Anda di halaman 1dari 8

MELAKSANAKAN PROSEDUR PENGELASAN DAN PEMATRIAN

A. PENGELASAN
Pengelasan adalah menyambung dua buah logam atau lebih dengan menggunakan panas.
1. LAS ASETILIN ATAU LAS KARBIT
Adalah salah satu cara menyambung logam dengan menggunakan panas dimana panas yang
digunakan berasal dari pembakaran gas asetilin dengan gas oksigen (zat asam).
l
a. Peralatan Utama Las Asetilin
Peralatan utama las asetilin ada beberapa, antara lain :
1) Tabung, terdiri dari dua buah tabung yaitu tabung gas asetilin dan tabung gas oksigen.

Perbedaan Tabung Oksigen Dengan Tabung Asetilin


Perbedaan Tabung Oksigen Tabung Asetilin
Bentuk Tinggi dan Kurus Pendek dan Gemuk
Tekanan ± 150 kg/cm ± 15 kg/cm
Pembukaan Katup Roda Tangan/Putar Kunci Sok

Cara Perawatan Tabung :


 Tempatkan tabung jauh dari sinar/terik matahari
 Jauhkan tabung dari kejatuhan benda keras dan dari percikan api
 Usahakan dalam membawa tabung dalam keadaan berdiri
 Apabila tabung asetilin menjadi panas siramlah dengan air dingin
2) Regulator, terdiri dari dua buah regulator yaitu regulator gas asetilin dan regulator gas
oksigen.

Fungsi regulator adalah untuk menurunkan dan mengatur tekanan isi menjadi tekanan
kerja yang tetap besarnya sesuai dengan kebutuhan pengelasan. Tekanan isi adalah
tekanan gas yang berada di dalam botol. Tekanan kerja adalah tekanan yang
dibutuhkan pada waktu melakukan pekerjaan las.

Cara Perawatan Regulator :


 Pegang regulator pada badannya jangan pada manometernya
 Saat membuka regulator putarlah searah jarum jam secara pelan-pelan agar
membrane manometer tidak rusak
 Pada saat memasang regulator tutup katup pada tabung dan pada regulator terlebih
dahulu
3) Selang, terdiri dari dua buah selang yaitu selang gas asetilin (berwarna merah) dan
selang gas oksigen (berwarna hijau atau biru). Selang berfungsi untuk mengalirkan gas
oksigen/asetilin dari tabung melalui regulator menuju ke pembakar las.
Cara Perawatan Selang :
 Selang hendaknya tidak menekuk dan mengganggu tranportasi/laju kerja
 Jauhkan selang dari percikan api
 Jangan menambal kebocoran selang dengan isolatip/lakban tapi gunakan
penyambung selang
4) Pembakar Las

Katup

Injel Injektor

Fungsi pembakar las adalah untuk mencampur gas asetilin dengan gas oksigen dan
mengatur keluarnya campuran gas tersebut menuju mulut pembakar.
Cara Perawatan Pembakar Las :
 Jangan gunakan mulut pembakar las untuk memukul-mukul hasil pengelasan
 Bersihkan lubang mulut pembakar dengan menggunakan jarum jangan menggunakan
kawat las, sambil katup oksigen dibuka
 Matikan proses pengelasan melalui katup pada pembakar las jangan dengan menekuk
selang

Ukuran Mulut Pembakar Las


Nomor Mulut Tekanan Kerja dalam Satuan (psi)
Tebal Bahan
Pembakar Oksigen Asetilin
3 3,2 – 6 15 – 30 5
4 9,5 – 16 21 – 48 5–6
5 19 – 25,4 25 – 41 6–7
7 38,1 – 76,2 30 – 52 7–8
9 100 – 127 52 – 60 8–9
11 127 - 150 55 - 66 10 - 11

b. Cara Merangkai Peralatan Las Asetilin


 Tempatkan tabung dekat dengan dinding
 Buka katup tabung kemudian tutp kembali
 Pasang regulator pada masing-masing tabung sesuai dengan isinya
 Hubungkan selang pada regulator dan ujung yang satunya ke pembakar las
 Periksa setiap sambungan dari kebocoran dengan mengaqgunkan air sabun
c. Macam-macam Nyala Api
 Nyala api netral (nyala api dengan perbandingan antara gas oksigen dengan asetilin
adalah 1 : 1)
Inti nyala

 Nyala api karburasi (nyala api kerena kelebihan gas asetilin biasa digunakan untuk
proses pelapisan keras permukaan)

Ekor asetilin
 Nyala api oksidasi (nyala api karena kelebihan gas oksigen, nyala inti api oksidasi
lebih pendek dan lebih runcing biasa digunakan untuk mengelas logam tembaga,
kuningan, perunggu dan las pateri)

Nyala luar

Nyala luar

d. Cara Menyalakan Las Asetilin


 Buka katup gas asetilin pada pembakar las sedikit, rasakan tekanan yang keluar dari
mulut pembakar dengan menggunakan tangan
 Nyalakan dengan korek api, tambahkan gas asetilin secara perlahan-lahan sampai
jelaga pada api hilang dan jangan sampai api lepas dari mulut pembakar
 Tambahkan gas oksigen secara perlahan-lahan sampai terbentuk nyala api netral
(perbandingan antara gas oksigen dengan asetilin adalah 1 : 1)

2. LAS LISTRIK
Panas yang terjadi karena adanya busur listrik pada ujung elektroda dan permukaan benda
kerja atau busur listrik terjadi ketika ujung elektroda menyentuh permukaan benda kerja.
a. Prinsip Dasar Las Listrik
Prinsip dasar las listrik adalah menggunakan listrik sebagai sumber panas. Hal ini
merupakan perkalian antara tegangan listrik/sumber tegangan (E) dengan kuat arus (i)
dalam waktu tertentu yang dinyatakan dalam satuan panas Joule atau kalori.

H=Exixt

H = panas yang dihasilkan (Joule)


E = tegangan listrik/sumber tegangan (Volt)
i = kuat arus (Ampere)
t = waktu/lama pengelasan (sekon atau detik)
b. Peralatan Utama Las Listrik
1) Pesawat Las
 Pesawat Las AC
Macam-macam pesawat las ini seperti Transformator las, pembangkit listrik motor
diesel atau motor ben¬sin. Transformator las yang kebanyakan digunakan di
industri-industri mempunyai kapasitas 200 sampai 500 amper. Pesawat las ini
sangat banyak dipakai karena biaya operasinya yang rendah disamping harganya
yang relatif murah. Voltase keluar dari pesawat transformator ini antara 38 sampai
70 volt.

Pesawat Las AC Pesawat Las DC


 Pesawat Las DC
Pesawat las arus searah ini dapat berupa pesawat transformator rectifier,
pembangkit listrik motor diesel atau motor bensin, maupun pesawat pembangkit
listrik yang digerakkan oleh motor listrik. Salah satu jenis dari pesawat las arus
searah yaitu pesawat pembangkit listrik yang digerakkan oleh motor tistrik (motor
generator).
 Pesawat Las AC/DC
Pesawat las ini merupakan gabungan dari pesawat las arus bolak-balik dan arus
searah. Dengan, pesawat ini akan lebih banyak kemungkinan pemakaiannya
karena arus yang keluar dapat arus searah maupun arus bolak-¬balik. Pesawat las
jenis ini misalnya transformator-rectifier maupun pembangkit listrik motor diesel.
2) Kabel Las
 Kabel Elektroda adalah kabel yang menghubungkan pesawat las dengan elektroda.
 Kabel Massa adalah kabel menghubungkan pesawat las dengan benda kerja.
 Kabel tenaga adalah kabel yang menghubungkan sumber tenaga atau jaringan
listrik dengan pesawat las.
Dalam pengelasan terdapat dua macam pengkutuban elektroda, yaitu :
a) Pengkutuban langsung, dimana kabel elektroda dipasang Pada terminal negatif
dan kabel massa pada terminal positif. Pengkutuban langsung sering disebut
sebegai sirkuit las listrik dengan elektroda negatif. (DC-) dan menghasilkan
penembusan yang dangkal.
b) Pengkutuban terbalik, kabel elektroda dipasang pada terminal positif dan kabel
massa dipasang pada terminal negative. Pengkutuban terbalik sering disebut
sirkuit las listrik dengan elektroda positif (DC+) dan menghasilkan penembusan
yang dalam.

3) Pemegang Elektroda
Ujung yang tidak berselaput dari elektroda dijepit dengan pemegang elektroda.
Pemegang elektroda terdiri dari mulut penjepit dan pegangan yang dibungkus oleh
bahan penyekat. Pada waktu berhenti atau selesai mengelas, bagian pegangan yang
tidak berhubungan dengan kabel digantungkan pada gantungan dari bahan fiber atau
kayu.
4) Penjepit/Tang Massa
Klem massa adalah suatu alat untuk menghubungkan kabel massa ke benda kerja.
Biasanya klem massa dibuat dari bahan dengan penghantar listrik yang baik seperti
Tembaga agar arus listrik dapat mengalir dengan baik, klem massa ini dilengkapi
dengan pegas yang kuat. Yang dapat menjepit benda kerja dengan baik .
Walaupun demikian permukaan benda kerja yang akan dijepit dengan klem massa
harus dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran-kotoran seperti karat, cat, minyak.

Pemegang Elektroda Penjepit Massa

c. Klasifikasi Elektroda
Klasifikasi elektroda menurut AWS (American Welding Society) ditulis EXXXX atau EXXXXX
(di belakang huruf E terdiri dari empat atau lima angka) yang artinya sebgai berikut :
1) E menyatakan elektroda
2) XX dua angka setelah E (jika dibelakang E terdapat empat digit angka) menyatakan
kekuatan tarik minimum deposit las dalam lb/in 2 atau kg/mm2 jika nilainya 60 - 90 tapi
jika terdiri dari XXX tiga angka setelah E (jika dibelakang E terdapat lima digit angka)
jika nilainya lebih dari 90 (100 – 120)
3) X, (angka ketiga) menyatakan posisi pengelasan
4) X, (angka keempat) menyatakan jenis selaput dan arus yang cocok dipakai
Kekuatan Tarik Menurut AWS
Kekuatan Tarik
Klasifikasi
Lb/in2 Kg/mm2
E60XX 60.000 42
E70XX 70.000 49
E80XX 80.000 56
E90XX 90.000 63
E100XX 100.000 70
E110XX 110.000 77
E120XX 120.000 84

Posisi Pengelasan
Penggolongan
Posisi
EXX1X EXX2X
Dapat dipakai Dapat dipakai Di bawah tangan
Dapat dipakai Dapat dipakai Horizontal/mendatar
Dapat dipakai Tidak dapat dipakai Vertical/tegak
Dapat dipakai Tidak dapat dipakai Di atas kepala

Jenis Selaput dan Pemakaian Arus


Angka Terakhir Jenis Selaput Pemakaian Arus
0 Selulosa Natrium DC +
1 Selulosa Kalium AC, DC +
2 Rutil Natrium AC, DC -
3 Rutil Kalium AC, DC + atau -
4 Rutil Serbuk Besi AC, DC + atau -

Misalnya E6013 artinya sebagai berikut


1) 60 - Kekuatan tarik minimum deposit adalah 60.000 lb/in 2 atau 42 kg/mm2
2) 1 - Elektroda dapat digunakan untuk semua posisi pengelasan
3) 3 - Jenis selaput rutil kalium dan arus yang cocok digunakan AC, DC + atau -

d. Penentuan Kuat Arus Yang Digunakan


Dalam menentukan kuat arus yang digunakan harus memperhatikan beberapa hal, antara
lain :
 Diameter elektroda
 Tebal bahan yang digunakan
 Jenis elektroda yang digunakan
 Posisi pengelasan
 Polaritas (sifat) pengkutuban

Tabel Penentuan Kuat Arus


Diameter Elektroda Dalam Tipe Elektroda
mm in E6013 E6014
2,5 3/32 80 – 125
3,2 1/8 80 – 120 110 – 160
4 5/32 120 – 160 150 – 210
5 3/16 150 - 200 200 - 275

 Arus yang terlalu besar menyebabkan elektroda terlalu cepat mencair. Hal ini dapat
mengakibatkan :
- Permukaan las akan lebih lebar
- Penembusan yang dalam
- Menjadi under cut
 Arus yang terlalu kecil menyebabkan busur listrik sukar menyala dan panas yang timbul
sukar untuk melelehkan elektroda, akibatnya :
- Rigi-rigi las tidak rata
- Penembusan yang dangkal
e. Cara Menyalakan Busur

Pesawat Las AC Pesawat Las Dc

1) Pesawat Las AC
Dengan cara menggores ujung elektroda pada permukaan benda kerja yang akan dilas
seperti menyalakan batang korek api. Jika bususr listrik sudah nyala, pertahankan
untuk mengelas.
2) Pesawat Las DC
Dengan cara menyentuhkan ujung elektroda pada permukaan benda kerja secara
tegak lurus. Apabila sudah menyala, angkat setinggi elektroda.

3. KAMPUH LAS
Kampuh las adalah celah-celah antara dua bidang yang akan disambung, untuk
mendapatkan penembusan yang baik pada pengelasan. Adapun bentuk-bentuk kampuh las
adalah sebagai berikut :
a. Kampuh I, digunakan untuk pelat-pelat tipis
tanpa beban punter.
b. Kampuh V dan ½ V, digunakan untuk
konstruksi yang menerima beban statis.
c. Kampuh X dan ½ X, digunakan untuk pelat-
pelat tebal.
d. Kampuh U, digunakan untuk pelat tebal dari
ketebalan ½” sampai 1½”.

4. POSISI PENGELASAN

a. Posisi Di Bawah Tangan


Benda kerja terletak di atas bidang datar dan proses pengelasan di bawah tangan.
b. Posisi Mendatar/Horisontal
Benda kerja berdiri tegak, proses pengelasan berjalan mendatar & sejajar bahu pengelas.
c. Posisi Tegak/Vertikal
Benda kerja berdiri tegak, proses pengelasan berjalan tegak, arah naik atau arah turun.
d. Posisi Di Atas Kepala
Benda kerja berada di atas kepala, proses pengelasan dilakukan dari bawah.

5. GERAKAN PENGELASAN
 Tujuan dari gerakan pengelasan dan kawat las :
1. Untuk mengatur pemanasan bahan dasar agar kedua
sambungan mendapatkan panas yang merata,
hingga keduanya dapat mencair dalam waktu yang
sama.
2. Untuk mengatur bentuk rigi-rigi, sehingga cairan
kawah las yang terjadi benar-benar berpadu dan
menembus ke dalam celah dan akan menghasilkan
rigi-rigi las yang baik dan kuat.

B. PEMATRIAN
Mematri atau menyolder merupakan proses penyambungan logam, baik logam yang sama
jenisnya ataupun yang berlainan dengan bahan penyambung. Cara penyambungan dilakukan
melalui proses pemanasan di mana bahan pengisi atau solder yang digunakan mempunyai titik
lebur di bawah titik lebur bahan dasar yang akan disambungkan atau dilekatkan.
Sambungan petri biasa digunakan untuk mencegah kebocoran pada sambungan lipat dan
digunakan untuk sambungan tumpang pada benda-benda kerja yang tidak memerlukan
kekuatan tarik yang besar.

1. PATRI LUNAK
Digunakan khusus untuk pelat-pelat yang tipis (kaleng) dengan bahan tambah solder. Solder
adalah campuran anta timah putih dengan timah hitam.
a. Solder keras terdiri dari :
 10 bagian timah putih, 20 bagian timah hitam
 10 bagian timah putih, 15 bagian timah hitam
b. Solder lunak terdiri dari :
 10 bagian timah putih, 6 bagian timah hitam
 10 bagian timah putih, 5 bagian timah hitam
 10 bagian timah putih, 4 bagian timah hitam
Cara mematri lunak :
 Bersihkan pelat yang akan disambung
 Panaskan baut patri dengan listrik atau dengan arang
 Berilah pasta patria tau air keras pada bagian yang akan disambung
 Apabila baut patri sudah panas, kenakan ujung baut patri pada timah hingga mencair dan
menempel pada ujung baut

 Tempelkan ujung baut yang bertimah pada ujung bagian yang akan disambung,
kemudian tarik ke arah mundur atau maju
2. PATRI KERAS
Patri keras disebut jug alas patri, digunakan untuk pelat-pelat tebal. Bahan tambah yang
digunakan adalah kawat, kuningan, perunggu atau alumunium tergantung bahan yang akan
disambung. Untuk keperluan ini digunakan peralatan las asetilin dengan menggunakan nyala
api oksidasi.
Cara mengelas patri keras :
 Bersihkan bagian yang akan disambung
 Aturlah nyala api menjadi nyala oksidasi
 Peganglah pembakar pada posisi 60 0 – 700 dan kawat las 300 – 400 terhadap permukaan
benda kerja
 Panaskan ujung kawat las dengan pembakar kemudian celupkan fluksi atau boraks.
 Panaskan permukaan benda yang akan dipatri hingga berwarna merah, masukkan ujung
kawat las pada nyala api, dan cairkan di atas permukaan yang telah merah.
 Biasanya pembakaran digerakkan naik turun untuk menjaga suhu bahan dasar agar tidak
terlalu panas dan untuk mengatur cairan

3. SYARAT UMUM PEMATRIAN


a. Bidang solder harus bersifat logam murni
b. Harus menggunakan bahan pelumer atau fluks
c. Suhu pemanasan harus tetap
d. Besar celah harus tetap

Anda mungkin juga menyukai