Anda di halaman 1dari 10

Teknik Pengelasan Oksi-Acetilen

PENGELASAN DENGAN GAS


Drs Dewanto M.Pd
Anang Ainur Roziqin,S.Pd

1. Proses Pengelasan
Pengelasan dengan gas dilakukan dengan membakar bahan bakar gas dengan O2
sehingga menimbulkan nyala api (30000C) dengan suhu tinggi yang mampu mencairkan logam
induk dan logam pengisinya. Bahan bakar yang dapat digunakan berupa gas-gas asetilen, propan
atau hydrogen. Di antara ketiga bahan bakar ini yang paling banyak digunakan adalah gas
asetilen, sehingga las gas pada umumnya diartikan sebagai las oksi-asetilen. Karena tidak
memerlukan tenaga listrik, maka las oksi-asetilen banyak dipakai dilapangan walaupun
pemakaiannya tidak sebanyak las busur elektroda terbungkus.
Oksigen diperoleh dari proses elektrolisa atau proses pencairan udara. Oksigen komersil
umumnya berasal dari proses pencairan udara dimana oksigen dipisahkan dari nitrogen. Oksigen
ini disimpan dalam silinder baja pada tekanan 14 MPa. Gas asetilen (C2H2) dihasilkan dari reaksi
kalsium karbida dengan air. Gelembung-gelembung gas naik dan endapan yang terjadi adalah
kapur tohor. Reaksi yang terjadi dalam tabung asetilen adalah :

CaC2 + 2H2O = Ca(OH)2 + C2H2

kalsium karbida air tohor Kapur gas asetilen

Bila dihitung ternyata 1 kg CaC2 menghasilkan kurang lebih 300 liter asetilen. Sifat dari
asetilen (C2H2) yang merupakan gas bahan bakar adalah tidak berwarna, tidak beracun, berbau,
lebih ringan dari udara, cenderung untuk memisahkan diri bila terjadi kenaikan tekanan dan
suhu (di atas 1,5 bar dan 3500 C), dapat larut dalam massa berpori (aseton).
Karbida kalsium keras, mirip batu, berwarna kelabu dan terbentuk sebagai hasil reaksi
antara kalsium dan batu bara dalam dapur listrik. Hasil reaksi ini kemudian digerus, dipilih dan
disimpan dalam drum baja yang tertutup rapat. Gas asetilen dapat diperoleh dari generator
asetilen yang menghasilkan gas asetilen dengan mencampurkan karbid dengan air atau kini
dapat dibeli dalam tabung-tabung gas siap pakai. Agar aman tekanan gas asetilen dalam tabung
tidak boleh melebihi 100 Kpa, dan disimpan tercampur dengan aseton. Tabung asetilen diisi
dengan bahan pengisi berpori yang jenuh dengan aseton, kemudian diisi dengan gas asetilen.
Tabung jenis ini mampu menampung gas asetilen bertekanan sampai 1,7 MPa.
Prisip dari pengelasan ini tidak terlalu rumit. Hanya dengan mengatur besarnya gas
asetilen dan oksigen, kemudian ujungnya didekatkan dengan nyala api maka akan timbul nyala
api. Tetapi besarnya gas asetilen dan oksigen harus diatur sedemikian rupa dengan memutar
pengatur tekanan sedikit demi sedikit. Apabila gas asetilen saja yang dihidupkan maka nyala
apinya berupa nyala biasa dengan mengeluarkan jelaga. Apabila gas asetilennya terlalu sedikit
yang diputar, maka las tidak akan menyala.
Kecepatan penarikan kembali gas per jam dari sebuah silinder asetilen tidak boleh lebih
besar dari 20% (seperlima) dari isinya, agar gas aseton bisa dialirkan (silinder asetilen haruslah
selalu tegak lurus).

Gambar 1. Tabung asetilen dan oksigen untuk pengelasan oksiasetilen

Gambar 2. Skema nyala las oksi-asetilen dan sambungan gasnya.


2. Nyala Oksi-asetilen
Nyala hasil pembakaran dalam las oksi-asetilen dapat berubah tergantung dari
perbandingan antara gas dan asetilen seperti ditunjukkan pada gambar pada gambar dibawah
ini.

Gambar 3. Nyala Oksi-asetilen

a. Nyala Netral: nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen sekitar
satu, nyala terdiri atas kerucut dalam warna yang berwarna putih bersinar dan
kerucut luar yang berwarna biru bening.
b. Nyala asetilen lebih: bila asetilen yang digunakan melebihi dari pada jumlah untuk
mendapatkan nyala netral maka diantara kerucut dalam dan luar akan timbul
kerucut nyala baru yang berwarna biru. Didalam bagian nyala-nyala ini terdapat
kelebihan gas asetilen yang menyebabkan terjadinya karburasi pada logam cair.
c. Nyala Oksigen lebih: bila gas oksigen lebih dari pada jumlah yang diperlukan untuk
menghasilkan nyala netral maka nyala menjadi pendek dan warna kerucut dalam
berubah dari putih bersinar menjadi ungu. Bila nyala ini digunakan untuk mengelas
maka akan terjadi proses oksidasi atau dekarburasi pada logam cair.

Tabel 1. Perbandingan penggunaan Las Oksi-asetilen dan Las Busur Elektroda Terbungkus

Jenis Las
Las Oksi-asetilen Las Busur Elektroda Terbungkus
Besaran
Efisiensi Rendah (Suhu 30000C) Tinggi ( Suhu 60000C)
Sifat Mampu Las Kurang Baik Baik
Harga Peralatan Murah Mahal
Harga Bahan Las Sama Sama
Keterampilan juru las Sama Sama
Penggunaan Terbatas pada las tipis Luas

3. Alat-alat Las Oksi-asetilen


Dalam pengelasan oksi-asetilen diperlukan alat las yang terdiri dari penyembur dan
pembakar. Dalam praktek terdapat dua jenis alat yaitu jenis tekanan rendah yang diperlukan
untuk gas asetilen yang bertekanan sampai 700 mmHg dan jenis tekanan sedang untuk tekanan
asetilen antara 700 sampai 1300 mmHg. Pada jenis tekanan rendah gas asetilen terisap oleh
semburan gas oksigen dan biasanya gas asetilennya didapatkan langsung dari alat penghasil gas.
Sedangkan pada jenis tekanan sedang gas asetilennya dilarutkan dan dimasukkan dalam botol-
botol gas. Dengan asetilen tekanan sedang dapat dihasilkan kualitas las yang lebih merata.
Disamping itu pada tekanan sedang bahaya terjadinya api balik juga ada; sedangkan pada jenis
tekanan rendah dengan alat penghasil gas yang dihubungkan langsung bahaya tersebut selalu
ada. Untuk menghindari bahaya ini, pada sistem pipanya dipasang suatu alat pengaman yang
terendam air.
Peralatan yang dipakai pada pengelasan Las Oksi-asetilen.
a. Tabung Oksigen
Tabung oksigen adalah suatu silinder atau botol yang terbuat dari bahan baja yang
berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan gas oksigen dengan tekanan kerja tertentu.
Petunjuk praktek penggunaan tabung oksigen:
1) Setiap selesai pengalasan, tutup katup tabung oksigen, buang gas yang tersisa hingga
manometer tekanan kerja menunjukan angka nol.
2) Ikatlah tabung oksigrn erta – erat pada kereta dorong atau pada pegangan yang
permanen.
3) Bukalah regulatornya terlabih dahulu dari tabung oksigen bila terpaksa memindahkan
tabung tanpa kereta dorong.
4) Bersihkan sekitar tabung sebelum operasi pengelasan dimulai.
5) Tempatkan alat pamadam kebakaran pada tempat yang mudah dicapai.

b. Regulator
Keluarnya gas oksigen dapat diatur dengan alat yang disebut regulator. Regulator
adalah alat yang berfungsi sebagai alat untuk mengatur besarnya tekanan kerja
Pada regulator terdapat dua buah alat pengukur tekanan yang disebut manometer.
Dua buah manometer yang terdapat pada regolator berfungsi untuk:
1) mengukur tekanan isi tabung gas
2) mengukur tekanan kerja las
Petunjuk praktek penggunaan regulator:
1) peganglah regulator pada badannya jangan pada manometernya.
2) sebelum membuka katup silinder, tutup katup regulator terlebih dahulu dengan cara
memutar baut pngatur berlawanan arah dengan jarum jam hingga terasa longgar.
3) ketika mengatur tekanan kerja, putarlah baut pengatur perlahan – lahan searah dengan
jarum jam. Tekanan gas yang tinggi dan tiba – tiba akibat pembukaan baut pengatur
secara cepat dan merusak membran dan manometer.
4) berdirilah disamping manometer ketika mengatur tekanan kerja.
5) jangan mengotori regulator dengan minyak atau pelumas.
6) pastikan regulator bekerja dengan baik dan segera ganti bila regulator rusak.
Gambar 4. Skema Regulator Las Oksi-asetilen Gambar 5. Regulator Las Oksi-asetilen

