Anda di halaman 1dari 13

PEMBAKARAN PADA LAS ASETELIN / KARBIT

TEKNOLOGI PEMBAKARAN

Oleh:

Nama : Khoirur Rohman


NIM : 161910101022
Mata Kuliah : Teknologi Pembakaran
Kelas :D

PROGAM STUDI SARJANA (S1) TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2017
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Membicarakan soal metode pengelasan menggunakan bahan logam memang
banyak sekali. Tidak dapat dipungkiri dari dulu hingga sekarang metode
pengelasan sudah berkembang dengan cepat. Banyak sekali terobosan dalam
bidang tersebut, dapat di dilihat dari banyaknya cara pengelasan yang sudah
digunakan pada saat sekarang. Bahkan metode penyambungan material dengan
cara pengelasan sendiri kini memiliki kemajuan yang sangat banyak. Tapi
perkembangan tersebut harusnya juga memebrikan dampak pada welder untuk
lebih mempelajari mendalam soal metode pengelasan ini agar seorang welder
tersut tidak hanya mahisr dalam proses pengelasanya, tapi juga dapat menjelaskan
bagaimana cara logam tersebut bisa menyatu seperti logam tersebut sudah
menjadi satu kesatuan. Bagian terpenting dalam proses pengelasan tersebut adalah
proses pembakaranya, dari situ mungkin banyak timbul permasalahan, kenapa
logam yang biasa kita sebut dengan katoda/pakan tersebut bisa mencair dalam
proses pengelasan Las Listrik, di dalam proses Pengelasan Asetiline atau biasnya
yang disebut dengan Las Karbit juga timbul banyak sekali permasalahan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Las Asetiline/Karbit ?
2. Apa yang dimaksud dengan gas Asetiline tersebut ?
3. Apa saja bagian-bagian dari Pengelasan Asetiline/Karbit ?
4. Bagaimana proses pembakaran hingga gas Asetiline tersebut dapat
membakar pakan ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari pengelasan Asetiline/Karbit.
2. Mengetahui pengertian dari gas Asetiline.
3. Mengetahui bagian-bagian dari Pengelasan Asetiline/Karbit.
4. proses pembakaran hingga gas Asetiline tersebut dapat membakar pakan.
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Pengelasan Asetiline/Karbit


Pengelasan dengan oksi-asetiline adalah proses pengelasna secara
manual dengan pemanasan permukaan logam yang akan di las atau
disambung sampai mencair oleh nyala gas asetiline malaui pembakaran 𝐶2 𝐻2
dengan 𝑂2 dengan atau tanpa logam pengisi. Proses penyambungannya dapat
dilakukan tekan (ditekan). Pembakaran gas 𝐶2 𝐻2 oleh oksigen (𝑂2) dapat
menghasilkan suhu yang sangat tinggi sehingga dapat mencairkan logam.
Untuk memperoleh nyala pembakaran yang baik perlu pengaturan campur gas
yang dibakar. Jika jumlah gas 𝑂2 ditambahkan maka akan dihasilkan suhu
titik lebur baja atau metal lainya sehingga dalam waktu sekejap mampu
mencairkan logam tersebut yang cukup tebal. Oleh kerena itu, jenis las ini
sangat baik untuk memotong logam. Pemotongan dengan las jenis ini tidak
baik untuk baja paduan misalnya stainlesssteel yang sangat peka terhadap
oksigen.
Karena banyaknya bahan las yang teroksidasi (akibat pemakaian gas
oksigen (𝑂2 ) untuk pembakaran) maka mutu las karbit pada umumnya baik
(senyawa oksidasi merupakan senyawa yang tidak mempunyai kekuatan
mekanis). Namun ,utu las jenis ini dapat diperbaiki dengan cara
menggunakan fluks sebagai oencegah oksidasi, misalnya Fluks core dan fluks
coated rod. Pemakaian untuk keperluan: pengelasan produksi, kerja lapang
dan reparasi. Umumnya las asetiline sagat baik untuk mengelas baja karbon,
terutama yang berbentuk lembaran-lembaran dan pipa-pipa berdinding tipis.
Pada umumnya semua jenis logam ferro dan nonferro dapat dilas dengan las
jenis ini, baik dengan fluks maupun tanpa fluks (2000. DASAR-DASAR
PENGERJAAN LAS: 31).
2.2 Gas Asetiline
Asetiline adalah hidrokarbon sederhana yang memiliki sebuah ikatan rangkap
tiga. Sebelumnya minyak ditemukan dan dipergunakan secara meluas sebagai
bahan baku untuk industry kimia, asetiline merupakan blok bangunan utama
untuk industri kimia organik. Pada tahun 1800-an, asetiline mulai diproduksi
dalam jumlah banyak dengan proses kalsium karbida, yakni dengan mereaksikan
kalsium karbida dengan air. Mitode ini terus dipergunakan hingga tahun 1940,
proses termal cracking menggunakan methane dan hidrokarbon lainya maulai
deperkenalkan. Awalnya, proses termal cracking menggunakan pancaran bunga
api listrik, kemudian pada tahun 1950-anmulai dikembangkan proses dengan
metode oksidasi parsial dan regenerasi.
Asetilen (C2H2) adalah gas yang tidak berwarna, mudah terbakar, dengan
bau mirip bawang putih. Asetilen adalah gas sintetis yang diproduksi dari reaksi
kalsium karbid dengan air, dan disimpan dalam silinder yang berisi cairan aseton.
Asetilen banyak digunakan untuk pemotongan besi, pengelasan dan juga untuk
mempercepat matangnya buah-buahan. Industri yang menggunakan asetilen
antara lain, metalurgi, metalizing, welding, oxyfuel cutting, heat treating, elektrik
dan elektronik, pembangkit listrik, sumber energi, pemanasan, agrikultur,
pematangan buah, dan lain-lain.
Beberapa contoh industri yang menggunakan manfaat asetilen antara lain
industri semen, industri gelas atau kaca, industri synthetic (trichloroethylene atau
TCE, vinyl acetate, neoprene, dll), bahan pengelasan/pemotongan logam serta
heat treatment, analisa laboratorium.
Senyawa hidrokarbon lainya yang dimanfaatkan di bidang pangan adalah gas
etilena dan gas asetilena (etuna). Gaas etilena dan gas asetilena ini biasanya
digunakan untuk mempercepat pematangan buah, seperti pisang, manga, dan
melon. Gas asetilen dihasilkan selama pengkarbitan, yaitu hasil reaksi karbit
(Ca𝐶2 ) dengan air.
Gambar 1. Molekul Asetilen

2.3 Bagian-Bagian Pengelasan Gas Asetiline

Keterangan :
1. Tabung Oksigen
2. Kran setelan Asetilin
3. Torch
4. Kran setelan Oksigen
5. Saluran Oksigen
6. Saluran asetilin
7. Tabung Asitelin
8. Regulator Asetilin
9. Regulator Oksigen
10. Silinder Pressure
11. Adjusting Screw

Gambar 2. Bagian-Bagian Las Asetilin


2.4 Proses Pembakaran Gas Asetiline
Proses pembakaran gas asetiline melalui beberapa tahapan antara lain
adalah dengan mereaksikan gas Asetiline dengan pereaktor lainya sebagai media
pembakaran yaitu oksigen, kemudian dinyalakan oleh api.
2.4.1 Oksigen
Penggunaan oksigen yang diambil dari udara bebas kurang efisien,
karena kandungan oksigen relative rendah disbanding komposisi gas lain.
Untuk mengefisiensikan penggunaanya, oksigen perlu disediakan dalam
keadaan siap dipakai.
a. Pemurnian Oksigen
Udara bebas yang terdapat di sekeliling kita besar terdiri dari dua
bagian yaitu 77% nitrogen dan 23% oksigen. Oksigen dapat dipisahkan
dari udara bebas dengan proses elekterolisis atau dengan cara mencairkan
udara bebas yang kemudian diuapkan lagi. Pemisahan anatara oksigen
dan nitrogen dapat terjadi karena kedua gas ini mempunyai titik didih
yang berbeda, yaitu oksigen-183°C dan nitrogen-196°C. karena selisish
titik didih yang kecil maka sulit diperoleh oksigen murni, sehhingga
untuk memperoleh oksigen yang mempunyai derajat kemurnian tinggi
diperlukan pemurnian. Derajat kemurnian oksigen yang diperoleh dapat
mencapai sekitar 99,5%. Okdigrn murni tidak berwarna dan tidak berbau.
Oksigen yang telah dimurnikan dikompresikan ke dalam tangka-
tangki baja dengan kerja antara 15 kg/𝑐𝑚2 sampai dengan 30 kg/𝑐𝑚2 .
Pada saat akan digunakan oksigen cair perlu diubah menjadi gas terlebih
dahulu dengan alat yang disebut gasifikator atau dengan pompa plunyer.
Oksigen yang diubah menjadi gas akan mempunyai tekanan yang lebih
besar dan dapat disimpan dalam tabung-tabung baja. Dari abung –tabung
baja ini dapat diketahui kemurnianya dengan alat Oxygeen Purity Test
yang prinsipnya mereaksikan oksigen dengan ammonia yang dilarutkan
dalam CuCl.
b. Tabung Gas
Tabung gas adalah suatu silinder atau botol yang terbuat dari bahan
baja yang berfungsi sebagai teempat untuk menyimpan gas oksigen
dengan tekanan kerja tertentu. Tabung oksigen biasanya berwarna biru
atau hitam mempunyai katub atau pembuka katup berupa roda tangan
dan baut serta mur pengikatnya adalah ulir kanan. Pada bagian atas ada
dudukan untuk memasang regulator. Gas yang terdapat dalam tabung
baja ini mempunyai tekanan yang cukup besar dan dalam satu tabung
terdapat 40 liter atau 60 liter gas oksigen.
Penyimpanan gas dalam tabung-tabung baja dibagi ke dalam kelas-
kelas, yaitu kelas medium dengan tekanan sampai 15 kg/𝑐𝑚2 dan kelas
tekanan tinggi dengan tekanan kerja hingga 165 kg/𝑐𝑚2 .

Gambar 3. Tabung oksigen dan regulator

c. Regulator
Keluarnya gas oksigen dapat diatur dengan alat yang disebut
regulator. Regulator adalah alat perlengkapan dari tabung gas yang
berfungsi sebagai alat untuk mengatur besarnya tekanan kerja. Besarnya
tekanan kerja dapat diatur oleh operator las denan cara mengatur katup.
d. Pembuatan Asetilin
Secara komersial asetilin (𝐶2 𝐻2 ) untuk industry las karbit,
diperoleh dengan mereaksikan kalsium karbit dengan air. Jadi asetilin
adalah gas hidri karbon yang diperoleh dari unsur-unsur kapur, karbon
dan air dengan reaksi sebagai berikut:
CaO + 3C Ca 𝐶2 + Co 108 k.kal/g.mole (jadi pembakaran kapur
dengankarbon tanpa udara).
Asetilin tidak berbau dan tidak berwarna, sedangkan dalam
perdagangan ada bau khusus karena ada kotoran belerang dan phosphor.
Asetilin murni mudah meledak karena factor-faktor tekanan dan
temperature. Tetapi faktor-faktor lain yang mempengaruhi expobility dari
asetiline adalah adanya kotoran-kotoran, katalisator, kelembaban,
sumber-sumber penyalaan, ukuran dan bentuk tangki. Karena alasan-
alasan tersebut diatas, pada aseitilin generator dibatasi , tekanan asetilin
maksimum 5 atm. Karena asetilin diatas tekanan 2 atm dapat meledak.
Untuk mengatasinya jika asetilin disimpan didalam botol bertekanan
lebih besar dari 2 atm, harus dilarutkan pada aseton cair. Caranya adalah
melapisi dinding dalam botol penyimpanan dengan asbes ferrous dan
dicelupkan dengan acetone cair.

2.4.2 Pembakaran Gas Asetiline


Pembakaran adalah persenyawaan secara kimiawi antara zat-zat yang
mudah terbakar dengan oksigen. Oksigen tersedia di udara atau dapat
ditambah secara khusus, misalnya dalam tabung-tabung oksigen. Kecepatan
nyala tergantung dari tekanan dan komposisi campuran gas, setiap campuran
gas oksigen. Kecepatan maksimum tergantung perbandingan gas asetilin
dan oksigen berkisar antara 1 : 25. Proses pembakaran oksi asitiline dilakukan
dengan membakar gas asetilin untuk mendapatkan nyala temperatur tinggi
guna melelehkan logam induk dan logam pengisi. Reaksi pembakaran gas
asetilen ternyata menghasilkan energi panas yang sangat besar sehingga dapat
melehkan logam tingkat suhu yang bisa dicapai oleh pengelasan ini adalah
dapat mencapai temperatur hingga 3500°C. Reaksi pembakaranya jika
dijelaskan dengan pandangan kimia, yaitu:
2𝐶2 𝐻2 + 5𝑂2  4𝐶𝑂2 + 𝐻2 𝑂
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Pengelasan dengan oksi-asetiline adalah proses pengelasna secara manual
dengan pemanasan permukaan logam yang akan di las atau disambung
sampai mencair oleh nyala gas asetiline malaui pembakaran 𝐶2 𝐻2 dengan
𝑂2 dengan atau tanpa logam pengisi. Proses penyambungannya dapat
dilakukan tekan (ditekan).
2. Asetilen (C2H2) adalah gas yang tidak berwarna, mudah terbakar, dengan
bau mirip bawang putih. Asetilen adalah gas sintetis yang diproduksi dari
reaksi kalsium karbid dengan air, dan disimpan dalam silinder yang berisi
cairan aseton. Asetilen banyak digunakan untuk pemotongan besi,
pengelasan dan juga untuk mempercepat matangnya buah-buahan.
3. Bagian-bagian dari las asetilin, yaitu:
 Tabung Oksigen
 Kran setelan Asetilin
 Torch
 Kran setelan Oksigen
 Saluran Oksigen
 Saluran asetilin
 Tabung Asitelin
 Regulator Asetilin
 Regulator Oksigen
 Silinder Pressure
 Adjusting Screw
4. Proses pembakaran oksi asitiline dilakukan dengan membakar gas
asetilin untuk mendapatkan nyala temperatur tinggi guna melelehkan
logam induk dan logam pengisi. Reaksi pembakaran gas asetilen
ternyata menghasilkan energi panas yang sangat besar sehingga dapat
melehkan logam tingkat suhu yang bisa dicapai oleh pengelasan ini
adalah dapat mencapai temperatur hingga 3500°C. Reaksi
pembakaranya jika dijelaskan dengan pandangan kimia, yaitu:
2𝐶2 𝐻2 + 5𝑂2  4𝐶𝑂2 + 𝐻2 𝑂
DAFTAR PUSTAKA

Bintoro Gatot A. 2000. DASAR-DASAR PENGERJAAN LAS. Jl. Cempaka


9, Deresan, Yogyakarta: KANISIUS.
http://www.pabrikgas.com/gas-industri/asetilen/

Anda mungkin juga menyukai