Anda di halaman 1dari 10

PENGERTIAN LAS ASETILIN / LAS KARBIT

BY RAHMAT BRONTOK , AT SEPTEMBER 01, 2014 , HAVE 1 COMMENT

Las karbit asetilin


Pengelasan dengan oksi – asetilin adalah proses pengelasan secara manual
dengan pemanasan permukaan logam yang akan dilas atau disambung sampai mencair
oleh nyala gasasetilin melalui pembakaran C2H2 dengan gas O2 dengan atau tanpa
logam pengisi. Proses penyambungan dapat dilakukan dengan tekanan (ditekan), sangat
tinggi sehingga dapat mencairkan logam.
Peralatan
Peralatan las asetilen berupa generator acetylen yaitu alat yang digunakan untuk
memproduksi acetylene melalui proses reaksi kalsium karbida dengan air. Proses reaksi
kimia ini sangat sederhana, yaitu dengan mempertemukan kalsium karbida (batu
karbit/C2H2) dengan air secara proporsional yang selanjutnya diikuti terjadinya reaksi
sehingga menghasilkan gas asetilen.
Generator acetylene dibedakan berdasarkan kapasitas, pelayanan, cara kerja dan
tekanan.
o berdasar kapasitas dapat digolongkan dalam beberapa tingkat, seperti 0,8; 1,25; 2; 3,2; 5;
10; 20; 40 dan 80m3/jam
o berdasar pelayanan dibedakan atas:
· generator portable (dapat dipindah-pindah) biasanya berukuran kecil dan berkapasitas
antara 30 sd 60 Cu.ft/jam (1 Cu.ft = 0,028 m3)
· generator stasioner (tetap) yaitu generator untuk industri-industri besar dan
penempatannya tetap tidak dipindah-pindah.
o Berdasarkan proses kerjanya / cara kerja
Yang dimaksud cara kerja di sini adalah sistem pembentukan asetilen di dalam
generator. Berdasarkan cara kerja generator ini dibedakan atas dua jenis, yaitu :
· pesawat pencampur yang menggunakan
- sistem tetes (air ke karbit)
- sistem lempar (karbit ke air)
· pesawat kontak, di mana karbit dan air dibuat bereaksi pada waktu tertentu. Sistem ini
dikenal dengan sistem celup atau sistem desak.
Penggunaan generator ini dapat digantikan oleh tabung gas acetylen yang
diproduksi oleh perusahaan.

Pembakar las (brander)


Pembakar las adalah alat yang berfungsi sebarai:
§ pencampur gas acetylene dan gas oksigen
§ pengatur pengeluaran gas
§ pembangkit nyala api
Penggunaan brander dipilih berdasarkan pertimbangan ketebalan bahan.
Hubungan keduanya dapat dilihat pada tabel berikut :
Bahan tambah
Bahan tambah/bahan pengisi adalah suatu batang logam yang digunakan sebagai
bahan pengisi. Ukuran kawat ini di pasaran biasanya dijual dengan panjang 900mm
berdiameter 1.6; 2.5; 3.2; 4.0; 5.0; 6.0; 8.0; 10.0mm. penggunaanya kawat las ini harus
disesuaikan dengan jenis bahan yang akan dilas, kecuali untuk membrazing. Bahan
kawat tambah yang tersedia seperti baja lunak, besi tuang, stainless steel, tembaga,
paduan tembaga, alumunium dan paduan alumunium.

