Anda di halaman 1dari 18

A.

Las Oxy-Acetylene
1. Pengertian Las Oxy-Acetylene
Las Oxy-Acetylene (las asetilin) adalah proses pengelasan secara manual, di
mana permukaan yang akan disambung mengalami pemanasan sampai mencair
oleh nyala (flame) gas asetilin (yaitu pembakaran C2H2 dengan O2), dengan atau
tanpa logam pengisi, di mana proses penyambungannya tanpa penekanan.
Di samping untuk keperluan pengelasan (penyambungan) las gas juga dapat
dipergunakan sebagai: preheating, brazing, cutting dan hard facing. Penggunaan
untuk produksi (production welding), pekerjaan lapangan (field work), dan
reparasi (repair & maintenance).
Dalam aplikasi hasilnya sangat memuaskan untuk pengelasan baja karbon,
terutama lembaran logam (sheet metal) dan pipa-pipa berdinding tipis. Meskipun
demikian hampir semua jenis logam ferrous dan non- ferrous dapat dilas dengan
las gas, baik dengan atau tanpa bahan tambah (filler metal).
Di samping gas acetylene dipakai juga gas-gas hydrogen, gas alam, propane,
untuk logam–logam dengan titik cair rendah. Pada proses pembakaran gas-gas
tersebut memerlukan adanya oxygen. Oxygen ini didapatkan dari udara di mana
udara sendiri mengandung oxygen (21%), juga mengandung nitrogen (78%), argon
(0,9 %), neon, hydrogen, carbon dioksida, dan unsur lain yang membentuk gas.

2. Pembuatan Oxygen
Secara teknis, oksigen didapat dari udara yang dicairkan. Kemudian dengan cara
elektrolisa, campuran udara cair dan air dipisahkan oleh oksigen. Masalah yang sulit
adalah antara Nitrogen dan Oksigen. Nitrogen titik didihnya lebih besar, dan titik
didih kedua gas tersebut hanya berbeda 13 0C saja. (Oksigen= -1830C dan Nitrogen =
-1960C), sehingga perlu pemurnian oksigen yang dilaksanakan secara berulang-
ulang. Kemurnian yang dapat dicapai sampai 99,5% kemudian dimanfaatkan dalam
tangki-tangki baja dengan tekanan kerja antara
15-30 atm.
Keuntungan pemakaian oksigen adalah keadaan oksigen yang cukup cair
tersebut dapat dipertahankan pada tangki penyimpan dan memudahkan pada saat
pengangkutan. Pada saat dibutuhkan dengan menggunakan alat (Gasificator),
oksigen cair dijadikan oksigen gas, dengan tekanan yang besar kemudian oksigen
gas tersebut disimpan pada botol-botol baja.
Untuk mengetahui kemurnian oksigen, dipakailah alat yaitu Oxygen Purity
Test Apparatus. Prinsip alat ini adalah mereaksikan oksigen dengan larutan
ammonia (NH4OH) + CU CL2, sisa yang tidak larut adalah Nitrogen dan Argon.

3. Pembuatan Asetilin
Secara komersial asetilin (C2H2) digunakan dalam industri las karbit yang
diperoleh dengan mereaksikan kalsium karbid dengan air. Jadi asitelin adalah gas
hidro karbon yang diperoleh dari unsur-unsur kapur, karbon, dan air dengan reaksi
sebagai berikut: Ca O + 3 C Ca C2 + Co 108 al/g.mole. (Jadi pembakaran kapur
dengan karbon tanpa udara).
Asetilin tidak berbau dan tidak berwarna, sedangkan dalam perdagangan ada
bau khusus karena ada kotoran belerang dan phosphor.
Asetilin murni mudah meledak karena faktor-faktor tekanan dan temperatur.
Tetapi faktor-faktor lain yang mempengaruhi expobility dari asetilin adalah adanya
kotoran-kotoran, katalisator, kelembaban, sumber-sumber penyalaan, ukuran dan
bentuk tangki.
Karena alasan-alasan tersebut di atas maka aseitilin generator dibatasi, tekanan
asetilin maksimum 5 atm. Karena asetilin diatas tekanan 2 atm dapat meledak.
Untuk mengatasinya jika asetilin disimpan di dalam botol bertekanan lebih
besar dari 2 atm, asetilin harus dilarutkan pada aseton cair. Caranya adalah lapisilah
dinding dalam botol penyimpanan dengan asbes ferrous dan dicelupkan dengan
aseton cair.
Gambar 1.1 Las Oksi Asetilin

