PENDAHULUAN
Skenario
Pak Joko 48 tahun datang ke klinik dokter gigi dengan keluhan gigi tiruannya
telah pecah setelah mengunyah kacang dan ingin menggantinya dengan yang baru.
Gigi tiruan yang berlapis porcelain tersebut dibuat dua tahun yang lalu. Berdasarkan
hasil pemeriksaan klinis diketahui, gigi penyangga 35 dan 37 menggunakan desain
extracoronal retainer berupa porcelain fused to metal. Pontic pada gigi 36 dengan
tipe ridge lap pontic. Pada retainer gigi 37 menunjukkan lapisan porcelain bagian
oklusalnya telah hilang. Pada gigi penyangga 35 terdapat fraktur gigi tiruan dan
adanya karies pada bagian servikal gigi tersebut. Pada gigi tersebut diindikasikan
tidak dapat dilakukan perawatan restorasi. Selanjutnya dokter gigi telah membongkar
gigi tiruan tetap dengan menggunakan crown remover dan akan dilakukan perawatan
rehabilitative pada pasien tersebut.
1
berbicara dan terjadinya penumpukan sisa makanan. Tidak hanya kepuasan pasien,
dari proses perawatan serta pembuatan dari gigi tiruan ini sendiri juga beperan sangat
penting dalam keberhasilan perawatan gigi tetap.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui berbagai macam-macam faktor kegagalan perawatan gigi
tiruan tetap.
2. Untuk mengetahui tatalaksana perawatan selanjutnya pada kasus kegagalan
perawatan gigi tiruan tetap.
2
1.4 MAPPING
PEMERIKSAAN ULANG
3
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
dan tertentu, dilekatkan secara permanen dengan semen didukung sepenuhnya oleh 1
atau lebih gigi atau akar gigi yang telah dipersiapkan.
Menurut Martanto (1981) ada beberapa istilah dalam ilmu mahkota dan
jembatan yaitu :
1. Mahkota (Crown) adalah suatu restorasi berupa mahkota penuh atau sebagian
dari suatu gigi yang dibuat dari logam, porselen, atau kombinasi.
2. Jembatan (Bridge) adalah prothesa (geligi tiruan) yang menggantikan
kehilangan satu atau lebih gigi asli yang terbatas dan tertentu, dilekatkan
secara permanen dengan semen didukung sepenuhnya oleh 1 atau lebih gigi
atau akar gigi yang telah dipersiapkan.
3. Jembatan Lepas (Removable Bridge) adalah protesa sebagian dimana daya
kunyah seluruhnya didukung oleh gigi-gigi asli yang masih ada dan
dilekatkan padanya dengan pengait/ attachment lain yang memungkinkan
jembatan ini dibuka-pasang
4. Geligi Tiruan Sebagian (Partial Denture) adalah protesa yang mengganti satu
atau lebih dari suatu gigi yang disangga sebagian besar oleh gusi. Protesa ini
dipertahankan pada tempatnya dengan cangkolan atau attachment lainnya.
Menurut Prayitno (dalam Taqwim 2008), tujuan dari perawatan gigi tiruan
jembatan yaitu :
1. Mencari Keserasian oklusi
Harus ada keserasian geligi terhadap sendi temporomandibula. Ini terjadi
kalau mandibula dapat menutup langsung dalam oklusi sentris tanpa danya
kontak prematur mandibula. Jadi terdapat keserasian antara geligi dengan
sendi dan otot kunyah. Keadaan seperti ini disebut keserasian oklusi.
2. Peningkatan Fungsi Bicara / Fonetik
Alat bicara dibagi dalam dua bagian. Pertama, bagian yang bersifat statis,
yaitu gigi, palatum dan tulang alveolar. Kedua yang bersifat dinamis, yaitu
lidah, bibir, vulva, tali suara dan mandibula. Alat bicara yang tidak lengkap
dan kurang sempurna dapat mempengaruhi suara penderita, misalnya pasien
yang kehilangan gigi depan atas dan bawah. Kesulitan bicara dapat timbul,
meskipun hanya bersifat sementara. Dalam hal ini geligi tiruan dapat
6
meningkatkan dan memulihkan kemampuan bicara, artinya ia mampu kembali
mengucapkan kata-kata dan berbicara dengan jelas, terutama bagi lawan
bicaranya.
3. Perbaikan dan Peningkatan Fungsi Pengunyahan
Jika ada gigi yang hilang otomatis pola kunyah terganggu, atau terselipnya
makanan di bagian yang tidak bergigi
4. Pelestarian Jaringan mulut yang masih tinggal
Pemakaian geligi tiruan berperan dalam mencegah atau mengurangi efek yang
timbul karena kehilangan gigi.
5. Pencegahan Migrasi Gigi
Bila sebuah gigi dicabut atau hilang, gigi tetangganya dapat bergerak
memasuki ruang kosong tadi. Migrasi seperti ini pada tahap selanjutnya
menyebabkan renggangnya gigi lain. Dengan demikian terbukalah
kesempatan makanan terjebak disitu, sehingga mudah terjadi akumulasi plak
interdental. Hal ini menjurus kepada peradangan jaringan periodontal serta
dekalsifikasi permukaan proksimal gigi. Membiarkan ruang bekas gigi begitu
saja akan mengakibatkan pula terjadinya overerupsi gigi antagonis dengan
akibat serupa. Bila overerupsi ini sudah demikian hebat sehingga menyentuh
tulang alveolar pada rahang lawannya, maka akan terjadi kesulitan untuk
pembuatan protesa di kemudian hari.
6. Peningkatan Distribusi Beban Kunyah.
Hilangnya sejumlah besar gigi mengakibatkan bertambah beratnya beban
oklusal pada gigi yang masih tinggal. Keadaan ini memperburuk kondisi
periodontal, apalagi bila sebelumnya sudah ada penyakit periodontal.
Akhirnya gigi jadi goyang dan miring, terutama ke labial untuk gigi depan
atas. Bila perlekatan periodontal gigi-gigi ini kuat, beban berlebih tadi akan
menyebabkan abrasi berlebih pula pada permukaan oklusal/insisal atau
merusak restorasi yang dipakai. Pembuatan restorasi pada kasus seperti ini
menjadi rumit dan perlu waktu lama. Overerupsi gigi pada keadaan tertentu
dapat pula mengakibatkan terjadinya kontak oklusi premature atau interfernsi
oklusal. Pola kunyah jadi berubah, karena pasien berusaha menghindari
7
kontak prematur ini. Walaupun beban oklusal sekarang berkurang. Perubahan
pola ini mungkin saja menyebabkan disfungsi otot kunyah.
7. Manfaat Psikologik.
Terutama kehuilangan gigi depan dapat membawa dampak psikologik pada
penderita yaitu karena estetika terganggu. Terutama berhubungan dengan
profesi penderita yang harus selalu berhadapan dengan khalayak ramai, misal
penyiar tv atau guru dan lain-lain.
8. Pemulihan Fungsi Estetik
Alasan utama seorang pasien mencari perawatan prostodontik biasanya karena
masalah estetik, baik yang disebabkan hilangnya, berubah bentuk, susunan,
warna maupun berjejalnya gigi geligi. Nampaknya banyak sekali pasien yang
dapat menerima kenyataan hilangnya gigi, dalam jumlah besar sekalipun,
sepanjang penampilan wajahnya tidak terganggu. Penderita dengan gigi depan
malposisi,pr otr usif atau berjejal dan tak dapat diperbaiki dengan
perawatanort odontik, tetapi tetap ingin memperbaiki penampilan wajahnya,
biasanya dibuatkan suatu geligi tiruan imidiat yang dipasang langsung segera
setelah pencabutan gigi.
8
Menggunakan bur turpedo, penggerindaan bertujuan untuk
menghilangkan kecembungan permukaan bukal dan undercut dan
diperoleh bentuk chamfer. Rata-rata permukaan-permukaan ini
dikurangi 0,5 sampai 1 mm.
Langkah III : Pengurangan permukaan lingual
Gunakan bur turpedo sampai diperoleh bentuk chamfer. Bagian 2/3
gingiva dngan kemiringan 5 derajat, bagian 1/3 oklusal sebaiknya
melengkung ke dalam untuk menyesuaikannya dengan permukaan
lingual.
Langkah IV : Mengurangi permukaan oklusal
Dengan bur intan bentuk buah pir pada airotor dan buang substansi
gigi 0,5 mm dari permukaan oklusal. Lingir tepi dihilangkan
seluruhnya tapi bila tidak permukaan yang dipreparasi sebaiknya
mengikuti konfigurasi tonjol aslinya.
Tahap 3 : Pencetakan
Teknik Pencetakan / retraksi gingiva: periksa keadaan gigi & karingan lunak
sekitarnya harus sehat, bebas dari radang tepi preparasi harus rapi. Retraksi gingiva
adalah Usaha pendorongan gingiva gigi penyangga ke arah lateral dengan maksud
agar tepi akhir preparasi gigi dapat tercetak dengan baik.
a. Cara Retraksi gingiva:
1. Daerah preparasi keringkan
2. Benang direndam dengan bahan kimia selama 2 menit
3. Potong benang 5 cm seperti U
4. Tempatkan melingkar pada gigi penyangga
5. Tekan benang ke dalam celah gusi dengan plastis instrumen
6. Penekanan dimulai dari mesio-proksimal terus palatal akhirnya ke distal
9
7. Kembali ke permukaan bukal sampai mesio proksimal
8. Potong kelebihan benang.
b. Cara Mencetak:
1. Bahan cetak double impression dengan tenik one stage/ phase (direct)
Putty (kotak) : aduk bahan putty, letakkan didasar sendok cetak yang
tujuannya untuk menstabilkan kedudukan sendok cetak didalam mulut,
ambil perbandingan 1:1 rubber base : katalis lalu aduk hingga warna
berubah hijau, lalu letakkan pada dasar sendok cetak dan pada daerah
yang telah dipreparasi harus dicekungkan untuk menyediakan bahan yang
kedua.
Aduk light body, setelah homogen, masukkan kedalam injeksi kemudian
injeksikan ke gigi yang telah dipreparasi pada mulut pasien, sisanya pada
bagian yang dicekungkan tadi.
Kemudian cetakkan kedalam mulut pasien
Cor cetakan dengan hard stone.
10
Dilakukan wax up pada work model untuk proses Bridge. Setelah preparasi
selesai, maka pasien dipasangkan mahkota sementara. Selanjutnya lakukan wax up
pada model kerja untuk proses bridge, kemudian dilakukan pemilihan warna gigi
yang sesuai dengan gigi asli.
Jembatan sementara yang baik adalah mampu memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. Pelindungan pulpa
b. Stabilitas kedudukan
c. Fungsi oklusal
d. Mudah dibersihkan
e. Tepi retainer yang tepat (tidak menyebabkan peradangan mukosa)
f. Kekuatan dan retensi
g. Estetis (terutama pada gigi depan)
Bahan : ethil metacrylate, epimine resin, methyl metacrilate
Cara pembuatan:
1. Direct ; lebih dari 1 x kunjungan
Cetak gigi sebelum preparasi, kemudian di preparasi, isi cetakan 1 dengan self
curing akrilik, masukkan catakan 1 ke dalam mulut (pada gigi yang
dipreparasi)
2. Indirect : lebih dari 1 x kunjungan
Cetakan 1 isi dengan gips (model) , lalu preparasi , cetakan 2 (isi dengan
gips/model 2) , lalu masukkan cetakan 1 pada model 2.
3. Penyemenan jembatan sementara : dengan semen zinc oxide eugenol yang
cukup tebal. Dicampur sedikit vaselin untuk mengurangi kekuatan semen dan
akan mempermudah pembongkaran kembali nantinya. Setelah penyemenan
selesai, sisa-sisa semen dihilangkan sebab dapat mengiritasi jaringan lunak.
11
Bowl dan spatula Gergaji triplek
Strock tray Bur bulat
Lekron Kuas kecil
Pin Mikromotor dan handpiece
Jarum pentul Pencil
Bahan :
Bahan cetak rubber base Gips keras
Gips bentuk atau plaster of Vaselin
Wax merah
paris (gips type 1)
Cara Kerja :
1. Pencetakan gigi yang telah dipreparasi dengan bahan rubber base (silicon).
2. Penentuan letak pin.
Tandai lebar masing-masing gigi.
Tusukkan jarum pentul pada posisi bukkal atau labial dan palatal atau
lingual gigi yang telah dipreparasi dengan posisi tegak lurus, tandai
lebar gigi (bagian proximal).
3. Pengisian gips keras (sampai linggir alveolar).
4. Penanaman pin (bentuk retensi lingkaran).
Setelah gips keras, tanamkan pin. Posisi harus sejajar dengan jarum
pentul.
Sisa gips dibuat bulatan-bulatan kecil
Gips mengeras, lepaskan jarum pentul dengan menggunakan bur
bulat, buat lekukan setengah lingkaran.
Ambil wax merah (bulatkan), letakkan pada ujung pin.
Olesi permukaan gigi dengan vaselin menggunakan kuas kecil.
5. Boxing dan pembuatan basis
Dengan menggunalan base plate wax setelah cetakan di boxing.
6. Penggergajian
Buat pola : garis dengan pensil pada model di sisi mesial dan distal
gigi yang diperbaiki
Gergaji sampai batas gips keras
7. Trimming die
Menggunakan bur bulat, trimming tepat di bawah servikal dengan
kedalaman 1 mm.
12
b. Pembuatan Model/ pola malam mahkota/ bridge & pembuatan pontik:
Pembuatan pola malam (retainer dan pontik) diusahakan:
1. Kontak oklusal merata dengan gigi lawan
2. Pengurangan dimensi buko-palatal untu mengurangi beban kunyah (long
span bridge)
Pembuatan pontik : dengan jenis ridge lap pontik dengan bahan kombinasi
metal keramik (porselen fused to metal), lalu siapkan kontak bentuk garis antara
logam dengan mukosa labial/bukal berbentuk cembung atau lurus, sifatnya self
cleansing
Cara kerja :
1. Oleskan permukaan preparasi pada die dengan air sabun, tunggu sampai
kering.
2. Panaskan malam.
3. Gunakan lekron untuk mengukir mahkota atau bridge.
4. Pada bridge bentuk pola pontik sesuai dengan bentuk anatomis gigi yang
digantikan.
5. Lepaskan pola malam dari dai, letakkan pada model kerja. Pada bridge,
dengan bantuan sonde, sambungkan pontik dengan gigi penyangga.
6. Periksa hubungan dengan gigi tetangga, pola malam harus mencapai
kontak yang baik.
7. Jika pola malam berkontak berlebihan maka untuk koreksinya taburkan
bedak.
c. Prossesing Mahkota dan Bridge
1. Penanaman dalam Kuvet (Flasking)
Cara kerja :
Model malam atau die ditanamkan di tengah kuvet bawah yang telah
diisi gips putih dengan bagian labial menghadap ke atas.
Permukaan gips dihaluskan.
13
Permukaan gips dan model malam diolesi vaselin sebagai separating
medium.
Olesi model malam dengan gips menggunakan kuas, tunggu keras.
Pasang kuvet atas dan isi dengan gips, dipres agar tidak lepas.
2. Mengeluarkan malam (Wax Elimination)
Cara kerja :
Kuvet direbus utnuk mengeluarkan malam atau kuvet yang dipres dan
gips sudah mengeras, dibuka lalu wax dihilangkan dengan
mengalirkan air panas.
Setelah kuvet dibuka, wax harus sudah tidak ada lagi dalam
permukaan gips.
Dinginkan permukaan kuvet.
3. Pengisian aklirik (Packing)
Ruangan cetakan model malam (mould) dan sekitarnya diolesi Could
Mould Seal (CMS) tunggu kering.
Pengisian aklirik yang sudah diaduk, sambil mengetok kuvet.
Tutup bagian atas aklirik dengan selopan atau plastic, tutup dengan
kuvet atas, press lalu buka dan potong kelebihan aklirik dengan pisau
model.
Pasang dan tutup kuvet atas lalu press.
4. Pengisian akrilik (Prossesing)
Kuvet dalam keadaan dipress dimasukkan ke dalam wadah perebusan
Polimerisasi dengan cara direbus 1 jam
5. Membuka kuvet (Deflasking)
Keluarkan model (dai) dengan tang potong gips atau gergaji kecil.
Gips yang masih melekat dibersihkan dengan brush.
6. Finishing
Membersihkan sisa aklirik dengan bur protesha (cardide bur, disc bur)
dan kertas pasir.
7. Polishing
Menghaluskan, melicinkan, dan mengkilatkan mahkota (stone bur,
rubbercup, wool bur dengan bubuk pumis)
14
Tahap 7 : Pemasangan / insersi dan penyemenan
1. Try in bridge yang harus diperhatikan adalah keadaan estetis (warna dan
bentuk), kontak proksimal antara tepi mahkota jaket dengan gigi
sebelahnya dan tidak boleh menekan gingiva serta pemeriksaan kontak
oklusal dan kontak marginal.
2. Penyemenan Bridge
a. Mahkota bridge dibersihkan dan disterilkan lalu dikeringkan , gigi yang
akan dipasangi mahkota bridge juga dikeringkan
b. Menggunakan zinc phospat cement, cara mengaduk ZnPO4 :
Letakkan powder dan liquid pada glass plate 1:1
Aduk sengan semen spatel, powder mencapai liquid sedikit demi
sedikit hingga homogen
Siap masuk ke dalam crown apabila semen ditarik sudah terbentuk
benang dan tidak putus
Semenkan ada gigi penyangga dengan ditekankan dan pasien
disuruh menggigit kapas
Setelah semen mengeras bersihkan sisa semen
Periksa oklusi sebelum pasien pulang
Operator perlu memberi tahu cara membersihkan jembatan tersebut.
3. Instruksi untuk memelihara gigi tiruan jembatan yang telah dipasangkan :
Penyikatan yang baik ( tekanan ringan dan sikat yang lunak)
Pemakaian dental floss, oral irigating & alat pembersih lainnya
yangberfungsi untuk membersihkan daerah yang sukar terlihat
(daerah interdetal/ dasar pontik)
Tahap 8 : kontrol
Kontrol dilakukan untuk mengatahui kesalahan atau kegagalan dalam perawatan.
Kegagalan yang mungkin terjadi :
1. Kegagalan sementasi
2. Jemabaatn patah secara mekanikal
3. Iritasi dan resesi gingiva
4. Kelainan jaringan periodontal
15
5. Karies
6. Nekrosis pulpa
BAB III
PEMBAHASAN
16
2. Kesalahan teknik penyemenan (bahan semen yang kurang baik atau
pengadukan yang kurang sempurna)
3. Terlarutnya semen karena terbukanya tepi restorasi
4. Gigi penyangga goyah
5. Gigi penyangga mengalami karies
6. Kesalahan dalam pemilihan retainer
7. Restorasi tidak akurat
a. Retainer atau pontik. Apabila facing telah terkikis atau hilang, sebaiknya
oklusi diperiksa dengan cermat. Malam untuk mengganti bagian yang
hilang dapat membantu memperlihatkan gangguan oklusi yang terjadi.
Komposit merupakan bahan utama untuk perbaikan tambahan dan tersedia
screw pin repair kit.
b. Hanya pontik. Kadang kadang rangka pontik yang ada dapat diasah
menjadi bentuk bar yang bebas dari gigi oklusi sekurang kurangnya 1
mm. Kemudian dibuat mahkota lapis porcelen dengan kunci yang
melewati mesial ke distal yang tepat masuk pada bar dan disemen dengan
semen fosfat. (Allan, dkk., 1994).
D. Kegagalan mekanis
Kegagalan mekanis anatara lain dapat disebabkan karena fraktur konektor dan
retainer yang longgar.
1. Fraktut konektor
17
Rangka jembatan atau konektor yang kaku seperti pertutan yang disolder
dapat patah. Mobilitas tiap bagian akan menyebabkan kegagalan tersebut,
tetapi perlu diperiksa juga gangguan oklusi dengan palpasi jari (selagi oklusi),
kertas artikulasi, atau malam indicator oklusal. Untuk memperbaiki hal ini,
mungkin jemabatan harus dibuat kembali
Jika salah satu retainer longgar pada abutment, kemungkina hal ini telah
dirasakan penderita, atau jika gigi abutment vital, mungkin penderita meras
tidak enak, karena adanya kebocoran cairan. Jembatan dpata digerakkan
secara manual ke atasa dan ke bawah, dan terlihat saliva keluar masuk pada
sambungan. Maslah ini memerlukan pengeluaran jembatan dan analis
kegagalan (Allan, dkk., 1994).
F. Pulpa (Endodontik)
18
Perawatan endodontik mungkin diperlukan pada gigi yang sebelumnya
vital sewaktu jembatan dibuat. Sebaliknya, jika struktur gigi masih sehat,
seringkali dimungkinkan untuk melakukan perawatan endodontik dengan
baik, melalui jalan masuk kavitas pada retainer jembatan (dan bahkan
digunakan pasak penguat bila diinginkan). Jika terjadi nekrosis pulpa karena
karies, jembatan perlu dikeluarkan dnan dilakuakan pembuangan semua
jaringan karies (Allan, dkk., 1994).
19
Bahan porselen adalah bahan yang sangat populer saat ini.
Kelebihannya adalah pilihan gradasi warna yang sangat estetis dan
permukaannya mengkilat.Bahan porselen sulit dibedakan dengan gigi yang
asli.Kekuatannya lebih besar daripada akrilik tetapi tidak sekuat
logam.Kekurangan dari bahan porselen ini bersifat rapuh dan sehingga tidak
dapat diasah dan tidak dapat diletakkan pada permukaan kunyah gigi
belakang.Biasaya juga digunakan untuk gigi yang memerlukan estetik tinggi.
Bahan porselen ini tidak cocok digunakan pada pasien dengan kebiasaan
buruk bruxism karena gesekan yang terus menerus dengan gigi antagonisnya
akan menyebabkan porcelain cepat pecah.
20
kontraindikasinya adalah gigi abutmen yang digunakan mempunyai ketebalan
dentin yang kecil. Salah satu contohnya adalah Gold Crowns :
Keuntungan:
metode simple karena struktur gigi yang dkurangin lebih minimal.
Lebih tahan lama pada saat tekanan berat seperti menggigit dan
mengunyah.
Mudah menyesuaikan sesuai daerah di mana gigi dan mahkota
memenuhi
Sehat lingkungan untuk jaringan gusi
Kerugian:
estetik kurang karena warna gigi tidak seperti gigi asli.
21
Terbuat dari porselen alumina yang sangat tangguh. Memiliki estetika
yang sangat baik dan cukup kuat untuk dapat disemen dengan semen gigi
tradisional.
a. SPINELL - untuk kasus anterior unit tunggal yang memerlukan
estetika unggul dan tembus.
b. ALUMINA - untuk posterior unit tunggal dan kasus anterior,
dan sampai restorasi 3-unit jembatan.
c. Zirkonia - untuk posterior unit tunggal dan kasus anterior, dan
sampai restorasi 5-unit jembatan.
2. Pontik porselen
Pontik jenis ini merupakan pontik dengan kerangka dari logam
sedangkan seluruh permukaannya dilapisi dengan porselen.Pontik ini
biasanya diiindikasikan untuk jembatan anterior dimana factor estetis
menjadi hal yang utama. Pontik porselen mudah beradaptasi dengan
gingival dan memberikan nilai estetik yang baik untuk jangka waktu yang
lama.
3. Pontik akrilik
Pontik akrilik ini adalah pontik yang dibuat dengan pemakaian
bahan resin akrilik. Dibandingkan dengan pontik lainnya, pontik akrilik
lebih lunak dan tidak kaku sehingga membutuhkan bahan logam untuk
22
kerangkanya agar mampu menahan daya kunyah/gigit.Pontik ini biasanya
diindikasikan untuk jembatan anterior dan berfungsi hanya sebagai bahan
pelapis estetis saja.
23
Tujuan perawatan pendahuluan selain untuk mengadakan sanitasi mulut, juga
untuk menciptakan kondisi oklusi normal, yang menjamin kesehatan gigi dan jaringan
pendukungnya. Perawatan ini meliputi:
1. Tindakan-tindakan yang berhubungan dengan perawatan jaringan pendukung
gigi abutment.
Hal ini berguna untuk mendapatkan jaringan yang sehat pada gigi yang ada
sehingga dapat memberikan dukungan dan fungsi yang baik untuk gigi tiruan. Antara
lain :
Menghilangkan kalkulus
Menghilangkan pocket periodontal
Memperbaiki tambalan yang tidakbaik, seperti tambalan menggantung.
Menghilangkan gangguan oklusal
Mengevaluasi keadaan jaringan periodontal gigi abutment secara radiografi
juga perlu dilakukan untuk menilai apakah gigi tersebut masih dapat
digunakan sebagai penyangga atau tidak.
2. Tindakan Konservasi
Sebelum merencanakan gigitiruan harus diketahui perbaikan yang akurat
terhadap gigi-gigi yang ada. Antara lain :
Penambalan gigi yang karies
Pembuatan inlay, dsb
3. Tindakan Prostetik
Setelah semua gigi penyangga dan jaringan pendukungnya dievaluasi tahap
berikutnya adalah pembuatan gigi tiruan cekat yang baru. Keuntungan dari
perencanaan, pembuatan dan pelaksanaan persiapan didalam mulut yang teliti adalah
sangat mendasar. Preparasi yang tepat akan mengarahkan gaya pengunyahan,
sehingga desain gigi tiruan akan mendukung satu sama lain. Gaya yang seimbang dan
didistribusikan dengan sesuai dapat membantu mempertahankan struktur rongga
24
mulut yang masih ada dan restorasi. Akhirnya keadaan ini dapat menghasilkan
ramalan, prognosa yang baik untuk suatu restorasi. Setelah dilakukan perawatan
pendahuluan yang baik, barulah dapat dilakukan pengambilan cetakan pada pasien
untuk pembuatan gigitiruan, karena gigi tiruan dapat bertindak sebagai pengganti
fungsi gigi yang hilang dan mengembalikan kesehatan jaringan mulut.
C. Pemilihan desain
Pertimbangan Pemilihan Desain Dasar Gigi Tiruan Cekat
1. Desain Retainer
a. Extra Coronal Retainer
Yaitu retainer yang meliputi bagian luar mahkota gigi, dapat berupa:
1) Full Veneer Crown Retainer
Indikasi:
Tekanan kunyah normal/besar
Gigi-gigi penyangga yang pendek
Intermediate abutment pasca perawatan periodontal
Untuk gigi tiruan jembatan yang pendek maupun panjang
Keuntungan
Indikasi luas
Memberikan retensi dan resistensi yg terbaik
Memberikan efek splinting yg terbaik
Kerugian:
Jaringan gigi yg diasah lebih banyak
Estetis kurang optimal (terutama bila terbuat dari all metal)
25
Gambar 3. Extra Coronal Retainer
Keuntungan
Pengambilan jaringan gigi lebih sedikit
Estetis lebih baik daripada FVC retainer
Kerugian:
26
Indikasi terbatas
Kesejajaran preparasi antar gigi penyangga sulit
Kemampuan dalam hal retensi dan resistensi kurang
Pembuatannya sulit (dlm hal ketepatan).
27
Gambar 5.Intra Coronal Retainer Bentuk Onlay.
c. Dowel retainer
Adalah retainer yang meliputi saluran akar gigi, dengan sedikit atau tanpa
jaringan mahkota gigi dengan syarat tidak sebagai retainer yang berdiri
sendiri.
Indikasi:
Gigi penyangga yang telah mengalami perawatan syaraf
Gigi tiruan pendek
Tekanan kunyah ringan
Gigi penyangga perlu perbaikan posisi/inklinasi
Keuntungan:
Estetis baik
Posisi dapat disesuaikan
Kerugian:
Sering terjadi fraktur akar
28
Gambar 6. Dowel Retainer.
2. Desain Pontik
a. Berdasarkan bahan
Berdasarkan bahan pembuatan pontik dapat diklasifikasikan atas:
Pontik logam
Logam yang digunakan untuk membuat pontik pada umumnya terdiri
dari alloy, yang setara dengan alloy emas tipe III.Alloy ini memiliki
kekuatan dan kelenturan yang cukup sehingga tidak mudah menjadi patah
atau berubah bentuk (deformasi) akibat tekanan pengunyahan. Pontik
logam biasanya dibuat untuk daerah-daerah yang kurang mementingkan
faktor estetis, namun lebih mementingkan faktor fungsi dan kekuatan
seperti pada jembatan posterior.
Pontik porselen
Pontik jenis ini merupakan pontik dengan kerangka dari logam
sedangkan seluruh permukaannya dilapisi dengan porselen.Pontik ini
biasanya diindikasikan untuk jembatan anterior dimana faktor estetis
menjadi hal yang utama.Pontik porselen mudah beradaptasi dengan
gingival dan memberikan nilai estetik yang baik untuk jangka waktu yang
lama.
29
Pontik akrilik
Pontik akrilik adalah pontik yang dibuat dengan memakai bahan resin
akrilik. Dibandingkan dengan pontik lainnya, pontik akrilik lebih lunak
dan tidak kaku sehingga membutuhkan bahan logam untuk kerangkanya
agar mampu menahan daya kunyah / gigit.Pontik ini biasanya
diindikasikan untuk jembatan anterior dan berfungsi hanya sebagai bahan
pelapis estetis saja.
30
b. Berdasarkan hubungan dengan Jaringan Lunak
1) Pontik Sanitary
Pada pontik ini, dasar pontik tidak berkontak samasekali dengan
linggir alveolus sehingga terdapat ruangan/jarak antara dasar pontik
dengan linggir alveolus (1-3 mm), dan permukaan dasar pontik cembung
dalam segala aspek. Tujuan pembuatan dasar pontik ini adalah agar sisa-
sisa makanan dapat dengan mudah dibersihkan. Adanya bentuk pontik
yang demikian mengakibatkan kekurangan dalam hal estetis sehingga
hanya diindikasikan untuk pontik posterior rahang bawah.4
31
Gambar 8. Pontik Ridge Lap
3) Pontik Conical Root
Pontik conical root biasanya diindikasikan untuk jembatan imediat
yang dibuatkan atas permintaan pasien yang sangat mengutamakan estetis
dalam kegiatan sehari-hari. Pontik ini dibuat dengan cara bagian dasar
pontik masuk ke dalam soket gigi yang baru dicabut kira-kira 2 mm.
pontik ini dipasang segera setelah dilakukannya pencabutan dan pada
pembuatan ini tidak menggunakan restorasi provisional.4
3. Konektor (Connector)
Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menghubungkan pontik
dengan retainer, pontik dengan pontik atau retainer dengan retainer sehingga
menyatukan bagian-bagian tersebutuntuk dapat berfungsi sebagai splinting dan
penyalur beban kunyah.
Terdapat 2 macam konektor, yakni:
1. Rigid connector
2. Non Rigid Connnector
4. Penyangga (Abutment)
Sesuai dgn jumlah, letak dan fungsinya dikenal istilah:
1. Single abutment hanya mempergunakan satu gigi penyangga
2. Double abutment bila memakai dua gigi penyangga
32
3. Multiple abutment bila memakai lebih dari dua gigi penyangga
4. Terminal abutment
5. Intermediate/pier abutment
6. Splinted abutment
7. Double splinted
33
BAB IV
4.1 KESIMPULAN
Kegagalan perawatan gigi tiruan tetap dapat disebabkan oleh berapa hal, diantaranya
yaitu: biologis, mekanis dan estetis.
4.2 SARAN
34
DAFTAR PUSTAKA
Andajani, T. 1993. Penanggulangan Kerusakan Gigi yang Parah dengan Gigi Tiruan
Tumpang. Volume 2. Hal 571-580. Jakarta: Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi Usakti.
Andlaw, R.J. and W.P. Rock. 1993. A Manual of Paedodontics. 3rd ed. London:
Churchill Livingstone.
Blakesslee, R.W., et al. 1980. Dental Technology Theory and Practice. Hal: 113-5,
120-1, 313-15. St. Louis-Toronto-London: C.V. Mosby Company
Dykema, E.W, Cunningham, D.M, and Johnston, J.F. 1978. Modern practice in
removable partial prosthodontics. Philadelphia- London- Toronto: W.B Saunders
Company.
Dyson, J.E. 1988. Prosthodontic for Children. Hal: 259-68. Philadelphia: Lea and
Febriger.
Finn, S.B. 2003. Clinical Pedodontics. 4th ed. Hal 309-31, 360-3. Philadelphia: W.B
Saunders Company inc.
Goodarce, C.J dan Brown, T.D, 1994. Prosthodontic Treatment of the Adolescent
Patient Care. Editor: Sthephen H.Y.Wei. Philadelphia: Lea and Febiger.
Heartwell, C.M. and Rahn, A.O. 1986. Glossary of Prosthodontics. Fourth edition.
Philadelphia: Lea and Febriger.
Lindahl, R.L. 1964. Removable Denture Prosthetis. 4th ed. Hal: 271-285. McGraw-
Hill Book Company Inc.
Mathewson, R.J and Primosch, R.E. 1995. Fundamentals of Pediatric Dentistry. 3rd
ed. Hal: 356-9. Chicago: Quintessence Books.
McCrackens. 1995. Removable Partial Prosthodontics. 9th ed. St. Louis: C.V. Mosby
Company.
McDonald, R.E. and D.R. Avery, 2000. Dentistry forThe Child and Adolescent. 7th ed.
Saint Louis: Mosby
35
36