Anda di halaman 1dari 16

Las cair busur cair gas biasa disebut sesuai dengan bahan bakar gas yang dipakai misalnya

las karbit
karena menggunakan bahan bakar gas karbit, las elpiji karena gas elpiji yang dipakai dan seterusnya.
Bahan bakar yang biasa dipakai pada pengelasanbusur cair gas antara lain : gas acetelyne (karbir),
gas propan, gas hydrogen, gas elpiji dll. Las karbit termasuk pengelasan leleh yaitu bagian yang akan
dilas dipanasi pada lokasi sambungan hingga melampaui titik lebur dari kedua logam yang akan
disambung. Dengan meleburnya kedua logam tersebut akan menyatu (tersambung) dengan atau
tanpa adanya bahan tambah. Ikatan dengan prosedur tersebut biasa disebut sebagai ikatan
Metalurgi.

Las Oxy-Acetylene (las asetilin) adalah proses pengelasan secara manual,dimana permukaan yang
akan disambung mengalami pemanasan sampai mencairoleh nyala (flame) gas asetilin (yaitu
pembakaran C2H2 dengan O2), dengan atau tanpa logam pengisi, dimana proses penyambungan
tanpa penekanan.Disamping untuk keperluan pengelasan (penyambungan) las gas dapat jugad
ipergunakan sebagai : preheating, brazing, cutting dan hard facing. Penggunaan untuk produksi
(production welding), pekerjaan lapangan (field work), dan reparasi (repair & maintenance).

Dalam aplikasi hasilnya sangat memuaskan untuk pengelasan baja karbon,terutama lembaran logam
(sheet metal) dan pipa-pipa berdinding tipis. Meskipundemikian hampir semua jenis logam ferrous
dan non ferrous dapat dilas denganlas gas, baik dengan atau tanpa bahan tambah (filler
metal).Disamping gas acetylene dipakai juga gas-gas hydrogen, gas alam, propane,untuk logam–
logam dengan titik cair rendah. Pada proses pembakaran gas-gas tersebut diperlukan adanya
oxygen. Oxygen ini didapatkan dari udara dimana udara sendiri mengandung oxygen (21%), juga
mengandung nitrogen (78%),argon (0,9 %), neon, hydrogen, carbon dioksida, dan unsur lain yang
membentuk gas.

Peralatan dan Bahan[sunting | sunting sumber]

Dalam pengelasan karbit kita memerlukan beberapa peralatan yang harus disiapkan agar proses
pengelasan dapat kita lakukan dengan lancar dan hasil yang sempurna. Peralatan tersebut yakni :

Brander Listrik

Regulator

Gas Asetelyne

Gas Oksigen

Katup pengaman

Kaca Mata Las

Tang Penjepit

Sarung Tangan

Sumber Api

Palu Besi
Pembersih Brander

Kunci Tabung

Sikat Baja

Kawat Tembaga. Kawat tembaga merupakan bahan penyambung yang di cairkan dengan api gas
asitilen. Kawat ini dileburkan bersama-sama api.

Nyala Las[sunting | sunting sumber]

Nyala inti atau netral adalah nyala permulaan terbakarnya zat arang (karbon) dari asetilin. Nyala luar
adalah hasil pembakaran gas karbon monoksida (CO) dan hidrogen (H2) dengan zat asam dari udara
(02).kegunaan dari nyala ini adalah :

Untuk pengelasan biasa

Untuk mengelas baja atau besi tuang.

Namun yang sering terjadi nyala api netral ini untuk heat treatment logam agar mengalami
surfacehardening. Nyala api kerucut dalam berwarna putih menyala. Nyala api kerucut antara tidak
ada. Nyala api kerucut luar berwarna kuning.

Pada nyala oksidasi ini Jumlah oksigen yang keluar lebih besar. Nyala inti jadi lebih pendek dan
berbentuk meruncing ke ujungnya. Ada suara mendesis yang lebih keras dibandingkan dengan
desisan suara nyala netral.nyala ini sering digunakan untuk pengelasan logam perunggu dan
kuningan.dan terkadang digunakan untuk braazing ,Setelah dicapai nyala api netral kemudian kita
kurangi aliran gas asetilen maka kita akan dapatkan nyala api oksigen lebih. Nyala apinya pendek dan
berwarna ungu, nyala kerucut luarnya juga pendek.

Nyala karburasi adalah nyala sewaktu katup zat asam mulai dibuka setelah nyala asetilin terjadi.
Nyala ini merupakan nyala campuran gas antara asetilin dan zat asam dan jumlah asetilin masih
sangat dominan atau lebih banyak Kegunaan dari nyala ini biasanya :

Untuk memanaskan

Untuk mengelas permukaan yang keras dan logam putih.

Teknik Pengelasan Las karbid[sunting | sunting sumber]

Dalam las karbid ada dua teknik pengelasan yang biasa dipaka yaitu dengan arah maju atau arah
kebelakang.

Teknik Pengelasan Maju[sunting | sunting sumber]

Pada pengelasan maju, bahan tambahmendahului brander. Pelelehan cenderung dibagian


permukaan, sehingga dampak bakar (penetrasi) tidak mendalam. Adanya pemanasan pendahuluan
mengakibatkan daerah panas menjadi lebih luas sehingga dapat menimbulkan tegangan panas yang
tinggi. Logamyang dilas selama proses pendinginan tidak terlindungi, sehingga jalur sambungan las
yang sempurna sukar diperoleh. Keuntungan pada teknik pengelasan maju adalah penggunaan gas
yang efisien karena adanya panas pendahuluan.

Teknik pengelasan maju banyak digunakan untuk mengelas baja (bukan baja paduan) dengan tebal
sama atau lebih kecil dari 3 mm, pipa baja dengan tebal lebih kecil 3,5 mm, besi tuang, dan logam
non fero. Untuk logam dengan ukuran tebal, lebih besar atau sama dengan 1,5 mm, gerakan brander
diayunkan/berayun. Sedangkan untuk tebal kurang dari 1,5 m gerakan ayunan semakin berkurang.

Kawat bahan tambah mendahului, brander las mengikuti.

Pelelehan bagian atas

Pengelasan keseluruhan tanpa landasan.

Teknik Pengelasan Mundur[sunting | sunting sumber]

Teknik pengelasan kebelakang (mundur) brander las mendahului bahan tambah. Brander dituntun
lurus bergerak mundur, sedangkan bahan tambah diselamkan dalam kampuh las sambil mengaduk-
aduk (berbentuk spiral). Dampak bakar (penetrasi) yang terjadi cukup dalam dan logam lasan selama
proses pendinginan mendapatkan perlindungan oleh gas karbid yang belum terbakar. Sehingga
untuk mendapatkan hasil las yangs sempurna lebih mudah dibandingkan dengan arah pengelasan
maju. Daerah panas lebih sempit sehingga penyusutan dan timbulnya tegangan panas relatif kecil.
Pada cara pengelasan ini celah kampuh sambungan las dapat diperkecil, sehingga volume kampuh
las menjadi kecil. Dengan demikian penggunaan bahan tambah dapat efisien. Kekurangan dalam
pengelasan mundur ini adalah tidak adanya pemanasan pendahuluan sehingga penggunaan gas
karbid menjadi lebih banyak.

Baik teknik las maju maupun mundur jika posisi benda lasan mendatar tidak begitu menyulitkan.
Pada teknik pengelasan arah mundur dengan posisi diatas kepala, pinggiran jalur sambungan harus
dileleh lebih awal dengan baik dan kawat disodorkan benar- benar tembus keatas.

Nyala hasil pembakaran dalam las oksi-asetilen dapatberubah bergantung pada perbandingan antara
gasoksigen dan gas asetilennya. Ada tiga macam nyala apidalam las oksi-asetilen seperti ditunjukkan
pada gambar dibawah :


Nyala Api Netral

nyala api netral

Kegunaan dari nyala api netral ini untuk heat treatmentlogam agar mengalami surfacehardening.
Nyala apikerucut dalam berwarna putih menyala. Nyala api kerucutantara tidak ada. Nyala api
kerucut luar berwarna kuning

Nyala Api Oksigen Lebih

nyala api oksigen lebih

Sering digunakan untuk pengelasan logam perunggu dankuningan.Setelah dicapai nyalaapi netral
kemudian kitakurangi aliran gas asetilen maka kita akan dapatkan nyalaapi oksigenlebih. Nyala
apinya pendek dan berwarna ungu,nyala kerucut luarnya juga pendek.


Nyala Api Asitilen lebih

nyala api asetilen lebih

Setelah dicapai nyala api netral kemudian kita mengurangialiran gas oksigen. Nyala
apimenampakkan kerucut apidalam dan antara. Nyala api luar berwarna biru.

BAB 3

PENUTUP
A.Kesimpulan

Setelah penulis membaca dari semua referensi yang di dapatkan dan dari penyusunanmakalah ini
maka penulis dapat menyimpulkan bahwa :

Penulis akhirnya dapat mengetahui pengertian las gas, perlengkapan yangdigunakanpada praktik las
gas, jenis-jenis nyala api, serta posisi pengelasan pada proses las gas.

B.Saran

Bagi pembaca setelah membaca makalah ini semoga dapat berguna , karena suatusaat nanti kita kan
mempraktikannya sehingga kita harus mempelajari seluk beluk lasgas , dan ketika kita praktik kan
mengurangi sedikit kecelakaan.

Daftar Pustaka

Wiryosumarto, Hasono dan Toshie Okumura. 2000.

Teknologi Pengelasan Logam.

Jakarta: PT Pradya Paramytha

Depdikbud. 1978.

Petunjuk Praktek Las Asetilen dan Las Listrik

. Jakarta:Dikmenjur

Suherman, Bambang. 2001. Pengelasan,www.smk1bojonegoro.blogspot.com, (28Desember 2008)


Bintoro, A Gatot. 2006.

Dasar

Dasar Pengelasan

. Yogayakarta: Kanisius
1.1 Latar Belakang
Pengelasan yang banyak digunakan pada saat ini yaitu pengelasan dengan cara mencairkan
bahan dasar dan bahan tambah. Las semacam ini sering disebut dengan las fusi. Las fusi
dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu las busur listrik dan las gas. Las busur listrik masukan
panas diperoleh dari energi listrik. Apabila dua kutub listrik didekatkan maka akan terjadi
loncatan electron pada kedua permukaan tersebut dan akan meninmbulkan panas yang
akhirnya mampu melelehkan logam. Prinsip ini yang digunakan dalam pencairan bahan dasar
dan bahan tambah pada las busur listrik. Sedangkan las gas sumber panas diperoleh dari
pembakaran gas asitelilin dan gas oksigen. Kedua gas ini membentuk campuran dan akan
menghasil nyala api yang mampu mencairkan logam dasar dan bahan tambah.
Dalam proses penyambungan logam tidak cukup hanya dilihat dari bisa tidaknya benda yang
disambung melekat. Untuk mengetahui hasil yang lebih meyakinkan maka perlu dilihat
mengenai kekuatan sambungan, perubahan sifat pada daerah sambungan, struktur pada
sambungan dan fasa yang terbentuk pada daerah sambungan. Berdasarkan fakta tersebut
cukup menarik untuk meneliti karakteristik sambungan besi tuang kelabu dengan
menggunakan las gas oksi asitelin. Karakteristik yang perlu diteliti meliputi bagaimana
kekuatannya, apakah memenuhi standar kekuatan material dasarnya. Selain itu juga perlu
dilihat bagaimana kekerasan dan bentuk struktur pada daerah sambungan, apakah getas,
terjadi retakan atau tidak dan fasa apa yang terbentuk. Untuk itu perlu dilakukan penelitian
karakteristik sambungan besi tuang kelabu yang dilas dengan menggunakan las oksi asitelin.

1.2 Tujuan
a. Mengetahui peralatan dan fungsi perlengkapan las gas.
b. Mengoperasikan pembakaran dengan benar.
c. Melakukan gerakan dan posisi pengelasan dengan benar.
d. Mengetahui teknik penggunaan las gas.

I. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Las Gas Oksi-Asetilin


Las Gas adalah suatu proses pengelasan seni menyambung dua logam atau lebih, dimana
panas untuk pengelasan diperoleh dari nyala api hasil pembakaran bahan bakar gas Oksigen
(O2) dengan gas Asetilin (C2H2). Dalam proses las gas ini, gas yang digunakan adalah
campuran dari gas Oksigen (O2) dan gas Asetilen ( dari kata “acetylene”, dan memilikirumus
kimia C2H2). Gas Asetilin ini memiliki beberapa kelebihan antara lain, menghasilkan
temperature nyala api lebih tinggi dari gas bahan bakar lainya, baik bila dicampur dengan
udara ataupun Oksigen. Sehingga bagian logam yang langsung terkena nyala api panas akan
mencair dan cairan itu akan menutupi antara dua bagian logam yang akan
disambung (Graham, 1990).
2.2 Bahan Bakar Gas
- Asetilin ( C2H2 )
Asetilena (Nama sistematis: etuna) adalah suatu hidrokarbon yang tergolong kepada alkuna,
dengan rumus C2H2. Asetilena merupakan alkuna yang paling sederhana, karena hanya
terdiri dari dua atom karbon dan dua atom hidrogen. Pada asetilena, kedua karbon terikat
melalui ikatan rangkap tiga, dan masing-masing atom karbon memiliki hibridisasi orbital sp
untuk ikatan sigma. Hal ini menyebabkan keempat atom pada asetilena terletak pada satu
garis lurus, dengan sudut C-C-H sebesar 180 (Smith, 1992)°.
- Propan
Propana adalah senyawa alkana tiga karbon (C3H8) yang berwujud gas dalam keadaan
normal, tapi dapat dikompresi menjadi cairan yang mudah dipindahkan

dalam kontainer yang tidak mahal. Senyawa ini diturunkan dari produk petroleum lain pada
pemrosesan minyak bumi atau gas alam. Propana umumnya digunakan sebagai bahan bakar
untuk mesin, barbeque (pemanggang), dan di rumah-rumah.
2.3 Peralatan Las Oksi – Asetilin
a. Silinder atau Tabung Gas
Tabung gas berfungsi untuk menampung gas atau gas cair dalam kondisi bertekanan.
Umumnya tabung gas dibuat dari Baja, tetapi sekarang ini sudah banyak tabung-tabung gas
yang terbuat dari paduan Alumunium. Ukuran tabung ini dibuat berbeda karena disesuaikan
dengan kapasitas daya tampung gas dan juga jenis gas yang ditampung. Untuk membedakan
tabung gas apakah didalamnya berisi gas Oksigen atau Asetilen dapat dilihat dari tinggi
tabung Oksigen yaitu 1,4 m dan tabung Asetiline 1 m serta terdapat kode warna yang ada
pada tabung itu.
b. Katup Tabung
Katup tabung berfungsi pengatur keluarnya gas dari dalam tabung maka digunakan katup.
Katup ini ditempatkan tepat dibagian atas dari tabung. Pada tabung gas Oksigen, katup
biasanya dibuat dari material Kuningan, sedangkan untuk tabung gas Asetilen, katup ini
terbuat dari material Baja.
c. Regulator
Regulator ini juga berfungsi untuk mempertahankan besarnya tekanan kerja selama proses
pengelasan atau pemotongan. Bahkan jika tekanan dalam tabung menurun, tekanan kerja
harus dipertahankan tetap oleh regulator.
d. Selang Karet Gas Oksi-Asetilin
Selang Karet Gas Oksi-Asetilin Berfungsi untuk mengalirkan gas yang keluar dari tabung
menuju brander pembakaran. Untuk memenuhi persyaratan keamanan, selang harus mampu
menahan tekan kerja dan tidak mudah bocor. Dalam pemakaiannya, selang dibedakan
berdasarkan jenis gas yang dialirkan. Untuk memudahkan bagimana membedakan selang
Oksigen dan selang Asetilen mak cukup memperhatikan kode warna pada selang.
e. Brander atau Torch ( Pembakar )
Gas yang dialirkan melalui selang selanjutnya diteruskan oleh Brander atau Torch, tercampur
didalamnya dan akhirnya pada ujuang nosel terbentuk nyala api.
Brander atau Toch memiliki dua fungsi yaitu :
1. Sebagai pencampur gas oksigen dan gas asetilin.
2. Sebagai pembentuk nyala api diujung nosel.
f. Pematik atau Korek Api Las
Alat yang berfungsi untuk menyalakan api pada ujung pembakaran waktu memulai mengelas.
g. Kaca Mata Las
Kaca mata las berfungsi :
a. Melindungi mata terhadap radiasi sinar ultraviolet dan inframerah,
b. Melindungi mata terhadap sinar yang tajam dan menyilaukan, agar dapat
melihat benda kerja dengan baik,
c. Melindungi mata terhadap bahaya percikan bunga api.
h. Kawat atau Bahan Tambah
Kawat atau Bahan Tambah digunakan sebagai bahan pengisi benda kerja yang bercelah dan
menambah kekuatan dalam pengelasan (Graham, 1990).
2.4 Proses Pengelasan Oksi - Asetilin
a. Menentukan Tekanan Gas
Pengaturan tekanan yang disetel, tekanan gas yang dianjurkan :
- Oksigen bertekanan 2,5 bar (kg/cm2), untuk semua pipa pembakaran
- Asetilin bertekanan 0,5 bar (kg/cm2), disesuaikan dengan besar kecilnya pipa
pembakaran. Awas! Untuk asetilin tekanan maksimum 1,5 bar (kg/cm2).
b. Menyalakan Api Las Gas
1. Pilih pipa pembakaran yang sesuai dengan proses pengelasan,
2. Pasang pipa pembakarnya harus erat, Jangan bocor !,
3. Arahkan pipa pembakaran ke tempat yang aman,
4. Buka kran asetilin kira – kira seperempat putaran secukupnya,
5. Nyalakan dengan api pada mulut pembakaran,
6. Buka kran oksigen kira – kira setengah putaran secukupnya,
7. Atur komposisi dan volume api las yang dikehendaki,
8. Api las siap digunakan.
c. Mengatur dan Menentukan Nyala Api Las Gas
Pada nyala api las gas oksi-asetilin bisa diperoleh 3 jenis, yaitu :
No Gambar Penjelasan
1. Nyala Api Netral Nyala Api Netral merupakan hasil pembakaran
gas Oksigen dan Asetilin dengan perbandingan
komposisi -+ 1:1
Nyala Api Netral dipakai untuk :
- Pengelasan biasa
2. Nyala Api Karburasi Nyala Api Karburasi merupakan Nyala api
dimana perbandingan gas asetilin lebih banyak
dari gas oksigen.
Nyala Api Karburasi dipakai untuk :
- Memanaskan,
- Solder Lunak,
- Pengelasan logam monel.
3. Nyala Api Oksidasi Nyala Api Oksidasi merupakan Nyala api
dimana perbandingan gas oksigen lebih banyak
dari gas asetilin.
Nyala Api Oksidasi dipakai untuk :
- Pengelasan kuningan dan perunggu.
-
Gambar Nyala Api Netral dan suhu yang dicapai pada ujung pembakar.
d. Teknik Pengelasan
Macam – macam posisi pengelasan adalah sebagai berikut :
1. Posisi pengelasan di bawah tangan
Pengelasan di bawah tangan adalah proses pengelasan yang dilakukan di bawah tangan dan
benda kerja terletak di atas bidang datar. Sudut ujung pembakar(brander) terletak diantara 45°
dan kawat las dimiringkan dengan sudut antara 30° - 40° dengan benda kerja. Kedudukan
ujung pembakar ke sudut sambungan dengan jarak 2 – 3 mm agar terjadi panas maksimal
pada sambungan. Pada sambungan sudut luar, nyala diarahkan ke tengah sambungan dan
gerakannya adalah lurus.
2. Posisi pengelasan mendatar ( horizontal )
Pada posisi ini benda kerja berdiri tegak sedangkan pengelasan dilakukan dengan arah
mendatar sehingga cairan las cenderung mengalir ke bawah, untuk itu ayunan brander
sebaiknya sekecil mungkin. Kedudukan brander terhadap benda kerja menyudut 70° dan
miring kira-kira 10° di bawah garis mendatar, sedangkan kawat pengisi dimiringkan pada
sudut 10° di atas garis mendatar.
3. Posisi pengelasan tegak ( vertical )
Pada pengelasan dengan posisi tegak, arah pengelasan berlangsung ke atas atauke bawah.
Kawat pengisi ditempatkan antara nyala api dan tempat sambunganyang bersudut 45°-60°
dan sudut brander sebesar 80°.
4. Posisi pengelasan di atas kepala ( Overhead )
Pengelasan dengan posisi ini adalah yang paling sulit dibandingkan dengan posisilainnya
dimana benda kerja berada di atas kepala dan pengelasan dilakukan daribawahnya. Pada
pengelasan posisi ini sudut brander dimiringkan 10° dari garisvertikal sedangkan kawat
pengisi berada di belakangnya bersudut 45°-60°.
5. Pengelasan arah ke kiri ( maju )
Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan ke kiri dengan
membentuk sudut 60° dan kawat las 30° terhadap benda kerja sedangkan sudut melintangnya
tegak lurus terhadap arah pengelasan. Cara ini banyak digunakan karena cara pengelasannya
mudah dan tidak membutuhkan posisi yang sulit saat mengelas.
6. Pengelasan arah ke kanan ( mundur )
Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke kiri. Pengelasan
dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya 4,5mm ke atas.
e. Macam – macam Sambungan
Ada beberapa sambungan benda kerja pada las gas, yaitu :
1. Sambungan Tumpul
Adalah penyambungan dua buah logam atau lebih sejajar pada kedua benda kerja dalam
posisi horizontal pada bidang datar.
2. Sambungan Tumpang
Adalah penyambungan dua buah logam atau lebih dalam posisi horizontal pada keadaan
tumpang tindih antara kedua benda kerja.
3. Sambungan T
Adalah penyambungan dua buah logam atau lebih secara horizontal dan vertikal sehingga
membentuk huruf T.
4. Sambungan Sudut Luar
Adalah penyambungan dua buah logam atau lebih dengan membentuk sudut dimana
sambungan terjadi di luar sudut tersebut.
f. Memadamkan Api Las Gas
Cara untuk memadamkan Api Las Gas adalah :
1. Tutup kran Asetilin, aliran gas asetilin terputus, maka api las padam,
2. Tutup kran Oksigen, aliran gas oksigen terputus,
3. Penutupan kran jangan dipaksakan.

g. Penutupan Kerja Las Gas


Beberapa cara menutup Kerja Las Gas antara lain :
1. Padamkan api las,
2. Tutup kran-kran tabung gas,
3. Buanglah sisa-sisa gas melalui pipa pembakar,
4. Sekrup pengukuran dan pengatur tekanan gas dikendorkan,
5. Letakkan atau gantung pipa pembakar pada tempat yang aman,
6. Gulung selang saluran gasnya.
(Smith, 1992)
2.5 Keuntungan Las Gas Oksi-Asetilin
Terdapat beberapa keuntungan Las Gas Oksi-Asetilin antara lain :
1. Peralatan relatif murah dan memerlukan pemeliharaan minimal/sedikit,
2. Cara penggunaannya sangat mudah, tidak memerlukan teknik-teknik
pengelasanyang tinggi sehingga mudah untuk dipelajari,

3. Mudah dibawa dan dapat digunakan di lapangan maupun di pabrik atau


dibengkel-bengkel karena peralatannya kecil dan sederhana,
4. Dengan teknik pengelasan yang tepat hampir semua jenis logam dapat

dilas danalat ini dapat digunakan untuk pemotongan maupun penyambungan.

III. METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat


Praktikum mata kuliah Perbengkelan dengan judul Pemotongan Sudut Besi Siku ini
dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 12 Juni 2015 pukul 15:00 – 17:00 WIB, di
Laboratorium Daya Alat dan Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum Perbengkelan yaitu las gas, korek
api..
3.3 Diagram Alir

Adapun
diagram alir praktikum kali ini yaitu:

IV. PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan
4.1.1 Proses Praktikum
Pada praktikum kali ini, kita akan melakukan praktikum terhadap las gas asetilin. Mulamula
asisten dosen melakukan pengenalan terhadap bagian-bagian dari las gas kepada mahasiswa.
Selanjutnya, setelah dirasa mahasiswa sudah mengerti dengan penjelasan asisten maka akan
dilakukan praktikum pengenalan langsung ke alatnya.
Padapraktikum ini asisten meberi contoh praktikum dengan kategori beberapa jenis api yang
ditimbulkan dari gas. Setelah itu mahasiswa mencoba satu per satu praktikum ini.

4.1.2 Nyala Api


Pada praktikum ini kita akan menguji 3 jenis api yang dihasilkan dari las gas asetilin.
Adapaun jenis api itu adalah sebagai berikut:
a. Nyala api netral
Nyala api ini digunakan untuk memanaskan permukaan benda yang akan di las. Fungsi dari
jenis api ini hanya sebatas memanaskan saja. Ciri-ciri dari api ini yaitu masih dominan api,
tidak berekor.
b. Nyala api karbon
Nyala api karbon digunakan sebagai mengelas maupun patri keras. Api ini memiliki ciri-ciri
berekor.
c. Nyala api oksidasi
Nyala api ini digunakan untuk memotong permukaan benda. Api ini bercirikan adanya bunyi
mendesis yang kencang.
4.1.3 Keselamatan Kerja
Untuk melindungi operator las dari bahaya yang dapat ditimbulkan dari pengelasan maka
perlu diperlukan alat-alat sebagai berikut:
a) Pakaian Las
Pakaian harus terbuat darai bahan katun. Pakaian harus menutupi badan.
b) Sepatu Las
Sepatu yang digunakan adalah sepatu dengan bahan tebal dan kuat. Sebaiknya menutupu
seluruh bagian kaki.
c) Sarung Tangan
Gunakan sarung tangan yang tebal agar tidak terkena percikan api.
d) Masker Las
Masker las berfungsi untuk menghindari operator dari debu.
e) Kamar Las
Kamar las harus dibuat dari bahan tahan api.

V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah:


1. Proses pengelasan gas memiliki 3 jenis api yang keluar dari nozzle.
2. Jenis-jenis api tersebut adalah netral, karbon, oksidasi.
3. Keselamatan kerja yang harus dipakai yaitu pakaian las, sarung tangan, masker las, seatu las,
dan kamar las.
4. Dalam pengelasan gas yaitu berfungsi untuk menggabungkan dua bagian besi dengan cara
meleburkan kedua ujung bahan menjadi satu.

Anda mungkin juga menyukai