adapun kriteria dari titik-titik
di lapangan yang layak untuk dijadikan Stasiun Pengamatan (STA) atau
Lokasi Pengamata (LP=bagian dari suatu STA yang lokasinya masih terlalu
dekat dengan STA sehingga tidak bisa dijadika sebagai suatu STA) adalah:

a. Tempat dimana dijumpai kontak antara dua macam/jenis batuan :


kontak seoerti ini boleh jadi merupakan kontak antara dua satuan
batuan, ataupun sekedar menunjukkan variasi yang dijumpai pada
satu satuan batuan.
b. Tempat dimana dijumpai perubahan morfologi yang mendadak :
tempat seperti ini boleh jadi merupakan kontak antara dua satuan
batuan (selaras, tidak selaras, intrusi) atau adanya struktur kekar
atau sesar pada daerah perubahan morfologi tersebut.
c. Tempat dimana dijumpai struktur yang cukup jelas, misalnya sesar,
kekar, lipatan dan sebagainya.
d. Tempat dimana dijumpai singkapan batuan yang jelas, walau tidak
ada kontrak, perubahan morfologi maupun struktur.
e. Tempat dimana dari titik itu bisa diamati dan diukur kondisi bentang
alam sekitar: tempat seperti ini misalnya, di puncak suatu bukit
dimana justru tidak ada singkapan batuan maupun struktur tetapi
justru dari situ bisa dibuat sketsa morfologi daerah sekitar.
f. Tempat yang letaknya di peta topografi yang digunakan sebagai
dasar kerja, sudah lebih dari 4 cm dari STA terdekat.

Pengukuran, Perekaman dan Pencatatan dan Pengamatan

Selama dilakukan pengamatan, apa yang diamati tersebut harus dicatat


secara apa adanya, lengkap namun singkat. Data yang dicatat harus
merupakan data yang diamati (obyektif), bukan suatu teori yang timbul
sebagai akibat pengamatan (tafsiran). Untuk melengkapi catatan, perlu
dilakukan pengetasan, pengukuran dan perekaman data yang ada.
Pengetasan perlu dilakukan misalnya untuk mengetahui apakah suatu
batuan bersifat gampingan dengan cara menetasinya dengan
menggunakan HCL. Penetasan supaya dilakukan pada bagian yang segar
dari batuan tersebut, perekaman data dalam bentuk gambar, sketsa,
kolom, foto dan sebagainya. Pengukuran dilakukan terhadap unsur-unsur
linear maupun planar dari gejala geologi, misalnya pengukuran besar
butiran dengan komparator, pengukuran jurus kemiringan, sudut lereng,
arah aliran, arah lineasi dsb dengan menggunakan kompas. Lebar dan
tinggi singkapan, ketebalan setiap perlapisan serta total ketebalan
batuan yang tersingkap diukur dengan menggunakan meteran.

Perekaman data dilakukan dengan membuat sketsa singkapan atau


morfologi sekeliling, sketsa dari bagian yang dianggap penting, gambar
kolom itologi, sketsa peta lingkungan yang sklanya diperbesar untuk
menunjukkan lokasi gejala geologi yang penting tetapi kecil. Sketsa
hendaknya dibuat dengan pola pemikiran membuat diagram, bukan untuk
membuat lukisan panorama yang indah. Dengan demikian sketsa harus
merupakan gambaran obyektif dari obyek yang diamati dikurangi unsur
penyerta, misalnya tanama, bunga, rumah, kecuali satu yang berfungsi
sebagai pembanding atau skala dari sketsa tersebut. Gambar kolom atau
peta juga harus diberi pembanding, bisa berupa skala angka maupun
grafis.

Apabila keadaan memungkinkan, perekaman data dapat dilakukan


dengan jalan melakukan pemotretan. Fokus dari potret yang dibuat
haruslah obyek geologi utama yang ingin ditonjolkan, bukan hal yang lain-
lain. Dalam potret tersebut harus nampak pembandingan untuk
menunjukkan dimensi obyek yang ingin ditampilkan, misalnya dengan
memasang palu atau topi untuk obyek yang besar. Untuk obyek yang
berukuran medium, menengah dapat digunakan kompas atau notes
lapangan, sedang pensil, loupe atau mata uang digunakan untuk obyek
yang berukuran kecil. Pembandingan tersebut harus ditempatkan
disamping obyek geologi yang ditunjukkan, jangan menumpang
diatasnya.

