Anda di halaman 1dari 13

13

BAB III

ANALISA PEMBAHASAN

A. LOKASI KEJADIAN

Penelitian karya ilmiah tentang optimalisasi pemanduan kapal

dilakukan di terminal khusus batubara PT. Arutmin Indonesia North Pulau

Laut Coal Terminal (NPLCT) Tanjung Pemancingan, Kotabaru Kalimantan

Selatan.

Gambar3.1Lokasi NPLCT

Sumber : Buku rencana induk pelabuhan terminal khusus batubara PT.

Arutmin Indonesia

NPLCT mempunyai beberapa jetty untuk bongkar batubara antara lain:


1. Jetty Bongkar CV 5 Luar (Utara Luar)
2. Jetty Bongkar CV 5 Dalam (Utara Dalam)
3. Jetty Bongkar CV 6 Luar (Selatan Luar)
4. Jetty Bongkar CV 6 Dalam (Selatan Dalam)
Gambar 3.2 Jetty Bongkar
14

Sumber : NPLCT Port Hand Book


Gambar 3.3 Jetty CBU

Sumber : NPLCT Port Hand Book


5. Jetty Bongkar CBU
6. Jetty Muat Kapal ( Jetty Loading)
7. Jetty Ballast
Gambar 3.4 Jetty Loading

Sumber : NPLCT Port Hand Book

B. SITUASI DAN KONDISI


Situasi kerja bagi para pandu sangat penting sebab situasi kerja yang

kurang baik dapat menggangu kelancaran operasional tugas pandu.Adapun

situasi dan kondisi yang ada di terminal khusus batubara PT. Arutmin

Indonesia North Pulau Laut Coal Terminal (NPLCT) antara lain:


1. Sistem Prosedur Pemanduan
Dalam melaksanakan tugas pemanduan petugas pandu harus selalu

mengikuti sistem prosedur pemanduan yang sudah ditetapkan sebagai

berikut:
15

Sistem Prosedur Pelayanan Pemanduan Kapal Curah Pengangkut

Batubara di Perairan Wajib Pandu di Terminal Khusus PT. Arutmin

Indonesia
1) Kapal yang sudah disetujui untuk melakukan pemuatan di terminal

PT. Arutmin Indonesia NPLCT harus melaporkan melalui cable

master / email ke contact person tersus dan agen mengenai rencana

kedatangannya di NPLCT pada 14, 7, 5, 3 , 2 & 1 hari sebelum

kedatangan.
2) Agen Lokal akan melaporkan rencana kedatangan kapal tersebut ke

instansi terkait (Syahbandar, Bea Cukai, Imigrasi, Kesehatan

Pelabuhan).
3) Minimal 2 jam sebelum kapal tiba di Pilot Boarding Ground Tanjung

Pemancingan, Nakhoda memanggil Terminal dengan nama

panggilan Pemancingan Coal Terminal melalui radio VHF channel

14. Selanjutnya petugas pandu (Terminal Pilot/Berthing Master)

yang bertugas akan menginformasikan kepada Nakhoda kapal

apakah akan berlabuh atau l;angsung sandar.


4) Apabila kapal harus menunggu giliran untuk sandar maka kapal

tersebut diinstruksikan untuk berlabuh jangkar di Alfa anchorage

dengan posisi 03 12,4 S / 115 19,6 E. Setelah berlabuh jangkar

Nakhoda melaporkan posisi dan waktu berlabuh kepada terminal

melalui radio VHF. Selanjutnya agen berkoordinasi dengan pejabat

CIQ untukmelakukan Formalities Checking.


5) Satu hari sebelum penyandaran kapal, minimal 1 jam sebelum

petugas pandu (Terminal Pilot/Berthing Master)on board maka

terminal akan memanggil kapal tersebut melalui Radio VHF untuk

persiapan pemindahan kapal (shifting) dari Alfa: Anchorage ke


16

Bravo anchorage. Kapal juga diminta untuk menyiapkan tangga

pandu kombinasi (combination pilot ladder) sesuai ketentuan IMO.


6) Selanjutnya petugas pandu (Terminal Pilot/Berthing Master) naik ke

kapal untuk melaksanakan tugas pemanduan pada kapal tersebut

yaitu shifting ke Bravo Anchorage dengan posisi 03 11,9 S / 115

17,1 E. Teknis pelaksanaan pemanduan ini mengacu pada SOP

NPL-MAR 103 Pemindahan kapal (shifting) pengangkut batubara

dari Pilot Station ke B Anchorage sampai kapal berlabuh jangkar

dengan aman pada posisi tersebut


7) Sebelum petugas pandu turun Nakhoda diminta untuk

menandatangani Formulir Bukti Pemakaian Jasa Pandu/ Tunda

(Pilot Certificate).
8) Minimal 1 jam sebelum petugas pandu (Terminal Pilot/Berthing

Master)on board untuk penyandaran maka terminal akan memanggil

kapal tersebut melalui Radio VHF untuk persiapan penyandaran.

Kapal juga diminta untuk menyiapkan tangga pandu kombinasi

(combination pilot ladder) sesuai ketentuan IMO.


9) Selanjutnya petugas pandu (Terminal Pilot/Berthing Master) naik ke

kapal untuk melaksanakan tugas pemanduan penyandaran kapal

tersebut dari Bravo Anchorage ke jetty loading. Teknis

pelaksanaan pemanduan ini mengacu pada SOP NPL-MAR 102

Penyandaran kapal pengangkut batubara dari Inner (B) anchorage

sampai kapal sandar dan terikat dengan aman di dermaga dengan

dibantu kapal tunda sesuai peraturan pemanduan.


10) Sebelum petugas pandu turun Nakhoda diminta untuk

menandatangani Formulir Bukti Pemakaian Jasa Pandu/ Tunda

(Pilot Certificate).
17

11) Setelah kapal selesai muat maka petugas pandu (Terminal

Pilot/Berthing Master) naik ke kapal untuk melaksanakan tugas

pemanduan lepas sandar kapal dengan dibantu kapal tunda sesuai

peraturan pemanduan.
Teknis pelaksanaan pemanduan ini mengacu pada SOP NPL-MAR

104 Pelepasan (unberthing) kapal pengangkut batubara dari dermaga

NPLCT.
12) Setelah kapal lepas sandar selanjutnya kapal dipandu keluar

pelabuhan melalui alur tenggara sampai kapal bebas dari alur untuk

melanjutkan pelayaran ke pelabuhan bongkar tujuan.


13) Sebelum petugas pandu turun Nakhoda diminta untuk

menandatangani Formulir Bukti Pemakaian Jasa Pandu/ Tunda

(Pilot Certificate).
14) Apabila kapal tiba dan langsung sandar maka setibanya di NPLCT

kapal diarahkan ke Pilot Boarding Ground dimana petugas pandu

dan kapal tunda sudah menunggu. Selanjutnya petugas pandu

(Terminal Pilot/Berthing Master) naik ke kapal untuk melaksanakan

tugas pemanduan penyandaran kapal tersebut ke jetty loading.

Teknis pelaksanaan pemanduan ini mengacu pada SOP NPL-MAR

101 Penyandaran kapal pengangkut batubara dari Pilot Boarding

Ground (A)sampai kapal sandar dan terikat dengan aman di dermaga

dengan dibantu kapal tunda sesuai peraturan pemanduan.


15) Sebelum petugas pandu turun Nakhoda diminta untuk

menandatangani Formulir Bukti Pemakaian Jasa Pandu/ Tunda

(Pilot Certificate).
18

Sistem Prosedur Pelayanan Pemanduan Tug Boat (Tongkang Pengangkut

Batubara) di Perairan Wajib Pandu di Terminal Khusus PT. Arutmin

Indonesia :
1) Tug Boat penarik tongkang batubara yang akan tiba di NPLCT

minimal 1 jam sebelum kapal tiba Nakhoda memanggil Terminal

dengan nama panggilan Pemancingan Coal Terminal melalui radio

VHF channel 14. Selanjutnya radio operator / petugas pandu

(Terminal Pilot/Berthing Master) yang bertugas akan

menginformasikan kepada Nakhoda tug boat apakah akan berlabuh

atau l;angsung sandar.


2) Apabila kapal harus menunggu giliran untuk sandar maka tug boat

tersebut diinstruksikan untuk berlabuh jangkar di area berlabuh

tongkang Setelah berlabuh jangkar Nakhoda melaporkan waktu

berlabuh kepada terminal melalui radio VHF.


3) Apabila tug boat / tongkang tiba dan langsung sandar maka

setibanya di NPLCT kapal diarahkan ke jetty dimana tongkang

tersebut akan disandarkan. petugas pandu (Terminal Pilot/Berthing

Master. Akan memerintahkan kapal tunda untuk membantu

penyandaran. Selanjutnya petugas pandu (Terminal Pilot/Berthing

Master) akan menuju ke jetty untuk melaksanakan tugas pemanduan

penyandaran tongkang tersebutdari jetty. Teknis pelaksanaan

pemanduan ini mengacu pada SOP NPL-MAR 106 untuk

penyandaran tongkang di CV 6 Luar, SOP NPL-MAR 108 untuk

penyandaran tongkang di CV 6 Dalam , SOP NPL-MAR 110 untuk

penyandaran tongkang di CV 5 Luar, SOP NPL-MAR 112 untuk

penyandaran tongkang di CV 5 Dalam.


19

4) Untuk tongkang yang berlabuh jangkar minimal 30 menit sebelum

penyandaran terminal akan memangil tug boat / tongkang melalui

radio VHF channel 14 untuk mengangkat jangkar dan persiapan

penyandaran.
5) Setelah tongkang selesai bongkar petugas pandu (Terminal

Pilot/Berthing Master. Akan memerintahkan kapal tunda untuk

membantu pelepasan sandar tongkang. Selanjutnya petugas pandu

(Terminal Pilot/Berthing Master) akan menuju ke jetty dimana

tongkang tersebut sandar untuk melaksanakan tugas pemanduan

lepas sandar tongkang. Teknis pelaksanaan pemanduan ini mengacu

pada SOP NPL-MAR 107 untuk lepas sandar tongkang di CV 6

Luar, SOP NPL-MAR 109 untuk lepas sandar tongkang di CV 6

Dalam , SOP NPL-MAR 111 untuk lepas sandar tongkang di CV 5

Luar, SOP NPL-MAR 113 untuk lepas sandar tongkang tongkang di

CV 5 Dalam.
2. Struktur Organisasi Pemanduan NPLCT

Gambar 3.5 Struktur Organisasa Pemanduan NPLCT


20

Sumber : Struktur Organisasa NPLCT

3. Petugas Pandu di PT. Arutmin Indonesia North Pulau Laut Coal Terminal

(NPLCT) Tanjung Pemancingan, Kotabaru Kalimantan Selatan.


Tabel. 3.1 Daftar Nama Petugas Pandu di PT. Arutmin Indonesia
No Nama Umur No. Sertifikat Sertifikat Pandu
1 Y. Purwanto 41 thn 0319PI0612 Tingkat I
2 Agus Budi Raharjo 38 thn 0763PII0413 Tingkat II
3 Ktut Tito Pranolo 38 thn 0787PII0413 TingkatII
4 Jerry Lebbang 43 thn 0116PII0412 Tingkat II
5 Sumardin 42 thn - Siswa Pandu 2016
Sumber : PT. Arutmin Indonesia (NPLCT)

4. Kondisi Sarana Bantu Pemanduan


Kondisi sarana kapal tunda yang usinya rata-rata di atas 20 tahun,

dimana kondisi tenaga yang dihasilkan sangat berkurang , sehinggga pada

saat digunakan untuk kegiatan mendorong, menarik, dan membantu (assist)

kapal curah kering pengangkut batu bara bertambat ke atau untuk melepas

dari dermaga mengakibatkan tenaga yang dihasilkan tidak maksimal,

sementara ukuran kapal-kapal tersebut panjang rata-ratanya 225 Meter

dengan bobot mati 45.000 GT dengan muatan sekitar 75.000 MT. Kondisi

seperti ini tidak efektif dengan sarana bantu kapal tunda yang ada

dikarenakan terbatasnya kemampuan sarana yang tersedia pada kapal

tersebut. Adapun unit kapal tunda yang dimiliki yaitu :


a. TB. IBT 32 : 2 x 1600 HP, Bollard Pull Terakhir : 26 Tons (21 Okt 2008)
b. TB.IBT 36 : 2 x 1800 HP, Bollard Pull Terakhir : 32 Tons (26 Des 2007)

Kondisi sarana kapal pandu yang mengalami menurunan kecepatan

yang cukup significant dari kecepatan maksimal awal 18 Knot menurun

menjadi 10 Knots sehinggga menghambat pengantaran petugas pandu ke


21

kapal pengangkut batubara. Adapun unit kapal pandu yang dimiliki adalah

ST. CAKRA 28 : 2 x 250 HP.

5. Data Kunjungan Kapal

Sebagai terminal khusus batubara NPLCT melayani tongkang-

tongkang yang mengakut batubara dari tambang milik PT. Arutmin Indonesia

untuk di bongkar dan di timbun di lapangan penumpukan. Bahkan PT.

Arutmin Indonesia menyewa tongkang dengan desai khusus yang disebut Self

Discharging Barge ( SDB) dengan armada sebanyak 6 unit. Selain itu dengan

dibangunnya jetty Continous Barge Unloader (CBU) NPLCT bisa

membongkar tongkang-tongkang Flat Top Barge (FTB) biasa yang jumlah

armadanya disesuaikan dengan kebutuhan.

Selain tongkang tongkang NPLCT juga melayani kapal-kapal

pengangkut batubara yang akan memuat batubara untuk diangkut ke pembeli

baik di dalam negeri maupun ke luar negeri.

Adapun data-data kapal yang datang ke terminal khusus batubara PT.

Arutmin Indonesia NPLCT sebagai berikut:

Tabel 3.2 Daftar Kunjungan Kapal di Tersus NPLCT Tahun 2014


Gerakan LOA > 200 M LOA < 200 M Jumlah
Bulan Masuk Keluar Masuk Keluar Gerakan /Bln
Januari 68 68 8 8 152
Februari 57 57 7 7 128
Maret 71 71 8 8 158
April 31 31 8 8 78
Mei 34 34 6 6 80
Juni 33 33 5 5 76
Juli 17 17 4 4 42
Agustus 28 28 5 5 66
22

September 23 23 4 4 54
Oktober 8 8 1 1 18
Nopember 11 11 3 3 28
Desember 14 14 3 3 34
Jumlah 395 395 62 62 914
Sumber : PT. Arutmin Indonesia NPLCT

Tabel 3.3 Daftar Kunjungan Kapal di Tersus NPLCT Tahun 2015


Gerakan LOA > 200 M LOA < 200 M Jumlah
Bulan Masuk Keluar Masuk Keluar Gerakan /Bln
Januari 15 15 3 3 36
Februari 20 20 4 4 44
Maret 22 22 4 4 52
April 34 34 6 6 80
Mei 41 41 6 6 94
Juni 44 44 6 6 100
Juli 58 58 7 7 130
Agustus 56 56 7 7 126
September 58 58 7 7 130
Oktober 69 69 8 8 154
Nopember 62 62 7 7 138
Desember 90 90 10 10 200
Jumlah 569 569 68 68 1274
Sumber : PT. Arutmin Indonesia NPLCT

Tabel 3.3 Daftar Kunjungan Kapal di Tersus NPLCT Tahun 2016


Gerakan LOA > 200 M LOA < 200 M Jumlah
Bulan Masuk Keluar Masuk Keluar Gerakan /Bln
Januari 75 75 10 10 170
Februari 30 30 5 5 70
Jumlah 105 105 15 15 240
Sumber : PT. Arutmin Indonesia NPLCT

Berdasarkan uraian diatas maka situasi dan kondisi pemanduan yang

ada di terminal khusus batubara PT. Arutmin Indonesia North Pulau Laut

Coal Terminal (NPLCT) sebagai berikut:

1. Pandu disamakan dengan karyawan lain sehingga setelah menyelesaikan

tugas pemanduan pandu harus tetap standby di kantor sampai dengan


23

tugas jaga 12 jam selesai dan dilakukan serah terima jaga kepada pandu

pengganti.
2. Pendidikan dan ketrampilan petugas pandu masih kurang terutama

sertifikasi petugas pandu dimana dari 5 orang petugas pandu hanya 1

orang bersertifikat pandu tingkat I dan 3 orang lainnya bersertifikat

pandu tingkat II.


3. Sarana dan prasarana pemanduan yang kurang memadahi terutama kapal

tunda dan kapal pandu.

C. TEMUAN
Berdasarkan data yang ada, jumlah kapal tunda di terminal khusus

batubara PT. Arutmin Indonesia North Pulau Laut Coal Terminal (NPLCT)

sebanyak 2 unit dengan usia kapal tersebut diatas 20 tahun sehingga perlu

diadakan peremajaan, sedang kapal pandu yang dimiliki 1 unit dimana

kondisi kecepatannya mengalami penurunan sangat drastis sehingga di

perlukan pemeliharaan dan perbaikan.


Sesuai daftar petugas pandu yang diatas dari 5 orang petugas hanya 1

petugas yang memiliki sertifikat pandu I dan 3 orang petugas pandu lainnya

hanya memiliki sertifikat pandu tingkat II sehingga tidak memenuhi syarat

untuk melakukan pemanduan pada kapal dengan ukuran panjang lebih dari

200 meter.

D. URUTAN KEJADIAN
Beberapa masalah yang yang terjadi pada proses pemanduan kapal di

terminal khusus batubara PT. Arutmin Indonesia North Pulau Laut Coal
24

Terminal (NPLCT) baik yang penulis alami maupun data-data yang pandu

lainnya alami yaitu :


Pada tanggal 24 Mei 2015 pukul 07:48 WITA, Pada saat penulis

memandu MV. ASITA SUN (LOA: 229 Meter / 44.130 GRT) untuk

sandar di jetty loading, proses penyandaran memerlukan waktu lebih dari

2 jam karena kapal tunda TB IBT 32 dan TB. IBT 36 tidak kuat

mendorong kapal merapat ke jetty saat arus surut.


Pada tanggal 09 Juni 2015 pukul pukul 14:40 WITA Proses pemanduan

sandar kapal MV. LAKE DAWN (LOA: 229 Meter / 43.008 GRT) oleh

pandu Ktut Tito Pranolo memerlukan waktu lebih dari 2 jam karena kapal

tunda Tb. IBT 32 dan TB. IBT 36 tidak kuat mendorong kapal untuk

merapat di jetty.
Pada tanggal 27 Juli 2015 pukul pukul 07:18 WITA Proses pemanduan

sandar kapal MV. SEA PEGASUS (LOA: 229 Meter / 44.276 GRT) oleh

pandu Agus Budi Raharjo memerlukan waktu lebih dari 2 jam karena

kapal tunda Tb. IBT 32 dan TB. IBT 36 tidak kuat mendorong kapal

untuk merapat di jetty.


Pada tanggal 10 Agustus 2015 pukul 22:48 WITA, Pandu Ktut Tito

Pranolo terlambat tiba dikapal saat akan menyandarkan MV. KM

TOKYO (LOA: 229 Meter / 44.349 GRT) karena kapal pandu Cakra 28

kecepatan maksimalnya hanya 10 knota sementara kapal sudah

menunggu di pilot boarding ground kurang lebih 48 menit.


Pada tanggal 28 Oktober 2010 pukul pukul 07:13 WITA Proses

pemanduan sandar kapal MV. AMS PEGASUS 1 (LOA: 229 Meter /

44.592 GRT) oleh pandu Ktut Tito Pranolo memerlukan waktu lebih dari
25

2 jam karena kapal tunda Tb. IBT 32 dan TB. IBT 36 tidak kuat

mendorong kapal untuk merapat di jetty.


Pada tanggal 07 November 2015 pukul 09:35 WITA, Penulis erlambat

tiba dikapal saat akan menyandarkan MV. SEA HERMES (LOA: 229

Meter / 44.047 GRT) karena kapal pandu CAKRA 28 kecepatan

maksimalnya hanya 10 knots sementara kapal sudah menunggu di pilot

boarding ground kurang lebih 35 menit.


Pada tanggal 09 Januari 2016 pukul 04:35 WITA, Pada saat pandu Agus

Budi Raharjo memandu MV. NORD FORTUNE (LOA: 229 Meter /

39.737 GRT) untuk lepas sandar dari jetty loading, proses lepas sandar

tidak berjalan kurang lancar karena kapal tunda TB IBT 32 dan TB. IBT

36 tidak kuat menarik kapal menjauh dari ke jetty saat angin dari arah

Utara / Laut dengan kecepatan 15 Knots.


Pada tanggal 22 Januari 2016 pukul 16:35 WITA, Pada saat pandu Ktut

Tito Pranolo memandu MV. ABY JEANNETE (LOA: 229 Meter / 45.223

GRT) untuk lepas sandar dari jetty loading, proses lepas sandar tidak

berjalan kurang lancar karena kapal tunda TB IBT 32 dan TB. IBT 36

tidak kuat menarik kapal menjauh dari ke jetty saat angin dari arah

Utara / Laut dengan kecepatan 15 Knots.

Anda mungkin juga menyukai