Anda di halaman 1dari 17

KEWAJARAN, PENGUNGKAPAN, DAN

TREND MASA DEPAN


DALAM AKUNTANSI
15 November 2014Tak Berkategori
8.1. PENDAHULUAN
Kewajaran menempati tempat yang paling penting dalam akuntansi karena memberikan jaminan
pada pengguna dan pasar bahwa akuntan (sebagai pembuat laporan) dan auditor (sebagai
pemeriksa) telah berusaha untuk bertindak adil. Karena arti utama dari kewajaran adalah
penyajian secara wajar, bab ini akan membahas secara mendetail konsep yang dikenal di
Amerika Serikat sebagai doktrin kewajaran dan doktrin benar dan wajar (true and fair) di
Eropa.
8.2. KEWAJARAN DALAM AKUNTANSI
8.2.1. Kewajaran sebagai netralitas dalam penyajian
Kewajaran paling tepat dijabarkan dalam literatur dan persyaratan-persyaratan akuntansi
profesional sebagai pernyataan netralitas dari akuntan dalam pembuatan laporan keuangan. Scott
pada tahun 1941, menyatakan: Aturan, prosedur, dan teknik akuntansi hendaknya wajar, tidak
bias dan tidak memihak. Jadi salah satu dalil akuntansi dasar yang mendasari prinsip-prinsip
akuntansi dapat dinyatakan sebagai kewajaran-kewajaran bagi seluruh segmen dari masyarakat
bisnis (manajemen, tenaga kerja, pemegang saham, kreditor, konsumen, dan publik), ditentukan
dan kebiasaan dari semua segmen tersebut sampai pada akhirnya semua prinsip-prinsip akuntansi
yang didasarkan atas dalil di atas akan menghsilkan akuntansi keuangan bagi hak-hak dan
kepentingan-kepentingan ekonomi yang telah diterbitkan secara resmi menjadi wajar untuk
semua segmen.
Menurut sejarahnya, kewajaran atau doktrin kewajaran mengalami evolusi dari penerapan kosep
konservatisme. Konsep tersebut berangkat dari perhatian yang berhubungan dengan masalah
likuiditas dan pemberian kredit, yang umumnya dikaitkan dengan konservatisme, menuju kearah
pemikiran bahwa penyajian laporan keuangan seharusnya wajar bagi semua pengguna.
Kewajaran umumnya dihubungkan dengan pengukuran dan pelaporan informasi melalui cara
yang objektif dan netral. Informasi adalah wajar jika informasi tersebut objektif dan netral.
Kewajaran akan lebih dapat tercapai dalam akuntansi manajerial atau akuntansi biaya dimana
adanya tanda-tanda keberpihakan atau bias dapat mendistorsikan proses pengambilan keputusan
yang sangat bergantung pada data akuntansi manajerial. kewajaran menjadi kriteria informasi
yang dibutuhkan dalam akuntansi manajerial untuk memastikan integrasi dan akurasi dari
pengambilan keputusan.

Persepsi dan penerapan penyajian secara wajar dalam pembuatan dan penyajian laporan
keuangan yang telah mengikuti prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku secara umum, kadangkadang memberikan beberapa konsekuensi yang kurang menguntungkan:
1. Ketidakmampuan untuk mengandalkan pada konsep keadilan yang sebaliknya justru
didedikasikan pada kewajaran dalam distribusi.
2. Ketidakmampuan untuk memperluas ruang lingkup dari pengungkapan-pengungkapan
dalam laporan keuangan di luar informasi akuntansi keuangan konvensional ke arah
kewajaran dalam pengungkapan.
3. Fleksibilitas yang diberikan untuk melakukan manajemen penghasilan dan perataan laba.
4. Terciptanya iklim untuk praktik-praktik penyelewengan.
8.2.2. Doktrin benar dan wajar
Menurut pemahaman umum, pandangan ini berati penyajian akun-akun, yang berdasarkan prinsiprinsip akuntansi yang berlaku umum dengan menggunakan angka-angka yang akurat. Benar
memiliki artian bahwa informasi akuntasi yang dimuat dalam laporan keuangan telah
dikuantifisir dan dikomunikasikan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan peristiwa, aktivitas
dan transaksi ekonomi yang dimaksudkan untuk disajikan olehnya. Wajar berarti bahwa
informasi akuntansi tersebut telah di ukur dan diungkapkan dengan cara yang objektif dan tanpa
prasangka apa pun terhadap kepentingan dari berbagai bagian dalam perusahaan.
Kedua difinisi diatas pada dasarnya menghubungkan benar dan wajar dengan akurat dan bebas
dari bias. Akan tetapi usaha yang patut dihargai ini mengurangi artian dari definisi profrsional
dan legal mengenai benar dan wajar sebagai salah satu istilah teknis yang memiliki arti
kepatuhan terhadap prinsip-prinsip akuntansi yang benar. Forth Directive mengharuskan seluruh
laporan keuangan dari perusahaan perseroan terbatas yang menjadi subjek dari hukum
perusahaan Masyarakat Ekonomi Eropa, menyajikan pandangan benar dan wajar sebagai
berikut:
1. Laporan tahunan akan terdiri atas neraca, laporan laba rugi dan catatan atas laporan
keuangan.
2. Mereka akan disusun dengan jelas dan disusun sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
ada dalam directive.
3. Laporan tahunan akan memberikan pandangan yang benar dan wajar atas aktiva,
kewajiban, posisi keuangan dan laba rugi perusahaan.
4. Apabila penerapan ketentuan dari Directive tersebut tidak memadai untuk memberikan
pandangan yang benar dan wajar sesuai dengan paragraf 3, informasi tambahan harus
diberikan.

