KEL 3 Migrain A2 (Della, Deni) FIX
KEL 3 Migrain A2 (Della, Deni) FIX
MIGRAN HEADACHE
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Apoteker Kelas A
Kelompok 3 / Kasus 3
A. Pengertian
Menurut International Headache Society, 2004, migren adalah nyeri
kepala dengan serangan nyeri yang berlangsung 4-72 jam. Nyeri biasanya
unilateral, sifatnya berdenyut, intensitas nyerinya sedang sampai berat dan
diperberat oleh aktivitas, dan dapat disertai mual, muntah, fotofobia dan
fonofobia.
B. Patofisiologis Migrain
Migren dianggap sebagai hasil dari aktivitas di dalam tigeminovaskular
yang menyebabkan pelepasan neuropeptida vasoaktif sehingga terjadi
vasodilatasi, ekstravasi plasma dural dan peradangan perivaskular. Gejala yang
berhubungan dengan aura diperkirakan merupakan akibat dari saraf yang tidak
berfungsi dan ditandai dengan berkurangnya gelombang aktivitas elektrik yang
disampaikan ke korteks serebral. Aura juga berkaitan dengan menurunnya aliran
darah ke otak.
C. EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan hasil penelitian multisenter berbasis rumah sakit pada 5 rumah
sakit di Indonesia, didapatkan prevalensi penderita nyeri kepala sebagai berikut :
Migren tanpa aura 10%, Migren dengan aura 1,8%, Episodik Tension type
Headache 31%, Chronic Tension type Headache (CTTH) 24%, Cluster Headache
0.5%, Mixed Headache 14%. Prevalensi migrain bervariai berdasarkan umur dan
jenis kelamin. Migrain dapat terjadi mulai masa kanak-kanak sampai dewasa.
Sekitar 65-75% penderita migrain adalah wanita. Insedensyna ira-kira dua kali
pria. Pada wanita, datangnya serangan berkaitan dengan datang bulan (beberapa
hari sebelym, selama atau akhir), selama 3 bulan pertama keamilan, biasanya tidak
mengalami nyeri kepala. Sejumlah kecil penderita mulai merasakan serangan pada
waktu hamil, umumnya pada trismester I. Selain itu 40 % wanita mengalami
sindrom premenstruasi dengan gejala berupa gangguan mental dan nyeri somatik
yang disebabkan oleh perubahan hormonal.
D. Manifestasi Klinis
1. UMUM
Migrain adalah jenis sakit kepala yang lazim ditemui, bersifat berat badan
kambuhan (reccurent) yang mempengaruhi fungsi tubuuh normal. Migrain termasuk
ke dalam gangguan sakit kepala primer dan dibagi menjadi dua subtipe besar, yaitu
migrain dengan aura dan tanpa aura.
2. Gejala
a. Migren adalah kondisi kronis dengan serangan-serangan yang berulang.
Kebanyakan ( namun tidak semua ) serangan - serangan migren berhubungan
dengan sakit-sakit kepala.
b. Sakit-sakit kepala migren biasanya digambarkan sebagai nyeri yang hebat,
berdenyut dan terus menerus yang melibatkan satu pelipis ( Adakalanya nyeri
berlokasi pada dahi, sekitar mata, atau pada belakang kepala ).
c. Nyeri biasanya unilateral ( pada satu sisi kepala ), meskipun kira-kira sepertiga
dari waktu nyeri adalah bilateral ( pada kedua sisi kepala ).
d. Sakit-sakit kepala unilateral secara khas merubah sisi-sisi dari satu serangan ke
serangan berikutnya. (Nyatanya, sakit-sakit kepala unilateral yang selalu
terjadi pada sisi yang sama harus menyiagakan dokter untuk
mempertimbangkan sakit kepala sekunder, contohnya, satu yang disebabkan
oleh tumor otak).
e. Sakit kepala migren biasanya diperburuk oleh aktivitas-aktivitas harian seperti
menaiki tangga.
f. Mual, muntah, diare, kepucatan muka, tangan-tangan dingin, kaki-kaki dingin,
dan kepekaan pada cahaya dan suara umumya disertai sakit-sakit kepala
migraine. Sebagai akibat dari kepekaan ini pada cahaya dan suara, penderita-
penderita migraine biasanya menyukai berbaring dalam kamar yang sunyi dan
gelap selama serangan. Serangan yang khas berlangsung antara 4 dan 72 jam.
