PEMBAHASAN
Pesawat pengangkat atau juga sering disebut pesawat pemindah bahan (material
handling), mempunyai peranan penting dalam berbagai aktivitas industri saat ini. Dimana suatu
pesawat pengangkat dapat meningkatkan produktivitas kerja dan efisiensi waktu. Dengan kata
lain jika suatu industry tidak mengatur perancangan peralatan pesawatnya dengan baik maka
aktivitas - aktivitas proses produksinya juga dapat terganggu dan tidak berjalan dengan baik.
Maka oleh karena itu pemilihan jenis pesawat pengangkat yang akan digunakan harus
disesuaikan dengan tingkat kebutuhan yang meliputi kapasitas yang diinginkan dan daerah
pemindahan material (jarak dan tingkat kesulitan medan ).
Pentingnya suatu pesawat pengangkat ini juga dapat ditunjukkan dengan kenyataan
bahwa aktivitas pesawat pada suatu industri mencapai 60 persen dari kerja total proses produksi.
Dan biaya yang hams dikeluarkan untuk aktivitas pesawat pengangkat bisa mencapai 85 persen
dari total biaya produksi. Dengan alasan - alasan itulah diperlukan suatu perhitungan agar
pesawat pengangkat tersebut dapat berjalan dengan baik dan efisien Bucket elevator adalah salah
satu dari jenis pesawat pengangkat.
Gambar 3.1 Bucket elevator
3.1 Definisi Bucket Elevator
Bucket elevator merupakan alat pengangkut material curah yang ditarik oleh sabuk atau
rantai tanpa ujung dengan arah lintasan yang biasanya vertikal, serta pada umumnya ditopang
oleh casing atau rangka. Ditinjau dari segi sejarahnya, bucket Elevator merupakan alat
pengangkut yang banyak digunakan dimana pada zaman pra-sejarah, mekanismenya berupa
keranjang anyam yang diikat pada tali dan bergerak di atas ikatan kayu yang kaku serta
digerakkan oleh tenaga manusia. Seiring dengan perkembangan teknologi maka Bucket Elevator
terus mengalami perubahan ke arah penyempurnaannya. Bucket Elevator merupakan jenis alat
pengangkut yang memanfaatkan timba-timba yang tersusun dengan jarak antar timba yang
seragam dan beraturan. Dalam melakukan kerjanya bucket elevator memiliki 2 (dua) sistem
kerja, sistem pemasukan dan sistem pengeluaran yang ditunjukan pada gambar dibawah ini :
a. Sistem pemasukan
Sistem pemasukan pada Bucket Elevator pada umumnya dirancang tergantung pada
material yang diangkut. Pada umumnya sistem yang dipakai yaitu penyekopan material pada
timba ( bucket )
b. Sistem pengeluaran
Sistem pengeluaran pada Bucket Elevator pada umumnya menggunakan prinsip
sentrifugal, dimana material tersebut akan terlempar keluar ke tempat yang telah diperhitungkan.
Melalui gaya gravitasi material akan jatuh pada wadah penampungan yang telah disiapkan
Bucket elevator khusus untuk mengangkut berbagai macam material berbentuk serbuk,
butiran-butiran kecil, dan bongkahan. Contoh material adalah semen, pasir, batu bara, tepung dll.
Bucket elevator dapat digunakan untuk menaikan material dengan ketinggian sampai 50 meter,
kapasitasnya dapat mencapai 50 m3/jam, dan kontruksi dapat mencapai posisi vertikal. Bucket
elevator dapat di kelompokkan menjadi 2, yakni :
A. Berdasarkan sistem transmisi,
Berdasarkan system transmisi bucket elevator dibedakan menjadi dua macam :
1. Menggunakan transmisi sabuk
Bucket elevator mengunakan sabuk (belt) hal yang harus diperhatikan adalah :
a. Faktor material yang diangkut. Bila material terlalu tinggi ( > 150 Celcius),sabuk akan
mengalami pemuaian panjang sehingga kekuatanya menurun.
b. Faktor transmisi yang dihantarkan. Jika material yang diangkut berupa serbuk maka ada
kemungkinan serbuk halus masuk ke sisi permikaan pully penggerak sehingga dapat terjadi slip
pada pully dan belt
c. Faktor perawatan. Belt lebih banyak memerlukan perawatan akibat robek dan suhu operasi
yang tinggi
b) Kekurangan
a) Bahan yang diangkut kebersihannya tidak terjaga
b) Bahan yang diangkut dapat mengalir kembali atau jatuh ke bawah
c) Tidak dapat digunakan jika bahan melalui jalur yang berbelok-belok
d) Tidak dapat digunakan untuk mengangkut bahan yang lengket dan bergumpal besar
e) Sensitive dengan kelebihan beban
3.2 Komponen Utama Bucket Elevator Beserta Fungsinya
Gambar 3.3 Komponen Bucket Elevator
1. Kelebihan
a) Selama beroperasi tidak terjadi slip sehingga diperoleh rasio kecepatan yang sempurna
b) Karna rantai terbuat dari logam, maka ruang yang dibutuhkan lebih kecil dari pada sabuk, dan
dapat menghasilkan transmisi yang besar
c) Memberikan efisiensi transmisi tinggi ( 98 % )
d) Dapat dioperasikan pada suhu cukup tinggi maupun kondisi atmosfer
2. Kekurangan
a) Biaya produksi rantai relative tinggi
b) Dibutuhkan perawatan rantai dengan cermat dan akurat, terutama pelumasandan penyesuaian
pada saat kendur.
c) Rantai memiliki kecepatan fluktuasi terutama saat terlalu meregang (kendur)
b. Bucket
Adalah alat yang berfungsi mengangkut material dari Feed Hopper (corong masuk ) untuk
kemudian didistribusikan dengan menggunakan belt menuju Discharge spout ( corong
keluar ).Secara umum bucket elevator terdiri dari timba -timba (bucket) yang dibawa oleh rantai
atau sabuk yang bergerak. Timba -timba (bucket) yang digunakan memiliki beberapa bentuk
sesuai dengan fungsinya masing masing yakni :
1. Minneapolis Type ( Deep bucket )
Bentuk ini hampir dipakai di seluruh dunia. Dipergunakan untuk mengangkut butiran dan
material kering yang sudah lumat
2. S h a l l o w b u c k e t
Bucket yang lebih datar. Dipergunakan untuk mengangkut material yang cenderung lengket.
Gambar 3.6 S h a l l o w B u c k e t
3. V-type Bucket
Dipergunakan untuk mengangkut bongkahan -bongkahan besar dan material yang berat.
c. Motor listrik
adalah sebuah alat yang terdiri dari kumparan dan magnet dan memiliki fungsi untuk
mengubah energy listrik menjadi energy mekanik.
2. Motor AC
Motor listrik AC adalah sebuah motor yang mengubah arus listrik menjadi energi
gerak maupun mekanik daripada rotor yang ada di dalamnya. Motor listrik AC tidak terpengaruh
kutub positif maupun negatif, dan bersumber tenaga listrik.
fleksibel, menyerap hentakan, pemindahan kekuatan yang efisien pada kecepatan tinggi, tahan
tehadap kikisan panas dan harganya murah. Selain itu sabuk datar ini juga dapat dipakai pada
puli yang kecil. Kelemahan dari sabuk ini adalah karena sabuk ditentukan untuk tekanan yang
tinggi, maka menyebabkan beban yang besar bagi batalan . Adapun tipe dari sabuk penggerak
1. Sabuk terbuka
Sabuk ini digunakan untuk menghubungkan dua poros sejajar dan berputar dengan
arah yang sama. Jika jarak diantara kedua sumbu besar, maka sisi kencang sabuk ditempatkan
menghindari sobekan keausan, jarak kedua poros maksimum 20b, dimana b adalah lebar sabuk
dikehendaki arah lain maka perlu puli pengarah. Untuk mencegah lepasnya sabuk, lebar bidang
singgung puli harus lebih besar atau sama dengan 1,4 lebar sabuk.
4. Sabuk dengan puli pengencang
Sabuk ini digunakan pada poros sejajar dengan sudut kontak kecil pada puli kecil.
5. Sabuk kompon
Digunakan untuk meneruskan daya dari poros satu ke poros lainnya melalui beberapa puli.
6. Sabuk bertingkat
Digunakan jika dikehendaki perubahan kecepatan poros yang digerakkan pada waktu
mempengaruhi puli penggerak. Puli yang terpasang pada mesin disebut Fast Pulley, dan puli
Ketika motor berputar, putaran dari poros akan terdistribusikan ke sprocket pada bucket
elevator head melalui rantai. Sehingga menggerakkan poros dan puli yang ada di bucket elevator
head yang menyebabkan sabuk ( belt ) akan berputar menuju feed hopper yang terdapat pada
bagian bawah bucket elevator ( boot ) untuk mengambil material curah yang masuk dari feed
hopper. Kemudian material tersebut ditangkap oleh bucket untuk kemudian di angkut hingga
mencapai bucket elevator head dan material di buang ke discharge spout untuk di simpan di tanki
( silo ) atau di distribusikan ke mesin produksi yang lain seperti winnower , micronizing, camas,
scalparator, classifier,dll.
Jika bucket yang digunakan memiliki dimensi seperti gambar di bawah ini
a=0.124 m
c= 0.106 m
t=0.071 m
Dimana :
t = tinggi bucket
c = panjang bucket
a = lebar bucket
maka : volume = a t
= (c
= (0.106 m 0.071 m
= 4.66
Jadi, daya tampung per bucket =
= 0.000466 m 550 Kg/m
= 0.25 Kg/ bucket
Pada tabel 1 diatas terlihat jelas bahwa untuk gearbox dengan rasio reduksi 1 : 10 dan daya
output motor 1.5 KW memiliki diameter poros 28 mm dengan ukuran pasak 7 8 mm. Setelah
diameter poros gearbox diketahui, maka jumlah gigi pada sprocket dapat ditentukan dengan
melihat tabel 2.
Tabel 2. Spesifikasi sprocket
berdasarkan dari tabel 1 diatas maka, sprocket yang harus di pilih adalah sprocket yang
memiliki diameter lubang bore yang sesuai dengan diameter shaft pada gearbox. Pada tabel 2
diatas, sprocket yang memiliki diameter lubang bore yang sama dengan diameter poros gearbox
terdiri dari sprocket dengan jumlah gigi 11 sampai dengan 18 (STYLE S) dengan diameter
lubang bore adalah 1 inchi atau 28.57 mm. Ukuran tersebut sesuai dengan ukuran shaft pada
gearbox walaupun ukuran diameter lubang pada sprocket lebih besar daripada shaft akan tetapi,
hal tersebut dapat diperbaiki dengan memasang spie atau pasak agar kedudukan sprocket
terhadap poros lebih kuat. Pada laporan ini penyusun memilih sprocket ( ) dengan jumlah gigi 15
buah dikarenakan sprocket yang digunakan di PT. MARS INDONESIA adalah sprocket dengan
jumlah gigi yang sama. Setelah sprocket kecil ( ) ditentukan, untuk mengetahui jumlah gigi dari
sprocket besar ( ) dapa digunakan persamaan sebagai berikut :
=
Dimana :
= kecepatan sprocket kecil (rpm)
= kecepatan sprocket besar (rpm)
= jumlah gigi pada sprocket besar
= jumlah gigi pada sprocket kecil
Jika :
T1 =
=
= 143.5 rpm
Maka : =
=
=
= 15
Jadi, jumlah gigi yang ada pada sprocket besar ( ) adalah 15 buah.
Dari pembahasan diatas didapatkan jumlah gigi sprocket yang sama antara dan Dan itu berarti
nilai rasio untuk sprocket adalah :
Rasio sprocket =
=
=1
Jadi, nilai rasio sprocket adalah 1 : 1
Setelah mengetahui jumlah gigi pada sprocket maka, selanjutnya harus ditentukan chain
size yang akan digunakan. Penentuan chain size dapat dilakukan dengan cara menyesuaikan
antara pitch sprocket yang digunakan dengan pitch pada rantai. Hubungan tersebut dapat
dijelaskan pada gambar 3.2 dibawah ini.
Tabel 3. spesifikasi rantai roll
Pada pembahasan sebelumnya mengenai sprocket, tabel 2 menunjukkan ukuran pitch
yang digunakan pada sprocket yakni inchi. Dan jika dilihat dari gambar 3.2 diatas untuk
ukuran pitch yang sesuai dengan yang digunakan pada sprocket adalah pitch chain size 60. Jadi,
untuk sprocket dengan pitch inchi digunakan chain size 60.
3.4.2 Perhitungan Shaft Dan Pasak
Pada subbab ini penyusun memfokuskan perhitungan shaft dan pasak pada bucket
elevator. Hal tersebut disebabkan karena diameter shaft pada motor telah diketahui (lihat tabel
1).
Untuk perhitumgan diameter shaft pada bucket elevator terlebih dahulu dicari torsi
(momen gaya) yang bekerja pada shaft tersebut. Torsi (momen gaya) dapat dicari dengan rumus:
Dimana : Torsi ( )
P = Daya motor ( )
atau
= Kecepatan putar (
Maka :
=
=
= 100
Jadi, besarnya torsi adalah 100
Setelah besaran torsi dari shaft diketahui, tentukan terlebih dahulu kekuatan tegangan tarik dari
shaft. Kekuatan tegangan tarik shaft dapat dillihat pada tabel 3.
Tabel 3. Kekuatan tarik shaft
Dari tabel 3, dipilih material shaft 45 C 8 yang memiliki tegangan tarik 610 Mpa atau 610 maka,
tegangan geser dari shaft dapat diketahui dengan rumus :
=
= 3.05
Dari penjelasan diatas, maka diameter shaft bucket elevator adalah :
Dimana : Tegangan geser
Torsi (
Diameter poros (
Maka :
=
=
= 5.42 cm 54.2 mm
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, ukuran diameter untuk shaft pada bucket elevator
adalah sebesar 5.42 cm. Akan tetapi, jika dilihat kembali pada tabel 2 untuk sprocket dengan
jumlah gigi 15, ukuran terbesar diameter lubang bore adalah inchi atau 4.44 cm dan itu berarti
ukuran diameter shaft hasil perhitungan terlalu besar dan tidak cocok dengan lubang bore yang
ada di katalog. Untuk itu diambil lah ukuran diameter shaft yang cocok dengan lubang bore
yakni inchi atau 3.01 cm. Untuk pemilihan ukuran pasak dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini
Tabel 4. Tabel pasak standar
Pada tabel diatas, ukuran pasak yang digunakan adalah pasak yang memiliki lebar 10 mm
dengan ketebalan 8 mm. Setelah penentuan ukuran shaft dan pasak, diperlukan penentuan jarak
sumbu antar shaft agar dapat diketahui jarak yang tepat agar chain pada sprocket dapat bekerja
dengan tegangan yang sesuai karena, apabila jarak antar shaft terlalu jauh bisa berakibat pada
chain dan sprocket yang akan cepat aus dan jika jarak terlalu dekat maka, chain tidak dapat
digunakan untuk meneruskan putaran karena chain terpasang longgar. Untuk mencari jarak
sumbu antar shaft dapat digunakan rumus dibawah ini :
Atau
Dimana :
jarak sumbu antar shaft, dalam satuan mata rantai
panjang chain, dalam satuan mata rantai
dan = jumlah gigi pada sprocket
pitch chain
Maka :
=
=
=
= 22.5 mata rantai
Atau :
Jadi, jarak sumbu kedua poros adalah 22.5 mata rantai atau 42.75 cm
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas maka, dapat disimpulkan sebagai berikut :
Kecepatan putar (Rpm) pada motor dapat diturunkan (reduksi) dengan menggunakan gearbox
dan sprocket.
Kapasitas angkut bucket per jamnya sangat dipengaruhi oleh jumlah dan kecepatan bucket itu
sendiri.
Jarak antara bucket yang satu dengan bucket yang lain mempengaruhi kecepatan putaran
(Rpm), jika jarak antara bucket berdekatan maka kecepatan putarannya rendah sedangkan jika
jarak antara bucket berjauhan maka kecepatan putarannya tinggi.
Perbedaan jumlah gigi pada sprocket mempengaruhi kecepatan putar bucket , jarak sumbu
antar shaft, dan panjang chain.
Jika jumlah gigi sprocket pada bucket elevator (z_2), semakin banyak maka jarak sumbu
antar shaft akan semakin dekat dan rantai akan semakin pendek. Jika jumlah gigi sprocket pada
motor (z_1) semakin sedikit, maka jarak sumbu antar shaft akan semakin jauh dan rantai akan
semakin panjang.
4.2 Saran
Beberapa saran yang dapat digunakan oleh PT. Mars Symbioscience Indonesia antara lain :
Untuk mereduksi putaran motor sebaiknya menggunakan gearbox dengan rasio 1 : 10. karena,
semakin besar rasio gearbox yang digunakan, maka semakin rendah kecepatan putaran (Rpm)
output yang dihasilkan.
Rasio sprocket sebaiknya menggunakan rasio 1 : 1 agar kecepatan putar bucket dapat
memenuhi kapasitas produksi yang diinginkan.