c. Tabung Asetilen
Asetilen diperoleh lewat reaksi kimia dalam bentuk gas. Karena berbentuk gas, maka
asetilen memerlukan perlakuan khusus, terutama dalam penyimpanan dan penggunaanya
gas asetilen disimpan dalam tabung, yang dapat dipindan – pimdah dan mudah
digunakannya.
Asetilen C2H2 diperoleh dengan cara mereaksikan CaC2 (kalsium karbida) dengan air.
Karbit atau CaC2 adalah senyawa kimia antara CaO (kapur) dan C (karbon). Dengan demikian
asetilen merupakan gas hidrokarbon yang diperoleh dari unsur – unsur kapur, karbon, dan
air. Persamaan reaksi C2H2 :
CaO + 3C CaC2 + CO

CaC2 + H2 C2H2 + Ca(OH)2

Tabung Asetilen adalah suatu silinder atau botol yang terbuat dari bahan baja yang
berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan gas asetilen dengan tekanan kerja tertentu.
Di dalam tabung asetilen terdapat beberapa alat misalnya bahan berpori seperti
kapas sutra tiruan atau asbes yang berfungsi sebagai penyerap aseton, yaitu bahan agar
asetilen dapat larut dengan baik dan aman dibawah pengaruh tekanan.
Petunjuk praktek penggunaan regulator.
1) letakkan tabung berdiri tegak.
2) lindungi tabung dari sumber panas atau api, bahan yang mudah terbakar, dan benturan
– benturan benda keras.
3) bukalah regulator bila tabung tidak digunakan.
4) pemakaian gas harus selalu melalui regulator.
5) pastikan regulator bekerja baik dan segera ganti bila regulator rusak.
6) bila silinder tiba – tiba menjadi panas, katup segera ditutup dan didinginkan dengan
menyiram air.
d. Brander
Brander atau alat pembakar gas adalah alat yang berfungsi sebagai pencampur gas
asetilen dengan gas oksigen dengan proporsi tertentu yang dapat diatur. Brander yang baik
yaitu brander yang dapat mencampur asetilen dan oksigen dengan homogen. Campuran gas
homogen ini akan keluar lewat mulut brander dengan tekanan tertentu (tergantung
pengaturan),dan mudah sekali terbakar. Dengan bantuan bara atau nyala api semburan
campuran gas dapat dinyalakan dan akan menghasilkan nyala api yang bersuhu tinggi.
Brander mempunyai beberapa bagian :
1) Mulut brander : mengatur debit aliran campuran gas asetilen dan gas oksigen.
mulut brander dapat diganti – ganti ukurannya sesuai dengan
keperluan. Besarnya lubang mulut menentukan banyaknya
campuran gas yang dapat keluar untuk tiap jam nya. Misalnya
mulut brander ukuran 220, berarti gas yang dapat keluar
melalui mulut adalah 220 liter tiap jam. Pemilihan ukuran
mulut berdasarkan tebal tipisnya bahan yang akan dilas.
2) Injektor : untuk memancarkan campuran gas asetilen dan oksigen ke
mulut brander.
3) Katup gas : alat untuk membuka, menutup aliran, dan mengatur jumlah
aliran gas oksigen atau gas asetilen yang akan digunakan
dalam pengelasan
4) Nipel : berfungsi untuk mengatur kabel – kabel las atau selang las baik
selang gas oksigen maupun gas asetilen.

4. Penggunaan dan Fluks yang digunakan


Pengelasan Oksi-asetilen dapat digunakan untuk mengelas bermacam-macam logam.
Beberapa diantaranya ditunjukkan dalam tabel 2. Kadang-kadang dalam pengelasan oksi-
asetilen digunakan juga fluks untuk memperbaiki sifat-sifat logam las, derajat kecairan logam
cair. Fluks pada pengelasan ini biasanya adalah campuran antara boraks serbuk gelas dan atau
antara asam boric, boraks dan natrium fosfat. Penggunaan dan komposisi dari fluks tergantung
pada logam yang akan dilas
Tabel 2. Pengelasan Logam dengan Las Oksi-asetilen

Logam Induk Macam Nyala Api Fluks Logam Pengisi

Baja Karbon Netral Tidak Perlu Baja Karbon Rendah

Besi Cor abu-abu Netral Perlu Besi cor abu-abu


Oksidasi Rendah Perlu Perunggu
Besi Cor Maliabel Oksidasi Lemah Perlu Perunggu
Nikel Karburasi Tidak Perlu Nikel
Panduan Ni-Cu Netral atau karburasi Tidak Perlu Monel
Tembaga lemah Tidak Perlu Tembaga
Perunggu Netral atau oksidasi lemah Perlu Perunggu
Kuningan Oksidasi Perlu Kuningan

5. Posisi Pengelasan
Pada posisi pengelasan dengan oksi-asetilen arah gerak pengelasan dan posisi
kemiringan pembakar dapat mempengaruhi kecepatan dan kualitas las. Dalam teknik
pengelasan dikenal beberapa cara yaitu :
a. Pengelasan di bawah tangan
Pengelasan di bawah tangan adalah proses pengelasan yang dilakukan di bawah tangan
dan benda kerja terletak di atas bidang datar. Sudut ujung pembakar (brander) terletak diantara
600 dan kawat pengisi (filler rod) dimiringkan dengan sudut antara 300 – 400 dengan benda kerja.
Kedudukan ujung pembakar ke sudut sambungan dengan jarak 2 – 3 mm agar terjadi panas
maksimal pada sambungan. Pada sambungan sudut luar, nyala diarahkan ke tengah sambungan
dan gerakannya adalah lurus.
b. Pengelasan mendatar (horisontal)
Pada posisi ini benda kerja berdiri tegak sedangkan pengelasan dilakukan dengan arah
mendatar sehingga cairan las cenderung mengalir ke bawah, untuk itu ayunan brander
sebaiknya sekecil mungkin. Kedudukan brander terhadap benda kerja menyudut 700 dan miring
kira-kira 100di bawah garis mendatar, sedangkan kawat pengisi dimiringkan pada sudut 100 di
atas garis mendatar.
c. Pengelasan tegak (vertikal)
Pada pengelasan dengan posisi tegak, arah pengelasan berlangsung ke atas atau ke
bawah. Kawat pengisi ditempatkan antara nyala api dan tempat sambungan yang bersudut 450-
600 dan sudut brander sebesar 800
d. Pengelasan di atas kepala (over head)
Pengelasan dengan posisi ini adalah yang paling sulit dibandingkan dengan posisi
lainnya dimana benda kerja berada di atas kepala dan pengelasan dilakukan dari bawahnya.
Pada pengelasan posisi ini sudut brander dimiringkan 100 dari garis vertikal sedangkan kawat
pengisi berada di belakangnya bersudut 450-600.
e. Pengelasan dengan arah ke kiri (maju)
Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan ke kiri dengan
membentuk sudut 600 dan kawat las 300 terhadap benda kerja sedangkan sudut melintangnya
tegak lurus terhadap arah pengelasan. Cara ini banyak digunakan karena cara pengelasannya
mudah dan tidak membutuhkan posisi yang sulit saat mengelas.
f. Pengelasan dengan arah ke kanan (mundur)
Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke kiri.
Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya 4,5 mm ke atas.
6. Pemotongan Nyala Oksi-setilen
Pemotongan dengan nyala juga merupakan suatu proses produksi. Nyala untuk
pemotongan berbeda dengan nyala untuk pengelasan dimana disekitar lubang utama yang dialiri
oksigen terdapat lubang kecil untuk pemanasan mula. Fungsi nyala pemanas mula adalah untuk
pemanasan baja sebelum dipotong, karena bahan yang akan dipotong menjadi panas sehingga
baja akan menjadi terbakar dan mencair ketika dialiri oksigen.

Gambar 6. Skema Mesin Pemotong dengan Nyala Oksiasetilen.

7. Keuntungan Penggunaan Las Oksi-asetilen


Keuntungan dan kegunaan pengelasan oksi-asetilen sangat banyak, antara lain :

a. Peralatan relatif murah dan memerlukan pemeliharaan minimal/sedikit.


b. Cara penggunaannya sangat mudah, tidak memerlukan teknik-teknik pengelasan yang tinggi
sehingga mudah untuk dipelajari.
c. Mudah dibawa dan dapat digunakan di lapangan maupun di pabrik atau di bengkel-bengkel
karena peralatannya kecil dan sederhana.
d. Dengan teknik pengelasan yang tepat hampir semua jenis logam dapat dilas dan alat ini
dapat digunakan untuk pemotongan maupun penyambungan.

Daftar Pustaka
Wiryosumarto, Hasono dan Toshie Okumura. 2000. Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta: PT Pradya
Paramytha
Depdikbud. 1978. Petunjuk Praktek Las Asetilen dan Las Listrik. Jakarta:Dikmenjur
Suherman, Bambang. 2001. Pengelasan, www.smk1bojonegoro.blogspot.com, (28 Desember 2008)
Bintoro, A Gatot. 2006. Dasar – Dasar Pengelasan. Yogayakarta: Kanisius

Anda mungkin juga menyukai