Sumber :
http://news.okezone.com/read/2015/07/14/510/1181624/konflik-di-keraton-
yogyakarta-bergeser
http://log.viva.co.id/frame/read/aHR0cDovL3lvZWNodWEuYmxvZ3Nwb3QuY29tLz
IwMTUvMDIvc3VrdS1kYXlhay1pdHUtYXNsaS1pbmRvbmVzaWEtYXRhdS5odG1s
Anomali Purwakarta
Merdeka...merdeka...merdeka....
Kata yang diteriakan saya dan teman-teman sepermainan dimasa lalu sejabis
bermain perang perangan, yg biasa kami mainkan jika memasuki bulan Agustus,
bulan dimana hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia diperingati.
Dari awal memasuki bulan Agustus, semua kalangan tua, muda, laki dan
perempuan semua bersiap menyambut hari peringatan kemerdekaan
bangsanya, bangsa Indonesia. Para pemuda dilingkungan kami biasanya bersiap
mendandani becak salah satu warga dengan bentuk Tank perang dilengkapi
lodong sebagai meriamnya. Atau menghiasi mobil pick up dengan tema
perjuangan atau sesuatu yang menguatkan rasa nasionalisme. Semua disiapkan
untuk mengikuti pawai Tujuhbelasan yang rutin diadakan setiap tgl 17 Agustus
setiap tahun, dan diikuti semua kalangan warga Purwakarta, dan itu terjadi
diseluruh belahan bumi pertiwi.
Pada saat mengikuti pawai Tujuhbelasan, kami, anak anak dimasa itu didandani
seperti pejuang kemerdekaan lengkap dg bambu runcing atau senapan mainan.
Yang memiliki sepeda dihiasi atribut merah putih, senada dengan warna bendera
nasional Indonesia.
Semua mengikuti iringan pawai dengan rute beberapa kilometer dengan rasa
bangga dan bahagia. Walaupun dibawah terik panas sang mentari.
Itu Purwakarta dulu, beda dengan sekarang, kemeriahan Merah Putih digantikan
dengan semarak Hitam Putih, hiasan bendera dan baliho di jalan jalan utama
dipenuhi warna Hitam putih Janur bergaya Bali, bukan merah putih.
Gapura dimulut jalan dan gang tidak lagi bertema Merah Putih melainkan Hitam
putih, kalimat Dirgahayu RI tertutup bayang-bayang kalimat MILANGKALA
PURWAKARTA.
Gaung ulang tahun Negara tenggelam dalam hiruk pikuk Ulang tahun Purwakarta
dan SpiritBudaya budaya yang digagas Bupati Purwakarta H. Dedi Mulyadi.
Inilah yang saya maksud anomali Purwakarta, disaat semua meneriakkan
Nasionalisme, di Purwakarta kesukuan semakin dibanggakan. Disaat seluruh
rakyat Indonesia meMerah putihkan lingkungannya, Purwakarta bangga dengan
Hitam putihnya.
Untunglah masih banyak warga Purwakarta yang bangga dengan merah putih,
hingga tidak benar benar hilang dari kota Purwakarta.
Jika bukan karena partisipasi masyarakat Purwakarta yang masih memiliki rasa
Nasionalisme berbangsa niscaya tdk akan tampak merah putih menghiasi jalan-
jalan Purwakarta, karena pemerintah daerah Purwakarta lebih sibuk mengurus
hitam putihkan Purwakarta, mungkin berdasarkan instruksi Bupati.
Hampir semua kantor pemerintahan dan dinas, dari Kelurahan, kecamatan dan
sekolah-sekolah negeri berhiaskan Hitam Putih dengan atribut etnik, bukan
dengan Merah Putih, seandainya ada merah putih yang berkibar itu hanya ada
pada tiang bendera utama saja dan atau hiasan bendera dinding dg kondisi
lusuh.
Dalam Spirit Budaya nya, jalan utama Purwakarta dipenuhi hiasan Janur di
sepanjang jalan protokol, konon sengaja didatangkan dari Bali dan
menghabiskan biaya hingga ratusan juta rupiah, konon.
Seperti tampak di Jalan Sudirman, kiri kanan jalan dihiasi umbul umbul hitam
putih, Janur nan megah dan bendera negara2 undangan. Mana bendera merah
putih nya? Mana umbul umbul merah putihnya?
Saya cinta Purwakarta, saya bangga sebagai keturunan etnis Sunda, tapi saya
lebih bangga lagi lahir sebagai Muslim yang berbangsa Indonesia.
Merdeka!!
http://www.kompasiana.com/ridzyx/anomali-
purwakarta_55dea0358023bde217c24580