Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ESTERIFIKASI
2.1.1 Esterifikasi Asam Karboksilat
Reaksi esterifikasi asam karboksilat adalah reaksi pembentukan ester dengan
berbahan dasar asam karboksilat. Ester asam karboksilat ini merupakan suatu
senyawa yang mengandung gugus COOR dengan R yang berbentuk alkil maupun
aril. Untuk memperoleh rendemen tinggi dari ester tersebut, kesetimbangan harus
digeser ke arah sisi ester dengan menambahkan salah satu pereaksi secara berlebih.
Kuat asam dari asam karboksilat hanya memainkan peranan kecil dalam laju
pembentukan ester [11].
Esterifikasi adalah suatu reaksi ionik yang merupakan gabungan dari reaksi
adisi dan reaksi penataan ulang eliminasi. Esterifikasi juga dapat didefinisikan
sebagai reaksi antara asam karboksilat dan alkohol. Esterifikasi dapat dilakukan
dengan menggunakan katalis enzim (lipase) dan asam anorganik (asam sulfat dan
asam klorida), dengan berbagai variasi alkohol biasanya metanol, etanol, 1-propanol,
amyl alkohol dan lain lain. Asam anorganik yang digunakan sebagai katalis akan
menyebabkan asam karboksilat mengalami konjugasi sehingga asam konjugat dari
asam karboksilat tersebutlah yang akan berperan sebagai substrat [12]. Esterifikasi
merupakan reaksi antara asam lemak dengan alkohol menghasilkan ester. Reaksi
esterifikasi dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Reaksi Esterifikasi Asam Lemak [8]

Katalis yang digunakan dalam esterifikasi dapat berupa katalis asam atau
katalis basa dan berlangsung secara reversibel. Untuk memperoleh rendemen tinggi
dari ester tersebut, kesetimbangan harus digeser ke arah sisi ester dengan

Universitas Sumatera Utara


menambahkan salah satu pereaksi secara berlebih. Kuat asam dari karboksilat hanya
memainkan peranan kecil dalam laju pembentukan ester [11].

2.1.2 Esterifikasi Gliserol


Proses esterifikasi gliserol adalah salah satu metode yang banyak digunakan
untuk memproduksi produk turunan gliserol. Dalam reaksi esterifikasi dihasilkan
bermacam macam ester yang mempunyai banyak kegunaan dan bernilai lebih
tinggi. Produk dari konversi gliserol ini bersifat ramah lingkungan dan terbarukan
karena bukan merupakan turunan dari minyak bumi [3].
Konversi gliserol biasanya dilakukan dengan cara esterifikasi gliserol,
eterifikasi gliserol, oksidasi gliserol, dan reduksi gliserol. Proses esterifikasi gliserol
yaitu mereaksikan gliserol dengan asam organik maupun asam anorganik akan
menghasilkan gliserol ester, dari golongan asam organik misalnya dari kelompok
asam karboksilat bisa dihasilkan gliserol asetat, gliserol benzoat, gliserol carbonat,
dan sebagainya. Proses esterifikasi gliserol yaitu mereaksikan gliserol dengan
aryl/alkyl alcohol dihasilkan gliserol ester. Proses oksidasi gliserol biasa dilakukan
untuk mendapatkan berbagai produk yang mengandung asam glikolat, asam oksalat,
asam formiat [5]. Reaksi esterifikasi gliserol dapat dilihat pada Gambar 2.2.

C3H5(OH)3 + RCOOH C3H5(OH)2OOCR + H2 O


Gliserol Asam Karboksilat ester gliserol air

Gambar 2.2. Reaksi Esterifikasi Gliserol [3]

2.1.3 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Esterifikasi


Faktor-faktor yang berpengaruh pada reaksi esterifikasi antara lain :
a. Waktu Reaksi
Semakin lama waktu reaksi maka kemungkinan kontak antar zat semakin
besar sehingga akan menghasilkan konversi yang besar. Jika kesetimbangan
reaksi sudah tercapai maka dengan bertambahnya waktu reaksi tidak akan
menguntungkan karena tidak memperbesar hasil.
b. Pengadukan
Pengadukan akan menambah frekuensi tumbukan antara molekul zat

Universitas Sumatera Utara


pereaksi dengan zat yang bereaksi sehingga mempercepat reaksi dan reaksi
terjadi sempurna. Sesuai dengan persamaan Archenius :

k = A e(-Ea/RT)

Semakin besar tumbukan maka semakin besar pula harga konstanta


kecepatan reaksi. Sehingga dalam hal ini pengadukan sangat penting
mengingat larutan minyak-katalis-metanol merupakan larutan yang
immiscible.
c. Katalisator
Katalisator berfungsi untuk mengurangi tenaga aktivasi pada suatu reaksi
sehingga pada suhu tertentu harga konstanta kecepatan reaksi semakin
besar. Pada reaksi esterifikasi yang sudah dilakukan biasanya
menggunakan konsentrasi katalis antara 1 - 4 % berat sampai 10 %
berat campuran pereaksi.
d. Suhu Reaksi
Semakin tinggi suhu yang dioperasikan maka semakin banyak konversi
yang dihasilkan, hal ini sesuai dengan persamaan Archenius. Bila suhu
naik maka harga k makin besar sehingga reaksi berjalan cepat dan hasil
konversi makin besar [10].

2.2 GLISEROL BENZOAT


Gliserol alfa monoklorhidrin dipanaskan dengan natrium benzoat selama dua
jam pada 175 0C memproduksi terutama gliserol alfa-gama dibenzoat. Alfa gama
dibenzoat dibentuk oleh pertukaran ester diantara dua molekul pada monobenzoat.
Gliserol alfa monobenzoat bersifat kental, dapat larut dalam air yang mana
terurai ketika didistilasi. Gliserol alfa gama dibenzoat adalah minyak kental yang
higroskopik yang mana hanya sedikit larut dalam air. Gliserol dibenzoat yang
tercampur dengan sedikit gliserol monobenzoat juga terbentuk ketika suatu campuran
ekuimolar asam benzoat dan gliserol dipanaskan pada 225 0C selama sepuluh jam
dalam atmosfer CO2.
Gliserol biasanya disiapkan dari gliserin dan benzil klorida oleh reaksi
Schotten Baumann. Itu terjadi dalam dua bentuk, biasanya meleleh sekitar 72 0C dan

Universitas Sumatera Utara


lainnya 76 0C. Jika meleleh lebih tinggi direkristalisasi dari ligroin atau digabung dan
dibuat dingin secara lambat sehingga bentuk lelehan rendah diperoleh [13].
Kegunaan tribenzoin (gliserol tribenzoat) sangat banyak baik untuk keperluan
bahan makanan maupun non makanan. Aplikasi pemnfaatan tribenzoin antara lain
dapat digunakan sebagai bahan plasticizer pada edibel coating makanan, bahan
plasticizer yang aman pada pewarna kuku, bahan untuk meningkatkan sifat adhesive
dan water resistance pada tinta printer [5].

2.3 BAHAN BAKU PRODUKSI TURUNAN GLISEROL


2.3.1 Gliserol
Gliserol ialah suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas 3 atom karbon. Jadi
tiap atom karbon mempunyai gugus OH. Satu molekul gliserol dapat mengikat
satu, dua, tiga molekul asam lemak dalam bentuk ester, yang disebut
monogliserida, digliserida dan trigliserida [14].
Gliserol (1,2,3 propanatriol) merupakan cairan bening tidak berwarna yang
memiliki kelarutan yang baik terhadap air. Karakteristik gliserol ditampilkan pada
Tabel 2.1 berikut :

Tabel 2.1. Karakterisasi Gliserol [1]

Parameter Nilai / Karaketristik


Nomor registrasi CAS 56-81-5
Rumus Formula C3H8O3
Bobot Molekul (mol-1) 92,1
Fasa Cair
Warna Tidak berwarna

Gliserol digunakan baik sebagai bahan baku proses, bahan antara dan sebagai
bahan tambahan yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas suatu produk [1].
Rincian penggunaan gliserol di berbagai macam industri dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Macam Macam Penggunaan Gliserol di Industri [1]

Universitas Sumatera Utara


Bidang Industri Fungsi Produk

Makanan dan Pelembab, pemanis dan Minuman ringan, permen, kue,


Minuman pengawet intermediet pelapis daging dan keju, makanan
hewan peliharaan, margarin,
salad, makanan beku dan
Farmasi Pelembut, media kemasanobat
Kapsul, makanan.
infeksi, anestesi,
obat batuk, pelega tenggorokan,
obat kulit, antiseptik dan
antibiotik.
Kosmetika dan Pelembab, pelembut Pasta gigi, krim dan lotion kulit,
Toiletris lotion cukur, deodorant, make up,
lipstik dan maskara.
Kertas dan Pelembut,mencegah Kertas minyak, kemasan makanan,
pencetakan Penyusutan kertas cetakan tinta

Tekstil Pemasti ukuran, pelunak, Kain, serat dan benang

Lainlain Pelumas, pelicin, Kemasan resin, plastik, karet,


pelapis, menambah busa, dinamit, komponen radio
fleksibilitas, dan lampu neon.

2.3.2 Asam Benzoat


Senyawa asam benzoat dengan nama lain asam benzena karboksilat, asam
fenilformat, asam drasilat mempunyai rumus molekul C6H5COOH. Struktur dari
asam benzoat disajikan pada Gambar 2.3

Gambar 2.3. Struktur asam benzoat [15]

10

Universitas Sumatera Utara


Asam benzoat memiliki berat molekul 122,22, berupa padatan kristal
putih, mempunyai titik leleh 122,4 C dan titik didih 249,2 C, tersublimasi pada
suhu 100 C, dan bersifat volatil. Asam benzoat sedikit terlarut dalam H2O dingin,
namun terlarut dalam H2O panas, alkohol, maupun eter. Asam benzoat dapat
digunakan sebagai pengawet makanan dan pasta parfum [15]. Asam benzoat
merupakan salah satu pengawet sintetik yang bekerja efektif pada pH 2,5-4,0
sehingga banyak digunakan pada makanan atau minuman yang bersifat asam.
Sifat-sifat asam benzoat adalah sebagai berikut : Bobot molekul 122,12;
mengandung tidak kurang dari 99,5 % dan tidak lebih dari 100,5 % C7H6O2
dihitung terhadap zat anhidrat, pemerian : hablur berbentuk jarum atau sisik,
putih,sedikit berbau, biasanya bau benzaldehid atau benzoin. Agak mudah menguap
pada suhu hangat, mudah menguap dalam uap air, kelarutan : sukar larut dalam air,
mudah larut dalam etanol, dalam kloroform, dan dalam eter [16].

2.3.3 Katalis
Katalis memainkan peranan penting dalam industri kimia dengan
berkontribusi pada keberhasilan secara ekonomi dan kelestarian lingkungan. Lebih
dari 75% dari semua transformasi industri kimia menggunakan katalis dalam
berbagai bidang, seperti polimer, farmasi, bahan kimia pertanian, dan petrokimia.
Pada kenyataannya, 90% dari proses baru baru ini dikembangkan dengan
melibatkan penggunaan katalis. Selain itu, perkembangan yang fokus pada
konservasi lingkungan sangat bergantung pada perkembangan di bidang katalis [17].

Adanya katalis dapat mempengaruhi faktor faktor kinetika suatu reaksi


seperti laju reaksi, energi aktivasi, sifat dasar keadaan transisi dan lain lain.
Karakteristik katalis adalah berinteraksi dengan reaktan tetapi tidak berubah pada
akhir reaksi [11].
Katalis dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu katalis enzim, homogen dan
heterogen.
a. Katalis Enzim

11

Universitas Sumatera Utara


Enzim adalah molekul protein ukuran koloidal, merupakan katalis diantara
homogen dan heterogen. Enzim merupakan driving force untuk reaksi biokimia,
karakterisasinya adalah efisiensi dan selektivitas.
b. Katalis Homogen
Katalis homogen berada fasa yang sama seperti reaktan dan produk. Reaksi
sangat spesifik dengan yield produk yang diinginkan yang tinggi. Kelemahannya
adalah hanya dapat digunakan pada skala laboratorium, sulit dilakukan secara
komersial, operasi pada fasa cair dibatasi kondisi suhu dan tekanan, sehingga
peralatan menjadi lebih kompleks dan perlu pemisahan antara produk dengan
katalis. Oleh karena itu katalis homogen dibatasi pada industri bahan bahan
kimia tertentu, obat obatan dan makanan.
c. Katalis Heterogen
Katalis heterogen secara umum berbentuk padat dan banyak digunakan pada
reaktan berwujud cair atau gas. Katalis heterogen paling luas digunakan dalam
bidang industri, dikarenakan sistem katalis heterogen memiliki beberapa
keuntungan bila dibandingkan dengan sistem katalis homogen.
Keuntungan katalis heterogen antara lain : selektivitas produk yang
diinginkan dapat ditingkatkan dengan adanya pori yang terdapat pada katalis
heterogen, dapat digunakan pada suhu tinggi sehingga dapat dioperasikan pada
berbagai kondisi, aktivitas intrinsik dari active site dapat dimodifikasi oleh
struktur padat, komposisi kimia pada permukaan dapat digunakan untuk
meminimalisasi atau meningkatkan adsorpsi komponen tertentu, katalis heterogen
dapat dipisahkan dari produk dengan penyaringan dan dapat digunakan kembali,
mudah digunakan karena tidak memerlukan tahap yang panjang untuk
memisahkan dari sistem yang dikatalisisnya [18].
Baru-baru ini, katalis asam heterogen lebih banyak disukai dibanding
homogen karena lebih mudah dipisahkan sehingga lebih mudah pula untuk di
recovery. Ada beberapa studi tentang reaksi esterifikasi atau transesterifikasi non-
katalitik yang menyebabkan pemurnian lebih sederhana dan proses yang ramah
lingkungan. Untuk menghindari pemisahan yang diperlukan dalam sistem katalitik
homogen, beberapa penelitian telah mengembangkan penggunaan katalis heterogen,
seperti pada esterifikasi gliserol dengan asam laurat dan oleat menggunakan resin

12

Universitas Sumatera Utara


kation yang padat dan bahan zeolitic. Baru-baru ini, penelitian menunjukkan bahwa
katalis mesopori mengandung gugus SO3H merupakan katalis efisien dalam
esterifikasi gliserol dengan asam lemak, di mana hasil yang tinggi dari mono
derivatif dapat diperoleh [19].

Tabel 2.3.Perbandingan Antara Katalis Homogen dan Heterogen [17]

Katalis Homogen Katalis Keterogen


Active center Semua atom Hanya permukaan atom
Selektivitas Tinggi Rendah
Keterbatasan transfer Sangat jarang Bisa parah
massa
Struktur/ mekanisme Ditentukan Tak ditentukan
Pemisahan katalis Lambat/mahal(ekstraksi Mudah
atau distilasi)
Penggunaan Terbatas Luas
Biaya kerugian katalis Tinggi Rendah

Pemilihan Katalis atau pengembangan katalis perlu pertimbangan untuk


mendapatkan efektivitas dalam pemakaian. Dalam pengembangannya, katalis cair
dapat digantikan dengan katalis asam padat seperti zeolit, clay, dan lain lain.
Keuntungannya adalah dapat di-recovery, di-recycle, dan digunakan kembali [11].

2.3.3.1 Zeolit
Zeolit adalah kristalin, mikropori, aluminasilikat hidrat yang dubangun dari
suatu pemanjangan tak terbatas hubungan tiga dimensi dari tetrahedra [SiO4]4- dan
[AlO4]5- dihubungkan masing masing oleh pembagian atom oksigen. Secara umum,
struktur mereka dapat dipertibangkan sebagai polimer anorgnaik yang dibentuk dari
tetrahedral unit TO4 dimana T adalah ion Si4+ atau Al3+ masing masing O dibagi
antara dua atom T. Rumus struktur zeolit didasarkan pada unit sel kristalografi :
Mx/n[(AlO2)x(SiO2)y].WH2O, dimana M adalah alkali atau kation alkali tanah, n
adalah valensi kation, w adalah jumlah molekul air per unit sel, x dan y adalah total

13

Universitas Sumatera Utara


jumlah tetrahedra per unit sel, dan rasio y/x biasanya bernilai 1 sampai 5, untuk silika
zeolit y/x range dari 10 sampai 100 [20].
Pemanfaatan zeolit sangat luas seperti sebagai adsorben, penukar ion dan
katalis. Sifat katalitik zeolit pertama kali ditemukan oleh Weisz dan Frilette pada
tahun 1960 dan dua tahun kemudian mulai diperkenalkan penggunaan zeolit Y
sebagai katalis perengkah [8].
Kemampuan zeolit sebagai katalis berkaitan dengan tersedianya pusat
pusat aktif daam saluran antar zeolit. Bila zeolit digunakan pada proses katalitik
maka akan terjadi difusi molekul ke dalam ruang kosong antar kristal dan reaksi
kimia juga terjadi di permukaan tersebut [21].
Sifat lain dari zeolit yang juga berpengaruh terhadap peranannya dalam
katalisis adalah :
1. Komposisi kerangka dan strukur pori zeolit; Komposisi kerangka mengatur
muatan kerangka dan mempengaruhi stabilitas termal dan asam dari zeolit.
2. Kenaikan rasio Si/Al akan berpengaruh pada stabilitas zeolit terhadap temperatur
tinggi dan lingkungan yang reaktif seperti naiknya keasaman.
3. Medan elektrostatis zeolit; keadaan ini menyebabkan interaksi adsorbsinya
dengan molekul lain berubah-ubah.
4. Kekuatan asam dari sisi Bronsted akan bertambah dengan naiknya rasio Si/Al,
penurunan konsentrasi kation dalam zeolit.
Perubahan struktur bangun zeolit. Peran struktur pori zeolit sangat penting
dalam proses katalisis karena pori inilah yang berperan sebagai mikroreaktor dan
darinya dimungkinkan untuk mendapatkan reaksi katalitik yang diinginkan menurut
aturan selektivitas [8].
Zeolit dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu zeolit alam dan
zeolit sintetik. Zeolit alam yaitu zeolit yang diperoleh dari endapan di alam,
sedangkan zeolit sintetik adalah zeolit yang direkayasa dari bahan berkemurnian
tinggi dan mempunyai karakteristik tertentu [22].
a. Zeolit Alam
Zeolit Alam terbentuk karena adanya proses kimia dan fisika yang kompleks
dari batu batuan yang mengalami berbagai macam perubahan di alam. Para ahli
geokimia dan mineralogi memperkirakan bahwa zeolit merupakan produk gunung

14

Universitas Sumatera Utara


berapi yang membeku menjadi batuan vulkanik, batuan sedimen dan batuan
metamorfosa yang selanjutnya mengalami proses pelapukan karena pengaruh panas
dan dingin sehingga akhirnya terbentuk mineral mineral zeolit. Anggapan lain
menyatakan proses terjadinya zeolit berawal dari gunung gunung berapi yang
beterbangan kemudian mengendap di dasar danau dan dasar lautan. Debu debu
tersebut kemudian selanjutnya mengalami berbagai macam perubahan oleh air danau
atau air laut sehingga terbentuk sedimen sedimen yang mengandung zeolit di dasar
danau dan atau laut tersebut.
Jenis zeolit alam dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu :
1. Zeolit yang terdapat di antara celah-celah batuan atau di antara
lapisan batuan zeolit jenis ini biasanya terdiri dari beberapa jenis mineral
zeolit bersama-sama dengan mineral lain seperti kalsit, kwarsa,
renit, klorit, fluorit dan mineral sulfida.
2. Zeolit yang berupa batuan; hanya sedikit jenis zeolit yang berbentuk
batuan, diantaranya adalah: klinoptilolit, analsim, laumontit, mordenit,
filipsit, erionit, kabasit dan heulandit [23].

b. Zeolit Sintetik
Banyak kristal zeolit baru telah disintesis dan memenuhi beberapa fungsi
penting dalam industri kimia dan minyak bumi dan juga dipakai sebagai produk
seperti deterjen. Telah diketahui lebih dari 150 tipe zeolit sintetik dan 40 mineral
zeolit. Beberapa jenis zeolit berdasarkan rasio Si / Al antara lain, zeolit silika rendah
dengan perbandingan Si/Al 1 1,5, memiliki konsentrasi kation paling tinggi, dan
mempunyai sifat adsorpsi yang optimum, contoh zeolit silika rendah adalah zeolit A
dan X; zeolit silika sedang, yang mempunyai perbandingan Si/Al adalah 2-5, contoh
zeolit jenis ini adalah Mordernit, Erionit, Klinoptilolit, zeolit Y; zeolit silika tinggi,
dengan perbandingan kadar Si/Al antara 10 100, bahkan lebih, contohnya adalah
ZSM-5.
Proses pembuatan zeolit secara komersial terbagi menjadi tiga kelompok
yaitu pembuatan zeolit dari gel reaktif aluminosilika atau hidrogel, konversi dari
mineral tanah liat menjadi zeolit dan proses berdasarkan pada penggunaan material
mentah zeolit yang sudah ada di alam. Hidrogel dan konversi dari mineral tanah liat

15

Universitas Sumatera Utara


membentuk bubuk atau pellet zeolit dengan kemurnian tinggi. Produk zeolit bubuk
biasanya terikat dengan oksida organik atau mineral membentuk partikel yang
menyatu untuk mempermudah dalam menangani dan menggunakannya [24].
Pada saat ini, permasalahan utama penelitian zeolit adalah ketersediaanya dan
harga bahan mentah secara spesifik sumber silika. Di sisi lain, silika komersil (buatan
pasir) yang mana tersedia dalam gel, sol, asap atau padatan amorf ditemukan menjadi
variabel dalam reaktivitas dan selektivitas. Preparasi zeolit sintetik dari sumber bahan
kimia silika dan alumina mahal. Sementara, bahan mentah lebih murah, seperti
mineral tanah lempung, zeolit alam, abu batubara, abu insenerasi limbah padat kota,
dan ampas biji industri, adalah dimanfaatkan sebagai bahan mentah untuk zeolit
sintetik. Penggunaan material limbah dalam zeolit sintetik berkontribusi terhadap
peringanan masalah lingkungan, umumnya dalam lahan purifikasi air,penghilangan
logam berat atau amonium, dan menjadikan produk yang lebih menarik dan berguna
[20].
Aktivasi zeolit alam dapat dilakukan baik secara fisika maupun secara
kimia. Aktivasi secara fisika dilakukan melalui pengecilan ukuran butir,
pengayakan, dan pemanasan pada suhu tinggi, tujuannya untuk menghilangkan
pengotor- pengotor organik, memperbesar pori, dan memperluas permukaan.
Sedangkan aktivasi secara kimia dilakukan melalui pengasaman. Tujuannya untuk
menghilangkan pengotor anorganik. Pengasaman ini akan menyebabkan

terjadinya pertukaran kation dengan H+ .


Modifikasi zeolit alam lebih lanjut dilakukan untuk mendapatkan
bentuk kation dan komoposisi kerangka yang berbeda. Modifikasi ini biasanya
dilakukan melalui pertukaran ion, dealuminasi, dan substisuti isomorfis [23].

2.3.3.2 Katalis H-Zeolit


Katalis padat cair (heterogen) merupakan katalis yang berupa padatan (H-
Zeolit) dan berinteraksi dengan reaktan yang berbeda fasa yaitu cair. Pada proses
katalisis heterogen terjadi tahapan reaksi (siklus katalitik) tertentu. Siklus katalitik
didahului dengan terjadinya transfer reaktan menuju permukaan katalis. Reaktan
kemudian berinteraksi dengan katalis sehingga terjadi proses adsorpsi pada
permukaan katalis. Spesies yang teradsorpsi akan bereaksi untuk menghasilkan

16

Universitas Sumatera Utara


produk. Setelah reaksi selesai, produk yang terbentuk akan terdesopsi dari
permukaan katalis, lalu menjauhi katalis [25].
Selain itu kemungkinan juga terjadinya peristiwa perengkahan atau pemutusan
ikatan hidrokarbon tidak jenuh dari asam karboksilat oleh katalis H-Zeolit.
Pemutusan pada ikatan rangkap diawali oleh adanya serangan elektron oleh ikatan
rangkap terhadap H+ atau asam Bronsted yang terdapat pada permukaan katalis.
Akibatnya terbentuknya karbon kation pada atom karbon ikatan rangkap yang
kekurangan elektron, serangan tersebut juga akan mengakibatkan adanya ikatan
antara hidrogen pada katalis dengan karbon ikatan rangkap [26].

2.3.4 Metanol
Metanol juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau spiritus,
adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH. Metanol merupaakan bentuk
alkohol paling sederhana. Pada keadaan atmosfer, metanol berbentuk cairan yang
ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau
yang khas (berbau lebih ringan daripada etanol). Metanol digunakan sebagai bahan
pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar dan sebagai bahan aditif bagi industri
etanol.
Metanol diproduksi secara alami oleh metabolisme anaerobik oleh bakteri.
Hasil proses tersebut adalah uap metanol (dalam jumah kecil) di udara. Setelah
beberapa hari, uap metanol tersebut akan teroksidasi oleh oksigen dengan bantuan
sinar matahari menjadi karbondioksida dan air [10]. Sifat sifat fisik dan kimia
metanol ditunjukkan pada Tabel 2.4 berikut :

Tabel 2.4. Sifat Sifat Fisik dan Kimia Metanol [10]


Massa Molar 32,04 g/mol
Wujud Cairan tidak berwarna
Specific gravity 0,7918
Titik Leleh -97 0C, -142,9 0F (176 K)
Titik didih 64,7 0C, 148,8 0F (337,8 K)
Kelarutan dalam air Sangat larut
Keasaman (pKa) -15,5

17

Universitas Sumatera Utara


2.3.4.1 Kegunaaan Metanol
Metanol digunakan secara terbatas dalam mesin pembakaran dalam,
dikarenakan metanol tidak mudah terbakar dibandingkan dengan bensin. Metanol
campuran merupakan bahan bakar dalam model radio kontrol. Salah satu kelemahan
metanol sebagai bahan bakar adalah sifat korosi terhadap beberapa logam, termasuk
aluminium.
Penggunaan metanol terbanyak adalah sebagai bahan pembuat bahan kimia
lainnya. Sekitar 40 % metanol diubah menjadi formaldehid dan dari sana menjadi
berbagai macam produk seperti plastik, plywood, cat, peledak, dan tekstil. Dalam
beberapa pabrik pengolahaan ar limbah, sejumlah kecil metanol digunakan ke air
limbah sebagai bahan makanan karbon untuk denitrifikasi bakteri, yang mengubah
nitrat menjadi nitrogen [10]. Metanol biasa digunakan sebagai pelarut organik,
merupakan jenis alkohol yang mempunyai struktur paling sederhana [27].
Dari alkohol berberat molekul rendah, metanol jauh lebih banyak digunakan
karena kemampuan bercampur yang sangat tinggi dengan produk reaksi. Pemakaian
alkohol lain seperti etanol dan isopropanol dapat membentuk sistem azeotrop
dengan air pada bagian metanol/water rectification [7]. Metanol lebih disukai
karena memiliki reaktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan etanol [28].

2.3.5 Asam Sulfat (H2SO4)


Asam sulfat merupakan salah satu bahan penunjang yang sangat penting dan
banyak dibutuhkan di bidang industri, terutama industri kimia. Oleh karena itu, asam
sulfat memperoleh julukan the lifeblood industry [11].
Asam sulfat (H2SO4) merupakan cairan yang bersifat korosif, tidak
berwarna, tidak berbau, sangat reaktif dan mampu melarutkan berbagai logam.
Bahan kimia ini dapat larut dengan air dengan segala perbandingan, mempunyai

titik leleh 10,49 oC dan titik didih pada 340 oC tergantung kepekatan serta

pada temperatur 300 oC atau lebih terdekomposisi menghasilkan sulfur


trioksida [10]. Sifat sifat asam sulfat ditunjukkan pada Tabel 2.5.

18

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.5 Sifat Fisika dan Kimia Asam Sulfat [10]

Berat Molekul 98,08 gr / gmol


Titik Leleh 10,49 0C
Titik Didih 340 0C
Specific Gravity 1,834
Warna Tidak Berwarna
Wujud Cair

Pada proses esterifikasi katalis yang banyak digunakan pada awalnya adalah
katalis homogen asam donor proton dalam pelarut organik, seperti H2SO4, HF,
H3PO4, R-SO3H, dan PTSA. Katalis H2SO4 dalam reaksi esterifikasi adalah
katalisator positif karena berfungsi untuk mempercepat reaksi esterifikasi yang
berjalan lambat. H2SO4 juga merupakan katalisator homogen karena membentuk satu
fase dengan peraksi.
Adapun pemilihan penggunaan asam sulfat (H2SO4) sebagai katalisator dalam
beberapa reaksi esterifikasi dikarenakan beberapa faktor, diantaranya adalah :
1. Asam sulfat selain bersifat asam juga merpakan agen pengoksidasi yang kuat.
2. Dapat larut dalam air pada kepekatan
3. Konsentrasi ion H+ berpengaruh terhadap kecepatan reaksi.
4. Karena afinitasnya terhadap air, maka asam sulfat dapat menghilangkan
bagian terbesar uap air dan gas yang basah, seperti udara lembab [11].

2.4 Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red (FTIR)


Metode spektofotometri inframerah (IR) digunakan untuk menentukan gugus
fungsional suatu senyawa melalui prinsip absorpsi cahaya inframerah oleh molekul
dalam senyawa yang dianalisis [11].
Sebagaimana radiasi Infra merah, dilewati sampel, panjang gelombang
spesifik diserap yang menyebabkan ikatan kimia dalam material mengalami getaran
seperti peregangan, pemborongan, dan pembengkokan. Gugus fungsional ada di
dalam suatu molekul yang ditujukan untuk mengabsorbsi radiasi infra merah dalam
range panjang gelombang yang sama tanpa memperhatikan struktur lain dalam

19

Universitas Sumatera Utara


molekul dan puncak spektrum diperoleh dari absorpsi energi getaran ikatan yang
berubah dalam daerah infra merah. Suatu spectrum infra merah diukur dengan
menghitung intensitas radiasi infra merah sebelum dan sesudah melewati sampel, dan
spektrum di plot dengan Y-axis sebagai absorbansi dan X-axis sebagai panjang
gelombang. Untuk tujuan kuantitatif diperlukan yntuk memplot spektrum dalam unit
absorbansi [29].

2.5 Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)


Spektrofotometer Serapan Atom merupakan salah satu metode analisis
berdasarkan pada pengukuran banyaknya intensitas sinar yang diserap oleh atom
atom bebas dari logam yang dianalisis. Pada umumnya analisis Spektrofotometri
Serapan Atom digunakan untuk menetapkan unsur unsur logam dalam batu
batuan, tanah, tanaman, makanan, minuman, termasuk daging serta bahan bahan
lainnya [30].
Ada lima dasar komponen dalam instrumen serapan atom :
1. Sumber cahaya yang memancarkan spektrum elemen
2. Suatu sel absorpsi yang mana atom sampel di produksi (nyala, graphite
furnace, MHS cell, FIAS cel, FIMS cell).
3. Suatu monokromator untuk dispersi cahaya
4. Suatu detektor, yang mengukur intensitas cahaya dan menguatkan signal
5. Suatu tammpilan yang menunjukkan pembacaan setelah diproses oleh
instrumen elektronik [31].