Rekaman data (kecuali potret) dan catataan hasil pengamatan dilakukan


pada notes lapangan dengan menggunakan pensil yang tidak terlalu
lunak (mudah terhapus) maupun terlalu keras (terlalu sukar dibaca dan
kalau kliru sukar dihapus). Untuk itu pencatatan disarankan menggunkan
pensil seri H atau HB. Rekaman data dibuat pada halaman notes lapangan
yang khusus untuk gambar (halaman tak bergaris atau halaman dengan
garis kotak-kotak), sedangkan catatan dibuat pada halaman yang
bergaris. Hasil rekaman dan ctatan harus merupakan satu kesatuan yang
saling melengkapi.

Dalam melakukan pencatatan harus dingat hal-hal sebagai berikut:

a. Hal-hal yang dicatat harus obyektif bukan hasil tafsiran


b. Catatan harus berisi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dasar
yang muncul pada saat pengamatan
c. Pencatatan harus dimulai dari pemerian lokasi yang tepat, diikuti
pencatatan hal-hal khusus (spesifik)
d. Setiap lokasi pengamatan dan pencatatan harus diberi nomor yang
berurutan. Nomor yang sama harus segera diplot secara tepat di
peta kerja (peta lokasi)
e. Yang dicatat adalah semua aspek geologi yang ada di titik
pengamatan bukan hanya aspek batuannya saja.
f. Semua gejala geologi yang ada haruas dicatat, baik yang diketahui
maupun yang tidak diketahui oleh pengamat. Justru untuk hal-hal
yang tidak/belum diketahui oleh pengamat ini harus dilakukan
pencatatan yang menyeluruh, direkam dan didokumentasikan
dengan baik, untuk kemudian sepulang dari lapangan dicarikan
jawabnya di perpustakaan, baik di Stasiun Lapangan maupun
Kampus Yoga. Apabila dimungkinkan, untuk hal-hal yang belum
diketahui tersebut perlu diambil contohnya, diberi label dengan
baik sesuai dengan nomor stasiun pengamatannya dan dibungkus
dengan pembungkus yang aman (kantong plastik) agar contoh
tersebut masih dalam keadaan baik pada waktu dilakukan
pemeriksaan di kemudian hari.
Lampiran

Form Pengamatan Batuan Beku

No. Sta : Di Isi berdasarkan abjad atau kode tertentu (mis :HR 01, EP 256, BH 01)
Lokasi : Tempat pengamatan (Geografis dan administrasi)
Tanggal : Waktu Melakukan pengamatan
Cuaca : Kondisi cuaca saat pengamatan (hujan, mendung, cerah)
Deskripsi Warna Lapuk : Warna pada batuan yang telah terkontaminasi dengan udara
luar, warna batuan yang terkesan buram
Warna Segar : Warna asli pada batuan karena kenampakan mineral penyusun
Jenis Batuan : Berdasarkan genetik (Cara Terbentuknya)
Tekstur
a. Kristalinitas : Holokristalin, jika mineral-mineral dalam
batuan semua berbentuk kristal-kristal.
Hipokristalin, jika sebagian berbentuk
kristal dan sebagian lagi berupa mineral gelas.
Holohialin, jika seluruhnya terdiri dari
gelas.
Tabel Ukuran Kristal
Cox,price,harte W.T.G Heinric
Halus < 1mm <1 mm <1 mm
Sedang 1-5 mm 1-5 mm 1- 10mm
Kasar >5mm 5-30 mm 10-30 mm
Sangat kasar >30 mm > 30 mm

b. Granularitas
Equigranular : apabila memiliki ukuran kristal yang seragam. Tekstur ini
dibagi menjadi 2:
Fenerik Granular bila ukuran kristal masih bisa dibedakan
dengan mata telanjang
Afinitik apabila ukuran kristal tidak dapat
dibedakan dengan mata telanjang atau ukuran kristalnya sangat
halus.
Inequigranular
Apabila ukuran kristal tidak seragam. Tekstur ini dapat dibagi lagi
menjadi :
Faneroporfiritik,bila kristal yang besar dikelilingi oleh kristal-kristal
yang kecil dan dapat dikenali dengan mata telanjang.
Porfiroafinitik,bila fenokris dikelilingi oleh masa dasar yang tidak
dapat dikenali dengan mata telanjang.
c. Fabrik
Euhedral, bentuk kristal dari butiran mineral mempunyai bidang kristal
yang sempurna.
Subhedral, bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian
bidang kristal yang sempurna.
Anhedral, berbentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh bidang
kristal yang tidak sempurna.
Struktur :

a. Masif : bila batuan pejal,tanpa retakan ataupun lubang-lubang gas


b. Jointing: bila batuan tampak seperti mempunyai retakan-retakan.kenapakan
ini akan mudah diamati pada singkapan di lapangan.
c. Vesikular : dicirikandengan adanya lubang-lubang gas,sturktur ini dibagi
lagi menjadi 3 yaitu:
Skoriaan : bila lubang-lubang gas tidak saling
berhubungan.
Pumisan : bila lubang-lubang gas saling berhubungan.
Aliran : bila ada kenampakan aliran dari kristal-
kristal maupun lubang gas.
d. Amigdaloidal: bila lubang-lubang gas terisi oleh mineral-mineral sekunder.
Komposisi Mineral : Nama mineral dan ciri khususnya yang dpat dikenal
(warna, belahan, pecahan, kekerasan, cerat)
Nama Batuan : Klasifikasi Batuan Beku
Kotak Sketsa singkapan

Form Pengamatan Batuan Sedimen

No. Sta : Di Isi berdasarkan abjad atau kode tertentu (mis :HR 01, EP 256, BH 01)
Lokasi : Tempat pengamatan (Geografis dan administrasi)
Tanggal : Waktu Melakukan pengamatan
Cuaca : Kondisi cuaca saat pengamatan (hujan, mendung, cerah)
Deskripsi Warna Lapuk : Warna pada batuan yang telah terkontaminasi dengan udara
luar, warna batuan yang terkesan buram
Warna Segar : Warna asli pada batuan karena kenampakan mineral penyusun
Jenis batuan :
Tekstur Klastik/Non Klastik
Ukuran Butir : Skala Wentworth
Struktur : Berlapis/Tidak Berlapis/ Struktur Sedimen
Komposisi :
Mineral
Nama Batuan :

Form Pengamatan Batuan Metamorf

No. Sta : Di Isi berdasarkan abjad atau kode tertentu (mis :HR 01, EP 256, BH 01)
Lokasi : Tempat pengamatan (Geografis dan administrasi)
Tanggal : Waktu Melakukan pengamatan
Cuaca : Kondisi cuaca saat pengamatan (hujan, mendung, cerah)
Deskripsi Warna Lapuk : Warna pada batuan yang telah terkontaminasi dengan udara
luar, warna batuan yang terkesan buram
Warna Segar : Warna asli pada batuan karena kenampakan mineral penyusun
Jenis batuan :
Tekstur Foliasi/Non Foliasi
Komposisi :
Mineral
Nama Batuan :

Sementara itu, untuk tekstur mineral pada batuan metamorfosa dapat


diklasifikasikan sebagai berikut:

Lepidoblastik : terdiri dari mineral-mineral tabular/pipih, misalnya


mineral mika (muskovit, biotit)
Nematoblastik : terdiri dari mineral-mineral prismatik, misalnya
mineral plagioklas, k-felspar, piroksen
Granoblastik : terdiri dari mineral-mineral granular
(equidimensional), dengan batas-batas sutura (tidak teratur),
dengan bentuk mineral anhedral, misalnya kuarsa.
Tekstur Homeoblastik : bila terdiri dari satu tekstur saja, misalnya
lepidoblastik saja.
Tekstur Hetereoblastik : bila terdiri lebih dari satu tekstur,
misalnya lepidoblastik dan granoblastik

Pengamatan Geomorfologi

Memperhatikan beberapa kenampakan peta RBI / topografi yang penting untuk melakukan
penafsiran adalah:
1. Pola Aliran
2. Kelurusan (lineament) punggungan, puncak bukit, lembah, dan lereng
3. Bentuk-bentuk bukit
4. Aliran sungai
5. Penyempitan dan pelebaran lembah
6. Perubahan arah aliran secara mendadak atau tiba-tiba
Berdasarakan kenampakan tersebut di atas dapat dilakukan pendekatan untuk
mengetahui:
1. Litologi
Berdasarkan dari pola dan sifat garis kontur, maka dapat digunakan untuk membedakan:
a. Batuan keras (litologi resisten)
b. Batuan lunak (litologi non resisten)
c. Batuan lepas (tak terkonsolidasi umumnya berupa endapan aluvial)
d. Batuan karbonat (karst topografi)
Adapun cara-cara penafsirannya:
a. Kontur rapat ditafsirkan sebagai batuan yang keras / resisten
b. Kontur jarang / renggang ditafsirkan sebagai batuan yang lunak
c. Pola kontur yang melingkar dalam ukuran kecil yang berbeda dengan pola kontur di
sekitarnya ditafsirkan sebagai batuan yang keras
2. Struktur Geologi
Pada dasarnya struktur geologi yang berupa lipatan, sesar, dan kekar, yang dapat ditafsirkan
keberadaannya melalui pola atau sifar garis kontur pada peta topografi.
a. Struktur Lipatan
Dapat diketahui dengan menafsirkan kedudukan pelapisan batuannya.
Kedudukan lapisan batuan / kemiringan batuan pada peta topografi akan berlawanan
dengan kenampakan kerapatan konturnya, di mana lapisan miring dicirikan oleh adanya
gawir-gawir terjal (ditunjukkan dengan garis kontur yang rapat) yang memotong lapisan
dan arah kemiringan batuan tersebut searah dengan kemiringan landai dari topografinya
(diperlihatkan dengan punggungan yang landai) hal ini pada peta topografi ditunjukkan
dengan pola garis kontur yang renggang.
Kemiringan lapisan batuan tersebut dapat mempunyai arah kemiringan satu arah
(berlawanan), tiga arah dan segala arah. Kemirinagan satu arah disebut sayap lipatan, dua
arah lipatan (sinklim atau antiklin), tiga arah disebut lipatan (sinklin atau antiklin)
menunjam serta kemiringan lapisan segala arah disebut sebagai dome.
Lapisan horizontal dicirikan dengan permukaan yang datar dengan garis kontur yang
jarang, tebing-tebingnya terjal atau bervariasi atau berundak (tergantung resistensi
batuannya) dengan pola kontur menyesuaikan dengan relirf sama.
b. Struktur Sesar
Ditandai dengan:
Pola kontur yang panjang, lurus, dan rapat
Aliran sungai yang membelok secara tiba-tiba dan mendadak serta menyimpang dari pola
arah umum
Jajaran triangular facet
Jajaran mata air
Pelengkungan dari kelurusan punggungan serta adanya offset morfologi
c. Struktur Kekar
Ditandai dengan adanya kelurusan gawir, lembah-lembah, bukit-bukit, dan celah-celah.
Sering pula dengan pola tertentu dan tidak hanya satu arah, atau dapat pula dilihat dari pola
perkembangan sungai.
3. Pola Pengaliran
a. Dendritik
Pola aliran yang anak-anak sungainya bermuara pada sungai induk secara tidak teratur.
Tempat pertemuan anak-anak sungai dengan sungai induk ada yang berbentuk sudut dan ada
yang berbentuk sudut tumpul. Umumnya terbentuk pada daerah dengan resistensi batuan
yang seragam dan tidak begitu terjal.
b. Parallel
Pola aliran sungai yang arah alirannya hampir sejajar antara sungai satu dengan sungai
lainnya. Tempat pertemuan anak-anak sungai dan sungai induk berbentuk sudut lancip. Pola
aliran ini umumnya terdapat di daerah perbukitan dengan lereng terjal.
c. Radial
Sentrifugal
Pola aliran di mana sungai-sungai mengalir secara radial dari puncak suatu dome atau
gunungapi.
Sentripetal
Pola aliran di mana sungai-sungai mengalir menuju pusat suatu cekungan.
d. Anular
Pola aliran yang terbentuk pada daerah kutub struktural yang telah terkikis dewasa sehingga
sungai-sungai besarnya mengalir melingkar mengikuti struktur batuan lunak.
e. Trellis
Pola aliran di mana sungai-sungai induk hampir sejajar anak-anak sungai hampir membentuk
sudut 90o dengan sungai induk.
f. Rectangular
Pola ini berkemang mengikuti patahan, belahan, dan kekar. Sungai-sungainya lurus dan
belokan terjadi dengan tiba-tiba serta bersudut.
g. Angular
Pola ini merupakan modifikasi dari rectangular. Sungai-sungai ditandai dengan belokan
bersusut tajam yang erkenaan dengan adanya patahan. Sungai-sungai cabang lebih kurang
paralel dan menggabung ke sungai utama dengan sudut tumpul.

