Referat: Water Seal Drainage
Referat: Water Seal Drainage
WSD
( Water Seal Drainage )
Oleh :
Ayu Witia Ningrum
2007730022
Pembimbing :
Dr. Fachry, Sp.P
Sistem pernapasan dapat disebut juga dengan sistem respirasi yang berarti bernapas
kembali. Sistem ini berperan menyediakan oksigen (O2) yang diambil dari atmosfir dan
mengeluarkan karbon dioksida (CO2) dari sel-sel (tubuh) menuju ke udara bebas (Muttaqin,
A. 2008: 24). Proses bernapas berlangsung dalam beberapa langkah dan berlangsung dengan
dukungan sistem saraf pusat dan sistem kardiovaskuler. Pada dasarnya sistem pernapasan
terdiri atas rangkaian saluran udara yang menghantarkan udara luar agar dapat bersentuhan
dengan membran kapiler alveoli yang memisahkan antara sistem pernapasan dan sistem
kardiovaskuler. Fungsi utama paru adalah sebagai tempat pertukaran gas, dalam konteks ini
maka fisiologi sistem pernapasan dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu fungsi ventilasi,
1. Ventilasi Paru
Yaitu udara bergerak masuk dan keluar dari paru-paru dikarenakan adanya selisih
tekanan udara di atmosfir dan alveolus dan di dukung oleh kerja mekanik otot-otot
(Soemantri I. 2008: 12). Dalam hal ini dinding thorax berfungsi sebagai hembusan. Selama
inspirasi volume thorax bertambah besar karena diafragma turun dan iga terangkat akibat
atas serta otot serratus, otot scalenus dan otot intercostalis eksternus berperan mengangkat
iga, sedangkan otot sternokleidomastoideus mengangkat sternum atas. Fungsi ventilasi atau
paru-paru adalah mengukur kemampuan dada dan paru-paru untuk menggerakan udara
bergerak dari luar ke dalam trachea, bronchus, bronchiulus dan alveoli. Selama ekspirasi, gas
gas yang terdapat dalam alveolus prosesnya berjalan seperti inspirasi dengan alur terbalik.
Faktor fisik yang mempengaruhi keluar masuknya udara dari dan ke paru-paru merupakan
Udara mengalir dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Selama
inspirasi, pergerakan diafragma dan otot bantu pernapasan lainnya memperluas ringga dada,
sehingga menurunkan tekanan dalam rongga sampai di bawah tekanan atmosfir. Hal ini
menyebabkan udara tertarik melalui trachea dan bronchus lalu masuk ke dalam alveoli.
Peningkatan tekanan dari cabang bronchus dan adanya benda asing dalam saluran
c. Komplian Paru-paru
2. Perfusi Paru
kanan jantung memberikan kesempatan untuk pertukaran gas sebelum kembali ke atrium
kanan. Sirkulasi paru-paru unuk dan berbeda dari organ khusus sirkulasi lain (Hudak &
sirkulasi pulmonal systole/diastole = 25/8 m mmHg atau kurang lebih enam kali lebih kecil
daripada sirkulasi sistemik. Karena tekanan yang rendah ini maka efek hidrostatiknya
menjadi penting. Selain itu ada perbedaan yang nyata antara apek dan basal paru pada
keadaan berdiri.
Pertukaran gas paru selain dipengaruhi oleh ventelasi juga dipengaruhi oleh perfusi
paru itu sendiri. Ketidakseimbangan antara ventelasi dan perfusi akan mempengaruhi
pertukaran gas. Dalam hubungan antara ventelasi dan perfusi kebanyakan penyakit respirasi
mengalami ketidakseimbangan.
3. Pertukaran Gas/Difusi
Pertukaran gas atau yang sering disebut difusi. Pada tahap ini proses respirasi
mencakup proses gas-gas melintasi membrane antara alveolus-kapiler yang tipis, yakni
kurang dari 0,5 mm. Kekuatan pendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan
parsial antara gas dan fase gas. Tekanan O2 dalam atmosfer sama dengan tekanan laut yakni
kurang lebih 149 mmHg atau dari 760 mmHg (Somantri, I. 2008: 13).
