Anda di halaman 1dari 43

LAS

1. Las Karbit (Oxy 4. Gas Tungsten Arc


Acetylene Welding) Welding (GTAW)

2. Shielded Metal Arc 5. Macam-Macam


Welding (SMAW) Sambungan Las

3. Gas Metal Arc


6. Cacat Lasan
Welding (GMAW)
KLASIFIKASI PENGELASAN
Berdasarkan cara pelaksanaannya, pengelasan dapat dikelompokkan
menjadi 3, yaitu :
1. Pengelasan cair adalah cara pengelasan dimana logam induk
(bagian yang akan disambung) dan bahan tambah dipanaskan
hingga mencair kemudian membiarkan keduanya membeku
sehingga membentuk sambungan.
2. Pengelasan tekan adalah cara pengelasan dimana kedua logam
yang akan disambung dipanaskan, kemudian ditekan
hingga keduanya menyatu.
3. Pematrian adalah cara penyambungan dimana kedua logam
disatukan dengan menggunakan bahan tambah paduan logam
yang mempunyai titik cair lebih rendah dari logam yang
disambung (logam induk), dan logam induk tidak ikut mencair.
Dari klasifikasi cara pengelasan pada bagan 1 akan
dibahas cara-cara pengelasan yang banyak digunakan
dilapangan, yaitu :

1. Oxy Acetylene Welding (OAW)


2. Shielded Metal Arc Welding (SMAW)
3. Gas Metal Arc Welding (GMAW)
4. Gas Tungsten Arc Welding (GTAW)
Bagan Klasifikasi pengelasan
1. Las Karbit (Oxy Acetylene Welding)
Proses pengelasan secara manual, dimana permukaan logam
yang akan disambung dipanaskan hingga meleleh oleh nyala
(flame) gas acetylene. dengan bahan tambah atau tanpa
bahan tambah (logam pengisi), kemudian membiarkannya
hingga bagian yang mencair tersebut membeku.
Gas asitelin diperoleh dengan cara mereaksikan antara calcium
carbide (Ca C2) dengan air (H2O). Reaksi dari dua unsur
tersebut akan menghasilkan gas asitelin (C2H2), Calcium
hidroksida (Ca(OH)2) dan kalor.

Oxy Acetylene Welding


Bagian-bagian las oxy acetylene
1. Tabung Gas
a. Tabung penyimpan gas b. Tabung penyimpan gas
asam (oksigen). oxy acetylene
Tabung penyimpan oksigen biasanya Tabung gas acetylene di dalamnya diisi
berwarna biru, hijau, atau abu-abu. dengan bahan berpori untuk
Dibandingkan dengan tabung menyerap aseton. Selama tabung
acetylene, tabung oksigen lebih tinggi tidak bocor dan tidak kena panas yang
sehingga mudah mengenalinya, berlebihan gas acytelene tersebut
perbedaan lainya adalah ulir tutup tetap aman, untuk mencegah
tabung, untuk gas oksigen meledaknya tabung akibat temperatur
menggunakan ulir kanan sedangkan yang tinggi maka dilengkapi dengan
tutup tabung gas acetylene penyumbat lebur (penyumbat lebur
menggunakan ulir kiri. Tabung pada temperatur 100 C). Penyumbat
tersebut harus cukup kuat menahan tersebut akan lebur sebelum tabung
tekanan gas (15 – 30 atm) yang acetylene meledak karena panas
berada di dalamnya berlebihan.

Gambar Tabung Oxy acetylene


2. Regulator (pengatur tekanan kerja gas
asitelin atau oksigen)
Dari tangki oksigen atau tangki asitelin gas tersebut mengalir ke pembakar
dengan terlebih dahulu diatur tekanannya. Alat yang berfungsi sebagai peng-
atur dan penurun tekanan isi tangki menjadi tekanan kerja yang tetap besarnya
adalah regulator. Regulator terdiri atas baut pengatur tekanan kerja, saluran gas
dan pengukur tekanan (manometer). Masing-masing tangki terdapat dua
manometer yaitu manometer tekanan isi tangki dan manometer tekanan kerja.
Manometer tekanan isi tangki berfungsi untuk mengukur tekanan gas di dalam
tangki sedangkan manometer tekanan kerja berfungsi untuk mengukur tekanan
gas yang mengalir ke pembakar.
Prinsip kerja salah satu jenis regulator adalah sebagai berikut :

Gambar Regulator
Apabila kran pada tangki gas dibuka maka gas akanmasuk ke ruang
A tekanannya ditunjukkan oleh manometer G, bila baut pengatur
F diputar searah jarum jam maka pegas F akan mendesak
membran D hingga katup C terbuka Selanjutnya gas dari ruang A
masuk ke ruang B, bila tekanan gas pada ruang B lebih besar dari
pada tekanan pegas maka katup C akan menutup kembali.
Tekanan gas di ruang B dapat dilihat pada manometer H, besarnya
tekanan dapat diatur dengan cara memutar baut pengatur F.

