Asset tidak berwujud dapat diketegorikan sebagai asset tetap perusahaan, namun secara fisik
asset tetap tersebut tidak tampak. Oleh karena itu, disebut dengan istilah tidak berwujud. Dalam
PSAK No. 19 Tahun 2007 menyatakan asset tetap tidak berwujud (intangible assets) adalah asset
tidak lancar (noncurrent assets) dan tidak berbentuk yang memberikan hak keekonomian dan hokum
kepada pemiliknya dan dalam laporan keuangan tidak dicakup secara terpisah dalam klasifikasi asset
yang lain. Karakteristik asset tidak berwujud yang paling menonjol adalah tingkat ketikpastian nilai
dan manfaat dikemudian hari. Nilai asset tidak berwujud ini dapat dalam jumlah yang besar.
Sedangkan bentuk asset tidak berwujud ini dapat berbentuk hak paten, hak cipta , waralaba
(franchise), merk dagang dan goodwill.
Cara untuk memperoleh asset tidak tetap ini dapat dilakukan dengan membeli dari pihak luar.
Termasuk dalam harga asset tidak berwujud tersebut, yaitu harga beli termasuk biaya tambahan
untuk mendapatkan asset, misalnya biaya yang dibayar kepada pemerintah, notaries, dan biaya
administrasi lainnya.
Contoh asset tidak berwujud adalah hak paten, hak cipta, dan hak merek. Contoh lainnya adalah
biaya riset dan pengembangan. Demikian pula halnya dengan biaya yang dikeluarkan dalam
jumlah besar selama perusahaan belum menghasilkan produk komersial, dikenal sebagai biaya
pra operasional, termasuk biaya komisi dan biaya pendirian. Biaya yang dapat dikapitalisasi ini
juga dibebankan perperiode melalui amortisasi
Contoh asset tidak berwujud adalah hak paten, hak cipta, dan hak merek. Contoh lainnya
adalah biaya riset dan pengembangan. Demikian pula halnya dengan biaya yang dikeluarkan
dalam jumlah besar selama perusahaan belum menghasilkan produk komersial, dikenal sebagai
biaya pra operasional, termasuk biaya komisi dan biaya pendirian. Biaya yang dapat
dikapitalisasi ini juga dibebankan perperiode melalui amortisasi.
1.Hak paten
Hak paten (patent) merupakan suatu hak yang diberikan kepada pihak yang menentukan hal
untuk menjual, membuat, atau mengawasi penemuannya selama jangka waktu tertentu
(umumnya 17 tahun). Hak paten ini dapat digunakan sendiri atau diserahkan kepada pihak lain
dengan suatu perjanjian. Harga perolehan paten ini terdiri atas biaya-biaya pendaftarn, biaya
membuat percobaan, dan lain sebagainya. Hak paten diamortisasi selama masa penggunannya.
Adapun jurnal amortisasi yaitu:
Amortisasi hak paten xxx
Hak paten xxx
2.Hak Cipta
Hak cipta (copyright) merupakan suatu hak yang diberikan kepada seorang pengarang
atau pencipta untuk menerbitkan, menjual, atau mengawasi hasil ciptaannya.
Pencatatan atas hak cipta di neraca sesuai dengan harga perolehan yang terdiri atas semua
biaya yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut. Selain itu, hak cipta dapat pula dibeli.
Amortisasi terhadap hak cipta ini sesuai masa yang ditetapkan atau diamortisasi sekaligus spabila
masanya kurang dari yang ditetapkan dan taksiran masa sesuai jumlah yang akan dijual.
3.Merk Dagang
Dalam bentuk merk dagang (trade mark) didaftarkan terlebih dahulu dan dilindungi oleh
undang-undang yang penggunaannya tidak terbatas. Cara memperoleh merek dagang ini dapat
dengan pembelian atau dibuat sendiri. Mengingat timbulnya yang tidak terbatas inilah, maka
tidak dilakukan amortisasi, tetapi timbulnya asumsi perubahan masa mendatang, maka merek
dagang akan diamortisasi dalam masa yang pendek.
4.Waralaba
Waralaba (franchise) merupakan hak yang diberikan oleh pihak tertentu (franchisor)
kepada pihak lain atas penggunaan fasilitas yang dimiliki franchisor. Akuntansi dan hal yang
berkenaan dengan pemajakan atas waralaba diatur sendiri.
5.Leasehold
Bentuk leasehold ini merupakan hak dari penyewa untuk menggunakan aset tetap dalam
perjanjian sewa menyewa. Sewa yang dibayar setiap periode dibebankan pada periode terjadinya
atau dikapitalisasi sebagai aset tetap berwujud tergantung perjanjian sewa, operating, atau
capital lease .
Apabila pembayaran sewa dilakukan dimuka, maka perlakuan akuntansinya yaitu:
1. Dicatat pada aset lancer dengan akun sewa yang dibayar di muka.
2. Dicatat sebagai aset tetap tidak berwujud (pembayaran di muka dalam beberapa periode
yang relative sama).
Terhadap beban sewa yang dibayar di muka atau aset tetap tidak berwujud diamortisasi
setiaaap masa selama jangka waktu sewa, untuk pengelompokan pada aset tetap tidak berwujud
dapat digunakan dalam leasehold.
6.Goodwill
PSAK No. 19 Tahun 2007 tidak mengatur khusus masalah goodwill. Dimana goodwill
merupakan aset tetap tidak berwujud yang tidak dapat didafinisikan secara khusus. Bahasan dari
akunyansi kom ersial, goodwill sebagai kemampuan oerusahaan untuk memperoleh keuntungan
(rate of return) atau kondisi normal sebagai akibat adanya faktor tertentu yang mendukung.
Goodwill dicatat ketika terjadi:
1. Pembelian;
2. Merger, reorganisasi, perubahan bentuk uasha, dan perubahan kepemilikan.
Variable yang menentukan dalam perhitungan goodwill antara lain:
1. Rate of return atau proyeksi laba yangd apat dihasilkan di masa yang akan datang.
2. Nilai aset diluar goodwill.
Penetapan besarnya goodwill dapat digunakan dua cara, yaitu:
1. Kapitalisasi penghasilan bersih rata-rata (capitalization of average incomeI);
2. Kapitalisasi kelebihan penghasilan rata-rata (capitalization of average exess income).
Ilustrasi soal:
PT Bintang memperoleh laba bersih (tidak termasuk laba luar biasa) dari tahun 2003 sampai
dengan tahun 2007, adalah sebagai berikut:
Tahun 2003 Laba bersih sebesar Rp 115.000.000,00
2004 Laba bersih sebesar Rp 103.000.000,00
2005 Laba bersih sebesar Rp 103.000.000,00
2006 Laba bersih sebesar Rp 140.000.000,00
2007 Laba bersih sebesar Rp 126.000.000,00
Jumlah Bersih Rp 587.000.000,00
Penghasilan bersih rata-rata 1/5 Rp 587.000.000,00 = Rp 117.400.000,00 per tahun.
Estimasi penghasilan setiap tahun Rp 120.000.000,00
Pada tanggal 1 Januari 2008 aset perusahaan (tidak termasuk goodwill) besarnya Rp
1.050.000.000,00 dan utang Rp 110.000.000,00. Berdasarkan data tersebut, dapat dihitung
goodwill sebagai berikut:
1. Metode Kapitalisasi Penghasilan Bersih Rata-rata
Pada cara ini ditetapkan bahwa jumlah yang akan dibayarkan kepada perusahaan
yang dibeli, dihitung dengan cara mengkapitalisasi estimasi penghasilan yang akan datang
dengan menggunakan tariff. Tarif ini yang menunjukkan hasil yang diharapkan dari investasi
(ditetapkan 10%).
Jumlah yang dibayar (Rp 120.000.000 x 100/10) Rp 1.200.000.000,00
Nilai bersih aset (Rp 1.050.000.000 x Rp 110.000.000) (Rp 940.000.000,00)
Goodwill Rp 260.000.000,00
2. Kapitalisasi Kelebihan Penghasilan Rata-rata
Perhitungan goodwill didasarkan pada penghasilan bersih rata-rata dan nilai aset yang
akan dibeli selanjutnya apabila diketahui hasil yang diharapkan dari investasi 10% dan
kelebihan penghasilan penghasilan yang akan dikapitalisasi 25%, maka penghitungan
goodwill:
Estimasi penghasilan yang akan datang Rp 1.200.000.000,00
Nilai bersih aset (Rp 940.000.000,00)
Kelebihan penghasilan Rp 260.000.000,00
Proyeksi hasil investasi 10% x Rp 260.000.000,00 Rp 26.000.000,00
Goodwill = 100/25 x Rp 26.000.000,00 = Rp 104.000.000,00
Pada ketentuan pajak, hak penambangan dan penguasaan hutan termasuk dalam aktiva tidak
berwujud :
1. Biaya untuk perolehan penambangan selain minyak dan gas bumi, hak penguasaan hutan,
hak pertambangan dan hak sumberdaya alam yang lainya yang masa maanfaatnya lebih
dari 1 tahun di amortisasikan menggunakan metode satuan jam produksi dengan
presentase 20%
Amortisasi pertahun = jumlah penambangan x 20%
Taksiran total produksi
2. Minyak dan gas bumi juga menggunakan uni produksi tetapi toidak di tentukan
presentasenya
Amortisasi pertahun = jumlah penambangan x tanpa batas
Taksiran total produksi
AMORTISASI
Amortisasi dalam Akuntansi Komersial
Pada saat tertentu nilai aset tidak berwujud akan habis. Oleh karena itu, harga perolehan
aset tidak berwujud harus diamortisasi selama taksiran masa manfaat, dan tidak boleh
dibebankan seluruhnya pada periode perolehan. Periode amortisasi ini harus dievaluasi secara
teratur, jumlah harga perolehan yang belum diamortisasi harus menjadi beban sisa masa manfaat
yang baru, namun dipersyaratkan untuk tidak meleihi 20 tahun dari tanggal perolehan.
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menaksir masa manfaat aset tidak berwujud
(PSAK No. 19 Tahun 2007):
1. Ketentuan hukum, peraturan, dan perjanjian yang membatasi masa manfaat maksimum.
2. Kemungkinan untuk memperbarui atau memperpanjang masa manfaat yang telah
ditentukan .
3. Pengaruh keuangan, permintaan, persaingan, dan faktor perubahan ekonomi dan
teknologi yang mempengaruhi masa manfaat.
4. Perkiraan tindakan yang akan dilakukan oleh pesaing, pelaksana hukum atau peraturan
yang membatasi keunggulan dalam daya saing (competitive advantage).
5. Adanya masa manfaat yang tidak terbatas dan masa manfaat yang diharapkan tidak dapat
ditaksir secara wajar.
6. Kemungkinan aset tidak berwujud terdiri atas beberapa jenis atau faktor yang mempunyai
masa manfaat berbeda.
Praktik akuntansi komersial metode amortisasi aset tidak berwujud pada umumnya
menggunakan metode garis lurusyang dirumuskan:
Biaya amortisasi = % tarif x harga perolehan aset tidak berwujud
Namun ada pengecualian apabila terdapat metode lain yang lebih sesuia dengan kondisi
perusahaan.
Contoh: PT Jaya mengeluarkan seluruh biaya Rp 300.000.000,00 untuk memperoleh hak
paten yang dibayarnya tunai untuk masa manfaat 5 tahun. Dengan menggunakan garis lurus,
besarnya amortisasi tiap tahun = 1/5 x Rp 300.000.000,00 = Rp 60.000.000,00
Jurnal yang disusun:
1. Pada saat pembayaran
Hak paten 300.000.000
Kas dan Bank 300.000.000
2. Pada saat pembebanan
Biaya amortisasi 60.000.000
Hak paten 60.000.000
Untuk tujuan pajak dalam menghitung amortisasi aset tetap tidak berwujud, terlebih
dahulu aset tersebut dikelompokkan sesuai dengan masa manfaatnya, yang terlihat sebagai
berikut:
Kelompok harta
Masa manfaat Tarif amortisasi
tidak berwujud