Anda di halaman 1dari 18

BAB III

PEMBAHASAN
Pesawat pengangkat atau juga sering disebut pesawat pemindah bahan (material
handling), mempunyai peranan penting dalam berbagai aktivitas industri saat ini. Dimana suatu
pesawat pengangkat dapat meningkatkan produktivitas kerja dan efisiensi waktu. Dengan kata
lain jika suatu industry tidak mengatur perancangan peralatan pesawatnya dengan baik maka
aktivitas - aktivitas proses produksinya juga dapat terganggu dan tidak berjalan dengan baik.
Maka oleh karena itu pemilihan jenis pesawat pengangkat yang akan digunakan harus
disesuaikan dengan tingkat kebutuhan yang meliputi kapasitas yang diinginkan dan daerah
pemindahan material (jarak dan tingkat kesulitan medan ).
Pentingnya suatu pesawat pengangkat ini juga dapat ditunjukkan dengan kenyataan
bahwa aktivitas pesawat pada suatu industri mencapai 60 persen dari kerja total proses produksi.
Dan biaya yang hams dikeluarkan untuk aktivitas pesawat pengangkat bisa mencapai 85 persen
dari total biaya produksi. Dengan alasan - alasan itulah diperlukan suatu perhitungan agar
pesawat pengangkat tersebut dapat berjalan dengan baik dan efisien Bucket elevator adalah salah
satu dari jenis pesawat pengangkat.
Gambar 3.1 Bucket elevator
3.1 Definisi Bucket Elevator
Bucket elevator merupakan alat pengangkut material curah yang ditarik oleh sabuk atau
rantai tanpa ujung dengan arah lintasan yang biasanya vertikal, serta pada umumnya ditopang
oleh casing atau rangka. Ditinjau dari segi sejarahnya, bucket Elevator merupakan alat
pengangkut yang banyak digunakan dimana pada zaman pra-sejarah, mekanismenya berupa
keranjang anyam yang diikat pada tali dan bergerak di atas ikatan kayu yang kaku serta
digerakkan oleh tenaga manusia. Seiring dengan perkembangan teknologi maka Bucket Elevator
terus mengalami perubahan ke arah penyempurnaannya. Bucket Elevator merupakan jenis alat
pengangkut yang memanfaatkan timba-timba yang tersusun dengan jarak antar timba yang
seragam dan beraturan. Dalam melakukan kerjanya bucket elevator memiliki 2 (dua) sistem
kerja, sistem pemasukan dan sistem pengeluaran yang ditunjukan pada gambar dibawah ini :

a. Sistem pemasukan
Sistem pemasukan pada Bucket Elevator pada umumnya dirancang tergantung pada
material yang diangkut. Pada umumnya sistem yang dipakai yaitu penyekopan material pada
timba ( bucket )

b. Sistem pengeluaran
Sistem pengeluaran pada Bucket Elevator pada umumnya menggunakan prinsip
sentrifugal, dimana material tersebut akan terlempar keluar ke tempat yang telah diperhitungkan.
Melalui gaya gravitasi material akan jatuh pada wadah penampungan yang telah disiapkan

Bucket elevator khusus untuk mengangkut berbagai macam material berbentuk serbuk,
butiran-butiran kecil, dan bongkahan. Contoh material adalah semen, pasir, batu bara, tepung dll.
Bucket elevator dapat digunakan untuk menaikan material dengan ketinggian sampai 50 meter,
kapasitasnya dapat mencapai 50 m3/jam, dan kontruksi dapat mencapai posisi vertikal. Bucket
elevator dapat di kelompokkan menjadi 2, yakni :
A. Berdasarkan sistem transmisi,
Berdasarkan system transmisi bucket elevator dibedakan menjadi dua macam :
1. Menggunakan transmisi sabuk
Bucket elevator mengunakan sabuk (belt) hal yang harus diperhatikan adalah :
a. Faktor material yang diangkut. Bila material terlalu tinggi ( > 150 Celcius),sabuk akan
mengalami pemuaian panjang sehingga kekuatanya menurun.
b. Faktor transmisi yang dihantarkan. Jika material yang diangkut berupa serbuk maka ada
kemungkinan serbuk halus masuk ke sisi permikaan pully penggerak sehingga dapat terjadi slip
pada pully dan belt
c. Faktor perawatan. Belt lebih banyak memerlukan perawatan akibat robek dan suhu operasi
yang tinggi

2. Menggunakan transmisi rantai


Bucket elevator menggunakan rantai. Hal yang harus diperhatikan adalah :
a. Kemungkinan terjadi muai panjang akibat suhu tinggi material relatif kecil.
b. Kemungkinan terjadi slip pada system transmisi sangat kecil karena roda pengerak
menggunakan sproket sehingga daya motor diteruskan dengan baik.
c. Perawatan lebih sedikit karena kemungkinan terjadi kerusakan pada rantai relatif kecil
d. Usia pakai lebih lama.

