Anda di halaman 1dari 40

BAB II

MANUFAKTUR DAN PENGELASAN

2.1 Tujuan percobaan

a. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian pengelasan dan jenis-jenis

pengelasan

b. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi sambungan las

c. Mahasiswa mampu menggunakan cara-cara mengelas dengan sistem

pencairan dan mampu menyambung logam dengan beberapa sambungan

las

2.2 Teori

Pengelasan (welding) adalah salah satu Teknik penyambungan logam

dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau

tanpa tekanan dengan atau tanpa logam penambah dan menghasilkan

sambungan yang kontiniu.Proses penyambungan lain yang telah dikenal lama

selain pengelasanadalah penyambungan dengan cara brasing dan soldering.

A Klasifikasi Cara-Cara Pengelasan

Terdapat beberapa klasifikasi cara pengelasan berdasarkan cara kerja

diantaranya sebagai berikut :

1. Pengelasan Cair

Adalah pengelasan dimana sambungan dipanaskan sampai mencair

dengan sumber panas dari busur listrik atau semburan api gas yang

terbakar.
Gambar 2.1 Pengelasan cair

2.Pengelasan Tekan

Pengelasan tekan adalah cara pengelasan dimana benda kerja

yang akan disambungkan dipanaskan terlebih dahulu kemudian ditekan

hingga berdempet setelah itu jika benda tersebut telah dingin maka akan

menjadi satu.

Gambar 2.2 Pengelasan tekan

3.Pematrian

Pematrian adalah cara pengelasan dimana sambungan diikat dan

disatukan dengan menggunakan paduan logam yang mempunyai titik


cair rendah. Disamping itu juga pematrian dapat diartikan sebagai suatu

metode penyambungan bahan logam dibawah pengaruh panas dengan

pertolongan bahan tambah logam atau campuran logam.

B. Jenis-jenis Pengelasan

1. Las Listrik

Cara mengelas yang sering digunakan dalam praktikum dan

termasuk klasifikasi las busur listrik adalah Las elektroda Terbungkus,

Las Busur dengan perlindungan gas dan Las Busur dengan perlindungan

Bukan Gas.

Las busur Listrik termasuk suatu proses penyambungan logam

dengan menggunakan tenaga listrik sebagai sumber panas. Jadi,

sumber panas pad alas ditimbulkan oleh busur api arus listrik antara

elektroda las dan benda Kerja. Las listrik adalah salah satu cara

menyambung logam dengan jalan menggunakan nyala busur listrik

yang di arahkan ke permukaan logam yang akan disambung. Pada

bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair, demikian juga

elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada ujungnya

dan merambat terus sampai habis. Logam cair dari elektroda dan dari

sebagian benda yang akan disambung tercampur dan mengisi celah dari

kedua logam yang akan disambung, kemudian membeku dan

tersambunglah kedua logam tersebut.


Gambar 2.3 Las Listrik

Bagian-bagian utama mesin las listrik :

A. Mesin Las Listrik

Mesin las listrik berfungsi sebagai pengubah arus bolak-balik

dari PLN menjadi arus Pengelas, serta menjaga kestabilan arus.

Pada mesin ini terdapat berbagai tombol untuk mengatur kuat arus

dari tegangan.

Gambar 2.4 Mesin Las Listrik

B. Kabel Las Listrik

Kabel las listrik digunakan sebagai penghantar arus

pengelasan dari mesin las listrik ke benda kerja.


Gambar 2.5 Kabel Las Listrik

C. Setang Las

Setang las berfungsi sebagai pemegang elektroda yang

digunakan sebagai bahan isian dalam pengelasan.

Gambar 2.6 Stang Las

D. Klem Massa

Klem massa berfungsi sebagai penghantar arus massa yang

dijepit ke benda kerja. Klem massa sebagai alat untuk

menghubungkan kabel masa ke benda kerja yang terbuat dari

bahan yang menghantar dengan baik (tembaga). Sebuah klem masa

dilengkapi dengan pegas yang kuat, yang dapat menjepit benda

kerja dengan baik.