Pengamatan Struktur Geologi


Ciri-Ciri Sesar Dilapangan. :
Gawir sesar atau bidang sesar
Jalur terbreksikan, perlapisan yang terganggu atau hancuran (gouge, milonit)
Deretan sumber-sumber air panas
Penyimpangan yang menyolok dari kedudukan lapisan
Pergeseran batas lapisan batuan, perulangan atau hilangnya suatu satuan batuan.
Adanya gejala struktur minor lainnya seperti kekar, baik yang bersifat gerus (shear) atau
tarikan (tension), cermin sesar (slickenside), gores-garis (striation), breksi sesar,
struktur lipatan dan sebagainya
Unsur-unsur dan Geometri Struktur Geologi
Unsur-unsur struktur geologi di alam, yang umumnya di lapangan dijumpai berupa
singkapan-singkapan struktur pada batuan yang terdeformasi, sebenarnya bentuk-bentuk
geometrinya dapat disederhanakan menjadi geometri yang terdiri dari struktur bidang dan
struktur garis.
Unsur-unsur secara geometris pada dasarnya hanya terdiri dari dua unsur geometris
yaitu: Geometris bidang (Struktur bidang : bidang perlapisan, kekar, sesar, foliasi, sumbu
lipatan, dll) dan Geometris garis (Struktur garis : goresgaris, perpotongan 2 bidang, liniasi,
dll).
Kedudukan struktur Geologi berupa geometri bidang biasanya diwakili oleh :
- Jurus (strike) : Arah dari garis horizontal yang merupakan perpotongan antara bidang yang
bersangkutan dengan bidang horizontal, besarnya diukur dari arah utara.
- Kemiringan (dip) : Sudut kemiringan terbesar yang dibentuk oleh bidang miring dengan
bidang hortizontal dan diukur tegak lurus terhadap jurus.
Kedua unsur geometri bidang dapat diukur dengan kompas, selanjutnya hasil pengukuran
geometri bidang tadi diplot dalam peta dasar dan dianalisis gejala geologi struktur yang
terjadi.
Contoh Sampul
Laporan
Field Trip
Geologi Dasar
DIBUAT OLEH :

Nama : Granita Muscovita


No MHS : F 111 12 345
Kelompok : 10

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
TAHUN 2015

Format Laporan

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
I.2 Ruang Lingkup
I.3 Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Batuan
II.1.1 Batuan Beku
II.1.2 Batuan Sedimen
II.1.3 Batuan Metamorf
II.2 Struktur Geologi
II.2.1 Sesar
II.2.2 Kekar
II.2.3 Lipatan
II.3 Pengamatan Geomorfologi
II.4 Geologi Regional Palu
BAB III METODOLOGI
III.1 Waktu dan Lokasi Praktikum (lengkap dengan peta lokasi)
III.2 Alat dan Bahan (masukkan semua jenis peralatan dan bahan yang
digunakan dalam kegiatan kuliah lapangan lengkap dengan fungsinya)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
IV.1.1 Format Batuan Beku
IV.1.2 Format Batuan Sedimen
IV.1.3 Format Batuan Metamorf
IV.1.4 Struktur Geologi
IV.1.5 Pengamatan Geomorfologi
IV.2 Pembahasan
BAB V PENUTUP
V.1 Kesimpulan
V.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN (Peta Lokasi Batuan, Peta Lintasan, Foto Batuan dan
Singkapan, Foto Kegiatan)
Biodata

Anda mungkin juga menyukai