5. Apabila dalam kasus-kasus luar biasa penerapan salah satu ketentuan dari Directive ini
tidak sesuai dengan kewajiban yang tertera dalam paragraf 5, ketentuan tersebut harus
dihapuskan agar dapat memberikan pandangan secara benar dan wajar sesuai dengan
yang dimaksudkan oleh paragraf 5.
Tidak terdapat definisi yang jelas mengenai doktrin benar dan wajar ini, yang selanjutnya
mengarah kepada munculnya interprestasi yang berbeda di antara para anggota Masyarakat
Eropa dan kecenderungan untuk mengartikannya sesuai dengan konteks budata nasional, tradisi
akuntansi internasional, dan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum secara nasional.
8.3. KEWAJARAN DALAM DISTRIBUSI
Pada dasarnya, kewajaran dapat dipandang sebagai konsep moral dari keadilan yang menjadi
subjek dari tiga interpretasi yang berada mengenai pemikiran keadilan distributif. Oleh sebab itu,
dalam bagian ini kita akan memperluas pembahasan akuntansi mengenai kewajaran dengan
memperkenalkan konsep filosofi utama dari keadilan distributif dalam konteks akuntansi. Hasil
akhirnya adalah adanya kemungkinan untuk melihat dan membandingkan konsep kewajaran
melalui kerangka keadilan disributif.
8.3.1. Perhatian atas pertanyaan-pertanyaan mengenai distribusi
Masalah pendistribusian hampir selalu diabaikan dalam pandangan konvensional atas kewajaran
sebagai netralitas, dalam penyajian. Pandangan atas kewajaran sebagai netralitas dalam
penyajian bukannya tanpa kritikan. Williams menandainya sebagai proses evaluasi dengan dua
atribut berikut ini:
1. Bahwa pengevaluasi (evaluator) sadar akan adanya kondisi bahwa segala konsekuensi
dari tindakan yang ia lakukan akan dinilai kewajarannya dan,
2. Bahwa evaluasi tersebut mencoba untuk menggunakan perspektif yang tidak memihak.
Williams menyajikan dua argumentasi yang menarik:
1. Kegunaan dari keputusan, prinsip pengorganisasian riset dan praktik akuntansi adalah
tidak lengkap, sedangkan akuntabilitas, paling tidak, memiliki kewajaran sebagai sifat
inherennya.
2. Perhatian akan akuntansi secara efisien menjadikan pertimbangan kewajaran dari
akuntansi menjadi suatu hal yang implisit, dan bukannya tidak ada.
Jika pertimbangan mengenai kewajaran diperkenankan untuk menjadi lebih eksplisit, bebrapa
implikasi tertentu akan muncul pada studi dan praktik akuntansi. Salah satu yang paling nyata
adalah akuntansi memiliki demensi moral. Konsekuensi dari aktivitas akuntansi memiliki
implikasi moral sekaligus implikasi efesiensi. Bagi suatu profesi, menjadi lebih ilmiah bukan
berarti harus meninggalkan pengambialan keputusan moral dan mengembangkan cara-cara untuk
melakukannya. Kewajaran dalam akuntansi dan kewajaran dalam distribusi tumbuh dari

kerangka etika yang berbeda, meskipun bersifat komplementer, asumsi-asumsi mengenai


masyarakat.
Kewajaran dalam literatur akuntansi sosial menjadi masalah pendistribusian tanggung jawab
sosial secara umum, dan ketanggapan sosial sebagai kemampuan dari perusahaan untuk
memberikan respons atas tekanan-tekanan sosial. Jadi responsif sosial perusahaan, menjadi salah
satu tanda kewajaran, berada di luar konotasi moral dan etika dari tanggung jawab sosial serta
proses material. Respon untuk kewajaran meliputi identifikasi, pengukuran dan pengungkapan,
apabila memungkinkan, dari biaya sosial yang diciptakan oleh aktivitas-aktivitas eknomi
perusahaan, sekaligus pula respon yang memadai untuk masalah-masalah ini.
8.3.2. Kewajaran sebagai konsep moral dan keadilan
1. Kontribusi dari Rawls
Teori keadilan Rawls
Sasaran dari teori keadilan Rawls adalah mengembangkan suatu teori mengenai keadilan dalam
bentuk prinsip-prinsip untuk diterapkan dalam pengembangan struktur dasar dari masyarakat dan
yang menyajikan tantangan langsung kepada utilitarisme (paham kemanfaatan). Anggapan utama
dari Rawls adalah pendistribusian semua barang-barang dan jasa ekonomi secara merata kecuali
di mana distribusi yang tidak merata akan mendatangkan manfaat kepada semua orang, atau
paling sedikit akan menguntungkan golongan yang paling tidak beruntung dari masyarakat.
Setiap individu akan memilih dua prinsip keadilan:
1. Setiap orang memiliki hak yang sama atas kebebasan dasar yang paling luas dan sesuai
dengan kebebasan yang serupa bagi orang lain.
2. Ketidaksamaan sosial dan ekonomi akan disusun sehingga mereka akan (1) secara wajar
diharapkan memberikan manfaat bagi semua orang, dan (2) terkait pada posisi dan
pekerjaan yang terbuka bagi semua orang.
Kewajaran dalam akuntansi menurut Rawls
Teori kontrak Rawls jika diterapkan dalam akuntansi, menawarkan potensi untuk memercayakan
pada tabir ketidaktahuan di semua situasi yang meminta adanya pilihan akuntansi pada akhirnya
memberikan hasil solusi yang netral, wajar, dan adil secara sosial. Teori ini juga menawarkan
peran akuntansi yang diperluas dalam penciptaan institusi yang asil dan definisi dari tingkat
sosial minimun yang dianjurkan oleh Rawls.
2. Kontribusi dari Nozick
Teori keadilan Nozick

Nozick berpendapat bahwa teori keadilan dari Rawls melanggar hak-hak orang lain, dan
konsekuensinya tidak dapat dibenarkan secara moral. Teori keadilan yang memiliki pola
mempunyai arti bahwa distribusi akan berbeda sesuai dengan beberapa dimensi alamiah, jumlah
tertimbang dari dimensi-dimensi alamiah, atau urutan leksikografi dari dimensi-dimensi alamiah.
Teori nozick berfokus pada pentingnya prinsip-prinsip historis, bahwa distribusi tidak hanya atau
tidak bergantungn kepada bagaiman hasil akhirnya saja.
Kewajaran dalam akuntansi menurut Nozick
Menurut Nozick, interprestasi dari Libetarian atas penghormatan yang diberikan oleh akuntansi
kepada mekanisme pasar yang memberikan kewajaran penilaian, menyebabkan akuntansi tidak
cukup dilengkapi untuk menangani aspek-aspek distributif dari proses akuntansi. Tanpa adanya
bahasa moral untuk membahas kewajiban sosial satu sama lain dari manusia, prinsip-prinsip
keadilan dalam akuisisi dan transisi tidak akan memiliki substansi. Pelanggaran-pelanggaran
masa lalu terhadap prinsip-prinsip akusisi dan tranisi akan terus terjadi tanpa adanya konsep
mengenai keadilan redistributif. Interprestasi Libetarian dari mekanisme pasar tidak akan
memberikan jaminan bahwa hal tersebut adalah wajar atau bahkan kewajaran merupakan proses
yang menengahi.
3. Kontribusi dari Gerwith
Teori keadilan Gerwith
Sasaran dari teori keadilan Gerwith adalah memberikan justifikasi rasional bagi prinsip-prinsip
moral untuk secara objektif membedakan tindakna-tindakan yang tepat secara moral dan
institusi-intitusi dari tindakan-tindakan yang salah secara moral. Gerwith menyajikan doktrinnya
mengenai struktur keadilan dalam tiga hal utama yaitu ; (a) setiap agen secara implisit membuat
petimbangan-pertimbangan evaluatif mengenai manfaat dari tujuannya dan selanjutnya mengenai
manfaat akan kebebasan dan kesejahteraan yang merupakan kondisi yang dibutuhkan untuk
melakukan tindakan guna mencapai tujuan tersebut. (b) setiap agen secara implisit membuat
pertimbangan kewajiban di mana ia mengklaim bahwa ia tidak memperoleh kebebasan dan
kesejahteraan. (c) setiap agen harus mengkalim hak-hak ini dengan alasan yang memadai bahwa
ia merupakan seorang agen prospektif yang memiliki tujuan untuk dipenuhi, sehingga ia secara
logis harus menerima generalisasi bahwa semua agen memiliki hak untuk mendapatkan
kebebasan dan kesejahteraan.
Kewajaran dalam akuntansi menurut Gerwith
Dalam penerapan pada akuntansi, Gerwith mengusulkan keunggulan dari perhatian atas hak-hak
kebebasan dan kesejahteraan dari semua orang yang dipengaruhii oleh aktvitas-aktivitas
perusahaan dan atas penciptaan peraturan-peraturan instituional dan akuntansi untuk menjamin
hak-hak tersebut. Akuntansi dapat diminta untuk memfasilitasi redistribusi kekayaan secara
efektif dari para pemangku kepentingan organisasi. Pada dasarnya, prinsip Gerwith yang
diterapkan pada kewajaran dalam akuntansi melliputi pengakuan akan hak-hak dari semua pihak
yang dipengaruhi oleh aktivitas-aktivitas organisasi.

