Anda di halaman 1dari 5

PERGAULAN, PAKAIAN DAN PERHIASAN

Posted by Dedi Wahyudi on Selasa, Februari 03, 2009 PERTEMUAN KE PERGAULAN, PAKAIAN DUABELAS PERHIASAN

DAN

Era modern dengan segala propagandanya telah meluluhlantahkan nilai-nilai moral di seluruh dunia. Remaja digiring pada nilai-nilai materialisme yang menjunjung tinggi hedoisme tanpa melibatkan nilai-nilai agama. Lengkaplah sudah dunia ini dipenuhi mode-mode jahiliah yang mengusung kebebasan berpikir dan berperilaku yang steril dari nilai-nilai islam. Ironinya, kemunduran ini disebut kemajuan. Pamer aurot dianggap seni. Perzinaan dianggap zamannya, sehingga lahirlah generasi instan, yaitu generasi yang tidak memiliki kepedulian terhadap moral ataupun segala sesuatu yang berhubungan dengan hasil ciptaan Allah.Yang mereka pikirkan hanya kenikmatan sesaat walaupun harus merugikan orang lain dan diri sendiri. Pantas jika zaman ini disebut zaman edan yang tidak tahu malu dan sekaligus memalukan, yaitu ketika manusia tak malu lagi berperilaku seperti binatang. Mode di era modern ini sangat berbahaya bagi perkembangan nilai-nilai agama. Terlebih lagi sekarang begitu banyak media sebagai alat propaganda yang sangat canggih, cepat, dan tepat yang dapat menjangkau berbagai lapisan masyarakat. Padahal atau modern tidak identik dengan semua itu. Perilaku tersebut tak lebih dari perilaku jahiliyyah yang tidak pantas diadopsi. Modern adalah suatu yang maju, bukan hanya dalam bidang Iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) tapi juga Imtaq (iman dan taqwa). Tidak bisa dikatakan modern jika hanya teknologi yang maju sementara akhlak jauh terjerembab ke lembah jahiliyyah (kebodohan). PEMBAHASAN 1.Pakaian yang menyeret tanah Secara umum, agama islam menggambarkan bahwa berpakaian itu bertujuan untuk menutup aurat sebagai salah satu tanda kepatuhan kepada Allah. Dalam rangka ini menutup aurat itu mestilah menjadi pertimbangan yang utama bagi setiap muslim dalam memakai pakaian. Agama membolehkan memakai pakaian dari jenis apapun bahannya dibuat, asalkan tidak ada ketentuan yang melarangnya. Orang boleh memakai pakaian dari bahan nilon, benang, kulit, bulu binatang, dsb. Oleh sebab itu, etika berpakaian dalam islam bukan hanya sekedar memakai pakaian yang menutup aurat, tetapi pula memperhatikan aspek etika dan estetika. Dalam hal ini, berpakaian yang menutup aurat tetapi ketat, belumlah merupakan suatu cara berpakaian yang diinginkan agama, sebab bisa menimbulkan rangsangan. Berdasarkan ini pula, seorang muslim juga tidak diinginkan memakai pakaian tipis kendatipun tidak ketat, sebab hal ini pada dasarnya belumlah tergolong menutup aurat. Persoalan model pakaian islam tidak pernah mengaturnya. Agama islam memberikan kesempatan berkreasi untuk merancang mode yang disukai sepanjang pakaian yang dipakai itu menutup aurat dan sopan serta tidak merangsang, tetapi agama islam juga melarang memakai pakaian yang menyeret tanah, sesuai hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Muslim : Dari bin Umar r.a katanya, berkata Rasulullah SAW. Barang siapa berjalan menyeret kainnya

untuk tanda kebanggaan tidaklah Allah akan menengoknya kelak dihari kiamat. (HR. muslim). Dari sini dapat disimpulkan bahwa memakai pakaian yang menyeret tanah tidak diperbolehkan dalam islam karena ini dianggap sebagai suatu hal yang berlebih-lebihan (berlebih-lebihan dalam menggunakan kain). Oleh sebab itu, jika kita memakai pakaian hendaklah yang sopan dan menutup aurat. Dalam buku Riyadhush Shalihin disebutkan bahwa:

Muslim meriwayatkan dari Ibnu Umar ra. Ia berkata: Aku pernah lewat dihadapan Rasulullah SAW, sementara kainku menjulur kebawah melebihi mata kaki. Beliau lalu bersabda: Wahai Abdullah Tinggikan kainmu. Aku pun lalu meninggikannya. Beliau bersabda: Tinggikan lagi. Aku pun lalu meninggikannya lagi. Sejak saat itu aku pun senantiasa menjaga agar kainku tidak menjulur melebihi mata kaki. Sebagian sahabat ada yang bertanya: Sampai sejauh mana dalam meninggikannya? Beliau menjawab: sampai ketengah-tengah betis. 2.Memakai Cincin Emas Dalam suatu hadis disebutkan haram memakai cincin emas juga sutera atas lelaki dan boleh juga bagi wanita, hadisnya berbunyi: Albaraa r.a berkata: Rasulullah SAW menyuruh kami dengan tujuh dan melarang kami dari tujuh. Menyuruh kami menjenguk orang sakit, mengantarkan jenazah, mendoakan orang bersin jika membaca Alhamdulillah, mendatangi undangan, menyebarkan salam, membantu pada orang yang dianiaya dan menyampaikan hajat orang yang bersumpah. Dan melarang kami dari yang bercincin emas, minum dalam wadah perak, bantal untuk duduk dari sutera, demikian pakaian sutera, memakai serba sutra dan sutra tebal atau berkilauan sutra tipis. (Muttafaqun Alaihi) Para ulama sepakat bahwa kaum wanita dibolehkan memakai perhiasan dalam bentuk apa saja sepanjang perhiasan itu bukan terbuat dari benda-benda najis serta benda-benda haram. Perhiasan yang dipakai oleh kaum wanita itu boleh saja berbentuk sesuatu yang dilekatkan di badan seperti cincin dan kalung atau yang dipasang di pakaian seperti peniti. Agama tidak pernah melarang sama sekali bagi wanita memakai perhiasan serta tidak pula ada suatu ketentuan tentang dimana perhiasan itu mesti mereka pasangkan. Wanita boleh memakai perak, besi, suasa, emas, kayu dan bahkan berlian untuk dijadikan perhiasan. Ini berbeda dengan kaum pria. Kaum pria diharamkan memakai cincin yang terbuat dari emas murni sebagaimana mereka diharamkan memakai sutra murni sebagai bahan pakaian. Sebuah hadis dari Ali yang berbunyi: Rasulullah melarang laki-laki memakai cincin yang terbuat dari emas.

Para imam mazhab empat berpendapat bahwa laki-laki dewasa tidak boleh memakai cincin emas murni serta membolehkan memakai cincin yang tidak terbuat dari emas, seperti cincin perak, perunggu, ataupun dari besi. Akan tetapi ada pula sebagian ulama yang mengatakan bahwa memakai cincin emas bagi pria hukumnya kerahan tanzih, sebab sebagian sahabat nabi pernah memakainya. Diantara mereka yang pernah memakai cincin emas adalah Sad bin Abi Waqash,

Thalhah bin Ubaidullah, Shuhaib, Huzaifah, dan Ja'far bin Samrah. Adapun memakai emas selain untuk cincin, seperti untuk menghias pedang, hal ini diperbolehkan bagi kaum lelaki. Laki-laki juga ingin memakai cincin yang terbuat dari emas maka emas yang dijadikan cincin itu haruslah dicampur dengan bahan lain dan kadar emasnya tidak boleh lebih banyak dari kadar bahan campurannya. Para ulama membolehkan laki-laki memakai emas yang dicampur. Menurut Hanafiah dan Syafiiyah, kadar emasnya tidak boleh lebih dari satu dirham, sedangkan malikiah membolehkan paling banyak jumlahnya adalah dua dirham. Para ulama juga mengharamkan membuat bejana dari emas dan perak. Juga diharamkan membuat gelas, cangkir, piring dan sejenisnya dari emas yang akan digunakan untuk alat makan atau minum. Menurut Yusuf Qardhawi larangan agama terhadap perbuatan seperti itu adalah karena hal itu menggambarkan bermewah-mewahan dan berlebihlebihan. 3.Membuat Tato dan Tahi lalat

Abdullah bin Mas'ud r.a. berkata: Allah telah mengutuk wanita yang membuat tahi lalat palsu dan yang minta dibuatkan, dan mencukur rambut wajahnya dan yang mengikir giginya untuk kecantikan yang mengubah buatan Allah. Keterangan ini telah didengar oleh seorang wanita Bani Asad bernama Um Ya'qub, maka segera ia datang dan Tanya: Aku dengar anda mengutuk ini dan itu? Jawab Ibnu Masud: mengapa aku tidak mengutuk orang yang dikutuk oleh Rasulullah saw. Dan itu juga dalam kitab Allah. Um Yaqub berkata: Aku telah membaca kitab Allah dari awal hingga akhir dan tidak menemukan apa yang anda katakan itu. Ibnu Masud berkata jika benar anda membaca pasti menemukannya apakah anda tidak membaca ayat: Wa maa aata kumurrasulu fa khudzuhu wamaa nahaa kun anhu fantahu (dan semua yang diajarkan rosulullah kepadamu maka terimalah dan semua yang dilarang hentikanlah). Jawab Um Yaqub: Benar. Ibnu Masuud berkata: Dan nabi berkata telah melarang itu semua. Um Yaqub berkata: Tetapi isterimu berbuat itu. Ibnu Masuud menjawab: lihatlah kedalam, maka pergi melihat, ternyata tidak berbuat itu. Ibnu Masuud berkata: Andaikan ia berbuat tentu tidak kumpul dengan kami. (Bukhari, Muslim). Dari hadis di atas dapat disimpulkan bahwa Allah telah mengutuk orang yang membuat tahi lalat palsu karena itu dianggap sikap yang tidak mensyukuri karunia yang telah diberikan-Nya, karena Allah telah menciptakan semua makhluk-Nya dengan sebaik-baik ciptaan. Tato adalah gambar/simbol pada kulit tubuh yang diukir dengan alat sejenis jarum. Tato adalah sesuatu yang buruk, tetapi sekarang ini tato dianggap sesuatu yang modis, trendi dan fationable. Dulu bertato pada umumnya dilakukan oleh kaum lelaki tetapi sekarang ini wanitapun ikutikutan. Lokasi tatopun kini berfariasi, jika dulu kebanyakan di tangan namun kini ada yang di paha, betis, bawah pusar, payudara, pergelangan dll. Namun apapun kesan dari tato, tetap saja tato adalah kejahatan. Islam mengharamkan tato sesuai hadis dibawah ini: Dari Umar ra. Berkata Rasulullah saw. mengutuk pembuat tato dan yang minta ditato. (HR. Muslim) Dari Jabir ra. Rasulullah saw. Melarang memukul wajah dan membuat cap (menggambar dengan besi panas/dengan tato) pada muka. (HR.Muslim) Ibnu Masud ra. Berkata: Allah melaknat Wasyimah (wanita yang melubangi kulit dengan jarum, tato) dan Mutawsyimah (wanita yang minta ditato). (Muttafaqun alaihi).

Dari keterangan di atas sudah jelas bahwa perbuatan menato adalah perbuatan yang tercela baik bagi laki-laki ataupun bagi perempuan. Taubat orang bertato adalah dengan menghapus tatonya. 4.Mencukur Rambut Alls

Bukhari Muslim meriwayatkan dari Ibnu Masud r.a berkata: Allah Melaknat orang yang mentato, minta di tato, mencukur/menipiskan bulu alis, dan yang menjarangkan gigi agar terlihat manis yang mengubah ciptaan Allah. Dikalangan artis atau wanita yang tak bermoral, mencukur alis seolah suatu keharusan. Mereka merasa alis yang dimilikinya tidak sesuai/tidak cocok dengan wajahnya. Dengan mencukur alis, mereka bias buat alis buatan dengan bentuk sesuka hatinya. Padahal alis diciptakan dengan tujuan yang sesuai dengan standar kesehatan. Perbuatan ini termasuk merubah ciptaan Allah swt. Pelakunya dilaknat Allah swt. Allah melaknat wanita yang menipiskan/mencukur alisnya. (HR. Muttafaqun Alaihi) Imam Abu Jafar Ath-Thabari berkata: Tidak boleh bagi wanita mengubah ciptaan Allah swt yang ada padanya baik dengan cara menambah atau mengurangai dengan tujuan menambah kecantikannya baik di mata suami atau orang lain seperti menghilangkan atau mencukur rambut alis. 5.Larangan Berdua-duaan tanpa mahram Dalam pergaulan sehari-hari, ditengah-tengah masyarakat pergaulan antara muda-mudi terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain: Khalwat Khalwat adalah berdua-duaan antara pria dan wanita yang tidak mempunyai hubungan suami istri dan bukan pula muhrimnya tanpa adanya pihak ketiga. Sabda Rasulullah saw: Jauhilah khalwat dengan wanita. Demi (Allah) yang diriku dalam genggamannya, tidak berkhalwat laki-laki dan wanita kecuali syetan akan masuk diantara keduanya. (HR. Attabarani) Ikhtilat Ikhtilat adalah berkumpulnya seorang laki-laki dan seorang wanita yang bukan muhrimnya dalam bentuk kebersamaan yang dapat menimbulkan keraguan akan terjadinya perbuatan munkar. Sumber lain mengatakan Ikhtilat adalah campur baurnya antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim baik dalam forum resmi atau sekedar ngobrol bareng. Islam menghendaki agar pergaulan antar lawan jenis tidak campur baur. Fitnah atau bahaya yang muncul dari pergaulan dengan lawan jenis diantaranya kontak pandangan yang bermuatan syahwat dan kontak fisik. Pacaran Pacaran adalah pertemuan rutin dengan kekasih untuk menumpahkan segala hasrat dengan berbagai bumbu tertentu seperti berpegangan tangan, saling pandang, bergandengan, ciuman, dan berpelukan bahkan hingga hubungan seksual, maka hal seperti ini bukan lagi disebut pacaran dalam arti asal, melainkan upaya penanaman mental free sex. Rasulullah saw.besabda: Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra katanya: Nabi saw bersabda: Allah swt telah mencatat

bahwa anak adam cenderung terhadap perbuatan zina. Keinginan tersebut cenderung tidak dapat dielakkan lagi, dimana dia akan melakukan zina mata dalam bentuk pandangan, zina mulut dalam bentuk pertuturan, zina perasaan yaitu bercita-cita dan berkeinginan mendapatkannya hingga kemaluan ikut memastikan perzinaan itu. (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Ahmad) Di dalam islam sama sekali tidak mengenal istilah pacaran. Islam hanya mengajarkan khitbah dan setelah itu pernikahan. Khitbah adalah upaya memperkenalkan lawan jenis agar saling cocok dengan disaksikan keluarganya. Setelah khitbah dan keduanya ada kecocokan, dalam arti si wanita menerima khitbah si pria, maka dalam waktu yang tidak terlalu lama diharuskan segera menikah. 6.Macam-macam zina bagi anggota tubuh

Telah ditetapkan atas anak Adam bagiannya dalam perbuatan zina, tidak mustahil dia akan menemukannya. Maka kedua mata zinanya adalah pandangan, dua belah telinga zinanya adalah mendengar, lisan zinanya bicara, tangan zinanya adalah memukul, kaki zinanya adalah melangkah, dan hati akan berkeinginan dan berangan-angan, lalu kemaluan akan membenarkannya atau mendustakannya. (HR. Bukhori dan Muslim) Hadist tersebut meletakkan zina mata lebih awal dalam urutan zina, karena mata adalah akar pertumbuhan zina tangan, zina kaki, zina hati, dan zina kemaluan. Imam An-Nawawi menerangkan hadis ini lebih rinci, katanya Makna hadis ini adalah bahwa setiap manusia itu sudah ditakdirkan mendapat bagian zina. Diantara mereka ada yang zinanya itu zina hakiki (yang sesungguhnya), yaitu melakukan hubungan intim di luar pernikahan, dan diantara mereka ada yang zinanya adalah zina majazi (yang bukan sesungguhnya), yaitu dengan melihat objek yang diharamkan/mendengarkan perzinaan dan apapun objek yang didengar yang bisa mengakibatkan zina. Adapun makna kalimat Dan kemaluan akan membenarkan semua itu atau akan mendustakannya maksudnya, bahwa zina itu kadang terjadi dengan alat kemaluan, dan kadang tidak dengan alat kemaluan, karena kemaluan laki-laki tidak masuk ke dalam kemaluan perempuan, sekalipun sudah hampir terjadi.

Anda mungkin juga menyukai