Gambar 1. Algoritma Treatment pada nyeri kepala migren (Dipiro et al. 2012)
Gambar 5. Terapi farmakologi pada Acute Migrain
TERAPI ABORTIF
1. Serotonin agonis reseptor (triptans)
Triptan adalah terapi lini pertama yang sesuai untuk pasien dengan migrain
ringan sampai parah atau sebagai terapi penyelamatan ketika obat spesifik tidak
efektif. Tiptan merupakan agonis selektif reseptor 5HT1B dan 5HT1D.
Efek samping dari triptans termasuk parestesia, kelelahan, pusing, muka merah,
sensasi hangat, dan mengantuk. Pemberian obat secara intranasal dapat
menyebabkan ketidaknyamanan pada hidung.
Kontraindikasi: penyakit jantung iskemik, hipertensi yang tidak terkontrol,
serebrovaskular, penyakit, hemiplegia dan migrain basilar, dan kehamilan. Jangan
berikan triptans dalam waktu 24 jam administrasi derivatif ergotamine atau dalam
waktu 2 minggu dari terapi dengan inhibitor monoamine oxidase. Penggunaan
bersamaan triptans dengan selektif serotonin reuptake inhibitor atau serotonin-
norepinefrin reuptake inhibitor dapat menyebabkan sindrom serotonin, suatu
kondisi yang berpotensi mengancam jiwa.
TERAPI FARMAKOLOGI
1. Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi pengobatan pada migren secara garis besar dibagi
menjadi dua yaitu terapi simtomatik atau akut berupa penghilangan gejala sakit
biasanya dengan pemberian analgesik, NSAID, Golongan Ergotamin, SRA dan
golongan Opioid pada pasien dengan episode migren akut dan terapi profilaksis
bertujuan untuk mengurangi kekambuhan biasanya pasien kronis yang tidak
responsif terhadap pengobatan berefek pendek. Adapun obat-obat yang biasanya
digunakan yaitu Golongan Antidepresan trisiklik, -Bloker, Antikonvulsan, Ca-
Chanal Bloker, NSAID (Neproxan). Obat-obat ini merupakan first line terapi pada
pasien migrain. Sedangkan Second line terapi diberikan apabila pasien tidak dapat
merespon dengan pemberian obat first line theraphy. Golongan obat Second line
terapi diantaranya Antiseizure, Muscle Relaxans, Antidepresan (Duloxetin), dan
natural agent (Petadolex).
Gambar 2. Algoritma Profilaksis pada nyeri kepala migren (Dipiro et al. 2012)
1) Antagonis -Adrenergik
Golongan -bloker (propranolol, nadolol, timolol, atenolol, dan metoprolol) merupakan
obat yang paling banyak untuk mencegah migren.Obat ini harus digunakan dengan hati-hati
pada pasien dengan gagal jantung, penyakit pembuluh darah perifer, gangguan konduksi
atrioventrikular, asma, depresi, dan diabetes.
2) Golongan Antidepresan
Amitriptilin merupakan obat terpilih dari golongan antidepresan trisiklik.
Imipramin, doksepin, nortriptin, dan protriptin juga dapat digunakan.
3) Antikonvulsan
Asam valproat dan natrium divalproat dapat mengurangi keparahan, frekuensi
timbulnya dan lamanya sakit kepala antara 50% sampai 65% penderita migren.
Khasiat asam valproat sebagian disebabkan oleh penghambatan neuron serotonergik;
dari nukleus dorsal raphe.
4) Metisergid
Metisergid merupakan ergot alkaloid semisintetik yaitu suatu antagonis reseptor
5-HTZ yang poten. Bekerja dengan cara menstabilkan neurotransmisi serotonergik di
sistem trigeminovaskuler untuk menghambat timbulnya inflamasi neurogenik.
5) Penghambat Kanal Kalsium
Verapamil hanya memberikan manfaat sedang untuk mengurangi timbulnya
serangan.Obat ini hanya sedikit berguna untuk serangan migren berat.Biasanya
dianggap sebagai obat pencegahan lini kedua atau ketiga.
6) Obat Anti-inflamasi Nonsteroid (AINS)
Golongan AINS mempunyai khasiat sedang dalam menurunkan tingkat
keparahan, frekuensi, dan lamanya serangan.AINS digunakan secara berselang untuk
pencegahan sakit kepala yang kambuh dengan pola yang dapat diduga (misal, migren
karena menstruasi). Pengoatan harus dimulai 1sampai 2 hari sebelum sakit kepala
menyerang dan harus dilanjutkan sampai saat serangan terparah telah dilampaui.
BAB III
PEMBAHASAN
A. KASUS
Migrain Headache
Seorang ibu berusia 40 tahun, memiliki riwayat hipertensi sejak usia 33 tahun,
migrain sejak usia 34 tahun. Selama ini ia hanya menggunakan asetosal yang
dikombinasi dengan kafein saat serangan. Serangan migrainnya tanpa aura, rata-
rata serangan 4x per bulan. Ia single parent dengan 2 anak yang masih berusia 5
dan 8 tahun, ia sudah berpisah dari suaminya sejak 5 tahun yang lalu. Karirnya
cukup bagus, ia bekerja di bank swasta. Keadaan migrainnya memburuk saat ia
banyak pekerjaan atau bekerja lembur. Serangan semakin frekuentif rata-rata 2-3 x
dalam sebulan dan sudah tidak mempan lagi diobati dengan asetosal-kafein
Riwayat keluarga:
ibu tersebut memiliki bapak yang mempunyai riwayat hipertensi dan ibu
yang memiliki penyakit cluster headache.
Data klinis :
TD 170/100 mmHg, RR 22, HR 79, BB 75 kg, tinggi badan 150 cm.
Tugas :
1. Adakah problem terapi pada penderita migrain tersebut?
B. PENYELESAIAN
ANALISIS KASUS
Penyelesaian kasus dengan menggunakan metode SOAP (Subjective, Objective,
Assement, dan Plan) pada kasus ini adalah sebagai berikut :
SUBYEKTIF
Nama :-
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Keluhan Utama : Migrain sejak umur 34 th, memiliki riwayat hipertensi,
serangan rata-rata 4x per bulan.
OBYEKTIF
Tinggi badan : 150 cm
Berat badan :75 kg
Hasil lab dan tanda vital :
Data klinis :
TD 170/100,
RR 22,
HR79,
Form Data Base PasienUntuk Analisis Penggunaan Obat
IDENTITAS PASIEN
Nama :(wanita 40 tahun) No Rek Medik :-
Tempt/tgl lahir:- Dokter yg merawat : -
Alamat :-
Ras :-
Pekerjaan : pegawai bank swasta
Sosial :
Riwayat penyakit
Mengalami serangan migraine yang meningkat semenjak berpisah dengan
suaminya, single parent dan mempunyai 2 anak, hipertensi sejak usia 33 tahun,
migrain sejak usia 34 th.Keadaan nya semakin memburuk saat bekerja lembur.
Mengalami serangan migrain rata-rata 4 x per bulan ,Serangan semakin frekuentif
rata-rata 2-3x dan tidak mempan lagi diobati dengan asetosal-kafein.
Riwayat Keluarga
Ibu tersebut memiliki bapak yang mempunyai riwayat hipertensi dan ibu yang
memiliki penyakit cluster headache.
Riwayat Sosial
Kegiatan
Pola makan/diet Ya / tidak
- Vegetarian
- Ya / tidak
Merokok
Ya/ tidak
Meminum Alkohol
Meminum Obat herbal Ya/ tidak
Ya/ tidak
Riwayat Alergi :-
1 Metoclopramide Mengurangi mual 10 mg PO Efek aditif dapat terjadi Reaksi ekstrapiramidal, Mengurangi mual
muntah bila metokloprami efek SSP: kegelisahan, muntah pada migren
diberikan bersama kantuk.
dengan alkohol,
hipnotik, sedatif
2 Ergotamine Kontriksi pada Vena 1 mg PO troleandomycin kardiovaskular: Mencegah sakit
meningkatkan kadar perubahan denyut kepala vaskuler
ergotamine plasma. jantung. GI: Mual; (migrain)
muntah.
3 Captopril Pengobatan hipertensi 6,5 12,5 mg PO Allopurinol: GI: Mual; sakit perut; Menurunkan
hipersensitivitas muntah tekanan darah tinggi.
Antasida: Semoga RESP: kronis batuk
menurunkan BA kering
captopril.
