Dosen Pengampu :
Dr. Islamudin Ahmad, S.Si., M.Si., Apt.
Anggota Kelompok 3 :
Karina Putri Novianti (2313017180)
Ajeng Rahmawati (2313017213)
Intan Wulan Sari (2313017176)
Wahidah Asni (2313017212)
Novia Saputri (2313017161)
Abia Abimanyu (2313017195)
Debby Febrianty (2313017204)
Dhea Natasya Shandy (2313017181)
Muchamad Zainal Fanani (2313017208)
Nur Habibah (2313017158)
1. PENDAHULUAN
Kanada merupakan negara yang luas (10 juta km 2), Sekitar 35 juta penduduk.
Perawatan kesehatan diatur oleh undang-undang kesehatan Kanada. Meskipun layanan
kesehatan didanai secara federal, layanan dikelola di Tingkat 10 provinsi, yang
menghasilkan peraturan sistem kesehatan yang berbeda. Kanada memiliki sekitar 40.000
apoteker dan sekitar 10.000 apotek. Kegitan klinis dilakukan oleh apotker dalam peraktik
perawatan primer (komunitas) di Kanada, dimana dengan ruang lingkup praktik yang
berbagai macam seperti:
1) Pengobatan pasien
2) Penilaian status kesehatan
3) Identifikasi masalah terapi obat
4) Pengembangan rencana perawatan
5) Melakukan kunjungan tindak lanjut yang diperlukan.
Dari peninjauan tersebut dapat memberikan kesempatan pada Apoteker untuk
mengoptimalkan penggunaan obat-obatan, meningkatkan hasil kesehatan pasien, dan
mengurangi biaya sistem layanan kesehatan. Selama kunjungan rumah tersebut, apoteker
juga mengeluarkan obat-obatan yang sudah kadaluwarsa, tidak terpakai, atau melebihi
dosis/dosis ganda sehingga memperoleh hasil yang optimal.
3. INJEKSI
a. Injeksi di Kanada
Penyuntikan obat oleh apoteker di kanada banyak dilakukan melalui jalur subkutan
atau intramuskular. Di Alberta apoteker dapat menyuntik melalui rute lain (misalnya
intravena) dan beberapa apoteker juga telah mengembangkan layanan vaksinasi
perjalanan. Penggunaan vaksinasi oleh apoteker Kanada, dan penerimaan oleh pasien,
berlangsung cepat dan tinggi dengan perkiraan tingkat vaksinasi yang lebih tinggi di
masyarakat karena ketersediaannya melalui apotek. Papastergiou dan rekannya telah
melaporkan tingkat kepuasan pasien yang tinggi terhadap vaksinasi apoteker (Hiroshi,
2016).
b. Injeksi di Indonesia
Penyuntikan obat di Indonesia dilakukan oleh dokter atau perawat kepada pasien
dengan menjaga keamanan pasien dan dokter atau perawat yang melakukan insersi (UUD
RI, 2009). Sama seperti di kanada bahwa penyuntikan banyak dilakukan melalui jalur
intravena dan juga bisa melalui rute lain seperti Intramuskular dan subkutan dengan
catatan dokter atau perawat yang melakukannya. Berdasarkan penelitian dari Bryan
Mario Isakh dan Anton suryatma (2021) yaitu kepuasan pelayanan vaksinasi di 11
provinsi di indonesia sebagian besar merasa puas atas pelayanan vaksinasi yang
dilakukan (Mario, 2021).
4. PENGHENTIAN MEROKOK
Farmasis di Kanada mendapatkan hak untuk meresepkan terapi obat untuk
penghentian merokok. Penerimaan layanan penghentian merokok telah tinggi di kalangan
farmasis Kanada dengan jumlah apotek yang menyediakan program penghentian
merokok di Ontario meningkat dari 142 saat layanan tersebut diperkenalkan pada tahun
2011 menjadi 1.253 pada tahun 2013. Di Indonesia, apoteker memiliki hambatan dalam
melaksanakan pendampingan pasien untuk berhenti merokok karena tidak adanya
regulasi tentang kewenangan apoteker dalam melaksanakan konseling untuk pasien
perokok, tidak ada pedoman dan pelatihan konseling berhenti merokok untuk apoteker,
belum adanya tim untuk melaksanakan pendampingan pasien dalam berhenti merokok
dan kurangnya kesadaran pasien untuk berhenti merokok (Dwiputri, 2023).
5. DIABETES
Farmasis melakukan berbagai kegiatan terkait diabetes, termasuk menyediakan
layanan pengukuran dan skrining glukosa darah (melalui glukometer), serta menjual
glukometer dan perlengkapan alat deteksi diabetes lainnya seperti lancet dan strip
pengujian. Farmasis juga memberikan layanan konseling/edukasi, melakukan kunjungan
tindak lanjut, memberikan rekomendasi/penyesuaian, dan meresepkan obat hipoglikemik.
Banyak dari Farmasis di Kanada yang mendapatkan sertifikasi tambahan dalam
manajemen diabetes dan menjadi pendidik diabetes bersertifikat (CDE).
Hampir sama dengan Kanada, beberapa kegiatan terkait diabetes yang dilakukan oleh
apoteker di Indonesia antara lain menjual glukometer dan perlengkapan alat deteksi gula
darah. Apoteker juga berperan dalam pencegahan, penyerahan obat, telaah pengobatan,
layanan informasi obat, konseling dan edukasi, pemantauan terapi , langkah tindak lanjut
pengobatan, dan memberi rujukan (Dwiputri, et al. 2019).
6. HIPERTENSI
8. PERESEPAN (PRESCRIBING)
Peresepan memberikan gambaran aktivitas, mulai dari otorisasi (wewenang) isi ulang
hingga adaptasi resep menjadi peresepan independen sepenuhnya. Semua provinsi dan
Wilayah Barat Laut mengizinkan apoteker memperbarui resep. Apoteker di semua
provinsi dapat mengubah dosis atau formulasi obat dan sekitar setengahnya mengizinkan
penggantian terapeutik dan meresepkan obat untuk kondisi rawat jalan yang umum.
Perjanjian kolaboratif yang mengizinkan apoteker untuk meresepkan obat dapat ditemui
di Saskatchewan. Peresepan mandiri terbatas diperbolehkan di beberapa provinsi; Alberta
adalah satu-satunya provinsi yang melakukan peresepan mandiri (yang sebenar-
benarnya), dengan sekitar sepertiga apoteker memenuhi syarat untuk mendapatkan hak
istimewa ini.
Bukti: Sejumlah uji coba yang dilakukan di Kanada telah menunjukkan manfaat resep
independen apoteker. Studi RxING adalah penelitian sebelum dan sesudah percobaan
peresepan apoteker dan tindak lanjut pada pasien dengan diabetes tipe 2 yang tidak
mencapai target HbA1c mereka. Ini menunjukkan penurunan HbA1c selama 6 bulan yang
signifikan sebesar 1,8%. Studi RxACTION adalah uji coba 248 pasien acak dari apoteker
yang meresepkan pada pasien dengan hipertensi yang tidak terkontrol dengan baik. Hasil
utama dari pengurangan secara signifikan tekanan darah sistolik sebesar 6,6 mmHg lebih
banyak dibandingkan kelompok perawatan biasa. Demikian pula, penelitian RxACT
menunjukkan penurunan kolesterol LDL yang signifikan. Baru-baru ini, studi RxEACH
melaporkan 21% pengurangan risiko kejadian kardiovaskular utama pada 723 pasien acak
dan mendapat intervensi dari apoteker.
KESIMPULAN
Sejak publikasi pernyataan visi Blueprint for Pharmacy: "Hasil terapi obat yang
optimal untuk orang Kanada melalui perawatan yang berpusat pada pasien," ruang lingkup
praktik untuk apoteker (dan penggunaan layanan baru) telah berubah dengan sangat cepat.
Seiring dengan ini, remunerasi berubah untuk mencakup lebih banyak layanan klinis. Upaya
untuk mendukung dan membimbing apoteker dalam mengubah praktik mereka sedang
berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina R, et al. Universal health coverage in Indonesia: concept, progress, and challenges. The
Lancet. 2019;393(10166):75–102.
Dwiputri, Ayu W, Pristianty, Liza and Hermansyah, Andi. 2019. Pharmacist contributions in the
treatment of Diabetes mellitus in Southeast Asia: a narrative review. Journal of Basic and
Clinical Physiology and Pharmacology, 30(6).
Hermansyah A, et al. Primary health care policy and vision for community pharmacy and pharmacists
in Indonesia. Pharm Pract. 2020;18(3):2085.
Hiroshi Okada & Kazuhiko Kotani. 2016. Community Pharmacy An Internasional Comparison. Nova
Science Publishers, Inc.
Mario, B Isakh dan Anton Suryatma. 2021. Karakteristik Masyarakat dan Hubungannya Dengan
Kepuasan Pelayanan Vaksinasi Di 11 Provinsi Di Indonesia. Jurnal Health Sains: p–ISSN:
2723-4339 e-ISSN: 2548-1398 Vol. 2, No. 3, Maret 2021
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2021 tentang Jabatan Fungsional Apoteker, Pasal 8 No.1