Anda di halaman 1dari 98

1.

Pengertian Beton
Beton adalah Suatu material yang terdiri dari campuran semen,pasir,kerikil,atau tanpa
bahan tambahan yang diaduk sampai homogen kemudian dicetak lalu
dipadatkan,difinishing,dan dibiarkan mengeras atau membatu dan kalau direndam
dalam air tidak larut. Campuran bahan-bahan pembentuk beton harus ditetapkan
sedimikian rupa, sehingga menghasilkan beton basah yang mudah dikerjakan,
memenuhi kekuatan tekan rencana setelah mengeras dan cukup ekonomis . Beton
segar yang baik ialah beton segar yang dapat diaduk, dapat diangkut, dapat dituang,
dapat dipadatkan, tidak ada kecenderungan untuk terjadi pemisahan kerikil dari
adukan maupun pemisahan air dan semen dari adukan. Beton keras yang baik adalah
beton yang kuat, tahan lama, kedap air, tahan aus, dan kembang susutnya kecil.
2. Fungsi Beton
pada Bangunan adalah untuk :
a. Bangunan Gedung : Pondasi,Sloof,Plat Lantai,Kuda- Kuda Beton.
b. Bangunan Air : Bendungan,Sluran Pembuangan,Selokan Air.
c. Bangunan Jalan : Jalan Tol,Badan Jalan,Flyover.
d. Bangunan Jembatan
e. Bangunan Menara
f. Bangunan Banker
g. Bangunan Tandon Air,mempunyai sifata kedap air.

3. Kelebihan Beton
a. Beton mampu menahan gaya tekan dengan baik, serta mempunyai sifat
tahan terhadap korosi dan pembusukan oleh kondisi lingkungan.
b. Beton segar dapat dengan mudah dicetak sesuai dengan keinginan.
Cetakan dapat pula dipakai berulang kali sehingga lebih ekonomis.
c. Beton segar dapat disemprotkan pada permukaan beton lama yang retak
maupun dapat diisikan kedalam retakan beton dalam proses perbaikan.
d. Beton segar dapat dipompakan sehingga memungkinkan untuk dituang pada
tempat yang posisinya sulit.
e. Beton tahan aus dan tahan bakar, sehingga perawatannya lebih murah.
f. Lebih murah jika dibandingkan dengan baja.
g. Mempunyai teksture yang terlihat alami sebagai batuan sehingga dapat
difungsikan sebagai bagian dari seni arsitektur untuk memperindah bangunan.

Kekurangan Beton
a. Beton dianggap tidak mampu menahan gaya tarik, sehingga mudah retak.
Oleh karena itu perlu di beri baja tulangan sebagai penahan gaya tarik.
b. Beton keras menyusut dan mengembang bila terjadi perubahasuhu,sehingga
perlu dibuat dilatasi (expansion joint) untuk mencegah terjadinya retakan
retakan akibat terjadinya perubahan suhu.

1
c. Untuk mendapatkan beton kedap air secara sempurna, harus dilakukan
dengan pengerjaan yang teliti.
d. Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan diteliti
secara seksama agar setelah dikompositkan dengan baja tulangan menjadi
bersifat daktail, terutama pada struktur tahan gempa.
4. Bahan bahan Pembuat Beton
1.2 Semen
Semen adalah bahan pengikat hidrolis yang terbuat dari penggilingan
halus klinker dengan gips yang apabila dicampur dengan air dan didiamkan
akan mengeras, mengikat, dan membatu. Bila direndam dalam air tidak larut.
Semen berasal dari kata Caementum yang berarti bahan perekat yang mampu
mempesatukan atau mengikat bahan-bahan padat menjadi satu kesatuan yang
kokoh atau suatu produk yang mempunyai fungsi sebagai bahan perekat antara
dua atau lebih bahan sehingga menjadi suatu bagian yang kompak atau dalam
pengertian yang luas adalah material plastis yang memberikan sifat rekat
antara batuan-batuan konstruksi bangunan.
Usaha untuk membuat semen pertama kali dilakukan dengan cara
membakar batu kapur dan tanah liat. Joseph Aspadain yang merupakan orang
inggris, pada tahun 1824 mencoba membuat semen dari kalsinasi campuran
batu kapur dengan tanah liat yang telah dihaluskan, digiling, dan dibakar
menjadi lelehan dalam tungku, sehingga terjadi penguraian batu kapur
(CaCO3) menjadi batu tohor (CaO) dan karbon dioksida(CO2). Batu kapur
tohor (CaO) bereaksi dengan senyawa-senyawa lain membemtuk klinker
kemudian digiling sampai menjadi tepung yang kemudian dikenal dengan
Portland.
Semen portland adalah suatu bahan konstruksi yang paling banyak
dipakai serta merupakan jenis semen hidrolik yang terpenting. Penggunaannya
antara lain meliputi beton, adukan, plesteran,bahan penambal, adukan encer
(grout) dan sebagainya.Semen portland dipergunakan dalam semua jenis beton
struktural seperti tembok, lantai, jembatan, terowongan dan sebagainya, yang
diperkuat dengan tulangan atau tanpa tulangan. Selanjutnya semen portland itu
digunakan dalam segala macam adukan seperti fundasi,telapak, dam,tembok
penahan, perkerasan jalan dan sebagainya.Apa bila semen portland dicampur
dengan pasir atau kapur, dihasilkan adukan yang dipakai untuk pasangan bata

2
atau batu,atau sebagai bahan plesteran untuk permukaan tembok sebelah luar
maupun sebelah dalam.
Bilamana semen portland dicampurkan dengan agregat kasar (batu
pecah atau kerikil). dan agregat halus (pasir) kemudian dibubuhi air,maka
terdapatlah beton. Semen portland didefinisikan sesuai dengan ASTM C150,
sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang
terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang pada umumnya mengandung satu
atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling
bersama dengan bahan utamanya.

Semen portland memiliki beberapa sifat-sifat yang di antaranya sebagai


berikut:
a. Kehalusan Butir
Pada umumnya semen memiliki kehalusan sedemikian rupa sehingga
kurang lebih 80% dari butirannya dapat menembus ayakan 44 mikron.
Makin halus butiran semen, makin cepat pula persenyawaannya. Makin
halus butiran semen, maka luas permukaan butir untuk suatu jumlah berat
semen akan menjadi lebih besar. Makin besar luas permukaan butir ini,
makin banyak pula air yang dibutuhkan bagi persenyawaannya. Ada
beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menentukan kehalusan butir
semen. Cara yang paling sederhana dan mudah dilakukan ialah dengan
mengayaknya.
b. Berat Jenis dan Berat Isi
Berat jenis dari bubuk semen pada umumnya berkisar antara 3,10 sampai
3,30. biasanya rata-rata berat jenis ditentukan 3,15. berat jenis semen
penting untuk diketahui, karena semen portland yang tidak sempurna
pembakarannya dan atau dicampur dengan bubuk batuan lainnya, berat
jenisnya akan terlihat lebih rendah daripada angka tersebut.
Untuk mengukur baik atau tidaknya atau tercampur atau tidaknya suatu
bubuk semen dengan bahan lain, dipakai angka berat jenis 3,00. dengan
demikian jika kita menguji semen dan hasilnya menunjukkan bahwa berat
jenisnya kurang dari 3,00 kemungkinan semen itu tercampur dengan bahan
lain (tidak murni) atau sebagian semen itu telah mengeras.
Berat isi (berat satuan) semen sangat tergantung pada cara pengisian semen

3
ke dalam takaran. Jiak cara mengisinya sembur (los), berat isinya rendah
yaitu antara ,1 ka/liter.jika pengisiannya dipadatkan, berat isinya dapat
mencapai 1,5 ka/liter. Dalam praktek biasanya dipakai berat isi rata-rata
yaitu antara 1,25 ka/liter.
c. Waktu Pengerasan Semen
Waktu pengerasan semen dilakukan dengan menentukan waktu pengikatan
awal (initial setting) dan waktu pengikatan akhir (final setting).
Sebenarnya yang lebih penting adalah waktu pengikatan awal, yaitu saat
semen mulai terkena ait hingga mulai terjadi pengikatan (pengerasan).
Untuk mengukur waktu pengikatan biasnya digunakan alat vicat.bagi jenis-
jenis semen portland waktu pengikatan awal tidak boleh kurang dari 60
menit sejak semen terkena air.
d. Kekekalan Bentuk
Yang dimaksud dengan kekekalan bentuk adalah sifat dari bubuk semen
yang telah mengeras, di mana bila adukan semen dibuat suatu bentuk
tertentu bentuk itu tidak berubah. Buka benda dari adukan semen yang
telah mengeras. Apabila benda menunjukkan danya cacat (retak,
melengkung, membesar, dan menyusut), berarti semen itu tidak baik atau
tidak memiliki sifat tetap bentuk.
e. Kekuatan Semen
Kekuatan mekanis dari semen yag mengeras merupakan sifat yang perlu di
ketahui di dalam pemakaian. Kekuatan semen ini merupakan
gambaranmengenai daya rekatnya sebagai bahan perekat (pengikat). Pada
umumnya, pengukuran kekuatan daya rekat ini dilakukan dengan
menentukan kuat lentur, kuat tarik, atau kuat tekan (desak) dari campuran
semen dengan pasir.
f. Pengerasan Awal Palsu
Adakalanya semen portland menunjukkan waktu pengikatan awal kurang
dari 60 menit, dimana setelah semen dicampur dengan air segera nampak
mulai mengeras (adonan menjadi kaku). Hal ini mungkin terjadi karena
adanya pengikatan awal palsu, yang disebabkan oleh pengaruh gips yang
dicampurkan pada semen bekerja tidak sesuai dengan fungsinya.
Seharusbya fungsi gips dalam semen adalah untuk menghambat
pengerasan, tetapi dalam kasus diatas ternyata gips justru mempercepat
pengerasan. Hal ini dapat terjadi karena gips dalam semen telah terurai.

4
Biasanya pengerasan palsu ini hanya mengacau saja, sedangkan pengaruh
terhadap sifat semen yang lain tidak ada. Jika terjadi pengerasan palsu,
adonan dapat diaduk lagi. Setelah pengerasan palsu berakhir, jika adonan
diaduk lagi adonan semen akan mengeras seperti biasa.
g. Pengaruh Suhu
C, pengerasan semen akan berjalan sangat lambat. Semakin tinggi suhu
udara disekitarnya, maka semakin cepat semen mengeras.Proses
pengerasan semen sangat dipengaruhi oleh suhu udara disekitarnya. Pada
suhu kurang dari 15.

Jenis-Jenis Semen Portland


Jenis-jenis semen portland dapat diperoleh dengan mengadakan
variasi-variasi dalam proporsi relatif dari komponen-komponen senyawa
kimia serta derajat kehalusan penggilingan bahan klinkernya. Sesuai dengan
pemeakaiannya semen portland dibedakan menjadi lima type (jenis), yakni:
1. Tipe I
Semen portland jenenis umum (normal portland cement), yaitu jenis
semen portland untuk penggunaan dalam kontruksi beton secara umum
tidak memerlukan sifat-sifat khusus. Misalnya untuk pembuatan
trotoar, urung-urung, pasangan bata, dan sebagainya.
2. Tipe II
Semen jenis umum dengan perubahan-perubahan (modified portland
cement). Semen ini memiliki panas hidrasi lebih rendah dan keluarnya
panas lebih lambat daripada semen jenis I. Jenis ini digunakan untuk
bangunan tebal tebal seperti pilar dengan ukuran besar, tumpuan dan
dinding tanah tanah tebal, dan sebagainya retak-retak pengerasan. Jenis
ini juga dapat digunakan untuk bangunan-bangunan drainase di tempat
yang memiliki sulfat agak tinggi.
3. Tipe III
Semen portland dengan kekuatan awal tinggi (hogh-early-strength-
portland-cement). Jenis ini memperoleh kekuatan besar delam waktu
singkat, sehingga dapat digunakan untuk perbaikan bangunan-
bangunan beton yang perlu segara digunakan atau yang acuannya perlu
segera dilepas.

5
4. Tipe IV
Semen portland dengan panas hidrasi yang rendah (low-heat portland-
cement). Jenis ini merupakan jenis khusus untuk penggunaan yag
memerlukan panas hidrasi serendah-rendahnya. Kekuatannya tumbuh
lambat. Jenis ini digunakan untuk bangunan beton massa seperti
bendungan-bendungan garavitasi besar.
5. Tipe V
Semen portland tahan sulfat (sulfate-resisting portland cement). Jenis
ini merupakan jenis khusus yag maksudnya hanya untuk penggunaan
pada bangunan-bangunan yang kena sulfat, seperti di tanah atau air
tang tinggi kadar alkalinya. Pengerasan berjalan lebih lambat daripada
semen portlan biasa.

Komponen bahan baku semen yaitu :

Jenis Bahan Persen (%)

Batu kapur (CaO) 17-25


Pasir silikat (SiO2) 3-8
Tanah Liat (Al2O3) 0.5-6
Bijih Besi (Fe2O3) 0.5-4
Magnesia (MgO) 0.5-1
Sulfur (SO3) 0.5-1
Soda atau Potash (Na2O + K2O) 60-65

Angka-angka tersebut merupakan batas-batas susunan senyawa


kimia pada bahan semen portland. Di dalam semen, oksida-oksida
tersebut tidak terpisah satu dari yang lainnya melainkan merupakan
senyawa-senyawa yang disebut senyawa semen.
Menurut Michaels, untuk mendapatkan ikatan hidraulik yang baik,
perbandingan berat antara CaO dengan jumlah berat (SiO2), (Al2O3),
dan (Fe2O3) memiliki harga antara 1,8 sampai 2,2. Demikian juga
perbandingan berat antara (SiO2) dengan berat (Al2O3), dan (Fe2O3)
harus memenuhi harga antara 1,5-4.

Kandungan Senyawa-Senyawa Semen dalam Semen :

6
Mineral-Mineral Klinker Rumus Kimia Rumus Singkat Kadar Rata-Rata
Trikalium silikat 3 CaO.SiO2 -
Dikalium silikat 2CaO.SiO2 37-60
Trikalium aluminat 3CaO.Al2O3 15-37
Tetra kalsium 4CaO.Al2O3.Fe2O3 7-15
Alumina ferit 10-20
Kapur bebas CaO 1
Batu tahu (Gips) 3

Di samping senyawa-senyawa seperti tersebut di atas, di dalam semen


portland juga masih terdapat beberapa senyawa lain yang dapat
mempengaruhi senyawa atau oksida lainnya. Senyawa-senyawa ini berasal
dari hasil bawaan bahan dasarnya atau bahan tambahan dalam proses
pembuatan semen. Senyawa atau oksida yang lain tersebut antara lain:
a. MgO
Senyawa ini adalah hasil pembawaan dari bahan dasar kapur yang
digunakan. Jumlah MgO dalam semen portland, dibatasi maksimum
4%. Jika kadarnya melebihi jumlah ini akan mengakibatkan semen
menjadi tidak kekal ( berubah bentuk) setelah pengerasan terjadi.
Perubahan bentuk ini terjadi setelah pengerasan terjadi beberapa lama
(setelah sekian bulan atau bahka tahun). Perubahan bentuk terjadi
karena mengembangnya MgO, dari oksida membentuk hidrat
MgO(OH)2.
b. Kapur Bebas (CaO)
Karena susunan kimia ini yang kurang tepat pada waktu pembuatan,
dan atau karena pembakaran yang kurang sempurna, dapat terjadi CaO
(kapur kotor) yang tidak terikat ke dalam empat senyawa semen.
c. Bagian tidak Larut
Zat ini merupaka bagian yang tidak larut dalam HCl. Umumnya zat
tersebut adalah senyawa tanah atau silikat yang tidak berubah menjadi
empat senyawa semen. Kadar bagian ini yang terlalu tinggi pada
semen (maksimum 3%) menunjukkan bahwa pembakaran atau
penyusutan senyawa semen kurang baik, atau terdapat kemungkinan
bahwa semen tadi telah dengan sengaja dibubuhi benda lain setelah
penggilingan selesai. Meskipun akibat penambahan ini tidak
membahayakan sifat semennya, tetapi semen yang mengandung terlalu

7
banyak bahan ii akan berkurang daya ikatnya karena tercampur benda
yang tidak berguna.
d. Kadar alkali
Di dalam semen portland, kadar alkali biasanya rendah (kurang dari
1%). Kadar alkali dalam semen mempengaruhi waktu pengerasan.
Pemakaian kadar alkali yang lebih dari 0,6% dapat mengakibatkan
terjadi reaksi pengembangan bila semen dicampur agregat yang
bersifat alkali reaktif yaitu agregat yang megandung silika amorf (gas
alam, batu api, opal, dan lain-lain).
e. Kadar Hilang pada Pemijaran
C; biasanya air atau CO2. semen yang kadar hilang pijarnya tinggi,
adalah semen yang telah mengandung bagian-bagian yang mengeras.
Kadar bagian ini dibatasi maksimum 3-4.Zat ini adalah dari benda-
benda yang terbang pada suhu 88
f. Kadar Gips
Gips dalam semen ditambahkan untuk memperlambat pengerasan
klinker semen. Jika klinker semen digilinga tanpa penambag gips,
bubuk halus klinker akan segara bersenyawa dengan air dan adonan itu
akan mengeras dalam waktu kurang lebih 10 menit. Hal ini akan
menyulitkan dalam pemakaian semen. Dengan demikian untuk
memperlambat pengerasan bubuk klinker dicampur gips. Penambahan
bahan ini dalam semen adalah maksimum 4% dari berat klinker. Dalam
analisis kimi, gips akan terlihat sebagai senyawa SO3 da dibatasi
jumlahnya sampai kuarang lebih 2,5%-3%.

Pembuatan Semen
a. Penggalian/Quarrying
Terdapat dua jenis material yang penting bagi produksi semen:
Pertama adalah material yang kaya akan kapur atau material yang
mengandung kapur (calcareous materials) seperti batu gamping, kapur,
dll.
Kedua adalah material yang kaya akan silika atau material
mengandung tanah liat (argillaceous materials) seperti tanah liat. Batu
gamping dan tanah liat dikeruk atau diledakkan dari penggalian dan
kemudian diangkut ke alat penghancur.

8
b. Penghancuran
Penghancur bertanggung jawab terhadap pengecilan ukuran primer
bagi material yang digali.
c. Pencampuran Awal
Material yang dihancurkan melewati alat analisis on-line untuk
menentukan komposisi tumpukan bahan.
d. Penghalusan dan Pencampuran Bahan Baku
Sebuah belt conveyor mengangkut tumpukan yang sudah dicampur
pada tahap awal ke penampung, dimana perbandingan berat umpan
disesuaikan dengan jenis klinker yang diproduksi. Material kemudian
digiling sampai kehalusan yang diinginkan.
e. Pembakaran dan Pendinginan Klinker
Campuran bahan baku yang sudah tercampur rata diumpankan ke pre-
heater, yang merupakan alat penukar panas yang terdiri dari
serangkaian siklon dimana terjadi perpindahan panas antara umpan
campuran bahan baku dengan gas panas dari kiln yang berlawanan
arah. Kalsinasi parsial terjadi pada preheater ini dan berlanjut dalam
kiln, dimana bahan baku berubah menjadi agak cair dengan sifat seperti
semen. Pada kiln yang bersuhu 1350-1400C, bahan berubah menjadi
bongkahan padat berukuran kecil yang dikenal dengan sebutan klinker,
kemudian dialirkan ke pendingin klinker, dimana udara pendingin akan
menurunkan suhu klinker hingga mencapai 100 C.
f. Penghalusan Akhir
Dari silo klinker, klinker dipindahkan ke penampung klinker dengan
dilewatkan timbangan pengumpan, yang akan mengatur perbandingan
aliran bahan terhadap bahan-bahan aditif. Pada tahap ini, ditambahkan
gipsum ke klinker dan diumpankan ke mesin penggiling akhir.
Campuran klinker dan gipsum untuk semen jenis 1 dan campuran
klinker, gipsum dan posolan untuk semen jenis P dihancurkan dalam
sistim tertutup dalam penggiling akhir untuk mendapatkan kehalusan
yang dikehendaki. Semen kemudian dialirkan dengan pipa menuju silo
semen.

Penyimpanan Semen

9
Sebagai bahan yang mudah mengalami proses hydrasi yang
menyebabkan terjadinya pengerasan pada semen, maka semen harus disimpan
sedemikian rupa. Adapun syarat penyimpanan semen sebagai berikut :

a. Pengangkutan semen ketempat penyimpanan harus dijaga agar semen


tidak menjadi lembab dan rusak atau tercampur dengan bahan-bahan
lain.
b. Penyimpanan terlalu lama tidak diperbolehkan karena dapat
mengurangi nilai kokohnmya, apabila semen tersebut diragukan nilai
kokohnya maka semen harus diperiksa dahulu sebelum dipakai, untuk
mengetahui apakah smeen itu masih meemnuhi syarat.
c. Semen harus disimpan dalam gudang yang rapat air dan angin
d. Penumpukan semen harus teratur dengan pemisahan tumpukan semen
berdasarkan : jenis, berat dan lama penyimpanan
e. Penimbunan semen maksimum 2 meter ( 10 tumpuk), agar tidak
terjadi pecahnya kantong semen bagian bawah dan terbentuknya
gumpalan-gumpalan semen.
f. Timbunan semen dalam gudang berjarak bebas 50 cm dari dinding.

Gambar semen portland

10
2.2 Pasir
Merupakan Butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan
pengisi dalam campuran mortar atau beton. Agregat halus (pasir) adalah
mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran beton
yang memiliki ukuran butiran kurang dari 5 mm atau lolos saringan no.4 dan
tertahan pada saringan no.200. Agregat halus (pasir) berasal dari hasil
disintegrasi alami dari batuan alam atau pasir buatan yang dihasilkan dari alat
pemecah batu (stone crusher).
Agregat halus dapat digolongkan menjadi tiga jenis:
a. Pasir Galian
Pasir galian dapat diperoleh langsung dari permukaan anah, atau
dengan cara menggali dari dalam tanah. Pasir ini pada umumnya tajam,
bersudut, berpori, dan bebas dari kandungan garam yang
membahayakan. Namun karena pasir ini diperoleh dengan cara
menggali maka pasir ini sring bercampur dengan kotoran atau tanah,
sehingga sering harus dicuci terlebiha dulu sebelum digunakan.
b. Pasir Sungai
Pasir sungai diperoleh langsunga dari dasar sungai . pasir sungai pada
umumnya berbutir halus dan berbentuk bulat, karena akibat proses
gesekan yang terjadi. Karena butirannya halus, maka baik untuk

11
plesteran tembok. Namun karena bentuk yang bulat itu, daya lekat
antarbutir menjadi agak kurang baik.
c. Pasir Laut
Pasir laut adalah pasir yang diambil dari pantai. Bentuk butirannya
halus dan bulat, karena proses gesekan. Pasir jenis ini banyak
mengandung saram, oleh karena itu kurang baik untuk bahan
bangunan. Garam yang ada dalam pasir ini menyerap kandungan air
dari udara, sehingga mengakibatkan pasir selalu agak basah, dan juga
menyebabkan penembangan setelah bangunan selesai dibangun. Oleh
karena itu, sebaiknya pasir jenis ini tidak digunakan untuk bahan
bangunan.

Disebut pasir karena ukuran butir agregatnya 0,15 mm 4,8 mm.

3.2 Kerikil
Agregat adalah bahan pengisi utama (agregat halus dan kasar) dalam
campuran beton atau adukan. Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir
alam atau pasir buatan, sedangkan agregat kasar untuk beton yaitu kerikil.
Agregat berfungsi sebagai bahan pengisi dan berdasarkan ukurannya
terdiri dari agregat halus dan agregat kasar.
Agregat halus adalah agregat yang semua butirannya menembus atau
lolos ayakan 4,8 mm. sedangkan agregat kasar adalah agregat dengan
butiran-butiran yang tertinggal diatas ayakan 4,8 mm, tetapi lolos ayakan
40 mm.

12
Kerikil atau agregat kasar ialah bebatuan kecil, biasanya batu
granityang dipecahkan. Ukuran kerikil yangselalu digunakan ialah antara 2
mm dan 75 mm.Kerikil sering digunakan dalam pembangunan badan jalan,
dan sebagai batu campuran untuk memproduksi bata.

Penggolongan Agregat
Ditinjau dari asalnya, agregat beton berasal dari batuan alam yang
terdiri dari 2 (dua) macam, diantaranya:
a. Kerikil Alam
Jenis ini merupakan hasil penghancuran oleh alam dari batuan
induknya, dan terdapat dekat atau sering kali jauh dari asalnya karena
terbawa oleh arus air atau angin dan mengendap disuatu tempat.
Pada umumnya agregat jenis ini bentuknya berubah-ubah dan
tidak homogen. Jika menggunakan agregat ini untuk campuran beton,
maka perlu penanganan khusus, misalnya pencucian jika agregatnya
kotor dan pengayakan (penyaringan) jika gradasi tidak seragam.

b. Agregat Batu Pecah


Jika terdapat kesulitan untuk mendapatkan kerikil pasir
langsung dari alam, dapat diatasi dengan membuat agregat dari batuan
alam yang dipecah. Kekerasan batu pecah ini pada umumnya lebih
baik daripada kerikil alam. Pada proses pemecahan sudah merupakan
seleksi terhadap bagian yang lunak dan keras. Bentuk agregat batu
pecah pada umumnya tidak bulat, bahkan sering kali pipih.

Sifat-Sifat Fisik Agregat


a) Ditinjau Dari Bentuknya
Ditinjau dari bentuknya, agregat dapat dibedakan atas agregat
yang berbentuk: bulat, tidak beraturan, bersudut, pipih, dan
memanjang, panjang dan pipih.
Bulat
Umumnya agregat ini berbentuk bulat atau bulat telur.
Permukaanya agak licin, pengaruh gesekan selama
transportasi terbawa arus air. Kerikil jenis ini biasanya
berasal dari sungai atau pantai.
Tidak Beraturan

13
Bentuk alamnya tidak beraturan, atau sebagian terjadi
karena pergeseran dan mempunyai sisi tepi bulat. Kerikil
jenis ini biasanya berasal dari sungai, darat, atau dari lahar
gunung.
Bersudut
Bentuk ini tidak beraturan, mempunyai sudut-sudut
yang tajam dan permukaannya kasar. Yang termasuk jenis
ini adalah semua jenis hasil pemecahan dengan mesin dari
berbagai jenis batuan.
Pipih
Disebut pipih bila tebalnya jauh lebih kecil dari kedua
dimensi lainnya. Biasa disebut pipih bila tebalnya kurang
dari sepertiga lebar. Agregat jenis ini berasal dari batu-
batuan yang berlapis.
Memanjang
Kerikil dikatakan memanjang jika panjangnya jauh
melebihi kedua dimensi lainnya atau panjang lebih dari tiga
kali lebarnya.
Panjang dan Pipih
Material yang panjangnya jauh melabihi lebarnya dan
lebarnya jauh melebihi tebalnya.

b) Ditinjau Dari Tekstur Permukaan


Jika ditinjau dari tekstur permukaannya, Kerikil dapat
dibedakan menjadi 2(dua), antara lain:
Kerikil dengan permukaan licin
Biasanya agregat ini ditemukan pada batuan yang
butiran-butirannya sangat kecil atau halus.
Contoh: kerikil sungai, chart, batu lapis, marmer dan
rhyolite.
Kerikil dengan permukaan kasar
Umumnya berupa pecahan batuan, permukaan tampak
kasar, berbutir halus sampai medium kristal tidak tampak
jelas.
Contoh: basalt, felsites, porphyry, batu kapur.
c) Kekuatan Agregat
Pada umumnya kekuatan dan elastisitas agregat tergantung dari
jenis batuan, tekstur dan struktur butirannya, karena agregat

14
merupakan bagian terbesar dari beton sehingga kekuatan agregat
akan mempengaruhi kekuatan beton.
d) Berat Jenis Agregat
Berat jenis agregat tidak sama satu dengan yang lainnya,
tergantung dari jenis batuan, struktur butirannya, porositas dan
sebagainya.
e) Ditinjau Dari Susunan Butiran Agregat
Pengukuran besar butiran agregat didasarkan atas pemeriksaan
yang dilakukan dengan menggunakan alat yang berupa ayakan
dengan besar lubang yang telah ditetapkan. Agregat terdiri dari
butiran-butiran dengan ukuran butirnya dari besar sampai kecil.
Susunan butir yang bervariasi ini sangat diperlukan dalam
campuran beton. Sesuai dengan SK-SNI, pembagian butiran ini
dikelompokkan dalam bentuk zone. Untuk agregat kasar dengan
ukuran maksimum yaitu, 38/40 mm, 19/20 mm, dan 9,6/10 mm.
Gradasi agregat dikelompokkan dalam 3 (tiga) kategori yaitu,
bergradasi baik, bergradasi jelek, dan bergradasi seragam.
Dibawah ini adalah tabel dan grafik dari gradasi agregat kasar
atau kerikil.

Gradasi Kerikil Menurut BS

Lubang Ayakan Persentase Berat Tembus Komulatif


(mm) Ukuran Butir Nominal (mm)
38,1 4,76 19,0 4,76 9,6 4,76
76 100
38,1 95 100 95 100
19,0 30 70 95 100 100
9,5 10 35 25 55 50 85
4,76 05 0 10 0 10

Gambar krikil pecah dan alami

15
4.2 Air
Air merupakan cairan hidrolis yang membantu mempermudah
pencampuran pekerjaan beton. Air yang dipakai untuk membuat suatu adukan
harus dapat memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, yang kebanyakan
tergantung dari pekerjaannya.
Air laut dapat mengakibatkan kerusakan pada tembok, begitupun air
yang mengandung bahan-bahan busuk, seperti air danau yang kebanyakan
mengandung larutan asam dan humus.

16
Untuk membuat suatu adukan, haruslah menggunakan air yang jernih
dan boleh mengandung bahan-bahan lain, asal kadarnya sangat kecil.
Air merupakan bahan yang pentinga pada beton yang menyebabkan
terjadinya reaksi kimia dengan semen. Pada dasarnya air yang layak diminum,
dapat dipakai untuk campuran beton. Akan tetapi dalam pelaksanaan banyak
air tidak layak untuk diminum memuaskan dipakai untuk campuran beton.
Apabila terjadi keraguan akan kualitas air untuk campuran beton
sebaiknya dilakukan pengujian kualitas air diadakan trial mix untuk campuran
dengan menggunakan air tersebut.

Gambar air bersih

5.2 Admixture
Admixture adalah bahan/material selain air, semen dan agregat yang
ditambahkan ke dalam beton atau mortar sebelum atau selama pengadukan.
Admixture digunakan untuk memodifikasi sifat dan karakteristik beton.
Tujuan penggunaan admixture pada beton segar adalah :
Memperbaiki workability beton
Mengatur faktor air semen pada beton segar.
Mengurangi penggunaan semen
Mencegah terjadinya segregasi dan bleeding
Mengatur waktu pengikatan aduk beton
Meningkatkan kekuatan beton keras.
Meningkatkan sifat kedap air pada beton keras.
Meningkatkan sifat tahan lama pada beton keras termasuk
tahan terhadap zat-zat kimia, tahan terhadap gesekan, dll.

17
Secara umum ada dua jenis bahan tambah yaitu bahan tambah yang
berupa bahan tambah mineral (additive) dan bahan tambah kimiawi
(admixture). Bahan tambah admixture ditambahkan pada saat pengadukan
atau pada saat pengecoran. Sedangkan bahan tambah additive ditambahkan
pada saat pengadukan. Bahan tambah admixture biasanya dimaksudkan untuk
mengubah perilaku beton pada saat pelaksanaan atau untuk meningkatkan
kinerja beton pada saat pelaksanaan. Untuk bahan tambah additive lebih
banyak bersifat penyemenan sehingga digunakan dengan tujuan perbaikan
kinerja kekuatannya.

Jenis-jenis Bahan Tambah Kimiawi (Admixture)


Menurut ASTM C.494, admixture dibedakan menjadi tujuh jenis, yaitu :
a) Tipe A : Water Reducing Admixture (WRA)
Bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi penggunaan air
pengaduk untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu.
Dengan menggunakan jenis bahan tambah ini akan dapat dicapai
tiga hal, yaitu :
Hanya menambah/meningkatkan workability. Dengan
menambahkan WRA ke dalam beton maka dengan fas
(kadar air dan semen) yang sama akan didapatkan beton
dengan nilai slump yang lebih tinggi. Dengan slump yang
lebih tinggi, maka beton segar akan lebih mudah dituang,
diaduk dan dipadatkan. Karena jumlah semen dan air tidak
dikurangi dan workability meningkat maka akan diperoleh
kekuatan tekan beton keras yang lebih besar dibandingkan
beton tanpa WRA.
Menambah kekuatan tekan beton. Dengan
mengurangi/memperkecil fas (jumlah air dikurangi, jumlah
semen tetap) dan menambahkan WRA pada beton segar
akan diperoleh beton dengan kekuatan yang lebih tinggi.
Dari beberapa hasil penelitian ternyata dengan fas yang
lebih rendah tetapi workability tinggi maka kuat tekan
beton meningkat.
Mengurangi biaya (ekonomis). Dengan menambahkan
WRA dan mengurangi jumlah semen serta air, maka akan

18
diperoleh beton yang memiliki workability sama dengan
beton tanpa WRA dan kekuatan tekannya juga sama dengan
beton tanpa WRA. Dengan demikian beton lebih ekonomis
karena dengan kekuatan yang sama dibutuhkan jumlah
semen yang lebih sedikit.
b) Tipe B : Retarding Admixture
Bahan tambah yang berfungsi untuk memperlambat proses waktu
pengikatan beton. Biasanya digunakan pada saat kondisi cuaca
panas, memperpanjang waktu untuk pemadatan, pengangkutan dan
pengecoran.
c) Tipe C : Accelerating Admixture
Jenis bahan tambah yang berfungsi untuk mempercepat proses
pengikatan dan pengembangan kekuatan awal beton. Bahan ini
digunakan untuk memperpendek waktu pengikatan semen sehingga
mempecepat pencapaian kekuatan beton. Yang termasuk jenis
accelerator adalah : kalsium klorida, bromide, karbonat dan silikat.
Pda daerah-daerah yang menyebabkan korosi tinggi tidak
dianjurkan menggunakan accelerator jenis kalsium klorida. Dosis
maksimum yang dapat ditambahkan pada beton adalah sebesar 2 %
dari berat semen.
d) Tipe D : Water Reducing and Retarding Admixture
Jenis bahan tambah yang berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi
jumlah air pengaduk yang diperlukan pada beton tetapi tetap
memperoleh adukan dengan konsistensi tertentu sekaligus
memperlambat proses pengikatan awal dan pengerasan beton.
Dengan menambahkan bahan ini ke dalam beton, maka jumlah
semen dapat dikurangi sebanding dengan jumlah air yang
dikurangi. Bahan ini berbentuk cair sehingga dalam perencanaan
jumlah air pengaduk beton, maka berat admixture ini harus
ditambahkan sebagai berat air total pada beton.
e) Tipe E : Water Reducing and Accelerating Admixture
Jenis bahan tambah yang berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi
jumlah air pengaduk yang diperlukan pada beton tetapi tetap
memperoleh adukan dengan konsistensi tertentu sekaligus
mempercepat proses pengikatan awal dan pengerasan beton. Beton

19
yang ditambah dengan bahan tambah jenis ini akan dihasilkan
beton dengan waktu pengikatan yang cepat serta kadar air yang
rendah tetapi tetap workable. Dengan menggunakan bahan ini
diinginkan beton yang mempunyai kuat tekan tinggi dengan waktu
pengikatan yang lebih cepat (beton mempunyai kekuatan awal
yang tinggi).
f) Tipe F : Water Reducing, High Range Admixture
Jenis bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air
pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan
konsistensi tertentu, sebanyak 12 % atau lebih. Dengan
menmbahkan bahan ini ke dalam beton, diinginkan untuk
mengurangi jumlah air pengaduk dalam jumlah yang cukup tinggi
sehingga diharapkan kekuatan beton yang dihasilkan tinggi dengan
jumlah air sedikit, tetapi tingkat kemudahan pekerjaan (workability
beton) juga lebih tinggi. Bahan tambah jenis ini berupa
superplasticizer. Yang termasuk jenis superplasticizer adalah :
kondensi sulfonat melamine formaldehyde dengan kandungan
klorida sebesar 0,005 %, sulfonat nafthalin formaldehyde,
modifikasi lignosulphonat tanpa kandungan klorida. Jenis bahan ini
dapat mengurangi jumlah air pada campuran beton dan
meningkatkan slump beton sampai 208 mm. Dosis yang dianjurkan
adalah 1 % - 2 % dari berat semen.
g) Tipe G : Water Reducing, High Range Retarding Admixture
Jenis bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air
pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan
konsistensi tertentu, sebanyak 12 % atau lebih sekaligus
menghambat pengikatan dan pengerasan beton. Bahan ini
merupakan gabungan superplasticizer dengan memperlambat
waktu ikat beton. Digunakan apabila pekerjaan sempit karena
keterbatasan sumberdaya dan ruang kerja.

Jenis-jenis Bahan Tambah Mineral (Additive)


Jenis bahan tambah mineral (additive) yang ditambahkan pada
beton dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja kuat tekan beton dan lebih

20
bersifat penyemenan. Beton yang kekuarangan butiran halus dalam agregat
menjadi tidak kohesif dan mudah bleeding. Untuk mengatasi kondisi ini
biasanya ditambahkan bahan tambah additive yang berbentuk butiran
padat yang halus. Penambahan additive biasanya dilakukan pada beton
kurus, dimana betonnya kekurangan agregat halus dan beton dengan kadar
semen yang biasa tetapi perlu dipompa pada jarak yang jauh. Jenis-
jenisnya adalah sebagai berikut:
a) Material Cementitious
Dapat bereaksi langsung dengan air. Bahan ini mengandung silikat dan
kalsium aluminosilikat. Contoh: Blast Furnace Slag, yaitu bahan
buangan industri baja yang menggunakan tanur pijar.
b) Material Pozzolanic
Material yang dapat bereaksi dengan kapur bebas (Ca(OH)2) plus air.
Komposisinya didominasi oleh siliceous dan aluminous. Contoh: Abu
Terbang kelas F, yaitu sisa buangan Industri Pembangkit Listrik yang
menggunakan batubara jenis bituminous atau anthracite. Selain itu,
silica fume (hasil sampingan produksi elemen silicon), juga bahan
pozzolanic. Komposisinya didominasi oleh unsur amorphous silica.
c) Material Pozzolanic dan Cementitious
Material ini dapat bereaksi dengan air saja atau dengan kapur bebas
(Ca(OH)2) plus air. Komposisinya didominasi oleh siliceous,
aluminous dan kapur. Contoh: Abu Terbang kelas C, yaitu sisa buangan
Industri PLTU yang menggunakan barubara jenis lignite atau
subbituminous.
d) Material Inert
Material ini tidak bereaksi secara kimiawi dengan unsur-unsur semen.
Contoh: bahan buangan pabrik batu marmer, bahan kuarsa yang sudah
dihaluskan dan lain-lain.
Gambar Bahan Tambah Admixture.

21
6.2 Puzolan
Teras atau pozollan adalah suatu jenis bahan galian yang berasal dari
pelapukan mineral deposit vulkanik.
Teras disebut juga dengan puzolan karena pertama kali ditemukan oleh
bangsa Roma kuno. Pada saat itu bangsa Roma kuno membuat bangunan
menggunakan bahan galian dari permukaan bumi yang merupakan campuran
halus dari debu vulkanik yang terdapat di dekat kota Puzzuoli. Oleh karena itu
bangsa Roma menamakan bahan galian tersebut dengan pozzolan. beras atau
puzolan mengandung unsur silika, besi dan aluminium yang tidak mempunyai
sifat penyemenan, tetapi dalam bentuk serbuk halus dan bila dicampur dengan
air dapat bereaksi dengan kalsiumhidroksida pada suhu ruangan dan
membentuk senyawa yang mempunyai sifat semen, yaitu mengalami proses
pengerasan dan setelah keras tidak larut dalam air.

22
7.2 Fungsi Bahan Beton
1. Semen
Fungsi semen adalah untuk merekatkan butir- butir agregat agar terjadi
suatu massa yang kompak atau padat.Selain itu untuk mengisi rongga-
rongga di antara butiran agregat.Walaupun semen hanya kira- kira mengisi
10 persen saja dari volume beton,namun karena merupakan bahan yang
aktif maka perlu dipelajari maupun dikontrol secara ilmiah.
2. Pasir
Fungsi pasir adalah sebagai pengisi bahan utama dari campuran beton.
3. Krikil
Fungsi krikil adalah sebagai bahan utama campuran beton.
4. Air
Fungsi air adalah Sebagai bahan persenyawaan semen,sebagai air
pengaduk pada pembuatan beton (workabelety),sebagai pemeliharaan
(curing) pada waktu beton masih basah.
5. Admixture

23
Fungsi admixture adalah mengubah satu atau lebih sifat- sifat beton
sewaktu masih dalam keadaan masih segar atau setelah mengeras,
misalnya Mempercepat pengerasan , menambah encer adukan ,menambah
kuat tekan ,menambah daktilitas (mengurangi sifat getas),mengurangi
retak retak pengerasan dan sebagainya.
6. Puzolan
Fungsi puzolan adalah apabila digunakan sebagai bahan tambah beton
akan menjadikan beton lebih mudah diaduk,lebih rapat air,dan lebih tahan
terhadap serangan kimia.

5. Syarat syarat mutu dan pengaruhnya pada beton apabila


tidak memenuhi syarat

1) Semen

Untuk keperluan pembuatan campuran beton, semen harus


memenuhi syarat-syarat sesuai dengan standar Normalisasi Indonesia
(NI)-8 sebagai berikut.

1. Waktu pengikatan awal untuk segala jenis semen tidak boleh


kurang dari 1 jam (60 menit).
2. Pengikatan awal semen normal 60 120 menit.
3. Air yang digunakan memenuhi syarat air minum, yaitu bersih dari
zat organis yang dapat mempengaruhi proses pengikatan awal.
4. Suhu ruangan 23 C.

2) Pasir
Syarat mutu pasir:
a. Kadar lumpur ataun butiran yang lebih kecil 0,08 mm maksimum
5% pengaruhnya pada beton:
- Mengurangi kelekatan antara semen dan pasir/ krikil.
- Memerlukan banyak air.
- Beton menjadi susut
- Beton akan menjadi retak retak rambut
Cara menghilangkannya kadar lumpur dengan cara dicuci dengan
air.
b. Tidak mengandung zat organik yaitu zat- zat kimia yang
menyatu dengan pasir yang terjadi adanya lumpur-lumpur organik
sisa-sisa nabati dan hewani.Pengaruhnya terhadap beton:

24
- Menghambat waktu ikat
- Mengurangi kekuatan beton
Cara menghilangkannya adalah diuji secara kimiawi dengan
larutan NaOH kadarnya 3% dilihat cairan diatas permuakan pasir
warnanya tidak lebih gelap dari warna standar.

c. Gradasi pasir harus baik


- Angka kehalusan butir menurut Abrams : 2,2 -3,2
- Kadar butiran yang lolos ayakan 0,9 mm lebih besar dari 15%
berat.
- Gradasi masuk dalam zone 1 4
d. Kekerasan diuji dengan bejana Los Angeles mempunyai indeks
kekerasan maksimum 2,2.
e. Mempunyai kekelan bentuk sebagai berikut:
- Diuji dengan NaSO4 yang larut maksimun 12%
- Diuji dengan MgSO4 yang larut maksimum 10%
Data pasir yang harus diketahui untuk merancang campuran
beton, meliputi :berat jenis,bobot isi gradasinya,jenisnya(alami atau
pecah)

f. Melalui analisa saringan maka akan diperoleh angka Fine Modulus.