8.4. KEWAJARAN DALAM PENGUNGKAPAN


Di bagian ini akan diperluas pembahasan dalam meningkatkan konsep kewajaran dengan melihat
prinsip kewajaran dalam pengungkapan. Pada dasarnya, sebagai hasil dari konsep kewajaran
dalam distribusi yang lebih adil, prinsip kewajaran dalam pengungkapan meminta adanya
perluasan dari pengungkapan akuntansi konvensional untuk mengakomodasi seluruh pihak-pihak
lain yang berkepentingan, sebagai tambahan di luar pihak investor dan kreditor yang memiliki
kepentingan pribadi terhadap kegiatan-kegiatan perusahaan.
8.4.1. Tuntutan untuk memperluas pengungkapan
Tiga usulan untuk memperkecil dan/atau menghilangkan ketidakwajaran dalam pelaporan dan
pengungkapan akan dibahas berikut:
1. Usulan pengungkapan Bedford
Bedford mengusulkan perluasan pada pengungkapan akuntansi untuk mengurangi masalahmasalah yang diciptakan oleh Doktrin kewajaran dalam akuntansi. Perluasan pengungkapan
akuntansi menentukan perluasan dari karakteristik pengungkapan sebagai berikut:
1. Perluasan ruang lingkup pengguna dari pemegang saham, kreditor, dan masyarakat
umum ke kelompok-kelompok masyarakat.
2. Perluasan ruang lingkup pengguna dari mengevaluasi kemajuan ekonomi,
memungkinkan penilaian dasar dan membantu keputusan ekonomi sampai kepada
mengakan koordinasi antar perusahaan, memenuhi kebutuhan informasi khusus dari
pengguna dan meningkatkan kepercayaan publik terhadap aktivitas-aktivitas perusahaan.
3. Perluasan jenis informasi mengenai valuasi-valuasi moneter yang berbasis atas transaksi
dari aktivitas-aktivitas internal perusahaan sampai kepada data internal dan eksternal.
4. Perluasan teknik pengukuran menggunakan aritmetika dan sistem pembukuan sampai
kepada bidang ilmu manajenen total.
5. Perluasan kualitas pengungkapan keistimewaan dari segi kebutuhan masa lalu sampai
kepada perbaikan relevansi bagi keputusan yang spesifik.
6. Perluasan sarana pengungkapan laporan keuangan konvensional sampai kepada
pengungkapan multimedia yang didasarkan atas psikologi dari komunikasi manusia.
Perluasan-perluasan di atas dipengaruhi dan dimotivasi oleh serangkaian sikap dari para ahli
teori yang mempengaruhi akuntansi. Teori-teori berikut ini merupakan beberapa perwakilannya:
1. Teori mengenai hak untuk mengetahui
2. Teori informasi yang berlebihan

3. Teori pemulihan sistem


4. Teori relevansi
5. Teori ketepatan
2. Teori kebijakan akuntansi yang efisien dan adil dari Lev
Lev berpendapat bahwa kemajuan dalam menangani masalah kebijakan akuntansi fundamental
dapat dicapai dengan memuat kepentingan eksplisit dari para pembuat kebijakan keadilan dari
pasar modal. Hal ini penting karena baik analisis teoritis maupun bukti empiris menunjukan
bahwa meningkatnya informasi yang asimetris, atau ketidakadilan, dikait-kaitkan dengan
menurunnya jumlah investor, biaya transaksi yang tinggi, likuiditas sekuritas yang menurun,
menipisnya jumlah volume perdagangan, dan secara umum, menurunnya keuntungan sosial dari
perdagangan.
3. Keunggulan dari pengguna Gaa
Ada dua versi prinsip keunggulan pengguna yaitu:
1. Versi yang dikenal sebagai pronsip keunggulan pengguna dasar berfokus pada kebutuhan
dari pengguna dengan kemampuan yang terbatas.
2. Versi yang lain dikenal sebagai keunggulan pengguna yang diperluas, berfokus pada
kebutuhan informasi dari para pengguna yang lebih ahli.
Gaa menyelidiki perumusan logis dari prinsip keunggulan pengguna dengan didasarkan pada
karya-karya kontemporer dalam filosopi etika, sosial dan politik, dimana manusia dipandang
sebagai pembuat keputusan, dimana prinsip-prinsip yang mengatur perilaku individu dan
kelompok adalah hasil dari keputusan rasional.
4. Temuan-temuan Komite Jenkins
Sebagai usaha untuk meningkatkan pelaporan eksternal, AICPA pada tahun 1991 membentuk
Komite Khusus untuk Pelaporan Keuangan, atau Komite Jenkins (Edmond L. Jenkins sebagai
ketua). Komite ini ditugaskan untuk menentukan (a) hakikat dan tingkatan dari informasi yang
disediakan oleh pihak manajemen bagi pihak lain dan (b) tingkatan sampai di mana auditor
hendaknya memberikan laporannya atas berbagai elemen dari informasi tersebut. Pada bulan
Nopember 1995 mengeluarkan laporannya yang berjudul The Information Needs of Investors
and Creditors. Laporan ini mengidentifikasi area-area berikut ini:
1. Meningkatkan pengungkapan dari informasi segmen bisnis.
2. Menangani pengungkapan dan akuntansi untuk instrumen keuangan yang inovatif.