Gambar 2.7 Klem Massa

2. SMAW (Shelded Metal Are Welding)

Las SMAW (shielded metal arc welding), atau las busur elektroda

terbungkus sering disebut dengan nama las listrik. Las SMAW merupakan

proses penyambungan dua buah keping logam yang sejenis atau lebih

dengan mengunakan sumber panas dari listrik dengan menggunakan

elektroda terbungkus sebagai bahan tambah atau pengisi sehingga akan

membentuk sambungan yang tetap. Prinsip kerja dari las SMAW ini yaitu

saat ujung elektroda didekatkan pada benda kerja terjadi panas listrik (busur

listrik) yang membuat antara benda kerja dengan ujung elektroda

terbungkus tersebut mencair secara bersamaan. Dengan adanya pencairan

ini maka kampuh pada lasan akan terisi oleh cairan logam dari elektroda.

Gambar 2.8 Proses Las SMAW


3 Las Listrik TIG

Las listrik TIG (Tungsten Inert Gas = Tungsten gas mulia)

menggunakan elektroda wolfram yang bukan merupakan bahan tambah.

Busur listrik yang terjadi di antara ujung elektroda wolfram dan bahan dasar

merupakan sumber panas untuk pengelasan.Tangkai listrik dilengkapi nosel

keramik untuk penyembur gas pelindung yang melindungi daerah las dari

luar pada saat pengelasan.

Las listrik TIG (Tungsten Inert Gas = Tungsten Gas Mulia)

menggunakan elektroda wolfram yang bukan merupakan bahan tambah.

Busur listrik yang terjadi antara ujung elektroda wolfram dan bahan dasar

merupakan sumber panas, untuk pengelasan.Titik cair elektroda wolfram

sedemikian tingginya sampai 3410° C, sehingga tidak ikut mencair pada saat

terjadi busur listrik.

Gambar 2.9 Las Listrik TIG

4 Las Listrik Submerged (SAW)

Las listrik submerged biasanya / yang umumnya otomatis atau semi

otomatis menggunakan fluksi serbuk untuk pelindung dari pengaruh udara

luar. Busur listrik di antara ujung elektroda dan bahan dasar didalam timbunan
fluksi sehingga tidak terjadi sinar las keluar seperti biasanya pada las listrik

lainnya.Operator las tidak perlu menggunakan kaca pelindung mata (Helm

las).

Pada waktu pengelasan, fluksi serbuk akan mencair dan

membeku dan menutuplapisan las.

Gambar 2.10 Las Listrik Submerged (SAW)

5 Las Listrik MIG

Metal Inert Gas (MIG) atau GMAW (Gas Metal Arc Welding) adalah

proses pengelasan dengan sumber panasnya berasal dari listrik dengan

dilindungi oleh gas mulia dengan bahan tambahnya ditambahkan melalui

torch, yang termasuk dalam jenis elektroda terumpan.

Gambar 2.11 Las Listrik MIG


6 Las Oxy-Acetylene (OAW)

Pengelasan Oxy-Acetylene adalah proses pengelasan yang sumber

panasnya berasal dari pembakaran gas acetylene dan gas oksigen, pada

pengelasan ini bahan tambah (filler metal) ditambahkan dari luar.

Gambar 2.12 Las Oxy-Acetylene (OAW)

1. Bagian-bagian Utama (las acetylene) :

Adapun bagian-bagian utama las oxy-acetylene adalah sebagai

berikut:

A. Tabung Gas Acetylene

Komponen ini berguna sebagai tempat penampungan gas

acetylene yang akan digunakan selama proses pengelasan, fungsi dari

gas acetylene adalah sebagai sumber bahan bakar pada pengelasan las

oxy-acetylene.

Gambar 2.13 Tabung Gas Acetylene


B. Tabung Gas Oksigen

Berfungsi untuk menampung gas oksigen yang akan

digunakan selama proses pengelasan, fungsi oksigen adalah untuk

menaikkan suhu api pengelasan ketika bercampur dengan gas

acetylene.

Gambar 2.14 Tabung Gas Oksigen

C. Regulator

Regulator berfungsi untuk mengetahui tekanan isi tabung

oksigen dan acetylene dan untuk mengatur tekanan kerja yang

dubutuhkan

Gambar 2.15 Regulator


D. Selang (Hose)

Selang (Hose) digunakan untuk mengalirkan gas acetylene dan

oksigen dari tabung yang melalui regulator yang akan menuju ke

setang las (torch).

