PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
Dalam pelajaran ilmu kelistrikan terdapat hubungan timbal balik antara teori
dan praktek. Hubungan timbal balik ini merupakan kaitan yang sangat erat,
dimana pengetahuan yang kita dapatkan dalam teori haruslah kita praktekkan,
dengan praktek akan membantu kita untuk mengetahui dan mengerti serta mampu
melaksanakan pekerjaan dilapangan/industri dengan baik dan benar. Sesuai
dengan kurikulum yang ditetapkan di Politeknik Negeri Sriwijaya maka
mahasiswa diwajibkan mempunyai keterampilan di bidang teknologi. Program
studi teknik listrik adalah salah satu bagian dari jurusan Teknik Elektro pada
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang yang diharapkan setelah mendapat
keterampilan mahasiswa mampu terjun langsung memahami ilmu listrik di
lapangan baik teori maupun praktek.
Umumnya kegiatan praktek ini dilakukan di dalam bengkel dan
laboratorium. Untuk melaksanakan kegiatan ini dibutuhkan tenaga yang efisien
agar menghasilkan hasil yang baik. Adapun dalam dunia listrik bukan saja
terdapat perancangan, pemasangan dan pengoperasiaan instalasi listrik tetapi
terdapat juga sesuatu hal yang tidak boleh dilupakan yaitu maintenance and
repair pada instalasi listrik. Maka pada semester V ini terdapat mata kuliah yang
berjudul maintenance and repair. Tujuan diadakannya Praktek maintenance and
repair ini adalah apabila terjadi kerusakan di suatu instalasi listrik ataupun di
bidang industri maka mahasiswa dapat membayangkan atau menganalisa langkah-
langkah yang harus dilakukan pada saat terjadi kerusakan pada peralatan listrik
dengan cara yang tepat,cepat,ekonomis dan efisien. Praktek maintenance and
repair dapat diartikan sebagai mata kuliah yang dapat membuat mahasiswa dapat
melakukan maintenance yang berarti perawatan dan repair yang berarti
perbaikan. Beda halnya dengan praktek-praktek yang dilakukan terdahulu dimana
mahasiswa melakukan instalasi listrik sendiri dengan tenggang waktu yang
diberikan di semester V ini mahasiswa diberikan suatu instalasi yang berbentuk
box panel yang merupakan simulasi atau gambaran dari beberapa instalasi listrik
1
di dunia industri yang terdapat beberapa trouble yang telah diberi oleh dosen pada
box panel tersebut sehingga mahasiswa harus melakukan maintenance dan repair
pada trouble-trouble yang diberikan.
Untuk mengimbangi perkembangan ilmu kelistrikan tersebut dibutuhkan
sumber daya manusia (SDM) yang terampil dalam kelistrikan. Oleh karena itu
mahasiswa diberikan praktek kerja bengkel listrik ini agar terwujudnya tenaga
manusia yang handal dan mempunyai keterampilan baik dalam mempraktekkan
dan menganalisa suatu trouble yang terjadi baik di dalam mata kuliah tersebut
saat sekarang ataupun pada hal nyata yang akan terjadi di dunia industri yang akan
mendatang. Dari tenaga-tenaga terampil inilah dapat terciptanya SDM (Sumber
Daya Manusia) yang dapat berguna bagi dunia industri atau di masyarakat di masa
depan.
1.3.2 Manfaat
Adapun manfaat dilaksanakannya praktek di bengkel listrik semester V ini
dengan judul Maintenance and Repair pada Instalasi Listrik Tanur , adalah :
1. Mahasiswa dapat menginstalasi rangkaian tanur dan mengaplikasikannya.
2. Mahasiswa memahami prinsip kerja dari instalasi listrik tanur.
3. Mahasiswa memahami tindakan yang harus dilakukan apabila terjadi trouble
yang ditemukan pada rangkaian instalasi tanur.
2
Dalam penulisan laporan ini penulis membuat suatu sistematika penulisan
yang terdiri dari beberapa bab, dimana pada masing masing bab terdapat uraian
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan latar belakang penulisan laporan, pembatasan
masalah, tujuan dan manfaat yang diperoleh, serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini membahas mengenai teori-teori penunjang secara
umum,menjelaskan apa itu sistem peralatan listrik, perbaikan (repair) dan
perawatan (maintenance).
BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas mengenai teori-teori penunjang dan deskripsi
umum mengenai tanur dan kubikel.
BAB IV PENUTUP
Berisikan tentang kesimpulan dan saran berdasarkan analisa penulis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penghantar
3
Penghantar adalah bahan yang dapat mengalirkan arus listrik, sebagai
penghantar digunakan tembaga atau aluminium. Suatu kabel dari isolasi sesuai
dengan ukuran dan kegunaan dari kabel tersebut, yang terpenting suatu kabel
dalam suatu isolasi adalah penandaan yang nanti akan mempermudah dalam
pemakaian kabel untuk instalasi.
Untuk penyaluran penghantar listrik dari pusat pembangkit ketempat yang
memerlukannya ada 2 kemungkinan yang dapat digunakan yaitu:
a. Penghantar dengan menggunakan kawat udara
b. Penghantar dengan menggunakan kabel tanah.
Syarat kabel menurut PUIL dan standar IEC serta jenis kabelnya adalah:
a. NYM
1. Kode pengenal
2. Tanda Kabel
Isolasi kabel berurat tunggal diberi warna hijau-kuning atau biru muda
atau hitam dan kuning, tanda-tanda pengenal harus terangkat dengan jarak
tidak melebihi 20 cm bila tanda itu diletakkan pada urat berwarna biru
muda, dan tidak melebihi 50 cm bila tanda tersebut diletakkan pada
saluran luar. Warna selubung luar dari luar kabel-kabel yang berbentuk
dalam spesifikasi ini harus putih keabu-abuan atau putih kekuning-
kuningan.
4
b. NYA
1. Kode pengenal
2. Tanda kabel
Isolasi harus diberi warna hijau kuning atau biru muda atau hitam atau
kuning dan merah. Tanda memenuhi standar SI dibuat dengan jarak antara
tidak melebihi 20 cm.
5
Y = Selubung PVC
Re = Penghantar padat bulat
Rm = Penghantar padat Bulat
Sm = Penghantar dengan dipilih bentuk sektor
2.3 Saklar
Saklar adalah suatu alat listrik yang digunakan untuk memutuskan atau
menghubungkan arus pada alat / rangkaian listrik. Macam-macam saklar adalah :
a. Saklar tunggal
Saklar tunggal atau satu arah digunakan sebagai pengatur suatu rangkian
hanya dari satu tempat atau hanya dari posisi ON dan OFF. Rangkaian
6
penerangan satu arah ini digunakan untuk ruangan yang kecil dengan satu
pintu.
b. Saklar seri
Saklar ini adalah suatu hubungan paralel dari dua buah saklar tunggal,
dimana dua saklar tunggal tersebut ini pemakaiannya secara kelompok, maka
dapat diatur secara terpisah, secara bersamaan pada suatu tempat tertentu.
c. Saklar tukar
Saklar tukar mempunyai dua posisi pengoperasian yaitu hanya bisa
menyalakan salah satu lampu E1 dan E2 secara bergantian. Saklar tukar ini
juga digunakan untuk mengoperasikan dua pemakaian dengan sumber
tegangan yang sama atau dua tegangan yang berbeda atau dipasang pada
suatu tangga rumah atau gedung bertingkat.
7
d. Saklar impuls.
Saklar impuls adalah saklar yang berbeda berdasarkan magnet dimana
posisi saklarnya akan berubah pada setiap impuls, lamanya pengoperasian
dari kotak tekan tidak mempengaruhi sistem kerjanya, saklar impuls
mempunyai dua posisi kontak yaitu : ON pada pengoperasian lampu pertama
dan kontak OFF untuk pengoperasian pada lampu impuls kedua.
e. Saklar Staircase
Timer staircase dapat memutuskan rangkaian secara otomatis dengan
batas waktu yang telah ditentukan. Pengoperasian timer bisa dilakukan
kembali walaupun batasan waktu belum habis. Penyambungan pada timer
staircase dapat dilakukan dengan sistem 3 kawat dan 4 kawat tergantung
kondisi penggunaan.
f. Saklar Tekan
Saklar tekan atau push button umumnya digunakan pada rangkaian
kontrol kontak sebagai pengunci secara elektrik. Saklar ini beroperasi ketika
ditekan saja, jika dilepas maka akan kembali menjadi seperti semula. Jadi
saklar ini memberikan daya yang sifatnya sementara, apabila dikombinasi
dengan saklar impuls maka pada saat saklar dilepas hubungannnya dengan
beban tetap ada karena saklar tersebut terkunci oleh impuls.
