Anda di halaman 1dari 9

Hubungan Ejakulasi Dini, Anxietas, dan Depresi

Made Nyandra

Ejakulasi dini adalah salah satu gangguan fungsi seksual pada laki-laki yang paling sering
ditemukan dan sering kali menyebabkan gangguan fungsi seksual lainnya. Patologi Ejakulasi
Dini ini sangat kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor, yang secara sederhana dapat
dibagi menjadi 2 yaitu faktor biologis dan faktor psikologis. Faktor psikologis yang sering
dihubungkan dengan ejakulasi dini adalah depresi dan anxietas.Bagaimana hubungan tersebut
saling mempengaruhi sangat menarik untuk ditelaah.
Disisi yang lain depresi dan kecemasan merupakan gangguan mental yang sering
ditemukan di masyarakat, serta gejalanya sering kali juga saling tumpang tindih. Tumpang tindih
tersebut juga dapat terjadi dengan gangguan fungsi seksual seperti ejaklulasi dini dan disfungsi
ereksi, bahkan penderita yang mengalami ejakulasi dini juga mengalami disfungsi ereksi.
Dengan diketahuinya hubungan tersebut diharapkan penanganan kasus ejakulasi dini bisa
dilakukan dengan baik
Kata kunci: ejakuasi dini, depresi dan anxietas

Pendahuluan
Fungsi seksual dan fungsi mental adalah bagian dari fungsi manusia yang mempengaruhi
kualitas hidup manusia, sehingga menjadi bagian yang sangat penting untuk mendapatkan
perhatian. Di sisi yang lain hanya sebagian kecil saja penderita gangguan fungsi seksual maupun
gangguan mental yang mau untuk mendapatkan pengobatan dengan berbagai alasan. Akibatnya
adalah gangguan fungsi seksual khususnya ejakulasi dini akan berkembang dan menimbulkan
gangguan yang lain, termasuk gangguan mental serta menimbulkan gangguan fungsi seksual dan
gangguan mental pada pasangannya. Kalau sudah terjadi siklus maka akan menyebabkan
kesulitan dalam penangannya, karena satu sama lain saling terkait, juga terapi yang satu belum
tentu dapat menyembuhkan gangguan fungsi yang lainnya.

Salah satu gangguan fungsi seksual yang banyak ditemui di masyarakat adalah ganguan
ejakulasi dini. Walaupun demikian, masih banyak penderita gangguan fungsi seksual yang tidak
mau untuk mencari pengobatan dengan berbagai alasan seperti merasa malu dengan masalah
yang dianggap paling rahasia, tidak tahu kemana harus mengungkapkan, tidak mengerti bahwa
gangguan fungsi seksual itu suatu penyakit, banyak yang tidak mengerti bahwa gangguan
tersebut bisa diatasi (Pangkahila, 2003), hanya 9 % yang mau melakukan pengobatan pada
dokter (Payne dan Sadovsky, 2007). Pada penelitian di lima negara yaitu USA, Kanada, Inggris,
Australia dan New Zealand dengan melibatkan 631 laki-laki dan 714 perempuan, yang sering
mempunyai masalah seksual, hanya 32 % yang mencari pengobatan ke pelayanan kesehatan
(Nicolosi dkk., 2006).

Anxitas adalah salah satu jenis gangguan mental yang terkait dengan ejakulasi dini.
Anxietas juga merupakan gangguan mental yang banyak ditemui di masyarakat dan sangat sering
bersama-sama dengan gangguan depresi. Ada penulis yang menghubungkan gangguan tersebut
bagaikan suatu perjalan dari anxietas menuju depresi dan dari ejakulasi dini menuju ke disfungsi
ereksi. Nampaknya suatu analogi yang cukup mendasar dan dapat dipelajari lebih jauh, karena
bisa jadi semua gangguan tersebut terjadi dalam satu pasien, dengan satu gangguan yang
menonjol dan gangguan yang lain tersembunyi, sehingga terjadi kekeliruan diagnosis dan tentu
saja kekeliruan terapi. Ejakulasi dini dikaitkan dengan serotonin, rendahnya kadar serotonin
dianggap sebagai penyebab terjadinya ejakulasi dini. Sehingga banyak penelitian yang dilakukan
dengan menggunakan antidepresan golongan SSRI untuk mengobati ejakulasi dini.

Gangguan fungsi seksual, maupun gangguan merupakan masalah kesehatan masyarakat


dan masalah emosional (Laumann dkk., 1999). Penderita ejakulasi dini seringkali merasa tidak
puas, sangat kecewa, malu dan rendah diri karena tidak mampu memberikan kepuasan seksual
kepada pasangannya. Ejakulasi dini dengan segala akibat psikis yang negatif dapat
mengakibatkan disfungsi ereksi (Pangkahila, 2003).Ketiga gangguan tersebut kelihatannya
terkait dengan serotonin. Untuk itulah penulis mencoba mendalami hubungan ejakulasi dini,
anxietas dan depresi.

Ejakulasi Dini dan Serotonin


Ejakulasi dini adalah salah gangguan ejakulasi yang paling banyak ditemukan di
masyarakat, dan banyak ditemukan pada masyarakat dengan umur di bawah 30
(Papaharitoudkk., 2006). Laporan dari berbagai negara bervariasi seperti di USA sebesar 24 %,
di Jerman 20,3 % dan di Italia 20% (Porstdkk., 2006). Di Malaysia
ditemukanejakulasidinisekitar 22,3 % dan 25 % berhubungandengananxietasserta 14,6 %
berhubungandengandepresi (Quekdkk., 2008). Ada yang melaporkan sekitar 30-50 % ( Kim,
2001). Di Inggris ditemukan sekitar 14 % penderita ejakulasi dini di antara 617 responden
(Sotomayor, 2005). Suatu penelitian yang melibatkan 28 pusat penelitian menemukan ejakulasi
dini sebanyak 15%, dan di USA pada laki-laki berumur 18 59 tahun didapatkan sekitar 31%
(Richardson dkk., 2006). Dalam suatu penelitian Global Study of Sexual Attitudes and
Behaviours (GSSAB) yang meneliti 27.500 orang laki-laki dan wanita, umur 40 80 tahun
dilaporkan 30 % mengalami ejakulasi dini (Mathers dkk., 2007). Walaupun adanya perbedaan
dari masing-masing negara tetapi secara umum mungkin di atas 30 % untuk semua umur
(Montorsi, 2005).

Ejakulasi dini ini sering juga bersamaan atau saling menutupi dengan gangguan seksual
lain seperti disfungsi ereksi. PadapenelitianGlobal Study of Sexual Attitudes and Behaviors
(GSSAB) ditemukan 41 % laki-laki yang menyatakan mempunyai disfungsi ereksi juga
melaporkan mempunyai ejakula sidini, dan sekitar 30 % laki-laki yang menyatakan mempunyai
ejakulasi dini juga menyatakan mempunyai disfungsi ereksi (Payne danSadovovsky, 2007).
Adanya hubungan ini membuat ejakulasi dini sangat memerlukan pemilahan yang teliti sehingga
bisa ditangani dengan baik.

Ejakulasi melibatkan beberapa neurotransmiter baik pada perifer maupun di SSP.


Neurotransmiter utama adalah serotonergik dan dopaminergik, sedangkan asetilkolin, adrenalin,
neuropeptida, oksitosin, GABA dan nitrit oksida berperan secara sekunder (Wolter
danHellstrom, 2006). Kadar dopamin di daerah preoptik hipothalamus secara progresif
meningkat saat terjadi perangsangan seksual dan hubungan seksual. Pada saat ejakulasi banyak
penelitian mengenai peranan serotonin. Serotonin dapat berperan secara sentral maupun perifir.
Di sentral serotonin berperan untuk menghambat ejakulasi (Hull dkk., 1999; McMahon dkk.,
2004).

Suatu penelitian yang memngumpulkan artikel yang memuat tentang serotoinin dan
ejakulasi melaporkan bahwa SSRI (flouxetine, fluvoxamine, paroxetine, sertraline, citalopram
dan escitalopram) dapat memperbaiki ejakaluasi dini (Moreland, 2005). Pemberian mirtazapine
tidak dapat memperbaiki ejakulasi dini (Waldinger dkk, 2003). Ternyata ditemukan bahwa
ikatan pada reseptor 5-HT2C dan 5-HT 1A yang berhubungan dengan ejakulasi (Safarinejab dan
Hosseini, 2006). Perbaikan yang dihasilkan dengan pemberian berbagai jenis SSRI juga
bervariasi, sertralin sekitar 68,5 % (Balbay dkk, 1998), flouxetine 68% (Novaretti dkk, 2002).
Dengan pemberian SSRI on demand juga diteliti dibandingkan dengan pemberian setiap hari,
hasilnya pemberian SSRI on demand memberikan dampak lebih rendah dibandingkan pemberian
setiap hari dalam perbaikan ejakulasi (Waldinger dkk., 2005). Dapoxetine salah satu SSRI yang
short-acting dikembangkan untuk terapi ejakulasi dini, penelitian sudah menunjukkan hasil yang
baik, tanpa efek samping jangka pendek maupun jangka panjang (Kendirci dkk., 2007).
Dilaporkan pemberian serorotonin secara intravena pada vesika seminalis dan vas deferen kelinci
dapat menyebabkan kegagalan kontraksi dari vesika seminalis dan vas deferen (Kim. dkk, 2004)

Serotonin
Serotonin yang dikenal dengan 5-hydroxytryptamin (5-HT), berasal dari asam amino L-
triptopan, kemudian mengalami hidrolisa dengan bantuan enzim triptopanhidroksilasemenjadi 5-
hydroksitriptopan.Kemudian 5-hidroksitriptopan mengalamidekarboksilasidenganbantuanenzim
L-aromatic amino acid decarboxylase menjadi 5-HT (serotonin). Serotonin kemudian akan
dikatalisa dengan bantuan enzim monoaminoksidase (MAO) menjadi 5-
hidroksyindoleasetaldehide yang selanjutnya dioksidasi menjadi 5-hidroksyindoleacetic acid (5-
HIAA), yang akan diekresikan keluar dari CNS.
Serotonin merupakan satu neurotransmiter yang proyeksinya sangat luas. Termasuk
proyeksinya yang kuatke medulla spinalis. Dalam badan Pineal mengandung 5 kali lebih banyak
serotonin dibandingkan dari bagian lain di otak, dan enzim yang berperan dalam metabolism dari
serotonin dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor dari luar badan Pineal termasuk di dalamnya
aktivitas saraf simpatis melalui pelepasan nerepinefrin. Sebagian besar daerah yang mengandung
serotonin adalah daerah nukleusraphae dari pons, daerah kau dallokus seruleus, di sekitar nucleus
interpenduncular dan proyeksi yang luas kedaerah medulla spinalis.
Serotonin dalam menimbulkan efek fisiologis maka diperlukan adanya reseptor. Pada
tahun 1950an ditemukan beberapa reseptor serotonin di perifer, dan sekitar tahun 1979 sudah
dikenal dua tipe yaitu 5-HT1 dan 5-HT2. Sampai saat ini sudah dapat diidentifikasi sekitar 15
subtipe dari 7 kelompok reseptor 5-HT, dan setiap subtipe mempunyai lokasi dan fungsi secara
neuroanatomi yang berbeda (Glennondkk., 2000). Ada kelompok autoreseptor somatodendritik,
autoreseptor presinaptik, signaling receptor dan reuptake transporters. Reseptor somatodendritik
terdapat pada mesensepalik dan nukleus raphae medullary. Ada subtipe reseptor 5-HT 1A, yaitu
jenis autoreseptor somatodendritik dan terdapat di daerah mesensepalik dan raphe medulary
bertanggung jawab terhadap penurunan pelepasan serotonin di sinap melalui mekanisme
feedbeck yang negatif, dan pengurangan intravaginal ejaculatory latency time. Reseptor 5-HT1B
dan 5-HT 2C, ditemukan di membran postsinap, keduanya ini menunjukkan peran pada
perpajangan ejaculatory latency. Hubungan antara reseptor 5-HT1B dan efeknya pada
mekanisme ejakulasi belum banyak diketahui (Wolters dan Hellstrom, 2006) .
Reseptor 5-HT1A adalah salah satu reseptor yang dikaitkan dengan ejakulasi. Reseptor
ini terletak pada presinap yang bekerja sebagai feedback negatif terhadap pelepasan serotonin di
sinap (Giuliano dan Clement, 2005). Reseptor 5-HT1A terdapat di jaringan otak dan spinal. Di
otak reseptor ini terdapat di nukleus akumben, dan di nukleus raphae bagian median, sedangkan
di spinal terdapat di dorsal horn, komusura dorsal, nukleus dorsolateral, nukleus intermedilateral,
dan nukleus parasimpatis (Giuliano dan Clement, 2005).
Triptopan sebagai prekursor serotonin jugadapatmengalamimetabolisme lain
yaitumelaluijalurkynurenin yang dikontrololehenzimindoleamin 2,3-dioksigenase (IDO),
diperkirakansekitar 90 % akanmelaluijalurini (Turner danBlackwall, 2005). Dengan demikian
rendahnya kadar serotonin salah satu kemungkinannya adalah bersarnya metabolisme ke arah
Kynurenin. Meningkatnya metabolisme triptopan ke arah kynurenin disebabkan oleh aktifnya
enzim Indoalmine di oksigenase (IDO). Aktifitas enzim IDO ini dapat dipicu oleh interferon
gamma, dan interferon gamma berhubungan dengan anxietas.

Anxietas, Depresi dan Serotonin


Anxietas adalah salah gangguan mental yang sering ditemukan di masyarakat, dengan
variasi gangguan yang sangat bervariasi. Prevalensi secara international sangat luas variasinya
antara penelitian satu dengan lainnya. Prevalensi pada wanita dilaporkan lebih tinggi dari pria
(Somers.dkk, 2006). Diperkirakan prevalensinya sekitar 6 -12 % (Kessler, 2009). Dengan
metode 2 menit, ditemukan bahwa gangguan jiwa terbanyak adalah kecemasan sebesar 14%
kemudian disusuloleh gangguan psikosomatik, gangguan makan, gangguan tidur dan disfungsi
seksual sebesar12,5%, dan gangguan depresif 2% (Hidayat.dkk, 2010). Gangguan ini sering kali
juga diterapi sendiri, dilaporkan sekitar 7,9 % sampai dengan 35,6% melakukan pengobatan
sendiri dengan berbagai cara (Bolton.dkk, 2006). Berarti banyak yang belum terjangkau
pelayanan yang semestinya. Gangguan depresi juga banyak ditemukan dan sering kali bersama-
sama dengan anxietas. Sekitar 10-20% laki-laki mengalami gangguan depresi, bahkan semakin
meningkatnya usia, gangguan depresi juga semakin meningkat (Seidman and Roose, 2000).
Anxietas dan depresi mempunyai kaitan dengan serotonin. Untuk mendapatkan gambaran
hubungan ini, dapat dilihat dari metabolisme triptopan sebagai bahan dasar dari serotonin. Di sisi yang
lain serotonin sendiri merupakan neurotransmiter yang dikaitkan dengan berbagai macam ganggauan
seperti selera makan, kognisi, emesis, fungsi hormon, persepsi, seksual, tidur dan fungsi
pembuluh darah. Gangguan yang sangay luas ini kemungkinan disebabkan karena proyeksinya
yang sangat luas di sistem saraf pusat, serta adanya berbagai tipe reseptor atau sub tipe yang
memberikan respon yang berbeda, serta lokasi reseptor yang tidak sama (Heninger 1997). Di
dalamotak serotonin tersebardalamberbagaibagiandariotak.
Anxietas dilaporkan mempunyai hubungan dengan IFN. Pada siswa yang mempunyai
kecemasan secara bermakna mempunyai kadar IFN yang lebih tinggi dan kadar sitokin
imunoregulator IL-10 dan IL-4 rendah (Maes dkk,. 1998). Interferon gamma meningkatkan
enzim indoleamine 2,3 dioxygenase (IDO) sehingga menyebabkan penurunan kadar serotonin
(Turner dan Blackwell, 2005). Interferon ternyata menyebabkan penurunan serotonin karena IFN
dapat meningkatkan re-uptake serotonin, dengan demikian akan menurunkan serotonin di celah
sinap (Morikawa dkk., 1998). Sitokin seperti IFN danIL-10 dapat meregulasi ekspresi IDO
(Huolin dkk., 2005). Sedangkan dipihak lain gangguan depresi banyak dikaitkan dengan
rendahnya kadar serotonin. Pada terapi beberapa jenis virus dan kanker dengan interferon
menyebabkan munculnya depresi, kemudian diterapi dengan SSRI hanya memperbaiki sekitar 63
-75 % (Turner dan Blackwell, 2005). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa anxietas
berhubungan dengan depresi salah satu caranya melalui peran interferon gamma, yang
menyebabkan aktifnya enzim IDO.Ditemukanadanyahubunganantarakecemasan, IFN dan
serotonin pada penderita ejakulasi dini (Nyandra, 2011).

Kesimpulan

Melihat hasil penelitian dari berbagai peneliti, maka dapat ditarik suatu kesimpulan untuk
menjelaskan hubungan ejakulasi dini, anxietas dan depresi. Anxietas akan meningkatkan
interferon gamma, yang kemudian akan memfasilitasi enzim IDO. Dengan aktifnya enzim IDO
maka triptopan akan dimetabolisme lebih banyak ke arah kenurynin, akibatnya serotonin akan
menurun. Menurunnya kadar serotonin akan menyebabkan ejakulasi, yang akhirnya
menyebabkan gangguan depresi.
Oleh karena itu maka dalam penanganan ejakulasi dini harus diperhatikan anxietas yang
ada, dan kemungkinan akan munculnya depresi. Penanganan yang dilakukan harus dapat
memperbaiki ejakulasi, menurunkan anxietas dan mencegah terjadinya depresi.

Daftar Pustaka

Balbay, M.D., Yildiz ,M., Salvarci, A., Ozsan, O., dan Ozbek, E,. 1998. Treatment of Premature
Ejaculaion with Sertralin. International Urology and Nephrology; 30: 81 83 (abstrak)
Bolton J., Cox B., Clara I., Sareen J, 2006. Use of Alcohol and Drugs to Self-Medicate Anxiety
Disorders in Nationally Representative Sample. The Journal of Nervous adn Mental
Disease, 194: 818 - 825
Giuliano, F., and Clement, P. 2005. Physiology of Ejaculation: Emphasis on Serotonergic
Control. European Urology; 48: 408 417
Glennon, R.A., Dukat, M., and Westkaemper, R.B. 2000.Serotonin Receptor Subtypes and
Ligand.Neuropsychopharmacology: The Fith Generation of Progress.
http://www.acnp.org/94/GN401000039/ch039.html. diambiltanggal 29 Maret 2009
Heninger, G.R. 1997. Serotonin, Sex, and Psychiatric Illness. Proc. Natl. Acad. Sci, USA; 94:
4823 4824
Hull, E.M., Lorrain, D.S., Du, J., Matuszewich,L., Lumley, LA., Putnam, S.K., Moses, J. 1999.
Hormone Neutransmitter Interactions in the Control of Sexual Behavior.Behav Brain
Res; 105: 105-116
Huolin, Tu., Peter, L.R., Juelich, T., Smith, E.M., Tyring, S.K., and Hughes, T.K. 2005.
Cytokine Regulation of Tryptophan Metabolism in the Hypothalamic-Pituitary-Adrenal
Axis: Implications for Protective and Toxic Consequences in Neuroendocrine Regulation.
Celluler and Molecular Neurobiology; 25: 673-680 (abstrak)
Kim, S.W., dan Paick,J.S. 2004. Peripheral Effect of Serotonin on the Contractile Responses of
Rat Seminal Vesicles and Vasa Deferentia. Journal of Andrology; 25:
Kim, Y.C .2001. Diagnosis and Treatment of Erectile Dysfunction & Treatment of Premature
Ejaculation. Journal of Asian Sexology; 2 : 89- 92
Laumann, E.O., Paik, A., dan Rosen, R.C.1999.Sexual Dysfunction in United States.Prevalence
and Predictors. JAMA; 281: 537
Maes, M. 1998. The Effect of Psychological Stress on Humans: Increased Production of Pro-
Inflammatory Cytokines and Th1-Like Response in Stress-Induced Anxiety Export.
Cytokine; 10: 313 - 318
Mathers, M.J., Schmitges, J., Klotz, T., Sommer, F. 2007.Introduction into the Diagnostics and
Treatment of Premature Ejaculation.DischArztebl; 104(50): 3475 3480
McMahon, C.G., Abdo, C., Incrocci, L., Perelman,M., Rowland, D., Waldinger, M., danXin,Z.C.
2004. Disorders of Orgasme and Ejaculation in Men. Journal of Sexual Medicine; 1: 58
65 (abstrak)
Montorsi, F. 2005. Prevalence of Premature Ejaculation: A Global and Regional Perspective.
Journal of Sexual Medicine; 2(Issue S2); 96 -102
Moreland, A.J. 2005.Selective Serotonin-Reuptake Inhibitors in the Treatment of Premature
Ejaculation. The Annals of Pharmacotherapy; 39: 1296-1301 (abstrak)
Nicolosi, A., Laumann, E.O., Glasser, D.B., Brock, G., King, R., danGingell, C. 2006. Sexual
Activity, Sexual Disorders and Associated Help-Seeking Behavior among Mature Adult
in Five Anglophone Countries from th Global Servey of Sexual Attitudes and Behavior
(GSSAB). Journal of Sex & Marital Therapy; 32: 331 342
Novaretti, J.P.T., Pompeo, A.C.L., and Arap, S. 2002. Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor in
The Treatment of Premature Ejaculation.Braz J Urol; 28: 116 122, 2002
Nyandra, Made. 2011. HubunganKecemasan, Interferon Gamma dan Serotonin
PadaPasiendenganEjakulasiDini (belumpublikasi)
Pangkahila, W. 2003.MitosdanGangguanSeksual.Kompas Cyber
Media.http://64.203.71.11/kesehatan/news/0306/25/111235html. diambiltanggal 28
Maret 2009

Papaharitou ,S., Athanasiadis, L., Nakopoulou, E., Kirana, P., Portseli, A., Iraklidou, M.,
Hatzimouratidis, K., danHatzichristou, D. 2006. Erectile Dysfunction and Premature
Ejaculation Are he Most Frequently Self-Reported Sexual Concern: Propilles 0f 9,536
Men Calling a Helpline. European Urology; 49(3): 557 - 563
Payne, R.E., and Sadovsky, R. 2007. Identifying and Treating Premature Ejaculation: Importance
of The Sexual History. Cleveland Clinic Journal of Medicine; 74: S47 S53.
Post, H., Montorsi, F., Rosen,R.C., Gaynor, L., Grupe, S., dan Alexander, J. 2006. The
Premature Ejaculation Prevalence and Attitudes (PEPA) Survey: Prevaalence,
Comorbidities, and Profesional Help-Seeking. EurUrol (abstrak)
Quek, K.F., Sallam, A.A., Ng, CH., Chua, Cb. 2008. Prevalence of Sexual Problems and Its
Association with Social, Psychological and Physical Factors among Men in a Malaysian
Population: a Cross-Sectional Study. J Sex Med; 5: 70-76
Safarinejad, M.R., and Hosseini. 2006. Pharmacotherapy for Premature Ejaculation. Current
Drug Therapy; I, 37 46
Seidman SN and Roose SP, 2000. The Relationship Between Depression and Erectile
Dysfunction. Current Psychiatry Reports, 2: 201 - 205
Sotomayor, M. 2005. The Burden Of Premature Ejaculation: The Patient Perspective. J Sex Med;
Supll 2: 110 114
Turner, E.H., and Blackwell, A.D. 2005. 5-Hydroxytryptphan plus SSRIs for Interferon Induced
Depression: Synergistic Mechanisms for Normalizing Synaptic Serotonin. Medical
Hypotheses; 65: 138-144
Waldinger, M.D,, Schweitzer, D.H., and Oliver, B. 2005. On-Demand SSRI Treatment of
Premature Ejaculation: PharmacodynamicLimitions for Relevant Ejaculation Delay and
Consequent Solutions. The Journal of Sexual Medicine, 2: 121 131 (abstrak)
Waldinger, M.D., Zwinderman, Aeilko, H., Oliver, B. 2003. Antidepresant and Ejaculatioan: A
Double-Blind, Randomized, Fixed-Dose Study With Mirtanzapine and Paroxetine.
Journal of Clinical Psychopharmacology, volume 23 (5), October , 467 470 (abstrak)
Wolters, J.P., Hellstrom,W.J.G. 2006. Current Concept in Ejaculatory Dysfunction. Rev Urol; 8
(suppl 4): S18- S25

Anda mungkin juga menyukai