Gambar 2.16 Selang (Hose)

E. Torch ( Pembakar )

(Torch) berfungsi sebagai tempat pencampur gas acetylene

dengan gas oksigen, pada torch terdapat katup acetylene dan katup

oksigen yang berfungsi untuk mengatur besarnya gas yang akan

dikeluarkan, pada torch juga terdapat nozzle yang berfungsi sebagai

tempat pembakaran campuran gas acetylene dan oksigen.

Gambar 2.17 Torch


2. Jenis-jenis Api Las Asetilen

Ada tiga macam nyala api dalam las oksi-asetilen seperti

ditunjukkan pada gambar di bawah :

A. Nyala asetilen lebih (nyala karburasi)

Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang

digunakan maka di antara kerucut dalam dan kerucut luar akan

timbul kerucut nyala baru berwarna biru. Di antara kerucut

yang menyala dan selubung luar akan terdapat kerucut antara

yang berwarna keputih-putihan, yang panjangnya ditentukan

oleh jumlah kelebihan asetilen. Hal ini akan menyebabkan

terjadinya karburisasi pada logam cair. Nyala ini banyak

digunakan dalam pengelasan logam monel, nikel, berbagai jenis

baja dan bermacam-macam bahan pengerasan permukaan non-

ferous.

Gambar 2.18 Nyala Karburasi

B. Nyala oksigen lebih (nyala oksidasi)

Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk

menghasilkan nyala netral maka nyala api menjadi pendek dan

warna kerucut dalam berubah menjadi ungu. Nyala ini akan

menyebabkan terjadinya proses oksidasi atau dekarburisasi


pada logam cair. Nyala yang bersifat oksidasi ini harus

digunakan dalam pengelasan fusion dari kuningan dan

perunggu namun tidak dianjurkan untuk pengelasan lainnya.

Gambar 2.19 Nyala Oksidasi

C. Nyala netral

Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan

asetilen sekitar satu.Nyala terdiri atas kerucut dalam yang

berwarna putih bersinar dan kerucut luar yang berwarna biru

bening.Oksigen yang diperlukan nyala ini berasal dari

udara.Suhu maksimum setinggi 3300 sampai 3500 oC tercapai

pada ujung nyala kerucut.

Gambar 2.20 Nyala Netral

Cara Menyalakan Dan Mematikan Api Las OAW

1. Cara Menyalakan Api Las Pada Las Oxy-Acetylene :

a. katup pada tabung acetylene dan oksigen.


b. Atur tekanan kerja pada regulator, jika diputar searah

jarum jam maka akan menaikkan tekanan, sebaliknya

akan menutup katup pengatur tekanan pada regulator.

c. Buka katup acetylene pada torch sedikit saja.

d. Nyalakan api menggunakan pemantik.

e. Buka katup oksigen pada torch.

f. atur api pengelasan pada katup torch.

2. Cara Mematikan Api Las Oxy-Acetylene.

a. Tutup katup oksigen pada torch hingga rapat.

b. Tutup katup acetylene pada torch hingga rapat.

c. Tutup katup pada masing-masing tabung dan keluarkan

gas sisa yang terperangkap didalam selang

C. Posisi Pengelasan

A. Posisi Dibawah Tangan

Pada posisi ini benda kerja yang akan dilas berada dibagian bawah

tangan welder.

Gambar 2.21 Posisi Dibawah Tangan

B. Posisi Sejajar Tangan

Pada posisi ini benda kerja yang akan dilas berada sejajar tangan

welder, dimana terdapat dua arah pengelasan yaitu horizontal dan vertikal.
Gambar 2.22 Posisi Sejajar Tangan

C. Posisi Diatas Kepala

Pada posisi ini benda kerja yang akan dilas berada diatas kepala welder.

Gambar 2.23 Posisi Overhead

D. Jenis-Jenis Sambungan

A. Sambungan Temu (Butt Joint)

Sambungan sebidang dipakai terutama untuk menyambung ujung-

ujung plat datar dengan ketebalan yang sama atau hampir sama. Keuntungan

utama jenis sambungan ini ialah menghilangkan eksentrisitas yang timbul

pada sambungan lewatan tunggal. Kerugian utamanya ialah ujung yang akan

disambung biasanya harus disiapkan secara khusus (diratakan atau

dimiringkan) dan dipertemukan secara hati-hati sebelum dilas.


Gambar 2.24 Sambungan Temu

B. Sambungan Sisi (Edge Joint)

Sambungan sisi umumnya tidak struktural tetapi paling sering dipakai

untuk menjaga agar dua atau lebih plat tetap pada bidang tertentu atau

untuk mempertahankan kesejajaran (alignment) awal.

Gambar 2.25 Sambungan Sisi

C. Sambungan Saling Tumpang (Lap Joint)

Sambungan lewatan merupakan jenis yang paling umum. Sambungan

ini mempunyai dua keuntungan utama :

1. Mudah disesuaikan. Potongan tersebut dapat digeser untuk

mengakomodasi kesalahan kecil dalam pembuatan atau untuk

penyesuaian panjang.
2. Mudah disambung. Tepi potongan yang akan disambung tidak

memerlukan persiapan khusus dan biasanya dipotong dengan nyala

(api) atau geseran

Gambar 2.26 Sambungan Tumpang

D. Sambungan Sudut (Corner Joint)

Sambungan sudut dipakai terutama untuk membuat penampang

berbentuk boks segi empat seperti yang digunakan untuk kolom dan

balok yang memikul momen puntir yang besar.

Gambar 2.27 Sambungan Sudut

E. Sambungan T (T-Joint)

Jenis sambungan ini dipakai untuk membuat penampang bentukan

(built-up) seperti profil T, profil 1, gelagar plat (plat girder), pengaku

tumpuan atau penguat samping (bearing stiffener), penggantung, konsol

(bracket). Umumnya potongan yang disambung membentuk sudut tegak

lurus.
Gambar 2.28 Sambungan T

E. Macam-Macam Kampuh Las

A. Kampuh V

Gambar 2.30 Kampuh V

B. Kampuh ½ V

Gambar 2.31 Kampuh ½ V

C. Kampuh X

Gambar 2.32 Kampuh X


D. Kampuh K

Gambar 2.33 Kampuh K

E. Kampuh Double U

Gambar 2.34 Kampuh Double U

F. Kampuh I

Gambar 2.35 Kampuh I

F. Ayunan Elektroda

Adapun jenis-jenis ayunan elektroda adalah sebagai berikut:

A. Alur Spiral

Elektroda digerakkan seperti berbentuk spiral terhadap benda kerja.

Gambar 2.36 Alur Spiral


B. Alur Zig-zag

Elektroda digerakkan berbentuk zig-zag terhadap benda kerja.

Gambar 2.37 Alur Zig-zag

C. Alur Melingkar

Elektroda digerakkan berbentuk melingkar terhadap benda kerja

disepanjang alur yang akan dilas.

Gambar 2.38 Alur Melingkar

D. Alur Segitiga

Elektroda digerakkan menyerupai bentuk segitiga terhadap alur yang

akan dilas.

Gambar 2.39 Alur Segitiga

E. Alur Trapesium

Elektroda digerakkan berbentuk trapesium disepanjang alur

pengelasan

.
Gambar 2.40 Alur Trapesium
G. Peralatan Keselamatan Dalam Pengelasan

Berikut ini adalah peralatan keselamatan yang wajib dipakai

selamapengelasan :

A. Topeng Las

Topeng Las berfungsi untuk melindungi wajah dan mata welder dari

percikan api las serta sinar ultraviolet.

Gambar 2.41 Topeng Las

B. Apron

Apron berfungsi untuk melindungi tubuh welder dari percikan api las.

Gambar 2.42 Apron

C. Sarung Tangan Las

Sarung tangan las berfungsi untuk melindungi tangan welder dari

percikan api las dan sinar ultraviolet.


Gambar 2.43 Sarung Tangan Las

D. Sepatu Safety

Sepatu safety berfungsi untuk melindungi kaki welderdaripercikan

api las, arus listrik dan benda berat serta tajam.

Gambar 2.44 Sepatu Safety

E. Kacamata Las

Kacamata las berfungsi untuk melindungi mata dari percikan bunga

api dan untuk memudahkan welder untuk melihat cairan logam las.

Gambar 2.45 Kacamata Las


F. Gergaji Besi

Gambar 2.46 Gergaji Besi

G. Mistar Baja

berfungsi untuk mengukur benda kerja yang akan di las.

Gambar 2.47 Mistar Baja

H. Kikir,

berfungsi sebagai pengrata benda kerja atau pembuatan kampuh las.

Gambar 2.48 Kikir


I. Fluks (flux), merupakan bahan kimia berbentuk mkserbuk atom pasta dan

ada juga yang di balutkan pada kawat las dan berfungsi sebagai bahan

penyambung.

Gambar 2.49 Fluks

H. Media Pendingin

Dari segala operasi pembentukan dari pengelasan maka akan terjadi

panas yang tinggi sebagai akibat dari las, maka permukaan logam yang

cenderung melekat satu sama lain .

Dan adapun cairan yang digunakan menjadi media pendingin ialah :

1. Dromus oil

Adalah suatu cairan yang dapat larut dalam air. Dan membentuk

emulsi putih yang sangat stabil ketika sudah tercampur dengan air.

2. Oil Mesian SAE 40

Adalah Oli dengan viskositas 40 pada temperature 100° C

penggunaan oli ini sebagai pendingin akan menyebabkan timbulnya

selaput karbon pada spesimen .

3. Air

Merupakan pendingin yang paling tua dan termurah.


2.3 Analisa Perhitungan

1. Untuk kampuh V

Diketahui:

E = 230 volt Tt = 1565 kg/menit

P = 51,35 mm t1 = 9,17 detik

L = 43,45 mm

I = 55A

Cos Ø = Batas toleransi 0,78-0,95 yang dipilih 0,83

Ditanyakan:

a. Beban (F) ….? kg

b. Daya listrik (P) ….? Waat

c. Temperatur (H) ….? Kalor (kal)

Penyelesaian

a. F = Tt.A

A = P. L

Dimana :

F = Beban (kg)

A = Luas penampang (mm2)

Tt = Tegangan tarik (kg/mm2)

P = Panjang (mm)

L = Lebar (mm)

A=P.L

= 51,35 x 43,45
= 2231,15 mm2

F = Tt . A

= 1565 kg/mm2. 2231,15 mm2

= 3,491,749

b. P = E.I cos ∅

Dimana:

P = (Daya listrik) watt

E = (Tegangan listrik) volt (V)

I = (Arus listrik) amper (A)

Cos Ø (kalor daya) 0,78-0,95 yang dipilih 0,83

P = E . I . cos∅

= 230 x 55 x 0,83

= 10,499,5 watt

c. H= 0,24.E.I.t

Dimana:

H = Panas pembawaan (kalor) (kal)

P = Daya listrik (Watt)

T = Waktu (s)

E = Tegangan listrik (Volt) (v)

I = Arus listrik (Amper) (A)

H1 = 0,24 . E . I . t1

= 0,24 . 230,55 . 9,17

= 27,840.12
2. Untuk kampuh K

Diketahui:

E = 230 volt Tt = 1565 kg/mm2

P = 51,25 mm t1 = 08,81 detik

L = 4345 mm t2 = 09,01 detik

Ditanyakan:

a. Beban (F) ….kg?

b. Daya listrik (D) ….Watt?

c. Temperatur panas (H) …. Kalor (kal)

Penyelesaian

a. F = Tt . A

A =P.L

Dimana :

F = Beban (kg)

A = Luas penampang mm2

Tt = Tegangan tarik (kg/mm2)

P = Panjang (mm)

L = Lebar (mm)

A=P.L

= 51,25 mm x 43,45 mm

= 2226,81 𝑚𝑚2

F = Tt . A

= 1565 . 2226,81
= 3.484,957 Kg

b. P = E . I Cos ∅

Dimana :

P = Daya listrik (watt)

E = Tegangan Listrik (Volt/V

I = Arus Listrik (ampere/A)

Cos ∅ = Batas Toleransi (0,78 – 0,95 yang dipilih = 0,83)

𝑃1 = E . I . Cos ∅

= 230 . 55 . 0,83

= 10.499,5 watt

H = 0,24 E . I . t

Dimana :

H = Temperatur panas (kalor/ kal)

P = Daya Listrik (watt)

T = Waktu / sekon (s)

E = Tegangan Listrik (Ampere/A)

ℎ1 = 0,24 . E . I . 𝑡1

= 0,24 . 230 . 55 . 8,81

= 26747,16 Kal

ℎ2 = 0,24 . E . I . 𝑡2

= 0,24 . 230 . 55 . 9,01

= 27354,36 Kal
2.4 Tugas Laporan

A. Tugas laporan

1. Apa manfaat penggunaan dan pengembangan teknologi pengelsan.

2. Apa fungsi elektroda dan terbuat dari bahan apa.

3. Apa yang saudara lakukan jika terjadi kecelakaan pada saat mengelas.

Jawab :

1. Manfaat penggunaan dan pengembangan teknologi pengelasan dapat

dinikmati atau dirasakan oleh para penggunanya karena lebih

mempermudah dalam terjadinya proses penyambungan dengan waktu

yang cukup cepat atau singkat serta produk yang dihasilkannya lebih

baik.

2. Fungsi elektroda yaitu sebagai alat bantu dalam proses pengelasan.

Dimana bahan tersebut dapat mencairkan bahan dasar atau logam

sehingga dapat menyebabkan terjadinya penyambungan antara logam

satu dengan ligam lain. Elektroda terbuat dari logam besi yang dibalut

dengan

3. Apabila pada saat kita mengelas,tiba-tiba percikan dari bunga api las

mengenai kulit atau bagian area tubuh, sebaiknya segera pergi basuh

dengan menggunakan air. Sedangkan apabila kita sedang mengelas

tiba-tiba terjadi suatu masalah pada mesin las, segera matikan atau off

kan mesin las agar arus listrik dapat terputus dan bahaya yang terjadi

dapat teratasi.
2.5 Perencanaan dan Proses Manufaktur

A. Tujuan Percobaan

a. Kami mampu merancang dan mengetahui proses pembuatan produk

dengan menggunakan mesin-mesin perkakas dan alat bantu dengan

teliti.

b. Kami mampu mengetahui konsep merancang produk berdasarkan

prinsip gambar teknik.

c. Kami mampu memprediksi material yang akan dibutuhkan untuk

pembuatan suatu produk.

B. Teori Dasar

A. Proses Manufaktur

Proses manufaktur pada dasarnya merupakan suatu proses yang

mengubah suatu benda baku menjadi bahan setengah jadi atau produk.

jadi dengan menggunakan mesin perkakas sehingga memiliki nilai

tambah (value added).Proses manufaktur dilakukan setelah pengerjaan

perencanaan proses.

Olehnya di dalam perencanaan proses manufaktur ada beberapa hal

yang harus di perhatikan yaitu :

1. Pemiliharaan bahan yang sesuai dengan bill of material yang telah

direncanakan

2. Pemiliharaan mesin atau fasilitas proses yang sesuai dengan bentuk

komponen yang akan dikerjakan.

3. Pengerjaan akhir atau evaluasi akhir.


Peralatan produksi secara umum terbagi atas 2 yaitu :

1. Peralatan Konvensional

2. Di mana saat pengerjaan produk tidak menggunakan tenaga mesin :

mesin frais, mesin bubut, dan mesi sekrap.

3. Peralatan Non Konvensional

Peralatan produksi di mana saat pengerjaan produk menggunkan

tenaga manusia contoh :gurinda, gergaji tangan, dan alat bor.

Dengan mengerjakan produk “wastafel” alat dan bahan serta mesin yang di

gunakan adalah :

a. Gerinda potong atau mesin

b. Gerinda tangan

c. Mesin las

d. Mesin bor

e. Mistar rol

f. Material besi

g. Cat, tiner, dempul, amplas

Proses kerja yang dilakukan dalam pembuatan meja komputer antara lain :

a. Pengukuran

b. Pemotongan

c. Perakitan

d. Pengelasan

e. Penghalusan

f. Pemeriksaan

g. Paku keling
B. Estimasi Biaya

Estimasi biaya (produk cost) adalah biaya yang di perlukan untuk

membuat suatu produk atau pengadaan beberapa fasilitas baik berupa

barang atau jasa. Estimasi biaya adalah erupakan unsur terpenting dalam

pengelolaan suatu perusahaan sebab biaya sangat menentukan tingkat

keuntungan yang akan diperoleh suatu perusahaan apabila produk yang

sudah diproses akan dipasarkan kepada konsumen. Biaya atau cost

mempunyai pengertian sebagai suatu pengeluaran yang dapat di ukur

dengan uang. Baik yang telah sedang maupun yang akan di keluarkan untuk

menghasilkan suatu produk.

1. Konsep dan Klasifikasi Biaya

a. Biaya dalam Arti Luas

Penggunaan sumber – sumber yang diukur dalam satuan uang yang

telah terjadi untuk objek atautujuan tertentu.

b. Harga Pokok

Adalah penggunaan berbagai sumber ekonomi yang digunakan untuk

menghasilkan produk atau memperoleh aktiva.

c. Penjualan atau Pendapatan

Digunakan untuk menyatatakan nilai satuan uang dari penjualan

produk atau penjualan jasa.

d. Laba

Adalah selisih antara penjualan di banding dengan harga produk

penjualan atau antara pendapatan dengan biaya atau penjualan

pendapatan lebih besar dari harga pokok penjualan atau biaya.


e. Rugi

Jika penjualan atau pendapatan lebih kecil dari harga pokok penjualan

atau penggunaan biaya sumber ekonomi yang tidak menghasilkan

pendapatan.

Sesuai dengan kebutuhan pemakai informal, biaya pendapat

diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Fungsi kegiatan utama

b. Pengaruh perubahan volume kegiatan terhadap biaya.

c. Priode pembebanan biaya terhadap pendapatan

d. Dapat atau tidaknya biaya di defenisikan terhadap objek biaya

e. Dapat atau tidaknya dikendalikan

f. Biaya produksi adalah biaya yangberkaitan dengan proses

pengolahan bahan baku menjadi produk selesai yang siap di jual.

Di mana biaya di bagi menjadi tiga yaitu :

1. Biaya Bahan

Adalah nilai uang dari penggunaan bahan yang diolah

menjadi produk selesai.

Bahan-bahan yang diolah dapat dipisahkan menjadi :

a. Biaya Bahan Baku

Adalah bahan yang dapat didefenisikan dengan produk

yang dihasilkan nilainya relative besar dan umumnya sifat

bahan baku masih melekat pada produk yang di hasilkan.


b. Biaya Bahan Pembantu

Adalah meliputi bahan yang berfungsi sebagai pembantu

atau pelengkap dalam pengelolaan baku menjadi produk selesai

dannilainya relative kecil.

2. Biaya Tenaga Kerja

Adalah upaya tenaga kerja yang mengerjakan proses

produksi yang diberikan dengan berupa gaji atau upah

3. Perilaku Bahan

Suatu pola perubahan biaya dalam kaitannya dengan

volume kegiatan atau aktifitas perusahaan besar kecilnya biaya

dipengaruhi oleh besar kecilnya volume produksi atau volume

penjualan berdasarkan hubungannya dengan perubahan volume

kegiatan perusahaan dapat digolongkan atas :

a. Biaya Variabel

Biaya-biaya yang totalnya selalu berubah secara

propesional (sebanding) dengan volume kegiatan

perusahaan. Besar kecilnya biaya dipengaruhi besarkecilnya

oleh produksi/penjualan secara propesional.

b. Biaya Tetap

Biaya-biaya yan dalam jarak kapasitas tertentu

totalnya tetap meskipun volume kegiatan perusahaan

berubah-ubah sejauh tidak melampaui kapsitas. Biaya tetap


total dipengaruhi oleh besar kecilnya volume kegiatan

perusahaan misalnya gaji perusahaan penyusutan aktiva

tetap yang dihitung dengan metode garis lurus

c. Biaya Semi Variable

Biaya-biaya yang totalnya selalu berubah tetapi tidak

propesional dengan perubahan volume kegiatan perusahaan.

Berubahnya biaya ini tidak dalam tingkatan perubahan yang

konstan.

d. Biaya Over Head Pabrik (Biaya Pengeluaran Tidak

Terduga Pabrik)

Adalah semua kkomponen biaya produksi selain

biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung antara

lain :

1. Biaya bahan baku

2. Biaya tenaga kerja langsung

3. Biaya penyusutan aktifa pabrik

4. Asuransi banguna pabrik

5. Reparasi dan pemeliharaan aktiva

6. Biaya tetap pabrik

7. Biaya listrik pabrik

8. Biaya telepon pabrik


9. Biaya utama adalah jumlah biaya bahan baku dengan

biaya tenaga kerja langsung yaitu biaya yang secara

langsung berpengaruh terhadap jumlah produk.

e. Biaya Konvensi

Adalah jumlah tenaga kerja langsung dengan dengan

biaya over head pabrik yaitu biaya yang dibutuhkan untuk

mengelolah bahan menjadi produk yang selesai.

f. Biaya Pemasaran

Adalah biaya yang berkaitan dengan kegiatan mulai

dari memperkenalkan produk sampai pada penagihan

hasil penjualan produk antara lain :

1. Biaya iklan

2. Biaya angkutan penjualan atau biaya transportasi

penjualan

3. Biaya tenaga kerja

4. Biaya pemeliharaan

5. Biaya penyusutan

6. Biaya reparasi

7. Biaya asuransi aktiva tetap yang digunakan untuk

kegiatan penjualan pabrik jasa.

Untuk menggambar hubungan antara biaya total dengan

volume kegiatan perusahaan pada umumnya dinyatakan dengan

fungsi biaya sebagai berikut :


Biaya total = biaya tetap total + biaya variable/unit x

volume kegiatan

maka fungsinya : Y = a + b . x

dimana : Y = biaya total

X = volume kegiatan

A = biaya tetap total

B = biaya variable/unit

Penelitian harga pokok produksi dan harga pokok penjualan

terbagi atas dua kegiatan :

1. Metode full costing

2. Metode variable costing

Karena perlakuan terhadap biaya yang bersifa tetap yang

berbeda, menimbulkan dua konsep perhitungan penentuan Hpp.

Metode full costing biaya over head tetap perthitungkan

dalam harga pokok. Oleh karena itu full custing biaya over head

pabrik tetap belum diakui sebagai biaya sampai saat produk atau

jasa yang bersangkutan terjual, karena biaya over head pabrik

tetap melekat pada persediaan produk atau jasa yang belum terjual.

Menurut variable costing, biaya tersebut diperlakukan sebagai

biaya periodik, oleh karena itu yang diperlakukan biaya over head

pabrik tetap sebagai biaya periodik, sehingga langsung diakui

sebagai biaya saat terjadinya.


g. Berdasarkan Laporan Rugi Laba

Pada full costing, biaya dikelompokkan berdasarkan

prilakunya terhadap perubahan volume kegiatan perusahaan.

Contoh :

Bentuk laporan rugi laba berdasarkan metode full costing dan

variable costing.

1. Metode Full Costing

Hasil penjualan Rp.xxx

Harga pokok penjualan (termasuk BOP tetap) Rp.xxx

Laba kotor Rp.xxx

Biaya pemasaran Rp.xxx

Biaya administrasi Rp.xxx

Laba bersih Rp.xxx

2. Metode Variabel Costing

Harga jual produk yang ditetapkan oleh suatu

perusahaan , tentu harga jual yang dapat bersaing

dipasarkan. Penentuan harga jual yang dapat bersaing

bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan. Harga jual yang

terlalu tinggi dapat berakibat kalahnya perusahaan dalam

persaingan. Sedangkan harga yang terlalu rendah dapat

tercapainya laba pada tingkat yang dikehendaki.


C. Analisa Perhitungan Produk

Dari produk pembuatan wastafel,maka total pengeluaran

- Wastafel Rp 107.000,00

- Drum Rp 160.000,00

- Keran air Rp 34.000,00

- Pipa Rp 20.000,00

- Engsel pintu Rp 24.000,00

- Saluran pembuangan Rp 15.000,00

- Cat avian warna hitam Rp 16.000,00

- Sambungan pipa Rp 1.500,00

- Tenis Rp 8.000,00

- Kuas 1 buah Rp 4.000,00

TOTAL PENGELUARAN : Rp 498.000,00

Anda mungkin juga menyukai