Menurut Hudak & Gallo (1997: 467) pertukaran gas yang paling penting adalah
a. Makin besar perbedaan tekanan pada membrane, makin cepat kecepatan difusi
b. Makin besar area membrane paru-paru makin besar kualitas gas yang dapat berdifusi
melewati membrane dalam waktu tertentu.
c. Makin tipis membrane, makin cepat difusi gas melalui membrane tersebut ke bagian
yang berlawanan.
d. Koefisien difusi secara langsung proporsional terhadap kemampuan terlarut dari ngas
dalam cairan membrane paru-paru dan kebalikannya terhadap ukuran molekul. Namun
demikian molekul kecil yang berdifusi tinggi lebih cepat daripada besarnya ukuran gas
1). Oksigen : 1
Tekanan parsial oksigen dalam atmosfer pada permukaan laut besarnya sekitar
149 mmHg (21 % dari 760 mmHg). Pada waktu oksigen di inspirasi dan sampai alveolus
maka tekanan parsial ini mengalami penurunan sampai sekitar 103 mmHg. Penurunan ini
disebabkan tercampurnya udara dalam ruang rugi anatomis saluran napas. Ruang rugi ini
volumenya sekitar 1 ml udara per pound atau sekitar 150 ml untuk dewasa normal. Tekanan
parsial oksigen dalam kapiler paru-paru sebesar 40 mmHg. Karena perbedaan tekanan parsial
ini maka oksigen dengan mudah berdifusi dalam aliran darah. Demikian sebaliknya dengan
keluarnya CO2. Selisih tekanan CO2 antara darah dan alveolus yang jauh lebih rendah (6
Dari fisiologi sistem pernapasan ini maka dapat disimpulkanbahwa ketiga faktor
Saluran pernapasan memiliki bagian yang sangat peka terhadap rangsang. Bagian
tersebut adalah laring, trachea, dan bronchus sangat peka terhadap perabaan (light
touch), sedangkan bronchus terminalis dan alveoli peka terhadap rangsang kimiawi.
peka pada saluran pernapasan. Rangsang ditangkap oleh sensor taktil dan kemoreseptor
aferen melalui nervous vagus menuju pusat pernapasan (medulla oblongata), misal rangsang
yang berupa benda asing yang memasuki saluran pernapasan bawah. Selanjutnya pusat
pernapasan memerintahkan tubuh untuk melakukan refleks batuk agar benda asing tersebut
glotis oleh epiglotis, menutup pita suara agar udara inspirasi tertahan di dalam paru-paru.
Udara yang tertahan menimbulkan tekanan dalam alveolus sehingga otot-otot abdomen dan
interkostalis interna berkontraksi dengan kuat lalu secara mendadak terjadilah ekspirasi.
Ekspirasi yang kuat mendadak membuat epiglottis dan pita suara terbuka yang menyebabkan
udara dengan cepat melewati bronkus besar dan trakhea sehingga benda-benda asing keluar.
Berbeda dengan refleks batuk, rangsang yang ada ditangkap oleh reseptor taktil di
Urutan mekanisme refleks sama dengan mekanisme refleks batuk, namun pada refleks
bersin uvula dikondisikan ke bawah, sehingga memungkinkan aliran udara ekspirasi menjadi
kuat dan dapat melalui rongga mulut dan rongga hidung. Refleks besin bermanfaat untuk
mengluarkan benda asing yang masuk rongga hidung atau saluran pernapasan bagian bawah.
WSD
Definisi
WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan
(darah, pus) dari rongga pleura dengan menggunakan pipa penghubung untuk
mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut. Dalam keadaan normal rongga pleura
memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit cairan pleura / lubrican.(1)
Tujuan (5,6,7)
a. Pneumothoraks :
b. Hemothoraks :
- Robekan pleura
- Kelebihan antikoagulan
- Pasca bedah thoraks
c. Hemopneumothorak
d. Thorakotomy :
Lobektomy
Pneumoktomy
rongga pleura.
b. Bagian Basal
Yaitu pada posterolateral intercosta ke 8-9 yang berfungsi untuk mengeluarkan cairan
untuk ventilasi dan 1 lagi masuk ke dalam botol. Jenis ini mempunyai 2 fungsi,
water seal.