Keterangan:
1. Tabung oksigen
2. Kran setelan asetilin
3. Torch
4. Keran setelan oksigen
5. Saluran oksigen
6. Saluran asetilin
7. Tabung asitelin
8. Regulator asetilin
9. Regulator oksigen
10. Silinder pressure
11. Adjusting Screw

4. Silinder Penyimpanan Gas


Karena gas-gas yang disimpan di dalam botol mempunyai tekanan lebih besar
dari tekanan atmosfir, maka harus diperhatikan kekuatan botol baja terhadap tekanan
kerja, karena pengangkutan menyebabkan gesekan, dan pergerakan gas dalam botol
harus diketahui jenis gas tesebut, apakah peka terhadap goncangan atau kenaikan
temperatur. Tutup-tutup silinder diberi kode warna supaya dapat diketahui isinya
tanpa membaca label terlebih dahulu. Misalnya biru untuk oksigen, putih untuk
asetilin, hijau tua untuk hydrogen putih dengan strip-strip hitam untuk argon, dan
merah untuk gas-gas lain.
a. Katup oksigen dan katup gas
Pada botol penyimpan oksigen atau gas, terdapat katup untuk mengeluarkan
oksigen jika diperlukan dan menutupnya jika tidak digunakan. Tipenya antara
lain diafragma dengan katup bola, cara kerjanya adalah dengan memutar keran
pemutar ke kanan maupun ke kiri sesuai kebutuhan.
b. Presurre regulator
Pengatur tekanan atau lebih sering disebut katup pereduksi tekanan
dihubungkan pada katup gas atau oksigen untuk mendapatkan tekanan kerja yang
sesuai dengan torch, pada umumnya terdiri dari keran yang dilengkapi dengan
dua manometer yang berhubungan langsung dengan gas asetilin atau oksigen
yang disebut manometer isi. Sedangkan yang berhubungan dengan torch disebut
manometer kerja. Nozzel di dalam regulator terbuka dan tertutup oleh katup yang
ditekan oleh pegas dan dihubungkan dengan membran. Dengan cara mengatur
tekanan ulir pada membran, maka tekanan gas yang masuk ke torch memiliki
harga tertentu dan konstan.
B. Peralatan Las Oksi Asetilin dan Cara Pengesetan
1. Peralatan Las Oksi Asetilen
Prinsip dasar las oksi-asetilen adalah ketika gas asetilen dibakar dalam proporsi
yang sesuai dengan oksigen maka akan timbul nyala api yang cukup panas untuk
melumerkan logam, proporsi campurannya adalah 1 bagian asetilin dan 2,5 bagian
oksigen. Berikut adalah peralatan yang digunakan:
a. Silinder oksigen, biasanya berwarna hijau atau biru terbuat dari satu pelat kualitas
tinggi yang kuat dan ulet, mampu menampung 224 feet dengan tekanan 2.200psi
dalam suhu 700°F.
b. Tutup penahan katup untuk melindungi dari kerusakan saat silinder dipindahkan
atau kejadian di luar kendali.
c. Katup silinder oksigen terletak di ujung atas silinder berguna untuk membuka
atau menutup keluarnya oksigen sesuai keperluan, dalam katup ini terdapat
lubang pengaman di mana jika temperatur naik maka tekanan akan naik, tekanan
akan dikurangi lewat pengaman ini.
d. Silinder asetilen. Tekanan dalam tabung ini tidak setinggi tabung oksigen,
asetilen terbuat dari campuran air dan kalsium karbida yang mampu membakar
sangat tinggi jika dicampur dengan oksigen menimbulkan panas sekitar 5800° -
6300°F.
e. Katup silinder asetilen terletak di ujung atas yang berguna untuk membuka atau
menutup keluarnya asetilen. Di dalamnya terdapat pengaman yang akan
mencegah terjadinya ledakan karena tekanan panas dari dalam silinder.
f. Regulator oksigen. Tabung oksigen yang penuh memiliki tekanan 2200 psi, untuk
mengelas tidak memungkinkan jika dengan tekanan sebesar itu, maka dari itu
perlu adanya regulator. Regulator dibuat 2 buah, yang satu untuk melihat tekanan
silinder dan satu lagi yaitu tekanan yang digunakan pada brander/ torch.
Regulator oksigen mampu menahan tekanan sebesar 3000 psi.
g. Regulator asetelen. Sama seperti regulator oksigen tetapi memiliki 2 perbedaan
yaitu: regulator ini menggunakan jenis ulir kiri dan ini penting diperhatikan untuk
menghindari kerusakan, kemudian kemampuan regulator ini lebih kecil dari
regulator oksigen yaitu dibuat sampai 500 psi, tekanan kerja dibuat maksimum 15
psi.
h. Torch yaitu tempat bercampurnya oksigen dan asetilen dalam proporsi yang
sesuai untuk pengelasan. Ada dua katup untuk mengatur pencampuran gas. Ada
dua jenis ulir yaitu ulir kiri untuk asetilen dan kanan untuk oksigen.
i. Weld tip. Beda ukuran tip disesuaikan dengan torch, terdapat pencampur dan
lubang untuk memberikan ukuran nyala api yang berbeda-beda.
j. Hoses/ selang, dibuat special agar mampu menahan tekanan tinggi, dibuat dalam
ukuran 3/16”, ¼”,3/8” and ½”. Selang oksigen berwarna hijau/ biru dan memiliki
ulir kanan sedangkan selang asetelin berwarna merah dengan ulir kiri.