Flux

Flux adalah bahan kimia yang digunakan pengelasan logam yang bukan baja
lunak, seperti alumunium, tembaga, besi tuang, stainless steel.
Flux berfungsi untuk melindungi cairan logam dari oksidasi udara luar dan
menghilangkan bahan-bahan bukan logam. Flux tersedia dalam bentuk cair, pasta dan
serbuk. Cara pemakaiannya adalah dengan mengoleskannya ke bahan dasar atau pada
kawat tambahnya dengan cara dipanasi terlebih dahulu kemudian dicelupkan pada flux
serbuk.
Jenis flux yang digunakan dalam pengelasan seperti : borax (NaB4O7), sodium
karbonat (Na2CO3), sodium bikarbonat (NaHCO3), sodium silikat, polassium borat,
karbonat, khlorida, sulphat, dan borik acid (H2BO3). Penggunaan flux ini dapat diketahui
dari keterangan yang mengikutinya yang ditetapkan oleh pembuat (pabrik)
Pengelasan Dengan Gas Oksi-asetilin
Las karbit atau las asetilen adalah salah satu perkakas perbengkelan yang sering
ditemui. Pengoperasiannya yang cukup mudah membuatnya sering digunakan untuk
menghubungkan dua logam atau welding.Secara umum, perkakas las asetilen adalah
alat penyambung logam melalui proses pelelehan logam dengan menggunakan energi
panas hasil pembakaran campuran gas asetilin dangas oksigen.Perangkat perbengkelan
las karbit digunakan untuk memotong dan menyambung benda kerja yang terbuat dari
logam (plat besi, pipa dan poros)
Pengelasan dengan gas dilakukan dengan membakar bahan bakar gas yang
dicampur dengan oksigen (O2) sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu tinggi
(3000o) yang mampu mencairkan logam induk dan logam pengisinya. Jenis bahan bakar
gas yang digunakan asetilen, propan atau hidrogen, sehingga cara pengelasan ini
dinamakan las oksi-asetilen atau dikenal dengan nama las karbit.
Nyala asetilen diperoleh dari nyala gas campuran oksigen dan asetilen yang
digunakan untuk memanaskan logam sampai mencapai titik cair logam induk.
Pengelasan dapat dilakukan dengan atau tanpa logam pengisi.
Oksigen diperoleh dari proses elektrolisa atau proses pencairan udara. Oksigen
komersil umumnya berasal dari proses pencairan udara dimana oksigen dipisahkan dari
nitrogen. Oksigen ini disimpan dalam silinder baja pada tekanan 14 MPa. Gas asetilen
(C2H2) dihasilkan dari reaksi kalsium karbida dengan air. Gelembung-gelembung gas
naik dan endapan yang terjadi adalah kapur tohor. Reaksi yang terjadi dalam tabung
asetilen adalah :

CaC2 + 2H2O ® Ca(OH)2 + C2H2 kalsium karbida air tohor Kapur gas asetilen

Bila dihitung ternyata 1 kg CaC2 menghasilkan kurang lebih 300 liter asetilen. Sifat dari
asetilen (C2H2) yang merupakan gas bahan bakar adalah tidak berwarna, tidak beracun,
berbau, lebih ringan dari udara, cenderung untuk memisahkan diri bila terjadi kenaikan
tekanan dan suhu (di atas 1,5 bar dan 350° C), dapat larut dalam massa berpori (aseton).
Karbida kalsium keras, mirip batu, berwarna kelabu dan terbentuk sebagai hasil
reaksi antara kalsium dan batu bara dalam dapur listrik. Hasil reaksi ini kemudian digerus,
dipilih dan disimpan dalam drum baja yang tertutup rapat. Gas asetilen dapat diperoleh
dari generator asetilen yang menghasilkan gas asetilen dengan mencampurkan karbid
dengan air atau kini dapat dibeli dalam tabung-tabung gas siap pakai. Agar aman tekanan
gas asetilen dalam tabung tidak boleh melebihi 100 Kpa, dan disimpan tercampur dengan
aseton. Tabung asetilen diisi dengan bahan pengisi berpori yang jenuh dengan aseton,
kemudian diisi dengan gas asetilen. Tabung jenis ini mampu menampung gas asetilen
bertekanan sampai 1,7 MPa.
Prisip dari pengelasan ini tidak terlalu rumit. Hanya dengan mengatur besarnya
gas asetilen dan oksigen, kemudian ujungnya didekatkan dengan nyala api maka akan
timbul nyala api. Tetapi besarnya gas asetilen dan oksigen harus diatur sedemikian rupa
dengan memutar pengatur tekanan sedikit demi sedikit. Apabila gas asetilen saja yang
dihidupkan maka nyala apinya berupa nyala biasa dengan mengeluarkan jelaga. Apabila
gas asetilennya terlalu sedikit yang diputar, maka las tidak akan menyala.
Kecepatan penarikan kembali gas per jam dari sebuah silinder asetilen tidak boleh
lebih besar dari 20% (seperlima) dari isinya, agar gas aseton bisa dialirkan (silinder
asetilen haruslah selalu tegak lurus).
Nyala hasil pembakaran dalam las oksi-asetilen dapat berubah bergantung pada
perbandingan antara gas oksigen dan gas asetilennya. Ada tiga macam nyala api dalam
las oksi-asetilen seperti ditunjukkan pada gambar di bawah :
a. Nyala asetilen lebih (nyala karburasi)
Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka di antara kerucut
dalam dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru berwarna biru. Di antara kerucut
yang menyala dan selubung luar akan terdapat kerucut antara yang berwarna keputih-
putihan, yang panjangnya ditentukan oleh jumlah kelebihan asetilen. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya karburisasi pada logam cair. Nyala ini banyak digunakan dalam
pengelasan logam monel, nikel, berbagai jenis baja dan bermacam-macam bahan
pengerasan permukaan non-ferous.
b. Nyala oksigen lebih (nyala oksidasi)
Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan nyala netral maka
nyala api menjadi pendek dan warna kerucut dalam berubah menjadi ungu. Nyala ini
akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi atau dekarburisasi pada logam cair. Nyala
yang bersifat oksidasi ini harus digunakan dalam pengelasan fusion dari kuningan dan
perunggu namun tidak dianjurkan untuk pengelasan lainnya.

