Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS BESAR

OD PSEUDOFAKIA DAN POSTERIOR CAPSULAR


OPACIFICATION
OS KATARAK SENILIS IMATUR

Diajukan Guna Melengkapi Tugas Kepaniteraan Senior


Bagian Ilmu Kesehatan Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Disusun oleh:
Milzam Auzan Aziman
22010115210056

Penguji kasus : dr. A. Kentar Arimadyo,M.Si.Med, Sp.M(K)

Pembimbing : dr. Kasihana Hismanita

Dibacakan tanggal : Kamis, 17 Desember 2015

BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015

0
HALAMAN PENGESAHAN
Melaporkan kasus OD pseudofakia dan Posterior Capsular Opacification, OS katarak
senilis imatur.
Penguji kasus : dr. A. Kentar Arimadyo,M.Si.Med, Sp.M(K)

Pembimbing : dr. Kasihana Hismanita

Dibacakan oleh : Milzam Auzan Aziman

Dibacakan tanggal : Kamis, 17 Desember 2015

Diajukan guna memenuhi tugas Kepaniteraan Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Semarang, 17 Desember 2015


Mengetahui,

Penguji Kasus Pembimbing

dr. A. Kentar Arimadyo, M.Si.Med, Sp.M(K) dr. Kasihana Hismanita

LAPORAN KASUS

OD PSEUDOFAKIA DAN POSTERIOR CAPSULAR OPACIFICATION

1
OS KATARAK SENILIS IMATUR

Penguji kasus : dr. A. Kentar Arimadyo,M.Si.Med, Sp.M(K)

Pembimbing : dr. Kasihana Hismanita

Dibacakan oleh : Milzam Auzan Aziman

Dibacakan tanggal : Kamis, 17 Desember 2015

I. PENDAHULUAN

Mata merupakan salah satu panca indra yang dapat menentukan


kualitas hidup seseorang. Ketajaman penglihatan dipengaruhi oleh tiga hal,
yaitu; refraksi, media refrakta, dan saraf mata. Apabila terdapat kelainan pada
salah satu dari ketiga hal tersebut dapat mengakibatkan penurunan ketajaman
penglihatan.1
Media refrakta terdiri dari kornea, humor aquosus, lensa kristalina,
dan corpus vitreum. Salah satu media refrakta yang memiliki peranan pentung
dalam proses penglihatan adalah lensa kristalina. Lensa berfungsi untuk
memfokuskan berkas cahaya ke retina. Proses memfokuskan cahaya ini lensa
bersinergi dengan corpus cilliaris dan zonula zinii (ligamentum suspensorium
lentis), sehingga dapat menghasilkan daya akomodasi untuk penglihatan dekat
atau jauh.1,2
Katarak adalah suatu kekeruhan lensa. Katarak dapat terjadi akibat
proses penuaan, trauma fisik, radiasi sinar UV, pegaruh zat kimia, penyakit
intraokuler, penyakit sistemik ataupun kongenital. Katarak merupakan
penyebab kebutaan di dunia. Katarak ditandai dengan terjadinya
pembengkakan lensa, perubahan protein, peningkatan proliferasi, dan
kerusakan berkesinambungan serabut-serabut lensa.1

Katarak merupakan penyebab kebutaan terbanyak di dunia dimana


hampir setengah dari 45 juta orang mengalami kebutaan dan hampir 90%
berasal dari daerah Asia dan Afrika. Sepertiga dari seluruh kasus kebutaan
terjadi di daerah Asia Tenggara dan diperkirakan setiap menitnya 12 orang

2
mengalami kebutaan di dunia dan 4 orang diantaranya berasal dari Asia
Tenggara.3
Katarak juga merupakan penyebab utama hilangnya penglihatan di
Indonesia.2 Prevalensi katarak di Indonesia menurut Riset Kesehatan Dasar
2013 adalah 1,8% dimana prevalensi tertinggi ditemukan di Sulawesi Utara
(3,7). Prevalensi katarak di Jawa Tengah masih cukup tinggi yaitu 2,4%. Tiga
alasan utama penderita katarak belum dioperasi adalah karena ketidaktahuan
(51,6%), ketidakmampuan (11,6%), dan ketidakberanian (8,1%).4 World
Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa katarak merupakan
penyebab kebutaan dan gangguan penglihatan terbanyak di dunia. Tahun 2002
WHO memperkirakan jumlah katarak yang mengakibatkan kebutaan
reversibel melebihi 17 juta (47,8%) dari 37 juta penderita kebutaan di dunia,
dan angka ini diperkirakan mencapai 40 juta pada tahun 2020.4,5
Seluruh dunia sedang menghadapi krisis katarak dimana jumlah
kebutaan akibat katarak mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena
semakin tingginya usia harapan hidup sehingga diperkirakan untuk
mengeliminasi kebutaan akibat katarak dibutuhkan lebih dari 30 juta operasi
katarak hingga tahun 2020.6

II. IDENTITAS PENDERITA


Nama : Ny. S
Umur : 68 tahun
Agama : Kristen
Alamat : JL. TM Sri Kuncoro, Kalibanteng, Semarang
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir : SMP
No CM : C524845

III. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada 11 Desember 2015
di Poli Mata RSUP Dr. Kariadi Semarang

3
Keluhan Utama :
Pandangan mata kiri kabur

Riwayat Penyakit Sekarang :


Kurang lebih sejak 3 bulan yang lalu penderita mengeluh penglihatan
pada mata kiri kabur. Pandangan kabur seperti tertutup kabut, kabur perlahan-
lahan, makin lama makin kabur, pandangan kabur saat melihat jauh maupun
dekat, kabur seperti tertutup tirai (-), melihat bercak-bercak kehitaman atau
kilatan cahaya sebelum kabur (-). Pasien juga mengeluh silau. Mata merah
berulang (-), nrocos (-), cekot-cekot (-), nyeri (-), gatal (-), pusing (-). Keluhan
ini dirasakan pasien sudah mengganggu aktivitas sehari-hari pasien. Pasien
sebelumnya sempat kontrol ke dokter mata dan dirujuk ke RSUP Dr. Kariadi
Semarang.

Riwayat Penyakit Dahulu :


- Riwayat penyakit tekanan darah tinggi (+) terkontrol
- Riwayat kencing manis (-)
- Riwayat mata merah berulang (-)
- Riwayat penggunaan obat-obatan (-)
- Riwayat trauma pada daerah mata disangkal (-)
- Riwayat operasi katarak pemasangan lensa mata kanan 3 bulan yang
lalu
- Riwayat menggunakan kacamata plus (+)
- Riwayat Alergi (+)

Riwayat Penyakit Keluarga :


- Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini

Riwayat Sosial Ekonomi :


- Penderita seorang ibu rumah tangga
- Memiliki 2 orang anak.
- Biaya pengobatan ditanggung pribadi.

4
- Kesan : sosial ekonomi cukup

IV. PEMERIKSAAN

PEMERIKSAAN FISIK

Status Praesen (Tanggal 11 Desember 2015)

Keadaan umum : baik

Kesadaran : komposmentis

Tanda vital : TD : 120/80 mmHg suhu : 36,8 oC

nadi : 94x/menit RR : 20x/menit

Pemeriksaan fisik : Kepala : mesosefal

Thoraks : Cor : tidak ada kelainan

Paru : tidak ada kelainan

Abdomen : tidak ada kelainan

Ekstremitas: tidak ada kelainan

Status Oftalmologi (Tanggal 11 Desember 2015 )

5
OD OS

IOL (+) di tempat, PCO (+) Lensa keruh tidak merata


K2N2SKP2
RP (+) N, RAPD (-)
RP (+) N, RAPD (-),
Iris Shadow (+)

Oculus Dexter Oculus Sinister


4/60 VISUS 1/60
S -2.50 C-1,00 x 90o 6/12 KOREKSI VISUS S -2.20 C-0,75 x 90o 6/20
NBC NBC
Edema (-), spasme (-) PALPEBRA SUPERIOR Edema (-), spasme (-)
Edema (-), spasme (-) PALPEBRA INFERIOR Edema (-), spasme (-)
Injeksi (-), sekret (-) CONJUNGTIVA Injeksi (-), sekret (-)
PALPEBRALIS
Injeksi (-), sekret (-) CONJUNGTIVA Injeksi (-), sekret (-)
FORNICES
Injeksi (-), sekret (-) CONJUNGTIVA BULBI Injeksi (-), sekret (-)
Tidak ada kelainan SCLERA Tidak ada kelainan
Jernih CORNEA Jernih
VH grade IV, CAMERA OCULI VH Grade IV,
Tyndal Efek (-) ANTERIOR Tyndal Efek (-)
Kripte (+), sinekia (-), iris IRIS Kripte (+), sinekia (-), iris
shadow (-) shadow (+)
bulat, central, regular, PUPIL Bulat, central, regular,
d : 5 mm, RP (-) post d : 5 mm, RP (-) post
midriatikum midriatikum
IOL (+) di tempat, PCO (+) LENSA Keruh tidak merata
K2N2SKP2
(+) Kurang cemerlang FUNDUS REFLEKS (+) Suram
Papil N. II : bulat, batas tegas, FUNDUSKOPI Tidak dapat dinilai karena
warna kuning kemerahan, terdapat kekeruhan pada media
CDR = 0,3, peripapil atrofi refrakta
Vasa : AVR 2/3, spasme (-)
Retina : Edema (-), perdarahan
(-), eksudat (-),Tigroid fundus
(+)

6
Makula : reflek fovea (+)
cemerlang
T (digiti) normal TENSIO OCULI T (digiti) normal
Tonometri Schiotz = 10,9 Tonometri Schiotz = 13,1
mmHg mmHg

V. RESUME
Seorang wanita berusia 68 tahun datang ke poliklinik mata RSUP Dr.
Kariadi dengan keluhan penurunan visus pada mata kiri.
Kurang lebih sejak 3 bulan yang lalu penderita mengeluh penurunan
visus pada mata kiri seperti tertutup kabut, perlahan-lahan, makin lama makin
berat, visus turun baik pada saat melihat jauh maupun dekat, seperti tertutup
tirai (-), floaters (-), atau flashes (-). Pasien juga mengeluh fotofobia (+). Mata
hiperemis berulang (-), lakrimasi (-), nyeri (-), gatal (-), pusing (-),. Keluhan
ini dirasakan pasien sudah mengganggu aktivitas sehari-hari pasien. Pasien
memiliki riwayat operasi katarak dan pemasangan Intraocular Lens pada mata
kanan.
Pemeriksaan fisik : status praesens dan pemeriksaan fisik dalam batas
normal.
Status Oftalmologi :

Oculus Dexter Oculus Sinister


4/60 VISUS 1/60
S -2.50 C-1,00 x 90o 6/12 KOREKSI VISUS S -2.20 C-0,75 x 90o 6/20
NBC NBC
Kripte (+), sinekia (-), iris IRIS Kripte (+), sinekia (-), iris
shadow (-) shadow (+)
IOL (+) di tempat, PCO (+) LENSA Keruh tidak merata
K2N2SKP2
(+) kurang cemerlang FUNDUS REFLEX (+) suram
Papil N. II : bulat, batas tegas, FUNDUSKOPI Tidak dapat dinilai karena
warna kuning kemerahan, terdapat kekeruhan pada
CDR = 0,3, peripapil atrofi media refrakta
Vasa : AVR 2/3, spasme (-)
Retina : Edema (-),
perdarahan (-), eksudat

7
(-),Tigroid fundus (+)
Makula : reflek fovea (+)
cemerlang

VI. DIAGNOSIS DIFERENSIAL


OD : Pseudofakia + Posterior Capsular Opacification
OS : 1. Katarak Senilis Imatur
2. Katarak Senilis Matur

VII. DIAGNOSIS
OD : Pseudofakia + Posterior Capsular Opacification
OS : Katarak Senilis Imatur

VIII. TERAPI
OD : Nd: YAG laser kapsulotomi
OS : Ekstraksi katarak ekstra kapsuler dengan teknik phacoemulsifikasi
dan pemasangan Intraocular Lens (IOL)

IX. PROGNOSIS
OD OS
Quo Ad Visam Dubia Ad Bonam Dubia Ad bonam
Quo Ad Sanam Dubia Ad Bonam Dubia Ad bonam
Quo Ad Vitam Ad Bonam
Quo Ad Cosmeticam Ad Bonam

X. USUL-USUL
1. Pemeriksaan biometri untuk menentukan kekuatan Intraocular Lens
(OS).
2. Pemeriksaan retinometri untuk melihat fungsi retina (ODS)
3. Pemeriksaan USG B scan untuk melihat keadaan segmen posterior
(OS)

8
4. Pemeriksaan darah rutin, waktu pembekuan darah, waktu perdarahan,
elektrolit, ureum-kreatinin, dan gula darah sewaktu.

XI. EDUKASI
- Menjelaskan pada penderita dan keluarga bahwa kaburnya pandangan pada
mata kiri disebabkan oleh katarak pada lensa mata kiri.
- Menjelaskan kepada penderita dan keluarga bahwa pada mata kanan
ditemukan kekeruhan pada bagian belakang lensa tanam, serta menjelaskan
kepada penderita dan keluarga untuk dilakukan tindakan pembersihan keruhan
tersebut dengan menggunakan laser agar tidak mengganggu ketajaman
penglihatan pada mata kanan lebih lanjut.
- Menjelaskan pada pasien dan keluarga bahwa katarak tidak dapat diobati
dengan obat, tetapi dengan pengambilan katarak dan pemberian lensa tanam
pada mata.
- Menjelaskan pada pasien dan keluarga jika tidak dilakukan operasi maka lensa
akan semakin keruh dan membesar sehingga dapat meningkatkan tekanan bola
mata yang dapat menyebabkan penglihatan semakin kabur dan kerusakan saraf
mata.
- Memberitahukan bahwa pasien akan di lakukan operasi katarak dengan teknik
phacoemulsifikasi dan penanaman Intraocular Lens.
- Sebelum dilakukan operasi harus dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui
kondisi saraf mata, keadaan bagian dalam mata, dan menentukan kekuatan
lensa yang akan ditanam.
- Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan dengan pembedahan pada lensa
katarak dimana dilakukan dengan merobek kapsul anterior, mengeluarkan
nukleus dan korteks. Sebagian kapsul anterior dan seluruh kapsul posterior
ditinggal.
- Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang komplikasi yang mungkin
terjadi saat dan setelah operasi seperti perdarahan, robekan lapisan lensa
bagian belakang, pembengkakan kornea, lepasnya lapisan retina, dan
peradangan pada mata.
- Menjelaskan pada pasien bahwa pasien akan diberikan kaca mata baca setelah
menjalani program operasi

9
XII. DISKUSI
A. Lensa
Lensa adalah suatu organ berstruktur bikonveks, avaskular, tak
berwarna, dan hampir transaparan sempurna. Lensa menggantung pada zonula
zinnia (Ligamentum suspensorium lentis) di belakang iris, yang
menghubungkan lensa dengan corpus cilliaris. Di sebelah anterior lensa
terdapat humor aqueous, sedangkan di sebelah posterior terdapat corpus
vitreum yang dibatasi dengan membrana hyaloidea.2
Lensa terdiri dari kapsul lensa anterior, korteks, nukleus, dan kapsul
lensa posterior (epitel subkapsularis posterior). Kapsul lensa adalah suatu
membran semipermiabel yang dapat dilalui air dan elektrolit. Bagian depan
lensa terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada
korteksnya. Seiring dengan pertambahan usia, serat-serat lamelar subepitel
terus diproduksi sehingga lensa perlahan-lahan menjadi lebih besar dan kurang
elastis. Nukleus dan korteks terbentuk dari lamellae konsentris yang panjang.
Garis-garis persambungan yang terbentuk dari penyambungan tepi-tepi serat
lamelar tampak seperti huruf Y dengan slitlamp. Huruf Y ini tampak tegak di
anterior dan terbalik di posterior. Masing-masing serat lamelar mengandung
sebuah inti gepeng yang apabila dilihat dengan mikroskop inti tersebut tampak
jelas terletak di perifer lensa dekat ekuator dan berbatasan dengan lapisan
epitel subkapsular posterior.2

Gambar 1. Anatomi mata

10
Gambar 2. Lensa Mata

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan sinar pada lensa. Kerja sama
fisiologis antara corpus cilliaris, zonula zinnii, dan lensa menyebabkan
terfokusnya sinar yang dari obyek dekat pada retina yang disebut akomodasi.
Kemampuan akomodasi pada anak anak sangat kuat ( pada bayi 14 Dioptri )
dan berkurang seiiring dengan pertambahan usia ( pada usia lebih dari 60
tahun hampir tidak ada ).2

B. Katarak
Katarak atau kekeruhan lensa merupakan salah satu gangguan pada
lensa. Katarak berasal dari bahasa Yunani katarrahakies, Inggris cataract dan
Latin cataracta yang berarti air terjun. Jadi katarak dimaksudkan sebagai
penglihatan yang seperti tertutup air terjun.1,2
Katarak adalah suatu keadaan kekeruhan lensa, yang paling banyak
disebabkan oleh penuaan, beberapa faktor lain dapat terlibat, termasuk trauma,
toksin, penyakit sistemik (diabetes mellitus), merokok, dan keturunan. Katarak
dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein
lensa, atau terjadi akibat kedua-duanya. Sebagian besar kasus bersifat bilateral,
walaupun kecepatan perkembangan masing-masing jarang sama. Kekeruhan
lensa tersebut dapat menyebabkan lensa menjadi tidak transparan sehingga
lensa akan berwarna putih atau abu-abu. Kekeruhan ini dapat ditemukan pada
berbagai lokalisasi di lensa seperti pada korteks, nukleus, subkapsularis
posterior. Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak meliputi

11
pemeriksaan tajam pengelihatan, slit lamp, funduskopi, serta tonometri bila
memungkinkan. Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan dalam : 1,2
1. Katarak kongenital (usia <1 tahun)
2. Katarak juvenile (usia >1 tahun)
3. Katarak senilis (usia >50 tahun)

Katarak Senilis
Katarak Senilis dibagi menjadi empat stadium yaitu : 1
Katarak Senilis Insipien
Pada stadium ini mulai timbul kekeruhan akibat proses
degenerasi lensa. Kekeruhan lensa berupa bercak-bercak tak
teratur seperti baji dengan dasar di perifer dan daerah jernih
diantaranya. Kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior
atau posterior. Kekeruhan ini mula-mula hanya dapat tampak
apabila pupil dilebarkan sedangkan pada stadium lanjut puncak
baji dapat tampak pada pupil normal.1 Pada stadium ini proses
degenerasi belum menyerap cairan mata ke dalam lensa
sehingga akan terlihat bilik mata depan normal, iris dalam
posisi normal disertai dengan kekeruhan ringan pada lensa.
Tajam penglihatan pasien belum terganggu. Kekeruhan ini
dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang
tidak sama pada semua bagian lensa. Stadium ini kadang
menetap untuk waktu yang lama.1
Katarak Senilis Imatur
Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa sehingga
masih ditemukan bagian-bagian yang jernih. Pada stadium ini
dapat terjadi hidrasi korteks. Lensa yang degeneratif mulai
meningkat tekanan osmotiknya dan menyerap cairan mata
sehingga lensa akan mencembung (katarak intumesen).
Pencembungan lensa ini akan menyebabkan bilik depan mata
dangkal, sudut bilik mata menyempit dan daya biasnya
bertambah, menyebabkan miopisasi. Penglihatan mulai
berkurang karena media refrakta tertutup kekeruhan lensa yang
menebal.1
Katarak Senilis Matur

12
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa
lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat deposisi ion Ca yang
menyeluruh.1 Tekanan cairan di dalam lensa sudah dalam
keadaan seimbang dengan cairan dalam mata.2 Oleh karena itu,
pada katarak imatur atau intumesen yang tidak dikeluarkan,
cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali pada ukuran
yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila
lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa.1 Bilik mata depan
normal kembali, sudut bilik mata depan terbuka normal dan uji
bayangan iris negatif. Tajam penglihatan sangat menurun dan
dapat hanya tinggal proyeksi sinar positif. 2
Katarak Senilis Hipermatur
Katarak yang mengalami proses degenerasi lebih lanjut, dapat
menjadi keras atau lembek dan mencair. Pada stadium ini
terjadi degenerasi kapsul lensa dan mencairnya korteks lensa
sehingga masa korteks ini dapat keluar melalui kapsul dan
masuk ke dalam bilik mata depan.2 Hal ini menyebabkan lensa
menjadi lebih kecil, berwarna kuning dan kering. Bila proses
katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka
korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar. Korteks
akan memperlihatkan bentuk seperti kantong susu disertai
dengan nukleus yang terbenam didalam korteks lensa karena
lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni.1,2,7

Tabel 1. Perbedaan stadium katarak senilis 4


Gejala Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan lensa Ringan Sebagian Seluruh Massif
Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
(air masuk) (air+massa lensa keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Iris shadow Negative Positif Negatif Pseudopositif
COA Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka

Perubahan lensa yang terjadi pada usia lanjut :4


1. Kapsul lensa

13
Menebal dan mengalami sklerosis sehingga
kapsul lensa menjadi kurang elastis dan daya
akomodasi berkurang (presbiopia)
Lamela kapsul berkurang atau kabur
Terlihat bahan granular
2. Epitel lensa
Makin tipis
Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah
besar dan berat
Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang
nyata

3. Serat lensa
Rusak dan menjadi lebih ireguler, terutama pada
korteks
Sinar UV semakin lama akan merusak protein
nukleus (histidin, triptofan, metionin, sistein dan
tirosin) membentuk brown sclerotic nucleus.

Penatalaksanaan Katarak
Terapi utama katarak adalah pembedahan yakni dengan Ekstraksi
Katarak Intra Kapsuler, Ekstraksi Katarak Ektra Kapsuler, ataupun
phacoemulsifikasi dengan pemasangan IOL

Indikasi operasi katarak sebagai berikut :


1. Perbaikan visus
Perbaikan visus merupakan indikasi umum paling sering untuk
dilakukan operasi katarak, meskipun kebutuhan bervariasi pada
setiap orang. Operasi diindikasikan hanya jika dan ketika katarak
berkembang menjadi derajat yang cukup (terutama pada katarak
senilis matur dan hipermatur) hingga menyebabkan penurunan
kualitas hidup. Selain itu, operasi juga dapat dilakukan pada mata
dengan visus yang meskipun sudah dikoreksi tetapi tidak cukup
untuk melakukan aktivitas sehari-hari (visus < 6/12).
2. Medis

14
Indikasi secara medis adalah katarak yang disertai komplikasi,
seperti glaukoma fakolitik, glaukoma fakomorfik, uveitis
fakoantigenik, dan dislokasi lensa ke kamera okuli anterior akibat
trauma. Indikasi tambahan untuk operasi katarak adalah katarak
yang padat sehingga mengganggu pemeriksaan fundus dan
mempengaruhi diagnosis atau manajemen penyakit okular yang
lain (seperti retinopati diabetikum atau glaukoma).

3. Kosmetik
Operasi katarak dengan indikasi kosmetik jarang dilakukan. Seperti
pada katarak matur yang menyebabkan kebutaan diekstraksi untuk
mengembalikan pupil berwarna hitam.

Indikasi pembedahan pada katarak senilis : 2,6,8


- Katarak telah mengganggu pekerjaan sehari-hari walapun katarak
belum matur, karena apabila telah menjadi matur ataupun
hipermatur akan menimbulkan penyulit (uveitis atau glaukoma).
- Katarak disertai komplikasi seperti glukoma dan uveitis, meskipun
visus masih baik untuk bekerja, dilakukan operasi juga setelah
keadaan menjadi tenang
- Katarak sudah masuk dalam stadium matur / hipermatur
- Visus meskipun sudah dikoreksi, tidak cukup untuk melakukan
pekerjaan sehari-hari (visus < 6/12 dan buta sosial 3/60).

a. Terapi Pembedahan :
1. Ekstraksi katarak ekstra kapsular (EKEK)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan
dengan merobek kapsul anterior, mengeluarkan nukleus dan korteks.
Sebagian kapsul anterior dan seluruh kapsul posterior ditinggal. Cara ini
umumnya dilakukan pada katarak dengan lensa mata yang sangat keruh
sehingga sulit dihancurkan dengan teknik phacoemulsifikasi. Dilakukan
pada tempat-tempat di mana teknologi phacoemulsifikasi tidak tersedia.
Teknik ini membutuhkan sayatan yang lebar, karena lensa harus

15
dikeluarkan dalam keadaan utuh. Lensa dikeluarkan, lensa buatan /
Intraocular Lens (IOL) dipasang untuk menggantikan lensa asli, tepat di
posisi semula. Lalu dilakukan penjahitan untuk menutup luka. Teknik ini
dihindari pada penderita dengan zonulla zinii yang rapuh. 3,4
Keuntungan EKEK :
Luka insisi lebih kecil (8-12 mm) dibanding EKIK sehingga
proses penyembuhan dapat berlangsung lebih cepat.
Oleh karena kapsul posterior utuh maka :
o Mengurangi resiko hilangnya corpus vitreum intra operasi
o Posisi anatomis yang lebih baik untuk pemasangan IOL karena
kapsul posterior ditinggal
o Mengurangi risiko glaukoma, ablasio retina, edema kornea,
perlengketan corpus vitreum dengan iris dan kornea
o Menyediakan barier yang menahan pertukaran beberapa
molekul antara humor aqueous dan corpus vitreum
o Menurunkan akses bakteri ke corpus vitreum yang dapat
menyebabkan endofthalmitis.
Kerugian EKEK :
Jika proses aspirasi tidak bersih dan proses absorpsi tidak sempurna,
maka sisa lensa yang tertinggal akan berproliferasi sehingga dapat
timbul katarak sekunder.

2. Ekstraksi Katarak Intra Kapsuler (EKIK)


Teknik ini sudah jarang digunakan setelah adanya teknik EKEK.
Pada EKIK dilakukan pengangkatan seluruh lensa, termasuk kapsul lensa.
Pada teknik ini dilakukan sayatan 12-14 mm, lebih besar dibandingkan
dengan teknik EKEK. Dapat dilakukan pada zonula zinii yang telah rapuh/
berdegenerasi (pada lensa yang luksasi).1
Keuntungan EKIK :
Tidak timbul katarak sekunder
Diperlukan instrumen yang tidak terlalu canggih (lup operasi,
cryoprobe, forceps kapsul)
Kerugian EKIK :
Insisi yang lebih besar dapat mengakibatkan :
o Penyembuhan dan rehabilitasi visual tertunda
o Timbulnya astigmatisma yang signifikan
o Inkarserasi iris dan vitreus

16
Lebih sering menimbulkan penyulit seperti glaukoma, uveitis,
endolftalmitis.

3. Phacoemulsifikasi
Operasi phacoemulsifikasi, dengan menggunakan mikroskop
operasi, dilakukan sayatan yang sangat kecil (3 mm/ 2,75 mm) pada
kornea. Kemudian, melalui sayatan tersebut dimasukkan sebuah pipa
melewati COA-pupil-kapsul lensa. pipa tersebut akan bergetar dan
mengeluarkan gelombang ultrasonik yang akan menghancurkan lensa
mata. Saat yang sama, melalui pipa ini dialirkan cairan garam fisiologis
atau cairan lain sebagai irigasi untuk membersihkan kepingan lensa.
Melalui pipa tersebut cairan diaspirasi bersama sisa-sisa lensa.1
Teknik ini menghasilkan insidensi komplikasi luka yang lebih
rendah, proses penyembuhan dan rehabilitasi visual lebih cepat. Teknik ini
membuat sistem yang relatif tertutup sepanjang phacoemulsifikasi dan
aspirasi, oleh karenanya mengontrol kedalaman COA sehingga
meminimalkan risiko prolaps corpus vitreum.1

b. Persiapan operasi :
1. Status oftalmologik
Tidak dijumpai tanda-tanda infeksi (cek sekret mata dengan
pengecatan Gram)
Tekanan intraokuler normal (cek dengan tonometer Schiotz)
2. Keadaan umum/sistemik
Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin, waktu pembekuan,
waktu perdarahan, kadar gula darah dalam batas normal
Tanda vital dalam batas normal
Pada penderita DM atau hipertensi, keadaan penyakit tersebut
harus terkontrol.

c. Perawatan pasca operasi :


1. Mata ditutup dengan kassa
2. Diberikan tetes antibiotika dengan kombinasi antiinflamasi
3. Tidak boleh mengangkat benda berat 6 bulan
4. Kontrol teratur untuk evaluasi luka operasi
5. Bila tanpa pemasangan IOL, maka mata yang tidak mempunyai lensa
lagi (afakia) visusnya 1/60, sehingga perlu dikoreksi dengan lensa S

17
+10D untuk melihat jauh. Koreksi ini diberikan 3 bulan pasca operasi.
Sedangkan untuk melihat dekat perlu diberikan kacamata S +3D.

d. Komplikasi operasi :
Durante operasi :
Ruptur kapsula posterior, subchoroidal bleeding, prolaps corpus
vitreum, prolaps iris
Post operasi :
Astigmatisma, ablatio retina, katarak sekunder, endoftalmitis

Posterior Capsular Opacification


Posterior Capsular Opacification (PCO), seringkali disebut katarak
sekunder atau komplikasi setelah dilakukannya operasi Ekstraksi Katarak
Ekstra Kapsuler (EKEK) atau phacoemulsifikasi dengan atau tanpa
penanaman Intraocular Lens (IOL).911 Ini adalah salah satu komplikasi yang
paling banyak muncul setelah operasi katarak. Penelitian yang dilakukan oleh
Pandey dkk pada tahun 2004 menunjukkan bahwa 28% pasien mengalami
PCO 5 tahun setelah operasi katarak.10 Pasien dengan PCO umum nya terjadi
penurunan ketajaman penglihatan, gangguan sensitivitas terhadap cahaya,
sehingga penderita akan mengeluhkan silau apabila terkena cahaya.911
Komponen PCO dapat dibagi menjadi dua komponen secara klinis,
yaitu komponen regenerasi dan fibrotik. Komponen regenerasi lebih umum
ditemukan, yaitu disebabkan oleh sisa dari epitel lensa yang berada pada
region equator lensa yang juga disebut sel E, bermigrasi dan berproliferasi di
antara IOL dan kapsul posterior. Komponen fibrotik PCO disebabkan oleh sel
epitel lensa yang berasal dari kapsul anerior berubah menjadi myofibroblasts
dan menuju ke kapsul posterior lensa, menyebabkan kekeruhan.911

Penatalaksanaan PCO
PCO sangat mudah ditangani dengan menggunakan laser kapsulotomi
Neodymium: Yttrium Aluminium Garnet (Nd: YAG). Tindakan ini berfungsi
untuk memperbaiki ketajaman penglihatan penderita dengan PCO. Walaupun
tindakan ini mudah, tetapi laser kapsulotomi Nd: YAG dapat menimbulkan

18
beberapa komplikasi, yaitu; peningkatan tekanan intra okuler, peradangan
okuler, edema makular cystoid, dan ablatio retina.10,11

XIII. ANALISIS KASUS


Kasus ini, pasien ini didiagnosis sebagai OD Pseudofakia dan
Posterior Capsular Opacifiction (PCO), OS katarak senilis imatur
didasarkan pada anamnesis :
1. Pasien berumur 68 tahun
2. Didapatkan pandangan mata kiri kabur sepeti tertutup kabut,
semakin lama semakin kabur
3. Didapatkan riwayat operasi katarak dan penanaman
Intraocular lens pada mata kanan 3 bulan yang lalu.
Pemeriksaan fisik pada kasus ini didapatkan:
1. Pemeriksaan oftalmologi didapatkan visus OD 4/60, OS 1/60
2. Iris shadow positif mata kiri
3. Kekeruhan tidak merata pada lensa mata kiri
4. Ditemukan IOL ditempat dan Posterior Capsular
Opacification pada mata kanan
5. Fundus Reflex (+) kurang cemerlang pada mata kanan dan (+)
suram pada mata kiri

Kasus ini, pasien disarankan untuk untuk dilakukan tindakan laser


kapsulotomi dengan Nd: YAG pada okuli dekstra agar kekeruhan pada
kapsul posterior akibat operasi katarak 3 bulan yang lalu tidak semakin
parah dan mengganggu visus pasien. Sedangkan, okuli sinistra disarankan
untuk dilakukan operasi katarak dengan phacoemulsifikasi karena teknik
ini menghasilkan insidensi komplikasi luka yang lebih rendah
dibandingkan dengan EKEK, sehingga proses penyembuhan akan lebih
cepat dan risiko terjadinya astigmatisma setelah operasi kecil. Setelah
dilakukan ekstraksi phacoemulsifikasi dipasang Intraocular Lens (IOL).

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Ed 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2011.


2. Vaughan D, Taylor A, Paul R. Oftalmologi Umum. Ed17 ed. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2008.

19
3. Manalu R. Mass Cataract Surgery Among Barabai Community At Damanhuri
Hospital, South Kalimantan. IOA The 11th Congress In Jakarta, 2006. Jakarta;
2006.
4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar 2013.
Jakarta; 2013.
5. World Health Organization. Global Data on Visual Impairements 2010.; 2012.
http://www.who.int/blindness/GLOBALDATAFINALforweb.pdf. Accessed 2
Dec 2014.
6. Yorston D. Monitoring cataract surgical outcomes: Computerised systems. J
Community Eye Heal. 2002;15(44):56-57.
7. Bobrow JC. Basic and Clinical Science Course: 11. Lens and Cataract.
(American Academy of Ophthalmology, ed.).
8. Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia. Penyelenggaraan Bakti Sosial
Operasi Katarak.; 2013. doi:10.1017/CBO9781107415324.004.
9. Gopinath GS, Satish K, Srivastava N, Patil S, Afshan R. Visual Outcome and
Complications of YAG Laser Therapy for Posterior Capsular Opacification
Following Cataract Surgery. 2015;3(3):65-68. doi:10.17354/ijss/2015/271.
10. Ajite KO, Ajayi IA, Omotoye OJ, Fadamiro CO. Visual outcome of Patients
with Posterior Capsular Opacification Treated with Nd: YAG Laser.
2013;1(4):23-27.
11. Findl O. Intraocular Lens Materials and Design. In: Achieving Excellence in
Cataract Surgery. United States of America; 2009:95-108.

20

Anda mungkin juga menyukai