Melalui Fine Modulus ini dapat digolongkan 3 jenis pasir yaitu :
Pasir Kasar : 2.9 < FM < 3.2
Pasir Sedang : 2.6 < FM < 2.9
Pasir Halus : 2.2 < FM < 2.6
Selain itu ada juga batasan gradasi untuk agregat halus, sesuai
dengan ASTM C 33 74 a. Batasan tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut ini:

Tabel Batasan Gradasi untuk Agregat Halus


Ukuran Saringan ASTM Persentase berat yang lolos pada tiap
saringan
9.5 mm (3/8 in) 100
4.76 mm (No. 4) 95 100
2.36 mm ( No.8) 80 100
1.19 mm (No.16) 50 85
0.595 mm ( No.30 ) 25 60
0.300 mm (No.50) 10 30
0.150 mm (No.100) 2 - 10

25
a. Angka kehalusan butir menurut Abrams: 2,2 3,2
b. Kadar butiran yang lolos ayakan 0,9 mm lebih besar dari 15%
berat
c. Gradasi masuk dalam zone 1-4
d. Kekerasan diuji dengan bejana Los Angeles mempunyai indeks
kekerasan maksimum 2,2

3) Krikil
Syarat mutu krikil:
a. Kadar lumpur maksimum 1%
b. Kekerasan
- Dengan batang tembaga, maksimum 20% berat
- Kausan dengan Los Angeles maksimum 50% berat
- Kehancuran dengan bejana rudolof yang hancur lolos
ayakan 2 mm maksimum 32% berat.
c. Kadar yang pipih ,lonjong maksimum 20% berat.
d. Mempunyai kekekalan bentuk:
- Diuji dengan larutan SaSO4 yang larut maksimum 12%
- Diuji dengan larutan MgSO4 yang larut maksimum
10%
Data data kerikil yang harus diketahui untuk merancang
campuran beton ,adalah jenis SSD.Penyerapan SSD ,bobot
isi,butiran terbesar :10 mm , 20mm,40mm , jenis kerikil alami
atau pecah.

e. Analisa saringan akan memperlihatkan jenis dari agregat halus


tersebut. Tabel Susunan Besar Butiran Agregat Kasar (ASTM,
1991)

Ukuran Lubang Ayakan Persentase Lolos Kumulatif


(mm) (%)

38,10 95-100
19,10 35-70
9,52 10-30
4,75 0-5

4) Air

26
Syarat mutu Air
a. Air harus bersi dari kotoran
b. Tidak mengandung lumpur minyak , dan benda- benda terapung yang
dapat dilihat secara fisual.
c. Tidak mengandung garam- garam yang larut dan dapat merusak beton
misalnya:
- Asam asam atau organik yang lebih dari 15gr/liter
- Kandungan klorida tidak lebih dari 500 ppm untuk beton
pratekan tidak boleh lebih dari 50ppm
- Senyawa sulfat tidak lebih dari 1000 ppm
d. Kekuatan tekan bila dibuat campuran air dan semen ,dibandingkan
dengan air dari air suling tidak kurang dari 90%.

5) Admixture dan Puzolan


Berdasarkan tujuan yang diharapkan terdapat beberapa tujuan
penggunaan zat kimia diantaranya yaitu:
a. Water reduction (Zat kimia untuk mengurangi penggunaan air pada
beton)
Hal ini dimaksudkan agar diperoleh adukan dengan nilai fas yang
tetap dengan kekentalan yang sama atau dengan fas tetap, tapi
didapatkan adukan beton yang lebih encer. Hal ini dimaksudkan
agar diperoleh kuat tekan yang lebih tinggi, dengan tidak
mengurangi kekentalannya, atau diperoleh beton dengan kuat tekan
yang sama, tapi adukan dibuat menjadi lebih encer agar lebih
memudahkan dalam penuangan.
b. Retarder (zat kima untuk memperlambat proses ikatan campuran
beton)
Biasanya diperlukan untuk beton yang tidak dibuat dilokasi
penuangan beton. Proses pengikatan campuran beton sekitar 1 jam.
Sehingga apabila sejak beton dicampur sampai penuangan
memerlukan waktu lebih dari 1 jam, maka perlu ditambahkan zat
kimia ini. Zat tambahan ini diantarannya berupa gula, sucrose,
sodium gluconate, glucose, citric acid, dan tartaric acid.
c. Accelerators (zat kimia untuk mempercepat ikatan dan pengerasan
campuran beton)
Diperlukan untuk mempercepat proses pekerjaan konstruksi beton,
pencampuran beton dilakukan di tempat atau dekat dengan

27
penuangannya. Zat tambahan yang digunakan adalah CaCl2,
Ca(NO3)2 dan NaNO3. Namun demikian, lebih dianjurkan
menggunakan yang nitrat, karena penggunaan khlorida dapat
mempercepat terjadinya karat pada penulangan.
Pada kenyataan di lapangan terkadang diperlukan kondisi
kombinasi dari ketiga perilaku penambahan zat kimia tersebut yaitu
untuk mengurangi penggunaan air dan memperlambat proses ikatan
campuran beton, atau untuk mengurangi air dan mempercapat waktu
pengikatan serta pengerasan campuran beton.
Untuk memudahkan pengenalan dan pemilihan admixture, perlu
diketahui terlebih dahulu kategori dan penggolongannya, yaitu :
1. Air entraining Agent (ASTM C 260), yaitu bahan tambah yang
ditujukan untuk membentuk gelembung-gelembung udara
berdiameter 1 mm atau lebih kecil didalam beton atau mortar
selama pencampuran, dengan maksud mempermudah
pengerjaan beton pada saat pengecoran dan menambah
ketahanan awal pada beton.
2. Chemical admixture (ASTM C 494), yaitu bahan tambah cairan
kimia yang ditambahkan untuk mengendalikan waktu
pengerasan (memperlambat atau mempercepat), mereduksi
kebutuhan air, menambah kemudahan pengerjaan beton,
meningkatkan nilai slump dan sebagainya.
3. Mineral admixture (bahan tambah mineral), merupakan bahan
tambah yang dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja beton.
Pada saat ini, bahan tambah mineral ini lebih banyak digunakan
untuk memperbaiki kinerja tekan beton, sehingga bahan ini
cendrung bersifat penyemenan. Keuntunganannya antara lain :
memperbaiki kinerja workability, mempertinggi kuat tekan dan
keawetan beton, mengurangi porositas dan daya serap air dalam
beton. Beberapa bahan tambah mineral ini adalah pozzolan, fly
ash, slang, dan silica fume.
4. Miscellanous admixture (bahan tambah lain), yaitu bahan
tambah yang tidak termasuk dalam ketiga kategori diatas
seperti bahan tambah jenis polimer (polypropylene, fiber mash,

28
serat bambu, serat kelapa dan lainnya), bahan pencegah
pengaratan dan bahan tambahan untuk perekat (bonding agent).

Penggunaan bahan tambah di lapangan sering menimbulkan


masalah-masalah tidak terduga yang tidak mengguntungkan, karena
kurangnya pengetahuan tentang interaksi antara bahan tambahan
dengan beton. Untuk mengurangi dan mencegah hal yang tidak
terduga dalam penggunaan bahan tambah tersebut, maka penggunaan
bahan tambah dalam sebuah campuran beton harus dikonfirmasikan
dengan standar yang berlaku dan yang terpenting adalah
memperhatikan dan mengikuti petunjuk dalam manualnya jika
menggunakan bahan paten yang diperdagangkan.
a. Mempergunakan bahan tambahan sesuai dengan spesifikasi
ASTM (American Society for Testing and Materials) dan ACI
(American Concrete International).
Parameter yang ditinjau adalah : Pengaruh pentingnya
bahan tambahan pada penampilan beton.
Pengaruh samping (side effect) yang diakibatkan oleh
bahan tambahan. Banyak bahan tambahan mengubah
lebih dari satu sifat beton, sehingga kadang-kadang
merugikan.
Sifat-sifat fisik bahan tambahan.
Konsentrasi dari komposisi bahan yang aktif, yaitu ada
tidaknya komposisi bahan yang merusak seperti
klorida, sulfat, sulfide, phosfat, juga nitrat dan amoniak
dalam bahan tambahan.
Bahaya yang terjadi terhadap pemakai bahan tambahan.
Kondisi penyimpanan dan batas umur kelayakan bahan
tambahan.
Persiapan dan prosedur pencampuran bahan tambahan
pada beton segar.

29
Jumlah dosis bahan tambahan yang dianjurkan
tergantung dari kondisi struktural dan akibatnya bila
dosis berlebihan.

Efek bahan tambah sangat nyata untuk mengubah


karakteristik beton misalnya FAS, tipe dan gradasi
agregat, tipe dan lama pengadukan.

b. Mengikuti petunjuk yang berhubungan dengan dosis pada


brosur dan melakukan pengujian untuk mengontrol pengaruh
yang didapat.
Biasanya percampuran bahan tambahan dilakukan pada saat
percampuran beton. Karena kompleksnya sifat bahan tambahan beton
terhadap beton, maka interaksi pengaruh bahan tambahan pada beton,
khususnya interaksi pengaruh bahan tambahan pada semen sulit
diprediksi. Sehingga diperlukan percobaan pendahuluan untuk
menentukan pengaruhnya terhadap beton secara keseluruhan.

6. Sifat sifat berton


Sifat Beton Segar :
1. Workabelety : yaitu sifat mudah dikerjakan.
Terjadinya : saat beton dikerjakan.Dipengaruhui oleh:
a. Kadar air pengaduk
b. Faktor air semen
c. Sifat-sifat agregat
d. Kadar agregat halus
e. Bahan tambah(admixture)

2. Bleeding : yaitu pemisahan bahan- bahan butiran halus naik keatas.


Terjadinya : saat beton dipadatkan . Dipengaruhi oleh:
a. Cara pemadatan beton
b. Kadar air yang digunakan
c. Bahan tambah (admixture)

3. Kohesifnes : yaitu sifat- sifat untuk saling melekat.


Terjadinya : saat bahan bahan beto dicampur dengan air terutama
semenya.Dipengaruhi oleh:
a. Kehalusan semen
b. Kadar air pengaduk
c. Permuaan agregat

30
4. Segregasi : yaitu pemisahan bahan bahan beton.
Terjadinya : saat beton segar dituangkan dan dipadatkan.Dipengaruhi
oleh:
a. Tinggi jatuh penuangan
b. Sifat sifat agregat
c. Kadar agregat kasar
d. Bahan tambah (admixture)

5. Setting time : sifat beton/semen waktu mengikat dan mengeras.


Terjadinya : saat beton dicampur dengan air kemudian
didiamkan.Dipengaruhi oleh:
a. Jenis semen yang digunakan
b. Faktor air semen
c. Suhu lingkungan
d. Bahan tambah (admixture)

Sifat Beton Keras:


Sifat-sifat beton keras yang penting adalah kakuatan karakteristik,
kekuatan tekan, tegangan dan regangan, susut dan rangkak, reaksi terhadap
temperatur, keawetan dan kekedapan terhadap air . Dari semua sifat
tersebut yang terpenting adalah kekuatan tekan beton karena merupakan
gambaran dari mutu beton yang ada kaitannya dengan strukturt beton.
Berbagai test uji kekuatan dilakukan pada beton keras ini antara lain:

1. Uji kekuatan tekan (compression test)


2. Uji kekuatan tarik belah (spillting tensile test);
3. Uji kekuatan lentur;
4. Uji lekatan antara beton dan tulangan; dan
5. Uji Modulus Elastisitas dan lain sebagainya.

Sifat sifat mekanis beton keras adalah

A. Sifat jangka pendek atau sesaat


1. Kekuatan tekan.
Kuat tekan beton dipengaruhi oleh :Perbandingan air semen
dan tingkat pemadatannya. Jenis semen dan kualitasnya .Jenis dan
lekak lekuk bidang permukaan agregat.Umur (pada keadaan
normal kekuatan bertambah sesuai dengan umurnya).Suhu
(kecepatan pengerasan beton bertambah dengan bertambahnya
suhu).Efisiensi dan perawatan.
2. Kekuatan tarik
Kekuatan tarik beton berkisar seperdelapanbelas kuat desak beton

31
pada waktu umurnya masih muda dan berkisar seperduapuluh
sesudahnya. Kekuatan tarik biasanya tidak diperhitungkan di dalam
perencanaan bangunan beton. Kuat tarik merupakan bagian penting
di dalam menahan retak retak akibat perubahan kadar air dan
suhu.
3. Kekuatan geser
Di dalam praktek, kekuatan geser beton selalu diikuti oleh
kekuatan desak dan tarik oleh lenturan bahkan di dalam pengujian
tidak mungkin menghilangkan elemen lentur.

B. Sifat jangka panjang


1. Rangkak
Rangkak adalah penambahan terhadap waktu akibat beton yang
bekerja.
Faktor faktor yang mempengaruhi rangkak adalah:
a) Kekuatan
Rangkak dikurangi bila kenaikan kekuatan semakin besar
b) Perbandingan campuran
Bila fas dan volume pasta semen berkurang maka rangkak
berkurang.
c) Agregat
d) Rangkak bertambah bila agregat makin halus)
e) Perawatan
f) Umur
g) Kecepatan rangkak berkurang sejalan dengan umur beton
2. Susut
Susut adalah berkurangnya volume elemen beton karena terjadi
kehilangan uap air ketika terjadi penguapan. Faktor faktor yang
mempengaruhi besarnya susut adalah :
a) Agregat sebagai penahan susut pasta semen
b) Faktor air semen (semakin besar fas semakin besar pula efek
susut)
c) Ukuran elemen beton (kelajuan dan besarnya susut akan
berkurang bila volume elemen betonnya semakin besar)
d) Kondisi lingkungan
e) Banyaknya penulangan
f) Bahan tambahan.

7. Faktor faktor yang mempengaruhi mutu beton

32
Kekuatan tekan merupakan salah satu kinerja utama beton. Kekuatan tekan
adalah kemampuan beton untuk dapat menerima gaya per satuan luas . Nilai kekuatan
beton diketahui dengan melakukan pengujian kuat tekan terhadap benda uji silinder
ataupun kubus pada umur 28 hari yang dibebani dengan gaya tekan sampai mencapai
beban maksimum. Beban maksimum didapat dari pengujian dengan menggunakan
alat compression testing machine
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi mutu dari kekuatan beton,
yaitu :
1. Faktor air semen (FAS)
Faktor air semen (FAS) merupakan perbandingan antara jumlah air
terhadap jumlah semen dalam suatu campuran beton. Fungsi FAS,
yaitu :
Untuk memungkinkan reaksi kimia yang menyebabkan
pengikatan dan berlangsungnya pengerasan.

Memberikan kemudahan dalam pengerjaan beton


(workability) Semakin tinggi nilai FAS, mengakibatkan
penurunan mutu kekuatan beton. Namun nilai FAS yang
semakin rendah tidak selalu berarti.
2. Kualitas Agregat Halus ( Pasir )
Bentuk agregat halus akan mempengaruhi kualitas mutu beton yang
dibuat. Agregat berbentuk bulat mempunyai rongga udara minimum 33%
lebih kecil dari rongga udara yang dipunyai oleh agregat berbentuk, beton
yang dihasilkan akan mempunyai rongga udara yang lebih sedikit. Tekstur
permukaamn agregat halus yang bertekstur halus akan lebih sedikit
membutuhkan air dibandingkan dengan agregat dengan permukaan kasar.
Dengan semakin sedikitnya air yang dibutuhkan kemungkinan
menghasilkan beton yang bermutu tinggi lebih besar menggunakan agergat
kasar.

Modulus halus butir ( finnes modulus) atau yang biasa disingkat MHB
ialah sesuatu indeks yang dipakai untuk mengukur kehalusan atau
kekasaran bitur butir agergat. MHB didefinisikan sebagai jumlah persen
kumulatif dari butir agregat yang tertinggal ( retained) diatas satu set
ayakan ( 38.9, 9.6, 4.8, 2.4, 1.2, 0.6, 0.3, dan 0.15 MM), kemudian nilai
tersebut dibagi 100 ( Abrams, 1918 ). Semakin besar nilai MHB suatu

33
agregat, semakin besar butiran agregat. Umumnya agregat halus
mempunyai MHB sekitar 1.50 3.8. Hasil penelitian menunjukan bahwa
nilai MHB 1,5 < MHB < 3,0. Umumnya menghasilkan beton mutu tinggi
dengan FAS yang rendah dan mempunyai kekuatan tekan dan kebecekan
yang optimal ( Larrard, 1990 ). Gradasi yang baik dan teratur ( contionus )
dari agregat halus besar kemungkinan akan menghasilkan beton yang
mempunyai kekuatan tinggi dibandingkan dengan agregat yang bergradasi
gap atau seragam. Gradasi yang baik adalah gradasi yang memenuhi syarat
zona tertentu dan agregat halus tidak boleh mengandung bagian yang lolos
pada satu set ayakan lebih besar dari 45% dan tertanam pada ayakan
berikutnya. Kebersihan agregat juga akan sangat mempengaruhi dari mutu
beton yang akan dibuat terutama dari zat zat yang dapat merusak baik
pada saat beton muda maupun beton yang sudah mengeras.Supartono,
1998).
3. Kualitas Agregat Kasar
Kekuatan agregat bervariasi dalam batas yang besar. Butir butir agregat
dapat bersifat kurang kuat karena dua hal. Pertama, karena terdiri dari
partikel yang kuat tetapi tidak baik dalam hal pengikatan ( interlocking ).
Kedua, porositas yang besar akan mempengaruhi keuletan atau ketahanan
terhadap beban kejut. Dalam pemilihan agregat kasar, porosiyas yang
rendah merupakan faktor yang sangat menentukan untuk menghasilkan
suatu adukan beton yang seragam, dakam artian mempunyai keteraturan
dan keseragaman yang baik pada mutu maupun parameter yang lain
dibutuhkan. Akan sangat baik jika akan digunakan membentuk beton mutu
tinggi daya serap air sebesar tidak lebih dari 1%. Karena hal ini akan
sangat berhubungan dengan pengendalian kandungan air pada campuran
beton, yang dapat mengakibatkan ketidakteraturan atau deviasi yang
sangat besar pada mutu yang akan dihasilkan.
Bentuk fisik dari agregat kasar yang bersudut titik agregat ini mempunyai
Sudut Sudut yang tampak jelas yang terbentuk di tempat tempat
perpotongan bidang bidang dengan permukaan kasar. Rongga udara pada
agregat ini bewrkisar antara 38% 40%, dengan demikian membutuhkan
lebih banyak lagi pasta semen agar mudah dikerjakan untuk mengurangi
rongga ini dikombinasikan dengan butiran agregat halus yang berbentuk

34
bulat. Beton yang dihasilkan dengan menggunakan agregat ini cocok untuk
struktur yang menekankan pada kekuatan atau untuk beton mutu tinggi
karena ikatan antara agregat baik yang kuat.
Ukuran butir maksimum agregat juga akan mempengaruhi mutu beton
ysng akan dibuat. Hasil penelitian Larrard (1990) menebutkan bahwa
butiran maksimum yang memberikan bukti nyata untu membuat beton
mutu tinggi tidak boleh lebih dari 15mm.
Namun demikian pemakaian butiran agregat sampai dengan 25mm masih
memungkinkan diperolehnya beton mutu tinggi dalam proses produksinya.
Gradasi yang baik dan teratur(continous)dari agregat kasar besar
kemungkinan akan menghasilkan beton yang mempunyai kekuatan tinggi
dibandingkan dengan agregat yang bergradasi gap atau seragam. Gradasi
yang baik adalah gradasi yang memenuhi syarat zona tertentu dan agregat
halus tidak boleh mengandung bagian yang lolos pada satu set ayakan
lebih besar dari 45% dan tertahan pada ayakan berikutnya. Kebersihan
agregat juga akan sangat mempengaruhi daru mutu beton yang akan dibuat
terutama dari zat-zat yang dapat merusak baik pada saat beton muda
maupun beton sudah mengeras.

4. Bahan Tambah ( Admixture )


Bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat dibedakan menjadi dua
yaitu :
a) Bahan tambah yang bersifat kimiawi ( chemical admixture )
Bahan tambah admixture ditambahkan saat pengadukan dan atau
saatpelaksanaan pengecoran ( plecing )
b) Bahan tambah yang bersifat mineral ( additive)
Bahan tambah additive ditambahkan saat pengadukan
dilaksanakan. Bahan tambah tambah additive merupakan bahan
tambah yang lebih banyak digunakan untuk penyemenan jadi
bahan tambah additive lebih banyak digunakan untuk perbaikan
kinerja kekuatannya.
Bahan tambah kimia yang banyak yang digunakan untuk
memperbaiki kinerja beton mutu tinggi umumnya yang bersifat
yang memperbaiki kelecakan. Bahan tambah ini dikelompokkan
kedalam high range water reducing admixtures.Water reducing

35
admixture adalah bahan tambah yang mengurangi air pecampur
yang diperlukan untuk dihasilkan beton dengan konsistensi
tertentu. Water Reducing admixture digunakan antara lain untuk
dengan tidak mengurangi kadar semen dengan nilai slump untuk
memproduksi beton dengan nilai perbandingan atau faktor air
semen ( WCR ) yang rendah. Penggunaan bahan tanbah mineral
( additive) untuk membentuk neton mutu tinggi pada saat ini sudah
merupakan bagian yang mutlak. Bahan tambah digunakan dan
populer adalah abu terbang yang merupakan hasil residu pebangkit
tenaga listrik tenaga uap yang menggunakan batu bara jenis antrasit
atau bitumen. Karena sifatnya yang mengandung pozollan maka
bahan ini sangat baik jika digunakan untuk membentuk beton mutu
tinggi.
Pozollan adalah bahan yang mempunyai kandungan utama silica
dan alumina dan didapat dari sumber alam maupun buatan. Seperti
dijelaskan di atas, bagian interface merupakan bagian yang
terlemah dari beton. Penambahan abu terbang yang mengandung
CSH maka akan memberikan beberapa keuntungan :
Mengurangi keberadaan unsure kalsium sampai dengan hidroksida
didalam beton yang merupakan bagian yang lemah beton, serta
menggantikannya setelah bereaksi dengan SiO2 menjadi kalsium
sampai dengan silikat sampai dengan hidrat ( CSH Gel) yang
selanjutnya akan memberikan penu\ingkatan kekuatan beton.
Pozollan yang berbutir halus akan mengisi pori pori sehingga
porositasnya menjadi rendah.
Pengurangan kalsium sampai dengan hidroksida oleh SiO2 akan
mengurangi sensitifitas terhadap ketahanan sulfat, yang juga
didukung oleh meningkatnya kerapatan beton yang pada akhirnya
akan meningkatnya kekedapan terhadap air.
Pozzofume atau super fly ash dapat pula digunakan sebagai bahan
tambah alternative selain abu terbang.
5. Umur Beton

36
Kuat tekan beton akan bertambah sesuai dengan bertambahnya umur
beton tersebut. Perbandingan kuat tekan beton pada berbagai umur dapat
dilihat pada SNI 03-1974-1990.
6. Jenis dan Jumlah Semen
Jenis dan Jumlah Semen. Jenis semen berpengaruh terhadap kuat tekan
beton, sesuai dengan tujuan penggunaannya (SK SNI S-04-1989-F).
7. Sifat Agregat
Sifat Agregat yang paling berpengaruh terhadap kekuatan beton adalah
kekasaran permukaan dan gradasi butiran agregat. Agregat ini harus
bergradasi sedemikian rupa sehingga seluruh massa beton dapat berfungsi
sebagai satu kesatuan yang utuh, homogen, dan rapat, dimana agregat
yang berukuran kecil berfungsi sebagai pengisi celah yang ada diantara
agregat yang berukuran besar (Nawy, 1998)
8. Suhu
Suhu juga mempengaruhi kuat tekan beton ,karena apa bila suhu yang
panas dapat menambah kuat tekan beton.

8. Rancangan campuran beton


Contoh Penghitungan Mix Design

Suatu perancangan adukan beton normal untuk bangunan dengan kondisi


lingkungan terkena air sulfat selalu ringan dengan data sebagai berikut:
- Kuat tekan beton yang disyara 27,5 Mpa
- Deviasi Standar pada pekerjaan beton yang lalu (S) tidak ditentukan
- Nilai tambah margin (m, untuk f'c yang disyaratkan 21 - 35,
lihat lampiran II) = 8,5 Mpa
- Semen Portland yang dipakai : Semen type I
- Agregat halus : pasir alami, dengan gradasi kasar (zone 1)
- Agregat kasar : pecahan batu, dengan maksimum butir 40 mm
- Pengecoran adukan beton dengan nilai slump rencana = 100 mm
- Berat jenis agregat halus = 2,7
- Berat jenis agregat kasar = 2,67

37
Langkah-langkah perancangan campuran beton :
1. Menentukan perhitungan deviasi standar (S)
Deviasi standar dihitung dengan cara yang tercantum dalam Lampiran I
Dalam hal ini pelaksana tidak mempunyai data hasil pengujian standar
deviasi contoh beton pada masa lalu, sehingga nilai deviasi standar tidak
dapat dihitung,jadi S = 0
2. Menentukan perhitungan nilai tambah margin (m) = 8,5 Mpa
Nilai tambah margin dihitung dengan cara yang tercantum dalamLampiran II
Menghitung nilai tambah (margin = m),dengan cara:
Karena pelaksana tidak mempunyai data pengalaman hasil pengujian
beton , maka nilai margin diambil dari Tabel L-2.1. :
3. Menentukan kuat tekan beton yang disyaratkan f'c pada umur 28 hari f'c =
27,5 Mpa
(dari RKS , Tabel L-4.1 dan Tabel L-4.2 ), (fc') dipilih yang terbesar
4. Menentukan kuat tekan rata-rata perlu (f'cr) = 36 Mpa
Kuat tekan rata-rata perlu diperoleh dengan rumus :
f'cr = f'c m
27,5 8,5
36 Mpa
5. Menentukan jenis semen : Semen portland type I
6. Menentukan jenis agregat kasar atau agregat halus

Jenis agregat kasar : pecahan batu


Jenis agregat halus: pasir alami

7. Menentukan nilai faktor air semen


a. Faktor air semen ditetapkan dengan cara yang tercantum dalam Lampiran III
Berdasarkan gambar L-3.1. didapat fas = 0,44
b. Berdasar Tabel L-3.1 dan Gambar L-3.2 dari Tabel L-3-1.didapat Kuat tekan
beton umur 28 hari = 36 Mpa kemudian dimasukkan dalam Gambar L-3.2
diperoleh f.a.s = 0,51
c. Faktor air semen dari (a) dan (b) diambil nilai yang terkecil
8. Menentukan nilai slump = 100 mm 150 mm
Penentuan nilai slump dilakukan dengan cara seperti pada Lampiran V
9. Menentukan besar butir agregat maksimum = 20 mm 40 mm
Penentuan besar butir maksimum agregat berdasarkan hasil analisa
ayak atau dilakukan dengan cara seperti pada Lampiran VI

10. Menentukan kebutuhan air 185 kg/m


Jumlah air per meter beton , diperoleh berdasarkan Tabel L- 6.1,
dengan ketentuan :

38
* Ukuran maksimum butir agregat = 20 mm 40 mm
* Jenis agregat kasar : pecahan batu
* Jenis agregat halus : pasir alami
* Slump yang diinginkan = 100 mm 150 mm
Berdasarkan Tabel L-6.1 didapat :
Ah = 175
Ak = 205
A = 0.67 Ah + 0.33 Ak
= 184,9 ~ 185 kg/m
11. Menentukan jumlah semen portland 420,5 kg/m
Wsemen = (1/fas) x Wair
2,27 x 185
420,5 kg/m
12. Menentukan perbandingan berat agregat halus terhadap agregat campuran
Perbandingan berat agregat halus dan agregat kasar dihitung
berdasarkan grafik pada Gb.L7.1 atau Gb. L7.2 atau Gb. L7.3, dengan
ketentuan :
* Nilai slump yang diinginkan = 150
* Faktor air semen = 0.44 0,44
* Gradasi agregat halus ; zone 1 1
* Ukuran maksimum agragat kasar mm 40
Berdasarkan Tabel L-7.3 didapat prosentase agregat halus = 41 % 0,41
0,59
13. Menentukan berat jenis agregat campuran = 2,60 2,46
BJh = 2,7 2,32
BJk = 2,67 2,56
Bj camp= kh. bj.h /100 + kk. bj.k/100
keterangan :
berat jenis agregat alami = 2,7 2,32
berat jenis agregat pecahan = 2,67 2,56
kh = prosentase berat agregat halus terhadap agregat campuran
kk= prosentase berat agregat kasar terhadap agregat campuran
BJh = berat jenis agregat halus
BJk = berat jenis agregat kasar

39
14. Menentukan perkiraan berat beton
Perkiraan berat berat beton dihitung berdasarkan grafik Gb. L-8.1, dengan
ketentuan :
* Kebutuhan air per meter beton kg/m 185
* Berat jenis agregat campuran 2,46
Berdasarkan grafik Gb. L-8.1 didapat perkiraan berat beton 2425kg/m
2275
15. Menentukan berat agregat campuran = 1669,5 kg/m
W agr,cmp = Wbtn Wair W smn (kg)
1669,5 kg/m
16. Menentukan berat agregat halus yang diperlukan = 684,51 kg/m
W agr,h = Kh x W agr,cmp (kg)
17. Menentukan berat agregat kasar yang diperlukan = 985,0 kg/m
W agr,k = Kk x W agr,cmp (kg)
Kesimpulan :
Rencana Pembuatan Bahan yang Dibutuhkan
Agregat Agregat
Volume Berat Air Semen
Halus Kasar
1 m3 2425 185 420,5 684,5 985
1 adukan
untuk 3 36,2 2,9 6,7 10,9 15,7
silinder

1/4 x x D2 x t
= 5298,75 cm3
= 0,0053 m3

MARGIN (m)
Perhitungan nilai margin (m) dihitung dengan cara berikut :
1) Jika pelaksana mempunyai pengalaman lapangan, maka nilai tambah ditulis
berdasarkan nilai deviasi standar S (dari Lampiran I) dengan rumus berikut
(diambil yang terbesar)
m = 1.34 S
atau
m = 2.33 S - 3.5

40
2) Jika pelaksana mempunya tidak memiliki pengalaman lapangan, maka nilai
tambah diambil dari Tabel l.-2.1

Tabel L-2.1.1 Nilai tambah margin m jika pelaksana tidak mempunyai pengalaman

Fc yang diisyaratkan Nilai margin yang ditambahkan


Fc < 21 MPa 7 Mpa
21 35 8,5 MPa
Fc > 35 10 MPa

Penetapan Nilai Faktor Air Semen


Tabel L-3-1. Perkiraan Kuat tekan beton (MPa) dg Fas 0,50

41
Menentukan Nilai Slump

Perkiraaan Kebutuhan Air

42
Perbandingan Agregat Halus dan Kasar

Grafik Gb. L-8-1

43
Ada beberapa cara perancangan yang ada, yaitu :
Perancangan Menurut Road Note No. 4
Cara perancangan adukan beton menurut Road Note No. 4 disimpulkan
atas penelitian Glanville dan kawan-kawan yang ditekankan pada
pengaruh gradasi agregat terhadap kemudahan pengerjakan adukan beton.
Perancangan Menurut American Concrete Institute ( ACI )
The American Concrete Institute ( ACI ) menyarankan suatu cara
perancangan campuran yang memperhatikan nilai ekonomi, bahan yang
tersedia, kemudahan pengerjaan,keawetan serta kekuatan yang diinginkan.
Cara ACI ini melihat kenyataan bahwa pada ukuran maksimum agregat
tertentu, jumlah air per meter kubik adukan menentukan tingkat
konsistensi/kekentalan ( slump ) adukan itu.
Perancangan Menurut Cara Inggris
Perancangan adukan beton cara Inggris ( The British Mix Design Method )
ini tercantum dalam Design of Normal Concrete Mixes telah
menggantikan cara Road Note No. 4 sejak tahun 1975. Di Indonesia
cara ini dikenal dengan nama cara DOE ( Departement of Environment ).
Perencanaan dengan cara DOE ini dipakai sebagai standar perencanaan
oleh Departemen Pekerjaan Umum di Indonesia, dan dimuat dalam buku
standar No.SK.SNI.T-15-1990-03 dengan judul bukunya Tata Cara
Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal .
Campuran Cara Coba-Coba

44
Cara campuran ini mendasarkan pada percobaan untuk memperoleh
campuran dengan pori-pori yang minimum dan kepadatan yang minimum.
Agregat halus dalam jumlah tertentu ditaburkan untuk mengisi rongga-
rongga di antara butir-butir agregat kasar, dan sejumlah tertentu pasta
semen dipakai untuk mengisi rongga-rongga di antara butir-butir campuran
agregat tersebut. Proporsi antara agregat halus terhadap agregat kasar
ditetapkan dengan coba-coba, yaitu sampai diperoleh campuran yang
mempunyai berat satuan tertinggi.

Campuran agregat dengan cara ini menghasilkan proporsi agregat halus


yang optimu sehingga membutuhkan semen minimum per meter kubik
beton, dan juga mendapatkan harga beton termurah pada faktor air semen
dan slump yang banyak untuk mencapai kelecakan/konsistensi adukan
yang sama. Sebaliknya bila agregat halus lebih sedikit adukan menjadi
kasar dan memerlukan semen lebih banyak untuk menghaluskannya.
Cara Perancangan Campuran di Laboratorium
Cara ini merupakan kombinasi antara cara Road Note No. 4 dengan cara
campuran coba-coba. Pada cara ini untuk memperoleh proporsi berat
antara agregat kasar dan agregat halus yang optimum ( yang pada cara
coba-coba dilakukan dengan mengaburkan pasir ke dalam kerikil )
dilakukan dengan analisis gradasi. Dengan analisis gradasi diperoleh
gradasi agregat campuran yang sesuai dengan persyaratan Road Note No.
4, sehingga diperoleh gradasi agregat campuran yang lebih teliti.
Campuran Coba
Perlu dicatat bahwa setiap hasil htungan perencanaan adukan beton harus
dikontrol dengan uji coba berupa campuran percobaan ( trial mixes ) untuk
memastikan hasilnya. Hal ini dikarenakan bahan-bahan dasar beton sangat
variabel dan banyak dari sifat bahan tersebut tidak dapat diukur secara
benar. Jadi sebenarnya, hitungan perencanaan adukan tersebut hanyalah
hitungan awal yang berguna untuk membuat campuran percobaan, agar
hasil yang diperoleh dari campuran percobaan tidak menyimpang terlalu
jauh.

Dalam Draft Pedoman Beton 1989 pasal 4.3.3.2 dicantumkan bahwa


campuran coba yang mempunyai proporsi dan konsistensi yang diperlukan
untuk pekerjaan yang diusulkan harus dibuat paling sedikit sebanyak tiga

45
nilai faktor air semen yang berbeda atau tiga kandungan semen yang
berbeda. Setiap nilai faktor air semen atau kandungan semen harus dibuat
minimal tiga silinder uji. Silinder-silinder uji tersebut kemudian diuji pada
umur uji 28 hari atau umur uji lain yang ditetapkan untuk memperoleh
kuat tekan rata-rata. Dari hasil uji silinder tersebut kemudian dibuat grafik
yang menunjukkan hubungan antara nilai faktor air semen atau kandungan
semen dengan kuat tekan silinder betonnya sehingga dapat dicari secara
interpolasi nilai faktor air semen yang tepat.

CONTOH:
Misal dari hasil hitungan perencanaan adukan diperoleh sebagai berikut :
a. Kuat tekan rata-rata yang direncanakan : fc = 32 Mpa
b. Faktor air semen : 0,48
c. Jumlah semen per meter kubik beton : 365 kg

Dengan dasar hasil hitungan tersebut maka dibuat 3 adukan beton dengan
faktor air semen masing-masing ialah 0,44 ; 0,48 ; 0,52. Masing-masing
adukan dibuat tiga silinder beton yang diuji pada umur 28 hari.

9. Proses pembuatan beton dan pengendalian mutunya


Proses pembuatan beton melalui beberapa tahap seperti berikut ini :
1. Pengujian Bahan
2. Pengadukan/Pencampuran
Pengadukan beton dilakukan hingga homogen ( warna yang sama dan rata )
dan kelecakan yang cukup. Ada dua metode pengadukan atau pencampuran
beton yaitu :
Pengadukan dengan tangan
Pengadukan ini biasanya dilakukan apabila jumlah beton yang dibuat
hanya sedikit. Cara ini juga dilakukan apabila tidak ada mesin aduk beton,
atau tidak menginginkan adanya suara berisik yang ditimbulkan oleh
mesin.
Pada cara ini semen dan pasir mula-mula dicampur secara kering di atas
tempat yang rata, bersih, keras, dan tidak menyerap air. Pencampuran
secara kering ini dilakukan sampai warnanya sama. Campuran ini
kemudian dicampur dengan kerikil dan diaduk sampai rata. Alat
pencampur dapat berupa cangkul, cetok, maupun sekop. Kemudian di
tengah adukan tersebut dibuat lubang dan ditambahkan air sebanyak 75

46
persen dari air yang diperlukan, lalu diaduk dan ditambah kembali dengan
sisa air yaitu 25 persen dari air yang dibutuhkan, adukan ini diaduk hingga
homogen.
Pengadukan dengan mesin
Untuk pekerjaan-pekerjaan besar yang menggunakan beton dalam jumlah
yang banyak pengadukan dengan mesin dapat lebih murah dan hasil
betonnya lebih berkualitas. Beton yang pengadukannya menggunakan
mesin lebih homogen dan dapat dilakukan dengan faktor air semen yang
lebih sedikit daripada bila diaduk dengan tangan. Adapun cara pengadukan
dengan mesin sebagai berikut :
Nyalakan mesin dengan kecepatan yang tidak begitu cepat
Masukan sekitar 75 persen air yang akan digunakan untuk
campuran
Tambah kecepatan mesin agar kecepatannya sedikit lebih cepat
Kemudian masukkan semua bahan pembuatan beton ke dalam
mesin pengaduk ( molen ) secara bertahap dimulai dari bahan
dengan butiran terkecil.
Matikan mesin jika campuran beton sudah homogen.
3. Pengangkutan
Adukan beton yang dibuat dengan tangan maupun dengan mesin harus
diangkut ke tempat ke tempat penuangan sebelum semen berhidrasi dan
mengikat awal. Selama pengangkutan harus selalu dijaga agar tidak ada
bahan-bahan yang tumpah/keluar atau memisahkan diri dari campuran. Cara
pengangkutan adukan beton ini tergantung jumlah adukan yang dibuat dan
keadaan tempat penuangan. Pengangkutan adukan beton dapat dilakukan
dengan menempatkan di dalam ember, gerobak dorong, truk adukan beton,
ban berjalan atau pompa. Umumnya pada proyek-proyek skala kecil
pengadukan beton dilakukan di dekat dengan lokasi penuangan sehingga
pengangkutan hanya dilakukan dengan menggunakan ember atau gerobak
dorong. Sedangkan bila tempat pengadukan beton cukup jauh dari tempat
penuangannya, pengangkutan dilakukan dengan menggunakan truk aduk beton
( truck molen ). Biasanya karena waktu angkut yang diperlukan cukup lama
maka pada proses pengangkutan truk molen akan terus berputar, selain itu saat
pengadukan ditambahkan addmixture yang berfungsi memperlambat proses
pengikatan awal sehingga campuran belum mengeras dan belum mulai ikatan
saat sampai di tempat penuangan
4. Penuangan Adukan Beton

47
Di tempat penuangan beton harus segera dituangkan kemudian dipadatkan
sebelum semen dan air mulai bereaksi ( Pada umumnya semen mulai bereaksi
dengan air satu jam setelah pencampuran ).
Hal-hal berikut yang harus diperhatikan selama penuangan dan pemadatan
berlangsung,
5. Pemadatan
6. Perataan
7. Perawatan/Pengendalian Mutu
Perawatan beton ialah suatu pekerjaan menjaga agar permukaan beton segar
selalu lembab, sejak adukan beton dipadatkan sampai beton dianggap cukup
keras. Kelembaban permukaan beton itu harus dijaga untuk menjamin proses
hidrasi semen ( reaksi semen dan air ) berlangsung dengan sempurna. Bila hal
ini tidak dilakukan, akan terjadi beton yang kurang kuat, dan juga tiimbul
retak-retak. Selain itu, kelembaban permukaan tadi juga menambah beton
lebih tahan cuaca dan lebih kedap air.
Beberapa cara perawatan beton yang biasa dilakukan adalah :
a. Menaruh beton segar di dalam ruangan yang lembab ( cara ini dilakukan
untuk beton yang berbentuk kubus atau silinder / beton skala
laboratorium )
b. Menaruh beton segar di atas genangan air ( cara ini dilakukan untuk beton
yang berbentuk kubus atau silinder / beton skala laboratorium )
c. Menaruh beton segar di dalam air ( cara ini dilakukan untuk beton yang
berbentuk kubus atau silinder / beton skala laboratorium )
d. Menyelimuti permukaan beton dengan karung basah ( cara ini dilakukan
untuk beton segar yang dituang di lapangan / di proyek )
e. Menggenangi permukaan beton dengan air ( cara ini dilakukan untuk beton
segar yang dituang di lapangan / di proyek )
f. Menyirami permukaan beton secara berkala dan terus menerus ( cara ini
dilakukan untuk beton segar yang dituang di lapangan / di proyek )

Pada intinya, proses perawatan dan pengendalian mutu dilakukan untuk


menjaga agar tidak ada air yang berkurang atau menghilang dari beton saat proses
hidrasi.

10. Bahan tambah beton


Bahan tambah (admixture) adalah bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam
campuran beton pada saat atau selama percampuran berlangsung. Fungsi dari bahan
ini adalah untuk mengubah sifat-sifat dari beton agar menjadi lebih cocok untuk
pekerjaan tertentu, atau untuk menghemat biaya.
48
Admixture atau bahan tambah yang didefinisikan dalam Standard Definitions
of Terminology Relating to Concrete and Concrete Aggregates (ASTM C.125-
1995:61) dan dalam Cement and Concrete Terminology (ACI SP-19) adalah sebagai
material selain air, agregat dan semen hidrolik yang dicampurkan dalam beton atau
mortar yang ditambahkan sebelum atau selama pengadukan berlangsung.
Bahan tambah digunakan untuk memodifikasi sifat dan karakteristik dari
beton misalnya untuk dapat dengan mudah dikerjakan, mempercepat pengerasan,
menambah kuat tekan, penghematan, atau untuk tujuan lain seperti penghematan
energi. Bahan tambah biasanya diberikan dalam jumlah yang relatif sedikit, dan harus
dengan pengawasan yang ketat agar tidak berlebihan yang justru akan dapat
memperburuk sifat beton.
Di Indonesia bahan tambah telah banyak dipergunakan. Manfaat dari
penggunaan bahan tambah ini perlu dibuktikan dengan menggunakan bahan agregat
dan jenis semen yang sama dengan bahan yang akan dipakai di lapangan. Dalam hal
ini bahan yang dipakai sebagai bahan tambah harus memenuhi ketentuan yang
diberikan oleh SNI. Untuk bahan tambah yang merupakan bahan tambah kimia harus
memenuhi syarat yang diberikan dalam ASTM C.494, Standard Spesification for
Chemical Admixture for Concrete.

A. BAHAN TAMBAH KIMIA (ADMIXTURE)


Chemical admixture (ASTM C 494), yaitu bahan tambah cairan kimia yang
ditambahkan untuk mengendalikan waktu pengerasan (memperlambat atau
mempercepat), mereduksi kebutuhan air, menambah kemudahan pengerjaan
beton, meningkatkan nilai slump dan sebagainya.
Chemical Admixture:
Biasanya digunakan dalam jumlah yang sedikit pada campuran beton.
Tujuan penggunaannya adalah untuk memperbaiki sifat-sifat tertentu dari
campuran.
Penggunaan admixture harus mengikuti spesifikasi yang ditetapkan
produsennya. Trial Mix sebelum penggunaan sangat dianjurkan. Menurut
standar ASTM. C. 494 (1995: .254) dan Pedoman Beton 1989
SKBI.1.4.53.1989 (Ulasan Pedoman Beton 1989: 29), jenis bahan tambah
dibedakan menjadi tujun tipe bahan tambah, yaitu :
a) Tipe A Water-Reducing Admixtures
Water-Reducing Admixtures adalah bahan tambah yang mengurangi
air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan
konsistensi tertentu. Water-Reducing Admixtures digunakan antara lain

49
untuk dengan tidak mengurangi kadar air semen dan nilai slump untuk
memproduksi beton dengan nilai perbandingan atau rasio factor air
semen (wer) yang rendah. Bahan tambah yang berfungsi untuk
mengurangi penggunaan air pengaduk untuk menghasilkan beton
dengan konsistensi tertentu. Bahan tambah dengan fungsi water
reducing digunakan dengan tujuan utama sesuai kebutuhan, sebagai
berikut :
mengurangi kadar air (fas) dengan tidak mengurangi semen dan
slump
meningkatkan slump dengan tidak mengurangi semen dan
kadar air (fas) yang digunakan
mengurangi semen yang digunakan dengan tidak mengurangi
slump dan kadar air ( fas) -- harus memperhatikan ketentuan
pemakaian semen minimum sesuai peraturan
Bahan tambah ini pada umumnya mengurangi pemakaian air sebanyak
5% - 12% dari pemakaian pada desain mix beton normal. Penggunaan
bahan tambah ini harus memperhatikan pengaruhnya pada waktu ikat
(setting) beton segar yang pada umumnya akan menjadi lebih cepat
dari beton normal -- pelaksanaan finishing harus dipersiapkan dengan
baik supaya tidak terlambat dimulai dan diselesaikan. Dengan
menggunakan jenis bahan tambah ini akan dapat dicapai tiga hal, yaitu:
Hanya menambah/meningkatkan workability. Dengan
menambahkanWRA ke dalam beton maka dengan fas (kadar
air dan semen) yang sama akan didapatkan beton dengan nilai
slump yang lebih tinggi. Dengan slump yang lebih tinggi,
maka beton segar akan lebih mudah dituang, diaduk dan
dipadatkan. Karena jumlah semen dan air tidak dikurangi dan
workability meningkat maka akan diperoleh kekuatan tekan
beton keras yang lebih besar dibandingkan beton tanpa WRA.
Menambah kekuatan tekan beton. Dengan
mengurangi/memperkecil fas (jumlah air dikurangi, jumlah
semen tetap) dan menambahkan WRA pada beton segar akan
diperoleh beton dengan kekuatan yang lebih tinggi. Dari
beberapa hasil penelitian ternyata dengan fas yang lebih

50
rendah tetapi workability tinggi maka kuat tekan beton
meningkat.
Mengurangi biaya (ekonomis). Dengan menambahkan WRA
dan mengurangi jumlah semen serta air, maka akan diperoleh
beton yang memiliki workability sama dengan beton tanpa
WRA dan kekuatan tekannya juga sama dengan beton tanpa
WRA. Dengan demikian beton lebih ekonomis karena dengan
kekuatan yang sama dibutuhkan jumlah semen yang lebih
sedikit.
Bahan tambah pengurang air dapat berasal dari bahan organic
ataupun campuran anorganik untuk beton tanpa udara (non-air-
entrained) atau dengan udara dalam hal mengurangi kendungan air
campuran. Selain itu bahan tambah ini dapat digunakan untuk
memodifikasi waktu pengikatan beton atau mortar sebagai dampak
perubahan factor air semen.
Bahan tambah ini biasa disebut water reducer atau plasticizer.
Komposisi dari campuran bahan tambah ini diklasifikasikan secara
umum menjadi 5 kelas :
1) Asam lignosulfonic dan kandungan garam-garam.
2) Modifikasi dan turunan asam lignosulfonic dan kandungan
garam-garam.
3) Hydroxylated carboxylic acids dan kandungan garamnya.
4) Modifikasi hydroxylated carboxylic acids dan kandungan
garam-garamnya.
5) Materi lain seperti :
Materi inorganic seperti seng, garam-garam, barak,
pospat, klorida.
Asam amino dan turunannya.
Karbohidrat, polisakarin, dan gula asam.
Campuran polimer, seperti eter, turunan melamic,
neptan, silicon, hidrokarbon-sulfat.
Contoh produk plasticizer:
a. Plastiment NS
Produk ini dikeluarkan oleh Sika, dengan bahan dasar polimer
padat. Plastiment NS memenuhi standar ASTM C-494 Tipe A
dan AASHTO M-194 Tipe A. Plastiment NS direkomendasikan

51
untuk digunakan pada aplikasi beton kualitas tinggi dengan
peningkatan kuat tekan awal dan waktu ikatan normal. Produk
ini dapat mengurangi air sampai dengan 10% untuk
memperoleh beton yang mudah dikerjakan dengan kuat tekan
dan kuat lentur yang lebih tinggi. Dosis yang digunakan adalah
130 265 ml untuk tiap 100 kg semen.
b. Plastocrete 161W
Merupakan produk Sika dengan bahan polimer dan telah
memenuhi persyaratam ASTM C-494 Tipe A.
Direkomendasikan untuk digunakan pada beton kualitas tinggi
dengan workabilitas sangat baik dan waktu ikatan cepat.
Plastocrete 161W memberikan hasil yang optimal apabila
dikombinasikan dengan fly ash (abu terbang). Dosis yang
digunakan adalah 195 650 ml/100 kg semen.
c. Plastocrete 169
Produk Sika dengan tujuan ganda, yaitu sebagai reducer dan
retarder. Produk ini telah memenuhi syarat ASTM C-494 Tipe
A. Digunakan untuk beton normal dan memerlukan retarder.
Tujuan ganda Plastocrete 169 sebagai water reducer normal dan
set retarder memberikan fleksibilitas yang tinggi pada
penggunaannya dan dapat dikombinasikan untuk meningkatkan
kualitas maupun nilai ekonomis. Apabila digunakan untuk
reducer, digunakan dosis 261-391 ml/100 kg semen. Apabila
digunakan sebagai set retarder, dosis 390-520 ml/100 kg berat
semen.
d. Viscocrete 4100
Merupakan produk Sika yang digunakan sebagai high range
water reducer dan superplasticizer. Produk ini telah memenuhi
syarat ASTM C-494 Tipe A dan F. Bahan tambah ini dapat
digunakan dengan dosis rendah untuk mengurangi air antara
10-15% dan apabila digunakan dengan dosis tinggi mampu
mengurangi air hingga 40%. Produk ini dapat digunakan untuk
Self Compacting Concrete (SCC) karena dapat memberikan
workabilitas yang tinggi. Viscocrete 4100 tidak mengandung
formaldehid dan kalsium klorida serta tidak menyebabkan
korosi pada tulangan baja. Untuk tujuan umum dosis yang

52
direkomendasikan sebanyak 195-520 ml/100 kg semen.
Apabila diinginkan pengurangan air secara maksimum,
dosisnya dapat mencapai 780 ml/100 kg semen.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan bahan tambah ini
adalah air yang dibutuhkan, kandungan air, konsistensi, bleeding, dan
kehilangan air pada saat beton segar, laju pengerasan, kekuatan tekan,
dan lentur, ketahanan terhadap perubahan volume, susut pada saat
pengeringan. Berdasarkan hal tersebut, menjadi hal penting untuk
melakukan pengujian sebelum pelaksanaan pencampuran terhadap
bahan tambah tersebut.
Pengaruhnya pada beton:
1. Kekuatan Tekan: Tegangan tekan beton bertambah karena
adanya pengurangan air, hal ini dikarenakan faktor a/s (air
semen) berkurang. Penambahan kekuatan diperkirakan 10%.
2. Setting Time: Dengan adanya water reducing admixture, setting
time dari campuran beton tidak berubah.
3. Workability: Bila tidak ada perubahan faktor air semen (a/s),
water reducing menambah workability beton. Untuk
slump awal 25-75 mm dapat ditambah dengan 50-60 mm.
4. Loss Slump: Tingkat kecepatan penurunan slump beton yang
berisi air water reducing admixture umumnya sama atau lebih
besar dari beton biasa. Dimana bila digunakan water reducing
admixture (WRA) akan menambah workability dan waktu
pencampuran.
5. Air Entrainment: Dengan bahan dasar Lignosulphonate
cenderung meningkatkan jumlah kadar udara tapi tidak
melampaui 2%. Bahan dasar Salt hydroxy carboxylic dan
Polysacharides tidak menambah kadar udara dan bahkan sering
mengurangi kadar udara.
6. Panas Hidrasi: Panas hidrasi tidak terpengaruh dengan adanya
penggunaan WRA.
7. Perubahan Bentuk: Perubahan bentuk (volume change) tidak
terpengaruh dengan adanya WRA.
8. Durability: Durabilitas tidak terpengaruh dengan adanya WRA
kecuali airnya dikurangi yang menyebabkan beton lebih padat
dan impermeabel.

53
b) Tipe B Retarding Admixtures
Retarding Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi untuk
menghambat waktu pengikatan beton. Penggunaanya untuk menunda
waktupengikatan beton (setting time) misalnya karen kondisi cuaca
yang panas, atau memperpanjang waktu untuk pemadatan untuk
menghindari cold jointsdan menghindari dampak penurunan saat
beton segar pada saat pengecoran dilaksanakan. Bahan tambah dengan
fungsi retarding digunakan dengan tujuan utama menunda waktu initial
dan final setting dari adukan beton segar, dan mempertahankan
workability beton pada cuaca panas, pada umumnya digunakan jika :
pelaksanaan pengecoran mempunyai tingkat kesulitan cukup
tinggi sehingga memerlukan waktu pelaksanaan yang lebih
lama dari waktu setting beton normal.
lokasi batching plant yang cukup jauh
kondisi lalu lintas yang dilalui oleh mobile mixer tidak lancar
pengecoran dengan kondisi cuaca panas yang berpotensi
mengakibatkan kehilangan kelembaban lebih cepat
proses finishing yang memerlukan waktu yang lebih lama
sehingga waktu setting beton yang lebih lama diperlukan
Penggunaan bahan tambah ini harus memperhatikan waktu penutupan
permukaan beton (sealing dan troweling) tidak boleh terburu-buru
karena proses initial setting dan bleeding yang lebih lambat dari beton
normal, supaya memastikan proses bleeding sudah sepenuhnya selesai
sebelum dilakukan penutupan permukaan beton (sealing dan
trowelling).
Efek dari penggunaan retarding admixture yang perlu diwaspadai,
antara lain :
beberapa retarder mempunyai sifat menimbulkan gelembung
udara dalam beton.
beberapa retarder menyebabkan kehilangan slump yang lebih
cepat walaupun menyebabkan waktu setting yang lebih lambat
memperbesar resiko susut pengeringan dan rangkak yang lebih
tinggi c.

54
c) Tipe C Accelerating Admixtures
Accelerating Admixtures adalah bahan tambah yang berfunsi untuk
mempercepat pengikatan dan pengembangan kekuatan awal beton.
Bahan ini digunkan untuk mengurangi lamanya waktu pengeringan
(hidrasi), dan mempercepat pencapaian kekuatan beton. Bahan tambah
dengan fungsi accelerating digunakan dengan tujuan utama
mendapatkan kekuatan awal yang lebih tinggi pada beton yang
dikerjakan, misalkan jika elemen struktur beton yang diperlukan untuk
segera dibebani oleh pekerjaan berikutnya dalam kaitan dengan waktu
pelaksanaan yang ketat. Penggunaan bahan tambah ini harus
memperhatikan kadar ion klorida terlarut dalam beton keras yang
disyaratkan, tidak boleh terlewati -- karena beresiko menimbulkan
korosi pada besi atau baja tulangan. Penggunaan bahan tambah ini
harus memperhatikan dengan seksama waktu setting yang lebih cepat
dan curing yang dilakukan harus sesempurna mungkin untuk mencapai
kekuatan awal yang diinginkan lebih tinggi.
Secara umum, kelompok bahan tambah ini dibagi menjadi tiga:
1) Larutan garam organic
2) Larutan campuran organic
3) Material miscellaneous
Yang termasuk jenis accelerator adalah : kalsium klorida, bromide,
karbonat dan silikat. Pada daerah-daerah yang menyebabkan korosi
tinggi tidak dianjurkan menggunakan accelerator jenis kalsium klorida.
Dosis maksimum yang dapat ditambahkan pada beton adalah sebesar 2
% dari berat semen. Admixture yang mempercepat proses pengerasan
atau pertumbuhan kekuatan pada umur dini dari beton. Admixture ini
sebenarnya tidak mempunyai efek tertentu terhadap setting time sekali
pun demikian, dalam praktek, setting time juga berkurang. Yang biasa
digunakan sebagai accelerator : Calcium Chlorida (CaCl 2 ) CaCl 2
mungkin bertindak sebagai katalisator di dalam proses hidrasi C3S dan
C 2 S atau berfungsi sebagai pereduksi sifat alkalinitas dari larutan
sehingga mempercepat hidrasi silikat. Dengan menggunakan CaCl 2
proses hidrasi C 3A diperlambat , tetapi proses hidrasi normal dari
semen tidak berubah. CaCl 2 dapat ditambahkan untuk digunakan

55
bersama semen tipe III (rapid hardening) dan juga semen
biasa/Ordinary Portland Cement (tipe I). CaCl 2 tidak boleh digunakan
dengan semen yang mempunyai kandungan alumina yang tinggi.
Jumlah CaCl 2 yang ditambahkan pada campuran harus dikontrol
secara hati-hati. Asumsi : Penambahan 1 % CaCl 2 (terhadap massa
semen) mempengaruhi kecepatan pengerasan seperti kenaikan
temperatur sebesar 6 C. Penambahan 1- 2% CaCl 2 umumnya cukup.
CaCl 2 harus terdistribusi secara seragam pada campuran di larutkan
pada air pencampur. Pengaruh CaCl 2 menurunkan daya tahan
terhadap serangan sulfat terutama untuk campuran kurus (lean mix)
dan meningkatkan resiko reaksi alkali. agregat bagi agregat yang
reaktif. Kemungkinan korosi tulangan pada beton bertulang menjadi
besar dengan adanya ion chlorida Cl pada campuran. Accelerator yang
tidak mempunyai resiko ini: Calcium formate

d) Tipe D Water Reducing and Retarding Admixtures


Water Reducing and Retarding Admixtures adalah bahan tambah yang
berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur yang
diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu dan
menghambat pengikatan awal. Jenis bahan tambah yang berfungsi
ganda yaitu untuk mengurangi jumlah air pengaduk yang diperlukan
pada beton tetapi tetap memperoleh adukan dengan konsistensi tertentu
sekaligus memperlambat proses pengikatan awal dan pengerasan
beton. Dengan menambahkan bahan ini ke dalam beton, maka jumlah
semen dapat dikurangi sebanding dengan jumlah air yang dikurangi.
Bahan ini berbentuk cair sehingga dalam perencanaan jumlah air
pengaduk beton, maka berat admixture ini harus ditambahkan sebagai
berat air total pada beton.

e) Tipe E Water Reducing and Accelerating Admixtures


Water Reducing and Accelerating Admixtures adalah bahan tambah
yang berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur yang
diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu dan
menghambat pengikatan awal. Jenis bahan tambah yang berfungsi
ganda yaitu untuk mengurangi jumlah air pengaduk yang diperlukan

56
pada beton tetapi tetap memperoleh adukan dengan konsistensi tertentu
sekaligus mempercepat proses pengikatan awal dan pengerasan beton.
Beton yang ditambah dengan bahan tambah jenis ini akan dihasilkan
beton dengan waktu pengikatan yang cepat serta kadar air yang rendah
tetapi tetap workable. Dengan menggunakan bahan ini diinginkan
beton yang mempunyai kuat tekan tinggi dengan waktu pengikatan
yang lebih cepat (beton mempunyai kekuatan awal yang tinggi). Bahan
kimia tambahan berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi air dan
mempercepat proses ikatan. Pengaruhnya pada beton:
1) Kekuatan. Pada saat accelerator mencapai peningkatan
kekuatan awal beton, pengaruh kekuatan beton dapat
diabaikan. Jika bahan water reducing dicampur accelerator,
keuntungan kekuatan jangka panjang akan diapat berhubungan
langsung dengan penurunan rasio air-semen (a/s).
2) Setting Time.Setting time beton yang mengandung accelerator
lebih pendek daripada beton biasa yang tidak mengandung
accelerator. Pengaruh kalsium klorida pada setting time lebih
besar daripada kalsium format.
3) Workability. Baik kalsium klorida dan kalsium format
memberikan sedikit peningkatan dalam workabilitas.
Peningkatan yang lebih besar dalam workabilitas dapat
diperoleh dengan kombinasi accelerator dengan bahan water
reducing.
4) Air Entrainment . Hampir semua accelerator tidak mengandung
derajat air entrainment.
5) Bleeding . Admixture accelerator tidak mempengaruhi
bleeding.
6) Panas Hidrasi. Accelerator meningkatkan tingkatan panas yang
dihasilkan dan memberikan kenaikan temperature yang lebih
besar daripada campuran bahan biasa. Total panas hidrasi tidak
mempengaruhi.
7) Perubahan Volume. Kalsium klorida meningkatkan
creepmaupun drying shrinkage. Kalsium format meningkatkan
drying shrinkage tetapi data yang ada menunjukkan ada sedikit
pengaruh pada creep.

57
8) Durability. Kalsium klorida mempunyai kemampuan
memecahkan pasivity alamiah yang diberikan beton dengan
menggunakan semen portland, dengan demikian akan
memperbesar korosi pada baja atau logam tertanam.
Bahan tambah dengan fungsi water reducing + retarding digunakan
dengan tujuan utama untuk menambah kekuatan beton karakteristik
jangka panjang. Penggunaan bahan tambah ini pada umumnya tidak
mengubah kadar semen dan komposisi agregat yang digunakan pada
desain mix untuk beton normal yang direncanakan.

f) Tipe F Water Reducing High Range Admixtures


Water Reducing High Range Admixtures adalah bahan tambah yang
berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan
untuk menghasilkan beton dengan kondisi tertentu, sebanyak 12%
atau lebih. Bahan tambah dengan fungsi HRWR digunakan untuk
mendapatkan tingkat konsistensi yang diinginkan atau ditetapkan
spesifikasi dengan mengurangi berat air sebesar 12% atau lebih
(sampai 40%). Tujuan dan penggunaannya sama dengan bahan tambah
tipe A dengan pengurangan berat air > 12%. HRWR atau bahan tambah
tipe F pada umumnya diaplikasikan atau dicampurkan di lokasi
pengececoran. Dengan menmbahkan bahan ini ke dalam beton,
diinginkan untuk mengurangi jumlah air pengaduk dalam jumlah yang
cukup tinggi sehingga diharapkan kekuatan beton yang dihasilkan
tinggi dengan jumlah air sedikit, tetapi tingkat kemudahan pekerjaan
(workability beton) juga lebih tinggi. Bahan tambah jenis ini berupa
superplasticizer. Yang termasuk jenis superplasticizer adalah : kondensi
sulfonat melamine formaldehyde dengan kandungan klorida sebesar
0,005 %, sulfonat nafthalin formaldehyde, modifikasi lignosulphonat
tanpa kandungan klorida. Jenis bahan ini dapat mengurangi jumlah air
pada campuran beton dan meningkatkan slump beton sampai 208 mm.
Dosis yang dianjurkan adalah 1 % - 2 % dari berat
semen.Superplasticizer adalah zat-zat polymer organik yang dapat
larut dalam air yang telah dipersatukan dengan menggunakan proses
polymerisasi yang komplek untuk menghasilkan molekul-molekul

58
panjang dari massa molecular yang tinggi. Molekul-molekul panjang
ini akan membungkus diri mengelilingi partikel semen dan
memberikan pengaruh negatif yang tinggi sehingga antar partikel
semen akan saling menjauh dan menolak. Hal ini akan menimbulkan
pendispersian partikel semen sehingga mengakibatkan keenceran
adukan dan meningkatkan workabilitas. Perbaikan workabilitas ini
dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan beton dengan workability
yang tinggi atau menghasilkan beton dengan kuat tekan yang tinggi.
Bahan ini merupakan sarana untuk menghasilkan beton mengalir tanpa
terjadi pemisahan (segregasi/bleeding ) yang umumnya terjadi pada
beton dengan jumlah air yang besar, maka bahan ini berguna untuk
pencetakan beton di tempat-tempat yang sulit seperti tempat pada
penulangan yang rapat. Superplasticizer dapat memperbaiki
workabilitas namun tidak terpengaruh besar dalam meningkatkan kuat
tekan beton untuk faktor air semen yang diberikan. Namun kegunaan
superplasticizer untuk beton mutu tinggi secara umum sangat
berhubungan dengan pengurangan jumlah air dalam campuran beton.
Pengurangan ini tergantung dari kandungan air yang digunakan, dosis
dan tipe dari superplasticizer yang dipakai. (L.J. Parrot, 1998).
Superplasticizer tidak akan menjadikan encer semua campuran beton
dengan sempurna, oleh karenanya campuran harus direncanakan untuk
disesuaikan. Untuk meningkatkan workability campuran beton,
penggunaan dosis superplasticizer secara normal berkisar antara 1-3
liter tiap 1 meter kubik beton. Larutan superplasticizer terdiri dari 40%
material aktif. Ketika superplasticizer digunakan untuk mengurangi
jumlah air, dosis yang digunakan adalah lebih besar, 5 sampai 20 liter
tiap 1 meter kubik beton. (Neville, 1995) Menurut (Edward G Nawy,
1996).
Superplasticizer dibedakan menjadi 4 jenis:
1. Koondensasi sulfonat melamin formaldehyde (SMF) dengan
kandungan klorida sebesar 0,005%.
2. Sulfonat nafthalin formaldehid (SNF) dengan kandungan
klorida yang dapat diabaikan.
3. Modifikasi lignosulfonat tanpa kandungan klorida.
4. Carboxyl acrylic ester copolymer.

59
Keempat jenis bahan tambahan ini terbuat dari sulfonat organik dan
disebut superplasticizer karena bahan ini dapat mengurangi air pada
campuran beton sementara slump beton bertambah sampai 8 in (208
mm) atau lebih. Bahan-bahan
ini digunakan untuk menghasilkan beton mengalir tanpa terjadinya
pemisahan
yang tidak diinginkan dan umumnya terjadi pada beton dengan jumlah
air yang
besar untuk meningkatkan kekuatan beton, karena memungkinkan
pengurangan kadar air guna mempertahankan workabilitas yang sama.
Jenis SMF dan SNF yang disebut garam sulfonik lebih sering
digunakan karena lebih efektif dalam mendispersikan butiran semen,
juga mengandung unsur-unsur yang memperlambat pengerasan.

g) Tipe G Water Reducing, High Range Retarding Admixtures


Water Reducing, High Range Retarding admixtures adalah bahan
tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang
diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu,
sebanyak 12 % atau lebih sekaligus menghambat pengikatan dan
pengerasan beton. Bahan ini merupakan gabungan superplasticizer
dengan memperlambat waktu ikat beton. Digunakan apabila pekerjaan
sempit karena keterbatasan sumberdaya dan ruang kerja. Bahan
tambah dengan fungsi HRWR + retarding digunakan untuk
mendapatkan efek serupa dengan bahan tambah tipe D dengan
pengurangan berat air yang digunakan sebesar 12% atau lebih (sampai
40%). Tujuan dan penggunaannya sama dengan bahan tambah tipe D.
Pencampuran bahan tambah tipe G dapat dilakukan di batcing plant
atau di lokasi proyek. Beberapa jenis superplasticizer mempunyai
klasifikasi sebagai bahan tambah tipe G.

Tujuan Penggunaan Bahan Tambah (admixture) untuk campuran beton


Berdasarkan tujuan yang diharapkan terdapat beberapa tujuan
pengunaan zat kimia diantaranya yaitu:

60
a) Water Reduction. (Zat Kimia untuk mengurangi penggunaan air pada
beton) hal ini dimaksudkan agar diperoleh adukan dengan nilai fas
yang tetap dengan kekentalan yang sama atau dengan fas tetap, tapi
didapatkan adukan beton yang lebih encer. Hal ini dimaksudkan agar
diperoleh kuat tekan yang lebih tinggi, engan tidak mengurangi
kekentalannya, atau diperoleh beton dengan kuat tekan yang sama, tapi
adukan dibuat menjadi lebih encer agar lebih memudahkan dalam
penuangan.
b) Redater (Zat kimia untuk memperlambat proses ikatan campuran
beton) Biasanya diperlukan untuk beton yang tidak dibuat dilokasi
penuangan beton. Proses pengikatan campuran beton sekitar 1 jam.
Sehingga apabila sejak beton dicampur sampai penuangan memerlukan
waktu lebih dari 1 jam, maka perlu ditambahkan zat kimia ini. Zat
tambahan ini berupa gula, sucrose, sodium glukonate, glucose, citric
acis, dan tartaric acid.
c) Accelerators (zat kimia untk mempercepat ikatan dan pengerasa
campuran beton) Diperlukan untuk mempercepat proses pengerjaan
konstruksi beton, pencampuran beton dilakukan di tempat atau dekat
dengan penuangannya. Zat tambahan yang diperlukan adlah CaCl2,
Ca(NO3)2 dan NaNO3. Namun demikian lebih dianjurkan
menggunakan yang nitrat, karena penggunaan khlorida dapat
mempercepat terjadinya karat pada penulangan. Pada kenyataan di
lapangan terkadang diperlukan kondisi kombinasi dari ketiga perilaku
penambahan zat kimia tersebut yaitu untuk mengurangi penggunaan air
dan memperlambat proses ikatan campuran beton, atau untuk
menguarangi air dan mempercepat waktu pengikatan serta pengerasan
campuran beton.
B. BAHAN TAMBAH MINERAL (ADDITIVE)
Jenis bahan tambah mineral (additive) yang ditambahkan pada beton dimaksudkan
untuk meningkatkan kinerja kuat tekan beton dan lebih bersifat penyemenan. Beton
yang kekuarangan butiran halus dalam agregat menjadi tidak kohesif dan mudah
bleeding. Untuk mengatasi kondisi ini biasanya ditambahkan bahan tambah
additive yang berbentuk butiran padat yang halus. Penambahan additive biasanya
dilakukan pada beton kurus, dimana betonnya kekurangan agregat halus dan beton

61
dengan kadar semen yang biasa tetapi perlu dipompa pada jarak yang jauh. Yang
termasuk jenis additive adalah : pozzollan, fly ash, slag dan silica fume.
Adapun keuntungan penggunaan additive adalah (Mulyono T, 2003) :
Memperbaiki workability beton
Mengurangi panas hidrasi
Mengurangi biaya pekerjaan beton
Mempertinggi daya tahan terhadap serangan sulfat
Mempertinggi daya tahan terhadap serangan reaksi alkali-silika
Menambah keawetan (durabilitas) beton
Meningkatkan kuat tekan beton
Meningkatkan usia pakai beton
Mengurangi penyusutan
Membuat beton lebih kedap air (porositas dan daya serap air pada beton
rendah)

Pengaruh Bahan Tambah Mineral Pembantu


Bahan mineral pembantu saat ini banyak ditambahkan ke dalam campuran beton
dengan berbagai tujuan, antara lain untuk mengurangi pemakaian semen, mengurangi
temperatur akibat reaksi hidrasi, mengurangi atau menambah kelecakan beton segar.
Cara pemakaiannya pun berbeda-beda, sebagai bahan pengganti sebagian semen atau
sebagai tambahan pada campuran untuk mengurangi pemakaian agregat. Pembuatan
beton dengan menggunakan bahan tambah akan memberikan kualitas beton yang baik
apabila pemilihan kualitas bahannya baik, komposisi campurannya sesuai dan metode
pelaksanaan pengecoran, pemeliharaan serta perawatannya baik. Bahan tambahan
mineral ini merupakan bahan padat yang dihaluskan yang ditambahkan untuk
memperbaiki sifat beton agar beton mudah dikerjakan dan kekuatan serta
keawetannya meningkat.
Chemical Admixture (Additive) :
Bahan-bahan admixture yang dapat larut dalam air digolongkan sebagai chemical
admixture
Mineral Admixture :
Bahan-bahan admixture yang tidak dapat larut dalam air digolongkan sebagai mineral
admixture.
Ada 4 jenis bahan additive, yaitu:
1. Air-Entraining (AEA)
Penerapan :
Untuk meningkatkan ketahanan beku/cair

62
Untuk meningkatkan workabilitas
Pengaruh :
Menghasilkan butiran-butiran udara kecil yang banyak dalam beton
Keterangan :
Efisiensi semakin berkurang seiring dengan meningkatnya suhu, kadar semen
tinggi dan kehadiran fly ash

2. Water-Reducing
Penerapan :
Untuk meningkatkan workabilitas
Untuk meningkatkan kekuatan pada tingkat workabilitas yang sama
Untuk memperbaiki sifat beton yang menggunakan agregat bergradasi
jelek
Pengaruh :
Memisahkan partikel-partikel semen dan meningkatkan fluiditas beton
Mengurangi kebutuhan air pencampur
Dapat mempengaruhi waktu setting beton
Keterangan:
Kandungan klorida harus dibatasi, overdosis lignosulphonates dapat
menyebabkan penundaan pengerasan yang berlarut-larut. Selanjutnya hal ini
dapat mempengaruhi kekuatan dan porositas beton.

3. High Range water Reducer Superplasticizers (HRWR)


Penerapan :
Untuk memfasilitasi penempatan dan pemadatan (contoh pada elemen
beton bertulang yang ditulangi dalam jumlah banyak)
Untuk meningkatkan kekuatan
Untuk menghasilkan bentuk permukaan yang berkualitas tinggi
Untuk memfasilitasi pumping
Pengaruh :
Meningkatkan fluiditas beton dengan pengaruh yang kecil pada waktu
setting
Keterangan :
Kecocokan dengan zat tambahan lain dalam campuran harus diperiksa,
penambahan kembali air pada beton lebih dari sekali untuk mengembalikan
slump dapat menyebabkan reduksi kekuatan ultimate.

63
4. Permeability Reducing
Penerapan :
Untuk mengurangi perpindahan uap air
Pengaruh :
Mengisi pori-pori dengan bahan-bahan yang reaktif, atau bahan
penolak air (water-repellent)
Keterangan :
Tidak akan mengubah beton kualitas rendah menjadi beton kedap air.
Pengurangan permeabilitas disebabkan oleh meningkatnya workabilitas dan
pengerjaan yang lebih baik.

Sebenarnya masih ada tipe additive-additive lain, tapi pemanfaatannya


sendiri untuk industri readymix di Indonesia belum maksimal. Additive-
additive tersebut yaitu:
a) VMA (viscosity-modifying admixtures)
b) SRA (shrinkage reducing admixture)
c) AWA (anti washout agent)

Tipe-tipe Mineral Admixture yaitu:


1. Material cementitious Dapat bereaksi langsung dengan air. Bahan ini
mengandung silikat dan kalsium aluminosilikat. Contoh: Blast Furnace
Slag, yaitu bahan buangan industri baja yang menggunakan tanur pijar.
2. Material pozzolanic Material yang dapat bereaksi dengan kapur bebas
(Ca(OH)2) plus air. Komposisinya didominasi oleh siliceous dan
aluminous. Contoh: Abu Terbang kelas F, yaitu sisa buangan Industri
Pembangkit Listrik yang menggunakan batubara jenis bituminous atau
anthracite. Selain itu, silica fume (hasil sampingan produksi elemen
silicon), juga bahan pozzolanic. Komposisinya didominasi oleh unsur
amorphous silica.
3. Material pozzolanic dan cementitious Material ini dapat bereaksi
dengan air saja atau dengan kapur bebas (Ca(OH)2) plus air.
Komposisinya didominasi oleh siliceous, aluminous dan kapur.
Contoh: Abu Terbang kelas C, yaitu sisa buangan Industri PLTU yang
menggunakan barubara jenis lignite atau subbituminous.

64
4. Material inert Material ini tidak bereaksi secara kimiawi dengan unsur-
unsur semen. Contoh: bahan buangan pabrik batu marmer, bahan
kuarsa yang sudah dihaluskan dan lain-lain.
Jenis-Jenis bahan tambah mineral adalah :
1. Pozzolan
Yang termasuk dalam Mineral Admixture adalah Pozzolan. Pozzolan :
Adalah bahan yang mengandung senyawa silica dan Alumina dimana
bahan pozzolan itu sendiri tidak mempunyai sifat seperti semen, akan
tetapi dengan bentuknya yang halus dan dengan adanya air, maka
senyawa-senyawa tersebut akan bereaksi secara kimiawi dengan
Kalsium hidroksida (senyawa hasil reaksi antara semen dan air) pada
suhu kamar membentuk senyawa Kalsium Aluminat hidrat yang
mempunyai sifat seperti semen.
Bahan Pozzolan terbagi 2 yaitu :
a) Pozzolan Alam (Natural) : Tufa, abu vulkanis dan tanah
Diatomae. Di Indonesia Pozzolan alam dikenal dengan nama
TRASS.
b) Pozzolan Buatan (sintetis) : yang termasuk dalam jenis ini
adalah hasil pembakaran tanah liat dan hasil pembakaran batu
bara (Fly Ash)
Mineral pembantu yang digunakan umumnya mempunyai komponen
aktif yang bersifat pozzolanik (disebut juga mineral pozzolan).
Pozzolan adalah bahan alam atau buatan yang sebagaian besar terdiri
dari unsur-unsur silikat dan aluminat yang reaktif (Persyaratan Umum
Bahan Bangunan di Indonesia, PUBI-1982). Pozzolan sendiri tidak
memiliki sifat semen, tetapi dalam keadaan halus (lolos ayakan 0,21
mm) bereaksi dengan air dan kapur padam pada suhu normal 24-27oC
menjadi suatu massa padat yang tidak larut dalam air. Pozzolan dapat
dipakai sebagai bahan tambah atau pengganti sebagai semen portland.
Bila pozzolan dipakai sebagai bahan tambah akan menjadikan beton
lebih mudah diaduk, lebih rapat air, dan lebih tahan terhadap serangan
kimia. Beberapa pozzolan dapat mengurangi pemuaian akibat proses
reaksi alkali-agregat (reaksi alkali dalam semen dengan silika dalam
agregat), dengan demikian mengurangi retak-retak beton akibat reaksi
tersebut. Pada pembuatan beton massa pemakaian pozzolan sangat

65
menguntungkan karena menghemat semen, dan mengurangi panas
hidrasi (Kardiyono, 1996) Berlawanan dengan reaksi hidrasi dari
semen dengan air yang berlangsung cepat dan kemudian membentuk
gel kalsium silikat hidrat dan kalsium hidroksida, reaksi pozzolanik ini
berlangsung dengan lambat sehingga pengaruhnya lebih kepada
kekuatan akhir dari beton. Panas hidrasi yang dihasilkan juga jauh
lebih kecil daripada semen portland sehingga efektif untuk pengecoran
pada cuaca panas atau beton masif. Material pozzolan dapat berupa
material yang sudah terjadi secara alami ataupun yang didapat dari sisa
industri. Masing-masing mempunyai komponen aktif yang berbeda.
komponen aktif mineral pembantu yang berasal dari material alami dan
material sisa proses industri. Umumnya material pozzolan ini lebih
murah daripada semen portland sehingga biasanya digunakan sebagai
pengganti sebagian semen. Persentase maksimum pengantian ini harus
diperhatikan karena dapat menyebabkan penurunan kekuatan beton.
Kebutuhan air pada beton dapat meningkat untuk kelecakan yang sama
karena ukuran partikel meterial pozzolan yang halus. Namun bentuk
partikel material ini akan mempengaruhi kebutuhan akan airnya.
Dengan semakin banyaknya pemakaian beton di dalam industri
konstrukstermasuk jalan beton maka semakin banyak pula usaha
untuk membuatnya semakin canggih dan semakin ekonomis. Namun,
seiring meningkatnya industri beton juga berdampak pada lingkungan
karena meningkatnya pemakaian energi untuk produksi beton. Mineral
pada campuran beton biasanya berupa pozzolan dan material lain
pengganti agregat, seperti agregat ringa dan berat, serat. Pozzolan
merupakan bahan alami atau buatan yang mempunyai sifat pozzolanik
dengan unsure silika dan aluminat yang aktif. Silika dan aluminat aktif
ini akan bereaksi dengan kapur bebas, yang merupakan sisa reaksi
hidrasi air dengan semen, untuk menjadi tubermoritelagi yang sama
dengan hasil hidrasi air dengan semen sebelumnya, sehingga akan
meningkatkan kuat tekan beton.

66
2. Fly Ash (Abu Batu Bara)
Abu terbang (fly ash) dan abu dasar (bottom ash) merupakan limbah
padat yang dihasilkan dari pembakaran batubara pada pembangkit
tenaga listrik. Limbah padat ini terdapat dalam jumlah yang cukup
besar. Jumlah tersebut cukup besar, sehingga memerlukan pengelolaan
agar tidak menimbulkan masalah lingkungan, seperti pencemaran
udara, perairan dan penurunan kualitas ekosistem. Salah satu
penanganan lingkungan yang dapat diterapkan adalah memanfaatkan
limbah tersebut untuk keperluan bahan bangunan seperti batako dan
paving blok serta pembenah lahan pertanian. Namun, hasil
pemanfaatan tersebut belum dapat dimasyarakatkan, karena
berdasarkan PP No. 85 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun, abu terbang dan abu dasar dikategorikan
sebagai limbah B3 karena terdapat kandungan oksida logam berat yang
akan mengalami pelindian secara alami dan mencemari lingkungan.
Pada ASTM C.618 ditetapkan 2 jenis Fly ash yaitu Fly ash Kelas F dan
Fly ash kelas C, perbedaan utama diantara dua jenis fly ash ini adalah
jumlah kalsium,Silika, Alumina dan kadar Besi, sifat kimia dari fly ash
tersebut sangat dipengaruhi oleh kandungan kimia dari batubara
dibakar (yaitu, antrasit, bituminous, dan lignit). Fly-ash atau abu
terbang yang merupakan sisa-sisa pembakaran batu bara, yang

67
dialirkan dari ruang pembakaran melalui ketel berupa semburan asap,
yang telah digunakan sebagai bahan campuran pada beton. Fly-ash
atau abu terbang di kenal di Inggris sebagai serbuk abu pembakaran.
Abu terbang sendiri tidak memiliki kemampuan mengikat seperti
halnya semen. Tetapi dengan kehadiran air dan ukuran partikelnya
yang halus, oksida silika yang dikandung oleh abu terbang akan
bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida yang terbentuk dari
proses hidrasi semen dan menghasilkan zat yang memiliki kemampuan
mengikat. Menurut ACI Committee 226 dijelaskan bahwa, fly-ash
mempunyai butiran yang cukup halus, yaitu lolos ayakan N0. 325 (45
mili mikron) 5-27%, dengan spesific gravity antara 2,15-2,8 dan
berwarna abu-abu kehitaman. Sifat proses pozzolanic dari fly-ash
mirip dengan bahan pozzolan lainnya. Menurut ASTM C.618 (ASTM,
1995:304) abu terbang (fly-ash) didefinisikan sebagai butiran halus
residu pembakaran batubara atau bubuk batubara. Fly-ash dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu abu terbang yang normal yang dihasilkan
dari pembakaran batubara antrasit atau batubara bitomius dan abu
terbang kelas C yang dihasilkan dari batubara jenis lignite atau
subbitumes. Abu terbang kelas C kemungkinan mengandung zat kimia
SiO2 sampai dengan dengan 70%. Tingkat pemanfaatan abu terbang
dalam produksi semen saat ini masih tergolong amat rendah. Cina
memanfaatkan sekitar 15 persen, India kurang dari lima persen, untuk
memanfaatkan abu terbang dalam pembuatan beton. Abu terbang ini
sendiri, kalau tidak dimanfaatkan juga bisa menjadi ancaman bagi
lingkungan. Karenanya dapat dikatakan, pemanfaatan abu terbang
akan mendatangkan efek ganda pada tindak penyelamatan lingkungan,
yaitu penggunaan abu terbang akan memangkas dampak negatif kalau
bahan sisa ini dibuang begitu saja dan sekaligus mengurangi
penggunaan semen Portland dalam pembuatan beton. Sebagian besar
abu terbang yang digunakan dalam beton adalah abu kalsium rendah
(kelas F ASTM) yang dihasilkan dari pembakaran anthracite atau
batu bara bituminous. Abu terbang ini memiliki sedikit atau tida ada
sifat semen tetapi dalam bentuk yang halus dan kehadiran kelambaban,
akan bereaksi secara kimiawi dengan kalsium hidrosida pada suhu

68
biasa untuk membentuk bahan yang memiliki sifat-sifat penyemenan.
Abu terbang kalsium tinggi (kelas ASTM) dihasilkan dari pembakaran
lignit atau bagian batu bara bituminous, yang memiliki sifat-sifat
penyemenan di samping sifat-sifat pozolan. Hasil pengujian yang
dilakukan oleh Poon dan kawan-kawan, memperlihatakan dua
pengaruh abu terbang di dalam beton, yaitu sebagai agregat halus dan
sebagai pozzolan. Selain itu abu terbang di dalam beton menyumbang
kekuatan yang lebih baik dibanding pada pasta abu terbang dalam
komposisi yang sama. Ini diperkirakan lekatan antara permukaan pasta
dan agregat di dalam beton. More dan kawan-kawan, Mendapatkan
workabilitas meningkat ketika sebagian semen diganti oleh abu
terbang. Beton yang mengandung 10 persen abu terbang
memperlihatkan kekuatan awal lebih tinggi yang diikuti perkembangan
yang signifikan kekuatan selanjutnya. Kekuatan meningkat 20 persen
dibanding beton tanpa abu terbang. Penambahan abu terbang
menghasilakan peningkatan kekuatan tarik langsung dan modulus
elastis. Kontribusi abu terbang terhadap kekuatan di dapati sangat
tergantung kepada faktor air-semen, jenis semen dan kualitas abu
terbang itu sendiri. Dalam suatu kajian, abu terbang termasuk ke dalam
kategori kelas F dengan kandungan CaO2 rendah sebesar 1,37 persen
lebih kecil daripada 10 persen yang menjadi persyaratan minimum
kelas C. Namun demikian kandungan SiO2 sukup tinggi yaitu 57,30
persen. Abu terbang ini, selain memenuhi kriteria sebagai bahan yang
memiliki sifat pozzolan, abu terbang juga memiliki sifat-sifat fisik
yang baik, yaitu jari-jari pori rata-rata 0,16 mili mikron, ukuran median
14,83 mili-mikron, dan luas permukaan spesifik 78,8 m2/gram. Sifat-
sifat tersebut dihasilkan dengan menggunakan uji Porosimeter. Hasil-
hasil pengujian menunjukkan bahwa abu terbang memiliki porositas
rendah dan pertikelnya halus. Bentuk partikel abu terbang adalah bulat
dengan permukaan halus, dimana hal ini sangat baik untuk
workabilitas, karena akan mengurangi permintaan air atau
superplastiscizer. Tidak semua fly ash memenuhi persyaratan ASTM
C.618

69
3. Slag
Kerak (slag),Blast Furnace slag : adalah bahan non metalik hasil
samping dari pabrik pemurnian besi dalam tanur yang mengandung
campuran antara kalsium silikat dan kalsium alumina silikat dan
beberapa pengotor.

4. Bahan Tambah Lainnya


a) Air entraining Bahan tambah ini membentuk gelembung-
gelembung udara berdiameter 1mm atau lebih kecil di dalam
beton atau mortar selama pencampuran, dengan maksud
mempermudah pengerjaan beton pada saat pengecoran dan
menambahkan ketahanan awal beton.
b) Beron tanpa slump Beton tanpa slump didefinisikan sebagai
beton yang mempunyai slump sebesar 1 inch (25.4 mm) atau
kurang, sesaat setelah pencampuran. Pemilihan bahan tembah
ini tergantung pada sifat-sifat beton yang diinginkan terjadi,
seperti sifat plastisnya, waktu pengikat dan pencapaian

70
kekuatan, efek beku cair, kekuatan dan harga dari beton
tersebut.
c) Polimer Ini adalah produk bahan tambah yang baru yang dapat
menghasilkan kekutan tekan beton yang tinggi sekitar 15000
psi (1.00 psi = 6.9 Mpa) atau lebih, dan kekuatan belah
tariknya sekitar 1.500 psi atau lebih. Beton dengan kekuatan
tinggi ini biasanya diproduksi dengan menggunakan polimer
dengan cara :
1) Memodifikasi sifat beton dengan mengurangi air di
lapangan
2) Menjenuhkan dan memancarkannya pada temperature
yang sangat tinggi di laboratorium.
d) Bahan pembantu untuk mengeraskan permukaan beton
Permukaan beton yang harus menanggung beban-beban yang
berat dan hidup serta selalu dalam keadaan berputar atau
berpindah-pindah, seperti lantai untuk bengkel- bengkel alat-
alat berat(heavy equipment) dan lainnya. Pembebanan ini akan
menyebabkan pengausan pada permukaan beton, yang sering
bertambahnya menyebabkan rusaknya permukaan beton
tersebut. Unutk menghindari hal ini dapat digunakan dua jenis
bahan untuk mengeraskan beton, yaitu:
1) Agregat beton terbuat dari bahan kimia
2) Agregat metalik, terdiri dari butiran-butiran yang halus.
e) Bahan pembantu kedap air (water proofing) Jika beton terletak
di dalam air atau berada di dekat permukaan air tanah
(misalnya beton yang digunakan pada permukaan tunnel) maka
beton tersebut tidak boleh mengalami rembesan sehingga harus
diusahakan agar kedap air. Salah satu bahan yang dapat
digunakan adalah bahan yang mempunyai pertikel-pertikel
halus dan gradaso yang menerus dalam pencampuran beton.
Bahan-bahan semacam itu akan mengurangi permeabilitas.
f) Bahan tambah pemberi warna Beton yang dieksposes
permukaannya biasanya memerlukan keindahan bahan yang
digunakan untuk member warna pada permukaan beton ini cat
(coating), yang dilapiskan setelah pengerjaan beton selesai.
Cara lain adalah menambahkan bahan warna, misalnya oker

71
masih segar. Bahan-bahan ini biasanya dicampurkan dalam
suatu adukan yang mutunya terjamin baik. Cara ini merupakan
cara yang terbaik. Selain itu dapat pemeberian warna pula
dilakukan dengan cara menaburkan pasir silica atau agregat
metalik selagi permukaan beton dalam keadaan segar.
g) Bahan tambah untuk memperkuat ikatan beton lama dengan
beton baru (bonding agent for concrete)Penuangan beton segar
di atas permukaan beton lama sering mengalami kesulitan
dalam pengikatan (penyatuannya). Untuk mengatasinya, perlu
ditambahkan suatu bahan tambah agar terjadi ikatan yang
menyatu atara permukaan yang lama dengan permukaan yang
baru, jenis bahan tambah tersebut biasanya disebut bonding
agent yang merupakan larutan polimer.

11. Beton mutu tinggi


Sesuai dengan perkembangan teknologi beton yang demikian pesat,
ternyata kriteria beton mutu tinggi juga selalu berubah sesuai dengan
kemajuan tingkat mutu yang berhasil dicapai. Pada tahun 1950an, beton
dengan kuat tekan 30 MPa sudah dikategorikan sebagai beton mutu tinggi.
Pada tahun 1960an hingga awal 1970an, kriterianya lebih umum menjadi 40
MPa. Saat ini, disebut mutu tinggi untuk kuat tekan di atas 50 MPa, dan 80
MPa sebagai beton mutu sangat tinggi, sedangkan 120 Mpa bisa dikategorikan
sebagai beton bermutu ultra tinggi (Supartono, 1998).
Faktor yang Berpengaruh terhadap Mutu dan Keawetan Beton
Bila berhubungan dengan tuntutan mutu dan keawetan yang tinggi, ada
beberapa faktor utama yang bisa menentukan keberhasilan pengadaan beton
bermutu tinggi, diantaranya adalah :
Faktor air semen
Faktor air semen (fas) adalah angka yang menunjukkan
perbandingan antara berat air dan berat semen. Pada beton
mutu tinggi dan sangat tinggi, pengertian fas bisa
diartikansebagai water to cementitious ratio, yaitu rasio berat
air terhadap berat total semen dan aditifcementitious, yang
umumnya ditambahkanpada campuran beton mutu tinggi.
Faktor air semen yang rendah, merupakan faktor yang paling

72
menentukan dalam menghasilkan beton mutu tinggi, dengan
tujuan untuk mengurangiseminimal mungkin porositas beton
yang dihasilkan. Dengan demikian semakin besar volume
faktor air-semen (fas), maka semakin rendah kuat tekan
betonnya, seperti tampak pada Gambar 1.

GAMBAR 1. Hubungan antara kuat tekan dan fas

Dari Gambar 1 tampak bahwa idealnya semakin rendah fas


kekuatan beton semakin tinggi, akan tetapi karena kesulitan
pemadatan, maka di bawah fas tertentu (sekitar 0,30) kekuatan
beton menjadi lebih rendah, karena betonnya kurang padat
akibat kesulitan pemadatan. Untuk mengatasi kesulitan
pemadatan dapat digunakan alat getar (vibrator) atau dengan
bahan kimia tambahan (chemical admixture) yang bersifat
menambah kemudahan pengerjaan (Tjokrodimuljo, 1992).
Untuk membuat beton bermutu tinggi faktor air semen yang
dipergunakan antara 0,28 sampai dengan 0,38. Untuk beton
bermutu sangat tinggi faktor air semen yang dipergunakan lebih
kecil dari 0,2 (Jianxin Ma & Jorg Dietz, 2002).

Kualitas agregat halus (pasir)


Kualitas agregat halus yang dapat menghasilkan beton mutu
tinggi adalah :
berbentuk bulat,

73
tekstur halus (smooth texture),
bersih,
gradasi yang baik dan teratur (diambil dari sumber yang
sama),
modulus kehalusan (fineness modulus). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pasir dengan modulus kehalusan
2,5 s/d 3,0 pada umumnya akan menghasilkan beton
mutu tinggi (dengan fas rendah) yang mempunyai kuat
tekan dan workability yang optimal (De Larrard, 1990).
Kualitas agregat kasar (batu pecah/koral)
Kualitas agregat kasar yang dapatmmenghasilkan beton mutu
tinggi adalah :
porositas rendah.
Porositas yang rendah akan menghasilkan adukan yang
seragam (uniform), dalam arti mempunyai keteraturan
atau keseragaman yang baik pada mutu (kuat tekan)
maupun nilai slumpnya. Akan sangat baik bila bisa
digunakan agregat kasar dengan tingkat penyerapan air
(water absorption) yang kurang dari 1 %. Bila tidak, hal
ini bisa menimbulkan kesulitan dalam mengontrol kadar
air total pada beton segar, dan bisa mengakibatkan
kekurang teraturan (irregularity) dan deviasi yang besar
pada mutu dan dan nilai slump beton yang dihasilkan.
Karenanya, sensor kadar air secara ketat pada setiap
group agregat yang akan dipakai merupakan suatu
tahapan yang mutlak perlu dikerjakan.
bentuk fisik agregat.
Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa batu
pecah dengan bentuk kubikal dan tajam ternyata
menghasilkan mutu beton yang lebih baik dibandingkan
dengan menggunakan kerikil bulat (De Larrard,1990).
Hal ini tidak lain adalah karena bentuk kubikal dan
tajam bisa memberikan daya lekat mekanik yang lebih
baik antara batuan dengan mortar.
ukuran maksimum agregat.
Pemakaian agregat yang lebih kecil (< 15mm) bisa
menghasilkan mutu beton yang lebih tinggi (De Larrard,

74
1990). Namun pemakaian agregat kasar dengan ukuran
maksimum 25 mm masih menunjukkan tingkat
keberhasilan yang baik dalam produksi beton mutu
tinggi.
bersih,
kuat tekan hancur yang tinggi,
gradasi yang baik dan teratur (diambil darisumber yang
sama).

Penggunaan admixture dan aditif mineral dalam kadar yang


tepat
Beton mutu tinggi dapat diperoleh dengan mencampurkan
superplastisizer (high range water reducer) dan aditif mineral
yang bersifat cementitious yang berupa abu terbang (fly ash),
pozzofume (super fly ash), dan mikrosilika (silicafume) dengan
kadar yang tepat. Jika bahan admixture dan aditif dicampur
dengan kadar yang tidak tepat hasilnya akan sebaliknya, yaitu
dapat menurunkan kuat tekannya. Penggunaan
superplastisizer atau high range water reducer
bertujuan untuk bisa mengontrol dan menghasilkan
nilai slump yang optimal pada beton segar (workable),
sehingga bisa dihasilkan kinerja pengecoran beton
yang baik. Superplastisizer mutlak diperlukan pada
beton mutu tinggi atau sangat tinggi, karena kondisi
fas yang umumnya sangat rendah. Namun dalam
segala hal, penggunaan superplastisizer harus sesuai
dengan standar ASTM-C 494-81 tipe F. Ketepatan dosis
penambahan superplastisizer umumnya perlu
dibuktikan dengan membuat campuran percobaan
(trial mixes) dengan beberapa variasi dosis
penambahan superplastisizer hingga mendapatkan
hasil yang optimum dalam memenuhi syarat kelecakan
yang direncanakan. Hasil penelitian penggunaan
superplastisizer menunjukkan peningkatan nilai slump
yang memuaskan pada fas yang rendah (dalam hal ini
digunakan sikamen-163, produk PT. Sika Nusa
Pratama). Dengan fas sebesar 0,28, nilai slump awal

75
sebesar 1,5 cm. Pada penambahan superplastisizer
dengan dosis 1,25 % nilai slump mencapai 9,5 cm,
sedangkan pada penambahan superplastisizer dengan
dosis 2 % nilai slump mencapai 12,5 cm
(Supartono,1998).
Prosedur yang benar dan cermat pada keseluruhan
proses produksi beton.
Untuk menghasilkan beton bermutu tinggi maka
dibutuhkan prosedur yang benar dan cermat pada
keseluruhan proses produksi beton yang meliputi :
uji material (material testing),
sensor dan pengelompokan material (material
sensor and grouping),
penakaran dan pencampuran (batching),
pengadukan (mixing),
pangangkutan (transportating),
pengecoran (placing),
perawatan (curing).
Disamping itu perlu pengawasan dan pengendalian
yang ketat pada keseluruhan prosedur dan mutu
pelaksanaan, yang didukung oleh koordinasi
operasional yang optimal.

12. Beton serat


Beton serta dapat didefinisikan sebagai beton yang terbuat dari semen
portland atau bahan pengikat hidrolis lainnya yang ditambah dengan agregat
halus dan kasar,air, dan diperkuat dengan serat (Hannant,1978). Interaksi
antara serat dan matrik beton merupakan sifat dasar yang mempengaruhi
kinerja dari material komposit beton serat. Pengetahuan tentang interaksi ini
diperlukan untuk memperkirakan kontribusi serta dan meramalkan perilaku
dari komposit. Interaksi antara serat dan matrik yang tak retak terjadi dalam
hampir semua komposit selama tahap awal dari pembebanan. Pada umumnya
matrik akan retak dalam masa pelayanan, walaupun retak terjadi dalam
komposit. Bagian yang tidak terjadi retak dari strukturlah yang mempengaruhi
sistem perilaku struktur. Sistem sederhana dari serat-matrik terdiri dari sebuah
serat tunggal. Dalam tahap tanpa pembebanan, tegangan dalam matrik dan
serat diasumsikan nol. Ketika pembebanan diterima matrik, sebagian beban

76
ditransfer sepanjang permukaan serat. Perbedaan kekakuaan antara serat dan
matrik menyebabkan tegangan geser terjadi sepanjang permukaan serat. Jika
kekakuan serat lebih besar dari matrik, maka deformasi di sekeliling akan
lebih kecil. Semakin kecil modulus kekakuan serat dibandingkan dengan dari
kekakuan matrik, misalnya serat polymeric dan serat alam, maka deformasi di
sekeliling serat akan lebih besar.
Jika komposit mengalami pembebanan tarik, maka pada tahap tertentu beton
komposit akan mengalami retak. Jika matrik retak, maka serat yang menerima
beban melewati retakan akan menyalurkan beban dari satu sisi matrik ke
matrik yang lainnya. Dalam kenyataannya sejumlah serat akan menjembatani
retakan dan menyalurkan beban melewati retakan. Jika serat masih mampu
menyalurkan beban yang ada melewati retakan, maka retakan yang lebih besar
akan terbentuk sepanjang spesimen. Tahap pembeban ini disebut tahap retak
berganda (multiple cracking stage) yang terjadi dalam pembebanan masa
pelayanan. Tujuan penambahan serat tersebut adalah untuk meningkatkan
kekuatan tarik beton, sehingga beton tahan terhadap gaya tarik akibat, cuaca,
iklim dan temperatur yang biasanya terjadi pada beton dengan permukaannya
yang luas. Jenis serat yang dapat digunakan dalam beton serat dapat berupa
serat alam atau serat buatan.

Serat Alam, umumnya terbuat dari tumbuh-tumbuhan, misalnya:

o ijuk

o serabut kelapa

o sisal

o dll

Serat Buatan, umumnya terbuat dari senyawa-senyawa polimer yang


mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap pengaruh cuaca

o polypropilene

o polyetilene

77
o dll

13. Beton pracetak

Precast Concrete Beton pracetak adalah suatu metode percetakan


komponen secara mekanisasi dalam pabrik atau workshop dengan memberi
waktu pengerasan dan mendapatkan kekuatan sebelum dipasang.

Precast Concrete atau Beton pra-cetak menunjukkan bahwa komponen


struktur beton tersebut : tidak dicetak atau dicor ditempat komponen tersebut
akan dipasang. Biasanya ditempat lain, dimana proses pengecoran dan curing-
nya dapat dilakukan dengan baik dan mudah. Jadi komponen beton pra-cetak
dipasang sebagai komponen jadi, tinggal disambung dengan bagian struktur
lainnya menjadi struktur utuh yang terintegrasi.

Karena proses pengecorannya di tempat khusus (bengkel frabrikasi),


maka mutunya dapat terjaga dengan baik. Tetapi agar dapat menghasilkan
keuntungan, maka beton pra-cetak hanya akan diproduksi jika jumlah bentuk
typical-nya mencapai angka minimum tertentu, sehingga tercapai break-event-
point-nya. Bentuk typical yang dimaksud adalah bentuk-bentuk yang repetitif,
dalam jumlah besar.

PERMASALAHAN UMUM PADA PENGEMBANGAN SISTEM


PRACETAK

Ada 5 masalah utama dalam pengembangan system pracetak :

1. Kerjasama dengan perencana di bidang lain yang terkait, terutama


dengan pihak arsitektur dan mekanikal/elektrikal/plumbing.

2. Sistem ini relative baru

78
3. Kurang tersosialisasikan jenisnya, produk dan kemampuan system
pracetak yang telah ada.

4. Keandalan sambungan antarkomponen untuk system pracetak terhadap


beban gempa yang selalu menjadi kenyataan

5. Belum adanya pedoman perencanaan khusus mengenai tata cara


analisis, perencanaan serta tingkat kendala khusus untuk system
pracetak yang dapat dijadikan pedoman bagi pelaku konstruksi.

SISTEM PRACETAK BETON

Pada pembangunan struktur dengan bahan beton dikenal 3 (tiga)


metode pembangunan yang umum dilakukan, yaitu system konvensional,
system formwork dan system pracetak.

Sistem konversional adalah metode yang menggunakan bahan


tradisional kayu dan triplek sebagai formwork dan perancah, serta pengecoran
beton di tempat. Sistem formwork sudah melangkah lebih maju dari system
konversional dengan digunakannya system formwork dan perancah dari bahan
metal. Sistem formwork yang telah masuk di Indonesia, antara lain System
Outinord dan Mivan. Sistem Outinord menggunakan bahan baja sedangkan
Sistem Mivan menggunakan bahan alumunium.

Pada system pracetak, seluruh komponen bangunan dapat difabrikasi


lalu dipasang di lapangan. Proses pembuatan komponen dapat dilakukan
dengan kontol kualitas yang baik.

SISTEM KONEKSI

I. SAMBUNGAN

79
Pada umumnya sambungan sambungan bias dikelompokkan sebagai
berikut :

1. Sambungan yang pada pemasangan harus langsung menerima beban


( biasanya beban vertical ) akibat beban sendiri dari komponen .

2. Sambungan yang pada keadaan akhir akan harus menerima beban-


beban yang selama pemasangan diterima oleh pendukung pembantu.

3. Sambungan pada mana tidak ada persyaratan ilmu gaya tapi harus
memenuhi persyaratan lain seperti : kekedapan air, kekedapan suara.

4. Sambungan-sambungan tanpa persyaratan konstruktif dan semata-mata


menyerdiakan ruang gerak untuk pemasangan .

II. IKATAN

Cara mengikatkan atau melekatkan suatu komponen terhadap bagian


komponen konstuksi yang lain secara prinsip dibedakan sebagai berikut :

A. Ikatan Cor ( In Situ Concrete Joint )

Penyaluran gaya dilakukan lewat beton yang dicorkan

n penunjang / pendukung pembantu selama pemasangan


sampai beton cor Diperlukamengeras

Penyetelan berlangsung dengan bantuan adanya penunjang /


pendukung pembantu. Toleransi penyusutan diserap oleh
Coran Beton.

B. Ikatan Terapan

Cara menghubungkan komponen satu dengan yang lain secara lego


(permainan balok susun anak-anak) disebut Iaktan Terapan. Dimulai dengan
cara hubungan PELETAKAN , kemudian berkembang menjadi Saling

80
Menggigit . Proses pemasangan dimungkinkan tanpa adanya pendukung /
penunjang pembantu.

C. Ikatan Baja

Bahan pengikat yang dipakai : Plat baja dan Angkur. Sistem ikatan ini
dapat dibedakan sebagai berikut :

Menyambung dengan cara di las ( Welded Steel )

Menyambung dengan Baut / Mur / Ulir ( Corbel Steel )

Catatan :

a. Harga dari profil baja sebagai pengikat tinggi

b. Mungkin dilaksanakan tanpa pendukung / penunjang

c. Harus dilindungi dari : korosi, api dan bahan kimia. Dengan Mortar / In
Situ concrete Joint sebagai pelindung / Finishing ikatan.

D. Ikatan Tegangan

Merupakan perkembangan lebih jauh dari ikatan baja dengan


memasukan unsure Post Tensioning dalam system koneksi.

Memerlukan penunjang / pendukung Bantu selama pemasangan

Perlu tempat / ruang yang relatuf besar untuk Post Tensioning

Angker cukup mahal

III. SIMPUL

Merupakan kunci dalam struktur yang memakai komponen pra


cetak dan merupakan tempat pertemuan antara 2 atau lebih
komponen struktur

81
Secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Simpul Primer
Pertemuan yang menghubungkan kolom dengan balok dan juga
terhadap plat lantai. Disisni beban dari plat akan diteruskan ke
pendukung-pendukung vertical.
2. Simpul Pertemuan Kolom
Pertemuan dimana beban-beban vertical dan sesewaktu momen-
momen juga disalurkan.
3. Simpul Penyalur Sekunder-Primer ( Pelat Balok )
Untuk menyalurkan beban vertical
4. Simpul Pendukung sesama Plat / dengan Balok dan Kolom Untuk
menyalurkan beban horizontal dalam bentuk tegangan tekan tarik
dan geser
5. Simpul yang Mampu Menahan Momen
Yang secara statis bisa membentuk komponen pendukung tapi oleh
alasan tertentu. Misal : Transportasi dibuat terdiri dari 2 atau lebih
bagian

PEMBUATAN BETON PRACETAK

Proses produksi/pabrikasi beton pracetak dapat dibagi menjadi tiga


tahapan berurutan yaitu :

Tahap Design

Proses perencanaan suatu produk secara umum merupakan kombinasi


dari ketajaman melihat peluang, kemampuan teknis, kemampuan pemasaran.
Persyaratan utama adalah struktur harus memenuhi syarat kekuatan, kekakuan
dan kestabilan pada masa layannya

Tahap Produksi

Beberapa item pekerjaan yang harus dimonitor pada tahap produksi :

Kelengkapan dari perintah kerja dan gambar produk


Mutu dari bahan baku
Mutu dari cetakan
Mutu atau kekuatan beton
Penempatan dan pemadatan beton

82
Ukuran produk
Posisi pemasangan
Perawatan beton
Pemindahan, penyimpanan dan transportasi produk
Pencatatan ( record keeping )

Tahap produksi terdiri dari :

Persiapan
Pabrikasi tulangan dan cetakan
Penakaran dan pencampuran beton
Penuangan dan pengecoran beton
Transportasi beton segar
Pemadatan beton
Finishing / repairing beton
Curing beton

Tahap Pascaproduksi

Terdiri dari tahap penanganan ( handling ), penyimpanan ( storage ),


penumpukan ( stacking ), pengiriman ( transport dan tahap pemasangan di
lapangan ( site erection )

Yang perlu diperhatikan dalam system transportasi adalah :

Spesifikasi alat transport : lebar, tinggi, beban maks, dimensi


elemen

Route transport : jarak, lebar jalan, kepadatan lalu lintas, ruang


bebas bawah jembatan, perijinan dariinstansi yang berwenang.

Pemilihan alat angkut dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai


berikut :

Macam komponennya : linier atau plat

83
Ketinggian alat angkat : berhubungan dengan ketinggian bangunan
yang akan dibangun

Berat komponen : berdasarkan beban maksimum

Kondisi local : pencapaian lokasi dan topografi

Menurut tempat pembuatan beton pracetak dibagi 2 yaitu :

Dicor di tempat disebut Cast In Situ

Dicor di pabrik

Menurut perlakuan terhadap bajanya dibagi 2 yaitu :

Beton pracetak biasa

Beton prategang pracetak

Ada 2 prinsip yang berbeda pada beton prategang ;

Pre-tensioned Prestressed Concrete

Post-tensioned Prestressed Concrete

Metode Membangun dengan Konstruksi Precast

a. Serangkaian kegiatan yang dilakukan pada proses produksi adalah :

1. Pembuatan rangka tulangan

2. pembuatan cetakan

3. Pembuatan campuran beton

4. Pengecoran beton

5. Perawatan ( curing)

84
6. Penyempurnaan akhir

7. Penyimpanan

b. Transportasi Dan alat angkut

Transportasi adalah pengangkatan elemen pracetak dari pabrik ke


lokasi pemasangan. Sistem transportasi berpengaruh terhadap waktu, efisiensi
konstruksi dan biaya transport.

Yang perlu diperhatikan dalam system transportasi adalah :

Spesifikasi alat transport

Ronte transport

Perijinan

Alat angkat yaitu memindahkan elemen dari tempat penumpukan ke


posisi penyambungan ( perakitan ).

Peralatan angkat untuk memasang beton pracetak dapat dikategorikan


sebagai berikut :

1. Keran mobile

2. Keran teleskopis

3. keran menara

4. Keran portal

c. Pelaksanaan Konstruksi ( Ereksi )

Metode dan jenis pelaksanaan konstruksi precast diantaranya adalah :

85
a) Dirakit per elemen

b) Lift Slab system

Adalah pengikatan elemen lantai ke kolom dengan menggunakan


dongkrak hidrolis.

Prinsip konstruksinya sebagai berikut :

Lantai menggunakan plat-plat beton bertulang yang dicor pada lantai bawah

Kolom merupakan penyalur beban vertical dapat sebagai elemen pracetak atau
cor di tempat.

Setelah lantai cukup kuat dapat diangkat satu persatu dengan dongkrak
hidrolis.

c) Slip Form System

Pada system ini beton dituangkan diatas cetakan baja yang dapat bergerak
memanjat ke atas mengikuti penambahan ketinggian dinding yang bersangkutan.

d) Push Up / Jack Block System

Pada system ini lantai teratas atap di cor terlebih dalu kemudian diangkat
ke atas dengan hidranlic jack yang dipasang di bawah elemen pendukung
vertical.

e) Box System

Konstruksi menggunakan dimensional berupa modul-modul kubus beton.

PRINSIP KONSTRUKSIONAL

Berikut prinsip-prinsip yang dapat diterapkan untuk desain struktural :

86
1. Struktur terdiri dari sejumlah tipe-tipe komponen yang mempunyai funfgsi
seperti balok, kolom, dinding, plat lantai dll

2. Tiap tip[e komponen sebaiknya mempunyai sedikit perbedaan

3. Sistem sambungan harus sederhana dan sama satu dengan yang lain, sehingga
komponen-komponen tersebut dap[at dibentuk oleh metode yang sama dan
menggunakan alat Bantu yang sejenis

4. Komponen harus mampu digunakan untuk mengerjakan beberapa fungsi

5. Komponen-komponenharus cocok untuk berbagai keadaan dan tersedia dalam


berbagai macam-macam ukuran produksi

6. Komponen komponen harus mempunyai berat yang sama sehingga mereka


bias secara hemat disussun dengan menggunakan peralatan yang sama

Ada tiga macam konstruksi prefabrikasi :

1. Pembuatan didalam sebuah pabrik, dimana komponen-komponen mudah


untuk dibuat dan nyaman untuk pengangkutan

2. Pembuatan pada site dengan menggunakan alat-alat6 mekanik

3. Rangkaian dari komponen dirakit ke dalam komponen-komponen yang lebih


luas

14. Teknilogi pelaksanaan konstruksi beton


Dalam pekerjaan pembuatan struktur beton terdapat item pekerjaan
sebagai berikut :

Bekisting

Dalam pekerjaan bekisting terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan,


yakni :

87
Bekisting harus dibuat dan dipasang sesuai dengan bentuk, ukuran dan
posisi seperti yang disyaratkan pada gambar kerja.
Bekisting harus cukup kuat untuk memikul tekanan atau beban yang
diakibatkan oleh beton basah, beban pelaksanaan dan beban-beban
lainnya
Bekisting harus cukup kaku (stabil) artinya harus dapat menghasilkan
bentuk yang tetap bagi struktur beton sesuai yang direncanakan.
Perencanaan bekisting harus didasarkan oleh kemudahan pemasangan,
kemudahan pembongkaran, kecepatan pemasangan dan biaya yang
efisien.
Sambungan bekisting harus baik sehingga tidak rusak/bocor pada saat
pelaksanaan pengecoran dan juga tidak merusak beton.
Bahan bekisting harus terbuat dari bahan yang tidak menyerap air
semen dan juga tidak merusak beton.
Pemasangan bekisting harus benar-benar sesuai dengan gambar
rencana baik secara vertical maupun horizontal

Bahan dan alat yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan bekisting adalah:

Multipleks
Kayu kaso 5/7
Kayu balok
Schaffolding set (bila diperlukan)
Jack base dan U head (bila diperlukan)
Joint pin (bila diperlukan)
Cross brace (bila ddiperlukan)
Ladder frame(bila diperlukan)
Mould oil
Alat Bantu lain

Sedangkan bahan bekisting yang digunakan pada proyek ini adalah


menggunakan bahan yang sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam RKS,
yakni multipleks dengan tebal 18 mm. Bekisting dari multipleks/papan
tersebut diperkuat dengan rangka kayu meranti minimal ukuran 5/10, atau dari
bahan lain yang disetujui oleh konsultan pengawas untuk mendapatkan
kekuatan dan kekakuan yang sempurna. Sedangkan steiger yang digunakan
adalah dari pipa - pipa besi standar pabrik atau kayu /dolken.

88
Adapun pemasangan bekisting meliputi pemasangan bekisting kolom, balok,
slab/plat atap dan kanopi.
1. Bekisting Kolom
Dalam pengecoran kolom terlebih dahulu harus memperhatikan :
Vertikalisasi
Axisnya posisi kolom sesuai gambar yang direncanakan
Vertikalitas kolom dijamin dengan struktur penopang ( support )
yang diberikan empat arah dan dijamin kuat menahan goyangan.
Untuk kolom menggunakan form work dari kayu-kayu dan
multypleks yang dengan mudah dapat dibongkar dan dipasang
kembali yang sebelumnya di lapisi oleh mould oil agar mudah
dalam pembongkaran dan tidak lengket yang dapat merusak beton.
2. Bekisting Balok dan Pelat atap/Kanopi
Pengecoran balok dan pelat atap atau kanopi dilakukan bersamaan
sekaligus, menjadi satu kesatuan struktur, sehingga form work dan
pelat/slab, dibuat sebagai satu kesatuan yang bersifat tetap. Sesudah selesai
form work ini baru dibongkar dan sebagian yang kondisinya masih baik
dapat digunakan kembali.
Adapun pada sistem ini digunakan scaffolding. Kontak antara kaki
scaffolding dengan tempat berpijaknya harus dijaga sempurna, demikian
juga sambungan kaki scaffolding antara yang dibawah dengan yang diatas
harus rapat.
3. Pekerjaan Pembesian/Penulangan
Fungsi tulangan pada beton adalah untuk menahan gaya tarik, gaya
geser dan momen torsi yang timbul akibat beban-beban yang bekerja pada
konstruksi beton tersebut. Oleh karena itu perencanaan dan pelaksanaan
pembesian harus dilakukan sesuai dengan spesifikasi teknis dan gambar
kerja, RKS dan Aanvulling yang telah direncanakan oleh perencana
struktur yaitu dalam hal:
Ukuran diameter baja tulangan
Kualitas baja tulangan
Kuantitas baja tulangan
Penempatan/pemasangan baja tulangan
Proses fabrikasi besi terdiri dari pemotongan dan pembengkokan
besi tulangan.

89
Sebelum mengerjakan proses fabrikasi besi bagian pembesian harus
menyusun daftar pembengkokan dan pemotongan besi tulangan
berdasarkan gambar pelaksanaan ( shop drawing ). Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam menyusun daftar pembengkokan dan pemotongan
adalah sebagai berikut :
Baja tulangan beton sebelum dipasang, harus bersih dari serpih-
serpih, karat, minyak, gemuk dan zat kimia lainnya yang dapat
merusak atau mengurangi daya lekat antara baja tulangan dengan
beton.
Sambungan antar tulangan harus ditempatkan sedemikian rupa
pada daerah yang momennya nol atau dengan menggunakan
sambungan lewatan sehingga gaya dari batang yang satu dapat
disalurkan ke batang yang lain. Panjang sambungan lewatan
diambil 40D ( D = diameter penampang baja tulangan ).
Panjang dan bentuk baja tulangan harus direncanakan secara
ekonomis sehingga bagian-bagian sisa atau yang tidak terpakai
didapat seminimal mungkin. Sedemikian rupa sehingga teknik
pemasangan tulangan tidak menyulitkan dalam pelaksanaan
lapangan.
Penganyaman besi tulangan harus diikat kuat dengan memakai kawat
beton agar waktu pengecoran posisi tulangan tidak bergeser. Penopang,
ganjalan, jepit dan kawat beton harus berkualitas sama dengan bahan besi
tulangan.Adapun besi/tulangan yang digunakan pada proyek ini adalah
menggunakan tulangan dengan mutu baja sebagai berikut :
< 13 mm : BJTP U 24
13 mm : BJTP U 40 (besi ulir)

Pekerjaan Pemasangan Tulangan


Baja tulangan dan sengkang yang telah dipotong dan dibengkokan
dibawa ke lapangan untuk dipasang pada posisi sesuai dengan gambar
pelaksanaan. Kegiatan yang dilakukan pada pekerjaan pemasangan tulangan
antara lain :
Pemeriksaan diameter, panjang dan bentuk tulangan sebelum baja
tulangan tersebut terpasang.

90
Jarak antar tulangan serta jumlah tulangan, baik untuk tulangan
lentur maupun tulangan geser.
Sengkang dipasang secara manual. Pemasangan sengkang
dilakukan dengan kawat beton.
Memastikan daerah-daerah dan ukuran panjang penyaluran,
sambungan lewatan dan panjang penjangkaran sesuai yang
direncanakan.
Pemeriksaan tebal selimut beton dengan memasang tahu beton
sebagai acuan sesuai tebal tebal selimut beton yang akan di cor.
Adapun pekerjaan pembesian/penulangan meliputi pemasangan
tulangan kolom, balok, slab/plat, tangga dan kanopi
Pekerjaan Penuangan Beton
Untuk mendapatkan hasil beton yang baik maka cara penuangan harus benar
yaitu :

Pengecoran dituang langsung dan atau dengan menggunakan talang cor.


Beton harus dituang vertikal dan sedekat mungkin dengan bagian yang
dicor.
Beton tidak boleh dituangkan ke dalam bekisting dengan jarak yang tinggi
(maksimum 1,5 m) karena akan mengakibatkan segregasi.
Apabilatinggilebih dari 1,5 m, makaharusmemakaitalang/corong/tremi
Betontidakbolehdicorkanpadasaathujanlebattanpapenutupdiatasnya, karena
air hujan akan menyebabkanturunyamutubeton.
Pekerjaan Pemadatan Beton
Disamping cara penuangan yang benar, cara pemadatan yang benar juga
merupakan faktor penting guna mencapai tujuan pembetonan. Cara pemadatan
dengan vibrator yg benar yaitu :

Besarnya kepala vibrator harus disesuaikan dengan jenis struktur beton


yang akan dicor dan jarak antar tulangan terkecil.

91
Vibrator harus dapat dimasukkan ke dalam jaringan/anyaman besi
beton dan harus diusahakan sedikit mungkin menempelkan vibrator
pada besi. Menggetarkan besi beton dapat mengakibatkan mutu beton
yang jelek, dimana terjadi pengumpulan pasir disekitar besi, bahkan
apabila besi digetarkan terus menerus akan berakibat lebih kritis
karena getaran ini merambat kebeton disampingnya yang sudah mulai
mengeras, sehingga mengakibatkan retak atau terjadinya rongga antar
besi dan beton. Rongga ini akan mengakibatkan bahaya korosi pada
tulangan.

Tidak boleh meletakkan kepala vibrator terlalu lama dalam beton


karena akan meyebabkan segregasidan bleeding terutama untuk beton
dengan slump tinggi. Lama penggetaran cukup antara 10 s/d 15 detik.

92
Kepala vibrator jangan terlalu dekat dengan bekisting, keren apabila
bekisting tergetar akan terbentuk lapisan pasir lepas dan juga dapat
merusakkan bekisting. Jarak minimal ke bekisting adalah 10 cm.
Beton tidak boleh digetarkan berulang-ulang pada tempat yang sama,
karena dapat mengakibatkan rongga-rongga udara di dalam betonnya.
Vibrator harus dimasukkan ke dalam beton yang belum terpadatkan
secara tepat dan dicabut pelan-pelan. Kecepatan memasukkan vibrator
diperlukan agar tidak sempat terjadi pemadatan awal pada beton
lapisan atas sehingga menyulitkan lolosnya udara dan air yang
terperangkap dibawahnya. Sedangkan pencabutan harus dilakukan
pelan-pelan untuk memberikan kesempatan vibrator menyalurkan
secara penuh energi pemadatan pada beton. Kecepatan pencabutan
berkisar antara 4 s/d 8 cm/detik.
Lapisan beton harus dicor secara rata sejak permulaan untuk
memudahkan pengaturan sistem pemadatan dengan vibrator.
Untuk pengecoran struktur beton yang tinggi dan lebar, tiap lapisan
beton yang paling efisien adalah 50 cm. Apabila tiap lapisan dibuat
tebal akan menyulitkan udara dan air yang terperagkap di lapisan
bawahnya melepaskan diri ke atas kerena tekanan beton terlelu berat.
Sebaliknya apabila terlalu tipis, tekana beton tidak dapat mengimbangi
pekerjaan vibrator.
Untuk menyambung lapisan bawah dengan lapisan diatasnya, vibrator
harus dimasukkan sebagian (kira-kira 10 s/d 15 cm) ke dalam lapisan
di bawahnya agar tercipta lekatan yang monolik, padat dan menyatu.
Pada pengecoran plat beton yang tipis, vibrator boleh dimasukkan ke dalam
beton secara miring. Dalam hal ini vibrator akan menyentuh besi tulangan,
tetapi harus diusahakan sedikit cepat.

3.

93
Perawatan (curing) beton
Untuk menjaga agar proses hidrasi beton dapat berlangsung dengan
sempurna maka diperlukan curing untuk menjaga kelembabannya. Lamanya
curing sekitar 3 hari berturut-turut atau sesuai spesifikasi mulai hari kedua
setelah pengecoran. Curing dapat dilakukan dengan berbagai macam cara
antara lain :
Menyemprotkan dengan lapisan khusus (semacam vaseline) pada
permukaan beton.
Membasahi secara terus menerus permukaan beton dengan air.
Menutupi permukaan beton Plat dengan karung goni basah secara
terus menerus

15. Baja tulangan


Baja tulangan beton adalah baja yang berbentuk batang yang digunakan
untuk penulangan beton.Dalam perdagangan disebut besi beton.
Berdasarkan bentuknya ,baja tulangan terdiri dari baja tulangan polos dan baja
tulangan sirip(deform).
Baja tulangan polos merupakan batang baja yang permukaannya licin
(rata)
Baja tulangan sirip merupakan batang dengan bentuk permukaan
khusus untuk mendapatkanpelekatan (bonding)pada beton lebih
daripada baja tulangn polos pada luas penampang yang sama.Baja
tulangan sirip jarakantara dua sirip melintang tidak boleh dari 0,7
diameter nominal dan tinggi sirip tidak boleh lebih dari 0,05diameter
nominal.Sirip melintang tidak boleh membentu sudut kurang dari 15
deraja tterhadap sumbu batang.

94
Menurut SNI 03-2847-2002, tulangan yang dapat digunakan pada elemen
beton bertulang di batasi hanya pada Baja Tulangan dan Kawwat Baja saja.
Belum ada peraturan yang mengatur penggunaan tulangan lain, selain dari
baja tulangan atau kawat baja tersebut.

Baja Tulangan yang tersedia di pasaran ada 2 jenis, yaitu

1. Baja Tulangan Polos (BJTP)

2. Baja Tulangan Ulir atau Deform (BJTD)

Tulangan Polos biasanya digunakan untuk tulangan geser/begel/sengkang,


dan mempunyai tegangan leleh (fy) minimal sebesar 240 MPa (disebut BJTP-
24), dengan ukuran 6, 8, 10, 12, 14 dan 16 (dengan menyatakan
simbol diameter polos).

Tulangan Ulir/deform digunakan untuk untuk tulangan longitudinal atau


tulangan memanjang, dan mempunyai tegangan leleh (fy) minimal 300 MPa
(disebut BJTD-30). Ukuran diameter nominal tulangan ulir yang umumnya
tersedia di pasaran dapat dilihat di bawah :

Baja tulangan untuk konstruksi beton bertulang ada bermacam macam jenis
dan mutu tergantung dari pabrik yang membuatnya. Ada dua jenis baja
tulangan , tulangan polos ( Plain bar ) dan tulangan ulir (Deformed bar ).
Sebagian besar baja tulangan yang ada di Indonesia berupa tulangan polos
untuk baja lunak dan tulangan ulir untuk baja keras.

95
Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu tanpa mengalami
keretakan. Oleh karena itu, agar beton dapat bekerja dengan baik dalam sistem
struktur, beton perlu dibantu dengan memberinya perkuatan penulangan yang
berfungsi menahan gaya tarik. Penulangan beton menggunakan bahan baja
yang memiliki sifat teknis yang kuat menahan gaya tarik. Baja beton yang
digunakan dapat berupa batang baja lonjoran atau kawat rangkai las (wire
mesh) yang berupa batang-batang baja yang dianyam dengan teknik
pengelasan. Baja beton dikodekan berurutan dengan: huruf BJ, TP dan TD,
BJ berarti Baja
TP berarti Tulangan Polos
TD berarti Tulangan Deformasi (Ulir)
Angka yang terdapat pada kode tulangan menyatakan batas leleh karakteristik
yang dijamin. Baja beton BJTP 24 dipasok sebagai baja beton polos, dan
bentuk dari baja beton BJTD 40 adalah deform atau dipuntir . Baja beton yang
dipakai dalam bangunan harus memenuhi norma persyaratan terhadap metode
pengujian dan perneriksaan untuk bermacam macam mutu baja beton.

Bentuk baja tulangan ulir

Secara umum berdasarkan SNI 03-2847-2002 tentang Tata cara perhitungan


struktur beton untuk bangunan gedung, baja tulangan yang digunakan harus
tulangan ulir. Baja polos diperkenankan untuk tulangan spiral atau tendon.
Baja tulangan umumnya harus memenuhi persyaratan yang berorientasi pada
ASTM (American Society for Testing Materials) yang diantaranya memenuhi
salah satu ketentuan berikut:
Spesifikasi untuk batang baja billet ulir dan polos untuk
penulangan Beton (ASTM A615M).
Spesifikasi untuk batang baja axle ulir dan polos untuk penulangan
Beton (ASTM A617M).
Spesifikasi untuk baja ulir dan polos low-alloy untuk penulangan
beton (ASTM A706M).
Sedangkan di Indonesia, produksi baja tulangan dan baja struktur telah diatur
sesuai dengan Standar Industri Indonesia (SII), antara lain adalah SII 0136-80
dan SII 318-80.

96
Di samping mutu baja beton BJTP 24 dan BJTD 40 seperti yang ditabelkan
itu, mutu baja yang lain dapat juga spesial dipesan (misalnya BJTP 30). Tetapi
perlu juga diingat, bahwa waktu didapatnya lebih lama dan harganya jauh
lebih mahal. Guna menghindari kesalahan pada saat pemasangan, lokasi
penyimpanan baja yang spesial dipesan itu perlu dipisahkan dari baja Bj.Tp 24
dan Bj.Td 40 yang umum dipakai. Sifat-sifat fisik baja beton dapat ditentukan
melalui pengujian tarik. Sifat fisik tersebut adalah:
kuat tarik; (fy)
batas luluh/leleh
regangan pada beban maksimal;
modulus elastisitas (konstanta material), (Es)
Produk tulangan baja beton sangat bervariasi, untuk itu dalam pelaksanaan di
lapangan diberlakukan beberapa toleransi terhadap penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi. Beberapa toleransi terhadap penyimpangan pada
kondisi baja yang ada di lapangan disebutkan.

Sifat sifat mekanis baja tualangan beton ditetapkan seperti dalam tabel
berikut:

Jenis Simbol Tegangan leleh Kuat tarik Regangan Sudut Diameter


minimum(Mpa minimum(MPa) patah lengkun lengkung
) minimum g
Baja tulangn BjTP 24 235 382 20 180 3Xd
BjTP 30
polos
294 480 16 180 3Xd

97
Baja BjTD 235 382 18 180 3Xd
tulangan 24
294 480 14 180 4Xd
BjTD
sirip
30 343 490 18 180 4Xd
(deform)
BjTD
35 392 559 16 180 5Xd
BjTD
490 618 12 90 5Xd
40
BjTD
50

Keterangan :

1. Jika tegangan leleh tidak tampak maka tegangan leleh diambil sama dengan kuat
leleh yang diperoleh berdasarkan regangan plastis 0,2 persen.
2. Batang uji lengkung tidak boleh retak pada posisi luarnya.

98

Anda mungkin juga menyukai