2. Pengesetan Komponen Peralatan Menggunakan Alat, Bahan dan Prosedur


yang Sesuai
Prosedur pengesetan antara lain:
a. Siapkan tabung oksigen dan asetilen, pasang pada dudukan ikat dan pastikan
dalam posisi yang benar.
b. Buka tutup tabung oksigen, simpan tutup tersebut.
c. Pasang regulator oksigen, gunakan kunci pas (tabung oksigen dan regulator
menggunakan jenis ulir kanan, kencangkan baut secukupnya tetapi jangan
dipaksa karena bisa merusak ulir).
d. Buka tutup tabung asetilen, simpan tutup tersebut kemudian pasang regulator
(jenis ulir kiri).
e. Pasang selang hijau untuk oksigen dan merah untuk asetilen (pasang dan
kencangkan pengikat tapi jangan terlalu keras/ paksa karena bisa merusak ulir).
f. Buka katup tabung oksigen pelan-pelan sampai ada sebagian kecil gas yang
masuk dan memberi tanda pada gauge. Kemudian buka sepenuhnya, putar baut
pengatur ke kanan hingga terlihat tekanan kecil yang akan membersihkan kotoran
pada selang. Putar baut pengatur ke kiri dan atur tekanan yang digunakan (buka
pelan-pelan untuk menghindari kerusakan akibat tekanan berlebihan).
g. Buka katup tabung asetilen pelan-pelan sampai ada sebagian kecil gas yang
masuk dan memberi tanda pada gauge. Kemudian buka 1,5 putaran, putar baut
pengatur ke kanan hingga terlihat tekanan kecil yang akan membersikan kotoran
pada selang. Putar baut pengatur ke kiri dan atur tekanan yang digunakan
(asetilen bahan mudah terbakar pastikan jauh dari api saat membuka jangan
membuka lebih dari 1,5 putaran).
h. Pasang torch di ujung kedua selang (asetilen menggunakan ulir kiri).
i. Pastikan torch tertutup, atur tekanan kerja sebesar 10 pound yang terlihat pada
penunjuk oksigen dan asetilen.
j. Periksa semua sambungan dengan cairan air sabun, bila ada gelembung gas yang
memicu terjadinya kebocoran maka kencangkan sambungan.

C. K3 Las Oksi Asetilin


Berbicara tentang keselamatan kerja las, yang harus diperhatikan adalah keselamatan
kerja pada juru las, keselamatan pada lingkungan, keselamatan pada mesin las dan juga
keselamatan pada perlengkapan lainnya.
Untuk menunjang keselamatan kerja, yang tidak kalah penting adalah selalu
memperhatikan alat-alat keselamatan kerja las yang harus dipersiapkan ketika akan
digunakan untuk bekerja. Alat-alat keselamatan kerja ini pengadaannya dapat
disesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan las yang akan dilakukan.
1. Alat Bantu
a. Sikat kawat (wire brush)
Sikat kawat berfungsi untuk membersihkan benda kerja yang akan dilas dan
sisa-sisa terak yang masih ada setelah dibersihkan dengan palu terak. Bahan
serabut sikat terbuat dari kawat-kawat baja yang tahan terhadap panas
dan elastis, dengan tangkai dari kayu yang dapat mengisolasi panas dari bagian
yang disikat.

Gambar 1.2 Sikat Kawat


Sumber: https://indonesian.alibaba.com/product-detail/customer-steel-wire-brush-with-
wooden-handle-60251910722.html

b. Palu las (chipping hammer)


Palu las digunakan untuk membersihkan terak yang terjadi akibat proses
pemotongan dan pengelasan dengan cara memukul atau menggores teraknya.
Pada waktu membersihkan terak, gunakan kacamata terang untuk melindungi
mata dari percikan bunga api dan terak. Ujung palu yang runcing digunakan
untuk memukul pada bagian sudut rigi-rigi. Palu las sebaiknya tidak digunakan
untuk memukul benda-benda keras, karena akan mengakibatkan kerusakan pada
bentuk ujung-ujung palu sehingga palu tidak bisa berfungsi sebagaimana
mestinya.
Gambar 1.3 Palu Las
Sumber: http://greenzone42arm.blogspot.co.id/2014/02/welding-1_10.html

c. Tang penjepit
Untuk menjepit/ memindahkan benda-benda yang memperoleh panas dari
hasil pemotongan dan pengelasan, tangkai tang biasanya diisolasi.

Gambar 1.4 Tang Penjepit


Sumber: http://autobild.co.id/Tips/Knowledge/mana-tang-penjepit-terbaik-untuk-
dibeli
2. Alat Keselamatan Kerja
a. Topeng las (welding mask)
Welding mask berfungsi untuk melindungi mata dan kepala/ rambut
operator dari percikan-percikan pada saat melakukan pemotongan dengan oksi-
asetilen atau api las dan benda-benda panas lainnya. Juga untuk melindungi
muka operator las terhadap percikan hasil pemotongan dan ledakan
percampuran gas yang tidak sempurna.
Gambar 1.5 Topeng Las
Sumber: https://www.tokootomotif.com/product-category/peralatan-safety/kedok-
las/
b. Sarung tangan kulit
Pekerjaan mengelas dan pemotongan selalu berhubungan dengan panas,
kontak dengan panas sering terjadi yaitu pada saat pengelasan dan pemotongan
benda kerja yang memperoleh panas secara konduksi dari proses pengelasan dan
pemotongan. Untuk melindungi tangan dari percikan-percikan api las dan
percikan pada saat pemotongan benda-benda panas maka operator las harus
menggunakan sarung tangan.

Gambar 1.6 Sarung Tangan


Sumber: https://indonesian.alibaba.com/p-detail/k12-yellow-leather-work-glove-
60452301319.html

c. Jaket kulit/ apron kulit


Untuk melindungi kulit dan organ-organ tubuh pada bagian badan operator
dari percikan-percikan api las pada saat proses pengelasan dan pemotongan benda
kerja serta pancaran sinar las yang memiliki intensitas tinggi maka pada badan
perlu dilindungi dengan menggunakan jaket kulit atau apron kulit.
d. Kaca mata pengaman (safety glasses)
Kaca mata pengaman berfungsi untuk melindungi mata pada saat
membersihkan kampuh las serta terak hasil dari pemotongan yang
menggunakan palu terak maupun mesin gerinda.

Gambar 1.7 Kacamata Safety


Sumber: http://tobasuryapranata.blogspot.co.id/2016/03/era-globalisasi-bangsa-
indonesia.html

e. Sepatu pengaman
Untuk melindungi kaki dari benda-benda panas yang ada di lantai maupun
percikan api las pada saat melakukan pengelasan dan pemotongan.

Gambar 1.8 Salah Satu Bentuk Sepatu Pengaman


Sumber: http://isal16.blogspot.co.id/2012/09/macam-macam-alat-pengaman-
diri.html
f. Pelindung pernafasan
Asap dapat timbul ketika melakukan pengelasan, pemotongan maupun
penggerinderaan. Maka dari itu kita harus menggunakan pelindung untuk
pernafasan kita. Asap ini dapat merusak paru-paru kita. Maka dari itu sebaiknya
pergunakanlah pelindung nafas dengan ventilasi yang baik ketika mengelas.

Gambar 1.9 Alat Pernafasan K3


Sumber: http://putraadventure.blogspot.co.id/2012/09/alat-pelindung-diri-apd.html
3. Keselamatan pada Juru Las
Bahaya yang terjadi kepada juru las bisa dikarenakan cahaya dan sinar las,
panas busur listrik sewaktu melakukan pengelasan, dan juga karena gas dari arus
listrik. Maka dari itu juru las harus melindungi dirinya dari asap las, debu, dan gas.
a. Karena cahaya dan sinar
Pada proses pengelasan terutama pada las listrik, pasti akan timbul cahaya
dan sinar yang dapat membahayakan juru las atau pekerja lainnya yang ada di
sekitar pengelasan. Cahaya dan sinar yang membahayakan tersebut antara lain:

1) Sinar Inframerah. Merupakan sinar yang tidak segera terasa oleh mata,
maka dari itu hal tersebut lebih berbahaya karena tidak diketahui, tidak
terlihat, dan tidak terasa. Pengaruhnya terhadap mata sama dengan
pengaruh panas yang menyebabkan pembengkakan pada kelopak mata yang
menyebabkan terjadinya penyakit kornea, prebiopia yang terlalu dini dari
kerabunan.

2) Sinar Ultraviolet. Sinar ultraviolet sebenarnya memiliki pancaran sinar


yang mudah terserap dan mempunyai pengaruh besar terhadap reaksi kimia
yang terjadi pada tubuh. Bila sinar itu terserap oleh lensa dan kornea mata
manusia melebihi jumlah tertentu, maka akan terasa seperti ada benda-
benda asing di dalamnya. Dalam waktu 6-12 jam kemudian mata akan
menjadi sakit selama 6-34 jam, dan kemudian akan hilang sakitnya setelah
48 jam.
3) Cahaya Tampak. Semua cahaya tampak yang masuk ke mata akan
diteruskan oleh lensa mata dan kornea ke retina. Bila cahaya yang masuk
terlalu kuat, mata akan menjadi lelah dan sakit, tetapi hanya bersifat
sementara.

Pelindungnya: Untuk menjaga atau melindungi mata, maka harus


menggunakan kacamata las/ topeng las/ helm las yang harus memiliki
kemampuan menurunkan kekuatan pancaran cahaya tampak, dan juga harus
mampu mengisap atau melindungi sinar ultra violet dan sinar infra merah.

Hal yang harus diperhatikan dalam memilih kacamata:


1) Kaca dari kacamata las harus berwarna gelap.
2) Harus mempunyai daya penerus yang tepat terhadap cahaya tampak.
3) Harus mampu menahan cahaya dan sinar yang berbahaya.
4) Harus memiliki sifat-sifat yang tidak melelahkan mata.
5) Harus tahan lama dan mempunyai sifat tidak mudah berubah.
6) Harus memberikan rasa nyaman kepada pemakai.

b. Karena panas busur listrik waktu mengelas


Juru las harus melindungi diri dari timbulnya panas serta loncatan busur api
yang tak tentu arah. Jika busur api terkena kulit maka dapat mengakibatkan luka
bakar dan timbulnya kebakaran di pakaian. Agar terhindar dari busur api, maka
juru las disarankan untuk memakai pakaian las yang tahan terhadap panas
(apron) dan juga menjaga pakaian kerja yang terbebas dari minyak atau gemuk.
1) Karena percikan terak. Perlu adanya pembersih terak untuk mengetahui
baik buruknya hasil pengelasan. Pada saat membersihkannya, mata perlu
dijaga agar tidak terkena loncatan terak tersebut.

2) Karena arus listrik. Banyak juru las atau pekerja lainnya mengalami
kecelakaan diakibatkan arus listrik, bahkan sampai ada yang tewas.
Terkadang dengan aliran listrik kecil saja orang dapat terkejut lalu jatuh
dari tempat yang tinggi. Kemungkinan kejutan aliran listrik bisa disebabkan
oleh sentuhan antara badan dengan elektroda atau pemegang elektroda dari
mesin las yang tidak terbeban (tidak dipergunakan), bahkan ada yang
tersenggol oleh kabel penghubung yang mengalami kerusakan isolator.

Sifat arus yang digunakan:


1) Arus 1 MA hanya menimbulkan kejutan yang kecil dan tidak
membahayakan.
2) Arus 5 MA akan memberikan stimulasi yang cukup tinggi pada otot dan
menimbulkan rasa sakit.
3) Arus 10 MA akan menyebabkan rasa sakit yang hebat.
4) Arus 20 MA akan menyebabkan terjadinya pengerutan pada otot, sehingga
orang tidak dapat melepaskan dirinya tanpa bantuan orang lain.
5) Arus 50 MA sudah sangat berbahaya.
6) Arus 100 MA akan menyebabkan kematian.

Langkah-langkah penanggulangan:
1) Harus menggunakan sarung tangan (welding gloves), sepatu yang
berisolator, dan pakaian kerja (apron). Bila badan berkeringat tanpa ada
perlindungan, kita harus berhenti dan mengeringkannya terlebih dahulu
untuk menghindari adanya hubungan langsung dengan badan.
2) Harus menggunakan kabel dan pegangan yang sempurna.
3) Pemegang elektroda harus diletakkan pada tempat yang berisolator atau
digantung bila sedang tidak dipakai.
4) Penggantian elektroda harus dilakukan dengan hati-hati.
5) Dalam keadaan istirahat, mesin las harus dimatikan.

c. Karena asap las, debu, dan gas


Dalam hal ini, sering seorang juru las mengabaikan pernafasannya, lebih-
lebih di dalam ruangan. Dengan udara yang diisap (mengandung debu, gas, dan
asap las), maka dalam waktu yang tidak lama juru las akan menderita sakit
pernafasan. Untuk mengurangi hal-hal tersebut perlu adanya ventilasi atau
menggunakan pelindung pernafasan.

Syarat pelindung pernafasan:


1) Mempunyai daya tampung yang tinggi.
2) Sesuai dengan bentuk muka.
3) Tidak menggangu pernafasan.
4) Kuat, ringan, dan mudah perawatannya.

4. Keselamatan pada Lingkungan, Mesin Las, dan Pencegahan


a. Keselamatan pada Lingkungan
Untuk menjaga jangan sampai terjadi kerusakan pada lingkungan, misalnya
saja bahaya ledakan dan kebakaran, maka perlu adanya penanggulangan.
1) Bila mengelas tangki, sebelum dilas tangki tersebut harus terlebih dahulu
dibersihkan dari zat-zat yang mudah terbakar.
2) Untuk mencegah terjadinya kebakaran, jangan mengelas di tempat yang
banyak zat yang mudah terbakar.

b. Keselamatan pada Mesin Las dan Perlengkapannya


1) Tempatkan mesin las jauh dari udara yang basah.
2) Biasakan jangan melebihi kemampuan mesin las agar mesin bisa tahan
lama.
3) Gunakan kabel penghubung dengan ukuran yang sesuai.
4) Pergunakan alat-alat bantu yang sesuai dengan kegunaannya.

Perlindungan umum:
1) Pergunakan tabir, bila terlalu banyak juru las yang bekerja pada suatu
ruangan.
2) Jika pengelasan dilakukan pada ruangan yang berdinding, hendaknya dicat
dengan zat-zat yang bisa menyerap sinar-sinar las.
3) Sewaktu hujan, badai, atau angin kencang, mengelas di udara terbuka
sangat dilarang, kecuali adanya persediaan memadai untuk menghilangkan
pengaruh-pengaruh yang buruk.

c. Keselamatan Kerja Las dan Pencegahan Kecelakaan


1) Hindarilah bahaya kebakaran, jauhkan bahan-bahan yang mudah terbakar.
2) Periksa sambungan agar tidak bocor, gunakan air sabun untuk
mengeceknya, jangan sekali-kali menggunakan api.
3) Sewaktu membuka atau menutup keran tabung, tangan harus bebas dari
minyak.
4) Dilarang membuka keran tabung dengan cara dihentakkan.
5) Pergunakan kunci tabung yang khusus, jangan disambung dengan yang
lainnya.
6) Biarkan kunci tabung pada posisi di mana ia dibuka, khususnya pada
tabung acetylene.
7) Jangan berdiri di depan regulator ketika membuka katup, berdirilah di sisi
lain.
8) Katup tabung sebaiknya dibuka 1/2 kali putaran.
9) Gunakan tekanan kerja yang sesuai untuk pengelasan yang dimaksud.
10) Tutup kembali katup-katup tabung bila telah selesai, beri tanda untuk
tabung yang sudah kosong.
11) Dilarang menempatkan tabung dekat dengan sumber panas api, matahari,
atau yang lainnya.
12) Tabung ditempatkan pada troli atau disandarkan ke dinding dan harus diikat
erat.
13) Jauhkan benda-benda keras yang dapat menimpa tabung.
14) Saat memindahkan tabung gas, tutup pengaman harus dipasang, dan posisi
tabung harus direbahkan.
15) Pakailah alat-alat pengaman operator (kacamata, sarung tangan, baju
pelindung, dan sepatu kulit yang baik).
16) Hindari kemungkinan adanya bahaya ledakan akibat terjadinya kontak
dengan minyak.
17) Pakaian harus bersih dari minyak dan pelumas.
18) Alat-alat, keran, manometer, dan pipa gas yang rusak jangan dipakai.
19) Dilarang melilitkan pipa gas pada badan disaat mengelas.
20) Jangan biarkan brander menyala jika tidak digunakan.
21) Brander tidak boleh dipakai untuk memukul sesuatu.
22) Panjang dari selang harus diperhitungkan, jangan terlalu panjang atau
pendek.
23) Jangan menggunakan selang yang rusak/ tua.
24) Hindarkan selang gas dari percikan api.
25) Selang gas tidak boleh berada melintang di jalan.
26) Selang tidak boleh diikat untuk menstop/ menghentikan gas walaupun
untuk sementara.
27) Usahakan ventilasi udara dapat berjalan dengan baik.
28) Hati-hati dengan gas beracun yang timbul pada saat mengelas.
29) Jangan menggunakan peralatan yang menggunakan bahan dari kayu.
30) Sediakan selalu alat pemadam kebakaran.
D. Pembakaran Oxy-Acetylene
Pembakaran adalah persenyawaan secara kimiawi antara zat-zat yang mudah
terbakar dengan oksigen. Oksigen tersedia di udara atau dapat ditambah secara khusus,
misalnya dalam tabung-tabung oksigen.
Kecepatan nyala tergantung dari tekanan dan komposisi campuran gas oksigen.
Kecepatan maksimum tergantung perbandingan gas asetilin dan oksigen yang berkisar
antara 1 : 25.
Proses pengelasan oksi asetilin dilakukan dengan membakar gas asetilen untuk
mendapatkan nyala temperatur tinggi guna melelehkan logam induk dan logam pengisi.

Gambar kurang jelas

Gambar 1.10 Proses Pengelasan Oksi Asetilin

Nyala api oksi-asetilin merupakan nyala hasil pembakaran yang dapat berubah
tergantung pada perbandingan antara gas oksigen O2 dengan gas asetilin C2H2.

1. Nyala Asetilin Lebih atau Nyala Karburasi


Gambar 1.11 Nyala Api Karburasi

Kegunaannya:
a. Untuk memanaskan.
b. Untuk mengelas permukaan yang keras dan logam putih.

2. Nyala Netral

Gambar 1.12 Nyala Api Netral

Kegunaannya:
a. Untuk pengelasan biasa.
b. Untuk mengelas baja atau besi tuang.

3. Nyala Oksigen Lebih atau Nyala Oksidasi

Gambar 1.13 Nyala Api Oksidasi

Kegunaannya untuk brazing. Karena sifatnya yang dapat mengubah komposisi


logam cair maka nyala asetilin dan nyala oksigen berlebih tidak dapat digunakan
untuk pengelasan baja.
a. Cara menyalakan api
1) Buka katup botol oksigen dan asetilin.
2) Atur tekanan yang diinginkan sesuai dengan nozzel yang dipakai.
3) Buka sedikit katup oksigen dan brander.
4) Buka katup asetilin pada brander.
5) Nyalakan pemercik api dan sulutkan pada ujung brander.
6) Atur katup oksigen dan asetilin sesuai nyala yang diinginkan.
b. Cara mematikan api
1) Tutup katup oksigen pada brander.
2) Tutup katup asetilin pada brander.
3) Tutup katup pada botol oksigen dan asetilin.
4) Buka katup oksigen dan asetilin pada brander untuk pembuangan sisa gas
yang ada pada selang gas atau saluran.
5) Tutup semua katup.

Anda mungkin juga menyukai