Anda di halaman 1dari 4

There is no group, only group formation

Konflik di Keraton Yogyakarta Bergeser


YOGYAKARTA - Sosiolog UGM Prof. Dr. Sunyoto Usman menilai telah terjadi
pergeseran konflik di internal keluarga keraton, dari konflik kepentingan menjadi
konflik identitas.
Jika pada awalnya, keluarnya sabdaraja dan dhawuhraja terkesan bermotif
kekuasaan ditandai dengan diangkatnya GKR Mangkubumi sebagai Putri
Mahkota, namun kini konflik lebih mengental pada kelompok-kelompok keluarga
keturunan Hamengku Buwono yang sebelumnya pernah bertahta.
"Di dalam keraton itu cukup heterogen, keluarga-keluarga Hamengku Buwono
seperti HB IX atau HB VIII juga ingin memperjuangkan eksistensinya," kata
Sunyoto.
Menurutnya, upaya yang harus dilakukan untuk meredam konflik agar tidak
berlarut-larut adalah dengan menghadirkan penengah yang disepakati oleh
keluarga keraton. "Keluarga keraton bisa memilih penengah yang disepakati,"
katanya.
Selain itu, keluarga keraton harus menempatkan "Paugeran" yang telah dijadikan
sebagai rujukan selama ratusan tahun sebagai spirit (semangat) dalam
menyelesaikan konflik. "Keluarga keraton juga harus bisa menahan diri karena
masih menjadi panutan masyarakat adat Jawa," katanya.

Sumber :
http://news.okezone.com/read/2015/07/14/510/1181624/konflik-di-keraton-
yogyakarta-bergeser

Suku Dayak Itu Asli Indonesia Atau Malaysia ?


Seperti yang kita ketahui bersama bahwa suku dayak adalah suku yang terbesar
yang berada di pulau kalimantan. Suku dayak adalah suku yang hidup
berkelompok yang dapat anda jumpai di pedalaman, daerah gunung, dan
sebagainya ( namun di era modern, suku dayak telah menjamur di perkotaan).
Sebenarnya dahulu kata dayak itu diberikan oleh sebagian besar orang-orang
Melayu yang merantau ke Kalimantan dan sebenarnya orang dayak pada saat
itu keberatan memakai nama dayak. Mengapa? karena terdengar seperti agak
negatif pada kala itu , padahal, semboyan orang dayak adalah Menteng Ueh
Mamut, yang memiliki arti seseorang dengan kekuatan gagah berani, serta
tidak kenal menyerah atau pantang mundur.
Sebenarnya suku dayak bukan asli Indonesia ataupun asli malaysia, jika melihat
sejarah masuknya suku dayak mula-mula, maka sebenarnya suku dayak adalah
asli Yunan, sebuah daerah di Cina Selatan. Maka dari itu ketika anda ke Pulau
Borneo , entah di Indonesia atau Malaysia, maka anda akan menjumpai suku
dayak asli yang terlihat seperti orang-orang tionghoa.
Melihat keaslian suku dayak masa kini, maka sangat naif ketika kelak salah satu
negara mengklaim bahwa suku dayak asli dari mereka. Terlebih bagi Indonesia
sendiri, suku dayak begitu erat kaitannya dengan kaltim, kalbar, kalsel dan
kalteng, sehingga ketika mendengar dayak, maka yang akan terlintas dalam
benak kita orang Indonesia pasti akan mengarah ke 4 provinsi tersebut. Padahal
sejatinya di malaysia pun ( borneo) juga banyak suku dayak terlebih di serawak.
Suku dayak kini bukan asli dari negara manapun, suku dayak adalah suku asli
pulau Borneo baik itu adalah Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam. Jadi
akan sangat lumrah ketika anda menjumpai kesamaan adat dan budaya antara
Dayak yan ada di Indonesia dengan Dayak yang ada di Malaysia.