8
Gambar 2.10 Simbol Saklar Tekan
9
3 Kotak kontak bantu NC (Normaly Close)
Gambar 2.13Kontaktor
Pada kontaktor apabila tegangan yang melewatinya terlalu besar maka
kumparan akan panas yang akan mengakibatkan berkurangnya umur dari
kontaktor tersebut. Demikian pula sebaliknya jika tegangan yang melewatinya
terlalu rendah maka tegangan pada kotak kontaknya akan berkurang sehingga
dapat menimbulkan bunga api.
Pada penggunaannya kontaktor sering kita kombinasikan dengan saklar
tekan (push button) yang dimaksudkan sebagai saklar pengoperasian dari
kontaktor.
Sebuah kontaktor terdiri dari koil, beberapa kontak Normally Open ( NO )
dan beberapa Normally Close ( NC ). Pada saat satu kontaktor normal, NO akan
membuka dan pada saat kontaktor bekerja, NO akan menutup. Sedangkan kontak
NC sebaliknya yaitu ketika dalam keadaan normal kontak NC akan menutup dan
dalam keadaan bekerja kontak NC akan membuka. Koil adalah lilitan yang
apabila diberi tegangan akan terjadi magnetisasi dan menarik kontak-kontaknya
sehingga terjadi perubahan atau bekerja.
10
yang berfungsi menunggu untuk off selama batas waktu yang ditentukan atau
diatur sebelumnya.
2.8 Relay
Relay merupakan sebuah saklar elektrik yang dapat mengubah kontak-
kontak dari NO (Normally Open) menjadi NC (Normally close) sewaktu
mendapat supply aliran listrik. Untuk mengendalikan suatu sistem dengan beban
keadaan AC/DC.
Prinsip kerja dari relay adalah berdasarkan gejala elektromagnetik di mana terdiri
dari lilitan kawat/kumparan, coil yang dililitkan pada sebuah inti dari besi baja
yang bersifat lunak. Apabila pada kumparan tersebut kita alirkan arus maka inti
baja tersebut akan menarik jangkar dan relay dinamis
11
Gambar 2.16 Lampu indikator
Lampu indikator berfungsi sebagai isyarat atau indikator dalam sebuah
panel untuk mengetahui apakah sebuah panel bekerja dengan baik ataukah terjadi
sebuah gangguan. Lampu indikator dipakai pada instalasi tenaga karena untuk
mengoperasikan suatu kontrol listrik, perlu adanya penandaan untuk kondisi-
kondisi tertentu, misalnya kondisi beban lebih (over load), kondisi manual
maupun kondisi otomatis.
12
pemanas (KILN) dan selanjutnya berakhir pada suatu tempat yang disebut
kontainer atau silo.
BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN
13
Proses kerja dari rangkaian Tanur ini yaitu bekerja secara otomatis untuk
memanaskan material dengan misalnya suhu awal sebesar 800C di pertahankan
sampai 820C hingga nantinya di dalam suatu tempat tertentu yang biasanya
disebut tungku pemanas (KILN) dan selanjutnya berakhir pada suatu tempat yang
disebut kontainer atau silo.
Pengoperasian pertama dengan menekan saklar S11 yang akan
menyebabkan conveyor belt yang berfungsi untuk mengangkut/membawa
material yang akan dipanaskan bergerak.Setelah material ini bergerak dan
melewati suatu sensor (light barier), maka selenoid dari valve 1 akan menjadi
aktif,sedangkan di lain pihak dengan terlewatinya sensor (light-barier) oleh
material tadi maka akan menyebabkan berhentinya conveyor pembawa material
tadi. Valve yang telah aktif tidak akan menyebabkan pintu pertama dari ruang
pemanas (tungku) menutup dan akan menekan saklar batas (LS1), dengan
tertekannya LS1 ini maka akan berfungsi untuk mengaktifkan selenoid 2 dan yang
seterusnya akan mengaktifkan valve 2 untuk menggerakan pintu kedua dari ruang
pemanas (tanur).
Apabila pintu kedua tadi telah bergerak menutup dan kemudian menekan
saklar batas LS2 maka seketika itu pula proses pemanas pun sudah dimulai.
Proses pemanasan terjadi dalam dua tahap.
Pemanasan pertama terjadi dalam kondisi delta hingga mencapai suhu
800C.Suhu tersebut tercapai maka pemanasan selanjutnya berlangsung dalam
kondisi hubungan bintang yang akan mempertahankan suhunya hingga 820
C.Kontrol pemanasan dalam ruang tersebut dilakukan dengan menggunakan
Thermostat.Setelah suhu 820C tercapai dan pemanasan dalam ruang tersebut
dilakukan telah berlangsung kira-kira 1-3 menit, maka proses pemanasan akan
selesai.
Bersamaan dengan selesainya proses pemanasan tadi maka pintu pertama
dari ruang pemanas tadi akan membuka yang kemudian diikuti oleh pintu ke-2.
Terbukanya pintu ke-2 dari ruang pemanas ini akan menekan saklar batas LS3
yang akan mengakibatkan bekerjanya valve 3 yaitu bergeraknya sebuah tuas
kedalam ruang pemanas yang bertujuan akan menarik material yang telah
dipanaskan tadi keluar. Material tadi akan dijatuhkan kedalam kontainer/silo yang
14
mana bagian atas dari silo ini telah dipanaskan oleh sensor, sehingga bila material
jatuh ke silo akan memotong sensor yang akan menyebabkan bergeraknya
kembali conveyor pembawa material yang akan dimasukkan kedalam ruang
pemanas. Begitulah proses tersebut tadi berulang lagi secara otomatis. Bila dalam
sistem ini terjadi kondisi darurat, maka sistem ini dapat dihentikan tiba-tiba
dengan menekan saklar Emergency Stop.
Proses awal dari sistem tanur dimulai dengan menekan saklar S11 yang
kemudian akan menyebabkan K11M tersuplai tegangan sehingga K11M bekerja.
Bekerjanya K11M ini akan menggerakkan motor yang akan menjalankan
conveyor belt atau ban berjalan yang digunakan sebagai pengangkut material yang
akan dipanaskan. Material yang dibawa oleh conveyor belt menuju keruang
pemanasan, sebelum memasuki ruang tersebut akan melewati sebuah sensor (light
barier).
Dengan terlewatinya light barier 1 tersebut maka kontaktor akan menutup
dan menyebabkan akan mengalirkan arus pada K14 sehingga K14 bekerja. Kerja
dari K14 ini akan memutuskan arus yang mengalir pada K11M sehingga K11M
ini mati atau dengan kata lain conveyor belt berhenti berjalan selain itu K14 ini
akan mengalir arus K15 sehingga K15M dan K15 bekerja. Namun kerja dari K14
tadi hanya sesaat karena tidak memiliki pengunci. Dengan bekerjanya Y18 maka
selenoid 1 akan aktif yang menyebabkan valve 1 menjadi aktif.
Untuk menggerakkan pintu pertama dari ruang pemanas (pintu pertama
menutup) sampai menekan limit switch LS1. Limit Switch 1 yang tertekan tadi
akan menggerakkan selenoid dari valve 2 dan menyebabkan pintu dari ruang
pemanas bergerak menutup sampai menekan LS2. Dengan tertekannya LS2 ini
akan berfungsi menjalankan proses pemanasandi dalam tanur yang dimulai
dengan bekerjanya K19, K20 dan K21 yang terhubung secara delta.
Proses pemanasan yang pertama dilakukan dengan hubung delta dengan
tujuan yaitu untuk menghasilkan suhu rendah dan jika suhu 800 C panas yang
langsung tinggi yaitu 800 sudah mencapai batas tertentu maka reostat 1 yang
berfungsi sebagai kontrol dari proses pemanasan akan terlepas yang
mengakibatkan K19 akan berhenti bekerja sebab kontak thermostat 1 (S19 AE) ini
diserikan dengan K19. Dengan matinya K19 maka proses delta telah selesai dan
15
seketika itu pula arus akan mengalir ke K23M dan K24M dengan hubung bintang,
ini berarti proses pemanasan yang kedua telah berjalan, proses kedua ini
dilakukan dengan hubung bintang karena hanya ingin mempertahankan suhu C
sudah tercapai maka thermostat 2C. Jika suhu 820 pemanasan hingga 820 akan
bekerja, atau dengan kata lain sewaktu K20 dan K21 bekerja maka K23 sebagai
timer untuk waktu pemanasan juga bekerja, sehingga jika telah sampai pada
setting waktu maka K23 akan bekerja menutuskan arus ke K20, K17, K15M dan
K20, atau dengan kata lain keseluruhan dari proses pemanasan telah selesai.
Dengan selesainnya proses pemanasan maka pintu 1 dan pintu 2 dari ruang
pemanas akan membuka. Ketika pintu 2 membuka maka pada akhirnya limit
switch 3 (LS3) akan tertekan yang akan menyebabkan selenoid 3 akan
bertegangan dan selanjutnya mengaktifkan valve 3 bekerja mendorong lengannya
atau tuasnya masuk delam ruang pemanas untuk mengkait material yang telah
dipanaskan. Valve 3 ini mundur ke tempatnya semula apabila suplai arusnya
terputus. Pada saat pemutusan arus dari valve 3 ini dikontrol oleh relay penunda
waktu K28T, jadi apabila waktu tunda dari K28T ini habis, maka suplai untuk
selenoid dari valve 3 terputus sehingga lengannya akan bergerak mundur bersama
dengan material yang telah dipanaskan dalam tungku pemanas.
Material yang tertarik mundur oleh valve 3 tersebut selanjutnya dijatuhkan
ke dalam penampungan (kontainer/silo).Namun saat material tersebut jatuh maka
material tersebut akan memotong sensor (light barrier 2) yang berada pada bagian
atas silo. Light barrier 2 ini dikontrol oleh S28, dimana saat S28A tersebut
dilewati maka anak kontak dari S28A tersebut akan menghubungkan suplai
tegangan masuk ke K11 sehingga K11 bekerja atau dengan kata lain conveyor belt
pengangkutan material kembali berjalan, sehingga proses tersebut kembali
terulang. Begitulah kerja dari sistem tanur secara otomatis namun jika dalam
proses tersebut sedang berjalan dan terdapat gangguan secara tiba-tiba maka kita
dapat menghentikan proses secara keseluruhan dengan menekan Emergency Stop.
16
Gambar 3.1 Rangkaian Tanur a
17
Gambar 3.2 Rangkaian Tanur b
18
Gambar 3.3 Rangkaian Tanur c
19
Gambar 3.4 Rangkaian Tanur d
20
3.3 Jurnal Kegiatan
Selasa, 27 September 2016
NO WAKTU KEGIATAN
.
1 12.40 - 12.55 Apel siang, absen, berdoa
2 12.55 - 13.30 Pembagian kelompok dan job kerja yang akan di
lakukan
3 13.30 - 15.30 Check in peralatan bengkel, yang akan di gunakan
pada praktek bengkel
4 15.30 - 16.00 Break(istirahat)
5 16.00 - 16.30 Memulai pembongkaran pada kabel-kabel yang
terpasang pada job kerja TANUR
6 16.30 17.30 check out peralatan bengkel
7 17.30 18.00 apel sore, absen, berdoa
21
NO WAKTU KEGIATAN
1 07.00-07.15 Apel pagi, absen, berdoa
2 07.15 - 07.30 Check in peralatan bengkel
3 07.30 - 09.30 Melakukan pengecekan sambungan yang telah
terpasang
4 09.30 - 10.00 Break(istirahat)
5 10.00 - 11.20 Melakukan pengujian terhadap sambungan tadi (tanpa
pebimbing /instruktur)
6 11.20 - 11.30 Check out peralatan bengkel
7 11.30 - 11.40 Apel siang, absen, berdoa
22
1 10.00 - 10.15 Apel pagi, absen, berdoa
2 10.15 - 10.30 Check in peralatan bengkel
3 10.30 Mengganti saklar S19 dan melakukan pengecekan
12.10 kembali terhadap rangkian job TANUR
4 12.10 - 12.30 Break(istirahat)
5 12.30 - 14.45 Memperbaik timer K28T yang ke relay Y29
6 14.45 - 15.00 Check out peralatan bengkel
7 15.00 - 15.30 Apel siang, absen, berdoa
4.1 Kesimpulan
Setelah melakukan Praktek Bengkel dapat diambil kesimpulan adalah
sebagai berikut:
23
1. Pada tanur prinsip kerjanya adalah motor berkerja otomatis,berurutan dan
saling mengunci.
2. Prinsip interlock digunakan pada saat starting motor, sedangkan prinsip
berurutan digunakan pada saat pengoperasian secara automatic.
3. Dalam melakukan maintenance dan repair ini bukan dalam arti melakukan
instalasi ulang tetapi melakukan perawatan dan perbaikan.
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami ambil yaitu sebagai berikut:
1. Dalam melakukan maintenance dan repair ini,kita harus melihat
rangkaian (sudah terpasang benar tidak).
2. Dalam melakukan maintenance dan repair ini, kerusakan bukan saja pada
eksternal (kesalahan pada instalasi itu sendiri) tetapi bisa saja pada faktor
internal (kesalahan pada alat itu sendiri misalnya peralatan yang sudah
lama, tidak berfungsinya peralatan sesuai dengan fungsinya dalam
meresetnya terjadi kesalahan dll).
24