3. Meningkatkan pengungkapan mengenai identitas, peluang, dan risiko dari rencana


pembiayaan di luar buku dan mempertimbangkan kembali akuntansi bagi rencana
tersebut.
4. Melaporkan secara terpisah dampak dari aktivitas dan peristiwa inti dan non-inti dan
mengukur aktiva dan kewajiban non-inti dengan nilai wajar.
5. Meningkatkan pengungkapan mengenai ketidakpastian pengukuran atas aktiva dan
kewajiban tertentu.
6. Meningkatkan pelaporan triwulan dengan memberikan pelaporan pada triwulan keempat
secara terpisah dan memasukkan data segmen bisnis.
Laporan tersebut juga mengusulkan model komprehensif yang memuat sepuluh elemen ke dalam
lima elemen utama. Lima elemen utama tersebut adalah:
1. Data keuangan dan non keuangan.
2. Analisis manajemen terhadap data keuangan dan non keuangan.
3. Informasi yang menatap masa depan.
4. Informasi mengenai manajemen dan pemegang saham.
5. Latar belakang perusahaan.
5. Metode pelaporan multilapisan
Steven Wallman, yang wakti itu menjabat sebagai komisaris SEC mengusulkan empat
permasalahan umum dalam akuntansi dan pengungkapan yang menjadi hal penting dalam masa
depan pelaporan keuangan:
1. Pengakuan dan pelaporan dari keuntungan dan kewajiban suatu bisnis dengan kata lain,
apakah yang hendaknya kita laporkan dalam laporan keuangan sebuah perusahaan.
2. Ketepatan waktu dari pelaporan keuangan dengan kata lain, kapan hendaknya hal-hal
yang diakui dilaporkan.
3. Konsep dari perusahaan dengan kata lain, siapa yang akan kita ukur.
4. Saluran dan media distribusi dengan kata lain, dimana dan bagaimana kita akan
mendistribusikan informasi.
Model pelaporan multilapisan dijelaskan sebagai berikut:

1. Lapisan pertama ditujukan untuk hal-hal yang memenuhi kriteria pengakuan dan akan
mencerminkan inti dari laporan keuangan saat ini.
2. Lapisan kedua ditujukan untuk hal-hal yang memenuhi kriteria pengakuan namun tidak
termasuk ke dalam bagian inti karena menyangkut mengenai keandalannya yang
dipertanyakan.
3. Lapisan ketiga ditujukan untuk hal-hal yang memiliki keandalan dan definisinya
dipertanyakan.
4. Lapisan keempat ditujukan untuk hal-hal yang memenuhi kriteria pengukuran, keandalan
dan relevansi tetapi tidak memenuhi definisi dari elemen laporan keuangan.
5. Lapisan kelima ditujukan untuk hal-hal relevan yang tidak memenuhi definisi dari
elemen dan tidak dapat diukur secara andal.
6. Pengungkapan akuntansi yang diperluas
Prinsip kewajaran dalam penyajian membatasi pengakuan dan pengungkapan terhadap situasisituasi yang diatur oleh prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku secara umum. Tujuan dari
pengungkapan dinyatakan sebagai berikut:
1. Untuk menguraikan hal-hal yang diakui dan memberikan pengukuran yang relevan atas
hal-hal tersebut di luar pengukuran yang digunakan dalam laporan keuangan.
2. Untuk menguraikan hal-hal yang diakui dan untuk memberikan pengukuran yang
bermanfaat.
3. Untuk memberikan informasi yang akan membantu investor dan kreditor menilai risiko
dan potensial dari hal-hal yang diakui dan tidak diakui.
4. Untuk memberikan informasi penting yang memungkinkan para pengguna laporan
keuangan untuk melakukan perbandingan dalam satu tahun dan diantara beberapa tahun.
5. Untuk memberikan informasi mengenai arus kas masuk atau keuar di mas depan.
6. Untuk membantu para investor menilai pengembalian dari investasi mereka.
8.4.2. Pelaporan nilai tambah
Value added reporting (VAR) atau laporan pertambahan nilai berkaitan juga dengan Human
Resources Accounting dan Employee Reporting terutama dalam hal informasi yang disajikannya.
Value Added Reporting ini masih belum diwajibkan sebagai laporan utama di berbagai Negara,
jadi masih dalam tahap wacana akademik. Value Added Reporting ini sebenarnya menutupi
kekurangan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan utama, Neraca, Laba Rugi, dan
Arus kas. Karena semua laporan ini gagal memberikan informasi :

1. Total produktivitas dari perusahaan.


2. Share dari setiap stakeholders atau anggota tim yang ikut dalam proses manajemen yaitu :
pemegang saham, kreditur, pegawai dan pemerintah (Belkaoui, 1995).
Kalau laporan keuangan konvensional menekankan informasinya pada laba maka VAR
menekankan pada upaya meng-generate kekayaan. Karena laba biasanya hanya menggambarkan
hak atau kepentingan pemegang saham saja bukan seluruh tim yang ikut terlibat dalam kegiatan
perusahaan. Value added adalah kenaikkan nilai kekayaan yang degenerate atau dihasilkan
dengan penggunaan yang produktif dari seluruh sumber-sumber kekayaan perusahaan oleh
seluruh tim yang ada termasuk pemilik modal, karyawan, kreditur dan pemerintah. Sebenarnya
konsep dasar dari VAR ini sudah dikenal dalam ilmu ekonomi terutama dalam perhitungan
Pendapatan Nasional. Namun, perlu diingat bahwa value added tidak sama dengan laba. Laba
menunjukkan pendapatan bagi pemilik saham sedangkan pertambahan nilai mengukur kenaikan
kekayaan bagi seluruh stakeholders.
Beberapa kegunaan dari value added reporting ini dapat disebut sebagai berikut:
1. Konsep ini dinilai objektif sehingga dianggap sebagai informasi yang abash sebagai dasar
perhitungan reward.
2. Pertambahan nilai kotor merupakan informasi yang sangat berguna untuk mengetahui
angka reinvestasi (retained earnings dan penyusutan).
3. Laporan ini dianggap dapat menjembatani kepentingan akuntansi dan ekonomi dengan
mengungkapkan jumlah kekayaan dalam pengukuran pendapatan nasional
4. Pertambahan nilai bersih bisa menjadi dasar distribusi kekayaan bukan pertambahan nilai
kotor:

Pertambahan nilai bersih sangat cocok menjadi dasar perhitungan bonus produktivitas
tenaga kerja dengan memberikan penyisihan pada perubahan modal.

Dengan mengurangkan biaya penyusutan akan menghindari double counting yang bisa
terjadi jika ada pertukaran aktiva antara 2 perusahaan.

Pertambahan nilai bersih sangat menguntungkan bagi konsep laba untuk semua. Ini akan
mendorong spirit team dalam perusahaan. Masing-masing pihak mengetahui
kontribusinya dalam proses peningkatan kekayaan perusahaan.

Mestinya remunerasi karyawan tidak hanya berasal dari gaji, tapi juga dari kenaikkan
kekayaan.

Dapat menjadi media peramalan yang baik bagi peristiwa ekonomi yang dapat
mempenagruhi kesehatan perusahaan.

Sangat cocok untuk ekonom dalam perhitungan pendapatan nasional.

Namun, disamping keunggulannya ada juga beberapa keterbatasan laporan pertambahan nilai ini,
yaitu:
1. Tidak semua pihak yang terlibat dalam menghasilkan pertambahan nilai itu merasa
senang bekerja sama dengan pihak lain. Tidak jarang justru ada konflik, sehingga laporan
ini justru bisa menimbulkan atau mempertajam konflik.
2. Ada kemungkinan dengan adanya laporan pertambahan nilai ini manajemen salah
tanggap seolah ingin memaksimalkan pertambahan nilai.
3. Kesalahan penafsiran terhadap pertambahan nilai dapat menimbulkan kepalsuan pendapat
seperti:

Kenaikkan pertambahan nilai dianggap kenaikkan laba.

Kenaikkan pertambahan nilai per unit dianggap otomatis bermanfaat bagi pemegang
saham.

Seolah dianggap bisa mengidentifikasi distribusi yang adil atas perubahan pertambahan
nilai.

Pertambahan nilai yang tinggi untuk tenaga kerja per unit dianggap merupakan prestasi
ekonomi yang baik.

Share tenaga kerja yang besar atas pertambahan nilai tidak berhak mendapatkan gaji yang
tinggi.

8.4.3. Pelaporan karyawan


Semakin besarnya kekuatan serikat pekerja di Barat, khususnya Eropa menimbulkan fenomena
baru dalam tuntutan akan laporan keuangan yang dapat menggambarkan informasi yang
dibutuhkan oleh kaum pekerja. Pegawai selaku salah satu stakeholders juga berhak akan
informasi keuangan. Informasi keuangan seperti inilah yang disebut employee reporting.
Employee reporting merupakan bentuk laporan keuangan yang memuat informasi yang relevan
bagi karyawan atau serikat pekerja. Employee reporting sangat berkembang di USA dan Eropa
pada khususnya. Bahkan telah diterapkan di beberapa Negara seperti anggota Organization of
Economic Cooperation and Developmnet (OECD) seperti di USA, Canada, Jerman, Perancis,
Denmark, Norwegia, Swedia dan United Kingdom (Belkaouui, 1995).
Beberapa hal yang mendesak dan mendorong perlunya employee reporting ini adalah (Purdy
dalam Belkaoui, 1985):
1. Tekanan semakin besar akan perlunya full disclosure.

2. Praktek dan masalah yang berkaitan dangan hubungan perburuhan.


3. Munculnya perdebatan tentang demokratisasi perusahaan.
4. Perkembangan di Negara lain akan perlunya informasi yang dimaksud.
Di samping tentunya semakin kuatnya organisasi pekerja di planet ini. Keharusan perusahaan
memasukkan informasi yang dibutuhkan karyawan dan serikat pekerja telah diatur oleh berbagai
Negara, seperti di Jerman, 1972, Prancis, 1979, Swedia, USA, dan Kanada. Beberapa informasi
penting yang diminta dilaporkan dalam employee reporting ini adalah:

Jumlah pegawai

Lokasi tempat bekerja

Umur karyawan

Jam kerja

Biaya tenaga kerja

Program pension

Program jaminan social, kecelakaan kerja, kesehatan, hari tua

Pelatihan dan pendidikan atau adanya career path

Pengakuan terhadap serikat pekerja

Daftar karyawan berdasarkan agama, suku, bangsa dan kelamin

Dari suatu survey laporan keuangan kepada karyawan sejak tahun 1919 sampai 1979 diketahui
beberapa alas an pelaporan sebagai berikut (Lewis dkk, 1984):
1. Menyampaikan perubahan.
2. Menyajikan propaganda manajemen.
3. Mempromosikan kepentingan memahami masalah dan prestasi perusahan.
4. Menyampaikan keputusan manajemen.
5. Menyampaikan hubungan antara karyawan, manajemen, dan pemegang saham.
6. Menjelaskan tujuan perusahaan.

7. Mendorong partisipasi karyawan yang lebih besar.


8. Merespon tekanan legislative atau serikat pekerja.
9. Membangun imej perusahaan.
10. Memenuhi ketentuan UU tentang pengungkapan informasi yang dibutuhkan karyawan.
11. Merespon kekhawatiran manajemen terhadap berbagai tuntutan pegawai, maupun
persaingan.
12. Menunjukkan perhatian besar terhadap karyawan.
8.4.4. Akuntansi dan pelaporan sosial
Terdapat empat aktivitas yang berhubungan dengan akuntansi sosial yaitu ; akuntansi
pertanggungjawaban sosial (social responsibility accounting, SRA), Akuntansi sosioekonomi
(socioeconomis accounting, SEA), akuntansi dampak total ( total impact accounting, TIA), dan
akuntansi indikator sosial (social indicator accounting, SIA).
Alasan dilakukannya pengungkapan kinerja sosial diantaranya:
1. Terkait dengan kontrak sosial antara perusahaan dengan masyarakat. Secara implicit,
diasumsikan bahwa organisasi seharusnya bertindak dalam cara memaksimalkan
kesejahteraan social, seolah-olah terdapat kontrak social di antar organisasi dan
masyrakat.
2. Membantu dalam mengaplikasikan konsep kejujuran yang akan bermanfaat bagi
akuntansi sosial. Memuat prinsip-prinsip untuk mengevaluasi hukum dan institusi dari
sudut pandang moral. Prinsip kewajaran diyakini menguntungkan bagi akuntansi social.
3. Kebutuhan pengguna laporan keuangan untuk membuat keputusan alokasi dana. Pada
dasarnya pengguna laporan keuangan membutuhkan informasi soisial untuk keputusan
mealokasi pendapatan mereka. Marc Epstein memberikan langkah-langkah agar dapat
mengelola pengeluaran-pengeluaran yang berkaitan dengan kepentingan social:
mengintegrasikan kesadaran perusahaan akan masalah-masalah social, etika dan
lingkungan hidup kedalam keputusan perusahaan, mengembangkan metode-metode
untuk mengavlasi dan melaporkan dampak-dampak social dan lingkungan hidup,
menciptakan insentif untuk perilaku karyawan yanag bertanggung jawab secara etika,
lingkungan hidup dan social, menyadari bahwa jika lingkunga hidup ingin dibersikhan,
dunia bisnis harus mengambil peran pimpinan didalam memeperkecil polutan dan
menggunakan sumber daya alam secara bijaksana.
4. Investasi sosial. Pada dasanya diasumsikan bahwa saat ini suatu kelompok investor yang
etis mengandalkan infromasi social yang disajikan dalam laporan tahunan dalam laporan
akuntansinya.

8.4.5. Pengungkapan informasi anggaran


Diasumsikan bahwa saat ini suatu kelompok investor yang etis mengandalkan informasi social
yang disajikan dalam laporan tahunan untuk membuat keputusan investasinya.
Pengungkapan Informasi Penganggaran
Dalam pengungkapan informasi penganggaran perlu memperhatikan reliabilitas terkait dengan
keakuratan relatif peramalan, pertanggungjawaban terkait dengan besarnya kewajiban
perusahaan dalam penganggaran dan kemungkinan akuntan mengaudit anggaran tersebut, dan
sikap diam terkait dengan tingkat diamnya dan ketidakbergeraknya perusahaan akibat kerugian
yang mungkin timbul dari pengungkapan penganggaran.
Perubahan posisi SEC menimbulkan beberapa masalah dilihat dari sisi:
1. definisi peramalan laba
2. apakah penggungkapan tersebut bersifat wajib atau operasional
3. kemungkinan keuntungan dari pengungkapan seperti itu
8.4.6. Akuntansi dan pelaporan arus kas
Akuntansi aliran kas dipandang oleh pendukungnya sebagai yang terbaik dibandingkan akuntansi
akrual konvensional karena:
1. Dapat menyediakan kerangka analitis untuk menghubungkan kinerja masa lalu, sekarang
dan masa yang akan datang.
2. Dapat merefleksikan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya di masa
mendatang dan yang direncanakan pada kebijakan keuangan.
3. Rasio aliran harga yang didiskon dapat menjadi indikator investasi yang lebih dapat
dipercaya dibandingkan rasio harga dengan earnings saat ini, karen dalam menghitung
earnings per lembar saham menggunakan berbagai metode alokasi yang sembarang.
4. Dapat digunakan untuk mengoreksi perbedaan dalam praktik yaitu antara cara
melaksanakan investasi ( biasanya didasarkan pada aliran kas) dengan cara mengevaluasi
hasil ( biasanya didasarkan pada earnings).
8.4.7. Akuntansi sumber daya manusia
1. Manfaat sumber daya manusia

Belkaoui (1995) mendefinisikan akuntansi sumber daya manusia yaitu proses mengidentifikasi
dan mengukur data mengenai sumber daya manusia dan mengkomunikasikan informasi ini
kepada pihak pihak yang tertarik. Tujuan utama akuntansi sumber daya manusia yaitu:
1. Identifikasi nilai sumber daya manusia.
2. Pengukuran cost dan nilai orang pada organisasi.
3. Mengkaji pengaruh pemahaman informasi ini dan dampaknya pada perilaku manusia.
2, Teori nilai sumber daya manusia
Konsep nilai manusia berasal dari teori umum mengenai nilai ekonomis. Individu dan kelompok
dapat dilekati nilai, seperti aset fisik yang didasarkan pada kemampuan untuk memberikan jasa
ekonomi di masa mendatang. Nilai individu atau kelompok didefinisikan sebagai manfaat jasa
yang diberikan saat ini yang diberikan kepada organisasi sepanjang masa pemberian jasa
individu atau kelompok yang diharapkan.
a. Determinan dari nilai individual
Pada model Flamholtz, ukuran yang digunakan untuk mengukur manfaat manusia adalah nilai
expected realizable nya. Nilai individu meruapakan interaksi antara dua variable:

Nilai kondisional yang diharapakan individual : produktivitas, kemampuan untuk


dipindah, dan kemampuan untuk dipromosikan.

Probabilitas bahwa individu akan mempertahankan keangggotaannya pada organisasi :


terkait dengan tingkat kepuasan seseorang terhadap pekerjaannya.

b. Determinan dari nilai kelompok


Tiga variabel yang mempengaruhi aktivitas perusahaan dalam pengelolaan manusia( LikertBowers ):

Variabel kausal : variabel bebas yang diubah atau diganti secara sengaja atau secara
langsung oleh organisasi dan manajemennya dan yang menentukan arah perkembangan
dalam organisasi.

Variabel Intervening : merefleksi keadaan internal, kesehatan dan kemampuan kinerja


organisasi.

Variabel hasil akhir : variabel terikat yang merefleksikan hasil yang di capai oleh suatu
perusahaan.

3. Pengukuran aktiva sumber daya manusia

a. Metode Biaya Historis


Mengkapitalisasi seluruh cost yang terkait dengan usaha untuk merekrut, memilih,
mempekerjakan, melatih, menempatkan dan mengembangkan seorang karyawan (aset manusia),
dan kemudian mengamortisasi cist ini sepanjang masa manfaat aset ini dan mengakui kerugian
jika melikuidasinya atau meningkatkan keuntungan potensial dari aset tersebut.
b. Metode Biaya Penggantian
Membuat estimasi cost untuk mengganti sumber daya manusia yang ada dalam perusahaan.
Keuntungan metode ini adalah metode ini merupakan pengganti pengukuran yang baik bagi nilai
ekonomis aset dengan batasan bahwa pertimbangan pasar penting untuk membentuk tafsiran
akhir.
c. Metode Biaya Oportunitas
Nilai sumber daya ditentukan melalui proses penawaran kompetitif pada perusahaan, didasarkan
pada konsep opportunity cost.
d. Metode Kompensasi
Nilai modal manusia yang dikandung oleh seorang manusia pada umur tahun adalah nilai
sekarang dari earnings yang akan diperolehnya dari pekerjaanya. Kelemahan metode ini adalah
subjetivitas yang terkait dengan penentuan tingkat gaji mendatang, lama karyawan bekerja dalam
organisasi, dan tingkat diskon.
e. Metode Upah Diskonto Masa Depan yang telah disesuaikan
Metode ini mengusulkan bahwa gaji mendatang yang didiskon disesuaikan dengan menggunakan
faktor efisiensi, yang digunakan untuk mengukur efektivitas relatif modal manusia pada
perusahaan tertentu.
f, Ukuran Non Moneter
Ukuran non moneter ini digunakan untuk mengukur aset manusia yang telah digunakan seperti
metode sederhana yaitu dilakukan pembuatan peringkat atau ranking mengenai kinerja individual
dan pengukuran sikap.
8.5. KESIMPULAN
Dalam bab ini kita melihat hakikat dan konsekuesi dari konsep-konsep kewajaran, seperti
kewajaran dalam penyajian, kewajaran dalam distribusi dan kewajaran dalam pengungkapan
yang memotivasi tuntutan-tuntutan mendesak yang meminta dilakukannya perluasan
pengungkapan dan inovasi-inivasi dibidang akuntansi. Dimana selanjutnya, inovasi-inovasi yang
dapat dianggap sebagai tren masa depan dalam akuntansi akan mencakup:

1. pelaporan nilai tambah


2. pelaporan karyawan
3. akuntansi dan pelaporan social
4. pengungkapan informasi anggaran
5. akuntansi dan pelaporan arus kas
6. akuntansi sumber daya manusia

Anda mungkin juga menyukai