Anda di halaman 1dari 17

1

JURNAL ILMIAH

PERTAMBANGAN BATU APUNG DI KABUPATEN LOMBOK UTARA


DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009
TENTANG MINERAL DAN BATU BARA

(Studi Di Kabupaten Lombok Utara)

Oleh:

L. Hendra Rofika Robi


D1A.006 144

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
2013
1

PERTAMBANGAN BATU APUNG DI KABUPATEN LOMBOK UTARA


DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009
TENTANG MINERAL DAN BATU BARA
(Studi Di Kabupaten Lombok Utara)

Oleh:

L. Hendra Rofika Robi


D1A.006 144

Menyetujui :

Mataram, 08 Maret 2013

Pembimbing Pertama,

( Dr.H. Salim HS, SH.MS)


Nip. 19600408198603 1 004
2

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana sistem
kerjasama antara pemerintah daerah dengan kontraktor dalam penambangan batu
apung di Lombok Utara, dan untuk mengetahui tanggung jawab hukum kontraktor
terhadap dampak pertambangan batu apung. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah normatif dan empiris dengan pendekatan perundang-
undangan, konseptual, dan sosiologis. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1)
Sistem kerja sama yang dibangun antara pemerintah daerah dan pihak kontraktor
adalah dalam bentuk pemberian izin pertambangan. (2) Tanggung jawab
kontraktor terhadap dampak dari pertambangan batu apung yaitu penanggulangan
masalah lingkungan, penanggulangan kerusakan lahan bekas tambang, dan
reklamasi. Sarannya pemerintah daerah perlu mensosialisasikan Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 2009 tersebut ke masyarakat.

Kata Kunci: Tanggung Jawab, Kontraktor Pertambangan.

ABSTRACT

The purpose of this research is to determine how is cooperation system


between territory goverment with contractor in pumice mining in North Lombok,
and to find a contractors liability law in impact of pumice mining. The method is
used in this study is normative and empirical approach to legislation, conceptual,
and sociological. The result of this research show that: (1) The cooperations
system that build by territory goverment and contractor is in licensing of mining.
(2) The liability of the contractors to the inpact of the reduction of pumice mining
are mitigation of environmental issues, mitigation of damage mined lands, and
reclamation. The suggestions of territory goverments need to socialize law no.4 of
2009 to the public.

Key Word : Responsbillity, Mining Contractors.


3

PENDAHULUAN

Sumber daya alam merupakan faktor yang sangat menentukan bagi

kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan dalam kehidupannya, manusia tidak

dapat hidup tanpa adanya sumber daya alam. Ketergantungan manusia akan

sumberdaya alam tersebut berpengaruh terhadap pola pemanfaatan dan

pengelolaan sumber daya alam yang ada. Di Indonesia, sebagai negara yang

sedang berkembang, peningkatan jumlah penduduk yang terus terjadi

mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah permintaan akan pemenuhan

kebutuhan hidup dari sumberdaya alam, sehingga berkorelasi terhadap semakin

eksploitatifnya pemanfaatan sumber daya alam yang ada. Hal ini nyata dari

adanya peningkatan jumlah permintaan pasokan akan sumber daya alam mineral

bagi pemenuhan kebutuhan manusia dalam jumlah yang besar, namun seringkali

tidak dapat terpenuhi karena terbatasnya persediaan sumber daya alam yang ada.

Sehingga untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan adanya pengelolaan

dan pemanfaatan yang baik terhadap sumberdaya alam mineral.1

Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya

akan sumber daya alam mineral yang berupa bahan galian (tambang) seperti

emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi, batu bara, dan lain-lain. Bahan

galian itu dikuasai oleh negara. Hak Penguasaan Negara berisi wewenang untuk

mengatur, mengurus dan menguasai pengelolaan atau pengusahaan bahan galian,

1
Http:// Produksi Barang Tambang Mineral Di Indonesia, Tahun 1996-2008 (Badan
Pusat Statistik 2009)
4

serta berisi kewajiban untuk mempergunakannya sebesar-besarnya bagi

kemakmuran rakyat. Penguasaan oleh negara diselenggarakan oleh pemerintah. 2

Pengelolaan dan pemanfaatan yang baik terhadap sumber daya alam

mineral menjadi faktor penentu keberlanjutan dari lingkungan hidup dan aktifitas

kehidupan manusia kedepannya. Di Indonesia, pemanfaatan dan pengelolaan

sumberdaya alam sangat tergantung pada kebijakan pemerintahan pada masanya.

Pada era desentralisasi saat ini, pemberian wewenang dari pemerintahan pusat

kepada pemerintahan daerah dalam pengelolaan sumber daya alam memberikan

dampak yang sangat berbeda dibandingkan di era sentralisasi. Pemerintah daerah

yang memiliki kekuasaan untuk memanfaatkan segala potensi sumberdaya alam di

daerahnya, dapat mengalihkan haknya dengan memberikan izin kepada pihak

swasta atau industri yang bergerak dibidang pertambangan untuk mengelola dan

memanfaatkan sumber daya alam mineral.3

Namun keberadaan perusahaan tambang di indonesia kini banyak

dipersoalkan oleh berbagai kalangan. Ini disebabkan keberadaan perusahan

tambang itu telah menimbulkan dampak negatif didalam perusahaan bahan galian.

Dampak negatif dari perusahaan tambang adalah meliputi: Rusaknya hutan yang

berada di daerah lingkar tambang, tercemarnya laut, terjankitnya penyakit bagi

masyarakat yang bermukim di daerah lingkar tambang, konflik antara masyarakat

lingkar tambang dengan perusahaan tambang.4

2
H. Salim M.S, Hukum Pertambangan Di Indonesia (Jakarta: PT Raja Grapindo
Persada, 2010) Hal.1
3
Op.Cit
4
http://id.scribd.com/doc/33920004/Batu-Apung 5 Jul 2010
5

Seperti halnya dalam pertambangan batu apung di Kabupaten Lombok

Utara Selain mempunyai efek positif berupa beberapa kegunaannya,

pertambangan batu apung juga mempunyai dampak negatif bagi lingkungandan

masyarakat. Terutama yang terlihat pada pulau Lombok, khususnya Lombok

Utara. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa telah terjadi penurunan

kesuburan tanah akibat penambangan. Penurunan kandungan hara makro, C-

organik, dan nilai KTK (Kapasitas Tukar Kation) disebabkan oleh penyingkiran

lapisan tanah atas dan munculnya lapisan bawah yang bertekstur lebih kasar.

Akibat pembongkaran dan pemindahan lapisan atas tersebut maka tanah bekas

penambangan batu apung mengandung fraksi pasir lebih besar dari pada tanah

yang tak ditambang.

Disamping itu, dari aspek devisa negara dan pendapatan asli daerah,

keberadaan perusahaan tambang sangat membantu dalam pembangunan nasional

dan daerah. Begitu juga dalam bidang tenaga kerja, keberadaan perusahaan

tambang telah menyerap tenaga kerja, baik tenaga kerja lokal, regional, nasional

maupun internasional.

Banyaknya jumlah industri pertambangan mengakibatkan semakin

tingginya blasting terhadap pertambangan sehingga menyebabkan perubahan

struktur sosial ekonomi bagi masyarakat. Berbagai perubahan yang terjadi pada

aspek tersebut merupakan masalah dari aktivitas pertambangan yang penting

untuk dilakukan pengkajian.


6

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sistem Kerja Sama Pihak Kontraktor dan Pemerintah Daerah Dalam


Pertambangan Batuapung Di Lombok Utara

Dalam pelaksanaan pertambangan batu apung di Kabupaten Lombok

Utara, sistem kerja sama yang dibangun oleh pemerintah daerah dengan pihak

kontraktor adalah dalam bentuk peberian izin pertambangan yang

diberikan/diterbitkan oleh pemerintah daerah kepada pihak kontraktor atas

dasar berbagai kesepakatan yang harus dipenuhi oleh pihak kontraktor selama

dan sesudah kegiatan penggalian berlangsung demi tercapainya tujuan

bersama. Izin pertambangan yang dimaksud antara lain, yaitu IUP

eksploitasi, IUP operasi produksi, IUP pengelolaan dan pemurnian, dan IUP

pengangkutan.

Dalam pemberian izin pertambangan batuapung di Kabupaten Lombok

Utara, pihak kontraktor diharuskan melaksanakan kewajiban-kewajiban

dalam melakukan pertambangan batu apung tersebut. Kewajiban-kewajiban

yang dimaksud antara lain: 5

1. Kewajiban dalam izin usaha pertambangan eksplorasi:

a. Kewajiban administrasi:

Pembayaran retribusi izin sesuai peraturan yang berlaku;

Menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan eksploitasi secara

berkala setiap 1 (satu) bulan kepada bupati melalui Kepala Dinas

Pekerjaan Umum Pertambangan dan Energi Kabupaten Lombok

5
Profil Izin Usaha Pertambangan Batapung Di Lombok Utara Dari Tahun 2009-2010.
Op.Cit
7

Utara dengan tembusan kepada Dinas Pendapatan Pengelolaan

Keuangan Aset Daerah Kabupaten Lombopk Utara;

Mengindahkan semua peraturan perundang-undangan yang

berlaku, khususnya di bidang pertambangan dan petunjuk-

petunjuk yang diberikan pemerintah.

b. Kewajiban teknis:

Pada batas wilayah/lokasi penambangan yang sudah ditentukan

harus dipasang patok permanen yang memuat keterangan

mengenai nomor patok;

Mengamankan lahan milik orang lain dan/atau lahan fasilitas

umum yang berbatasan langsung dengan wilayah pertambangan,

dengan mengatur jarak aman lokasi penambangan;

Melakukan penimbunan dan pentauladan pada batas wilayah

dengan jalan kampung dan saluran serta pemukiman;

Memberikan perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan

kerja bagi pekerja sesuai dengan peraturan dan perundang-

undangan yang berlaku;

Pemekaian tenaga kerja agar diusahakan berasal dari sekitar

wilayah penambangan;

Melaksanakan upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya

pementauan lingkungan hidup sesuai dokumen yang telah

direkomendasikan;
8

Menghentikan sebagian atau seluruh kegiatan pertambangan

apabila diperhitungkan akan terjadi perubahan yang dinilai dapat

menimbulkan bahaya atau dampak yang merugikan;

Pada akhir kegiatan, pemegang izin diwajibkan melakukan

penataan kembali/reklamasi lahan bekas penambangan sesuai

rencana peruntukan lahan perkebunan, dan melakukan rehabilitasi

terhadap kerusakan yang timbul sebagai akibat adanya kegiatan

penambangan maupun pengangkutan.

2. Kewajiban izin usaha pertambangan Operasi Produksi:

a. Kewajiban administrasi:

Pembayaran retribusi izin sesuai peraturan yang berlaku;

Menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan operasi produksi

secara berkala setiap 3 (tiga) bulan sekali kepada Bupati melalui

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Pertambangan dan Energi

Kabupaten Lombok Utara dengan tembusan kepada Dinas

Pendapatan Pengelolaan Keuangan Aset Daerah Kabupaten

Lombopk Utara;

Mengindahkan semua peraturan perundang-undangan yang

berlaku, khususnya di bidang pertambangan dan petunjuk-

petunjuk yang diberikan pemerintah.

b. Kewajiban Teknis:

Melaksanakan kegiatan operasi produksi secara baik dan benar;


9

Melaksanakan upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya

pementauan lingkungan hidup sesuai dokumen yang telah

direkomendasikan;

Memberikan perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan

kerja bagi pekerja sesuai dengan peraturan dan perundang-

undangan yang berlaku.

3. Kewajiban izin usaha pertambangan Pengolahan dan Pemurnian:

a. Kewajiban Administrasi:

Pembayaran retribusi izin sesuai peraturan yang berlaku;

Menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan

pengolahan/pemurnian secara berkala setiap 3 (tiga) bulan sekali

kepada Bupati melalui Kepala Dinas Pekerjaan Umum

Pertambangan dan Energi Kabupaten Lombok Utara dengan

tembusan kepada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Aset

Daerah Kabupaten Lombopk Utara;

Mengindahkan semua peraturan perundang-undangan yang

berlaku, khususnya di bidang pertambangan dan petunjuk-

petunjuk yang diberikan pemerintah.

b. Kewajiban Teknis:

Melaksanakan kegiatan pengolahan/pemurnian secara benar

sesuai teknis yang ada;


10

Melaksanakan upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya

pementauan lingkungan hidup sesuai dokumen yang telah

direkomendasikan;

Memberikan perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan

kerja bagi pekerja sesuai dengan peraturan dan perundang-

undangan yang berlaku.

4. Kewajiban izin usaha pertambangan pengangkutan:

a. Kewajiban Administrasi:

Pembayaran retribusi izin sesuai dengan peraturan yang berlaku;

Menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan pengangkutan

secara berkala setiap 3 (tiga) bulan sekali kepada Bupati melalui

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Pertambangan dan Energi

Kabupaten Lombok Utara dengan tembusan kepada Dinas

Pendapatan Pengelolaan Keuangan Aset Daerah Kabupaten

Lombopk Utara;

Mengindahkan semua peraturan perundang-undangan yang

berlaku, khususnya di bidang pertambangan dan petunjuk-

petunjuk yang diberikan pemerintah.

b. Kewajiban Teknis:

Melaksanakan kegiatan pengangkutan secara benar sesuai teknis

yang ada;
11

Melaksanakan upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya

pemantauan lingkungan hidup sesuai dokumen yang telah

direkomendasikan;

Memberikan perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan

kerja bagi pekerja sesuai dengan peraturan dan perundang-

undangan yang berlaku

B. Tanggung Jawab Kontraktor (Pemegang Izin) terhadap dampak dari


pertambangan Batu apung

Diketahui dalam kegiatan pertambangan Batu apung, selain

terlaksananya beberapa kewajiban dari pihak kontraktor, namun tetap tidak

bisa dipungkiri dengan adanya dampak dari setiap pertambangan termasuk

pertambangan batu apung itu sendiri. Bahkan dalam setiap kegiatan

pertambangan bukan hanya mempengaruhi keadaan fisik biologis daerah

sekitarnya, tetapi juga akan mempengaruhi keadaan sosial, budaya dan

ekonomi, baik dari segi positif maupun negatifnya.

Secara ringkas ada beberapa segi yang mendapat perhatian dari adanya

tambang batuapung ini, antara lain: 6

Dampak negatif

Aspek fisik biologis : akan menimbulkan morfologi dan tata guna

tanah, gangguan terhadap hewan dan

tumbuhan.

6
Lapogran Akhir. Survei Eksplorasi Suber Daya Mineral Galian Batuan Di Kabupaten
Lombok Utara Tahun 2012
12

Aspek ekonomi : adanya kenaikan daya beli masyarakat

dikawatirkan menimbulkan pengaruh

negatif terhadap keadaan pasaran barang-

barang sekitarnya.

Dampak positif

Aspek fisik biologis : adanya peerbaikan sarana kehidupan

setempat dengan diperbaikinya fasilitas

jalan, sarana kesehatan, listrik dan

sebagainya.

Aspek ekonomi : dapat menambah pendapatan dan

kemampuan daya beli rakyat setempat,

berarti ikut menaikan taraf hidupnya. Selain

itu pendapatan pemerintah daerah dari hasil

restribusi dan pajak akan meningkat yang

berarti akan meningkatkan pembangunan

daerah

Dari beberapa dampak negatif pertambangan batu apung yang

disebutkan di atas, berikut beberapa tanggung jawab dari pihak kontraktor

dalam mengatasi beberapa dampak dari pertambangan tersebut. Tanggung

jawab pihak kontraktor terhadap dampak dari pertambangan batuapung di

kabupaten Lombok Utara antara lain, sebagai berikut: 7

7
Lapogran Akhir. Survei Eksplorasi Suber Daya Mineral Galian Batuan Di Kabupaten
Lombok Utara Tahun 2012. Op.Cit
13

1) penanggulangan masalah lingkungan;

kerusakan morfologi pada tanah dapat ditanggulangi pada cara

penambangan, dimana pada daerah dataran penambangan dilakukan

secara backfilling, dimana tanah galian langsung ditimbunkan pada

bekas galiannya begitu blok penambangan selesai dikerjakan.

Sehingga lubang bekas penggalian akan rata kembali.

2) penanggulangan kerusakan lahan bekas tambang;

3) Pola penanganan kerusakan bekas lahan penambangan batuapung di

dilakukan dengan kriteria penanganan kerusakan, dan pola penanganan

secara mekanik (sipil teknis).

a. Kriteria penanggulangan kerusakan

Setiap akhir dari suatu kegiatan penambangan, dilakukan reklamasi

dan penataan kembali lahan bekas penambangan. Untuk

menghindari atau mengurangi dampak negatif dari kegiatan

penambangan, maka reklamasi dilakukan mulai sejak awal, selama

maupun setelah kegiatan penambangan.

b. Pola penanganan secara mekanik

Pola penanganan kerusakan lahan akibat kegiatan penambangan

secara vegetatif, dapat juga dilakukan dengan cara mekanik. Cara

penanganan kerusakan lahan akibat penambangan dimaksudkan

untuk memperlambat aliran permukaan, menampung dan

menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak

merusak. Pola penanganan secara mekanik dapat dilakukan dengan


14

cara pengolahan tanah menurut kontur, pembuatan galengan dan

saluran menurut kontur, pembuatan teras, perbaikan drainase

4) Reklamasi.

Kegiatan reklamasi lahan bekas penambangan meliputi : pengamanan

lahan bekas penambangan, pengaturan bentuk lahan (landscaping),

pengelolaan top soil, pengendalian erosi dan sedimentasi, revegetasi

dengan tanaman jambu mete.


15

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari semua yang telah dibahas di atas maka dapat disimpulkan, bahwa:

1) Dalam pelaksanaan pertambangan batu apung di Kabupaten Lombok

Utara, sistem kerja sama yang dibangun oleh pemerintah daerah dengan

pihak kontraktor adalah dalam bentuk peberian izin pertambangan. Izin

pertambangan yang dimaksud antara lain, yaitu IUP eksploitasi, IUP

operasi produksi, IUP pengelolaan dan pemurnian, dan IUP

pengangkutan.

2) Tanggung jawab pihak kontraktor terhadap dampak dari pertambangan

batu apung di Kabupaten Lombok utara antara lain; penanggulangan

masalah lingkungan, penanggulangan kerusakan lahan bekas tambang,

dan reklamasi.

B. Saran

Pemerintah daerah sangat perlu mensosialisasikan Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara ke

masyarakat Kabupaten Lombok Utara.


16

DAFTAR PUSTAKA

HS Salim. 2010. Hukum Pertambangan Di Indonesia. Jakarta: PT Raja


Grapindo Persada

Http://id.scribd.com/doc/33920004/Batu-Apung 5 Jul 2010

Http:// Produksi Barang Tambang Mineral Di Indonesia, Tahun 1996-2008


(Badan Pusat Statistik 2009)

Lapogran Akhir. Survei Eksplorasi Suber Daya Mineral Galian Batuan Di


Kabupaten Lombok Utara. Tahun 2012
Profil. Izin Usaha Pertambangan Batapung Di Lombok Utara. Dari Tahun 2009-
2010

Anda mungkin juga menyukai