Pendahuluan
Pada umumnya, penyakit kulit inflamasi disertai rasa gatal sehingga kelainan kulit
sering telah digaruk dan meninggalkan erosi, ekskoriasi, atau ulkus, bahkan kadang
dengan infeksi sekunder. Pemilihan potongan jaringan kulit sebaiknya dari lesi kulit
yang masih utuh, tanpa kelainan sekunder. Lebih baik memilih papul atau plak
dibandingkan makula, bila ada pustul seperti pada psoriasis pustulosa, pustul dapat
diambil sebagai potongan jaringan, tetapi jangan mengambil kelainan
impetigenisata. Lebih baik memilih kelainan yang full developed dibandingkan lesi
yang baru atau involusi. Bila tidak tampak kelainan secara khas secara klinis, tetapi
kulit ditandai dengan bekas garukan, maka potongan jaringan kulit masih tetap
dapat diambil. Dalam keadaan ini, pembacaan histopatologik dipakai untuk
menyingkirkan kelainan yang spesifik dan kadang untuk menemukan kelainan
primer dari penyakit Grover, dermatitis herpetiformis dan skabies.
Pada penyakit vesikobulosa, potongan jaringan kulit paling baik diambil dari lesi
yang baru dan mengikutsertakan tepi atau perbatasan vesikel dengan kulit
sekitarnya. Hal ini juga penting untuk pemeriksaan imunofloresensi. Pada dermatitis
herpetiformis, pemfigoid bulosa, herpes gestasionis, dan eritema multiforme,
sebaiknya mengambil potongan jaringan dari papul yang edematosa, bukan vesikel.
Bila mengambil sediaan dari vesikel lama, maka sulit menyimpulkan diagnosis
secara histologik karena telah terjadi reepitelisasi di bawah celah subepidermal.
Bila kelainan klinis berupa ulkus, maka pengambilan jaringan di sekitar ulkus dapat
memberikan informasi secara histologik. Penyertaan kulit normal pada biopsi
biasanya diperlukan pada kelainan pigmentasi, misalnya vitiligo, melasma, dan lain-
lain.
Teknik biopsi yang terbaik untuk penyakit inflamasi adalah dengan biospi plong
(punch). Ukuran 3-4mm merupakan ukuran terkecil yang masih dapat dievaluasi
dengan baik secara histologik. Bila kelainan kulit terletak di dermis bagian dalam
atau subkutis, maka bedah pisau merupakan pilihan. Pada penyakit dengan lesi
yang beraneka ragam atau jumlahnya banyak, sebaiknya biopsi dilakukan lebih dari
satu. Potongan jaringan sedapat-dapatnya berbentuk elips dan disertakan jaringan
subkutis. Bila biopsi dilakukan dengan plong, kulit harus diregangkan dengan ibu
jari dan jari telunjuk tegak lurus dengan garis kulit, agar setelah dilepas bekas plong
berbentuk elips. Bila mengambil jenis lesi vesikel sebaiknya tidak menggunakan
plong karena dapat memotong tepi vesikel sehingga atap vesikel terlepas. Bahan
untuk pemeriksaan imunofluoresen diambil dari pinggir lesi (perilesi).
Perubahan histopatologik
a. Epidermis
Hipoplasia ialah epidermis yang menipis oleh karena jumlah sel berkurang.
Degenerasi balon ialah edema di dalam sel epidermis sehingga sel menjadi
besar dan bulat; juga disebut degenerasi retikuler.
Eksositosis ialah sel-sel radang yang masuk ke dalam epidermis, dapat pula
sel darah merah.
Sel diskeratotik ialah sel epidermis yang mengalami keratinisasi lebih awal,
sitoplasma eosinofilik dengan inti kecil, kadang-kadang tidak tampak lagi.
Nekrosis ialah kematian sel atau jaringan setempat pada organisme yang
masih hidup.
b. Dermis
Dermis terdiri atas dermis pars papilaris dan dermis pars retikularis.
Perubahan-perubahan yang terjadi dapat mengenai jaringan ikat atau berupa
sebukan sel radang, juga penimbunan cairan dalam jaringan (edema). Papil
yang memanjang melampaui batas permukaan kulit disebut papilomatosis;
pada keadaan tertentu papil dapat menghilang atau mendatar.
c. Jaringan Subkutis