Satuan Acara Penyuluhan Narkoba
Satuan Acara Penyuluhan Narkoba
Hari/tanggal :
Waktu :
Tempat : Perumahan Ariesco Block CI no.04 RT.24 (Kediaman ketua RT. 24)
Sasaran : Remaja
Pelaksana :Mahasiswa Profesi Ners Keperawatan STIKES Muhammadiyah
Samarinda
Topik : Narkoba
Sub Topik : Bahaya Narkoba
I. Latar Belakang
Pengertian Remaja adalah istilah adolesence atau remaja berasal dari
bahasa Latinadolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa,
dalam perkembangan menuju dewasa (Monks, 2001).
Indonesia, masa remaja masih merupakan masa belajar di sekolah,
umumnya mereka masih belajar di Sekolah Menengah Pertama, Menengah Atas
atau Perguruan Tinggi (Monks, dkk., 2001). Negara Indonesia, menetapkan
batasan remaja mendekati batasan usia remaja (youth) yang ditetapkan oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa yaitu, usia 14-24 tahun. Usia 24 tahun merupakan
batas maksimal untuk individu yang belum dapat memenuhi persyaratan
kedewasaan secara sosial maupun psikologis. Hukum Indonesia hanya
mengenal anak-anak dan dewasa, berdasarkan Undang-undang Kesejateraan
Anak (UU No. 4/1979) menganggap semua orang di bawah usia 21 tahun dan
belum menikah sebagai anak-anak (dalam Sarwono, 2006).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
masa remaja dimulai pada saat anak matang secara seksual dan berakhir
sampai ia matang secara hukum, rata-rata batasan usia remaja berkisar antara
usia 12 hingga 24 tahun, dengan pembagian fase remaja awal berkisar antara
usia 12 -15 tahun, fase remaja madya berkisar antara usia 15 18 tahun dan
fase remaja akhir berkisar antara usia 18 21 tahun. Batasan maksimum usia 24
tahun, untuk individu yang belum dapat memenuhi persyaratan kedewasaan
secara sosial maupun psikologis dan belum menikah.
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain
narkoba, istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan
Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini, baik narkoba atau napza,
mengacu pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai risiko kecanduARan
bagi penggunanya. Menurut pakar kesehatan narkoba sebenarnya adalah
psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioparasi
atau obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun kini presepsi itu disalah
gunakan akibat pemakaian yang telah di luar batas dosis.
Penyalahguanaan adalah : penggunaan salah satu atau beberapa jenis
NAPZA secara berkala atau teratur diluar indikasi medis, sehingga menimbulkan
gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial.
Ketergatungan adalah : keadaan dimana telah terjadi ketergantungan fisik
dan psikis, sehingga tubuh memerlukan jumlah NAPZA yang makin bertambah
( toleransi ), apabila pemakaiannya dikurangi atau diberhentikan akan timbul
gejala putus obat (withdrawal symptom ).
V. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Simulasi
VI. Media/Alat
a. Slide
b. Laptop
c. LCD
VII. Setting
Keterangan :
X. Evaluasi
Evaluasi Struktur
- Persiapan SAP dikerjakan 1 hari sebelum penyuluhan
- Persiapan Slide dikerjakan 1 dihari sebelum Penyuluhan
- Dan Persiapan bahan-bahan simulasi 1 hari sebelum penyuluhan
Evaluasi Proses
Selama proses penyuluhan peserta dapat menerima dan memahami materi yang
disampaikan oleh penyaji dengan seksama.
Evaluasi Hasil
Selama proses penyuluhan peserta dapat menjawab pertanyaan yang diajukan
oleh penceramah dengan baik dan benar, dan peserta dapat menerima dan
memahami materi yang disampaikan penceramah.
C. Penggolongan Narkoba
Karena bahaya ketergantungan, penggunaan, dan peredaran narkoba diatur
dalam undang-undang, yaitu undang-undang Nomor 22 tahun 1997 tentang
narkotika, undang-undang Nomor 5 tahun 1997 tentang psikotropika.
Penggolongan jenis-jenis narkoba didasarkan pada peraturan perundang-
undangan adalah sebagai berikut :
1. Narkotika
Menurut undang-undang Nomor 22 tahun 1997, narkotika dibagi menurut potensi
yang menyebabkan ketergantungannya adalah sebagai berikut :
a. Narkotika Golongan I : berpotensi sangat tinggi menyebabkan ketergantungan,
tidak digunakan untuk terapi (pengobatan). Contoh : heroin, kokain dan ganja.
Putauw adalah heroin tidak murni berupa bubuk.
b. Narkotikan Golongan II : berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan,
digunakan pada terapi sebagai pilihan terakhir. Contoh : morfin, petidin dan
metadon.
c. Narkotika Golongan III : berpotensi ringan menyebabkan ketergantungan dan
banyak digunakan dalam terapi. Contoh : kodein.
2. Psikotropika
Menurut undang-undang Nomor 5 tahun 1997 psikotropika dibagi menurut
potensi yang dapat menyebabkan ketergantungan antara lain :
a. Psikotropika Golongan I : amat kuat menyebabkan ketergantungan dan tidak
digunakan dalam terapi. Contoh : MDMA (ekstasi)
b. Psikotropika Golongan II : kuat menyababkan ketergantungan, digunakan
terbatas pada terapi. Contoh : amfetamin, metamfetamin (sabu), fensiklidin, dan
ritalin.
c. Psikotropika Golongan III : potensi sedang menyebabkan ketergantungan,
banyak digunakan dalam terapi. Contoh : pentobarbital dan flunitrazepam.
d. Psikotropika Golongan IV : potensi ringan menyebabkan ketergantungan dan
sangat luas digunakan dalam terapi. Contoh : diazepam, klobazam, fenobarbital,
barbital, klorazepam, klordiazepoxide, dan nitrazepam (nipam, pil KB/koplo)
3. Zat psiko-aktif lain
Tidak tercantum dalam peraturan perundang-undangan tentang narkotika dan
psikotropika. Yang sering disalah gunakan adalah :
a. Alkohol, yang terdapat pada berbagai jenis minuman keras
b. Inhalasia/sovel, yaitu gas atau zat yang mudah menguap yang terdapat pada
berbagai keperluan pabrik, kantor dan rumah tangga.
c. Nikotin yang terdapat pada tembakau
d. Kafein pada kopi, minuman penambah energi dan obat sakit kepala tertentu.
Penggolongan narkotiba, psikotropika, dan zat adiktik lainnya menurut WHO
didasarkan atas pengaruhnya terhadap tubuh manusia antara lain :
1. Opioida : mengurangi rasa nyeri dan menyebabkan mengantuk atau turunnya
kesadaran. Contoh : opium, morfin, heroin dan petidin.
2. Ganja : menyebabkan perasaan riang, meningkatkan daya khayal, dan
perubahan perasaan waktu. Contoh : mariyuana, hasis.
3. kokain dan daun koka, tergolong stimulansia (meningkatkan aktivitas
otak/fungsi organ tubuh lain).
4. Golongan amfetamin, tergolong stimulansia. Contoh : ekstasi, sabu.
5. Alkohol, yang terdapat pada minuman keras.
6. Halusinogen, memberikan halusinasi (khayal). Contoh : Lysergic Acid (LSD)
sering disebut acid, red dragon, blue heaven, sugar cuber, trips dan tabs.
7. Sedativa dan Hipnotika (obat penenang/obat tidur, seperti pil BK, MG)
8. Solven dan inhalasi : gas atau uap yang dihirup. Contoh : tiner dan lem
9. Nikotin, terdapat pada tembakau (termasuk stimulansia).
10. kafein, terdapat dalam kopi, berbagai jenis obat penghilang rasa sakit atau
nyeri, dan minuman kola (termasuk stimulansia).