http://log.viva.co.id/frame/read/aHR0cDovL3lvZWNodWEuYmxvZ3Nwb3QuY29tLz
IwMTUvMDIvc3VrdS1kYXlhay1pdHUtYXNsaS1pbmRvbmVzaWEtYXRhdS5odG1s
Anomali Purwakarta
Merdeka...merdeka...merdeka....
Kata yang diteriakan saya dan teman-teman sepermainan dimasa lalu sejabis
bermain perang perangan, yg biasa kami mainkan jika memasuki bulan Agustus,
bulan dimana hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia diperingati.
Dari awal memasuki bulan Agustus, semua kalangan tua, muda, laki dan
perempuan semua bersiap menyambut hari peringatan kemerdekaan
bangsanya, bangsa Indonesia. Para pemuda dilingkungan kami biasanya bersiap
mendandani becak salah satu warga dengan bentuk Tank perang dilengkapi
lodong sebagai meriamnya. Atau menghiasi mobil pick up dengan tema
perjuangan atau sesuatu yang menguatkan rasa nasionalisme. Semua disiapkan
untuk mengikuti pawai Tujuhbelasan yang rutin diadakan setiap tgl 17 Agustus
setiap tahun, dan diikuti semua kalangan warga Purwakarta, dan itu terjadi
diseluruh belahan bumi pertiwi.
Pada saat mengikuti pawai Tujuhbelasan, kami, anak anak dimasa itu didandani
seperti pejuang kemerdekaan lengkap dg bambu runcing atau senapan mainan.
Yang memiliki sepeda dihiasi atribut merah putih, senada dengan warna bendera
nasional Indonesia.
Semua mengikuti iringan pawai dengan rute beberapa kilometer dengan rasa
bangga dan bahagia. Walaupun dibawah terik panas sang mentari.
Itu Purwakarta dulu, beda dengan sekarang, kemeriahan Merah Putih digantikan
dengan semarak Hitam Putih, hiasan bendera dan baliho di jalan jalan utama
dipenuhi warna Hitam putih Janur bergaya Bali, bukan merah putih.
Gapura dimulut jalan dan gang tidak lagi bertema Merah Putih melainkan Hitam
putih, kalimat Dirgahayu RI tertutup bayang-bayang kalimat MILANGKALA
PURWAKARTA.
Gaung ulang tahun Negara tenggelam dalam hiruk pikuk Ulang tahun Purwakarta
dan SpiritBudaya budaya yang digagas Bupati Purwakarta H. Dedi Mulyadi.
Inilah yang saya maksud anomali Purwakarta, disaat semua meneriakkan
Nasionalisme, di Purwakarta kesukuan semakin dibanggakan. Disaat seluruh
rakyat Indonesia meMerah putihkan lingkungannya, Purwakarta bangga dengan
Hitam putihnya.
Untunglah masih banyak warga Purwakarta yang bangga dengan merah putih,
hingga tidak benar benar hilang dari kota Purwakarta.
Jika bukan karena partisipasi masyarakat Purwakarta yang masih memiliki rasa
Nasionalisme berbangsa niscaya tdk akan tampak merah putih menghiasi jalan-
jalan Purwakarta, karena pemerintah daerah Purwakarta lebih sibuk mengurus
hitam putihkan Purwakarta, mungkin berdasarkan instruksi Bupati.
Hampir semua kantor pemerintahan dan dinas, dari Kelurahan, kecamatan dan
sekolah-sekolah negeri berhiaskan Hitam Putih dengan atribut etnik, bukan
dengan Merah Putih, seandainya ada merah putih yang berkibar itu hanya ada
pada tiang bendera utama saja dan atau hiasan bendera dinding dg kondisi
lusuh.
Dalam Spirit Budaya nya, jalan utama Purwakarta dipenuhi hiasan Janur di
sepanjang jalan protokol, konon sengaja didatangkan dari Bali dan
menghabiskan biaya hingga ratusan juta rupiah, konon.
Seperti tampak di Jalan Sudirman, kiri kanan jalan dihiasi umbul umbul hitam
putih, Janur nan megah dan bendera negara2 undangan. Mana bendera merah
putih nya? Mana umbul umbul merah putihnya?
Saya cinta Purwakarta, saya bangga sebagai keturunan etnis Sunda, tapi saya
lebih bangga lagi lahir sebagai Muslim yang berbangsa Indonesia.

Merdeka!!

http://www.kompasiana.com/ridzyx/anomali-
purwakarta_55dea0358023bde217c24580

Anda mungkin juga menyukai