B. Berdasarkan system Discharge-nya

Gambar 3.2 Types of Bucket Elevator


Berdasarkan system discharge ( pengeluaran ), bucket elevator dibedakan menjadi:
1. Centrifugal Discharge Elevator
Merupakan system discharge yang memanfaatkan gaya sentrifugal ( gaya lempar ). Jarak
transportasi dapat mencapai 75 feet ( 22.86 meter ) dengan kecepatan mencapai 70 sampai 125 m
/ min. Bucket elevator tipe ini memiliki bucket yang terpasang pada belt dengan jarak tertentu.
Alat ini cocok untuk mengangkut material bersifat free flowing, fine or small lump material
seperti grain, pasir atau zat kimia yang kering.

2. Positive Discharge Elevator


Bucket elevator jenis ini sama dengan centrifugal discharge elevator, hanya saja jenis ini
memiliki puli atau roda gigi tambahan di bagian bawah discharge spout yang berfungsi untuk
membantu pengeluaran bahan. Kecepatan putar relatif lebih kecil bila dibandingkan yang lain
sehingga untuk kapasitas yang sama maka diperlukan ukuran ember yang lebih besar atau jarak
ember diperkecil, kecepatannya mencapai 35 sampai 40 m / min.
Bucket jenis ini digunakan untuk mengangkut bahan yang cenderung mudah mengalir
atau yang berukuran agak kasar.

3. Continous Discharge Elevator


Untuk bucket elevator jenis ini, bucket disusun saling berimpitan satu sama lain. Hal ini
berguna untuk mendapatkan discharge yang kontinyu. Bucket yang digunakan untuk jenis ini
diberi bentuk sehingga ketika sabuk atau rantai melewati head pulley, ujung flens dari bucket
dapat bertindak sebagai saluran yang mengarahkan material ke discharge spout. Bucket elevator
jenis ini memiliki kecepatan 30 sampai 50 m / min lebih lambat dibandingkan jenis centrifugal
discharge elevator.
Jika dibandingkan dengan system pengangkutan material yang lain, Bucket elevator memiliki
beberapa kelebihan dan kekurangan, yakni :
a) Kelebihan
a) Dapat mengangkut bahan dengan kemiringan curam
b) Lebih aman, lebih beragam penggunaannya, variasi kapasitas yang lebih luas dan kontinyu
c) Mampu untuk menaikkan material dengan ketinggian sampai 50 meter
d) Dapat mengangkut butiran dan material kering yang sudah lumat serta bongkahan-bongkahan
kecil

b) Kekurangan
a) Bahan yang diangkut kebersihannya tidak terjaga
b) Bahan yang diangkut dapat mengalir kembali atau jatuh ke bawah
c) Tidak dapat digunakan jika bahan melalui jalur yang berbelok-belok
d) Tidak dapat digunakan untuk mengangkut bahan yang lengket dan bergumpal besar
e) Sensitive dengan kelebihan beban
3.2 Komponen Utama Bucket Elevator Beserta Fungsinya
Gambar 3.3 Komponen Bucket Elevator

Komponen utama dari Bucket elevator adalah


a. Sprocket Dan Chain
Sprocket adalah roda bergerigi yang berpasangan dengan rantai, track, atau benda panjang
yang bergerigi lainnya. Sproket berbeda dengan roda gigi; sproket tidak pernah bersinggungan
dengan sproket lainnya dan tidak pernah cocok. Sproket juga berbeda dengan puli di mana
sproket memiliki gigi sedangkan puli pada umumnya tidak memiliki gigi.
(sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Sproket )
Sedangkan Chain (rantai) adalah sejumlah link kaku yang berengsel dan disambung oleh pin
yang berfungsi untuk meneruskan daya dari motor melalui perputaran sprocket pada saat yang
sama.
Sprocket dan chain termasuk dalam jenis system transmisi rantai dimana system ini memiliki
beberapa kelebihan dan kekurangan,yakni:

1. Kelebihan
a) Selama beroperasi tidak terjadi slip sehingga diperoleh rasio kecepatan yang sempurna
b) Karna rantai terbuat dari logam, maka ruang yang dibutuhkan lebih kecil dari pada sabuk, dan
dapat menghasilkan transmisi yang besar
c) Memberikan efisiensi transmisi tinggi ( 98 % )
d) Dapat dioperasikan pada suhu cukup tinggi maupun kondisi atmosfer
2. Kekurangan
a) Biaya produksi rantai relative tinggi
b) Dibutuhkan perawatan rantai dengan cermat dan akurat, terutama pelumasandan penyesuaian
pada saat kendur.
c) Rantai memiliki kecepatan fluktuasi terutama saat terlalu meregang (kendur)

Gambar 3.4 Sprocket Dan Chain

b. Bucket
Adalah alat yang berfungsi mengangkut material dari Feed Hopper (corong masuk ) untuk
kemudian didistribusikan dengan menggunakan belt menuju Discharge spout ( corong
keluar ).Secara umum bucket elevator terdiri dari timba -timba (bucket) yang dibawa oleh rantai
atau sabuk yang bergerak. Timba -timba (bucket) yang digunakan memiliki beberapa bentuk
sesuai dengan fungsinya masing masing yakni :
1. Minneapolis Type ( Deep bucket )
Bentuk ini hampir dipakai di seluruh dunia. Dipergunakan untuk mengangkut butiran dan
material kering yang sudah lumat

Gambar 3.5. Minneapolis Type

2. S h a l l o w b u c k e t
Bucket yang lebih datar. Dipergunakan untuk mengangkut material yang cenderung lengket.

Gambar 3.6 S h a l l o w B u c k e t
3. V-type Bucket
Dipergunakan untuk mengangkut bongkahan -bongkahan besar dan material yang berat.

Gambar 3.7 V-Type Bucket

c. Motor listrik
adalah sebuah alat yang terdiri dari kumparan dan magnet dan memiliki fungsi untuk
mengubah energy listrik menjadi energy mekanik.

Gambar 3.8 Motor Listrik

Motor listrik terbagi menjadi dua yakni :


1. Motor DC
Motor listrik DC adalah motor yang penggeraknya berdasarkan sumber tegangan DC (Direct
Current) seperti battery dan accu. Namun secara prinsip masih sama dengan motor AC. Motor
DC digunakan pada penggunaan khusus dimana diperlukan penyalaan torsi yang tinggi atau
percepatan yang tetap untuk kisaran kecepatan yang luas.

2. Motor AC
Motor listrik AC adalah sebuah motor yang mengubah arus listrik menjadi energi
gerak maupun mekanik daripada rotor yang ada di dalamnya. Motor listrik AC tidak terpengaruh
kutub positif maupun negatif, dan bersumber tenaga listrik.

d. Feed hopper ( corong pengisi )


Feed hopper adalah sebuah corong dimana material seperti biji kakao masuk untuk
kenudian di angkut oleh bucket menuju discharge spout.
Gambar 3.9 Feed Hopper

e. Discharge spout ( corong keluar )


Merupakan tujuan akhir dari bucket. Dimana, melalui corong ini material akan keluar
menuju ke proses produksi selanjutnya.
Gambar 3.10 Discharge Spout
f. Belt ( sabuk )
Sabuk atau disebut juga ban mesin ( belt ) adalah salah satu dari system transmisi selain
transmisi rantai. Berfungsi untuk menghubungkan dua poros yang berjauhan. Menurut Larry dkk
(1994),Sabuk memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Mereka bisa dipakai untuk jarak sumbu yang panjang
2. Karena slip dan gerakan sabuk yang lambat, perbandingan kecepatan sudut antara kedua poros
tidak konstan ataupun sama dengan perbandingan diameter puli
3. Bila menggunakan sabuk yang datar, aksi klos bias didapat dengan menggeser sabuk dari puli
yang bebas ke puli yang ketat
4. Bila sabuk V dipakai, beberapa variasi dalam perbandingan kecepatan sudut bias didapat dengan
menggunakan puli kecil dengan sisi yang dibebani pegas. Diameter puli kemudian merupakan
fungsi dari tegangan sabuk dan dapat di ubah-ubah dengan merubah jarak sumbunya
5. Sedikit penyetelan atas jarak sumbu biasanya diperlukan sewaktu sabuk sedang dipakai
6. Dengan menggunakan puli yang bertingkat, suatu alat pengubah perbandingan kecepatan yang
ekonomis bias didapat.
Sabuk dibagi menjadi tiga macam, yaitu : sabuk rata, sabuk-V, dan sabuk bulat( tali ).
Sabuk dbuat dari bahan yang kuat, fleksibel,dan tahan lama (durable ). Penggolongan sabuk
menurut bahannya adalah sabuk kulit, sabuk katun,sabuk karet, dan sabuk balata ( Suryanto,1995
).
Gambar 3.11 Penampang Sabuk
I. SABUK DATAR/ RATA
Menurut Elemen Mesin II, Ir.I Made Rasta,2005,hal 50, sabuk penggerak datar memberikan

fleksibel, menyerap hentakan, pemindahan kekuatan yang efisien pada kecepatan tinggi, tahan

tehadap kikisan panas dan harganya murah. Selain itu sabuk datar ini juga dapat dipakai pada

puli yang kecil. Kelemahan dari sabuk ini adalah karena sabuk ditentukan untuk tekanan yang

tinggi, maka menyebabkan beban yang besar bagi batalan . Adapun tipe dari sabuk penggerak

datar ini yaitu :

1. Sabuk terbuka
Sabuk ini digunakan untuk menghubungkan dua poros sejajar dan berputar dengan

arah yang sama. Jika jarak diantara kedua sumbu besar, maka sisi kencang sabuk ditempatkan

pada bagian bawah.


2. Sabuk silang
Sabuk ini digunakan untuk dua poros sejajar dengan putaran berlawanan arah. Untuk

menghindari sobekan keausan, jarak kedua poros maksimum 20b, dimana b adalah lebar sabuk

dengan kecepatan di bawah 15 (m/s2)

3. . Sabuk perempat putaran


Digunakan pada poros yang tegak lurus dan berputar pada satu arah tertentu. Jika

dikehendaki arah lain maka perlu puli pengarah. Untuk mencegah lepasnya sabuk, lebar bidang

singgung puli harus lebih besar atau sama dengan 1,4 lebar sabuk.
4. Sabuk dengan puli pengencang
Sabuk ini digunakan pada poros sejajar dengan sudut kontak kecil pada puli kecil.
5. Sabuk kompon

Digunakan untuk meneruskan daya dari poros satu ke poros lainnya melalui beberapa puli.
6. Sabuk bertingkat
Digunakan jika dikehendaki perubahan kecepatan poros yang digerakkan pada waktu

poros penggerak berputar pada kecepatan konstan.


7. Sabuk dengan puli pelepas
Digunakan jika dikehendaki menjalankan atau menghentikan poros mesin tanpa

mempengaruhi puli penggerak. Puli yang terpasang pada mesin disebut Fast Pulley, dan puli

yang berputar bebas disebut Loose Pulley


II. SABUK-V
Sabuk-V terbuat dari karet dengan penampang trapezium, yang di dalamnya terdapat
tenunan tetoron atau sejenisnya sebagai inti untuk memberikan kekuatan tarik yang besar. bentuk
trapesium ini memberikan gaya gesekan yang besar, yang semakin besar lagi pada pelengkungan
sabuk waktu melilit puli. Jenis dan ukuran sabuk V digolongkan menjadi tipe A, B, C, D, dan
Eyang menunjukkkan ukuran dan kegunaan sesuai dengan daya sabuk yang direncanakan.
Keuntungan menggunakan sabuk penggerak V adalah :
a) Rasio kecepatannya besar
b) Tahan lama (3-5 tahun)
c) Mudah memasang dan melepas
d) Tidak bersuara
e) Dilengkapi dengan penyerap hentakan antara poros penggerak dengan poros yang digerakkan

Gambar 3.11 Spesifikasi Sabuk-V

3.3 Prinsip Kerja Bucket Elevator

Ketika motor berputar, putaran dari poros akan terdistribusikan ke sprocket pada bucket
elevator head melalui rantai. Sehingga menggerakkan poros dan puli yang ada di bucket elevator
head yang menyebabkan sabuk ( belt ) akan berputar menuju feed hopper yang terdapat pada
bagian bawah bucket elevator ( boot ) untuk mengambil material curah yang masuk dari feed
hopper. Kemudian material tersebut ditangkap oleh bucket untuk kemudian di angkut hingga
mencapai bucket elevator head dan material di buang ke discharge spout untuk di simpan di tanki
( silo ) atau di distribusikan ke mesin produksi yang lain seperti winnower , micronizing, camas,
scalparator, classifier,dll.

3.4 Analisa Sistem Penggerak


Untuk menganalisa system penggerak pada bucket elevator, terlebih dahulu ditentukan
kapasitas daya angkut yang diinginkan, yakni 9 ton/jam atau 2.5 Kg/s dengan ketinggian 10
meter (jarak dari sumbu poros roller atas dan roller bawah). Daya motor yang digunakan adalah
1.5 KW dengan kecepatan putaran 1435 Rpm. Putaran yang berasal dari motor akan
ditransmisikan untuk memutar shaft pada bucket elevator, akan tetapi putaran sebesar 1435 Rpm
relatif terlalu besar untuk langsung diteruskan ke poros bucket elevator, untuk itu putaran
tersebut akan di reduksi menggunakan perbandingan gearbox dan sprocket untuk menyesuaikan
kecepatan bucket yang diperlukan sehingga dapat mencapai kapasitas angkut yang direncanakan.
Sebelum mereduksi putaran motor dengan gearbox dan sprocket, harus terlebih dahulu di
ketahui berapa kecepatan putaran yang dibutuhkan untuk memutar poros pada bucket elevator,
hal itu dilakukan agar dapat mempermudah dalam menentukan rasio gearbox dan jumlah gigi
pada sprocket. Untuk mendapatkan kecepatan putaran tersebut dapat digunakan tahapan sebagai
berikut :
1. Menentukan daya tampung bucket
Daya tampung dari bucket elevator dapat di ketahui dengan rumus :
Dimana :
daya tampung bucket (Kg)
Kg / )
()

Jika bucket yang digunakan memiliki dimensi seperti gambar di bawah ini

a=0.124 m
c= 0.106 m

t=0.071 m

Gambar 3.12 dimensi bucket

Dimana :
t = tinggi bucket
c = panjang bucket
a = lebar bucket
maka : volume = a t
= (c
= (0.106 m 0.071 m
= 4.66
Jadi, daya tampung per bucket =
= 0.000466 m 550 Kg/m
= 0.25 Kg/ bucket

2. Menentukan kecepatan linier bucket


Kecepatan linier bucket dapat didefinisikan sebagai kecepatan yang dibutuhkan bucket
untuk mengisi tangki/silo per detik. Dengan kata lain, kecepatan linier bucket sangat dipengaruhi
oleh daya tampung bucket dan banyaknya jumlah bucket yang mengangkut material biji setiap
satu kali putaran.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk memperoleh kecepatan linier
bucket dapat dilakukan dengan cara menentukan banyaknya jumlah bucket yang
mendistribusikan material dengan daya tampung yang sesuai untuk dapat memenuhi kapasitas
kerja bucket elevator.
Apabila kapasitas bucket elevator yang diinginkan adalah 9000 Kg/jam atau 2.5 Kg/s dan
kapasitas masing-masing bucket adalah 0.25 Kg/bucket. maka jumlah bucket yang dibutuhkan
untuk memenuhi kapasitas tersebut adalah :
= 10
Jadi, untuk memenuhi kapasitas bucket elevator sebesar 2.5 dibutuhkan 10 buah bucket per
detik dengan asumsi daya tampung setiap bucket adalah 0.25 dan diketahui jarak antar bucket
adalah 25 cm maka, kecepatan linier bucket adalah 2.25 .
Apabila kecepatan linier telah diketahui maka untuk menentukan kecepatan putaran dapat
digunakan rumus :
=
Dimana :
kecepatan linier (
diameter roller bucket elevator
Maka :
=
=
= 143.31 rpm
Jadi, kecepatan putaran yang diperlukan bucket elevator adalah 143.31 rpm
Untuk mendapatkan kecepatan putaran sebesar 143.31 rpm, putaran dari motor harus
direduksi dengan menggunakan rasio gearbox dan juga rasio sprocket. Rasio gearbox dapat
dicari dengan menggunakan persamaan
Rasio gearbox =
= 10.01
Jadi rasio gearbox yang digunakan adalah 1 : 10.
Sementara untuk mencari rasio sprocket terlebih dahulu ditentukan berapa jumlah gigi
untuk sprocket kecil ( dan sprocket besar ( dengan persamaan sebagai berikut :
Rasio sprocket =
3.4.1 PERHITUNGAN SPROCKET DAN CHAIN
Dalam menentukan jumlah gigi pada sprocket terlebih dahulu harus diketahui diameter
poros pada gearbox dan hal itu dapat diketahui dengan melihat tabel di bawah ini
Tabel 1. Spesifikasi gearbox

Pada tabel 1 diatas terlihat jelas bahwa untuk gearbox dengan rasio reduksi 1 : 10 dan daya
output motor 1.5 KW memiliki diameter poros 28 mm dengan ukuran pasak 7 8 mm. Setelah
diameter poros gearbox diketahui, maka jumlah gigi pada sprocket dapat ditentukan dengan
melihat tabel 2.
Tabel 2. Spesifikasi sprocket
berdasarkan dari tabel 1 diatas maka, sprocket yang harus di pilih adalah sprocket yang
memiliki diameter lubang bore yang sesuai dengan diameter shaft pada gearbox. Pada tabel 2
diatas, sprocket yang memiliki diameter lubang bore yang sama dengan diameter poros gearbox
terdiri dari sprocket dengan jumlah gigi 11 sampai dengan 18 (STYLE S) dengan diameter
lubang bore adalah 1 inchi atau 28.57 mm. Ukuran tersebut sesuai dengan ukuran shaft pada
gearbox walaupun ukuran diameter lubang pada sprocket lebih besar daripada shaft akan tetapi,
hal tersebut dapat diperbaiki dengan memasang spie atau pasak agar kedudukan sprocket
terhadap poros lebih kuat. Pada laporan ini penyusun memilih sprocket ( ) dengan jumlah gigi 15
buah dikarenakan sprocket yang digunakan di PT. MARS INDONESIA adalah sprocket dengan
jumlah gigi yang sama. Setelah sprocket kecil ( ) ditentukan, untuk mengetahui jumlah gigi dari
sprocket besar ( ) dapa digunakan persamaan sebagai berikut :
=
Dimana :
= kecepatan sprocket kecil (rpm)
= kecepatan sprocket besar (rpm)
= jumlah gigi pada sprocket besar
= jumlah gigi pada sprocket kecil
Jika :
T1 =
=
= 143.5 rpm
Maka : =
=
=
= 15
Jadi, jumlah gigi yang ada pada sprocket besar ( ) adalah 15 buah.
Dari pembahasan diatas didapatkan jumlah gigi sprocket yang sama antara dan Dan itu berarti
nilai rasio untuk sprocket adalah :

Rasio sprocket =
=
=1
Jadi, nilai rasio sprocket adalah 1 : 1
Setelah mengetahui jumlah gigi pada sprocket maka, selanjutnya harus ditentukan chain
size yang akan digunakan. Penentuan chain size dapat dilakukan dengan cara menyesuaikan
antara pitch sprocket yang digunakan dengan pitch pada rantai. Hubungan tersebut dapat
dijelaskan pada gambar 3.2 dibawah ini.
Tabel 3. spesifikasi rantai roll
Pada pembahasan sebelumnya mengenai sprocket, tabel 2 menunjukkan ukuran pitch
yang digunakan pada sprocket yakni inchi. Dan jika dilihat dari gambar 3.2 diatas untuk
ukuran pitch yang sesuai dengan yang digunakan pada sprocket adalah pitch chain size 60. Jadi,
untuk sprocket dengan pitch inchi digunakan chain size 60.
3.4.2 Perhitungan Shaft Dan Pasak
Pada subbab ini penyusun memfokuskan perhitungan shaft dan pasak pada bucket
elevator. Hal tersebut disebabkan karena diameter shaft pada motor telah diketahui (lihat tabel
1).
Untuk perhitumgan diameter shaft pada bucket elevator terlebih dahulu dicari torsi
(momen gaya) yang bekerja pada shaft tersebut. Torsi (momen gaya) dapat dicari dengan rumus:
Dimana : Torsi ( )
P = Daya motor ( )
atau
= Kecepatan putar (
Maka :
=
=
= 100
Jadi, besarnya torsi adalah 100
Setelah besaran torsi dari shaft diketahui, tentukan terlebih dahulu kekuatan tegangan tarik dari
shaft. Kekuatan tegangan tarik shaft dapat dillihat pada tabel 3.
Tabel 3. Kekuatan tarik shaft
Dari tabel 3, dipilih material shaft 45 C 8 yang memiliki tegangan tarik 610 Mpa atau 610 maka,
tegangan geser dari shaft dapat diketahui dengan rumus :

=
= 3.05
Dari penjelasan diatas, maka diameter shaft bucket elevator adalah :
Dimana : Tegangan geser
Torsi (
Diameter poros (
Maka :
=
=
= 5.42 cm 54.2 mm
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, ukuran diameter untuk shaft pada bucket elevator
adalah sebesar 5.42 cm. Akan tetapi, jika dilihat kembali pada tabel 2 untuk sprocket dengan
jumlah gigi 15, ukuran terbesar diameter lubang bore adalah inchi atau 4.44 cm dan itu berarti
ukuran diameter shaft hasil perhitungan terlalu besar dan tidak cocok dengan lubang bore yang
ada di katalog. Untuk itu diambil lah ukuran diameter shaft yang cocok dengan lubang bore
yakni inchi atau 3.01 cm. Untuk pemilihan ukuran pasak dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini
Tabel 4. Tabel pasak standar
Pada tabel diatas, ukuran pasak yang digunakan adalah pasak yang memiliki lebar 10 mm
dengan ketebalan 8 mm. Setelah penentuan ukuran shaft dan pasak, diperlukan penentuan jarak
sumbu antar shaft agar dapat diketahui jarak yang tepat agar chain pada sprocket dapat bekerja
dengan tegangan yang sesuai karena, apabila jarak antar shaft terlalu jauh bisa berakibat pada
chain dan sprocket yang akan cepat aus dan jika jarak terlalu dekat maka, chain tidak dapat
digunakan untuk meneruskan putaran karena chain terpasang longgar. Untuk mencari jarak
sumbu antar shaft dapat digunakan rumus dibawah ini :
Atau
Dimana :
jarak sumbu antar shaft, dalam satuan mata rantai
panjang chain, dalam satuan mata rantai
dan = jumlah gigi pada sprocket
pitch chain
Maka :
=

=
=
= 22.5 mata rantai

Atau :

Jadi, jarak sumbu kedua poros adalah 22.5 mata rantai atau 42.75 cm
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas maka, dapat disimpulkan sebagai berikut :
Kecepatan putar (Rpm) pada motor dapat diturunkan (reduksi) dengan menggunakan gearbox
dan sprocket.
Kapasitas angkut bucket per jamnya sangat dipengaruhi oleh jumlah dan kecepatan bucket itu
sendiri.
Jarak antara bucket yang satu dengan bucket yang lain mempengaruhi kecepatan putaran
(Rpm), jika jarak antara bucket berdekatan maka kecepatan putarannya rendah sedangkan jika
jarak antara bucket berjauhan maka kecepatan putarannya tinggi.
Perbedaan jumlah gigi pada sprocket mempengaruhi kecepatan putar bucket , jarak sumbu
antar shaft, dan panjang chain.
Jika jumlah gigi sprocket pada bucket elevator (z_2), semakin banyak maka jarak sumbu
antar shaft akan semakin dekat dan rantai akan semakin pendek. Jika jumlah gigi sprocket pada
motor (z_1) semakin sedikit, maka jarak sumbu antar shaft akan semakin jauh dan rantai akan
semakin panjang.

4.2 Saran
Beberapa saran yang dapat digunakan oleh PT. Mars Symbioscience Indonesia antara lain :
Untuk mereduksi putaran motor sebaiknya menggunakan gearbox dengan rasio 1 : 10. karena,
semakin besar rasio gearbox yang digunakan, maka semakin rendah kecepatan putaran (Rpm)
output yang dihasilkan.
Rasio sprocket sebaiknya menggunakan rasio 1 : 1 agar kecepatan putar bucket dapat
memenuhi kapasitas produksi yang diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai