23 43 1 SM PDF
23 43 1 SM PDF
Masrizal*
140
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2007, II (1)
2. Anemia Non Megaloblastik adalah sehingga anemia pada balita sukar untuk dideteksi.
eritropolesis yang dipercepat dan Tanda-tanda dari anemia gizi dimulai dengan
peningkatan luas permukaan membran. menipisnya simpanan zat besi (feritin) dan
2. Mikrositik bertambahnya absorbsi zat besi yang digambarkan
Mengecilnya ukuran sel darah merah yang dengan meningkatnya kapasitas pengikatan besi. Pada
disebabkan oleh defisiensi besi, gangguan sintesis tahap yang lebih lanjut berupa habisnya simpanan
globin, porfirin dan heme serta gangguan zat besi, berkurangnya kejenuhan transferin,
metabolisme besi lainnya. berkurangnya jumlah protoporpirin yang diubah
3. Normositik menjadi heme, dan akan diikuti dengan menurunnya
Pada anemia normositik ukuran sel darah kadar feritin serum. Akhirnya terjadi anemia dengan
merah tidak berubah, ini disebabkan kehilangan cirinya yang khas yaitu rendahnya kadar Rb (Gutrie,
darah yang parah, meningkatnya volume plasma 186:303)
secara berlebihan, penyakit-penyakit hemolitik, Bila sebagian dari feritin jaringan
gangguan endokrin, ginjal, dan hati. meninggalkan sel akan mengakibatkan konsentrasi
feritin serum rendah. Kadar feritin serum dapat
Anemia Defisiensi Besi
menggambarkan keadaan simpanan zat besi dalam
Anemia Defisiensi besi adalah anemia yang jaringan. Dengan demikian kadar feritin serum yang
terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah, rendah akan menunjukkan orang tersebut dalam
artinya konsentrasi hemoglobin dalam darah keadaan anemia gizi bila kadar feritin serumnya <12
berkurang karena terganggunya pembentukan sel-sel ng/ml. Hal yang perlu diperhatikan adalah bila kadar
darah merah akibat kurangnya kadar zat besi dalam feritin serum normal tidak selalu menunjukkan status
darah. besi dalam keadaan normal. Karena status besi yang
Jika simpanan zat besi dalam tubuh seseorang berkurang lebih dahulu baru diikuti dengan kadar
sudah sangat rendah berarti orang tersebut mendekati feritin.
anemia walaupun belum ditemukan gejala-gejala Diagnosis anemia zat gizi ditentukan dengan
fisiologis. Simpanan zat besi yang sangat rendah tes skrining dengan cara mengukur kadar Hb,
lambat laun tidak akan cukup untuk membentuk sel- hematokrit (Ht), volume sel darah merah (MCV),
sel darah merah di dalam sumsum tulang sehingga konsentrasi Hb dalam sel darah merah (MCH) dengan
kadar hemoglobin terus menurun di bawah batas batasan terendah 95% acuan (Dallman,1990)
normal, keadaan inilah yang disebut anemia gizi besi.
Menurut Evatt, anemia Defisiensi besi adalah Etiomologi Anemia Defisiensi Besi
anemia yang disebabkan oleh berkurangnya cadangan Penyebab Anemia Defisiensi Besi adalah :
besi tubuh. Keadaan ini ditandai dengan menurunnya
saturasi transferin, berkurangnya kadar feritin serum 1. Asupan zat besi
atau hemosiderin sumsum tulang. Secara morfologis Rendahnya asupan zat besi sering terjadi
keadaan ini diklasifikasikan sebagai anemia pada orang-orang yang mengkonsumsi bahan
mikrositik hipokrom disertai penurunan kuantitatif makananan yang kurang beragam dengan menu
pada sintesis hemoglobin. makanan yang terdiri dari nasi, kacang-kacangan
Defisiensi besi merupakan penyebab utama dan sedikit daging, unggas, ikan yang merupakan
anemia. Wanita usia subur sering mengalami anemia, sumber zat besi. Gangguan defisiensi besi sering
karena kehilangan darah sewaktu menstruasi dan terjadi karena susunan makanan yang salah baik
peningkatan kebutuhan besi sewaktu hamil. jumlah maupun kualitasnya yang disebabkan oleh
kurangnya penyediaan pangan, distribusi makanan
Patofisiologi Anemia yang kurang baik, kebiasaan makan yang salah,
Zat besi diperlukan untuk hemopoesis kemiskinan dan ketidaktahuan.
(pembentukan darah) dan juga diperlukan oleh 2. Penyerapan zat besi
berbagai enzim sebagai faktor penggiat. Zat besi yang Diet yang kaya zat besi tidaklah menjamin
terdapat dalam enzim juga diperlukan untuk ketersediaan zat besi dalam tubuh karena
mengangkut elektro (sitokrom), untuk mengaktifkan banyaknya zat besi yang diserap sangat tergantung
oksigen (oksidase dan oksigenase). Defisiensi zat besi dari jenis zat besi dan bahan makanan yang dapat
tidak menunjukkan gejala yang khas (asymptomatik) menghambat dan meningkatkan penyerapan besi.
141
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2007, II (1)
142
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2007, II (1)
143
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2007, II (1)
dalam waktu yang relatif singkat. Di Indonesia penyebab anemia gizi besi. Dengan
pil besi yang umum digunakan dalam menanggulangi penyakit infeksi dan
suplementasi zat besi adalah frrous sulfat. memberantas parasit diharapkan bisa
Persentase dan jumlah zat besi di dalam tablet meningkatkan status besi tubuh.
Fe bisa dilihat pada tabel 3 .
Pemantauan
Tabel 3. Terapi
Persentase dan jumlah zat besi di dalam tablet FE yang lazim digunakan
a. Periksa kadar hemoglobin setiap 2 minggu
Senyawa Fe Fe elemental
b. Kepatuhan orang tua dalam memberikan
Preparat % Fe
(mg) per tablet (mg) per tablet obat
Fero famarat 200 66 33
Fero glukonat 300 36 12
c. Gejala sampingan pemberian zat besi yang
Fero sulfat (7H2O) 300 60 20 bisa berupa gejala gangguan gastro-
Fero sulfat, Anhidrosida 200 74 37
Fero sulfat dikeringkan 200 60 30
intestinal misalnya konstipasi, diare, rasa
(1HO2) terbakar diulu hati, nyeri abdomen dan
Sumber : Demaeyer, (1995) mual. Gejala lain dapat berupa pewarnaan
gigi yang bersifat sementara.
Efek samping dari pemberian besi feroral Tumbuh Kembang
adalah mual, ketidaknyamanan epigastrium, kejang a. Penimbangan berat badan setiap bulan
perut, konstipasi dan diare. Efek ini tergantung dosis b. Perubahan tingkah laku
yang diberikan dan dapat diatasi dengan mengurangi c. Daya konsentrasi dan kemampuan belajar
dosis dan meminum tablet segera setelah makan atau pada anak usia sekolah dengan konsultasi
bersamaan dengan makanan. ke ahli psikologi
a. Fortifikasi zat besi d. Aktifitas motorik
Fortifikasi adalah penambahan suatu jenis zat Penutup
gizi ke dalam bahan pangan untuk meningkatkan
kualitas pangan . Kesulitan untuk fortifikasi zat Upaya penanggulangan AKB diprioritaskan
besi adalah sifat zat besi yang reaktif dan pada kelompok rawan yaitu BALITA, anak usia
cenderung mengubah penampilanm bahan yang sekolah, ibu hamil dan menyusui, wanita usia subur
di fortifikasi. Sebaliknya fortifikasi zat besi tidak termasuk remaja putri dan pekerja wanita. Upaya
mengubah rasa, warna, penampakan dan daya pencegahan efektif untuk menanggulangi AKB adalah
simpan bahan pangan. Selain itu pangan yang dengan pola hidup sehat dan upaya-upaya
difortifikasi adalah yang banyak dikonsumsi pengendalian faktor penyebab dan predisposisi
masyarakat seperti tepung gandum untuk terjadinya AKB yaitu berupa penyuluhan kesehatan,
pembuatan roti. memenuhi kebutuhan zat besi pada masa
b. Penanggulangan penyakit infeksi dan parasit pertumbuhan cepat, infeksi kronis/berulang
Penyakt infeksi dan parasit merupakan salah satu pemberantasan penyakit cacing dan fortifikasi besi.
144
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2007, II (1)
DAFTAR PUSTAKA
1. Hillman RS, Ault KA. Iron Deficiency Anemia. Hematology in Vo. 45. No. 10, Oktober, 1995.
Clinical Practice. A Guide to Diagnosis and Management. New 12. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Departemen
York; McGraw Hill, 1995 : 72-85. Kesehatan RI, Program Penanggulangan Anemia Gizi pada Wanita
2. Lanzkowsky P. Iron Deficiency Anemia. Pediatric Hematology Usia Subur (WUS), Direktorat Gizi Masyarakat, 2001.
and Oncology. Edisi ke-2. New York; Churchill Livingstone Inc, 13. Sediaoetomo, A. D. Ilmu Gizi II, Dian Rakyat Jakarta, 1996.
1995 : 35-50. 14. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Departemen
3. Nathan DG, Oski FA. Iron Deficiency Anemia. Hematology of Kesehatan RI, Anemia Gizi dan Tablet Tambah Darah (TTD) untuk
Infancy and Childhood. Edisi ke-1. Philadelphia; Saunders, 1974 Wanita Usia Subur, Direktorat Gizi Masyarakat, 2005.
: 103-25. 15. Alamtseir, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia Jakarta, 2002.
4. Recht M, Pearson HA. Iron Deficiency Anemia. Dalam : McMillan 16. Hermina. Penelitian Gizi dan Makanan, Puslitbangh Gizi Bogor
JA, DeAngelis CD, Feigin RD, Warshaw JB, penyunting. Oskis Depkes RI.
Pediatrics : Principles and Practice. Edisi ke-3. Philadelphia; 17. Wirakusumah E. S. Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi. Trubus
Lippincott William & Wilkins, 1999 : 1447-8. Agriculture.
5. Schwart E. Iron Deficiency Anemia. Dalam : Behrman RE, 18. Wilson P.S. LM. Patofisiologi Konsep Klining Proses-proses
Kliegman RM, Jenson HB, Penyunting. Nelson Textbook of Penyakit, 1995.
Pediatrics. Edisi ke-16. Philadelphia; Saunders, 2000 : 1469-71 19. Wilson LM. Patofisiologi Konsep Klinik Proses Penyakit, 1995.
6. Hillman RS, Ault KA. Iron Deficiency Anemia. Hematology in 20. Sumarni, S, dkk. Masalah Gizi di Indonesia.
Clinical Practice. A Guide to Diagnosis and Management. New 21. Setianingish, I. Anemia Defisiensi, Besi dan Prestasi. Bagian Ilmu
York; McGraw Hill, 1995 : 72-85. Kesehatan Anak FKUI / RSCM.
7. Lanzkowsky P. Iron Deficiency Anemia. Pediatric Hematology 22. Demaeyer, Pencegahan dan Pengawasan Anemia Defisiensi Besi.
and Oncology. Edisi ke-2. New York; Churchill Livingstone Inc, Widya Mendika Jakarta, 1995.
1995 : 35-50. 23. Muhilal, dkk. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan. Dalam
8. Nathan DG, Oski FA. Iron Deficiency Anemia. Hematology of Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. 2004.
Infancy and Childhood. Edisi ke-1. Philadelphia; Saunders, 1974 24. Nasution, A.H. dan Karyadi. D, Pengetahuan Gizi mutakhir
: 103-25. (Mineral). 1991.
9. Recht M, Pearson HA. Iron Deficiency Anemia. Dalam : McMillan 25. Tan, A. Wanita dan Nutrisi. Health Media Nutrition Series, Bumi
JA, DeAngelis CD, Feigin RD, Warshaw JB, penyunting. Oskis Aksara.
Pediatrics : Principles and Practice. Edisi ke-3. Philadelphia; 26. Kartasapoetra. G, dkk. Ilmu Gizi, Korelasi Gizi, Kesehatan dan
Lippincott William & Wilkins, 1999 : 1447-8. Produktivitas Kerja. Rineka Cipta.
10. Schwart E. Iron Deficiency Anemia. Dalam : Behrman RE, 27. Situs Pengelolaan Program KRR Tumbuh Kembang Remaja. File
Kliegman RM, Jenson HB, Penyunting. Nelson Textbook of // A :\ pp3 Tumbuh Kembang Remaja. Htm. 2003. 10 Januari
Pediatrics. Edisi ke-16. Philadelphia ; Saunders, 2000 : 1469-71. 2007
11. Studi Anemia Anak Sekolah Dasar. Majalah Kedokteran Indonesia 28. Wirawan. S. Psikologi Remaja. PT. Raja Grasindo.
145