Campuran
oksigen &
acetylene
pembakar

Gambar Regulator & Pembakar


Apabila katup pembakar dibuka maka gas di ruang B keluar
melalui selang gas dan kemudian menuju ke pembakar, akibatnya
tekanan gas di ruang B turun sedemikian hingga lebih kecil dari
tekanan pegas F akibatnya membran akan membuka katup C dan
gas dari ruang A masuk lagi ke ruang B. Demikian seterusnya.

Yang perlu diperhatikan dalam mengoperasikan regulator:


 Bedakan antara regulator oksigen dan regulator asitelin
 Pasang regulator yang sesuai untuk masing-masing tangki gas
 Jangan menggunakan regulator yang sudah rusak
 Jangan memegang regulator pada manometernya
 Sebelum membuka kran tangki tutuplah terlebih dahulu kran regulator
dengan cara memutar baut pengatur berlawanan arah jarum jam
hingga terasa longgar
 Putar baut pengatur perlahan-lahan searah jarum jam untuk mengatur
tekanan kerja yang diperlukan.
Cara menyalakan dan mematikan api las
(pada pembakar)
Cara menyalakan :
 Atur tekanan kerja sesuai penggunaan dalam pengelasan.
 Buka kran asitelin pada pembakar (brander) kemudian nyalakan dengan
menggunakan korek api las.
 Atur aliran asitelin sehingga nyala yang terjadi tidak terlalu besar atau
terlalu kecil.
 Buka kran oksigen pada pembakar (brander) perlahan-lahan agar api tidak
mati atau meletup.
 Atur nyala api las sesuai dengan pekerjaan pengelasannya.

Cara mematikan :
 Tutup kran gas asitelin pada pembakar (nyala api akan mati).
 Tutup kran oksigen pada pembakar.
 Tutup kran tangki gas asitelin maupun oksigen.
 Buka kran asitelin dan oksigen pada pembakar hingga kedua manometer
menunjuk angka nol.
Selang
Selang las dibedakan menjadi dua Yang perlu diperhatikan adalah :
yaitu selang oksigen dan  Sebelum dipasang (selang baru)
acetylene. Kedua selang tersebut tiuplah selang tersebut
harus kuat menahan tekanan gas menggunakan gas dari tabung,
 10 kg/cm2 dan harus fleksibel. untuk membersihkan kotoran
Warna selang oksigen hijau atau yang ada di dalamnya.
biru sedangkan untuk acetylene  Sebelum digunakan periksa dari
berwarna merah. Ciri lainnya kemungkinan adanya kebocoran
adalah ulir mur selang acetylene
 Gulung selang dengan baik setelah
ulir kiri sedangkan untuk mur
selang oksigen ulir kanan. digunakan

Gambar Sambungan selang oksigen Gambar Sambungan selang asetylene


Pembakar
Pembakar atau brander berfungsi untuk mencampur acetylene dengan
oksigen serta mengatur pengeluaran gas campuran tersebut. Campuran
gas tersebut keluar melalui mulut pembakar untuk dinyalakan.

Ada dua jenis pembakar yaitu :


 Jenis injektor (Injector torch)/ pembakar tekanan rendah
Gas asetylene terdorong oleh aliran oksigen yang mempunyai
tekanan lebih besar dari pada tekanan asetylene.
Campuran oksigen & acetylene Oksigen
pembakar

Acetylene

Katup asetylene
Katup oksigen

Gambar Pembakar jenis injektor


 Jenis tekanan rata (Balance presure torch)
Tekanan asetylene dan oksigen sama besarnya sehingga keduanya
dicampur terlebih dahulu agar homogen.

