Anda di halaman 1dari 1

Novel Larung karya Ayu Utami awal cerita yaitu tahun 1989 yang mengisahkan seorang

tokoh yang bernama Larung Lanang yang ingi membunuh neneknya. Neneknya adalah orang
yang mampu melihat aura yang menyaksikan kekuasaan bukan dari dinia manusia melainkan
dari alam ghaib yang syirik, tubuh neneknya penuh susuk, hatinya berisi japa-japa, dan
pikirannya hanya mantra. Neneknya bernama Anjani. Ibunyalah yang memnginginkan
Larung membunuh neneknya lalu Larung mencari rahasia neneknya agar bias mengeluarkan
jampi-jampi dari tubuhnya dan akhirnya Larung bias menemukan dokumen yang
memberinya petunjuk mengenai sejarah neneknya dan petunjuk itu unuk membunuh
neneknya. Setelah perjalannya selesai akhirnya neneknya mati.

Cerita kemudian beralih ke tahun 1996, saat Cok, Yasmin, dan Laila berencana untuk
menengok sahabat mereka bersama Shakuntala yang akan tampil dalam pertunjukan kesenian
kolaborasi seniman Indonesia-Amerika. Shakuntala tinggal di New York dan berprofesi
sebagai penari. Yasmin yang bekerja sebagai pengacara serta aktifis hak asasi manusia dan
sudah menikah dengan Lukas yang ingin bertemu dengan Saman di New York, kekasinya
yang tinggal di Amerika dan pernah jadi buron di Indonesia karena di tuduh sebagai dalang
kerusuhan di Medan. Saman adalah mantan frater pembimbing retret Cok, Yasmin, Laila, dan
Shakuntala saat masih SMP. Laila yang bekerja sebagai fotografer ingin bercumbu dengan
Sihar, kekasihnya yang sudah beristri dan kebetulan sedang itugaskan di Amerika, sedangkan
Cok datang ke Amerikahanya untuk main-main, menemui Yasmin dan Laila. Laila kemudian
bercumbu dengan Shakuntala, sahabatnya yang memang sejak dari remaja sudah menjadi
biseksual. Yasmin memuaskan perilaku seksualnya kepada Saman yang menderita
meshokisme.
Pada tanggal 26 Juli 1996 di Jakarta dan New York, Yasmin mengirim surat kepada Saman
mengenai hubungan atau seksualitas Yasmin. Di musim panas Saman membuka email dan
mendapatkan kabar dari Larung yang bercerita tentang survey lokasi untuk percetakan tanah
dan Saman pun mulai berhubungan dengan Larung sekitar satu tahun yang lalu. Larung
mendapatkan Saman dari Yasmin dan Cok. Mesti latar belakang dan cara memperkenalkan
diri agak ganjil, Saman tidak pernah merasa curiga. Saman agak heran kedua bulan setelah
perkenalanya, Larung telah memperoleh alamat di @komodo, sebuah jaringan yang tertutup,
di mana pesan-pesan di-entry, sehingga hanya bisa di buka oleh alamat-alamat yang
didaftarkan, agar informasi yang dikirim tidak bias disadap saat melalui penyelenggara.
Yasmin dan Saman mereka dalam tim yang bekerja untuk pendanaan dan membikin jaringan.
Yasmin menulis pesan kepada Saman dan Saman menerima pesan tersebut yaitu tentang
peristiwa 27 Juli. Karena lelah Saman berimajinasi atau bermimpi tentang Yasmin yang
dimakan oleh Larung@komodo.

New York, 5 Agustus 1996, mimpi tersebut membuat Saman meninggalkan kecemasan dan
surat Yasmin datang yaitu tentang ia yang menyembunyikan tiga aktivis yang dianggap atau
dituduh sebagai dalang kerusuhan, kemudian meminta bantuan Larung Saman untuk
membawa lari tiga aktivis tersebut ke luar negeri. Dalam usaha pelarian tiga aktivis tersebut,
yaitu Bilung, Koba, dan Wayan Togog, mereka dibantu Anson bin Argani, petaninkaret yang
suka pasangan seksual, namun kemudian menjadi penjahat dan bajak Laut karena pernah
dipenjara akibat kerusuhan di Medan. Anson adalah adik angkat Saman ketika masih menjadi
pendeta di Medan, namun dalam perjalanan melarikan tiga aktivis twrsebut, Saman dan
Larung tertangkap aparat kepolisian. Salah satu dari mereka yaitu Larung dituduh sebagai
pencuri motor dan polisi itu menendang Lrung. Larung terus di introgasi tetapi ia tetap diam
dan akhirnya Larung mati di tembak dan beberapa saat kemudian kepada Saman.(Alie Marz)

Anda mungkin juga menyukai