Bunyi jantung abnormal, atau murmur ( bising jantung ) biasanya ( tetapi tidak selalu )
berkaitan dengan penyakit jantung. Murmur yang tidak berkaitan dengan patologi jantung, yang
disebutmurmur fungsional, lebih sering dijumpai pada orang berusia muda.
Dalam keadaan normal darah mengalir secara laminar; yaitu, cairan mengalir dengan mulus
dalam lapisan-lapisan yang berdampingan satu sama lain. Namun, apabila aliran darah menjadi
turbulen ( bergolak ), dapat terdengar bunyi. Bunyi abnormal tersebut disebabkan oleh getaran
yang terbentuk di struktur-struktur di sekitar aliran yang bergolak tersebut.
Penyebab tersering turbulensi adalah malfungsi katup, baik katup stenotik atau insufisien.
Katup stenotik adalah katup yang kaku dan menyempit dan tidak membuka secara sempurna.
Darah harus dipaksa melewati lubang yang menyempit dengan kecepatan yang sangat tinggi,
sehingga terjadi turbulensi yang menimbulkan suara siulan abnormal serupa dengan bunyi yang
dihasilkan sewaktu memaksa udara melewati bibir yang menyempit untuk bersiul.
Katup insufisien adalah katup yang tidak dapat menutup sepurna, biasanya karena tepi-tepi
daun katup mengalami jarigan parut dan tidak pas satu sama lain. Turbulensi terjadi sewaktu
darah mengalir berbalik arah melalui katup yang insufisien dan bertumbukan dengan darah yang
mengalir dalam arah berlawanan, menimbulkan murmur yang berdesir atau berdeguk. Aliran
balik darah demikian dikenal sebagai regurgitasi. Biasanya katup jantung yang insufisien
disebut katup bocor, karena memungkinkan darah mengalir balik pada saat katup seharusnya
tertutup.
Suatu murmur yang terjadi antara bunyi jantung I dan II ( lub-murmur-dup, lub-murur-dup )
mengisyaratkan murmur sistolik. Terdapat 2 macam murmur sistolik, yaitu :
Tipe ejeksi ( ejection systolic ) : timbul akibat aliran darah yang dipompakan (ejected)
melalui bagian yang menyempit dan mengisi sebagian fase sistolik, misal : pada stenosis
aorta.
Tipe pansistolik ( pansystolic ) : timbul akibat aliran balik yang melalui bagian jantung
yang masih terbuka dan mengisi seluruh fase sistolik, misal : pada insufisiensi mitral.
Derajat 5 : bising sangat keras yang tetap terdengar bila stetoskop ditempelkan sebagian
saja pada dinding dada
Derajat 6 : bising paling keras dan tetap terdengar meskipun stetoskop diangkat dari
dinding dada
Murmur sistolik dengan suara bunyi jantung II terdapat split/pecah dengan pungtum
proksimum di ICS I-II
Diagnosis: ASD (Atrial Septal Defect)
Murmur sistolik dan diastolik terjadi di mana bunyi jantung I dan II hampir tidak
terdengar
Diagnosis: PDA (Patent Ductus Arteriosus)
Bising jantung (cardiac murmur) timbul akibat aliran turbulen dalam bilik (dinding
jantung) dan pembuluh darah jantung, sumbatan terhadap aliran atau adanya aliran
dari diameter kecil ke diameter yang lebih besar. Aliran turbulen ini terjadi bila melalui
struktur yang abnormal (penyempitan lubang katup, insufisiensi katup,atau dilatasi
segmen arteri), atau akibat aliran darah yang cepat sekali melalui struktur yang normal,
atau akibat aliran darah balik yang abnormal (regurgitasi) 1,2,3
Turbulensi menyebabkan arus berlawanan (eddies) yang memukul dinding dan
menimbulkan getaran yang didengar pemeriksa sebagai bising. Bising dapat pula timbul
bila sejumlah besar darah mengalir melalui lubang normal. Dalam keadaan ini lubang
normal relatif stenotik untuk volume yang bertambah itu. 1
Bising jantung digambarkan menurut:
1. Waktu relatifnya terhadap siklus jantung
2. Intensitasnya
3. Lokasi atau daerah tempat bunyi itu terdengar paling keras dan
4. Sifat-sifatnya 2
Untuk menentukan daerah dengan bising jantung maksimal sering digunakan lima
daerah standar pada dinding dada yaitu: daerah aorta, trikuspidalis, pulmonalis,
mitralils atau apikal, dan titik erb (ICS II, parasternalis sinistra). Tempat-tempat ini
merupakan tempat yang paling sering dipakai untuk lokalisasi daerah bising
maksimum. Bising terdengar paling keras pada daerah-daerah yang terletak searah
dengan aliran darah yang melalui katup, bukan di daerah tempat katup-katup itu
berada. Spesifikasi sifat-sifat bunyi yang unik (seperti bunyi tinggi, kualitas, lama, atau
penyebarannya) juga harus ditulis sewaktu menggambarkan suatu bising jantung. 2
Semua bising jantung dapat dilokalisasi tempat terdengarnya yang paling keras
(pungtum maksimum bising). Bising mitral biasanya terdengar paling keras di apeks,
bising trikuspid di para sternal kiri bawah, bising pulmonal di sela iga 2 tepi kiri
sternum, bising aorta di sela iga ke 2 tepi kanan atau kiri sternum. 4
Lokalisasi suatu bising adalah tempat bising itu paling keras terdengar (punctum
maximum). Punctum maximum bising tertentu perlu ditentukan untuk membedakan
bising itu dengan bising lain yang mungkin terdengar juga di tempat yang sama karena
penyebaran dari tempat lain. Selain itu, punctum maximum dan penyebaran suatu
bising berguna untuk menduga darimana bising itu berasal. Misalnya dengan punctum
maximum pada apeks kordis yang menyebar ke lateral sampai ke belakang, biasanya
adalah bising yang berasal dari katup mitral. 3
Dalam pemeriksaan bising jantung harus diperhatikan:
- Fase dimana bising itu terjadi dan saat bising tersebut
- Intensitas dan nada bising
- Bentuk (tipe) bising serta lama dan saatnya bising
- Lokasi bising dengan punctum maximum-nya serta arah penjalaran bising (punctum
maximum) adalah tempat dimana bising itu terdengar paling keras
- Apakah bising yang terdengar berubah-ubah menurut posisi badan atau pernafasan
- Tinggi nada
- Kualitas
- Hubungan dengan pernafasan
- Hubungan dengan posisi tubuh 1,2
Terlebih dahulu ditetapkan dengan tepat dalam fase mana bising jantung itu terdengar;
bising jantung dibagi menjadi bising sistolik dan bising diastolik. 2
1. Bising Diastolik
Bising diastolik terjadi sesudah bunyi S2 saat relaksasi ventrikel. Bising stenosis mitralis
dan insufisiensi aorta terjadi selama diastolik. 2
Bising diastolik terdengar dalam fase diastolik (diantara BJ II dan BJ I) sesudah BJ II.
Macam-macam bising jantung diastolik menurut saatnya:
- Early diastolik
Terdengar segera sesudah BJ II. Bila bising ini terutama terdengar di daerah basal
jantung, mungkin sekali disebabkan insufisisensi aorta, bising ini timbul sebagai akibat
aliran balik pada katup aorta. Bising mulai bersamaan dengan bunyi jantung II,
dekresendo, dan berhenti sebelum bunyi jantung I; terdapat pada insufisiensi aorta atau
insufisiensi pulmonal.
- Mid-diastolik
Terjadi akibat aliran darah berlebih (stenosis relatif katup mitral atau trikuspid),
misalnya pada defek septum ventrikel besar, duktus ateriosus persisten yang besar,
defek septum atrium besar, insufisiensi mitral/ trikuspid berat. Terdengar kurang lebih
pada pertengahan fase diastolik. Bila terdengar dengan punctum maximum di apeks,
menunjukkan adanya stenosis mitral.
- Diastolik akhir (Pre-systolic)
Dimulai pada pertengahan fase diastolik, kresendo dan berakhir bersamaan dengan
bunyi jantung I (terdengar pada akhir fase diastolik, tepat sebelum BJ I). Bising jantung
tersebut terdapat pada stenosis mitral organik dengan punctum maximum-nya biasanya
di apeks kordis. 3,4
DAFTAR PUSTAKA
1. Swartz Mark. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Hal; 204-214, EGC: Jakarta; 1995
2. Price Sylvia, Wilson Lorraine. Patofisiologi Konsep Klilnis Proses-proses Penyakit.
Edisi 6. Hal;553-554. EGC: Jakarta;2006
3. Markum. H.M.S. Anamnesis dan Pemriksaan Fisis. Hal; 95-100, Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta; 2005
4. Matondang. C.S. Dr. Prof, Wahidayat Iskandar Dr. DR. Prof, Sastroasmoro Sudigdo
Dr. DR. Prof. Diagnosis Fisis pada Anak. Edisi 2. Hal; 83-93. CV. Sagung Seto: Jakarta;
2003