Ruang
Campuran
pencampur Katup oksigen
Oksigen & asetylene

Katup asetylene
Katup oksigen

Katup asetylene

Gambar Pembakar jenis tekanan rata


Pembakaran Oxy-asetylene
Dari pembakaran gas asitelin (gas asitelin + oksigen) akan
menimbulkan nyala api yang berbeda-beda, tergantung dari
jumlah masing-masing komposisinya. Masing-masing nyala api
(busur api) las tersebut digunakan untuk mengelas logam yang
berbeda-beda.
Penggunaan tersebut antara lain :
- Nyala api netral
Kerucut nyalanya terlihat nyata, berwarna biru
Nyala api ini terjadi bila komposisi campuaran asitelin dan
oksigen sama besarnya, digunakan untuk mengelas baja,
tembaga dan aluminium.
- Nyala api karburasi
Kerucut nyala dan selubung lebih panjang, warna kemerah-
merahan. Nyala api ini terjadi bila komposisi campuran asitelin dan
oksigen lebih besar asitelin, digunakan untuk mengelas bronz
(perunggu) dan aluminium.

- Nyala api oksidasi


Kerucut nyala pendek berwarna putih, berbunyi gemuruh.
Nyala api ini terjadi bila komposisi campuran asitelin dan oksigen
lebih besar oksigen, digunakan untuk mengelas brass (kuningan) dan
besi.

BACK
2. Shielded Metal Arc Welding (SMAW)

Proses pengelasan dengan busur listrik adalah


menyambung dua logam atau lebih dengan jalan
melelehkan kedua bagian logam yang akan disambung
tersebut menggunakan busur nyala listrik. Terjadinya
busur nyala las tersebut disebabkan oleh perbedaan
tegangan listrik antara kedua kutub (elektroda dan benda
kerja). Pada las ini benda kerja merupakan bagian dari
rangkaian aliran arus listrik.
Las busur dengan elektroda terbungkus (Shielded Metal Arc
Welding, SMAW)
Busur nyala listrik terjadi diantara ujung elektroda dengan benda kerja,
karena panas dari busur nyala tersebut maka ujung elektroda dan benda
kerja meleleh. Lelehan logam pada ujung elektroda ini dipindahkan oleh
arus busur nyala ke benda kerja. Kedua logam cair tersebut (benda kerja
dan lelehan ujung elektroda) terlindungi dari oksidasi oleh gas dan terak.

Gambar Proses pengelasan


Jenis arus listrik
Berdasarkan arus listrik yang digunakan, dapat dibedakan menjadi dua
yaitu :
A. Arus bolak-balik (Alternating Current)
Mesin las arus bolak-balik lebih murah, penggunaannya mudah dan
perawatannya sederhana bila dibandingkan dengan mesin las arus
searah.
Arus jaringan listrik (PLN) diubah menjadi arus bolak-balik
(menggunakan transformator) yang sesuai dengan arus yang diperlukan
untuk mengelas.

Gamba Mesin las listrik AC


B. Arus searah (Direct Current)
Keunggulan mesin las listrik arus searah adalah mantapnya busur nyala,
sehingga cocok untuk pengelasan pelat tipis. Arus searah yang digunakan ini
dapat diperoleh dari jaringan listrik (PLN) yang diubah menjadi arus searah,
atau dari generator pembangkit listrik arus searah.

Gambar Mesin las listrik DC


Elektroda
Kode elektroda menurut AWS (American Welding Society)
Pengkodean menurut AWS untuk elektroda las busur listrik terdiri
dari satu huruf pertama E dan diikuti empat angka, dua angka (X0)
menunjukkan kekuatan tarik minimum (X0 kali 1000 spi), satu
angka berikutnya (digit ke 3) menunjukkan posisi pengelasan
kemudian satu angka terakhir (digit ke 4) menunjukkan jenis
pembukus dan jenis arus.
1. Posisi pengelasan
Ada 4 macam posisi pengelasan yaitu :

Gambar Posisi pengelasan


2. Pembungkus/ selaput
Fungsi selaput elektroda adalah :
- Membuat busur api stabil dan mudah dikontrol.
- Selaput elektroda akan menghasilkan gas CO2 pada waktu
terbakar, yang melindungi cairan las, busur api listrik dan
sebagian benda kerja terhadap udara luar. Udara luar
mengandung oksigen dan nitrogen yang dapat mempengaruhi
sifat mekanik logam yang dilas.
- Membuat terak pelindung yang dapat mengurangi kecepatan
pendinginan sehingga benda kerja tidak rapuh akibat
pendinginan cepat.
- Membantu mengontrol ukuran dan frekwensi tetesan logam
cair.
- Memungkinkan digunakannya posisi pengelasan yang berbeda.
Untuk menentukan jenis elektroda yang sesuai dengan perencanaan pengelasan
maka harus mempertimbangkan beberapa aspek, diantaranya adalah :
- Jenis logam yang akan dilas
- Tebal logam yang akan dilas
- Posisi pengelasan
- Bentuk kampuh benda kerja
- Kekuatan hasil pengelasan