Botol 1 dihubungkan dengan selang drainage yang awalnya kosong dan hampa
udara, selang pendek pada botol 1 dihubungkan dengan selang di botol 2 yang
rongga pleura ke botol WSD dan udara dipompakan keluar melalui selang masuk
ke WSD
Biasanya digunakan untuk mengatasi hemothoraks, hemopneumothoraks, efusi
peural
Keuntungannya adalah water seal tetappada satu level
hisapan tergantung pada kedalaman ujung selang yang tertanam dalam air botol
WSD
Drainage tergantung gravitasi dan jumlah hisapan yang ditambahkan
Botol ke-3 mempunyai 3 selang :
Tube pendek diatas batas air dihubungkan dengan tube pada botol ke dua
Tube pendek lain dihubungkan dengan suction
Tube di tengah yang panjang sampai di batas permukaan air dan terbuka ke
atmosfer
a. Pengkajian
Memeriksa kembali instruksi dokter
Mencek inform consent
Mengkaji tanda-tanda vital dan status pernapasan pasien.
b. Persiapan Pasien
Siapkan pasien
Memberi penjelasan kepada pasien meliputi :
a) Tujuan tindakan
b) Posisi tubuh saat tindakan dan selama terpasang WSD, posisi klien dapat
distraksi
1) Trokar atau kateter toraks dengan nomor yang disesuaikan dengan bahan yang
akan dialirkan, untuk udara nomor 18-20 dan untuk pus nomor 22-24.
2) Kasa steril
3) Plester
7) Botol WSD
9) Duk steril
Prosedur Tindakan
a. Posisi pasien dengan sisi yang sakit menghadap ke arah dokter dengan disandarkan pada
kemiringan 30o-60o, tangan sisi paru yang sakit diangkat ke atas kepala
b. Lakukan tindakan antiseptic menggunakan bethadin 10% dilanjutkan dengan
menggunakan alkohol 70% dengan gerakan berputar ke arah luar, pasang duk steril
lidocain solusio injeksi, jangan lupa melakukan aspirasi sebelum mengeluarkan obat
pada setiap lapisan. Anestesi dilakukan pada daerah yang akan di pasang WSD atau pada
masuknya alat ke dalam rongga pleura. Setelah trokar masuk ke dalam rongga pleura,
stilet dicabut dan lubang trokar di tutup dengan ibu jari. Kateter yang sudah diklem pada
ujung distalnya di insersi secara cepat melelui trokar ke dalam rongga pleura. Kateter
pleura/empiema. Trokar dilepas pada dinding dada. Kateter bagian distal dilepas dan
trokar dikeluarkan
h. Setelah trokar ditarik, hubungkan kateter dengan selang dan masukkan ujung selang ke
dalam botol WSD yang telah diberi larutan bethadin yang telah diencerkan dengan NaCl
bethadin dan fiksasi ke dinding dada dengan plester.(Standar Diagnosis & Terapi Gawat
a. Kriteria pencabutan :
b. Kondisi :
1. Pada trauma
Hemato/pneumothorak yang sudah memenuhi kedua kriteria, langsung dicabut
c. Alternatif
PERAWATAN WSD(6)
Mendeteksi di bagian dimana masuknya slang, dan pengganti verband 2 hari sekali, dan perlu
diperhatikan agar kain kassa yang menutup bagian masuknya slang dan tube tidak boleh
2. Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya slang. Untuk rasa sakit yang hebat akan
Penetapan slang.
Usahakan agar pasien dapat merasa enak dengan memasang bantal kecil
merubah posisi tubuh sambil mengangkat badan, atau menaruh bantal di bawah
3. Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan batuk waktu slang
diklem.
4. Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.
Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc. Jika perdarahan
dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan torakotomi. Jika banyaknya hisapan
Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai petunjuk jika suction
kurang baik, coba merubah posisi pasien dari terlentang, ke 1/2 terlentang atau
1/2 duduk ke posisi miring bagian operasi di bawah atau di cari penyababnya
misal : slang tersumbat oleh gangguan darah, slang bengkok atau alat rusak,
1. Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa cairan
Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip dalam rongga dada, misal :
selang terlepas, botol terjatuh karena kesalahan dll WSD (Water Seal Drainage)
DAFTAR PUSTAKA
(1) Smeltzer, S.C. & Bare. B.G., 2002. Brunner & Suddarths Textbook of Medical Surgical
Kumpulan Makalah Simposium Dokter Umum Gawat Darurat Paru, Surakarta, 3 Juli
1993; 39-45.
(3) Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: