Anda di halaman 1dari 9

Laporan pembuatan instalasi listrik 3 phase sederhana

Di Susun Oleh :

NAMA : NPM :
ADE RISKI WIJAYA (A) 181713007
HELMY FARHAN RAHADIAN (A) 181713018
RENO SAIDINA ALI (B) 181713029
IKHSAN ILAHI (B) 181713024
ALDI KARNADI (A) 181713009

Teknik Elektro Politeknik Raflesia Tahun 2021


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Listrik sudah seperti kebutuhan pokok bagi manusia. Karena seperti yang kita tahu pada saat ini
hampir semua perangkat yang menggunakan listrik untuk pembangkitnya, misalnya AC, radio,
lampu, TV, dan masih banyak perangkat lainnya. Rumah, perusahaan, pabrik, sekolah, dan
bangunan lainnya juga tidak bisa lepas dari listrik. Sekarang pun banyak desa yang jauh dari kota
mulai dimasuki aliran listrik agar para masyarakat disana dapat merasakan manfaat dari listrik.
Dalam instalasi listrik dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang,
melainkan harus dilakukan berdasarkan standar yang berlaku dan dengan syarat keamanan tertentu.
Oleh karena itu, diadakan praktikum oleh mahasiswa untuk mempelajari dan memahami instalasi
listrik 3 phase yang benar menurut PUIL.

1.2 Batasan Masalah


1. Dapat memahami tata cara instalasi listrik 3 phase.
2. Dapat memahami fungsi dan kegunaan instalasi listrik 3 phase.

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa fungsi dari instalasi listrik 3 phase?
2. Bagaimana tata cara instalasi listrik 3 phase?

1.4 Tujuan
Adapun tujuan dari diadakan praktikum ini adalah :
1. Mahasiswa dapat memahami instalasi listrik 3 phase.
2. Mahasiswa dapat mengetahui tata cara instalasi listrik 3 phase.

1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat Teoritis

Mahasiswa dapat memahami dan mengaplikasikan instalasi listrik 3 phase

1.5.2 Manfaat Praktis


Mahasiswa dapat membuat dan mengaplikasikan instalasi listrik 3 phase.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Saklar
Saklar merupakan alat yang digunakan untuk menghubungkan dan memutuskan arus listrik.
Berdasarkan kegunaannya saklar sangat banyak macam dan jenisnya, misalnya saklar penerangan, saklar
tegangan tinggi, saklar instalasi tenaga, saklar elektronika dan banyak lagi macamnya. Namun sebagai
bahan pengetahuan untuk pekerjaan dalam bidang instalasi, kita cukup mengenal bentuk saklar yang biasa
digunakan sehari-hari dipasang dirumah-rumah atau tempat umum lainnya.

Gambar 2.1 Saklar Tunggal


2.2 Stop Kontak
Stop kontak adalah suatu komponen yang berfungsi sebagai tempat/terminal untuk
mendapatkan arus/tegangan listrik yang diperlukan untuk kebutuhan peralatan listrik atau alat-alat
rumah tangga seperti: pesawat TV, radio, kulkas, kipas angin, setrika listrik, dan lain-lain.

Gambar 2.2 Stop Kontak

2.3 Fitting
Fiting adalah tempat memasang bola lampu listrik, dan menurut penggunaannya dapat dibagi
menjadi tiga jenis : fiting langit-langit, fiting gantung, dan fiting kedap air.

Gambar 2.3 Fitting


1. Fiting langit-langit Pemasangan fiting langit-langit ditempelkan pada langit-langit (eternit) dan
dilengkapi dengan roset. Roset diperlukan untuk meletakan/penyekerupan fiting supaya kokoh
kedudukannya pada langit-langit.
2. Fiting gantung Pada fiting gantung dilengkapi dengan tali snur yang berfungsi sebagai penahan
beban bola lampu dan kap lampu, serta untuk menahan konduktor dari tarikan beban tersebut.
3. Fiting kedap air Fiting kedap air merupakan fiting yang tahan terhadap resapan/rembesan air.
Fiting jenis ini dipasang di tempat lembab atau tempat yang mungkin bisa terkena air misalnya
fiting untuk di kamar mandi. Konstruksi fiting ini terbuat dari porselin, dimana bagian
kontaknya terbuat dari logam kuningan atau tenbaga dan bagian ulirnya dilengkapi dengan karet
yang berbentuk cincin sebagai penahan air.

2.4 MCB
MCB (Miniature Circuit Breaker) adalah saklar atau perangkat elektromekanis yang berfungsi
sebagai pelindung rangkaian instalasi listrik dari arus lebih (over current). Terjadinya arus lebih ini,
mungkin disebabkan oleh beberapa gejala, seperti: hubung singkat (short circuit) dan beban lebih
(overload). MCB sebenarnya memiliki fungsi yang sama dengan sekring (fuse), yaitu akan memutus
aliran arus listrik circuit ketika terjadi gangguan arus lebih. Yang membedakan keduanya adalah
saat terjadi gangguan, MCB akan trip dan ketika rangkaian sudah normal, MCB bisa di ON-kan lagi
(reset) secara manual, sedangkan fuse akan terputus dan tidak bisa digunakan lagi.
MCB biasa diaplikasikan atau digunakan pada instalasi rumah tinggal, pada instalasi
penerangan, pada instalasi motor listrik di industri dan lain sebagainya.

Gambar 2.4 Bagian MCB


Prinsip kerja MCB sangat sederhana, ketika ada arus lebih maka arus lebih tersebut akan
menghasilkan panas pada bimetal, saat terkena panas bimetal akan melengkung sehingga
memutuskan kontak MCB (Trip). Selain bimetal, pada MCB biasanya juga terdapat solenoid yang
akan mengtripkan MCB ketika terjadi grounding (ground fault) atau hubung singkat (short circuit).
Namun penting juga untuk di ingat, bahwa MCB juga bisa trip dengan panas (over heating) yang
diakibatkan karena kesalahan desain/perencanaan instalasi, seperti ukuran kabel yang terlalu kecil
untuk digunakan dalam arus yang tinggi, sehingga menghasilkan panas, yang lama-kelamaan akan
melekungkan bimetal dan mengtripkan MCB. Oleh karena itu penggunaan kabel instalasi juga harus
memperhatikan standar maksimum arus (A) kabel yang akan digunakan, dan arus kabel tersebut
tidak boleh lebih kecil dari arus maksimum rangkaian/circuit.
Menurut karakteristik Tripnya, ada tiga tipe utama dari MCB, yaitu: tipe B, tipe C, dan tipe D
yang didefinisikan dalam IEC 60898.
1. MCB Tipe B, adalah tipe MCB yang akan trip ketika arus beban lebih besar 3 sampai 5 kali
dari arus maksimum atau arus nominal MCB. MCB tipe B merupakan karateristik trip tipe
standar yang biasa digunakan pada bangunan domestik.
2. MCB Tipe C, adalah tipe MCB yang akan trip ketika arus beban lebih besar 5 sampai 10 kali
arus nominal MCB. Karakteristik trip MCB tipe ini akan menguntungkan bila digunakan
pada peralatan listrik dengan arus yang lebih tinggi, seperti lampu, motor dan lain
sebagainya.
3. MCB tipe D, adalah tipe MCB yang akan trip ketika arus beban lebih besar 8 sampai 12 kali
arus nominal MCB. Karakteristik trip MCB tipe D merupakan karakteristik trip yang biasa
digunakan pada peralatan listrik yang dapat menghasilkan lonjakan arus kuat seperti,
transformator, dan kapasitor.

Gambar 2.5 Contoh MCB


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 PEMBAHASAN PRAKTIKUM


: Alat dan Bahan:
a. Sakelar
b. Stop kontak
c. Lampu dop
d. Fitting
e. Test pen
f. Tang
g. Kabel
h. Multimeter
i. Isolasi
j. Papan relay

Langkah Kerja:
a. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
b. Kupas kabel fasa dan nol dengan menggunakan tang kombinasi.
c. Sambungkan sakelar, lampu, dan stop kontak dengan menggunakan kabel.
d. Kabel disambung dengan cara dililitkan dengan menggunakan tang.
e. Jika rangkaian sudah tersambung, uji sambungan tersebut dengan menggunakan multimeter.
f. Jika ada arus masuk dan rangkaian sudah benar maka lampu akan menyala.

3.2 Langkah Penyambungan:

a. Pertama-tama, sambungkan sakelar pada kabel power.


b. Kemudian sambungkan sakelar dengan bagian fasa pada fitting. Siapkan tiga buah fitting
untuk tiga buah lampu.
c. Bagian nol fitting disambungkan dengan stop kontak dan kabel power.
d. Bagian lain dari stop kontak juga disambungkan dengan kabel power.
e. Pasang lampu dop pada fitting.
f. Uji dengan menggunakan multimeter.
BAB IV
ANALISIS DAN KESIMPULAN

4.1 Analisis
Instalasi listrik 3 phase memerlukan komponen berupa MCB 3 lubang, lampu, saklar, dan
stopkontak karena MCB sebagai pemutus dan penghubung arus listrik dari PLN dan dikonversi sesuai
kebutuhan pada rangkaian tersebut ini. Instalasi listrik 3 phase harus memperhatikan gambar instalasi
maupun gambar rangkaian, karena pada gambar rangkaian terdapat susunan kabel yang mengaliri
instalasi lampu tersebut, tanpa memahami gambar instalasi, kemungkinan besar ada komponen yang
tidak teraliri listrik, bahkan bisa terjadi hubung singkat (korsleting).

4.2 Kesimpulan
Dari data yang diperoleh pada praktikum instalasi listrik 3 phase dapat disimpulkan yaitu sebagai
berikut :
1. Pada saat tanpa tegangan, terdapat dua pengukuran yaitu saat semua saklar OFF, dan semua saklar
ON
2. Tanpa tegangan saat semua saklar mati ,tidak ada hubungan antara L1 terhadap N, L1 terhadap PE
dan N terhadap PE.
3. Pada pengukuran tanpa tegangan, saat semua saklar on, ada hubungan antara L1 terhadap N, L1
terhadap saklar, saklar terhadap lampu dan lampu terhadap N, Sementara hubungan antara N
terhadap PE dan L1 terhadap PE tidak ada hubungan
4. Pada pengukuran dengan tegangan yang terukur pasa fase L dan N terjadi penurunan tegangan
5. Penurunan tegangan paling besar yaitu saat pengkuran antara PE dengan N dan PE dengan L1,
karena saat melewati PE tegangan disalurkan ke tanah

Anda mungkin juga menyukai