Anda di halaman 1dari 3

Kalkulus

A. Klasifikasi
Kalkulus merupakan suatu endapan amorf atau kristal lunak yang terbentuk pada gigi
atau protesa dan membentuk lapisan konsentris. Bakteri plak diperkirakan memegang peranan
penting dalam pembentukan kalkulus, yaitu dalam proses mineralisasi, meningkatkan kejenuhan
cairan di sekitarnya sehingga lingkungannya menjadi tidak stabil atau merusak faktor
penghambat mineralisasi.
Diketahui ada dua macam kalkulus menurut letaknya terhadap gingival margin yaitu
kalkulus supragingival dan kalkulus subgingival.
Berdasarkan lokasinya pada permukaan gigi, plak dental diklasifikasikan atas:
1. Kalkulus Supragingival
Kalkulus supragingival adalah plak yang berada pada atau koronal dari tepi gingiva.
Kalkukus supragingival yang berada tepat pada tepi gingival. Berwarna putih atau putih
kekuningan. Konsistensi keras dan seperti tanah liat.
2. Kalkulus Subgingival
Kalkulus subgingival adalah plak yang lokasinya apikal dari tepi gingiva, diantara gigi
dengan jaringan yang mendindingi sulkus gingiva. Warna cokelat atau hitam kehijauan.
Konsistensi keras.

B. Komposisi
Kalkulus terdiri dari komponen anorganik (70%-90%) dan komponen organik.

Kandungan anorganik
Komponen anorganik kalkulus supragingival terdiri dari 75,9% kalsium posfat; 3,1%
kalsium karbonat dan sejumlah kecil magnesium posfat, dan logam lainnya. Komponen
anorganik yang utama adalah kalsium (39%); posfor (19%); karbondioksida (1,9%); magnesium
(0,8%); dan sejumlah kecil natrium, seng, stronsium, bron, tembaga, mangan, tungsten, emas,
aluminium, silikon, besi, dan fluor. Sedikitnya dua per tiga komponen anorganiknya dalam
bentuk kristal. Empat bentuk kristal yang utama adalah :
Hidroksiapatit (sekitar 58%)
Magnesium whitlockite (sekitar 21%)
Oktakalsium posfat (sekitar 21%)
Brusit (sekitar 9 %)
Kandungan organik
Kalkulus supragingival terdiri dari komponen anorganik (70-90%) dan komponen
organik. Komponen organik kalkulus terdiri dari campuran senyawa protein-polisakarida, sel-sel
epitel yang deskuamasi, leukosit, dan bernagai tipe bakteri. 1,9-9,1% komponen organiknya
berupa karbohidrat , yang terdiri dari galaktosa, glukosa, ramnosa, mannosa, asam glukoronat,
galaktosamin, dan kadang-kadang arabinosa, asam galakturonat, dan glukosamin.
Protein saliva merupakan 5,9%-8,2% dari komponen organik kalkulus dan kebanyakan berupa
asam amino. Lemak terdapat sejumlah 0,2% dari kandungan organik dalam bentuk lemak netral,
asam lemak bebas, kolesterol,kolesterol ester, dan posfolipid.
Komposisi kalkulus subgingival mirip dengan komposisi kalkulus supragingival dengan
sedikit perbedaan. Pada kalkulus subgingival kandungan hidroksiapatitnya sama, magnesium
whitlockite lebih banyak, brusit dan oktakalsium posfat lebih sedikit. Rasio kalsium; posfat
adalah lebih tinggi pada kalkulus subgingival, kandungan natrium meningkat dengan semakin
dalamnya saku periodontal. Protein saliva tidak dijumpai pada kalkulus subgingival.
C. Mekanisme Perlekatan Kalkulus ke Permukaan Gigi
Ada 4 cara perlekatan kalkulus ke permukaan gigi :
1. Perlekatan dengan bantuan pelikel organik
2. Penetrasi bakteri kalkulus ke sementum
3. Perlekatan mekanis ke ketidakrataan pada permukaan gigi
4. Adaptasi rapat antara depresi/lekukan pada permukaan dalam kalkulus ke
penonjolan pada permukaan sementum yang tidak terganggu (masih utuh)
D. Proses Pembentukan Kakulus
Kalkulus melekat ke plak dental yang telah mengalami mineralisasi. Proses kalsifikasi
mencakup pengikatan ion-ion kalsium ke senyawa karbohidrat-protein dari matriks organik, dan
pengendapan kristal-kristal garam kalsium posfat. Kristal terbentuk pertama kali pada matriks
interseluler dan pada permukaan bakteri, dan akhirnya diantara bakteri
Kalsifikasi kalkulus dimulai sepanjang permukaan dalam plak supragingival (dan pada
komponen melekat dari plak supragingival) yang berbatasan dengan gigi membentuk fokus-
fokus yang terpisah. Fokus-fokus tersebut kemudian membesar dan menyatu membentuk massa
kalkulus yang padat. Kalsifikasi tersebut dapat diikuti dengan perubahan kandungan bakteri dan
kualitas pewarnaan plak. Dengan adanya kalsifikasi, bakteri berfilamen bertambah jumlahnya.
Pada fokus-fokus kalsifikasi terjadi perubahan dari basofilia menjadi eosinofilia; intensitas
pewarnaan menunjukkan pengurangan reaksi periodic acid-schiff positif dan sulfihidril dan grup
amino, dan pewarnaan dengan toluidin blue yang pada mulanya ortokromatik berubah menjadi
metakromatik dan menghilang. Kalkulus dibentuk lapis demi lapis, dimana setiap lapis sering
dipisahkan oleh kutikula yang tipis, yang kemudian tertanam dalam kalkulus dengan
berlangsungnya kalsifikasi.
E. Peranan Kakulus Sebagai Faktor Etiologi
Kalkulus secara langsung tidak berpengaruh terhadap terjadinya penyakit periodontal; akan
tetapi karena kalkulus terbentuk dan plak gigi yang termineralisasi karena pengaruh komponen
saliva, maka secara tidak langsung kalkulus juga dianggap sebagai penyebab keradangan gusi
(gingivitis). Regio kalkulus yang telah dibersihkan dan plak gigi dan dipoles permukaannya
ternyata tidak menimbulkan keradangan gusi dibandingkan dengan regio kalkulus yang tidak
dipoles.
Banyak faktor yang merupakan predisposisi terbentuknya plak gigi. Plak gigi dan kalkulus
mempunyai hubungan yang erat dengan keradangan gusi; bila keradangan gusi ini tidak dirawat,
akan berkembang menjadi periodontitis atau keradangan tulang penyangga gigi, akibatnya gigi
menjadi goyang atau tanggal. Tetapi akhir-akhir ini dilaporkan bahwa baik pada penelitian klinis
maupun epidemiologis ternyata tidak semua gingivitis selalu berkembang menjadi periodontitis.
Penyakit periodontal bersifat kronis dan destruktif, umumnya penderita tidak mengetahui adanya
kelainan dan datang sudah dalam keadaan lanjut dan sukar disembuhkan.
Kalkulus dan gingivitis terdapat lebih banyak pada para perokok daripada bukan perokok.
Sedangkan Sheiham melaporkan bahwa para perokok mempunyai skor plak, kalkulus dan derajat
penyakit periodontal yang lebih tinggi dibandingkan dengan bukan perokok.

Anda mungkin juga menyukai