Untuk menentukan besarnya arus pengelasan tergantung pada :


- Diameter elektroda
- Tebal logam yang akan dilas
- Jenis elektroda yang akan digunakan
- Posisi pengelasan
- Polaritas kutub-kutubnya
- Pengaturan besarnya arus dilakukan dengan cara memutar handel pengatur
arus. Besarnya arus yang digunakan dapat dibaca pada skala arus yang
terdapat pada mesin las. Contoh besarnya arus yang diperlukan dapat dilihat
pada tabel dibawah
Tabel Diameter elektroda & besar arus

BACK
3. Gas Metal Arc Welding (GMAW)
Jenis las ini juga disebut Las Metal Inert Gas (MIG) disebut juga las sigma
panas yang digunakan untuk mencairkan benda kerja dan bahan
tambahnya diperoleh dari busur nyala api antara elektroda (yang meleleh)
dengan benda kerjanya. Sekeliling elektrodanya dihembuskan gas argon
(gas mulia, Inert) yang tidak bereaksi dengan zat apapun, sehingga cairan
logam (benda kerja dan bahan elektroda-nya) terhindar dari pencemaran
yang dapat mempengaruhi hasil pengelasan.
10

2 7 1
8 3

5
6 4

Keterangan :
1. Pemegang 5. Kabel las 8. Tabung gas mulia
elektroda 6. Pembangkit 9. Saluran pembuangan air
2. Gulungan tegangan frekwensi pendingin
elektroda tinggi 10. Kran air pendingin
3. Elektroda 7. Saluran gas mulia
4. Benda kerja

Gambar Instalasi las GMAW (MIG)


Elektroda las MIG ini berupa kawat yang pengumpanannya
(gerakannya) diatur oleh motor secara otomatis, kawat akan
disalurkan keluar secara otomatis melalui pemegang sekaligus
sebagai pengarahnya dari gulungan kawat yang sangat panjang.
Karena kekuatan arusnya yang tinggi, kecepatan pengelasannya
juga tinggi.

BACK
4. Gas Tungsten Arc Welding (GTAW)
Jenis las ini juga disebut las TIG (Tungsten Inert Gas) sering disebut juga las
Argon Arc panas yang digunakan untuk mencairkan benda kerja dan bahan
tambahnya diperoleh dari busur nyala api antara elektroda wolfram (yang
tidak meleleh) dengan benda kerjanya. Sekeliling elektrodanya
dihembuskan gas argon (gas mulia, Inert) yang tidak bereaksi dengan zat
apapun, sehingga cairan logam (benda kerja dan bahan tambahnya)
terhindar dari pencemaran yang dapat mempengaruhi hasil pengelasan.

saluran gas

bahan tambah

saluran air

benda kerja elektroda wolfram

Gambar Pemegang elektroda


Keterangan :
1. Pemegang
elektroda
2. Bahan tambah
3. Elektroda
4. Benda kerja
5. Kabel listrik
6. Pembangkit
tegangan
Frekwensi tinggi
7. Saluran gas mulia
8. Tabung gas mulia
9. Saluran air
pendingin
10. Kran air pendingin
Gambar Instalasi las GTAW (TIG)
Pengelasan jenis ini cocok untuk semua logam, tetapi lebih cocok
untuk semua logam yang sangat cepat beroksidasi seperti
aluminium, magnesium, tembaga dan baja yang berpaduan tinggi.
Sebagai bahan tambah digunakan batangan batangan logam yang
sesuai dengan bahan benda kerjanya (bahan yang dilas). Karena
panas yang diterima elektroda sangat tinggi maka agar tidak
merusak pemegang elektrodanya perlu diberi pendingin air. Untuk
menyalakan busur api, elektrodanya tidak perlu menyentuh benda
kerja dan supaya busur apinya stabil, dipasang suatu alat
pembangkit tegangan pembantu berfrekwensi tinggi. . Logam yang
dapat dilas dengan las MIG juga dapat dilas dengan las TIG. Bila
pada las MIG selalu menggunakan arus bolak-balik las TIG
menggunakan arus searah.
BACK
5. Macam-Macam Sambungan Las
Sambungan las atau sering disebut kampuh ada bermacam-
macam, tujuannya adalah untuk mendapatkan kekuatan
pengelasan yang lebih baik.
Bentuk kampuh dibuat dengan beberapa pertimbangan, yakni:
 Sifat beban yang diterima
 Arah beban yang diterima
 Posisi pengelasan
 Tebal benda kerja
 Biaya pembuatan kampuh
Beberapa macam kampuh yang sering dikerjakan adalah :
1. Kampuh I

2. Kampuh X

3. Kampuh setengah V
dan kampuh V
4. Kampuh J tunggal
dan J ganda

5. Kampuh U tunggal
dan U ganda

6. Kampuh T (biasa)
7. Kampuh T
(setengah V dan V ganda)

8. Kampuh T
(J tunggal dan J ganda)

9. Kampuh berimpit
10. Kampuh sudut tempel

11. Kampuh sudut setengah terbuka


dan terbuka penuh

12. Kampuh isi

BACK
6. Cacat Lasan
Dalam pengelasan diharapkan menghasilkan sambungan yang
sesuai dengan perencanaan. Maka mulai dari persiapan
bentuk kampuh, pemilihan jenis mesin las, pemilihan
elektoda, dll hingga proses pengelasan harus betul-betul
diperhatikan.
Cacat lasan yang dapat terjadi antara lain :
1. Terak yang tertimbun
Tertimbunnya terak oleh lasan akan mengurangi kekuatan sambungan karena
bagian yang terisi terak tersebut mestinya terisi lasan.
Hal ini terjadi karena :
a. Cara membersihkan terak hasil pengelasan yang terdahulu kurang bersih,
sehingga sisa terak tertimbun oleh lapisan berikutnya
b. Ayunan elektroda terlalu lebar sehingga terak las sempat membeku pada waktu
ayunan elektroda kembali
c. Terak mendahului busur listrik, sehingga tertimbun lasan (terutama terjadi pada
sambungan dengan kampuh yang dalam)
d. Kecepatan pengelasan yang tidak kontinyu.

Cara penanggulangannya :
a. Tiap lapisan lasan, terak harus dibersihkan hingga betul-betul bersih
b. Kurangi lebar ayunan elektroda
c. Sesuaikan kedalaman kampuh dengan elektroda yang digunakan
d. Usahakan kecepatan pengelasan yang kontinyu
2. Porositas
Porositas adalah bintik-bintik lubang yang ukurannya sangat kecil pada lasan
Hal ini terjadi karena :
a. Adanya kotoran di permukaan benda kerja (debu, minyak, dan karat)
b. Kelembaban selaput elektroda melebihi batas yang diizinkan
c. Panjang busur yang terlalu besar
d. Arus yang digunakan terlalu besar
e. Kecepatan pengelasan terlalu tinggi sehingga gas pelindung kurang
berfungsi
f. Cairan lasan terlalu cepat membeku sebelum gas-gas keluar dari cairan lasan

Cara penanggulangannya :
a. Bersihkan dengan benar permukaan benda kerja
b. Keringkan elektroda menggunakan oven dan simpan elektroda pada tempat
yang tidak lembab.
c. Gunakan panjang busur yang tepat dan tetap
d. Gunakan arus sesuai kebutuhan
e. Kurangi kecepatan pengelasan
f. Lakukan pemanasan awal pada benda kerja
3. Takik-takik (Undercut)
Takik-takik adalah benda kerja yang “termakan oleh las”, Takik-takik dapat terjadi
pada antara bahan las dengan bahan benda kerja tetapi dapat juga terjadi pada
bahan lasnya saja.
Hal ini terjadi karena :
a. Kuat arus pengelasan terlalu tinggi
b. Ayunan elektroda las terlalu cepat
c. Benda kerja terlalu panas
d. Panjang busur terlalu tinggi

Cara penanggulangannya :
a. Kurangi arus pengelasan
b. Ayunan elektroda jangan terlalu cepat, dan usahakan caiaran las untuk mengisi
daerah las
d. Usahakan benda kerja agak dingin dengan cara berhenti sebentar pada tiap
lapisan
4. Hot cracking
Hot cracking adalah suatu retakan yang biasanya terjadi pada saat cairan las mulai
membeku.
Hal ini terjadi karena :
a. Luas penampang lasan yang terlalu kecil dibandingkan dengan besar benda kerja
yang dilas sehingga terjadi pendinginan yang cepat
b. Sifat regang elektroda las kurang baik

Cara penanggulangannya :
a. Memberi pemanasan awal pada benda kerja
b. Memperluas penampang lasan
c. Menggunakan elektroda low hydrogen yang mempunyai sifat regang yang relatif
tinggi

BACK
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai