Anda di halaman 1dari 41

BAHAN AJAR

KERJA BAJA

IR. I Wayan Intara


I Wayan Suasira, ST

JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BALI
2004
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan bahan ajar Kerja Baja ini. Bahan
ajar ini disusun sebagai bagian dari proses peningkatan kurikulum di Jurusan Teknik
Sipil Politeknik Negeri Bali, yang mana bahan ajar ini dijadikan sebagai acuan pada
proses belajar mengajar di Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali.
Selesainya penyusunan bahan ajar ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Proyek Peningkatan Manajemen Pendidikan Tinggi Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi yang telah membiayai pembuatan bahan ajar ini melalui
proyek Semi Que V tahap I.
2. Bapak Direktur Politeknik Negeri Bali.
3. Bapak Pembantu Direktur I Politeknik Negeri Bali, Bapak Pembantu Direktur II
Politeknik Negeri Bali, Bapak Pembantu Direktur III Politeknik Negeri Bali serta
Ibu Pembantu Direktur IV Politeknik Negeri Bali.
4. Bapak Ketua Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali.
5. Bapak Sekretaris Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali.
6. Bapak Ketua Kelompok Bidang Keahlian Struktur Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali.
7. Rekan-rekan staf pengajar di Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali.
8. Rekan-rekan teknisi dan staf pegawai di Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri
Bali.
Akhir kata semoga bahan ajar ini bermanfaat dan untuk penyempurnaan
bahan ajar ini selanjutnya, diharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak.

Jimbaran, Juni 2004

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I LAS ASETELIN


I.1 Botol / Tabung Asetelin...... I-1
I.2 Botol / Tabung Zat Asam ( Oxigen) ....... I-1
I.3 Selang Karet ... I-1
I.4 Regulator ........ I-2
I.5 Blander .. .I-2
I.6 Tip .. I-2
I.7 Tabel Pembakar Las / Tip .. I-2
I.8 Perbedaan Slang Asetelin dan Oksigen... I-3
I.9 Oksigen dan Asetelin .. I-3
I.10 Sudut Yang Diperkenankan Pada Arah Pengelasan.. I-8
I.11 Posisi Pengelasan ..I-8
I.12 Gerakan Las .. I-8
I.13 Bentuk Bentuk Sambungan ... I-9

BAB II LAS LISTRIK


II.1 Keselamatan Kerja .... II-1
II.2 Alat Alat Bantu Las Listrik...... II-4
II.3 Perlengkapan Las .. II-5
II.4 Mesin Las .. II-5
II.5 Elektroda / Kawat Las ....... II-8
II.6 Kuat Arus ...... II-11
II.7 Pengaruh Panjang Busur Pada Hasil Las...... II-11
II.8 Teknik Mengelas ...... II-12
II.9 Prosedur Pengelasan ..... II-14

ii
BAB III MEMBUAT ALUR LAS
III.1 Tujuan ...... III-1
III.2 Perlengkapan dan Bahan ...... III-1
III.3 Bahan ....... III-1
III.4 Keselamatan Kerja ...... III-1
III.5 Langkah Kerja...... III-2

BAB IV TERALI BESI


IV.1 Tujuan ...... IV-1
IV.2 Perlengkapan dan Bahan ......IV-1
IV.3 Bahan ....... IV-1
IV.4 Keselamatan Kerja ...... IV-1
IV.5 Langkah Kerja...... IV-2
IV.6 Langkah Kerja...... IV-3

iii
BAB I
LAS ASETILIN

Nama bagian Las Asetilin secara garis besar :

Botol/tabung Zat Asam (Oxigen)


1. Slang karet Asetilin
2. Slang karet Zat Asam
3. Regulator Asetilin
4. Regulator Zat Asam
5. Blander
6. Tip

I.1 Botol / Tabung Asetilin


Botol Asetilin terdiri dari botol yang terbuang dari bahan baja yang
mempunyai bentuk pendek kegemuk-gemukan.
Botol ini biasanya berwarna merah, putih dan kuning, tetapi yang
umumnya adalah berwarna merah.
Pada bagian dasar atau bawah dari botol dibuat sumbat pengaman,
maksudnya adalah untuk menjaga keselamatan dari tabung ini, apabila
terjadi sesuatu tidak meledak berkeping-keping.
Botol ini harus tahan terhadap tekanan 15 kg/cm.

I.2 Botol / Tabung Zat Asam (Oxigen)


Botol Zat Asam terbuat dari bahan yang sama seperti botol Asetilin,
dan mempunyai bentuk ramping dan agak sedikit tinggi.
Botol Zat Asam ini biasanya berwarna biru dan harus tahan terhadap
tekanan 150 kg/cm.
I.3 Slang karet
Slang karet untuk Asetilin biasanya berwarna merah.

Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali I-1


Kerja Baja
Slang karet untuk Zat Asam (Oxigen) berwarna biru.
Slang karet ini sifatnya harus kuat tetapi lemas, tidak kaku dan harus
tahan terhadap tekanan gas kurang lebih 15 kg/cm.
Diameter slang karet ini yang umum untuk digunakan adalah lubang
dalamnya berdiameter 5 mm, 6 mm, dan 7,5 mm.

I.4 Regulator
Regulator berfungsi untuk mengatur tekanan kerja yang konstan
walaupun tekanan ini dalam botol selalu berubah-ubah.
Perbedaan regulator Asetilin dan Zat Asam adalah untuk Regulator
Asetilin, berwarna merah sedangkan untuk regulator Zat Asam
berwarna biru.

I.5 Blander disebut juga Mixer


Blander adalah suatu tempat untuk menyampur Gas Asetilin dan Zat
Asam serta mengatur keluarnya gas untuk pembakar.

I.6 Tip
Tip adalah ujung pembakar las.
Tip ini biasanya terbuat dari bahan tembaga.

I.7 Tabel Pembakar Las/Tip

Nomor Tebal plat dalam mm Tekanan campuran dalam


Bar
1 0,5 1 2,5

Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali I-2


Kerja Baja
2 12 2,5
3 24 2,5
4 46 2,5
5 69 2,5
6 9 14 2,5
7 14 20 2,5
8 20 30 2,5

I.8 Perbedaan Slang Asetilin dan Oksigen :


Apabila kita hendak memasang slang karet baik itu untuk selang
Asetilin maupun untuk Zat Asam, sedangkan warna dari Regulator
tidak jelas, maka kita masih tetap bisa membedakan mana untuk
Asetilin dan yang mana untuk Zat Asam.
Untuk membedakannya adalah dengan melihat baut outlet Regulator
dari masing-masing gas.
Baut outlet Regulator Asetilin berulir kiri serta membentuk baut
mempunyai cowakan.
Baut outlet Regulator Zat Asam berulir kanan serta bentuk baut polos.

Berulir kanan Berulir kiri


Klem untuk penjepit slang pada pemasangan slang dengan Regulator
maupun untuk penyambungan Slang dengan Blander :

I.9 Oksigen dan Asetilin

I.9.1 Oksigen :
I.9.1.1 Proses pembuatan Oksigen didapatkan dengan cara :
a. Proses Elektrolisa Air

Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali I-3


Kerja Baja
Dimana Hidrogen dan Oksigen diperoleh dari air.
Pemisahan Hidrogen untuk mendapatkan Oksigen diproses
secara Elektrolisa Listrik
.
b. Proses Pendinginan Udara :
Cara pemisahan gas oksigen dan gas-gas lain, didinginkan
menjadi suatu zat cair. Zat cair tadi dipanaskan hingga mendapat
Oksigen. Zat yang titik didih rendah akan terpisah lebih dahulu.
(Titik penguapan Oksigen 182C).

I.9.1.2 Sifat Oksigen :


a. Tidak berbau
b. Tidak berwarna
c. Tidak sensitif terhadap api digunakan untuk pembakaran

I.9.1.3 Kegunaan Oksigen :


a. Untuk pengelasan yang dicampur dengan Gas Asetilin
b. Untuk operasi pemotongan logam
c. Heat reat ment
d. Dipergunakan di rumah sakit

I.9.1.4 Perawatan :
a. Tabung Oksigen harus dibawa hati-hati (Awas jangan jatuh )
b. Dinding tabung harus bebas dari oli dan minyak-minyak lain.
c. Disimpan di tempat yang teduh.
I.9.2 Asetilin :
I.9.2.1 Proses pembentukan Asetilin :
a. Asetilin dalam tabung :
Diproses dari pabrik/perusahaan
Siap untuk dipakai
b. Asetilin dalam generator:
Ada tiga macam sistim kerja Generator :

Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali I-4


Kerja Baja
Generator sistim tetes
Generator sistim celup
Generator sistim lempar

Dalam sistim ini batu karbit berada


di atas, di taruh pada tempat
tertentu. Kemudian dengan
memutar torak batu karbit akan
jatuh ke air, maka di dalam air
batubara akan secara kimia menjadi
gas Asetilin dan selanjutnya akan
keluar melalui pipa outlet.
GENERATOR SISTIM LEMPAR

GENERATOR SISTIM CELUP SISTIM CELUP


OTOMATIS

Sistim ini sama seperti sistim di atas


GENERATOR SISTIM TETES
Keuntungan sistim ini
Aman, tak terjadi plash back
karena api tak bisa
menembus air.

Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali I-5


Kerja Baja
I.9.2.2 Proses Kimia dari pembuatan Asetilin sebagai berikut :
Ca C 2 + 2H 2 O C 2 H 2 + Ca (OH) 2 + panas

Karbit Air Gas Karbit Kapur
(Asetilin)

I.9.2.3 Sifat-sifat Asetilin :


a. Berbau
b. Berwarna
c. Sensitif terhadap api

I.9.2.5 Nyala api Asetilin terbagi dalam 3 penyalaan :


a. Nyala Oksidasi :
Ialah nyala yang terlalu banyak oksigen, yang mempunyai tanda
:
Inti nyala lebih kecil
Ujung inti nyala runcing
Suaranya berdesis
Nyala Oksidasi ini berguna untuk mengelas logam lunak
(tembaga, aluminium, kuningan) dan untuk memotong logam.
b. Nyala Karburasi :
Ialah nyala yang terlalu banyak Asetilin, yang mempunyai tanda
:
Inti nyala tumpul dan panjang
Kerucut api besar
Mempunyai nyala ekor
Nyala Karburasi ini berguna untuk mengeraskan permukaan
logam untuk mengelas logam putih dan untuk membrasing.

Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali I-6


Kerja Baja
c. Nyala Netral :
Ialah yang mempunyai perbandingan antara Asetilin dan
Oksigen,n yang mempunyai tanda :
Inti nyala pendek dan tumpul
Tidak terlalu berdesis
Nyala Netral berguna untuk mengelas baja dan besi tuang serta
pengelasan biasa.

I.9.2.5 Cara menyalakan :


a. Buka katup botol Oksigen dan Asetilin
b. Atur tekanan yang diinginkan sesuai dengan tip yang dipakai
c. Buka sedikit katup oksigen pada Blander
d. Buka katup Asetilin pada Blander
e. Nyalakan Matches pada ujung Tip (Nozzel)
f. Atur katup Asetilin dan Oksigen sampai pada nyala yang
diinginkan

I.9.2.6 Cara mematikan :


a. Tutup katup Asetilin pada Blander
b. Tutup katup Oksigen pada Blander
c. Tutup katup pada botol Asetilin dan Oksigen
d. Buka katup Oksigen dan Asetilin pada Blander untuk
membuang gas sisa yang ada pada slang, sampai Manometer
Regulator semuanya menunjukkan nol
e. Tutup semua katup regulator dan katup blander

Catatan : Dalam pembukaan katup pada Blander dengan perbandingan


1 : 2,5 yang mana perbandingan ini 1 Oksigen dan 2,5
Asetilin. Jangan sekali-kali membubuhkan oli pada aparat las.

I.9.2.7 Cara membuka botol/tabung :

Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali I-7


Kerja Baja
Dalam pembukaan katup pada botol/tabung cukup dengan -
putaran.

I.10 Sudut yang diperkenankan pada arah pengelasan :


Dari kiri ke kanan dengan sudut 60 70.

Dari kanan ke kiri dengan sudut 45 60.

Dari kanan ke kiri dengan sudut 30 40.

I.11 Posisi pengelasan :


a. Posisi las di bawah tangan
b. Posisi las horizontal
c. Posisi las vertikal
d. Posisi las overhead

I.12 Gerakan las


a. Gerakan melingkar :

b. Gerakan trapesium :

Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali I-8


Kerja Baja
c. Gerakan lurus :

d. Gerakan zig-zag :

Catatan : Pengelasan yang paling baik adalah berdasarkan pengalaman


yang mana pengalaman ini harus ditunjang dengan
pengetahuan tentang pengelasan.
Pengelasan ini yang sudah lancar harus banyak mengelas
sebab apabila kita tinggalkan skil yang sudah matang bisa
kaku lagi dan gerakan akan tidak lancar.

I.13 Bentuk-bentuk Sambungan :


Pada prinsipnya bentuk sambungan dalam las terdiri dari 5 bentuk
sambungan, yaitu :
a. Sambungan Tumpu (Butt Joint)
b. Sambungan Berimpit (Lap Joint)
c. Sambungan Sudut (Corner Joint)
d. Sambungan T (T Joint)
e. Sambungan Tepi (Edge Joint)

Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali I-9


Kerja Baja
a. Kampuh pengelasan Tumpu (Butt Joint) :
Kampuh I
Kampuh V
Kampuh V
Kampuh X
Kampuh X
Kampuh U

Kampuh I
Kampuh I tertutup
Digunakan untuk plat-plat tipis.

TERTUTUP
Kampuh I terbuka
Digunakan untuk plat-plat yang agak tipis

1-2 mm

TERBUKA

Kampuh V
Sambungan kampuh V dipergunakan untuk menyambung logam/
plat yang tebalnya antara 6 15 mm, dimana sambungan ini
terdiri dari kampuh terbuka dan tertutup.

Kampuh V

Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali I - 10


Kerja Baja
Kampuh V dibuat apabila satu bagian yang akan disambung
tidak dapat dibentuk. Kampuh V ada 2 jenis, yaitu Terbuka dan
Tertutup.

Kampuh X
Kampuh ini disebut juga kampuh Berganda Kampuh V, dipakai
untuk tebal plat 12-45 mm, Kampuh X ini ada yang Simetris dan
yang tidak Simetris.
Kampuh X Simetris sering dipakai pada posisi pengelasan
dibawah tangan dan vertikal.

Kampuh X tidak Simetris banyak digunakan pada posisi di atas


kepala (Overhead)

Kampuh X
Kampuh X disebut juga Kampuh K, dipakai untuk tebal plat
12-40 mm. Karena kesukaran dalam pengelasan, sering di las
dengan 2 jurus las.

Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali I - 11


Kerja Baja
Kampuh U
Kampuh U dipakai untuk sambungan yang menerima beban berat
untuk plat tebalnya di atas 20 mm. Kampuh ini mempunyai jenis
kampuh berbentuk U dan U.

KAMPUH U KAMPUH U
b. Sambungan Kampuh Berimpit (Lap Joint)
Kampuh Berimpit ini di las pada kedua ujungnya.
Dapat di las :
Sekali jalan untuk tebal plat 3 6 mm.
Dua kali jalan untuk tebal plat lebih dari 6 mm.

c. Sambungan Sudut (Corner Joint)


Kampuh ini banyak digunakan pada pembuatan bak, tangki dan
sebagainya. Pengelasan sekali jalan dan dua kali jalan.

Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali I - 12


Kerja Baja
d. Sambungan T (T-Joint)
Penyambungan dengan Kampuh T dapat dilakukan dengan 3 cara
:
Sambungan las tanpa sudut, yang digunakan untuk
menyambung plat/logam konstruksi yang dipakai untuk
beban-beban statis atau beban-beban yang rendah.
Sambungan las bersudut tunggal, untuk plat yang tebalnya 10
20 mm.
Sambungan las bersudut ganda, untuk plat yang lebih dari 20
mm tebalnya.

a b c

Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali I - 13


Kerja Baja
BAB II
LAS LISTRIK
II.1 Keselamatan Kerja
II.1.1 Keselamatan pada Tukang Las.

II.1.1.1 Akibat Cahaya dan Sinar :

Pada proses pengelasan terutama pada las listrik pasti akan timbul
cahaya dan sinar yang dapat memantapkan juru las atau pekerja lainnya
yang ada di sekitar pengelasan, yaitu :
a. Sinar Infra Merah
b. Sinar Ultra Violet
c. Cahaya Tampak

a. Sinar Infra Merah :

Adanya Sinar Infra Merah tidak segera terasa oleh mata karena itu
lebih berbahaya sebab tidak diketahui, tidak terlihat dan tidak terasa.
Pengaruh Sinar Infra Merah terhadap mata sama dengan pengaruh
panas yang menyebabkan pembengkakan pada kelopak mata dan
terjadi penyakit kornea, prebiopia yang terlalu awal dari terjadinya
kerabunan.

b. Sinar Ultra Violet :

Sebenarnya pancaran sinar yang terserap dan mempunyai pengaruh


besar terhadap reaksi kimia yang terjadi pada tubuh. Bila sinar itu
terserap oleh lensa dan kornea mata manusia melebihi jumlah
tertentu, maka mata terasa ada benda-benda asing didalamnya dalam
waktu antara 6-12 jam, kemudian mata akan menjadi sakit selama 6-
24 jam dan kemudian akan hilang rasa sakitnya setelah 48 jam.
c. Cahaya Tampak

_______________________________________________________________
Politeknik Negeri Bali II - 1
Kerja Baja
Semua cahaya tampak yang masuk ke mata akan diteruskan oleh
lensa mata dari kornea mata ke retina mata, bila terlalu kuat cahaya
yang masuk, maka menjadi lelah dan kalau terlalu lama mata akan
sakit tetapi hanya bersifat sementara.

d. Perlindungannya
Untuk menjaga atau melindungi mata harus menggunakan kaca mata
las (topeng las) yang harus mampu menurunkan kekuatan pancaran
cahaya tampak dan juga harus mampu mengisap atau melindungi dari
Sinar Ultra Violet dan Sinar Infra Merah.

II.1.1.2 Akibat busur api las :


Juru las harus melindungi dari timbulnya panas serta loncatan-loncatan
busur api bila kena kulit dan mengakibatkan luka bakar dan timbul
kebakaran pada pakaian. Untuk menghindari kejadian di atas kita harus
memakai pakaian yang tahan api dan harus menjaga pakaian dari
minyak.

II.1.1.3 Akibat percikan terak :


Setelah selesai pengelasan kita harus membersihkan terak untuk
mengetahui hasil lasan itu baik atau buruk, sewaktu membersihkan
terak sering terjadi loncatan-loncatan, maka mata kita harus diberi
perlindungan yaitu dengan kaca mata kerja.

II.1.1.4 Akibat Asap debu dan Gas :


Dalam hal ini sering juru las mengabaikan kesehatan pernapasan
apalagi bekerja dalam ruangan yang berdebu, gas dan berasap las.
Lama kelamaan
Tukang las akan menderita penyakit pernapasan ( radang paru paru ).
Untuk mengatasi masalah tersebut perlu diperhatikan
penanggulangannya antara lain :
Ruangan berventilasi.

_______________________________________________________________
Politeknik Negeri Bali II - 2
Kerja Baja
Pengunaan Masker yang memenuhi syarat seperti mempunyai daya
tampung yang tinggi, sesusi dengan bentuk muka, tidak menggangu
pernapasan, dan Kuat, ringan serta muadah dipakai.

II.1.1.5 Karena arus listrik :


Banyak sekali seorang juru las atau pekerja lainnya mengalami
kecelakaan yang diakibatkan oleh arus listrik bahkan sampai mati.
Kadang-kadang kejutan listrik yang kecil yang disebabkan sentuhan
antara juru las atau pekerja lainnya dengan elektroda atau memegang
elektroda dari mesin.
a. Sifat arus yang digunakan :
Arus 1 MA hanya menimbulkan kejutan yang kecil tidak
membahayakan.
Arus 5 MA akan memberikan stimulasi yang cukup tinggi pada otot
dan menimbulkan rasa sakit.
Arus 10 MA akan menyebabkan rasa sakit yang hebat.
Arus 20 MA akan terjadi pengerutan pada otot sehingga orang yang
kena tidak dapat melepaskan dirinya tanpa bantuan orang lain.
Arus 50 MA sangat berbahaya.
Arus 100 MA mengakibatkan kematian.
b. Cara penanggulangannya :
Harus menggunakan sarung tangan dan sepatu yang berisolator dan
memakai pakaian kerja (baju las) dan bila badan kita berkeringat
kita harus berhenti dan mengeringkannya dahulu, untuk
menghindari adanya hubungan langsung ke badan.
Harus menggunakan kabel yang sempurna.
Pemegang elektroda harus diletakkan pada tempat yang berisolator
atau digantung bila tidak dipakai.
Penggantian elektroda harus dilakukan dengan hati-hati.
Dalam keadaan istirahat mesin las dimatikan.

_______________________________________________________________
Politeknik Negeri Bali II - 3
Kerja Baja
II.1.2 Keselamatan pada Lingkungan

Untuk menjaga agar jangan sampai terjadi kerusakan lingkuangan


seperti kebakaran, ledakan dan sebagainya, perlu diperhatikaan cara
penanggulangannya :
a. Bila Mengelas tangki, tangki harus bebas zat / gas gas yang mudah
terbakar / meledak dan yang lebih penting harus tahu cara
penanggulangan dan pelaksanaanya.
b. Untuk mencegah terjadi kebakaran baik bekerja diadalam / diluar
ruangan yang kebetulan terdapat zat zat yang mudah terbakar,
maka sebaiknya pengelasan tidak dilakukan bila terpaksa mengelas
dilakukan maka zat zat tersebut harus dilindungi.

II.1.3 Keselamatan pada Lingkungan

Hal-hal yang perlu diperhatikan :


a. Tempat mesin las jauh dari udara yang basah atau dari genangan/
percikan air.
b. Gunakan kabel penghubung dengan ukuran yang sesuai.
c. Tempatkan alat bantu yang sesuai dengan kegunaannya.

II.2 Alat - alat bantu las listrik :


a. Kabel : Biasanya terbuat dari tenaga yang dilapisi dengan isolator
yang terbuat dari karet.

Kabel las listrik terbagi dalam 3 bagian : - Kabel Elektroda


- Kabel Masa
- Kabel Tenaga
Yang mana kabel Elektroda adalah yang menghubungkan/pesawat
las dengan Elektroda, sedangkan Kabel Masa adalah
menghubungkan pesawat las dengan benda kerja. Dan Kabel

_______________________________________________________________
Politeknik Negeri Bali II - 4
Kerja Baja
Tenaga adalah yang menghubungkan tenaga atau jaringan listrik
dengan pesawat.
b. Pemegang Elektroda : Ujung yang tidak berselaput dari Elektroda
dijepit pemegang Elektroda dan terdiri dari mulut penjepit dan
pemegang yang berisolator.
c. Palu Terak : digunakan untuk melepaskan Terak Las pada jalur las.
d. Sikat Kawat : digunakan untuk :
- Membersihkan benda kerja yang akan dilas.
- Membersihkan Terak Las yang sudah dilepas dari jalur las.
e. Klem Masa : Klem ini terbuat dari tembaga atau penghantar listrik
yang baik dan digunakan untuk menghubungkan kabel masa ke
benda kerja.
f. Semitan : digunakan untuk memegang atau memindahkan benda
kerja yang masih panas.

II.3 Perlengkapan Las :


a. Topeng Las digunakan untuk melindungi kulit muka dan mata dari
sinar las (Sinar Ultra Violet, Infra Merah dan Cahaya Tampak).
b. Kacanya terdiri dari kaca putih untuk melindungi kaca hitam; kaca
hitam untuk menyerap sinar pengelasannya.
c. Sarung Tangan Kulit : untuk memudahkan memegang pemegang
Elektroda.
d. Baju Las/Appron : digunakan untuk melindungi tubuh kita dari
percikan api.
e. Sepatu Las : untuk melindungi kaki dari sempuran bunga api.

II.4 Mesin Las


II.4.1 Mesin Las AC :
Mesin las arus bolak-balik (AC) : Alternating Current memperoleh
busur nyala dari Transpormator, dimana arus dari jaring-jaring listrik
dirubah menjadi arus bolak-balik oleh Transpormator.
Keuntungan/Kerugian Mesin Las AC :
_______________________________________________________________
Politeknik Negeri Bali II - 5
Kerja Baja
Keuntungannya :
Murah pada pembelian
Efisiensi yang tinggi kira-kira 80% - 90%
Kebisingan rendah
Busur listrik berdaya tiup kurang kuat
Kerugiannya :
Hampir tidak mungkin untuk mengelas dengan Elektroda berselaput
basa murni
Busur listrik tidak tenang
Faktor tenaga kecil
Tidak bisa digunakan untuk mengelas semua jenis logam

II.4.2 Mesin Las DC :


Mesin Arus Searah (DC) Direct Current memperoleh busur nyala
dari arus listrik yang diperoleh dari Dinamo Las Arus Searah.
Pemasangan kabel-kabel las pada mesin las Arus Searah (DC) dapat
dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
a. Pengutuban langsung
b. Pengutuban terbalik
a. Pengutuban Langsung (DC) :
Kabel Elektroda dipasang pada kutub negatif
dan kabel masa pada kutub positif, maka
panas yang diberikan oleh mesin las akan
lebih panas benda kerja dibandingkan dengan
elektroda.

b. Pengutuban Terbalik (DC+) :

_______________________________________________________________
Politeknik Negeri Bali II - 6
Kerja Baja
Kabel Elektroda dipasang pada Kutub Positif dan kabel Masa dipasang
pada kutub negatif, maka panas yang diberikan oleh mesin las akan
lebih panas elektroda dibandingkan dengan benda kerja.

Keuntungan/Kerugian Mesin Las DC :


Keuntungan DC :
Seluruh jenis Elektroda dapat digunakan.
Seluruh jenis logam dapat di las
Dapat digunakan untuk plat-plat
Mempunyai nyala busur yang stabil
Bahaya kecelakaan kecil

Kerugian DC :
Mahal dalam pembelian
Efisiensi kecil kira-kira 50-55%
(pemakaian arus tinggi)
Banyak membuat kebisingan
Busur listrik berdaya tiup lebih kuat

II.4.3 Mesin las AC/DC :


Mesin Las Ganda adalah sebuah mesin las yang mempunyai
Transpormator dan sebuah Rectifier dalam sebuah rangka.
Pengeluaran arus bolak-balik adalah mengambil dari kabel
sekunder Transpormator, dan pengeluaran arus searah mengambil
dari kabel sekunder rectifier.
Keuntungannya :
Kebisingan rendah
Setiap Elektroda dapat digunakan pada mesin ini
Murah dalam pemeliharaan
Busur listrik tenang
Mesin las dirubah ke arus bolak-balik

Kerugian :
_______________________________________________________________
Politeknik Negeri Bali II - 7
Kerja Baja
Mahal dalam pembelian
Relatif besar dan berat
Busur listrik berdaya tiup besar
Lebih berbahaya (hanya untuk pengelasan special)

II.5 Elektroda/Kawat Las :


Elektroda digunakan sebagai bahan tambahan dalam proses
pengelasan. Elektroda Las tersebut dibuat dari macam-macam
logam seperti logam baja, besi tuang, stainles steel, aluminium dan
sebagainya, tergantung dari tujuan dan komposisinya dari logam
yang akan di las. Elektroda yang akan dipakai seharusnya mampu
memenuhi persyaratan :
a. Mampu untuk pengelasan semua posisi
b. Praktis membentuk kampuh las
c. Terak mudah dibuang/dibersihkan
d. Titik lebur yang tinggi
e. Sifat-sifat mekanik yang tinggi pada kampuh las

Catatan : Sifat mekanik disini adalah kekuatan tarik, kekerasan mulur,


kekerasan ketahanan pukul, tarik dan sebagainya.

II.5.1 Macam-macam Elektroda :


a. Elektroda berbalut
b. Elektroda tak berbalut

a. Elektroda berbalut :
Elektroda berbalut dapat dipakai pada mesin AC dan DC untuk
mengelas pekerjaan berkwalitet tinggi.
Balutan Elektroda dinamakan lapisan fluksi. Pelapisan pada kawat
ini dapat dengan cara Destrusi, Semprot atau Celup.

_______________________________________________________________
Politeknik Negeri Bali II - 8
Kerja Baja
Ukuran standar diameter kawat ini dari 1,5 mm sampai 8 mm
dengan panjang antara 350 sampai 450 mm.
Jenis-jenis Selaput Fluksi pada Elektroda, misalnya Selulosa,
Kalsium Karbonat (CaCO 3 ), Natrium Dioksida (rutil), Kaolin,
Kalium Oksida, Mangan, Oksida besi, Serbuk besi, Besi Silikon,
Besi Mangan dan sebagainya.
Tebal Selaput Elektroda berkisar antara 10% sampai 50% dari
diameter Elektroda pada proses pengelasan Selaput Elektroda
(Fluk) ini akan turut mencair dan menghasilkan gas CO 2 yang
melindungi cairan las, busur listrik dan sebagian benda kerja
terhadap udara luar, karena udara luar yang mengandung O 2 dan N
akan mempengaruhi sifat mekanik dari logam las, cairan selaput
yang disebut Tarak akan terapung dan membeku melapisi
permukaan las yang masih panas.

Tabel Penggunaan Elektroda

Tebal bahan dalam Diameter Elektroda Kekuatan arus dalam


mm dalam mm Ampere
1 1,5 20 35
1 1,5 2 35 60
1,5 2,5 2,6 60 100
2,5 4 3,25 90 150
46 4 120 180
6 10 5 150 220
10 16 6 200 300
Di atas 16 8 280 400

Kuat arus yang dapat menentukan jumlah panasnya tergantung dari :


a. Tebal bahan
b. Elektroda
c. Jenis Elektroda --- biasa, mild steel, low hydrogen
d. Bentuk dari kampuhnya
e. Posisi pengelasannya

_______________________________________________________________
Politeknik Negeri Bali II - 9
Kerja Baja
II.5.2 Klasifikasi Elektroda :
Elektroda Baja Lunak dan Baja Paduan Rendah untuk las busur
listrik menurut klasifikasi AWS (American Welding Society)
dinyatakan dengan tanda E xxxx yang artinya sebagai berikut :
E menyatakan Elektroda
xx (dua angka sesudah E menyatakan kekuatan Kekuatan Tarik
Deposit Las dalam ribuan Lb/in (Tabel 3)
x (Angka ketiga) menyatakan Posisi Pengelasan
Angka 1 untuk pengelasan segala posisi
Angka 2 untuk pengelasan posisi datar dan bawah tangan
x (angka keempat) menyatakan jenis Selaput dan jenis Arus yang
cocok dipakai untuk pengelasan (Tabel 4).

Tabel 3 Kekuatan Tarik menurut A WS

Kekuatan Tarik
Klasifikasi
Lb/in kg/mm
E 60 xx 60.000 42
E 70 xx 70.000 49
E 80 xx 80.000 56
E 90 xx 90.000 63
E 100 xx 100.000 70
E 110 xx 110.000 77
E 120 xx 120.000 84

Tabel 4 Jenis Selaput dan Pemakaian Arus

Angka
Jenis Selaput Pemakaian Arus
Keempat
0 Selulosa Natrium DC +
1 Selulosa Kalium AC, DC +
2 Rutil Natrium AC, DC
3 Rutil Kalium AC, DC
4 Rutil Serbuk besi AC, DC
5 Kalium Hidrogen rendah AC, DC
_______________________________________________________________
Politeknik Negeri Bali II - 10
Kerja Baja
6 Kalium Hidrogen rendah AC, DC
7 Serbuk Besi Oksida besi AC, DC
8 Serbuk Besi Hidrogen rendah

II.6. Kuat Arus


Kuat arus dapat dibagi 2 yaitu :
a. Kuat arus yang rendah
b. Kuat arus yang tinggi
a. kuat arus yang rendah : - Bahan lasnya cepat membeku
- Busur nyala apinya sukar
dipertahankan
- Dalam pembakarannya sedikit
( perembunan sedikit )
- Pencairan bahan lasnya kurang baik
- Rigi lasnya akan terletak di atas
pelatnya

b. kuat arus yang tinggi : - Bahan lasnya encer


- Elektrodanya cepat meleleh
- Terjadi banyak percikan
- Pembakarannya dalam (penembusan-
nya dalam)
- Bahan lasnya menyebar agar lebar
- Bagian terakhir Elektrodanya pijar
II.7. Pengaruh panjang busur pada hasil las
- Panjang busur (L)
- Diameter kawat (D)
Dalam pengelasan untuk diameter Elektroda (D) harus sama
dengan jarak ujung Elektroda dengan permukaan bahan dasar (L).
Bila panjang busur tepat L = D, maka cairan elektroda akan
mengalir dan mengendap dengan baik.
Hasilnya :

_______________________________________________________________
Politeknik Negeri Bali II - 11
Kerja Baja
- Rigi-rigi las halus dan baik
- Tembusan las yang baik
- Perpaduan dengan bahan dasar baik
- Percikan teraknya halus

Bila busur terlalu panjang L > D maka timbul bagian-bagian yang


berbentuk bola dari cairan Elektroda.
Hasilnya : - Rigi las kasar
- Tembusan dangkal
- Percikan teraknya kasar dan keluar dari jalur las

Bila busur terlalu pendek akan sukar memeliharanya, bisa terjadi


pembekuan ujung Elektroda pada pengelasan.
Hasilnya : - Rigi las tidak merata
- Tembusan las tidak baik
- Percikan teraknya kasar dan berbentuk bola

II.8. Teknik mengelas :


Hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu mengelas dengan busur
listrik adalah :
1. Gerakan Elektroda
2. Posisi mengelas
3. Menyalakan busur nyala api
4. Menyambung rigi-rigi las

II.8.1 Gerakan Elektroda :

_______________________________________________________________
Politeknik Negeri Bali II - 12
Kerja Baja
Gerakan ini bertujuan untuk mendapatkan rigi-rigi las serta
penetrasi yang baik. Gerakan Elektroda yang sering digunakan ada
3 cara yaitu :
a. Gerakan zig-zag : gerakan ini digunakan untuk mengelas pelat-
pelat yang tipis.

b. Gerakan melingkar : Gerakan ini digunakan untuk pelat-pelat


yang tidak terlampau tebal.

c. Gerakan segi tiga : Gerakan ini digunakan untuk pelat-pelat


yang tebal.

d. Gerakan lurus : Gerakan lurus digunakan pada pelat yang tipis.

II.8.2 Posisi pengelasan :


Posisi dibawah tangan (posisi pelat)
Posisi horizontal
Posisi vertikal
Posisi overhead

II.8.4 Penyalaan busur nyala


Menyalakan busur nyala adalah pertama yang dilakukan sewaktu
mulai mengelas.

_______________________________________________________________
Politeknik Negeri Bali II - 13
Kerja Baja
Cara menyalakan busur ada 2 cara yaitu :
Cara sentakan

Cara goresan

II.8. Penyambungan las listrik


Menyalakan busur kembali ini dilakukan 25 mm di muka las
berhenti, melanjutkan pengelasan. Bilamana busur sudah terjadi
Elektroda diangkat sedikit dari pekerjaan hingga jaraknya kurang
lebih sama dengan diameter Elektroda.

II.9. PROSEDUR PENGELASAN


a. Sebelum memulai pengelasan dengan listrik, harus dilakukan :
Periksa pipa pencegah pengaman dan prapencegah
kebakaran
Periksa peralatan-peralatan pelindung dan pakaian kerja
b. Hubungkan klem masa ke meja kerja dan kabel tenaga ke
sumber daya.
c. Periksa apakah pemegang Elektroda tidak rusak, dan apakah
Kabel Las dalam keadaan baik, dan sambungkan ke pemegang
terjamin.
d. Periksa apakah kabel dan Steker 3 fase ke suplai utama dalam
kondisi baik.
e. Hubungkan sumber daya ke suplai utama.
f. Atur Arus Las sesuai dengan tabel pada bungkus Elektroda.

_______________________________________________________________
Politeknik Negeri Bali II - 14
Kerja Baja
g. Periksa apakah Kaca Las telah dipasang dengan baik pada
Topeng Las atau Helm Las.
h. Periksa Sarung Tangan Las dan Helm Las jika perlu :
Helm Pelindung
Peredam Suara pada telinga
Appron
Sepatu Pelindung
i. Susun/tempatkan Benda Kerja pada posisi yang diinginkan :
Klem Benda Kerja, kalau perlu atur Slang dan penyusutan
j. Letakkan Elektroda pada pemegang Elektroda
k. Coba gerakkan Elektroda tanpa menghidupkan arus
Peganglah pemegang Elektroda dengan cengkraman yang
cukup untuk melakukan pengontrolan.
l. Posisi operator untuk menghindari penegangan dan terikan pada
otot-otot tubuh.
m. Hidupkan mesin las.
n. Berilah peringatan kepada para pengamat sebelum menimbulkan
busur listrik.
o. arahkan Elektroda pada permukaan benda kerja
jauh dari kita, dengan sudut 70 pada benda kerja
2-3 cm di atas titik dimana kita hendak menumbuk busur
p. Tumbuhkan busur dengan mendekatkan Elektroda ke benda
kerja
Sekitar 2 cm dari tempat dimana pengelasan akan dimulai
q. Tumbuhkan busur dengan cara goresan atau sentakan dengan
hati-hati pada permukaan meja kerja.
r. Jika busur terbakar :
Segera angkat ujung Elektroda sejauh 2-3 mm dari
permukaan benda kerja.
s. Gerakan Elektroda pada tempat pengelasan dimulai.
t. Mulailah mengelas :

_______________________________________________________________
Politeknik Negeri Bali II - 15
Kerja Baja
Jaga agar panjang busur sama dengan diameter Elektroda.
Gerakan Elektroda dengan kecepatan 15 cm tiap menit.
Panjang busur yang benar menghasilkan :
Kampuh las yang sama
Penetrasi baik
Percikan halus
u. Hentikan gerakan Elektroda selama satu atau dua detik dan
matikan busur
Hal ini berfungsi untuk membentuk genangan las
Bila genangan las telah cukup, jauhkan Elektroda dengan
segera.

II.10. Cara Mengelas :


Dapat kita lakukan sebagai berikut :
c. Mendekatkan ujung Elektroda ke tampat yang akan di las sampai
jarak 2 cm.
d. Memegang topeng pelindung dengan tangan kiri untuk menutup
muka kita sedemikian rupa sehingga kita dapat melihat busur
nyala melalui kaca berwarna gelap.
e. Menempelkan ujung Elektroda pada benda kerja, bilamana sudah
terjadi hubungan antara Elektroda dengan benda kerja, kita dapat
merasakan atau mendengar jalannya pesawat semakin keras.
Setelah terjadi ini elektroda tarik kembali perlahan-lahan. Busur
nyala akan terjadi dengan sendirinya.
Pada saat busurnya keluar, ujung Elektroda akan meleleh, jadi busur
nyala makin lama makin panjang, dan kemudian akan padam. Agar
busur nyala tetap berlangsung, maka jarak antara Elektroda dan
benda kerja (panjang busur nyala) harus tetap sama.
Untuk itu Elektroda baru menurun ke arah benda kerja secepat
melelehnya ujung Elektroda. Gerak pertama ialah membawa
Elektroda ke arah benda kerja sesuai dengan cepat lelehnya. Ujung

_______________________________________________________________
Politeknik Negeri Bali II - 16
Kerja Baja
Elektroda, dan panjang busur nyala dapat diketahui bila antara balut
Elektroda dan permukaan cairan terak terjadi sedikit regang.

II.11. Sikap yang paling baik ialah bila Elektroda membuat sudut
70 dengan bidang datar supaya :
f. Permukaan cairan logam dan terak dapat dengan mudah dilihat
dengan mata, sehingga mudah menentukan panjangnya busur
nyala.
g. Dengan mudah dapat diawasi, agar terak tidak tertutup oleh
tetesan cairan logam Elektroda. Bila hal ini terjadi, maka mutu
sambungan las akan berkurang.
h. Menghasilkan rigi-rigi las yang berbentuk bagus, karena busur
nyala mendorong dan menyusun lelehan logam ke arah bagian
yang telah membeku.

_______________________________________________________________
Politeknik Negeri Bali II - 17
Kerja Baja
BUKU KEGIATAN HARIAN

Buku ini kepunyaan :


Nama : .......................................................................................................
Tanggal Lahir : .......................................................................................................
Jabatan : .......................................................................................................
Alamat Rumah : .......................................................................................................

Catatan :
Buku ini harus diisi oleh setiap trainee selama praktek bengkel berlangsung,
dan harus diperiksakan kepada instruktur yang bertanggungjawab dengan
catatan pelajaran yang rapi dan lengkap.
Tujuan utama dari buku ini adalah untuk penyimpanan semua data dan
informasi tentang pelajaran yang berlangsung di Workshop Sipil guna untuk
pedoman dalam praktek di lapangan nantinya.

Bandung, 24.10.83

_______________________________________________________________
Politeknik Negeri Bali II - 18
Kerja Baja
BAB III
MEMBUAT ALUR LAS

III.1. Tujuan
Agar dapat membuat jalur las dengan menggunakan las listrik sehingga
menghasilkan jalur las yang baik dan simetris sesuai dengan standar
yang ditentukan.

III.2. Perlengkapan dan Bahan


Mesin las.
Mesin pemotong pelat.
Kabel Massa.
Kabel Elektroda.
Kabel Tenaga.
Klem Penjepit Massa.
Klem Penjepit Elektroda.
Meja Kerja.
Apron.
Sarung Tangan.
Topeng Las.
Palu Terak.
Palu Besi.
Penitik.
Sikat kawat.

III.3. Bahan
Pelat tebal 4 mm dengan ukuran 50 mm x 150 mm.
Elektroda O 3.25 mm..

III.4. Keselamatan Kerja


a. Baca dan pahami job sheet sebaik baiknya.

Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali III - 1


Kerja Baja
b. Hindari kotoran minyak atau bahan bahan yang mudah terbakar
disekitar tempat kerja.
c. Pakai pakaian kerja dan pelindung setiap mulai bekerja.
d. Periksa kabel kabel yang dipergunakan.
e. Pusatkan konsentrasi pada pekerjaan.

III.5. Langkah Kerja


a. Siapkan perlengkapan las listrik dan bahan yang diperlukan.
b. Potong serta tulis benda kerja sesuai dengan gambar dalam tiap
jarak 1.5 cm diatas garis dan ditik dengan centre lunch.
c. Letakan benda kerja tersebut diatas meja kerja.
d. Siapkan perlengkapan las.
Klem massa dijepitkan ke meja kerja.
Elektroda dijepitkan ke klem elektroda.
Atur pemakaian arus sesuai dengan ketentuan.
e. Hidupkan mesin las dengan memutar kontak dan tunggu beberap
saat sehingga mesin las hgidupnya stabil.
f. Dekatkan ujung elektroda pada tempat yang akan dilas.
g. Pegang topeng las dengan tangan kiri untuk menutupi muka
sedemikian rupa hingga kita dapat melihat busur nyala listrik dari
kaca yang berwarna gelap.
h. Tempelkanelektroda ke benda kerja untuk mendapatkan busur
nyala api dengan cara goresan atau sentakan, bila sudah ada
hubungan tarik elektroda sedikit saja sehingga kita bisa melihat
busur nyala dan lelehan elektroda.
i. Kendalikan lelehan elktroda tersebut sehingga terjadi rigi rigi atau
jalur las diatas garis benda kerja. Usahakan lelehan elektroda sama
tingginya, caranya dengan mengatur tarikan elektroda dan
penurunan elektroda harus tetap sama.
j. Sudut elektroda kebenda kerja berkisar antara 70 90 .

Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali III - 2


Kerja Baja
k. Setiap akan menyambung jalur las, terak harus dibersihkan terlebih
dahulu agar jalur lasnya menjadi baik.
l. Setelah selesai mesin las dimatikan dan bersihkan terak yang
menutupi jalur las dengan menggunakan palu terak.
m. Untuk jalur berikutnya, ulangi lagi pekerjaan seperti diatas.
n. Bila jalur las selesai semuanya maka terak terak yang ada
dibersihkan dengan sikat kawat.

Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali III - 3


Kerja Baja
BAB IV
MEMBUAT TERALI BESI

IV.1 Tujuan
Agar dapat membuat aplikasi dari job kerja baja dengan menggunakan
las sehingga menghasilkan suatu hasil kerja baja yang baik dan sesuai
dengan standar yang ditentukan.

IV.2 Perlengkapan dan Bahan


Mesin las.
Mesin pemotong pelat dan besi.
Kabel Massa.
Kabel Elektroda.
Kabel Tenaga.
Klem Penjepit Massa.
Klem Penjepit Elektroda.
Meja Kerja.
Apron.
Sarung Tangan.
Topeng Las.
Palu Terak.
Palu Besi.
Meteran.
Sikat kawat.

IV.3 Bahan
Pelat tebal 4 mm dengan ukuran lebar 50 mm
Besi beton dengan O 10 mm...

IV.4 Keselamatan Kerja


a. Baca dan pahami job sheet sebaik baiknya.

Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali IV - 1


Kerja Baja
b. Hindari kotoran minyak atau bahan bahan yang mudah terbakar
disekitar tempat kerja.
c. Pakai pakaian kerja dan pelindung setiap mulai bekerja.
d. Periksa kabel kabel yang dipergunakan.
e. Pusatkan konsentrasi pada pekerjaan.

IV.5 Langkah Kerja


a. Sebelum pekerjaan dimulai yang pertama adalah pemahaman
gambar kerja yang akan dibuat.
b. Potong pelat baja dan besai beton sesuai dengan ukuran yang
tertera didalam gambar kerja.
c. Pelat yang telah dipotong diberi lubang guna pemasangan besi
beton tersebut.
d. Siapkan perlengkapan las dan mesin las listrik diatur amper
meternya.
e. Rangkailah pelat baja penyekat luar sesuai dengan gambar,
pengelasan yang pertama dilakukan adalah pada sudut.
f. Dalam merangkai pelat baja tersebut gunakanlah tang penjepit pada
kedua pelat agar dalam keadaan siku dibantu dengan siku baja.
g. Setelah pelat baja dirangkai, lalu jepit dengan klem massa.
h. Pakailah kaca mata las sebelum pengelasan.
i. Pengelasan pertama dilakukan padsa bagian tepi sudut.
j. Setelah selesai pengelasan bagian sudut, bersihkan benda kerja
dengan menggunakan palu terak dan sikat kawat sehingga terak
yang menempel bisa lepas.
k. Untuk sambungan sudut yang lainya pengerjhaan sama seperti
diatas.
l. Kemudian dilanjutkan dengan penyambungan pelat penyeka, pelat
penyekat kedudukannya harus diatur agar siku dengan pelat
sebelumnya denganm bantuan baja siku dan dijepit dengan tang
penjepit.

Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali IV - 2


Kerja Baja
m. Setelah semua pelat tersambung dilanjutkan dengan pemasangan
besi beton O 10 mm sesuai dengan lubang yang telah disediakan
sebelumnya lalu dilas.
n. Bersihkan dengan palu terak benda yang sudah dilas, lalu disikat
dengan sikat kawat.

IV.6 Finishing.
a. Benda kerja yang telah selesai dilas dilanjutkan dengan finishing ,
tapi sebelumnya digosok dengan amplas dan gerinda tangan hingga
permukaannya halus dan rapi.
b. Lakukan pengecatan dengan menggunakan cat besi hingga
menghasilkan cat yang rata.
c. Setelah kering terali dapat dipasang pada kusen jendela.

Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali IV - 3


Kerja Baja

Anda mungkin juga menyukai