4 HCT Edema , hipertensi 25 100 mg/ PO Diazoxide: Dapat SSP: Pusing; ringan, GI: Mengurangi volume
hari menyebabkan Anorexia; iritasi lambung intravaskuler.
hiperglikemia
Diuretik loop :
menyebabkan diuresis
yang serius,
Sulfonilurea:
menurunkan efek
hipoglikemik
sulfonilurea
ASSASMENT
Mual muntah Aura mencium bau khas diikuti rasa - Metoclopramide Terapi tepat
nyeri sebelah di kepala disertai mual
muntah
1. PLAN
- Penggunaan Ergotamin untuk migrain sudah tidak dapat mencegah frekuensi
dari migrain pasien dan tidak ada perkembangan yang baik dalam pengobatan
migrain pasien maka ergotamin tidak diberikan dikarenakan migrain pasien
dicurigai karena penanganan hipertensi yang kurang tepat, menurut guidline
di DIPIRO 9th penanganan profilaksis untuk pasien migraen yang
dikarenakan penyakit lain yaitu hipertensi menggunakan obat antihipertensi
golongan beta blocker (Propanolol).
- Untuk hipertensi stage 2 : Captopril diganti dengan obat hipertensi golongan
beta blocker yaitu Propanolol yang diindikasikan untuk profilaksis migrain
dan tetapdikombinasi dengan HCT
- Metoclpramide tetap diberikan dikarenakan untuk pengobatan mual dan
muntah akibat migrain
2. Obat yang digunakan belum sesuai
3. Terapi Abortif
Naratriptan
Indikasi : Terapi lini pertama untuk pasien migren sedang sampai berat atau
sebagai terapi darurat jika obat lain yang tak spesifik tidak berhasil.
Pengobatan serangan migrain akut dengan atau tanpa aura
Dosis : 2,5 mg, diulang 4 jam bila terjadi serangan kembali hingga dosis
maks 5 mg/24 jam
ESO : Parestesia, astenia, fatigue, flushing, nyeri di dada, leher dan rahang;
perasaan mengantuk, pusing, mual dan berkeringat.
Mekanisme : Tiga tindakan farmakologis yang berbeda telah terlibat dalam efek
antimigren dari triptans: (1) stimulasi reseptor 5-HT1D presinaptik,
yang berfungsi untuk menghambat vasodilatasi dural dan peradangan;
(2) penghambatan langsung rangsangan sel inti trigeminal via 5-
HT1B / 1D agonis reseptor di batang otak dan (3) vasokonstriksi
meningeal, dural, otak atau pial kapal sebagai akibat dari pembuluh
darah 5-HT1B reseptor agonis
Absorsi : Diserap dengan baik (74% biovaility oral), penyerapan cepat dengan
konsentrasi plasma puncak setelah 2-5 jam. Tingkat penyerapan lebih
lambat selama serangan migrain.
T : 5- 8 Jam
Terapi Profilaksis
Algoritma pengobatan untuk manajemen profilaksis migren
Gambar 2. Algoritma Profilaksis pada nyeri kepala migren (Dipiro et al. 2012)
Interaksi obat : hati hati bila diberikan bersama dengan reserpine karena
menambah berat hipotensi dan kalsium antagonis karena menimbulkan penekanan
kontraktilitas miokard. Henti jantung dapat terjadi bila diberikan bersama haloperidol.
Fenitoin, fenobarbital, rifampin meningkatkan kebersihan obat ini. Simetidin
menurunkan metabolism propranolol. Etanolol menurukan absorbsinya.
DAFTAR PUSTAKA
DiPiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, A.G., Posey, L.M.
(Eds). 2015. Pharmacotherapy a Pathophysiological Approach, 9rd ed
McGraw-Hill EducationSukandar, Elin Yulinah, dkk. 2008.
Adnyana, I. K., Andrajati, R., Setiadi, A. P., Sigit, J. I., Sukandar, E. Y. 2008.
ISO Farmakoterapi. PT. ISFI Penerbitan: Jakarta
BNF, 2007, British National Formulary 54th Edition, BMJ Publishing Group,
London
Journal Of Neurology And Neuroscience, iMedPub Journals2010 Vol.1 No.
2:2
Tatro D.S. (2003). A to Z Drug Facts. San Francisco: Facts and Comparisons.
Migraine Treatment From A to Z