2.5.1 Keuntungan Metode Spektrofotometer Serapan Atom


Penentuan logam biasanya menggunakan metode spektrofotomer serapan
atom karena metode ini dapat digunakan untuk penentuan unsur tunggal dan
penentuan logam dalam konsentrasi rendah. Adapun beberapa keuntungan lain dari
metode spektofotometer Serapan Atom (SSA) dalam penentuan kadar logam adalah :
1. Metode analisis SSA dapat menentukan hampir keseluruhan unsur logam.
2. Metode analisis SSA dapat menentukan logam dalam skala kualitatif karena
lampu yang digunakan satu untuk setiap logam.

20

Universitas Sumatera Utara


3. Analisis unsur logam langsung dapat ditentukan walau sampel dalam bentuk
campuran.
4. Analisis unsur logam dengan metode SSA didapat hasil kuantitaif.
5. Analisis dapat diulangi beberapa kali dan akan selalu diperoleh hasil yang
sama [32].

2.6. Analisa Biaya


Analisa biaya dilakukan untuk mengetahui apakah produk yang dihasilkan
melalui penelitian ini bersifat ekonomis.
Bahan-bahan yang digunakan dibagi menjadi tiga bahagian, yaitu bahan
untuk sintesis katalis H- Zeolit, bahan untuk mensintestis gliserol tribenzoat,
pemurnian gliserol tribenzoat.
Bahan-bahan yang digunakan untuk sintesis katalis H-Zeolit terdiri dari,
zeolit alam, asam sulfat, aquadest. Sintesis Katalis H-Zeolit dibuat berdasarkan 30
gram zeolit alam, sehingga semua bahan dihitung per 30 gram zeolit alam. Berikut
ini adalah tabel jumlah bahan baku yang digunakan untuk mensintesis katalis H-
Zeolit:

Tabel 2.6. Keterangan Jumlah Bahan Baku untuk Sintesis Katalis H Zeolit
Bahan Jumlah Harga/satuan (Rp) Harga (Rp)
Zeolit Alam 30 gram 15.000,00/kg 450,-
Asam Sulfat teknis 600 ml 3.250/ml 27.300,-
Aquadest 200 ml 5.200/l 2.000,0
Total Rp 29.750

Diasumsikan bahwa 30 gram zeolit alam akan menghasilkan 30 gram katalis


H-Zeolit juga maka harga 1 gram katalis H - Zeolit = Rp 29.750 /30 gram = Rp
992/gram Rp 1.000 /gram
Bahan baku untuk esterifikasi terdiri dari, gliserol (CH3OH), asam benzoat
(CH3COOH), aquadest (H2O) dan metanol (CH3OH). Asan benzoat yang digunakan
dilarutkan dalam metanol dengan volume sebesar 190 ml. Berikut ini adalah tabel
penggunaan untuk pembuatan gliserol tribenzoat:

21

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.7 Keterangan Jumlah Bahan Baku Esterifikasi
Harga/satuan Harga (Rp)
Bahan Jumlah
(Rp)
Gliserol 90 % 10 ml 200.000/l 2.000
Asam Benzoat 66,88 gram 100/gr 6.680
Metanol (CH3OH) 190 ml 23.400/l 4.446
Total 13.126

Dalam pemurnian gliserol tribenzoat hanya digunakan aquadest sebanyak 300


ml sebagai larutan pencuci. Maka biaya dalam pemurnian gliserol tribenzoat :
Aquadest : 300 ml x Rp. 5.200/l = Rp. 1.560,-
Biaya total : Rp 29.750 + Rp. 13.126 + Rp. 1.560 = Rp. 44.436,-
Untuk penggunaan katalis 5% = 0,631 gram
= Rp. 1000/gram x 0,631 gram = Rp. 631
Sehingga total biaya untuk katalis 5 %
= Rp 631 + Rp. 13.126 + Rp. 1.560 = Rp. 15.317,-
Dari penelitian diperoleh berat gliserol tribenzoat pada penambahan katalis 5 %
adalah 47,072 gram. Ini berarti harga gliserol tribenzoat = Rp. 325/ gram = 325.000,-
Biaya Pasaran Produk gliserol tribenzoat : 64 USD / Kg = Rp. 851.936,-
Ini menunjukkan bahwa biaya produksi gliserol tribenzoat ini di bawah harga
pasaran produk gliserol tribenzoat, sehingga dapat disimpulkan bahwa produk yang
dihasilkan ekonomis.

22

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai