Anda di halaman 1dari 46

KaryaTulisIlmiah (KTI)

Diploma III Kesehatan

IDENTIFIKASI RHODAMIN B DALAM CENDOL YANG DI JUAL DI


PASAR LAMBARO ACEH BESAR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai


Gelar Ahli Madya Farmasi dan Makanan Pada
Akademi Analis Farmasi dan Makanan
Harapan Bangsa Banda Aceh

Oleh :

ANDY VINALOSA
0141942013008

AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN


HARAPAN BANGSA BANDA ACEH
2017
LEMBARAN PENGESAHAN

IDENTIFIKASI RHODAMIN B PADA CENDOL YANG DI JUAL


DI PASAR LAMBARO ACEH BESAR

Oleh:

ANDY VINALOSA

NIM : 0141942013008

Pembimbing,

Raihanaton S.Si

Mengetahui:

Direktur Akademi Analis Farmasi dan Makanan

Harapan Bangsa Banda Aceh

i
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Laporan Ujian Akhir Program dengan Judul Identifikasi Rhodamin B Pada Cendol
Yang Di jual Di Pasar Lambaro Aceh Besar telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan
dihadapan Tim Penguji Ujian Akhir Program Akademi Analis Farmasi dan Makanan Harapan
Bangsa Banda Aceh pada tanggal 1 Februari 2017.

Pembimbing,

Raihanaton S.Si

Mengetahui:

Direktur Akademi Analis Farmasi dan Makanan

Yayasan Harapan Bangsa Darussalam

Banda Aceh

ii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : ANDY VINALOSA

Nim : 0141942013008

Program Studi : D-III Analis Farmasi dan Makanan.

Dengan ini menyatakan bahwa judul Karya Tulis Ilmiah Identifikasi Rhodamin B
Pada Cendol Yang Di jual Di Pasar Lambaro Aceh Besar benar bebas dari plagiat, dan
apabila pernyataan ini terbukti tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan
yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Banda Aceh, 1 Februari 2017

Yang membuat pernyataan,

Andy Vinalosa

iii
ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian yang berjudul identifikasi Rhodamin B pada cendol yang di jual di
pasar lambaro Aceh Besar. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Akademi Analis Farmasi
dan Makanan Banda Aceh pada tanggal 10 - 12 Januari 2017 dengan tujuan untuk
mengidentifikasi ada atau tidaknya Rhodamin B pada cendol yang dijual dipasar Lambaro
Aceh Besar secara kromatografi lapis tipis. Hasil penelitian diperoleh dua sampel cendol
yang mengandung Rhodamin B dengan perolehan nilai Rf (0,98) dan nilai Rf (0.96)
Kemudian larutan spike dan baku Rhodamin B memperoleh nilai Rf yang sama sebesar
(0,91). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada dua sampel memakai pewarna
rhodamin B sedangkan pada sampel satu tidak menggunakan pewarna Rhodamin B dengan
nilai Rf (0,8).

Kata Kunci : cendol, Rhodamin B, kromatografi lapis tipis

iv
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kepada Allah Subhanahu wa


ta'ala, atas berkat rahmat dan karunia-Nya, tak lupa pula selawat beriring salam
kepada baginda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis lmiah ini sebagai akhir syarat untuk mencapai jenjang
diploma III pada Jurusan Akademi Analis Farmasi dan Makanan Harapan Bangsa
Banda Aceh.

Pada penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis menyadari bahwa jauh dari
kesempurnaan dan tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu
dengan rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Fauziah, M.Sc.Apt, selaku Direktur Akademi Analis Farmasi dan


Makanan Harapan Bangsa Banda Aceh.
2. Ibu Azmalina Adriani, M.Si selaku ketua program studi Akademi Analis
Farmasi dan Makanan Harapan bangsa Banda Aceh.
3. Ibu Raihanaton, S.Si. selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu,
tenaga dan pikiran serta memberikan arahan dalam menyelesaikan karya tulis
lmiah ini.
4. Seluruh staf pengajar dan staf karyawan Akademi Analis Farmasi dan
Makanan Harapan Bangsa Banda Aceh yang telah membantu, mendidik dan
membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama masa pendidikan.

5. Kepada ayahanda Sulaiman dan ibunda Ratnawati tercinta yang tiada henti
memberikan doa dan dukungan untuk penulis sehingga penulisan dapat
terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan proposal karya tulis


ilmiah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun untuk penyempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga
ini dapat bermanfaat bagi semuanya.

Banda Aceh, 01 Februari 2017

Penulis

v
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................. iv
DAFTAR ISI .............................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 LatarBelakang ........................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................... 3
1.4Manfaat Penelitian...................................................................... 3
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ................................................... 4
2.1 Bahan Makanan ......................................................................... 4
2.2.1 Pengertian Bahan Tambahan pangan .............................. 4
2.1.2 Tujuan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan ............... 4
2.1.3 Jenis Bahan Tambahan Pangan ....................................... 4
2.2 Pewarna .................................................................................... 5
2.2.1 Tujuan Penambahan Bahan Pewarna .............................. 5
2.2.2 Penggolongan Pewarna ................................................... 6
2.2.3 Pewarna yang Diizinkan.................................................. 6
2.3 Rhodamin B ............................................................................. 8
2.4 Cendol ...................................................................................... 10
2.5 Kromatografi ............................................................................ 11
2.5.1 Kromatografi Kertas........................................................ 12
2.5.2 Kromatografi Lapis Tipis ................................................ 12
2.5.3 Identifikasi Zat Warna Secara (KLT).............................. 13
BAB III METODELOGI PERCOBAAN ............................................... 14
3.I Metode Penelitian .................................................................... 14
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 14
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................... 14
3.3.1 Populasi .......................................................................... 14
3.3.2 Sampel ............................................................................ 14

vi
3.4 Alat dan Bahan ......................................................................... 14
3.4.1 Alat ................................................................................. 14
3.4.2 Bahan .............................................................................. 14
3.5 Pembuatan Reagensia ............................................................... 14
3.5.1 Pembuatan Etanol 70% .................................................. 14
3.5.2 Pembuatan Ammonia 2% ............................................... 15
3.5.3 Pembuatan Eluen ............................................................ 15
3.6 Prosedur Penelitian ................................................................... 16
3.6.1 Larutan Uji .................................................................... 15
3.6.3 Larutan Baku ................................................................. 15
3.6.4 Larutan Spike ................................................................. 15
3.6.5 Cara Kerja Kromatografi Lapis Tipis............................. 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 18
4.1 Hasil ......................................................................................... 18
4.2 Pembahasan ........................................................................ 18
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 20
5.1 Kesimpulan ............................................................................... 20
5.2 Saran .......................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 21

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data hasil pengamatan uji Rhodamin B ...................................... 18

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skema Kerja ............................................................................ 24

Lampiran 3 Gambar Penelitian ................................................................... 27

ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan kemajuan ilmu teknologi, manusia terus melakukan
perubahan dalam pengolahan bahan makanan untuk menarik minat konsumen,
salah satunya dengan menambahkan bahan tambahan makanan (Food Aidditive).
Food additive merupakan senyawa atau campuran berbagai senyawa yang sengaja
ditambahkan dalam makanan dan terlibat dalam proses pengolahan (Cahyadi,
2009).
Penggunaan bahan tambahan pangan sekarang ini sangat beragam, mulai
dari pengawet sampai pemberi aroma dan pewarna. Pewarna makanan banyak
digunakan untuk berbagai jenis makanan, terutama berbagai produk jajanan pasar
serta berbagai makanan olahan yang dibuat oleh industri kecil maupun industri
besar. Akan tetapi, sering kali terjadi penyalahgunaan pemakaian zat pewarna
untuk sembarang bahan pangan. Salah satu contoh bahan tambahan pangan yang
dilarang penggunaannya adalah Rhodamin B (Cahyadi, 2009).
Rhodamin B merupakan zat warna sintetis yang umumnya digunakan
sebagai pewarna tekstil, tetapi tidak boleh digunakan dalam produk pangan,
karena dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan, iritasi kulit, iritasi mata,
iritasi saluran pencernaan. Penggunaan Rhodamin B banyak digunakan dalam
produk pangan dikarenakan harganya yang jauh lebih murah dibandingkan zat
pewarna pangan yang diizinkan. Pewarnaan Rhodamin B banyak digunakan pada
produk makanan dan minuman industri rumahan diantaranya permen, sirup,
kerupuk, dan cendol (Eka, 2013).
Cendol merupakan minuman khas Indonesia, rasa minuman ini manis dan
gurih. Di Aceh minuman ini dikenal dengan nama cendol sedangkan di Jawa
dikenal dengan nama es dawet. Cendol terbuat dari tepung beras diberi pewarna
merah dan dicetak melalui saringan khusus, sehingga berbentuk butiran bulat
lonjong yang lancip di ujungnya. Minuman ini biasanya disajikan sebagai pencuci
mulut atau sebagai makanan selingan (Anonim, 2011).

1
2

Pada tanggal 15 mei 2015, (BPOM) Banda Aceh menyatakan hingga saat
ini (BPOM) masih menemukan penggunaan pengawet yang dilarang digunakan
pada produk pangan. Antara lain dalam minuman yang masih kerap menggunakan
formalin. Juga penggunaan boraks dan pewarna rhodamin B. Rhodamin B ini
mestinya digunakan untuk pewarna pada produk tekstil, namun masih dipakai
juga pada pangan, sesalnya.
Dari uraian di atas maka peneliti menduga adanya penggunaan Rhodamin
B pada cendol, dilihat dari warna cendol yang menyolok dan mengkilap
tersebut,dan saat ini kasus penggunaan pewarna yang dilarang pada makanan
marak terjadi, maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
Identifikasi Rhodamin B Dalam Cendol Yang Beredar Dipasar Lambaro Aceh
Besar.

1.2 Perumusan Masalah


Ciri-ciri cendol yang mengandung Rhodamin B biasanya berwarna merah
menyolok dan warna merah tersebut mampu bertahan lama walaupun terkena
paparan sinar matahari langsung, dan tekstur dari cendol yang mengandung
Rhodamin B sedikit kasar. Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah apakah cendol yang beredar di pasar Lambaro
Aceh Besar mengandung zat pewarna Rhodamin B ?

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi apakah zat pewarna
Rhodamin B terkandung dalam cendol yang beredar di sekitaran Lambaro Aceh
Besar.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dilakukan penelitian, identifikasi zat pewarna pada cendol
adalah:
1) Mengembangkan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan bagi
penulis dan pembaca tentang zat pewarna Rhodamin B.
3

2) Memberi informasi kepada masyarakat selaku konsumen untuk lebih


berhati-hati dalam memilih makanan khususnya cendol yang beredar di
sekitaran pasar Lambaro Aceh Besar.
3) Agar dapat dijadikan bahan bacaan di perpustakaan Akademi Analis
Farmasi dan Makanan Harapan Bangsa, Banda Aceh.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Tambahan Pangan


2.1.1 Pengertian Bahan Tambahan Pangan
Menurut permenkes RI No. 033 Tahun 2012, Bahan Tambahan Pangan
(BTP) adalah bahan yang ditambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi
sifat atau bentuk pangan. Asupan harian yang dapat diterima atau Acceptable
Daily Intake (ADI) adalah jumlah maksimum bahan tambahan pangan dalam
miligram per kilogram berat badan yang dapat dikonsumsi setiap hari selama
hidup tanpa menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan. Bahan tambahan
pangan dapat mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang sengaja
ditambahkan kedalam pangan untuk tujuan teknoligis pada pembuatan,
pengolahan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan, dan
pengangkutan pangan untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan suatu
komponen atau mempengaruhi sifat pangan tersebut, baik secara langsung
maupun tidak langsung (Depkes, 2012).
2.1.2 Tujuan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan
Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan dapat meningkatkan atau
mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan
lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan.
penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) dalam proses produksi pangan perlu
diwaspadai bersama, baik oleh produsen maupun oleh konsumen. Dampak
penggunaannya dapat berakibat positif maupun negatif bagi masyarakat.
Penyimpanan dalam penggunaannya akan membahayakan kita bersama,
khususnya bagi generasi muda sebagai penerus bangsa (Cahyadi, 2009).
2.1.3 Jenis Bahan Tambahan Pangan
Umumnya bahan tambahan pangan dapat diagi menjadi dua golongan
besar, yaitu sebagai berikut :
a. Bahan Tambahan Pangan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam
makanan, dengan mengetahui komposisi bahan tersebut dan maksud

4
5

penambahan itu dapat mempertahankan kesegaran, cita rasa, dan membantu


pengolahan, sebagai contoh pengawet, pewarna, dan pengeras.
b. Bahan tambahan pangan yang tidak sengaja ditambahkan, yaitu bahan tidak
mempunyai fungsi dalam makanan tersebut, terdapat secara tidak sengaja,
baik dalam jumlah sedikit atau cukup banyak akibat perlakuan selama proses
prouduks, pengolahan dan pengemasan. Contoh bahan tambahan pangan
dalam golongan ini adalah residu pestisida (termasuk inteksida, herbisida,
fungisida, dan rodentisida), antibiotik dan hidrokarbon aromatik polisiklis
(Cahyadi, 2009).
2.2 Pewarna
Penampakan suatu warna dari makanan merupakan sensor pertama dalam
menilai makanan, baik itu kualitas maupun rasa dari makanan yang ditentukan
oleh warnannya. Konsumen dapat menerima atau menolak suatu makanan hanya
dengan melihat warna yang dimiliki dari makanan tersebut. Hal terpenting dari
pewarna adalah bagaimana pengaruh penggunaan zat pewarna terhadap kualitas
dari aroma, rasa, dan tekstur makanan (Afrianti, 2013).
2.2.1 Tujuan Penambahan Bahan Pewarna
Penambahan bahan pewarna pada makanan dilakukan untuk beberapa
tujuan, yaitu:
1. Memberi kesan menarik pada konsumen
2. Menyeragamkan warna makanan
3. Menstabilkan warna
4. Menutupi perubahan warna selama proses pengolahan, dan
5. Mengatasi perubahan warna selama penyimpanan.
2.2.2 Penggolongan pewarna
Pewarna makanan terbagi kedalam tiga golongan, yaitu:
1. Pewarna alami seperti daun suji dengan warna hijau, kunyit dengan warna
kuning, daun jati dengan warna merah, dan gula merah dengan warma
cokelat.
2. Pewarna identik alami yaitu pigmen yang dibuat secara sintetis yang struktur
kimianya identik dengan pewarna alami seperti xanthon yang mempunyai
6

3. warna kuning, karamel yang mempunyai warna coklat, batalain mempunyai


warna merah sampai kuning.
4. Pewarna sintetis yang digunakan untuk minuman ringan, produk susu,
pembungkus kue dan lainnya.
2.2.3 Pewarna yang diizinkan
Beberapa contoh jenis pewarna alami dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:
Tabel 2.1 Sifat-Sifat Bahan Pewarna Alami
No Kelompok Warna Sumber
1 Karamel Cokelat Gula dipanaskan
2 Anthasianin Jingga, Merah, Biru Tanaman
3 Flavonoid Tanpa kuning Tanaman
4 Leucoantha sianin Tidak berwarna Tanaman
5 Tanin Tidak berwarna Tanaman
6 Batalain Kuning, merah Tanaman
7 Quinon Kuning-hitam Bakteria lumut
8 Khanthon Kuning Tanaman
9 Karotenoid Tanpa Kuning-merah Tanaman / hewan
10 Heme Merah, Cokelat Hewan
Sumber: Cahyadi, 2009.
Tabel 2.2 Bahan Pewarna Sintetis Yang Diizinkan di Indonesia
Nomor Indeks Batas
No Pewarna Warna Maksimum
(C.I.No.) Penggunaan
Amaranth:CI Food Red
1 Amaran 16185 Secukupnya
9 Briliant blue FCF:CI
2 Biru berlian Food red 2 42090 Secukupnya
Erithosin:CI
3 Eritrosin 45430 Secukupnya
Food red 14 Fast
Green FCF:CI
4 Hijau FCF 42053 Secukupnya
Food green 3
5 Hijau S. Green S:CI Food 44090 Secukupnya
7

Green 4
Indigotin:CI Food
6 Indigotin 73015 Secukupnya
Green 1
Ponceau 4 Ponceau 4 R:CI
7 16255 Secukupnya
R Food red 7
8 Kuning Quineline yellow 74055 Secukupnya
CI.Food Yellow 13
9 Kiunelin 16255 Secukupnya
Sunset yellow FCF
Kuning CI.Food yellow 3
10 - Secukupnya
FCF
11 Riboflavina Riboflavina 19140 Secukupnya
Sumber: Cahyadi, 2009
Tabel 2.3 Bahan Pewarna Sintetis Yang Dilarang di Indonesia
Nomor Indeks
No Bahan Pewarna
Warna (C.I.No.)
1 Ponceau 3 R (Red G) 16155
2 Ponceau SX (Food Red No.1) 14700
3 Rhodamin B (Food Red No.5) 45170
4 Guinea Green B (Acid Green No.3) 42085
5 Magenta (Basic Violet No.2) 42510
6 Chrysoidine (Basic Orange No.2) 11270
7 Butter Yellow (Solvent Yellow No.2) 11020
8 Sudan I (Food Yellow No.2) 12055
10 Metanil Yellow (Food Yellow No.5) 13065
11 Auramine (Ext. D dan C Yellow.1) 41000
12 Oil Oranges SS (Basic Yellow No.2) 12100
13 Oil Oranges XO (Solvent Oranges No.7) 12140
14 Oil Yellow OB (Solvent Oranges No.6) 11390
Sumber: Cahyadi, 2009.
8

2.3 Rhodamin B

(Gambar 2.1)
(Sumber: http//chinamarket.com.cn)

Serbuk Rhodamin B merupakan salah satu pewarna sintetik yang tidak


boleh dipergunakan dalam makanan. Pewarna sintetik iniberbentuk kristal hijau
atau serbuk ungu kemerah-merahan, sangat mudah larut dalam air yang akan
menghasilkan warna merah kebiruan dan berfluorensi kuat, selain mudah larut
dalam air juga larut dalam alkohol, HCl dan NaOH.
Di dunia perdagangan Rhodamin B dikenal dengan nama tetra ethyl
rhodamin, rheonine B, D dan Red No 19, C, I, Basic violet 10, C, I No 45197.
Biasa digunakan dalam pewarnaan kertas (Wijaya, 2011).

Rumus bangun Rhodamin-B dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar.2.2. struktur Molekul Rhodamin B


9

Sifat-sifat fisik yang dimiliki oleh Rhodamin B adalah sebagai berikut :

Nama Lazim :Tetraethylrhodamine; D dan CRed No.19;


Rhodamin B Clorida; CI. Basic Violet 10; C.I.
45170.
Rumus Kimia :C28H31C1N2O3
Berat Molekul :479 g/mol
Pemberian :Hablur hijau atau serbuk ungu kemerahan
Kelarutan :Sangat mudah larut dalam air menghasilkan
larutan merah kebiruan. Berfluoresensi kuat jika
diencerkan. Sangat mudah larut dalam alkohol
sukar larut dalam asam encer dan larut dalam
alkali. Larutan dalam asam kuat membentuk
senyawa dengan kompleks antimon berwarna
merah muda yang larut dalam isopropil eter
Penggunaan :Sebagai pewarna untuk sutra, katun, wol, nilon,
serat asetat, kertas, tinta, pernis, sabun, pewarna
kayu, bulu, kulit, dan pewarna keramik china
(Putri, 2009).

Ciri-ciri makanan yang mengandung Rhodamin B adalah sebagai


berikut:
1. Warnanya mencolok dan tidak homogen (ada yang menggumpal).
2. Terasa sedikit pahit dan muncul rasa gatal saat mengkomsumsinya.
Zat pewarna Rhodamin B walaupun dilarang penggunaannya tetapi
masih dan produsen yang menjual makanan dan minuman yang menggunakan zat
pewarna tersebut disebabkan oleh pengetahuan yang tidak memadai mengenai
bahaya penggunaan bahan kimia tersebut pada kesehatan dan juga karena tingkat
kesadaran manyarakat masih lebih rendah. Selain itu, Rhodamin B sering
digunakan sebagai pewarna karena memiliki warna yang cerah, praktis digunakan,
dan tersedia dalam kemasan kecil di pasaran untuk memungkinkan masyarakat
umum membelinya (Dawile, 2013).
10

2.4. Cendol

Gambar 2.3 Cendol


(Sumber: http//chinamarket.com.cn)

2.4.1 Cara Membuat Cendol

1. Cendol, larutkan tepung beras, tepung hunkwe, air, air suji, garam, dan
pewarna merah tua. Masak sambil diaduk sampai meletup-letup dan kental
2. Tuang dalam cetakan cendol yang sudah diletakkan di atas baskom berisi air
es, tekan adonan cendol sampai cendol keluar dari saringannya, sisihkan
3. Sirup gula, masak gula merah, air, daun pandan, dan daun jeruk sambil
diaduk hingga gula larut, angkat.
4. Kuah santan, masak santan, garam, dan daun pandan sambil diaduk hingga
mendidih, angkat, biarkan dingin

2.5 Kromatografi

Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan


tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fase yaitu satu
fase tetap (stationary) dan yang lain fase gerak (mobile), pemisahan-pemisahan
tergantung pada gerakan relatif dari dua fasa ini. Cara-cara kromatografi padat
atau zat cair. Jika fasa tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai
11

kromatografi serapan (abssorption Chromatography), jika zat cair, dikenal


sebagai kromatografi partisi (partition Chromatography). Karena fasa bergerak
dapat berupa zat cair atau gas maka semua ada empat macam sistem kromatografi.
Keempat macam sistem kromatografi tersebut adalah:
1. Fasa bergerak zat cair-fasa tetap padat, dikenal sebagai kromatografi serapan
yang meliputi : kromatrografi lapis tipis dan kromatografi penukar ion
2. Fasa bergerak gas-fasa tetap padat : kromatografi gas padat
3. Fasa gerak zat cair-fasa tetap zat cair, dikenal sebagai kromatografi
partisi:kromatografi kertas
4. Fasa bergerak gas-fasa tetap zat cair : kromatografi gas-cair dan kromatografi
kolom kapiler.
Semua pemisahan dengan kromatografi tergantung pada kenyataan
bahwa senyawa-senyawa yang dipisahkan terdistribusi sendiri di antara fasa-fasa
bergerak dan tetap dalam perbandingan yang sangat berbeda-beda dari suatu
senyawa terhadap senyawa yang lain.
Kromatografi terdiri dari beberapa jenis berdasarkan alat yang
digunakan, diantaranya adalah : kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis,
kromatografi gas, kromatografi kolom, dan kromatografi cair kinerja tinggi

2.5.1 Kromatografi Kertas

Bila akan melakukan pemisahan dengan kromatografi kertas maka hal-


hal seperti berikut ini perlu mendapatkan perhatian:
1. Metoda (penarikan,penurunan, atau mendatar)
2. Jenis dari kertas
3. Pemilihan dan pembuatan pelarut (fasa bergerak)
4. Kesetimbangan dalam bejana yang dipilih
5. Pembuatan cuplikan
6. Waktu pengembangan
7. Metoda deteksi dan identifikasi
Di samping sifat-sifat dari kertas dan pelarut, ada faktor-faktor umum
yang mampu mempengaruhi pemisahan yaitu suhu, besarnya bejana, waktu
pengembangan dan arah dari aliran pelarut (Sastrohamidjojo, 2007).
12

2.5.2 Kromatografi Lapis Tipis

Ide penggunaan kromatografi serapam dalam bentuk lapis tipis yang


diletakkan pada suatu penyokong telah diketengahkan dalam waktu 1938. Mula
pertama dicoba memisahkan terpen-terpen pada Chomatostrip yang dibuat
dengan melapisi potongan gelas kecil dengan penyerap yang dicampur dengan
pati atau perekan yang berkelakuan sebagai pengikat. Bila dibandingkan dengan
kromatografi kertas, metoda lapis tipis mempunyai keuntungan yang utama, yaitu
membutuhkan waktu yang lebih cepat dan diperoleh pemisahan yang lebih baik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam kromatografi lapis
tipis yang juga mempengaruhi harga Rf :
1. Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan.
2. Sifat dari penyerap dan derajat aktifitasnya.
3. Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap.
4. Pelarut (dan derajat kemurniannya) fasa gerak.
5. Derajat kejenuhan dari uap dalam mana bejana pengembangan yang
digunakan.
6. Teknik percobaan, arah dalam mana pelarut bergerak di atas plat.
7. Jumlah cuplikan yang digunakan.
8. Suhu. (Sastrohamidjojo, 2007).

2.5.3 Identifikasi Zat Warna Secara Kromatografi Lapis Tipis

Setetes dari larutan cuplikan yang mengandung campuran yang akan


dipisahkan ditotolkan pada daerah yang diberi tanda batas sepotong plat KLT
dimana akan meluas membentuk noda yang bulat, bila noda telah kering, plat
KLT dimasukkan dalam bejana tertutup yang sesuai dengan satu ujung, di mana
totolan cuplikan ditempatkan, tercelup dalam pelarut yang dipilih sebagai fasa
gerak jangan sampai noda tercelup.
Pelarut bergerak melalui serat-serat plat KLT oleh gaya kapiler dan
menggerakkan komponen-komponen dari campuran cuplikan pada perbedaan
jarak dalam arah aliran pelarut. Perlu diperhatikan bahwa permukaan dari plat
jangan sampai terlalu basah dengan pelarut, karena hal ini tidak akan
memisahkan sama sekali atau daerah-daerah noda akan menjadi kabur, bila
13

permukaan pelarut telah bergerak sampai jarak yang cukup jauhnya atau setelah
waktu yang telah bergerak sampai jarak yang cukup jauhnya atau setelah waktu
yang telah ditentukan, maka plat diambil dari bejana dan kedudukan dari
permukaan pelarut diberi tanda dan lembaran kertas dibiarkan kering, jika
senyawa-senyawa berwarna maka akan terlihat sebagai noda-noda yang terpisah,
jika senyawa-senyawa tidak berwarna harus dideteksi dengan cara fisika dan
kimia, cara yang biasanya adalah menggunakan suatu pereaksi atau dengan sinar
ultra ungu. Metode identifikasi yang paling mudah adalah berdasarkan pada
kedudukan dari noda relatif terhadap permukaan pelarut, menggunakan harga Rf
(Sastrohamidjojo, 2007).

Rf =
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Penelitian ini dilakukan secara eksperimental laboratorium dengan cara
mengidentifikasi Rhodamin B pada cendol secara kromatografi lapis tipis (KLT).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 - 12 Januari 2017 di
Laboratorium Akademi Analis Farmasi dan Makanan Banda Aceh.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.1.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah beberapa produk cendol yang di jual
di pasar Lambaro Aceh Besar.
3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah tiga sampel cendol yang dijual
disekitaran Lambaro Aceh Besar. Pengambilan sampel dilakukan secara random
sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan atas dasar pertimbangan
peneliti saja dengan anggapan unsur-unsur yang dikehendaki telah ada di dalam
sampel yang telah diambil.
3.4 Alat dan Bahan
3.4.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah erlenmayer (100 mL),
labu ukur (25-100 mL), pipet volum (50-100 mL), cawan porselin, pipet ukur (10-
50 mL), spatula, pengaduk kaca, kertas saring, penangas air, timbangan digital,
plat KLT, chamber.
3.4.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cendol, baku Rhodamin
B, etil asetat, ammonia 2%, etanol 70%, n-butanol, aquadest.

14
15

3.5 Pembuatan Reagensia


3.5.1 Pembuatan Etanol 70% 100 mL
1. Dipipet 70 mL etanol 96%
2. Kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL
3. Ditambahkan aquadest sampai tanda batas
4. Dikocok hingga larutan homogen
3.5.2 Pembuatan Ammonia 2%
1. Dipipet 8 mL NH3 25%
2. Kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL
3. Ditambahkan etanol 70% sampai tanda batas
4. Dikocok hingga larutan homogen
3.5.3 Pembuatan Eluen
1. Dipipet n-butanol sebanyak 10 mL
2. Kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 25 mL
3. Ditambahkan sebanyak 8 mL etil asetat dan 2 mL aquadest
4. Ditutup dan dikocok larutan hingga homogen
5. Dituangkan eluen kedalam chamber
3.6 Prosedur Kerja
3.6.1 Larutan uji
1. Ditimbang sebanyak 30 gram cendol, kemudian dihaluskan
2. Dimasukkan kedalam erlenmayer
3. Ditambahkan 30 mL larutan ammonia 2% dan alkohol 70%
4. Disaring larutan tersebut dengan menggunakan kertas saring sehingga
didapat filtratnya
5. Filtrat hasil penyaringan diuapkan di atas waterbath sampai terbentuk
massa yang kental
3.6.2 Persiapan Larutan Baku
a. Ditimbang sebanyak 50 mg baku Rhodamin B
b. Dimasukkan kedalam labu 100 mL
c. Ditambahkan aquadest sampai tanda batas
16

3.6.3 Persiapan Larutan spike


1. Ditimbang sebanyak 30 gram cendol, kemudian dihaluskan
2. Dimasukkan kedalam erlenmayer
3. Ditambahkan 30 mL larutan ammonia 2% dan alkohol 70%
4. Disaring larutan tersebut dengan menggunakan kertas saring sehingga
didapat filtratnya
5. Ditambahkan 2 tetes larutan baku Rhodamin B
6. Filtrat hasil penyaringan diuapkan diatas waterbath sampai terbentuk
massa yang kental
3.6.4 Persiapan Plat KLT
1. Plat kromatografi lapis tipis dengan ukuran 8x8
2. Plat KLT diaktifkan dengan cara dikeringkan di dalam oven selama 10
menit pada suhu 1050C
3. Kemudian diberi garis dengan menggunakan pensil pada jarak 1 cm dari
tepi atas dan 1 cm dari tepi bawah
4. Diberi skala masing-masing 1,5 cm untuk tempat penotolan larutan
sampel, baku, spike
3.6.5 Penjenuhan Chamber
1. Dimasukkan eluen yang akan digunakan kedalam chamber
2. Dimasukkan kertas saring kedalam chamber yang berisi eluen kemudian
chamber ditutup rapat
3. Jika kertas saring yang berada didalam chamber telah basah secara
keseluruhan maka chamber telah jenuh
3.6.6 Uji Rhodamin B Secara Kromatografi Lapis Tipis
1. Ditotolkan larutan uji pada plat KLT
2. Ditotolkan baku pembanding pada plat KLT
3. Ditotolkan larutan spike pada plat KLT
4. Dimasukkan kedalam bejana yang berisi n-butanol (8 mL) : etil asetat (10
mL) : aquadest (2 mL), (4 : 5 : 1) yang telah dijenuhkan
5. Ditutup bejana kemudian dibiarkan sampai eluen bergerak pada batas yang
telah ditentukan
6. Diambil plat KLT dari bejana kemudian dikeringkan
17

7. Diamati bercak yang timbul pada sinar UV


8. Dihitung nilai Rf pada sampel, baku, dan spike bercak (warna merah)
3.6 Analisa Data
Data di sajikan dalam bentuk tabel, dimana nilai Rf warna bercak sampel
dibandingkan dengan Rf dan bercak dari baku dan spike. Bercak sampel yang
idientik dengan bercak baku maka menunjukkan positif mengandung Rhodamin
B.

Rf =
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap identifikasi


Rhodamin B pada cendol yang dijual disekitaran pasar Lambaro Aceh Besar
secara Kromatrografi Lapis Tipis dengan menggunakan eluen n-butanol : etil
asetat : air (4:5:1) diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.1 Identifikasi Rhodamin B dalam cendol


Sampel Warna Jarak Jarak Nilai Rf Ket Jarak
Eluen(cm) noda (cm) Range
(cm) (+/-)
Spike Merah 5,5 0,91 Positif -
muda
Baku Merah 5,5 0,91 Positif -
muda
Sampel 1 Merah 4,8 0,8 Negatif (0,83)
6,0
muda
Sampel 2 Merah 5,9 0,98 Positif (0,16)
muda
Sampel 3 Merah 5,8 0,96 Positif (0,14)
muda
sumber : (Laboratorium Akafarma 2017)

4.2 Pembahasan
Penelitian ini menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT) untuk
mengetahui jenis zat pewarna yang digunakan pada cendol yang dijual dipasar
Lambaro Aceh Besar, Tahap awal penelitian adalah preparasi sampel dengan
menimbang sampel sebanyak 30 gram kemudian dihaluskan lalu sampel
diekstraksi menggunakan larutan ammonia 2% dalam etanol 70% sebanyak 20
mL. Larutan ini merupakan suatu basa yang berfungsi untuk melarutkan zat
pewarna yang ada dalam sampel. Kemudian disaring sehingga didapatkan
filtratnya dan diuapkan diatas penangas air hingga hampir kering, hasil preparasi

18
19

sampel berupa larutan uji, baku dan spike ditotolkan pada silika gel. Plat KLT
dimasukkan dalam oven pada suhu 100 0C selama 10 menit fungsinya untuk
mengurangi molekul air dalam plat silika agar proses elusi lempeng silika gel
dapat menyerap dan berkaitan dengan sampel. Kemudian dimasukkan kedalam
chamber berisi eluen yang telah dijenuhkan. Tujuan penjenuhan yaitu untuk
mempercepat proses sehingga komponen yang berbeda dari campuran zat warna
akan bergerak pada laju yang berbeda dan campuran dipisahkan berdasarkan pada
perbedaan bercak warna, bila permukaan pelarut telah bergerak sampai mendekati
batas plat KLT, maka plat diangkat dari bejana dan dibiarkan kering dan dihitung
nilai Rf dari larutan uji, larutan baku, larutan spike.hasil dari preparasi sampel ini
kemudian dianalisis dengan kromatografi lapis tipis, dimana fase diam yang
digunakan adalah silika gel dan fase geraknya (eluen) yaitu n-butanol : etil asetat :
air (4:5:1). Silika gel digunakan dalam fase diam karena daya absorbsinya cepat.
Eluen merupakan campuran yang tidak saling tercampur karena adanya perbedaan
kepolaran yang digunakan untuk elusi, dimana n-butanol merupakan eluen yang
bersifat semi polar, etil asetat dan air merupakan eluen polar.
Penentuan ada atau tidaknya zat warna pada sampel dapat dilakukan
dengan cara membandingkan Rf baku pembanding dengan Rf sampel. Perbedaan
nilai Rf yang tergantung pada kepolaran masing-masing pelarut yang digunakan
dalam fase gerak. Nilai Rf dapat dijadikan bukti dalam mengidentifikasi senyawa-
senyawa. Jika nilai Rf sampel dengan nilai Rf larutan spike dan larutan baku
mendekati atau sama maka senyawa tersebut dapat dikatakan memiliki
karakterisktik yang sama atau mirip. sedangkan bila nilai Rf nya berbeda,
senyawa tersebut dapat dikatakan senyawa yang berbeda.
Hasil pengamatan pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa warna noda pada
larutan baku, larutan spike dan sampel berwarna merah muda. Nilai Rf baku
(0,91), nilai Rf spike (0,91), nilai Rf sampel satu (0,8), nilai Rf sampel dua (0,98),
nilai Rf sampel tiga (0,96). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada sampel 2
dan sampel 3 menggunakan pewarna Rhodamin B, sedangkan pada sampel 1 tidak
menggunakan pewarna Rhodamin B, tetapi menggunakan pewarna lainnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap sampel cendol yang di jual di pasar


Lambaro Aceh Besar, terdapat dua jenis sampel cendol yang positif mengandung
Rhodamin B karena nilai Rf yang didapat sebebsar (0,98) dan (0,96) sedangkan
sampel lainnya negatif dengan nilai Rf (0,8).

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk minuman cendol karena


bukan hanya pewarna Rhodamin B saja yang digunakan melainkan seperti methyl
red dalam minuman ini, yang memiliki ciri warna yang menyolok. Serta
masyarakat luas lebih teliti dalam membeli cendol, dimana cendol yang
dikonsumsi harus dalam keadaan higienis dan bermutu baik, sehingga baik pula
bagi kesehatan.

20
21

DAFTAR PUSTAKA

Afrianti, Leni Herliani, 2013. Teknologi Pengawetan Pangan. Bandung :


Alfabeta

Anonim, 2013 Rhodamin B. http://www.catatankimia.com/catatan/rhodamin -


b.html, Diakses 02 November 2016
Anonim. 2011. Cara Membuat Cendol (http://carapedia.com/cendol_info445.html
Diakses 18 Desember 2016.

Cahyadi, w. 2009. Analisis & Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.


Jakarta : Bumi Aksara.
Dawile s, Fatmawati, f. Wehantouw, 2013, Analisis Rhodamin B Pada Cendol
Yang Beredar Di Kota Manado, Jurnal Ilmiah Farmasi-UNSRAT
Vol.2No.3 : 86-90 ISSN : 2302-2493.
Depkes, 2012. Permenkes No. 33 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan :
Jakarta : Menteri Kesehatan RI.
Eka Reysa. 2013. Rahasia Mengetahui Makanan Berbahaya. Jakarta: Titik Media
Publisher.
Putri, k. W. A., 2009, Pemeriksaan Penyalahgunaan Rhodamin B Sebagai
Pewarna Pada Sediaan Lipstik Yang Beredar Di Pusat Pasar Kota
Medan,Skripsi. Medan : Universitas Sumatra Utara (USU).
Sastrohamidjojo, h. 2007. Kromatografi. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
Wijaya, D. 2011. Waspadai Zat Aditif dalam Makananmu. Jogjakarta: Penerbit
Buku Biru
22

Lampiran I : Perhitungan
a. Etanol 70%

V1 . N2 = V2 . N2

V1 = N2 . V2
N1

= 70% x 100 mL

99%

= 70 mL

b. Ammonia 2%

V1 . N2 = V2 . N2

V1 = N2 . V2
N1

= 2% x 100 mL

25%

= 8 mL

c. Fase Gerak

n-butanol : etil asetat : air (4:5:1)

Perhitungan

n-butanol = x 20 mL = 8 mL

etil asetat = x 20 mL = 10 mL

air = x 20 mL = 2 mL

Jumlah : 8 mL + 10 mL + 2 mL = 20 mL
23

Lampiran II : Pembuatan Reagensia

A. Pembuatan Larutan Etanol 70%


70 mL Etanol 99%

dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL

Ditambahkan aquadest sampai tanda batas

Dikocok hingga larutan homogen

Etanol
70%

B. Pembuatan Larutan Ammonia 2%


8 mL Ammonia 25%

dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL

Ditambahkan Etanol 70% sampai tanda batas

Dikocok hingga larutan homogen

Ammonia
2%

C. Pembuatan Fase Gerak (Eluen)


n-butanol : etil asetat : air
(4:5:1)
Diambil n-butanol 10 mL, etil asetat 8 mL, air 2 mL

Dimasukkan kedalam labu ukur 25 mL, tutup dan


kocok hingga homogen

Ditungakan kedalam chamber dan dimasukkan kertas


saring kedalam chamber sebagai media untuk
penjenuhan

Fase gerak siap


digunakan
24

Lampiran III : Prosedur Kerja

a. Larutan Uji
30 gram sampel digerus

Dimasukkan kedalam erlenmayer

Ditambahkan 30 mL larutan ammonia 2% dan alkohol


70%

Disaring larutan tersebut dengan menggunakan kertas


saring sehingga didapat filtratnya

Filtrat hasil penyaringan diuapkan di atas waterbath


sampai terbentuk massa yang kental

Larutan Uji

b. Larutan Baku
Rhodamin B

Ditimbang sebanyak 50 mg baku Rhodamin B

Dimasukkan kedalam labu 100 mL

Ditambahkan aquadest sampai tanda batas

Larutan Baku
25

c. Larutan Spike
30 gram sampel digerus

Dimasukkan kedalam erlenmayer

Ditambahkan 30 mL larutan ammonia 2% dan alkohol


70%

Ditambahkan 2 tetes baku rhodamin B

Disaring larutan tersebut dengan menggunakan kertas


saring sehingga didapat filtratnya

Filtrat hasil penyaringan diuapkan di atas waterbath


sampai terbentuk massa yang kental

Larutan Uji

d. Identifikasi dengan Kromatografi Lapis Tipis


Plat KLT

Ditotolkan larutan uji pada plat KLT

Ditotolkan baku pembanding pada plat KLT

Ditotolkan larutan spike pada plat KLT

Ditotolkan larutan sampel 1, sampel 2, sampel 3

Dimasukkan kedalam bejana yang berisi n-butanol (8


mL) : etil asetat (10 mL) : aquadest (2 mL), (4 : 5 : 1)
yang telah dijenuhkan

Ditutup bejana kemudian dibiarkan sampai eluen


bergerak pada batas yang telah ditentukan
26

Diambil plat KLT dari bejana kemudian dikeringkan

Diamati bercak yang timbul pada sinar UV

Hasil
27

Lampiran IV : Gambar

Gambar 4.1 Penambahan senyawa pada sampel

Gambar 4.2 : Penambahan senyawa pada tiap-tiap sampel


28

Gambar 4.3 : Proses pemanasan pada tiap-tiap sampel

Gambar 4.4 : Proses analisa sampel pertama menggunakan plat KLT


29

Gambar 4.6 : Hasil


30

SURAT KETERANGAN BEBAS LABORATORIUM

Kepala Laboratorium Akafarma Harapan Bangsa Banda Aceh menerangkan


bahwa
Nama :Andy Vinalosa
Nim :0141942013008
Pembimbing :Raihanaton S.Si
Judul KTI :Identifikasi Rhodamin B Pada Cendol Yang Di Jual Di Pasar
Lambaro Aceh Besar

Benar ianya telah melaksanakan penelitian Ujian Akhir Program (UAP) pada
tanggal 10 12 Januari
2017 dinyatakan telah bebas dari segala hal yang menyangkut dengan
Laboratorium Akafarma Harapan Bangsa.

Demikian surat keterangan ini dibuat agar dapat dipergunakan seperlunya.

Banda Aceh, 12 Januari 2017


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Andy Vinalosa


Tempat Tanggal Lahir: Banda Aceh, 09 April 1994
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Lueng Bata, Banda Aceh

Identitas Orang Tua


1. Ayah
Nama : Alm. Sulaiman
Pekerjaan : -
Alamat : Lueng Bata, Banda Aceh

2. Ibu
Nama : Ratnawati S.Pd
Pekerjaan : PNS
Alamat : Lueng Bata, Banda Aceh

Riwayat Pendidikan
1. SD : SD NEGERI 86 LUENG BATA
2. SMP : SMP 2 INGIN JAYA
3. SMA : SMA N I KAWAY XVI
4. D3 : AKAFARMA HARAPAN BANGSA
BANDA ACEH

Anda mungkin juga menyukai