c. Nyala netral
Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen sekitar satu. Nyala
terdiri atas kerucut dalam yang berwarna putih bersinar dan kerucut luar yang berwarna
biru bening. Oksigen yang diperlukan nyala ini berasal dari udara. Suhu maksimum
setinggi 3300 sampai 3500 oC tercapai pada ujung nyala kerucut.
Karena sifatnya yang dapat merubah komposisi logam cair maka nyala asetilen
berlebih dan nyala oksigen berlebih tidak dapat digunakan untuk mengelas baja.Suhu
Pada ujung kerucut dalam kira-kira 3000° C dan di tengah kerucut luar kira-kira 2500° C.
Pada posisi pengelasan dengan oksi asetilen arah gerak pengelasan dan posisi
kemiringan pembakar dapat mempengaruhi kecepatan dan kualitas las. Dalam teknik
pengelasan dikenal beberapa cara yaitu :
a. Pengelasan di bawah tangan
Pengelasan di bawah tangan adalah proses pengelasan yang dilakukan di bawah
tangan dan benda kerja terletak di atas bidang datar. Sudut ujung pembakar (brander)
terletak diantara 60° dan kawat pengisi (filler rod) dimiringkan dengan sudut antara 30° -
40° dengan benda kerja. Kedudukan ujung pembakar ke sudut sambungan dengan jarak
2 – 3 mm agar terjadi panas maksimal pada sambungan. Pada sambungan sudut luar,
nyala diarahkan ke tengah sambungan dan gerakannya adalah lurus.
b. Pengelasan mendatar (horisontal)
Pada posisi ini benda kerja berdiri tegak sedangkan pengelasan dilakukan dengan
arah mendatar sehingga cairan las cenderung mengalir ke bawah, untuk itu ayunan
brander sebaiknya sekecil mungkin. Kedudukan brander terhadap benda kerja menyudut
70° dan miring kira-kira 10° di bawah garis mendatar, sedangkan kawat pengisi
dimiringkan pada sudut 10° di atas garis mendatar.
c. Pengelasan tegak (vertikal)
Pada pengelasan dengan posisi tegak, arah pengelasan berlangsung ke atas atau
ke bawah. Kawat pengisi ditempatkan antara nyala api dan tempat sambungan yang
bersudut 45°-60° dan sudut brander sebesar 80°.
d. Pengelasan di atas kepala (over head)
Pengelasan dengan posisi ini adalah yang paling sulit dibandingkan dengan posisi
lainnya dimana benda kerja berada di atas kepala dan pengelasan dilakukan dari
bawahnya. Pada pengelasan posisi ini sudut brander dimiringkan 10° dari garis vertikal
sedangkan kawat pengisi berada di belakangnya bersudut 45°-60°.
e. Pengelasan dengan arah ke kiri (maju)
Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan ke kiri
dengan membentuk sudut 60° dan kawat las 30° terhadap benda kerja sedangkan sudut
melintangnya tegak lurus terhadap arah pengelasan. Cara ini banyak digunakan karena
cara pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan posisi yang sulit saat mengelas.

f. Pengelasan dengan arah ke kanan (mundur)


Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke kiri.
Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya 4,5 mm ke
atas.
Keuntungan dan kegunaan pengelasan oksi-asetilen sangat banyak, antara lain :
· Peralatan relatif murah dan memerlukan pemeliharaan minimal/sedikit.
· Cara penggunaannya sangat mudah, tidak memerlukan teknik-teknik pengelasan yang
tinggi sehingga mudah untuk dipelajari.
· Mudah dibawa dan dapat digunakan di lapangan maupun di pabrik atau di bengkel-
bengkel karena peralatannya kecil dan sederhana.
· Dengan teknik pengelasan yang tepat hampir semua jenis logam dapat dilas dan alat ini
dapat digunakan untuk pemotongan maupun penyambungan.
Nyala Oksi-asetilen
Dalam proses ini digunakan campuran gas oksigen dengan gas asetilen. Suhu
nyalanya bisa mencapai 3500 derajat Celcius.
Pengelasan bisa dilakukan dengan atau tanpa logam pengisi.Gas asetilen (C2H2)
dihasilkan oleh reaksi kalsium karbida dengan air dengan reaksi sebagai berikut :C2H2+2
H2O Ca(OH)2+C2H2
Agar aman dipakai gas asetilen dalam tabung tekanannya tidak boleh melebihi 100 kPa
dandisimpan tercampur dengan aseton. Tabung asetilen diisi dengan bahan pengisi
berpori yang jenuh dengan aseton, kemudian diisi dengan gas asetilen. Tabung asetilen
mapu menahantekanan sampai 1,7 MPa. Skema nyala las dan sambungan gasnya bisa
dilihat pada gambar :
Pada nyala gas oksiasetilen bisa diperoleh 3 jenis nyala yaitu nyala netral, reduksidan
oksidasi. Nyala netral diperlihatkan pada gambar dibawah ini :
Pada nyala netral kerucut nyala bagian dalam pada ujung nyala memerlukan
perbandingan oksigen dan asetilen kira-kira 1 : 1 dengan reaksi serti yang bisa dilihat
pada gambar. Selubung luar berwarna kebiru-biruan adalah reaksi gas CO atau H2
dengan oksigen yang diambil dari udara.
Pengelasan Oksihidrogen
Nyala pengelasan oksihidrogen mencapai 2000°C lebih rendah dari oksigen-
asetilin. Pengelasan ini digunakan pada pengelasan lembaran tipis dan paduan bengan
titik cair yang rendah.
Pengelasan Udara-Asetilen
Nyala dalam pengelasan ini mirip dengan pembakar Bunsen. Untuk nyala
dibutuhkan udara yang dihisap sesuai dengan kebutuhan. Suhu pengelasan lebih rendah
dari yang lainnya maka kegunaannya sangat terbatas yaitu hanya untuk patri timah dan
patri suhu rendah
Pengelasan Gas Bertekanan
Sambungan yang akan dilas dipanaskan dengan nyala gas menggunakan
oksiasetilen hingga 1200C kemudian ditekankan. Ada dua cara penyambungan yaitu
sambungan tertutup dan sambungan terbuka.Pada sambungan tertutup, kedua
permukaan yang akan disambung ditekan satu sama lainnya selama proses pemanasan.
Nyala menggunakan nyala ganda dengan pendinginan air. Selama proses pemanasan,
nyala tersebut diayun untuk mencegah panas berlebihan pada sambungan yang dilas.
Ketika suhu yang tepat sudah diperoleh, benda diberi tekanan. Untuk baja karbon
tekanan permulaan kurang dari 10MPa dan tekanan up setantara 28MPa
Pemotongan Nyala Oksiasetilen
Pemotongan dengan nyala juga merupakan suatu proses produksi. Nyala
untuk pemotongan berbeda dengan nyala untuk pengelasan dimana disekitar lobang
utama yang dialiri oksigen terdapat lubang kecil untuk pemanasan mula. Fungsi nyala
pemanas mula adalah untuk pemanasan baja sebelum dipotong. Karena bahan yang
akan dipotong menjadi panas sehingga baja akan menjadi terbakar dan mencair ketika
dialiri oksigen.

terimakasih kunjungannya.. tetap belajar, sempatkan tinggalkan jejak dengan memberi


komentar, saran dan ungkapan lain

Makalah Las Listrik= Pengertian Las Listrik


PROSEDUR MENGELAS DENGAN MENGGUNAKAN LAS OAW

Oleh: Fandi Dahlan, S.Pd, MT


(Widyaiswara PPPPTK BOE / VEDC Malang)
Email: fan_rizal@yahoo.com

Abstrak
Pengelasan OAW merupakan pengelasan yang dilakukan dengan membakar gas
asetilen dengan oksigen sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapat
mencairkan logam induk dan logam pengisi. Dalam aplikasi, las OAW hasilnya sangat
memuaskan untuk pengelasan baja karbon, terutama lembaran logam (sheet metal) dan
pipa-pipa berdinding tipis. Bekerja dengan menggunakan las OAW harus sesuai dengan
prosedur, agar didapatkan hasil lasan yang baik dan orang yang bekerja dapat selamat
serta sehat. Ada 6 (enam) prosedur yang harus dilakukan apabila mengelas dengan
menggunakan las OAW.

Kata kunci: prosedur mengelas, las OAW.

Pengelasan OAW merupakan pengelasan yang dilakukan dengan membakar gas


asetilen dengan oksigen sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapat
mencairkan logam induk dan logam pengisi. Selain untuk keperluan pengelasan, las
OAW juga dapat digunakan untuk preheating, brazing, cutting, dan hard facing. Serta
dapat digunakan untuk produksi (production welding), pekerjaan lapangan (field work),
dan reparasi (repair and maintenance).
Gambar 1. Bekerja menggunakan las OAW

Dalam aplikasi, las OAW hasilnya sangat memuaskan untuk pengelasan baja
karbon, terutama lembaran logam (sheet metal) dan pipa-pipa berdinding tipis. Meskipun
demikian, hampir semua jenis logam ferrous dapat dilas dengan las OAW, baik dengan
atau tanpa bahan tambah (filler metal). Pada proses pembakaran gas asetilen tersebut
diperlukan adanya oksigen. Oksigen ini didapatkan dari udara dimana udara sendiri
mengandung oksigen (21%), nitrogen (78%), argon (0,9%), neon, hidrogen,
karbondioksida, dan unsur lain yang membentuk gas.

Gambar 2. Pipa-pipa berdinding tipis

Bekerja dengan menggunakan las OAW harus sesuai dengan prosedur, agar
didapatkan hasil lasan yang baik dan orang yang bekerja dapat selamat serta sehat. Di
bawah ini akan diuraikan prosedur mengelas bila menggunakan las OAW.
1. Periksa sambungan-sambungan selang dan regulator.
Hal ini dilakukan agar pada saat mengelas, tidak ada gas (baik oksigen maupun
asetilen) yang terbuang percuma karena adanya kebocoran pada instalasi gas.
Dengan adanya kebocoran pada instalasi gas, selain gas akan terbuang percuma,
juga dapat membahayakan tukang las dan lingkungan sekitarnya. Kebocoran pada
instalasi gas dapat menimbulkan ledakan.

Gambar 3. Sambungan-sambungan pada selang dan regulator

2. Pilih nomor pembakar yang sesuai dengan ketebalan benda kerja.


Ketebalan benda kerja akan mempengaruhi pembakar yang akan digunakan.
Semakin tebal benda kerja, maka akan semakin besar pula nomor pembakar yang
harus digunakan. Semakin besar nomor pembakar yang digunakan, maka semakin
besar pula lubang pada ujung pembakar. Contoh, untuk mengelas pelat dengan
ketebalan 0,5 mm hingga 1 mm, maka harus menggunakan pembakar dengan nomor
1 (satu). Sedangkan untuk mengelas pelat dengan ketebalan 1 mm hingga 2 mm,
harus menggunakan pembakar dengan nomor 2 (dua). Hal ini harus dipatuhi agar
pada saat mengelas, tukang las dapat melakukannya dengan aman, nyaman, dan
baik. Sehingga hasil lasan yang didapat akan baik pula.
Gambar 4. Macam-macam ujung pembakar

3. Atur tekanan kerja gas sesuai dengan rekomendasi.


Pada saat mengatur tekanan kerja gas, katup gas yang terdapat di pemegang
pembakar harus dalam keadaan terbuka. Bila mengatur tekanan kerja gas oksigen,
maka katup gas oksigen harus dibuka. Begitu juga bila mengatur tekanan kerja gas
asetilen, maka katup gas asetilen harus dibuka. Tujuannya adalah agar pada saat
digunakan untuk mengelas, tekanan kerja gas (baik oksigen maupun asetilen) sesuai
dengan yang direkomendasikan. Tekanan kerja gas oksigen direkomendasikan
sebesar 2,5 bar, sedangkan tekanan kerja gas asetilen direkomendasikan sebesar
0,5 bar.

Gambar 5. Mengatur tekanan kerja gas

4. Atur nyala api hingga mendapatkan nyala api netral.


Nyala api pada las OAW ada 3 (tiga):
a. Nyala api oksidasi.
Pada nyala oksidasi ini jumlah gas oksigen yang keluar lebih besar daripada gas asetilen.
Nyala inti jadi lebih pendek dan berbentuk meruncing ke ujungnya. Ada suara mendesis
yang lebih keras dibandingkan dengan desisan suara nyala netral. Nyala ini sering
digunakan untuk pengelasan logam perunggu dan kuningan, serta terkadang digunakan
untuk brazing. Nyala apinya pendek dan berwarna ungu, nyala kerucut luarnya juga
pendek.

Gambar 6. Nyala api oksidasi

b. Nyala api karburasi.


Nyala api karburasi merupakan nyala campuran gas antara asetilen dan oksigen dengan
jumlah gas asetilen masih sangat dominan atau lebih banyak. Kegunaan nyala api
karburasi biasanya untuk memanaskan serta untuk mengelas permukaan yang keras dan
logam putih.
Gambar 7. Nyala api karburasi

c. Nyala api netral.


Nyala api netral merupakan nyala campuran gas antara gas asetilen dan gas oksigen
dengan jumlah yang relatif seimbang. Nyala api kerucut dalam berwarna putih menyala.
Nyala api kerucut antara tidak ada (tidak berwarna). Nyala api kerucut luar berwarna
kuning. Kegunaan nyala api netral adalah untuk pengelasan biasa dan untuk mengelas
baja atau besi tuang.

Gambar 8. Nyala api netral

5. Arah jalannya pengelasan disesuaikan dengan ketebalan benda kerja.


Dalam pengelasan dengan las OAW dikenal ada 2 (dua) cara jalannya pengelasan,
yaitu pengelasan ke kiri dan pengelasan ke kanan.
a. Pengelasan metode ke kiri atau maju.
Disebut pengelasan ke kiri apabila kawat las dijalankan mendahului pembakar las.
Pengelasan ke kiri diterapkan pada benda kerja dengan ketebalan sampai dengan 3 mm,
celah pengelasan sebesar 0 – 2 mm. Posisi kawat las dan pembakar tergantung pada
posisi pengelasan.

Gambar 9. Pengelasan metode ke kiri atau maju

b. Pengelasan metode ke kanan atau mundur.


Disebut pengelasan ke kanan apabila kawat las dijalankan mengikuti pembakar las.
Pengelasan ke kanan diterapkan pada benda kerja dengan ketebalan di atas 3 mm, celah
pengelasan sebesar 2 – 4 mm. Posisi kawat las dan pembakar las tergantung pada posisi
pengelasan.

Gambar 10. Pengelasan metode ke kanan atau mundur

6. Sudut kemiringan pembakar dan bahan tambah.


Sudut kemiringan pembakar dan bahan tambah tergantung dari jalannya pengelasan.
Jika melakukan pengelasan ke kiri atau maju, maka sudut kemiringan pembakar
sebesar 45o dan sudut kemiringan bahan tambah sebesar 30o (lihat gambar 9).
Sedangkan jika melakukan pengelasan ke kanan atau mundur, maka sudut
kemiringan pembakar sebesar 35o – 45o dan sudut kemiringan bahan tambah
sebesar 40o – 50o (lihat gambar 10).

Kesimpulan
1. Las OAW sering digunakan untuk pengelasan baja karbon, terutama lembaran
logam (sheet metal) dan pipa-pipa berdinding tipis.
2. Las OAW juga dapat digunakan untuk preheating, brazing, cutting, hard facing,
produksi (production welding), pekerjaan lapangan (field work), dan reparasi (repair
and maintenance).
3. Ada 6 (enam) prosedur yang harus dilakukan apabila mengelas dengan
menggunakan las OAW.

Anda mungkin juga menyukai