Diskusi Masalah Fiqih
Diskusi Masalah Fiqih
14 Agustus 2012
Menyemir rambut dengan warna yang bermacam-macam adalah suatu mode yang
sedang trend dan mereka menyebutnya dengan semir.
Terkadang anda menemukan sebagian pelancong wanita dari negara-negara barat tampil
di hadapan kaum laki-laki dengan kepala dan muka terbuka (tanpa kain penutup).
Bahkan sebagian mereka menyemir rambutnya dengan warna merah, sebagian lagi
dengan warna kuning dan sebagian lagi dengan warna biru dan warna-warna lainnya, di
mana hal itu dimak-sudkan untuk memalingkan atau mengundang pandangan serta
menyebarkan fitnah kepada anak-anak muda.
Sayangnya kemudian penampilan dan keburukan tersebut ditiru oleh kaum wanita di
negara-negara Arab dan negara-negara yang penduduknya mayoritas muslim, bahkan
terkadang suami mereka memerintahkannya, karena suami mereka melihat para
pelancong wanita dari negara-negara barat yang berpenampilan demikian sangat
mempesona hatinya, sehingga suami mereka merasa se-nang.
Jika penyemiran rambut seperti itu ditiru juga oleh isteri-isterinya, meski penyemiran
rambut seperti itu dapat memalingkan pandangan yang nakal dan jahat.
Dalam hadits telah dijelaskan mengenai larangan menyemir rambut dan larangan
memakai rambut palsu, di mana dilarang menyemir uban dengan warna hitam, tetapi
boleh menyemirnya dengan warna merah, dan penyemirannya itu hanya dilakukan
dengan pohon pacar dan pohon katam (jenis tumbuh-tumbuhan) saja.
Dengan demikian penyemiran rambut itu diperbolehkan apabila dilakukan sesuai dengan
ketentuan yang ada. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui.
(SUMBER: Fatwa Syaikh Ibn Jibrin dalam kitab al-Kanzu ats-Tsamin. Lihat, FATWA-FATWA
TERKINI, PENERBIT DARUL HAQ, 021-4701616)
Hadits dari Jabir bin Abdillah, ia berkata : Abu Quhafah, ayahnya Abu Bakar, datang saat
penaklukan Makkah. Rambut dan jenggot beliau telah memutih. Rasulullah shallallaahu
alaihi wasallam bersabda kepadanya :
.
Rubahlah ini dengan sesuatu dan jauhilah dengan warna hitam [HR. Muslim no. 2102].
Dari Abi Hurairah radliyallaahu anhu, Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda :
.
Sesungguhnya Yahudi dan Nashrani tidak menyemir (rambutnya), maka berbedalah
dengan mereka [HR. Al-Bukhari no. 3462, 5899 dan Muslim no. 2103].
Beberapa ulama mengatakan bahwa dhahir perintah dalam hadits di atas adalah sunnah
(mustahab), karena dinukil dari beberapa shahabat tidak melakukannya, seperti Ali bin
Abi Thalib, Ubay bin Kab, dan Anas. Namun perlu diperhatikan bahwa bagi orang yang
menyemir rambut agar dijauhi warna hitam sebagaimana telah shahih dalam riwayat
Imam Muslim di atas.
* *
*
* * "
.... "
.... *
" " : .
Sebagian ulama ada yang memberikan keringanan (menyemir dengan warna hitam)
ketika berjihad. Sebagian lagi memberikan keringanan secara mutlak. Yang lebih utama
hukumnya adalah makruh. Bahkan An-Nawawi menganggapnya makruh yang lebih
dekat kepada haram. Sebagian ulama salaf memberikan keringanan (menyemir dengan
warna hitam) misalnya Sad bin Abi Waqqash, Uqbah bin Aamir, Al-Hasan, Al-Husain,
Jarir, dan lainnya. Inilah yang dipilih Ibnu Abi Ashim sebagaimana dalam kitabnya Al-
Khadlaab. Mereka membolehkan untuk wanita dan tidak untuk pria, inilah yang dipilih
oleh Al-Hulaimi Ibnu Abi Ashim memahami dari hadits Nabi shallallaahu alaihi
wasallam : Jauhi warna hitam, karena menyemir dengan warna hitam merupakan
tradisi mereka [Fathul-Baari 10/354-355 oleh Al-Hafidh Ibnu Hajar Al-Asqalani].
Telah ada riwayat shahih yang menjelaskan bahwa Al-Hasan dan Al-Husain menyemir
rambutnya dengan warna hitam [Tuhfatul-Ahwadzi Syarh Jaami At-Tirmidzi 5/442, Kairo,
Al-Madani, tanpa tahun; oleh Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim Al-Mubarakfuri].
Kesimpulan : Pendapat yang terpilih, hati-hati, dan selamat; hukum menyemir rambut
dengan warna hitam minimal adalah makruh. Dan selayaknya itulah yang dipegang oleh
setiap muslim untuk mengikuti Sunnah Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam. Wallahu
alam.
HUKUM MEWARNAI RAMBUT
Februari 1, 2009 at 9:13 am 16 komentar
Menyemir rambut tidak terlarang asalkan bukan berwarna hitam. Bahkan dalam konteks upaya membedakan diri
dari
pemeluk agama lain dimasa itu, Rasulullah pernah memerintahkan untuk menyemir atau mewarnakan rambut.
Sebagaimana yang bisa kita baca di dalam hadits Rasulullah SAW berikut ini:
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya orang-orang Yahudi tidak mau menyemir rambut,
karena itu berbedalah kamu dengan mereka. (Riwayat Bukhari)
Perintah di sini mengandung arti sunnah bukan kewajiban. Sehingga dikerjakan oleh sebagian sahabat, misalnya
Abubakar dan Umar, sedang shahabat yang lain tidak melakukannya, seperti Ali, Ubai bin Kaab dan Anas.
Tetapi warna apakah semir yang dibolehkan itu? Dengan warna hitam dan yang lainkah atau harus menjauhi
warna
hitam? Namun yang jelas, bagi orang yang sudah tua, ubannya sudah merata baik di kepalanya ataupun
jenggotnya,
tidak layak menyemir dengan warna hitam. Oleh karena itu tatkala Abu Bakar membawa ayahnya, Abu Kuhafah,
ke
hadapan Nabi pada hari penaklukan Makkah, sedang Nabi melihat rambutnya bagaikan pohon tsaghamah yang
serba
putih buahnya maupun bunganya, beliau bersabda,
Ubahlah ini (uban) tetapi jauhilah warna hitam. (Riwayat Muslim)
Adapun orang yang tidak seumur dengan Abu Kuhafah (yakni belum begitu tua), tidaklah berdosa apabila
menyemir
rambutnya itu dengan warna hitam. Dalam hal ini, Az-Zuhri pernah berkata, Kami menyemir rambut dengan
warna
hitam apabila wajah masih nampak muda, tetapi kalau wajah sudah mengerut dan gigi pun telah goyah, kami
tinggalkan warna hitam tersebut.
Termasuk yang membolehkan menyemir dengan warna hitam ini ialah segolongan dari ulama salaf termasuk
para
sahabat, seperti Saad bin Abu Waqqash ra, Uqbah bin Amir r.a., Hasan ra, Husen r.a., Jarir dan lain-lain.
Sedang dari kalangan para ulama ada yang berpendapat tidak boleh menyemir rambut dengan warna hitam
kecuali
dalam keadaan perang, supaya dapat menakutkan musuh, kalau mereka melihat tentara-tentara Islam
semuanya
masih nampak muda.
Dalil lainnya tentang kebolehan mewarnai rambut adalah:
Dari Abu Dzar ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, Sebaik-baik bahan yang dipakai untuk menyemir
uban
ialah pohon inai dan katam. (Riwayat Tarmizi dan Ashabussunan)
Inai berwarna merah, sedang katam sebuah pohon yang tumbuh di zaman Rasulullah s.a.w. yang mengeluarkan
zat
berwarna hitam kemerah-merahan.
Anas bin Malik meriwayatkan, bahwa Abubakar menyemir rambutnya dengan inai dan katam, sedang Umar
hanya
dengan inai saja.
Juga ada hadits lainnya lagi tentang mewarnai rambut seperti hadits berikut:
Sesungguhnya sebaik-baik alat yang kamu pergunakan untuk mengubah warna ubanmu adalah hinna dan
katam.
(HR at-Tirmidzi dan Ashabus Sunnan)
Hinna adalah pewarna rambut berwarna merah sedangkan katam adalah pohon Yaman yang mengeluarkan zat
pewarna hitam kemerah-merahan.
Secara rebih rinci lagi, mari kita lihat sekilas bagaimana konfigurasi singkat pendapat para ulama tentang
mengecat
atau mewarnai rambut dengan warna hitam:
Ulama Hanabilah, Malikiyah dan Hanafiyah menyatakan bahwasanya mengecat dengan warna hitam
dimakruhkan
kecuali bagi orang yang akan pergi berperang karena ada ijma yang menyatakan kebolehannya.
- Abu Yusuf dari ulama Hanafiyah berpendapat bahwasanya mengecat rambut dengan warna hitam dibolehkan.
Hal ini
berdasarkan sabda Rasulullah SAW: Sesungguhnya sebaik-baiknya warna untuk mengecat rambut adalah
warna
hitam ini, karena akan lebih menarik untuk istri-istri kalian dan lebih berwibawa di hadapan musuh-musuh kalian
(Tuhfatul Ahwadzi 5/436)
Ulama Madzhab Syafii berpendapat bahwasanya mengecat rambut dengan warna hitam diharamkan kecuali
bagi
orang-orang yang akan berperang. Hal ini didasarkan kepada sabda Rasulullah SAW:
Akan ada pada akhir zaman orang-orang yang akan mengecat rambut mereka dengan warna hitam, mereka
tidak akan
mencium bau surga(HR. Abu Daud, An-Nasai, Ibnu Hibban dan Al-Hakim)
Setelah kita mengetahui hukum mencabut uban, berikut ini adalah pembahasan mengenai menyemir
uban dan menyemir rambut secara umum. Semoga Allah memudahkan kami untuk menjelaskan hal
ini dan semoga para pembaca dimudahkan untuk memahaminya.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sangat memerintahkan kita untuk menyelisihi ahli kitab di
antaranya adalah dalam masalah uban.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda,
Sesungguhnya orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak menyemir uban mereka, maka selisilah
mereka. (Muttafaqun alaihi, HR. Bukhari dan Muslim)
Al Qodhi Iyadh mengatakan, Para ulama salaf yakni sahabat dan tabiin berselisih pendapat
mengenai masalah uban. Sebagian mereka mengatakan bahwa lebih utama membiarkan uban
(daripada mewarnainya) karena terdapat hadits dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengenai
larangan mengubah uban [Namun hadits yang menyebutkan larangan ini adalah hadits yang mungkar
atau dhoif, sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Al Albani dalam Tamamul Minnah].
Sebagian mereka berpendapat pula bahwa lebih utama merubah uban (daripada membiarkannya).
Sehingga di antara mereka mengubah uban karena terdapat hadits mengenai hal ini. (Nailul Author,
1/144, Asy Syamilah). Jadi dapat kita katakan bahwa mewarnai uban lebih utama daripada tidak
mewarnainya berdasarkan pendapat sebagian ulama. Adapun pendapat yang mengatakan lebih
utama membiarkan uban daripada mewarnainya, maka ini adalah pendapat yang lemah karena
dibangun di atas hadits yang lemah.
Dari Abu Dzar radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Sesungguhnya bahan yang terbaik yang kalian gunakan untuk menyemir uban adalah hinna (pacar)
dan katm (inai). (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan An Nasai. Syaikh Al Albani dalam As
Silsilah Ash Shahihah mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Hal ini menunjukkan bahwa menyemir uban dengan hinna (pacar) dan katm (inai) adalah yang paling
baik. Namun boleh juga menyemir uban dengan selain keduanya yaitu dengan al wars (biji yang
dapat menghasilkan warna merah kekuning-kuningan) dan zafaron. Sebagaimana sebagian sahabat
ada yang menyemir uban mereka dengan kedua pewarna yang terakhir ini.
Dulu kami menyemir uban kami bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
dengan wars dan zafaron. (HR. Ahmad dan Al Bazzar. Periwayatnya adalah periwayat kitab shahih
selain Bakr bin Isa, namun dia adalah tsiqoh terpercaya-. Lihat Majma Az Zawaid)
Aku dan saudaraku Rofi pernah menemui Amirul Muminin Umar (bin Khaththab). Aku sendiri
menyemir ubanku dengan hinaa (pacar). Saudaraku menyemirnya dengan shufroh (yang
menghasilkan warna kuning). Umar lalu berkata: Inilah semiran Islam. Umar pun berkata pada
saudaraku Rofi: Ini adalah semiran iman. (HR. Ahmad. Di dalamnya ada Abdurrahman bin Habib.
Ibnu Main mentsiqohkannya. Ahmad mendhoifkannya. Namun periwayat lainnya adalah periwayat
yang tsiqoh. Lihat Majma Az Zawaid)
Dari Jabir radhiyallahu anhu, dia berkata, Pada hari penaklukan Makkah, Abu Quhafah (ayah Abu
Bakar) datang dalam keadaan kepala dan jenggotnya telah memutih (seperti kapas, artinya beliau
telah beruban). Lalu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Ubahlah uban ini dengan sesuatu, tetapi hindarilah warna hitam. (HR. Muslim). Ulama besar
Syafiiyah, An Nawawi membawakan hadits ini dalam Bab Dianjurkannya menyemir uban dengan
shofroh (warna kuning), hamroh (warna merah) dan diharamkan menggunakan warna hitam.
Ketika menjelaskan hadits di atas An Nawawi rahimahullah mengatakan, Menurut madzhab kami
(Syafiiyah), menyemir uban berlaku bagi laki-laki maupun perempuan yaitu dengan shofroh (warna
kuning) atau hamroh (warna merah) dan diharamkan menyemir uban dengan warna hitam menurut
pendapat yang terkuat. Ada pula yang mengatakan bahwa hukumnya hanyalah makruh (makruh
tanzih). Namun pendapat yang menyatakan haram lebih tepat berdasarkan sabda Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam: hindarilah warna hitam. Inilah pendapat dalam madzhab kami.
Adapun ancaman bagi orang yang merubahnya dengan warna hitam disebutkan dalam hadits berikut.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma berkata, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda,
Pada akhir zaman nanti akan muncul suatu kaum yang bersemir dengan warna hitam seperti
tembolok merpati. Mereka itu tidak akan mencium bau surga. (HR. Abu Daud, An Nasai, Ibnu
Hibban dalam shahihnya, dan Al Hakim. Al Hakim mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih.
Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib mengatakan bahwa hadits ini shahih). Karena
dikatakan tidak akan mencium bau surga, maka perbuatan ini termasuk dosa besar. (Lihat Al Liqo Al
Bab Al Maftuh, 60/23, 234/27)
Sebenarnya jika menggunakan katm (inai) akan menghasilkan warna hitam, jadi sebaiknya katm tidak
dipakai sendirian namun dicampur denganhinaa (pacar), sehingga warna yang dihasilkan adalah
hitam kekuning-kuningan. Lalu setelah itu digunakan untuk menyemir rambut. (Lihat Al Liqo Al Bab Al
Maftuh, 234/27)
Bolehkah menggunakan jenis pewarna lainnya selain inai dan pacar, inai saja, zafaron dan wars-
untuk mengubah uban semacam dengan pewarna sintetik? Jawabannya: boleh karena yang penting
adalah tujuannya tercapai yaitu merubah warna uban selain dengan warna hitam. Sebagaimana
keumuman hadits:
Ubahlah uban ini dengan sesuatu, tapi hindarilah warna hitam. (HR. Muslim). Di sini menggunakan
kata syaa-i, bentuk nakiroh, yang menunjukkan mutlak (baca: umum). Namun kalau pewarna
tersebut tidak menyerap ke rambut, malah membentuk lapisan tersendiri di kulit rambut, maka
pewarna semacam ini harus dihindari karena dapat menyebabkan air tidak masuk ke kulit rambut
ketika berwudhu sehingga dapat menyebabkan wudhu tidak sah. Wallahu alam.
Bagaimana Jika Menyemir Uban Dengan Warna Hitam Untuk Membuat Penampilan Lebih
Menarik?
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsamin pernah ditanyakan mengenai menyemir jenggot atau
rambut kepala dengan warna hitam, apakah dibolehkan?
Menyemir jenggot atau rambut kepala dengan warna hitam, maka aku katakan semuanya
adalah haram. Alasannya, karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Ubahlah uban ini
dengan sesuatu, tapi hindarilah warna hitam. Juga dalam masalah ini terdapat dalil dalam kitab
sunan yang menunjukkan ancaman bagi orang yang menyemir ubannya dengan warna hitam.
Kemudian yang bertanya kembali berkata: Apakah tidak boleh juga kalau maksudnya adalah untuk
mempercantik diri?
Umumnya yang mewarnai ubannya dengan warna hitam, tujuannya adalah untuk mempercantik diri,
agar terlihat lebih muda. Kalau tidak demikian, lalu apa tujuannya?! Perbuatan semacam ini hanya
akan membuang-buang waktu dan harta. (Liqo Al Bab Al Maftuh, 1/5, Mawqi Asy Syabkah Al
Islamiyah)
Bagaimana Jika yang Masih Muda Muncul Uban, Bolehkah Diubah (Disemir)?
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin ditanyakan: Seorang pemuda sudah nampak padanya
uban. Dia ingin merubah uban tersebut dengan warna hitam. Bagaimana hukum mengenai hal ini?
Syaikh rahimahullah menjawab: Ini termasuk mengelabui (tadlis). Seseorang yang ingin menikah, lalu
di kepalanya terdapat uban sedangkan dia masih muda, maka melakukan semacam ini termasuk
mengelabui (tadlis). Akan tetapi kami katakan bahwa yang lebih utama jika dia ingin mengubah
ubannya tadi, maka gunakanlah warna selain hitam. Dia boleh mencampur hina (pacar)
dan katm (inai), lalu dia gunakan untuk menyemir ubannya. Pada saat ini, tidak nampak lagi uban.
Bahkan perbuatan ini adalah termasuk ajaran Nabi shallallahu alaihi wa sallam, yaitu merubah uban
dengan warna selain hitam. Adapun merubah uban tadi dengan warna hitam, maka yang benar hal ini
termasuk perbuatan yang diharamkan. Karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan
kita menjauhi warna hitam ketika akan menyemir rambut, bahkan terdapat ancaman yang sangat
keras mengenai hal ini dalam sabda beliau. (Liqo Al Bab Al Maftuh, 188/23)
Bagaimana Hukum Menyemir (Memirang) Rambut yang Semula Berwarna Hitam Menjadi
Warna Lain?
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin pernah ditanyakan, Apakah boleh merubah rambut wanita
yang semula berwarna hitam disemir menjadi warna selain hitam misalnya warna merah?
Jawaban dari pertanyaan mengenai menyemir rambut wanita yang berwarna hitam menjadi warna
selainnya, ini dibangun di atas kaedah penting. Kaedah tersebut yaitu hukum asal segala adalah
halal dan mubah. Inilah kaedah asal yang mesti diperhatikan. Misalnya seseorang mengenakan
pakaian yang dia suka atau dia berhias sesuai dengan kemauannya, maka syariat tidak melarang hal
ini. Menyemir misalnya, hal ini terlarang secara syari karena terdapat hadits Nabi shallallahu alaihi
wa sallam, Ubahlah uban, namun jauhilah warna hitam. Jika seseorang merubah uban tersebut
dengan warna selain hitam, maka inilah yang diperintahkan sebagaimana merubah uban
dengan hinaa (pacar) dan katm (inai). Bahkan perkara ini dapat termasuk dalam perkara yang
didiamkan (tidak dilarang dan tidak diperintahkan dalam syariat, artinya boleh -pen).
Pertama adalah warna yang diperintahkan untuk digunakan seperti hinaa untuk merubah uban.
Kedua adalah warna yang dilarang untuk digunakan seperti warna hitam untuk merubah uban.
Ketiga adalah warna yang didiamkan (tidak dikomentari apa-apa). Dan setiap perkara yang syariat
ini diamkan, maka hukum asalnya adalah halal .
Berdasarkan hal ini, kami katakan bahwa hukum mewarnai rambut untuk wanita (dengan warna
selain hitam) adalah halal. Kecuali jika terdapat unsur merubah warna rambut tersebut untuk
menyerupai orang-orang kafir, maka di sini hukumnya menjadi tidak diperbolehkan. Karena hal ini
termasuk dalam masalah tasyabbuh (menyerupai) orang kafir, sedangkan hukum tasyabuh dengan
orang kafir adalah haram. Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam,
Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka (HR. Ahmad
dan Abu Dawud. Syaikhul Islam dalam Iqtidho[1/269] mengatakan bahwa sanad hadits
ini jayid/bagus)
Yang namanya tasyabbuh (menyerupai orang kafir) termasuk bentuk loyal (wala) pada mereka.
Sedangkan kita diharamkan memberi loyalitas (wala) pada orang kafir. Jika kaum muslimin
tasyabbuh dengan orang kafir, maka boleh jadi mereka (orang kafir) akan mengatakan, Orang
muslim sudah pada nurut kami. Sehingga dengan ini, orang-orang kafir tersebut menjadi senang dan
bangga dengan kekafiran yang mereka miliki. Dan perlu diketahui pula bahwa orang yang sering
meniru tingkah laku atau gaya orang kafir, mereka akan selalu menganggap dirinya lebih rendah
daripada orang kafir. Oleh karena itu, mereka akan selalu mengikuti jejak orang kafir tersebut.
Juga dapat kita katakan bahwa tasyabbuh seorang muslim dengan orang kafir saat ini adalah bagian
dari loyal kepada mereka dan bentuk kehinaaan di hadapan mereka.
Juga dapat kita katakan bahwa tasyabbuh dengan orang orang kafir termasuk bentuk kekufuran
karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum,
maka dia termasuk bagian dari mereka. Oleh karena itu, jika seorang wanita menyemir rambut
dengan warna yang menjadi ciri khas orang kafir, maka menwarnai (menyemir) rambut di sini menjadi
haram karena adanya tasyabbuh. (Al Liqo Al Bab Al Maftuh, 15/20)
Namun ada penjelasan lain dari Syaikh Sholeh bin Fauzan bin Abdillah Al Fauzan. Beliau
hafizhohullah mengatakan,
Adapun mengenai seorang wanita mewarnai rambut kepalanya yang masih berwarna hitam menjadi
warna lainnya, maka menurutku hal ini tidak diperbolehkan. Karena tidak ada alasan bagi wanita
tersebut untuk mengubahnya. Karena warna hitam pada rambut sudah menunjukkan keindahan dan
bukanlah suatu yang jelek (aib). Mewarnai rambut semacam ini juga termasuk tasyabbuh
(menyerupai orang kafir). (Tanbihaat ala Ahkamin Takhtashshu bil Muminaat, hal. 14, Darul Aqidah)
Jika kita melihat dari dua penjelasan ulama di atas, maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa hukum
menyemir rambut, jika ada hajat semacam sudah beruban, maka pada saat ini dibolehkan bahkan
diperintahkan. Namun apabila rambut masih dalam keadaan hitam, lalu ingin disemir (dipirang)
menjadi warna selain hitam, maka hal ini seharusnya dijauhi. Kenapa kita katakan dijauhi?
Jawabannya adalah karena mewarnai rambut yang semula hitam menjadi warna lain biasanya
dilakukan dalam rangka tasyabbuh (meniru-niru) orang kafir atau pun meniru orang yang gemar
berbuat maksiat (baca: orang fasik) semacam meniru para artis. Inilah yang biasa terjadi. Apalagi kita
melihat bahwa orang yang bagus agamanya tidak pernah melakukan semacam ini (yakni memirang
rambutnya). Jadi perbuatan semacam ini termasuk larangan karena rambut hitam sudahlah bagus
dan tidak menunjukkan suatu yang jelek. Jadi tidak perlu diubah. Juga melakukan semacam ini
termasuk dalam pemborosan harta. Wallahu alam bish showab.
Demikian pembahasan yang kami sajikan mengenai uban dan menyemir rambut. Semoga
pembahasan kali ini bisa menjadi ilmu yang bermanfaat bagi kita semua.
Semoga Allah selalu memberikan kita ketakwaan dan memberi kita taufik untuk menjauhkan diri dari
yang haram.
Apakah menyemir rambut yang beruban dengan selain warna hitam itu sunnah yang dianjurkan
ataukah hanya sekedar boleh?
Jawab :
Ya, hukumnya sunnah yang dianjurkan karena Rasulullah Ssallallahu `alaihi wa sallam melihat
jenggot ayah Abu Bakar sudah memutih, maka beliau mengatakan:
Rubahlah uban ini dengan sesuatu dan jauhilah warna hitam.(1)
Maka merubah uban dengan selain warna hitam dengan daun pacar (hinna), katam atau yang
lainnya, hukumnya sunnah. Adapun dengan warna hitam maka dilarang dengan dalil perkataan Nabi
shallallahu `alaihi wa sallam:
Akan datang di akhir zaman suatu kaum yang menyemir rambut mereka dengan warna hitam seperti
perut burung, mereka tidak akan mencium bau surga.(2)
Masalah lainnya, merubah dengan selain hitam yang menyerupai dan mengikuti orang kafir tidak
boleh dan hendaknya dijauhi karena sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam:
Siapa yang menyerupai dengan suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka.
(1) HR. Muslim 2/44 dan disebutkan Syaikh Muqbil Al Wadii rahimahullah di kitab Tahrim al Khidhab
bis Sawad (Haramnya menyemir rambut dengan warna hitam) hal.42 sebagaimana terdapat dalam
kitab Majmu`ah Rasail dan beliau membantah terhadap orang yang mengatakan bahwa perkataan
jauhi hitam itu mudraj.
(2)HR. Ahmad dan Abu Dawud sebagaimana di Silsilah Ash Shahihah Syaikh Al-Albani hal 41 jilid
3/446 dari hadist Ibnu Abbas dari jalan Abdul Karim Al Jazary dari Said bin Jubair dari Ibnu Abbas.
Ibnul Jauzi telah keliru ketika beliau mengatakan bahwa Abdul Karim bukanlah Al Jazary tapi Ibnu Abi
Mukhoriq, lalu dimasukkan ke Al-Maudhu`at. Yang benar hadits tersebut shahih, karena itu Syaikh
Muqbil memasukkannya dalam kitab As-Shahihul Musnad)
Apakah menyemir rambut yang beruban dengan selain warna hitam itu sunnah yang dianjurkan
ataukah hanya sekedar boleh?
Jawab :
Ya, hukumnya sunnah yang dianjurkan karena Rasulullah Ssallallahu `alaihi wa sallam melihat
jenggot ayah Abu Bakar sudah memutih, maka beliau mengatakan:
Rubahlah uban ini dengan sesuatu dan jauhilah warna hitam.(1)
Maka merubah uban dengan selain warna hitam dengan daun pacar (hinna), katam atau yang
lainnya, hukumnya sunnah. Adapun dengan warna hitam maka dilarang dengan dalil perkataan Nabi
shallallahu `alaihi wa sallam:
Akan datang di akhir zaman suatu kaum yang menyemir rambut mereka dengan warna hitam seperti
perut burung, mereka tidak akan mencium bau surga.(2)
Masalah lainnya, merubah dengan selain hitam yang menyerupai dan mengikuti orang kafir tidak
boleh dan hendaknya dijauhi karena sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam:
Siapa yang menyerupai dengan suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka.
(1) HR. Muslim 2/44 dan disebutkan Syaikh Muqbil Al Wadii rahimahullah di kitab Tahrim al Khidhab
bis Sawad (Haramnya menyemir rambut dengan warna hitam) hal.42 sebagaimana terdapat dalam
kitab Majmu`ah Rasail dan beliau membantah terhadap orang yang mengatakan bahwa perkataan
jauhi hitam itu mudraj.
(2)HR. Ahmad dan Abu Dawud sebagaimana di Silsilah Ash Shahihah Syaikh Al-Albani hal 41 jilid
3/446 dari hadist Ibnu Abbas dari jalan Abdul Karim Al Jazary dari Said bin Jubair dari Ibnu Abbas.
Ibnul Jauzi telah keliru ketika beliau mengatakan bahwa Abdul Karim bukanlah Al Jazary tapi Ibnu Abi
Mukhoriq, lalu dimasukkan ke Al-Maudhu`at. Yang benar hadits tersebut shahih, karena itu Syaikh
Muqbil memasukkannya dalam kitab As-Shahihul Musnad)
Apakah menyemir rambut yang beruban dengan selain warna hitam itu sunnah yang dianjurkan
ataukah hanya sekedar boleh?
Jawab :
Ya, hukumnya sunnah yang dianjurkan karena Rasulullah Ssallallahu `alaihi wa sallam melihat
jenggot ayah Abu Bakar sudah memutih, maka beliau mengatakan:
Rubahlah uban ini dengan sesuatu dan jauhilah warna hitam.(1)
Maka merubah uban dengan selain warna hitam dengan daun pacar (hinna), katam atau yang
lainnya, hukumnya sunnah. Adapun dengan warna hitam maka dilarang dengan dalil perkataan Nabi
shallallahu `alaihi wa sallam:
Akan datang di akhir zaman suatu kaum yang menyemir rambut mereka dengan warna hitam seperti
perut burung, mereka tidak akan mencium bau surga.(2)
Masalah lainnya, merubah dengan selain hitam yang menyerupai dan mengikuti orang kafir tidak
boleh dan hendaknya dijauhi karena sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam:
Siapa yang menyerupai dengan suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka.
(1) HR. Muslim 2/44 dan disebutkan Syaikh Muqbil Al Wadii rahimahullah di kitab Tahrim al Khidhab
bis Sawad (Haramnya menyemir rambut dengan warna hitam) hal.42 sebagaimana terdapat dalam
kitab Majmu`ah Rasail dan beliau membantah terhadap orang yang mengatakan bahwa perkataan
jauhi hitam itu mudraj.
(2)HR. Ahmad dan Abu Dawud sebagaimana di Silsilah Ash Shahihah Syaikh Al-Albani hal 41 jilid
3/446 dari hadist Ibnu Abbas dari jalan Abdul Karim Al Jazary dari Said bin Jubair dari Ibnu Abbas.
Ibnul Jauzi telah keliru ketika beliau mengatakan bahwa Abdul Karim bukanlah Al Jazary tapi Ibnu Abi
Mukhoriq, lalu dimasukkan ke Al-Maudhu`at. Yang benar hadits tersebut shahih, karena itu Syaikh
Muqbil memasukkannya dalam kitab As-Shahihul Musnad)
Cat rambut (pewarna rambut) menjadi solusi mudah bagi orang lanjut usia untuk
menyembunyikan warna uban mereka.
Cat rambut juga lazim digunakan untuk memberikan tampilan visual yang berbeda pada
warna rambut.
Tapi tahukah Anda bahwa cat rambut bisa memicu reaksi alergi? Alergi terutama terjadi
pada orang yang memiliki kulit kepala sensitif.
Gejala
Tingkat keparahan gejala akan berbeda untuk tiap orangnya, tetapi dalam banyak kasus,
tanda-tanda reaksi alergi akan mulai terlihat dalam rentang 24 jam setelah aplikasi cat
rambut.
Gatal kulit kepala adalah salah satu gejala paling umum dari reaksi alergi cat rambut
(pewarna rambut).
Dermatitis pada kulit rambut juga merupakan gejala umum di kalangan pengguna cat
rambut.
Dalam beberapa kasus, dermatitis tidak hanya terbatas pada kulit kepala tetapi juga
menyebar ke dahi dan leher.
Selain mempengaruhi wajah, reaksi alergi yang parah dapat termanifestasi dalam
bentuk pembengkakan mata.
Orang yang mengalami alergi cat rambut mungkin juga mengalami demam dan mual
sehingga sulit menelan makanan.
Pengobatan
Pengobatan terbaik untuk reaksi alergi akibat produk perawatan rambut adalah dengan
menghindari pemakaian produk tersebut.
Ruam dan gejala alergi lain merupakan indikasi bahwa produk-produk rambut tidak
ditoleransi oleh tubuh, sehingga menghindari pemakaian akan menjadi pilihan bijaksana.
1. Reaksi alergi
Reaksi alergi disebabkan oleh beberapa pewarna jika kulit Anda tidak mampu menerima
bahan tersebut. Pastikan Anda selalu melakukan tes awal sebelum menerapkan
pewarna.
3. Gangguan hormonal
Beberapa pewarna rambut memiliki alkylphenol etoksilat (APE), yang ditemukan di
spermisida dan pestisida. Kandungan tersebut dapat menyebabkan gangguan hormonal
dalam tubuh Anda.
6. Kanker payudara
Zat kimia yang terdapat pada cat rambut pada umumnya mengandung bahan penyebab
kanker (carsinogenik). Ada beberapa bukti lain yang menunjukkan bahwa penggunaan
pewarna rambut memiliki hubungan dengan kanker payudara.
Setelah mengetahui dampak buruk pewarna rambut, apakah Anda akan mengurangi
kebiasaan gonta-ganti warna rambut?